Laporan Praktikum Ima Jadi

69
Laporan Praktikum I PEMERIKSAAN AKTIVITAS LISTRIK JANTUNG DAN INTERPRETASI EKG I. Landasan Teori Karakteristik Elektrokardiogram Normal Elektrokardiogram normal terdiri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS, dan sebuah gelombang T. Kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah yakni gelombang Q,R, dan S. Gelombang P disebabkan oleh potensial listrik yang dicetuskan sewaktu atrium berdepolarisasi sebelum kontraksi atrium dimulai. Kompleks QRS disebabkan oleh potensial listrik yang dicetuskan sewaktu ventrikel berdepolarisasi sebelum berkontraksi, yaitu sebelum gelombang depolarisasi menyebar melewati ventrikel. Oleh karena itu, baik gelombang P maupun komponen-komponen kompleks QRS disebut sebagai gelombang depolarisasi. Gelombang T disebabkan potensial listrik yang dicetuskan sewaktu ventrikel pulih dari keadaan depolarisasi. Di dalam otot ventrikel proses ini normalnya terjadi 0,25 sampai 0,35 detik sesudah depolarisasi dan gelombang T dikenal sebagai gelombang repolarisasi. Gelombang Depolarisasi dan Gelombang Repolarisasi Proses depolarasasi sebagai muatan postif di sisi dalam dan muatan negatif di sisi luar berjalan dari kiri ke kanan. Separuh bagian pertama dari serabut sudah terdepolarisasi, sementara sepenuhnya masih dalam keadaan polarisasi. Oleh karena itu, elektroda kiri berada pada daerah kenegatifan dan 1

description

prak

Transcript of Laporan Praktikum Ima Jadi

Page 1: Laporan Praktikum Ima Jadi

Laporan Praktikum I

PEMERIKSAAN AKTIVITAS LISTRIK JANTUNG DAN INTERPRETASI EKG

I. Landasan Teori

Karakteristik Elektrokardiogram Normal

Elektrokardiogram normal terdiri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS, dan

sebuah gelombang T. Kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah yakni

gelombang Q,R, dan S.

Gelombang P disebabkan oleh potensial listrik yang dicetuskan sewaktu atrium

berdepolarisasi sebelum kontraksi atrium dimulai. Kompleks QRS disebabkan oleh potensial

listrik yang dicetuskan sewaktu ventrikel berdepolarisasi sebelum berkontraksi, yaitu sebelum

gelombang depolarisasi menyebar melewati ventrikel. Oleh karena itu, baik gelombang P

maupun komponen-komponen kompleks QRS disebut sebagai gelombang depolarisasi.

Gelombang T disebabkan potensial listrik yang dicetuskan sewaktu ventrikel pulih dari

keadaan depolarisasi. Di dalam otot ventrikel proses ini normalnya terjadi 0,25 sampai 0,35

detik sesudah depolarisasi dan gelombang T dikenal sebagai gelombang repolarisasi.

Gelombang Depolarisasi dan Gelombang Repolarisasi

Proses depolarasasi sebagai muatan postif di sisi dalam dan muatan negatif di sisi luar

berjalan dari kiri ke kanan. Separuh bagian pertama dari serabut sudah terdepolarisasi,

sementara sepenuhnya masih dalam keadaan polarisasi. Oleh karena itu, elektroda kiri berada

pada daerah kenegatifan dan elektroda kanan berada pada daerah kepositifan, keadaan ini

akan membuat rekaman pada alat pengukur menjadi positif.

Proses depolarisasi telah menyebar keseluruh serabut otot, dan rekaman disebelah kanan

sudah kembali ke garis dasar nol karena kedua elektroda memiliki kenegatifan yang sama.

Gelombang yang telah mengakhiri penjalarannya disebut gelombang depolarisasi.

Proses repolarisasi pada separuh bagian yang terjadi di dalam serabut otot yang sama,

dengan kepositifan kembali keluar ke sisi serabut. Elektroda kiri berada pada kepositifan dan

elektroda kanan berada pada kenegatifan. Serabut otot telah seluruhnya mengalami

repolarisasi, dan kedua elektroda sekarang berada dalam kepositifan, sehingga tidak ada

perbedaan potensial listrik yang dapat rekam. Gelombang negatif yang telah mengakhiri

penjalaran disebut gelombang repolarisasi.

Voltase Normal dalam Elektrokardiogram

Normal bergantung pada pemasangan elektroda pada permukaan tubuh dan jarak elektroda ke

jantung. Bila salah atu elektroda dipasang tepat diatas ventrikel dan elektroda yang kedua

1

Page 2: Laporan Praktikum Ima Jadi

ditempatkan dibagian tubuh lain yang jauh dari jantung, voltase kompleks QRS mungkin

sebesar 3 sampai 4 milivolt. Voltase masih kecil bila dibandingkan dengan potensial aksi

monofasik sebesar 110 milivolt yang direkam secara langsung pada membran otot jantung.

Bila elektromagnetik direkam dengan memasang elektroda pada kedua lengan atau pada satu

lengan atau satu tungkai, voltase kompleks QRS biasanya, yaitu 1 – 4 milivolt, mulai dari

puncak gelombang R sampai dengan dasar gelombang S. Besar nya voltase gelombang P

antara 0,1 dan 0,3 milivolt dan voltase gelombang T antara 0,2 dan 0,3 milivolt.

Interval P – Q atau Interval P – R

Lama waktu antara permulaan gelombang P dan Permulaan kompleks QRS adalah interval

waktu antara permulaan eksistensi listrik atrium dan permulaan eksistensi ventrikel.P-Q

normal adalah kira-kira 0,16 detik.

Interval Q - T

Kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q (atau gelombang R jika

gelombang Q tidak ada) sampai akhir gelombang T. Disebut interval Q-T biasaya kira-

kira 0,35 detik.

Sandapan EKG

Terdapat 2 jenis sandapan (lead) yaitu Unipolar dan Bipolar.

Rekaman rutin standar terdapat 12 lead.

1. Bipolar standars lead ada 3 buah (I,II,III)

2. Unipolar limb lead ada 3 buah (aVR,aVL,aVF)

3. Unipolar chest lead ada 6 buah (V1,V2,V3,V4,V5,V6)

Pacemaker dan Hantaran Jantung

Siklus depolarisasi dimulai dengan timbulnya impuls di simpul Sino-Atrial Nodul (SA Node)

yang terdapat pada atrium kanan dekat muara vena cava superior kemudian menyebar ke

serat otot atrium melalui Internodal pathaways. Impuls yang timbul pada SA Node dan

menyebar ke otot atrium mengakibatkan kontraksi pada otot atrium (depolarisasi atrium).

Keadaan ini menimbulkan gambaran gelombang P pada rekaman kertas EKG.

Selanjutnya impuls tersebut diteruskan ke simpul Atrio-Ventrikular Nodul (AV Node). Pada

AV Node ini, impuls mengalami perlambatan beberapa saat untuk kemudian diperkuat lagi

dan hantaran dengan cepat ke Berkas His dilanjutkan ke Right Bundle Branch (RBB) dan

2

Page 3: Laporan Praktikum Ima Jadi

Left Bundle Branch (LBB), lalu disebarkan ke otot ventrikel melalui serabut purkinje. Impuls

dari AV Node ini akan mengakibatkan kontraksi otot ventrikel (depolarisasi ventrikel).

Keadaan ini akan menimbulkan gambaran kompleks QRS pada rekaman kertas EKG.

Setelah itu, otot ventrikel akan mengalami relaksasi atau repolarisasi (massa otot ventrikel

kembali ke keadaan kelistrikkan yang tidak aktif). Keadaan tersebut menimbulkan gambaran

gelombang T pada rekaman kertas EKG.

Oleh karena SA Node berfungsi sebagai pemicu timbulnya impuls, maka SA Node disebut

sebagai pacemaker utama. SA Node mampu membangkitkan impuls sekitar 70-80 beat per

menit (bpm). Apabila SA Node tidak mampu berfungsi dengan baik, maka fungsinya akan

diambil oleh pacemaker cadangan/potensial. Pacemaker cadangan tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Atrial = 75 bpm

2. AV Node = 60 bpm

3. Berkas His = 50 bpm

4. Serabut purkinje dan otot ventrikel = 30-40 bpm

Keterangan:

1. Depolarisasi kedua atrium akan menimbulkan gelombang P.

2. Depolarisasi ventrikel menimbulkan kompleks QRS.

3. Repolarisasi ventrikel menimbulkan gelombang T.

4. Tata nama kompleks QRS adalah sebagai berikut.

a. Defleksi pertama ke bawah disebut gelombang Q.

b. Defleksi ke atas (didahului maupun tidak didahului gelombang Q) disebut

gelombang R.

c. Defleksi di bawah garis dasar sesudah gelombang R(didahului maupun tidak

didahului gelombang Q) disebut gelombang S.

Hal-hal yang perlu diidentifikasi pada EKG adalah sebagai berikut.

1. Irama : reguler atau ireguler, sinus, atau, distrima.

2. Frekuensi denyut jantung.

3. Axis/sumbu.

4. Gelombang P.

5. Kompleks QRS.3

Page 4: Laporan Praktikum Ima Jadi

6. Gelombang T.

7. Gelombang U.

8. Interval P-R.

9. Interval Q-R-S.

10. Interval Q-T.

11. Keadaan lain jika didapatkan abnormal.

Irama

Irama jantung normal adalah irama yang ditentukan oleh SA Node dan dikenal

dengan Irama Sinus atau regular sinus rhythm dengan ciri-ciri pola EKG seperti

berikut ini.

1. Frekuensi denyut jantung 60-100 bpm.

2. Teratur/regular.

3. Gelombang P negatif di lead a VR dan Positif di lead II.

4. Tiap Gelombang P selalu diikuti oleh kompleks QRS dan gelombang T.

5. PR interval antara 0,12-0,20 detik.

Heart Rate (HR)

Ada beberapa cara menghitung denyut jantung pada strip EKG, yaitu sebagai berikut.

1. Ambil EKG strip dalam 6 detik kemudian hitung jumlah gelombang R yang

ada kemudian kalikan 10 atau ambil strip EKG dalam 10 detik kemudian

hitung jumlah gelombang R yang ada dan kalikan 6.

2. Ambil EKG strip, 1500 dibagi jumlah KK antara puncak gelombang R ke

puncak gelombang R berikutnya dalam satu lead.

3. Bila interval R-R (jarak gelombang R dalam satu lead) berjarak :

1KS = HR 300 bpm

2KS = HR 150 bpm

3KS = HR 100 bpm

Bila denyut jantung :

>100 bpm = (sinus) Takikardia

< 60 bpm = (sinus) Bradikardi

140-250 bpm = Takkardia abnormal

250-350 m = Flutter

4

Page 5: Laporan Praktikum Ima Jadi

>350 bpm = Fibrilasi

Gelombang P

1. Lebar : <0,10 detik atau < 2,25 mm.

2. Tinggi / amplitudo :<2,5 mV atau < 2,5 mm.

3. Positif di lead : I, II, aVF, V2-V6.

4. Negatif di lead aVR.

5. Positif, negatif, bifasik di lead : III, aVL, V1.

Kompleks QRS

1. Interval Q-R-S (lamanya aktif depolarisasi ventrikel yaitu jarak antara permulaan

gelombang Q sampai akhir gelombang S).

2. Normal : 0,06 – 0,12 detik.

3. Bila > 0,12 detik menunjukkan Bundle Branch Block (BBB) atau hiperkalemia.

Gelombang Q

1. Lebar : <0,03 detik.

2. Tinggi / amplitudo : < ¼ tinggi R.

3. Kecil di lead : I, II, aVF, V4-V6.

4. Normal bila hanya terdapat pada lead III, aVL.

5. Di lead aVR tidak diinpertasikan (normal).

Gelombang R

1. R lebih tinggi di lead I, V4-V6.

2. Di lead V1 gelombang R kecil (r) dan bertambah tinggih di V2-V6.

Gelombang S

1. Lebih besar pada V1-V3 dan kecil di V4-V6.

2. Di lead I dan II lebih kecil dari gelombang R.

3. Pada axis horizontalgelombang S lebih besar di lead III, aVF.

4. Pada axis vertikal gelombang S lebih besar di lead aVL.

Gelombang T

1. Tinggi / amplitudo : minimum 1mm.

a. < 10 mm (0,1 mV) di lead prekordial (V1-V6).

b. < 5mm (0,05 mV) di lead ekstremitas / limb lead (I,II, aVR, aVL, aVF).

5

Page 6: Laporan Praktikum Ima Jadi

2. Positif di lead II, Iii, aVF, V2-V6.

3. Negatif di lead aVL.

4. Positif, negatif, bifasik di lead III, aVL, dan V1.

Gelombang U

1. Jelas terlihat di lead V1-V4.

2. Bila lebih tinggi dari T, maka pertanda hipokalemia.

3. Negatif bila terdapat iskemia dan hipertrofi.

Interval P-R

1. Jumlah waktu depolarisasi atrium ditambah waktu perlambatan AV Node.

2. Normal : 0,12-0,20 detik.

3. Bila < 0,12 detik : pada keadaan hantaran dipercepat.

4. Bila > 0,20 detik : pada AV Block.

5. Berubah-ubah pada wadering pace-maker.

Interval Q-T

1. Lamanya aktifitas depolarisasi dan repolarisasi ventrikel yaitu jarak antara awal

gelombang Q sampai akhir gelombang T.

2. Interval QT dipengaruhi oleh frekuensi jantung. Interval QT-c (corrected QT interval)

adalah nilai interval QT yang telah dikoreksi dengan interval QT pada frekuensi

denyut jantung 60 bpm dan nilainya ditentukan dalam Nomogram.

3. Nilai normal interval QT-c adalah 0,42 detik pada laki-laki dan 0,43 detik pada

wanita.

a. Interval QT-c mamanjang pada efek Qunidin dan hipokalsemia.

b. Interval QT-c memendek pada efek Digitalis dan hiperkalsemia.

II. Tujuan Praktikum

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat : menjelaskan pengaruh

aktivitas terhadap denyut jantung dan tekanan darah

III. Alat yang digunakan :

1. Tempat tidur

2. Mesin & dan Kertas EKG

IV. Tata Kerja Praktikum

6

Page 7: Laporan Praktikum Ima Jadi

Pemeriksaan EKG

1. Persiapan Alat-alat

a. Mesin EKG yang sudah disiapkan dengan 3 kabel, yaitu :

1. Satu kabel untuk listrik (power)

2. Satu kabel untuk bumi (ground)

3. Satu kabel untuk pasien (patient cable)

b. Plat elektroda, yaitu :

1. Elektroda ekstremitas dikaitkan dengan ban pengikat

2. Elektroda dada dengan ban pengisap

c. Jeli elektroda

d. Kertas EKG

e. Kertas tissue

f. Kapas alkohol/ alkohol 70%

g. Pisau cukur (bila perlu)

2. Cara Menempatkan Elektroda

a. Elektroda extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri.

b. Elektroda extremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki kanan dan kiri bagian

dalam.

c. Posisi pada pergelangan tidak mutlak, bila diperlukan dapat dipasang sampai ke

bahu kiri/kanan, pangkal paha kiri/kanan. Kemudian kabel dihubungkan :

1. Merah (RA) : lengan kanan

2. Kuning (LA) : lengan kiri

3. Hijau (LL) : tungkai kiri

4. Hitam (RL) : tungkai kanan (sebagai ground)

d. Elektroda harus selalu terpasang pada :

1. V1 : Ruang sela iga IV disebalah pinggir kanan sternum

2. V2 : ruang sela iga IV disebelah pinggir kiri strenum

3. V3 : ditengah antara V2 dan V4

4. V4 : ruang sela iga ke V pada garis miklavikula kiri

5. V5 : garis aksilaris anterior kiri setinggi V5

6. V6 : garis midaksilaris kiri setinggi V5

e. Hidupkan mesin EKG (power on), biarkan sebentar untuk pemanasan7

Page 8: Laporan Praktikum Ima Jadi

f. Periksa kembali standarisasi dari EKG, yaitu :

1. Kalibrasi 1 mV

2. Kecepatan 25 mm/detik

3. Setelah itu dilakukan kalibrasi dengan menekan tombol RUN/ START, dan

setelah kertas bergerak tombol kalibrasi ditekan 3 kali berturut-turut, dan

periksa apakah tinggi hasil kaliberasi 10 mm (1 mV)

g. Dengan memindahkan LEAD Selector, buat pencatatan EKG secara berturut-turut

: LEAD I, II, III, 2VR, 2VL, 2VF, V1-V6

h. Selesai pencatatan pindahkan lagi ke LEAD Selector Kalibrasi dan lakukan

kalibrasi sebanyak 3 kali

i. Matikan mesin EKG

j. Rapikan pasien dan alat-alat

k. Catat hasilnya di pinggir kiri atas kertas EKG :

1. Nama pasien

2. Umur

3. Tanggal dan jam perekaman

4. Yang membuat perekaman pada kiri bawah

Di bawah tiap LEAD, diberi tanda LEAD berapa

V. Hasil Praktikum

EKG

1. HR :

a. Lead I : 84 x/m

b.Lead II : 82 x/m

c. Lead III : 84 x/m

d.Lead aVR : 80 x/m

e. Lead aVL : 82 x/m

f. Lead aVF : 81 x/m

g.Lead V1 : 78 x/m

h.Lead V2 : 81 x/m

i. Lead V3 : 76 x/m

j. Lead V4 : 70 x/m

k.Lead V5 : 75 x/m

l. Lead V6 : 73 x/m

8

Page 9: Laporan Praktikum Ima Jadi

2. gel P : Posisi : Tegak ke atas pada semua sadapan, kecuali pada sadapan

aVR.

Waktu : 0,16 detik

Amplitudo : 2 mm

3. P-R interval : 0,16 detik

4. QRS complex : dominan ke atas pada lead I,II,III. Tertinggi pada lead II (normal).

Lebar QRS complex sekitar 2mm.

5. ST segment : isoelektrik (berada pada tinggi yang sama pada kertas sebagai garis

dasar rekaman diantara ujung gelombang T dan gelombang P

berikutnya), mengalami inversi pada lead III, aVR, V1.

Gel.T : Posisi : mengalami inversi pada aVR, tetapi gelombang T mengarah

ke atas pada semua lead yang lain.

Amplitudo : 2mm

9

Page 10: Laporan Praktikum Ima Jadi

Hasil Rekaman EKG

Nama : Triaji Tgl 14 Desember 2011 TD .............................

I

HR = 84

II

HR = 82

III

HR = 84

AVR

HR = 80

AVL

HR = 82

AVF

HR = 81

V1

HR = 78

V2

HR = 81

V3 V4

10

Page 11: Laporan Praktikum Ima Jadi

HR= 76 HR= 70

V5

HR = 75

V6

HR = 73

Kesimpulan :

Dapat disimpulkan bahwa hasil EKG dari Tri aji normal karena potensial aksi manofasik

yang terdapat pada otot ventrikel dalam keadaan normal berlangsung antara 0,25 sampai 0,35

detik. Yang dimaksud potensial aksi manofasik itu puncak gelombang P yang berasal dari

sebuah mikroelektroda yang disisipkan dibagian dalam serabut otot ventrikel. Puncak

gelombang tersebut disebabkan karena adanya depolarisasi, sedangkan gelombang yang

kembali ke dasar disebabkan karena adanya repolarisasi. Gelombang QRS muncul pada awal

potensial manofasik dan gelombang T dibagian akhir. Sewaktu otot ventrikel dalam keadaaan

polarisasi lengkap atau depolarisasi lengkap ternyata tidak ada sama sekali potensial yang

terekam pada elektrokardiogram. Potensial tersebut akan terekam apabila sebagian otot

berada dalam keadaan polarisasi dan sebagian lagi terdepolarisasi.sehingga aliran listris

tersebut mengalir dari satu bagian ventrikel menuju kebagian ventrikel yang lain.sehingga

arus listrik akan mengalir ke permukaan tubuh untuk menimbulkan gambar

elektrokardiogram.

11

Page 12: Laporan Praktikum Ima Jadi

Laporan Praktikum II

DENYUT JANTUNG (ICTUS CORDIS), BUNYI JANTUNG, &

PENGARUH PERUBAHAN POSISI DAN AKTIVITAS TERHADAP

TEKANAN DARAH DAN DENYUT JANTUNG

I. Landasan Teori

Siklus Jantung

Siklus jantung mempunyai dua fase yaitu fase diastolik dan fase sistolik. Selama fase

diastolik, ventrikel kanan terisi darah dari atrium kanan, sedangkan ventrikel kiri terisi darah

dari vena pulmonalis. Pada fase sistolik, darah di ventrikel kanan dipompakan ke dalam arteri

pulmonalis menuju kapiler paru untuk proses oksigenasi. Sementara itu, darah dari ventrikel

kiri dipompakan dan didistribusikan ke seluruh tubuh untuk membantu metabolisme jaringan.

Fase Diastolik

1. Fase relaksasi isometrik.

Awal fase diastolik, katup atriventrikular (AV; yaitu katup mitral dan trikuspidal) dan

semilunar (katup aorta dan pulmonal)menutup, serta atrium kanan mulai terisi darah

dari kedua vena cava (sauperior dan inferior). Sedangkan, atrium kiri terisi darah dari

sistem vena pulmonal.

2. Fase pengisian ventrikel cepat.

Saat atrium terisi darah, maka tekanan di ventrikel akan menurun sampai saat tekanan

di ventrikel lebih rendah dari tekanan atrium sehingga katup AV (katup mitral dan

trikuspidal) akan membuka sehingga darah dari atrium dengan cepat mengisi

ventrikel.

3. Fase pengisian ventrikel lambat (diastasis).

Pengisian darah yang lambat dari atrium ke ventrikel, terutama darah yang kembali

dari perifer dan paru-paru.

4. Fase kontraksi atrial.

Saat ventrikel terisi darah, maka tekanan ventrikel meninggi dan tekanan atrium

menurun. Hal ini akan memperlambat aliran darah dari atrium ke ventrikel sehingga

atrium berkontraksi guna memompakan darah yang tersisa di atrium agar masuk ke

ventrikel. Pada fase ini ventrikel kiri penuh dan volume darah di akhir fase diastolik

disebut Left Ventricular End Diasytolic Volume (LVEVD atau preload) kemudian

12

Page 13: Laporan Praktikum Ima Jadi

menghasilkan tekanan pada dinding ventrikel yang disebut Left Ventricular End

Diastolic Pressure (LVEDP).

Fase Sistolik

1) Fase kotraksi isometrik.

Setelah ventrikel penuh, sementara waktu katup AV (katup mitral dan trikuspidal) dan

katup seminular (katup aorta dan pulmonal) masih menutup. Ventrikel mulai

kontraksi dan tekanan intraventrikel meningkat.

2) Fase ejeksi cepat.

Saat tekanan intraventrikel terus meningkat sampai melebihi tekanan di aorta dan

arteri pulmonal, maka kedua katup semilunar terbuka dan darah dipompa dari kedua

ventrikel, masing-masing ke dalam aorta dan arteri pulmonal. Secara normal, 75%

volume darah ventrikel akan dipompa dalam fase ini.

3) Fase ejeksi lambat.

Dengan dipompanya darah ke dalam aorta dan arteri pulmonal, maka tekanan di aorta

dan arteri pulmonal meningkat sampai melibihi tekanan di ventrikel. Kemudian pada

saat inilah kedua katup semilunar akan tertutup.

Pengaturan sirkulasi perifer

Pengaturan secara intrinsik

Tahanan vaskular pada arteriol berperan penting dalam pengaturan aliran darah setempat

melalui mekanisme autoregulasi. Autoregulasi adalah suatu mekanisme di mana setiap

jaringan mengatur aliran darahnya sendiri sesuai dengan kebutuhan metabolisme setempat.

Pengaturan secara Ekstrinsik

Sistem saraf otonom terdiri atas dua sistem saraf yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis.

1. Stimulasi serabut sistem parasimpatis pada ganglion mengeluarkan asetilkolin dan disebut

sebagai serabut kolinergik.

2. Stimulasi serabut saraf sistem simpatis pada ganglion mengeluarkan nor-adrenalin dan

disebut sebagai serabut adrenergik.

Sistem reseptor adrenergik terdiri atas reseptor α-adrenargik dan β-adrenargik. Beberapa

reseptor adrenergik hanya memberi respon terhadap Dopamin dan disebut reseptor

dopaminergik.

a. Reseptor α-adrenergik mempunyai respons pada rangsang adrenalin. Lokasinya pada

arteriole dan venule. Stimulasi pada reseptor α-adregernik akan mengakibatkan

vasokonstriksi.

13

Page 14: Laporan Praktikum Ima Jadi

b. Reseptor β-adrenergik terdiri ats reseptor βcardial (β1) dan reseptor β perifer (β2).

Stimulasi reseptor β1 akan menyebabkan hal-hal berikut ini.

Peningkatan frekuensi denyut jantung (heart rate).

Peningkatan konduksi nodul AV.

Peningkatan kontraktilitas miokard.

Baroreseptor

Baroreseptor terletak di sinus karotis dan arkus ( arcus) aorta. Resptor ini mempunyai peran

sangat penting dalam pengaturan tekanan darah secara cepat. Jika tekanan darah naik secara

mendadak, maka akan memberikan rangsangan pada baroreseptor yang selanjutnya sinyal

tersebut dikirim ke medula olongata dan akan menghambat pusat vasokonstriksi, serta

merangsang pusat vagal sehingga terjadi vasodilatasi, kontraktilitas menurun, juga bradikardi.

Proses ini akan menghasilkan penurunan tekanan darah menjadi normal kembali. Demikian

juga sebaliknya, jika tekanan darah turun secara mendadak, maka akan menimbulkan

rangsang pada baroreseptor yang diteruskan ke medula oblongata dan akan menstimulasi

pusat vasokonstriksi serta menghambat pusat vagal sehingga terjadi vasokonstriksi,

kontraktilitas meningkat, dan takikardia. Selanjutnya, proses ini akan mengembalikan

tekanan darah menuju normal.

Kemoreseptor

Kemoresptor berada di sinus karotis dan arkus aorta. Stimulasi pada pusat kemoreseptor akan

menimbulkan rangsangan di pusat vasokontriksi sehingga terjadi kontriksi pembuluh darah

(vasokontriksi).

Fisiologi Bunyi Jantung

Saat kedua atrium berkontraksi, darah dipompakan ke dalam ruang ventrikel melalui katup

trikuspidalis pada jantung sisi kanan dan melalui katup mitral pada jantung sisi kiri.

Kemudian, kedua ventrikel berkontraksi dan darah dipompakan dan ventrikel kanan ke dalam

paru melalui katup pulmonalis, sedangkan dari ventrikel kiri darah dialirkan ke aorta melalui

katup aorta.

Awal kontraksi ventrikel (sistolik) terjadi pada saat menutupnya katup mitral dan jatup

trikuspidalis, di mana kedua katup ini terbuka sela atrium berkontraksi (fase diastolik).

14

Page 15: Laporan Praktikum Ima Jadi

Penutupan katup mitral dan trikuspidalis menimbulkan bunyi Lub yang disebut Bunyi

jantung 1.

Awal relaksasi ventrikel (diastolik) terjadi waktu katup aorta dan katup pulmonal menutup, di

mana kedua katup ini terbuka saat ventrikel berkontraksi (fase sistolik). Penutupan katup

aorta dan pulmonal menimbulkan bunyi Dub yang disebut Bunyi jantung 2.

Bunyi Jantung

Bunyi jantung 1 dan Bunyi jantung 2.

1. BJ 1 terdengar lebih keras daripada BJ2; tetapi nada BJ1 lebih rendah, sedangkan BJ2

nadanya tinggi.

2. Di daerah apeks, BJ1 lebih keras dari BJ2.

3. Di daerah katup aorta dan pulmonal, BJ1 lebih keras dari BJ1.

Intensitas BJ1

1. Mengeras pada takikardia karena Mitral Stenosis (MS).

2. Melemah pada miokarditis, kardiomiopati, infark miokard, efusi perikard, mitral

insufisiensi (MI).

Intensitas BJ2

1. Mengeras pada hipertensi sistemik, hipertensi pulmonal.

2. Melemah pada hipertensi dengan dinding vaskular yang lentur dan arus aliran darah

ke arteri pulmonalis tidak deras karena stenosis.

Cara membedakan BJ1 dan BJ2 adalah sebagai berikut.

1. Pembedaan intensitas sesuai dengan lokasi tersebut di atas.

2. Sinkronisasi dengan denyut arteri karotis. Arteri karotis berdenyut segera setelah

sistolik ventrikel.

Bunyi Jantung 3 dan Bunyi Jantung 4

Bunyi Jantung 3

1. Terdengar samar-samar pada fase awal diastolik (setelah BJ2).

2. Normal bila terdengar pada usi anak-anak, remaja, dan wanita hamil.

15

Page 16: Laporan Praktikum Ima Jadi

3. Terjadi akibat getaran pada muskulus papilaris dan korda tendinea katup mitral atau

trikuspidal, serta pada saatventrikel terisi darah dengan aliran yang deras.

Bunyi jantung 4

1. Normalnya tidak terdengar.

2. Terletak pada akhir fase diastolik atau pre-sistolik, yaitu sesaat sebelum BJ1 timbul,

pada gambaran EKG terletak di antara gelombang P dan kompleks QRS.,

3. Terjadi sebagai akibat kontraksi otot atrium yang mengalami hipertrofi.

Tekanan Darah

Tekanan darah dapat diperiksa dalam posisi yang berbeda dengan metode

sphygmomanomtri. Penting sekali mencatat posisi klien (duduk,berdiri, atau berbaring)

saat pengukuran tekanan darah. Dengan perubahan posisi (terlentang ke duduk), fluktuasi

normal tekanan darah dan denyut jantung meningkatkan ringan (sekitar 5mmHg untuk

tekanan sistolik dan diastolik; sedangkan denyut nadi meningkat 5-10 denyut per menit).

Setelah klien duduk dari posisi baring, berikan waktu 1-3 menit sebelum pengukuran

tekanan darah.

Terminologi hasil pemeriksaan tekanan darah yang umum digunakan dalam menilai

kondisi klien:

1. Postural hypotension adalah tekanan darah sistolikturun lebih dari 10-15 mmHg

dan tekanan darah diastolik turun lebih dari 10 mmHg serta diikuti peningkatan

denyut nadi 10-20% (Braundwald,1998)

2. Paradoxical blood pressure adalah penurunan tekanan sistolik lebih dari 10 mmHg

selama fase inspirasi (normalnya 3-10 mmHg). Kondisi klinis seperti tamponade

perikardial, perikarditis konstktiva, dan hipertensi vpulmonal kemungkinan besar

mengubah tekanan pengisian dalam ventrikel kanan dan kiri yang menimbulkan

tekanan darah paradoksikal. Tekanan ini dikaji dengan menginflasi manset (cuff)

kurang lebih 20 mmHg di atas tekanan sistolik kemudian dikempiskan perlahan

(1-2 mmHg per detik) sampai bunyi korotkoff I terdengar saat ekspirasi dan hilang

pada fase inspirasi. Terus dengarkan bunyi korotkoff sampai akhir pengukuran.

Jika bunyi selama inspirasi dan ekspirasi terpisah lebih dari 10mmHg, maka

pulsus paradox ada.

16

Page 17: Laporan Praktikum Ima Jadi

3. Tekanan nadi atau pulse pressure (PP) yaitu selisih tekanan sistolik dan tekanan

diastolik. Tekanan nadi normal normal 30-40 mmHg. Nilai ini dapat digunakan

sebagai pengukuran langsung terhadap curah jantung. Peningkatan tekanan nadi

terjadi pada bradikardi, regurtasi aorta, aterosklerosis, hipertensi, dan penuaan.

Penurunan tekanan nadi diakibatkan oleh resistensi vaskular perifer dan

penurunan volume sekuncup pada klien perdarahan atau hipovolemia, regurgitasi

mitral, mitral stenosi, gagal jantung, atau syok kardiogenik.

Pengaturan Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jntung yang berkontraksi saat

memompa darah sehingga darah terus mengalir didalam pembuluh darah. Tekanan ini

diperlukan supaya darah tetap mengalir serta dapat melawan gravitasi dan hambatan dalam

dinding arteri. Tanpa tekanan darah yang terus menerus darah tak akan dapat mengalir ke

otak dan keseluruh jaringan tubuh.

Tekanan darah tergantung dari kemampuan jantung sebagai pompa dan hambatan dalam

pembuluh darah arteri. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung dalam 1 menit disebut curah

jantung (cardiac output). Cardiac output tergantung dari kecepatan jantung berdenyut (heart

rate) dan jumlah darah yang dipompakan dalam setiap denyutan atau pompaan yang disebut

isi sekuncup (stroke volume).Dalam keadaan normal isi sekuncup ini berjumlah sekitar 70 ml

dengan frekuensi denyut jantung 72 x/menit, sehingga curah jantung diperkirakan sekitar 5

liter. Jumlah ini tidak menetap tetapi dipengaruhi oleh aktivitas seseorang.

Sepanjang 24 jam tekanan darah selalu berubah-ubah berkisar antara 20 – 30 mmHg,

angka ini tergantung dari kegiatan dan tuntutan kebutuhan tubuh. Tekanan darah paling

rendah adalah apabila sedang istirahat atau pada saat tidur. Saat berdiri dan bergerak tubuh

akan mengadakan pengaturan sehingga tekanan darah menjadi stabil. Curah jantung

meningkat pada pada waktu melakukan kerja otot, stress, peningkatan suhu lingkungan,

kehamilan, setelah makan, dan aktivitas lainnya.

Didalam pembuluh darah, darah tidak mengalir secara kontinyu dan merata seperti air di

dalam pipa karet atau plastik, akan tetapi berupa semburan atau dorongan sesuai dengan

denyutan jantung sehingga pembuluh darah berdenyut. Tekanan pada pembuluh darah akibat

dorongan tersebut disebut tekanan sistolik, yaitu berupa tekanan maksimal yang menekan

pembuluh darah arteri. Selanjutnya tekanan pada pembuluh darah arteri akan menurun yaitu

17

Page 18: Laporan Praktikum Ima Jadi

selama jantung relaksasiatau diantara pompaan atau denyutan jantung, tekanan ini dinamakan

tekanan diastolic.

Pengukuran Tekanan Darah

a. Cara occilometrik

Prinsip pengukuran ini didasarkan pada pencatatan oscilasi yang tercatat pada tambur.

Tekanan sistolik dibaca saat mulai terjadinya oscilasi sedangkan tekanan diastolik

dibaca saat oscilasi maksimum. Pengukuran ini jarang dilakukan

b. Cara palpatorik

Alat yang digunakan sphygmomanometer. Pada saat tekanan / kompresi yang tinggi

pada n.brakhialis / radialis tidak dapat diraba, pada saat penekanan diturunkan nadi

dapat teraba dan ini disebut tekanan sistolik, sedangkan tekanan diastolik dengan cara

ini tak dapat diukur.

c. Cara auskultatorik ( Korotkoff)

Alat yang digunakan terdiri dari sphygmomanometer yang dilengkapi dengan manset,

manometer airraksa, pompa karet, katup pengatur dan stetoskop.Jika pompa karet

dipompa berkali-kali, rongga udara akan mrngembang, dan akan mendorong airraksa

sebagai penunjuk tekanan akan menunjukkan tekanan yang semakin meningkat. Jika

penutup katup pengatur dibuka, tekanan udara dalam rongga manset lengan akan

berkurang dan air raksa sebagai penunjuk tekanan juga akan menurun. Dengan

meletakkan stetoskop diatas arteri lengan (dibawah pemasangan manset).

Phase I : bunyi pembuluh darah yang menyerupai bunyi jantung pertama

Phase II : seperti bunyi phase I tetapi disertai oleh semacam bising

Phase III : bising hilang lagi, kembali seperti phase I

Phase IV : bunyi pembuluh sekonyong-konyong menjadi perlahan

Phase V : bunyi pembuluh hilang

Phase I = tekanan sistolik

Phase V = tekanan diastolik

Yang dianjurkan sebagai suasana baku pada pengukuran tekanan darah :

1. Suhu ruangan harus nyaman bagi penderita, tidak terlalu dingin atau panas, dan

dicatat

2. Lingkungan tidak gaduh (tenang)18

Page 19: Laporan Praktikum Ima Jadi

3. Penderita harus dalam keadaan istirahat, yang dimaksudkan ialah sebelum

pelaksanaan pengukuran tekanan darah penderita tidak boleh melakukan kegiatan

fisik, makan merokok atau kedinginan sekurang-kurangnya dalam waktu 30 menit

sebelum pelaksanaan (atau berbaring selama 10-15 menit).

II. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan

yang terjadi pada sel akibat adanya cairan hipotonis, isotonis, dan cairan hipertonis

yang berada dilingkungan sel.

III. Tata Kerja Praktikum

IIA. Denyut Jantung Denyut Jantung (Ictus Cordis)

1. Mintalah orang percobaan melepas bajunya dan perhatikan apa yang tampak pada

ruang intercostal V sedikit medial dari garis medioclavicularis. Untuk lebih jelasnya

suruh orang percobaan sedikit membungkuk badannya.

2. Lihat dan raba dan hitung denyut jantungnya.

3. Catat apa yang akan terjadi bila orang percobaan melakukan ekspirasi atau inspirasi

yang dalam.

IIB. Bunyi Jantung

Dengarkan bunyi jantung pada tempat-tempat berikut ini :

1. Apex

2. Sela iga II sebelah kanan dari sternum

3. Sela iga II sebelah kiri dari sternum

4. Sela iga IV sebelah kanan sternum

5. Sela iga IV sebelah kiri sternum

IIC. Pengaruh Perubahan Posisi Dan Aktivitas Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut

Jantung

1. Mintalah orang percobaan untuk relax

2. Hitunglah denyut nadi orang percobaan

3. Pasang manset pada lengan atas

19

Page 20: Laporan Praktikum Ima Jadi

4. Pompa karet berkali-kali sampai airraksa pada manometer naik mencapai 20 – 40

mmHg diatas rata-rata tekanan darah normal sambil meletakkan stetoskop diatas arteri

dibawah pemasangan manset

5. Buka klep pengatur perlahan-lahan

6. Dengarkan dengan seksama suara yang terdengar melalui stetoskop

7. Tentukan sistolik dan diastolik

8. Lakukan pemeriksaan tekanan darah pada posisi tidur, duduk, dan berdiri

9. Mintalah orang percobaan untuk naik-turun tangga dengan kecepatan 60 x / menit

selama 3 menit tanpa istirahat.

10. Periksa kembali denyut nadi dan tekanan darah orang percobaan segera setelah 1’, 2’,

dan 3’ melakukan aktivitas.

III. Hasil Praktikum

Denyut Jantung (Ictus Cordis) & Bunyi Jantung

Hasil auskultasi :

Bunyi jantung yang terdengar di stetoskop itu lub dup. Bunyi pertama lub

terdengar sangat keras, dihasilkan oleh katup atrioventrikular yang menutup.

Bunyi kedua dup terdengar lebih pelan karena katup aortik dan pulmunal yang

menutup.

Hasil pencatatan :

1. Waktu antara sistol ke diastol berikutnya : ………… detik

2. Waktu antara sistol ke sistol berikutnya : ………… detik

3. Waktu antara diastol ke diastol berikutnya : ………… detik

4. Waktu antara dua sistol : ………… detik

5. Waktu antara dua nadi arteri : ………… detik

6. Denyut jantung rata-rata berdasar hasil di atas : 80 /menit

Pengaruh Perubahan Posisi Dan Aktivitas Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut

Jantung

Denyut Nadi saat istirahat : 90/60 x/m

Tekanan darah pada posisi tiduran : 125 / 62/ 90

Tekanan darah pada posisi duduk : 135 / 68 / 92

Tekanan darah pada posisi berdiri : 118 / 92 / 93

20

Page 21: Laporan Praktikum Ima Jadi

Denyut nadi setelah aktivitas : 1’ 110 2’ 111 3’ 107

Tekanan darah setelah aktivitas : 1’147 / 73 2’135 / 65 3’132 / 73

Kesimpulan

Denyut Jantung (Ictus Cordis) & Bunyi Jantung

Frekuensi denyut nadi menurun pada saat istirahat, dan meningkat pada saat tekanan

darah naik dan beraktivitas. Beraktivitas seperti latihan fisik akan memacu kerja jantung

semakin cepat sehingga denyut jantung pun meningkat karena pada saat beraktivitas kerja

otot jantung menjadi ekstra karena untuk memnuhi suplai darah ke jantung supaya tetap

stabil.

Bunyi jantung yang terdengar adalah lub dup. Bunyi lub terdengar ketika katup

atrioventrikular menutup dan terdengar sangat keras. Bunyi dup terdengar ketika katup aortik

dan pulmonal menutup dan bunyinya pelan.

Pengaruh Perubahan Posisi Dan Aktivitas Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut

Jantung

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan oleh darah di dalam pembuluh darah.

Tekanan darah merupakan hasil dari curah jantung dan resistensi terhadap aliran darah yang

diatur oleh pembuluh darah terutama oleh kaliber artriol.

Tekanan darah akan meningkat pada saat emosi dan latihan fisik dan menurun selama

tidur dan istirhat. Sehingga terdapat perbedaan tekanan darah terhadap pengaruh perubahan

posisi. Pada saat posisi tidur tekanan darah menurun itu disebabkan aliran darah ke setiap

pembluh itu mengalir lambat melalui kapiler-kapiler pembuluhnya. Sedangkan pada saat

duduk aktivitas kerja pembuluh darah untuk memompa jantung sedikit terangkat karena

posisi yang tidak sejajar dengan jantung. Apalagi pada saat berdiri kaplier darah bekerja

semakin semakin cepat sehingga tekanan darah yang dihasilkan harusnya meninhkat pula,

tapi pada praktikum kami terjadi kesalahan itu disebabkan faktor dari pemeriksaan yang

kurang tepat tidak sesuai prosedur yang harus dikerjakan.

21

Page 22: Laporan Praktikum Ima Jadi

Laporan Praktikum III

PENGARUH CAIRAN HIPOTONIS, ISOTONIS, DAN HIPERTONIS

TERHADAP JARINGAN TUBUH

I. Landasan Teori

Asupan Cairan harian

Cairan ditambahkam kedalam tubuh dalam satu seumber utama, yaitu : pertama

beasal dari air atau cairan dalam makanan, yang normalnya menambah cairan tubuh sekitar

2100ml/hari dan kedua berasal dari sintesisi di tubuh sebagai hasil oksidasi karbohidrat yang

menambah sekitar 200 ml/hari. Akan tetapi asupan air sangat bervariasi pada masing-masing

orang bahkan pada orang yang sama pada hari yang berbeda tergantung pada cuaca,

kebiasaan, dan tingkat aktivitas fisik.

Pergerakan Cairan Tubuh

Cairan tubuh walaupun didistribusikan pada kompartemen tertentu, pada

kenyataannya tidaklah terikat pada satu kompartemen saja. Cairan akan bergerak dan terjadi

pertukaran antara cairan intrasel, cairan interstisial, dan cairan intravaskuler secara menetap.

Cairan intrasel dipisahkan oleh membran sel dari cairan interstisial, dan cairan

intravaskular dipisahkan oleh dinding kapler dari cairan interstitial. Perbedaan struktur

pemisah ini memungkinkan perbedaan dalam cara perpindahan cairan diantara kompartemen

ini.

Terdapat 3 mekanisme perpindahan zat saat melintasi membran sel yaitu:

1) Difusi

Difusi adalah pergerakan cairan dari konsntrasi tinggi ke konsetrasi rendah. Difusi

terbagi dua, yaitu :

1. Difusi terfasilitasi seperti pada glukosa dan yang paling lazim asam amino.

2. Difusi melalui mebran pori – pori

Beberapa zat seperi air dabn berbagai ion yang terlarut di dalamnya pada kondisi

tertentu dapat langsung melwati paru-paru membran sekaligus . di pengaruhi oleh

permeabilitas dan muatan listrik dari zat-zat tersebut.

22

Page 23: Laporan Praktikum Ima Jadi

2) Transport Aktif

Beberapa zat dapat bergerak antara interstisial dan intrasel melewati membrane sel

dengan melawan gradient konsentrasi melalui mekanisme pompa aktif misalnya pompa

untuk mengatur natrium dan kalium di interstisial dan di ekstrasel.

Dalam keadaan normal natrium banyak dijumpai dalam cairan ekstrasel, sedangkan

kalium paling banyak berada di intrasel. Jika kalium keluar ke ekstrasel & natrium

masuk ke intrasel pompa Na–K akan menariknya kembali ke kompartemen semula.

Mekanisme ini membantu distribusi komponen cairan dalam keadaan normal dan

membantu dalam mempertahankan homeostasis.

3) Osmosis :

Osmosis adalah pergerakan cairan melewati membran semipermiabel dari

konsentrasi yang rendah menuju konsentrasi tinggi.

II. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan yang terjadi

pada sel akibat adanya cairan hipotonis, isotonis, dan cairan hipertonis yang berada

dilingkungan sel.

III. Alat yang digunakan :

1. Tabung reaksi 3 (tiga) buah

2. Berbagai cairan dengan kekuatan yang berbeda terdiri dari :

Cairan hipotonis : Nacl 0.45%

Cairan isotonis : NaCl 0.9%

Caairan hipertonis NaCl 3%

3. Spuit disposible 5 ml

4. Kapas alcohol

5. Basin Kidney

IV.Tata Kerja Praktikum

1. Siapkan 3 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 2 ml NaCl 0.45%,

NaCl 0.9% dan NaCl 3%

2. Mintalah salah satu mahasiswa untuk secara sukarela diambil darah vena sejumlah 3

ml

3. Masukkan darah volunteer kedalam tabung reaksi yang sudah berisi cairan tadi23

Page 24: Laporan Praktikum Ima Jadi

4. Kocok campuran tadi secara perlahan-lahan

5. Perhatikan perubahan apa yang terjadi pada ketiga tabung reaksi tersebut ?

6. Jelaskan mengapa dan bagaimana terjadinya perubahan tersebut !

V.Hasil Praktikum

Campuran darah dengan cairan NaCl 0.45% menghasilkan :

Darah nya lebih kehitaman, lebih kental dan menggumpal cepat

Campuran darah dengan cairan NaCl 0.9% menghasilkan :

Darahnya lebih terang daripada darah yang dicampur dengan cairan NaCl 0.45 %,

menggumpalnya agak lama

Campuran darah dengan cairan NaCl 3% :

Darahnya lebih cerah, tidak ada endapan, lebih encer tidak menggumpal

Kesimpulan:

NaCl 0.45% bersifat hipotonis terhadap darah

Berarti darah dengan cairan NaCl 0,45 % memiliki konsentrasi solut, yaitu konsentrasi zat

terlarut lebih rendah konsntrasi zat tersebut dalam darah. Dengan demikian, konsentrasi

dalam larutan jauh lebih tinggi daripada di dalam darah sehingga air bergerak masuk ke

dalam darah melalui proses osmosis. Proses nya disebut hemolisis.

NaCl 0,9% bersifat isotonis terhadap darah

Berarti darah dengan cairan NaCl 0,9 % memiliki tonisitas yang sama, yaitu konsentrasi zat

terlarut dalam sel sebanding dengan konsentrasi zat tersebut dalam darah. Darah yang

ditempatkan dalam larutan isotonis konsentrasinya sebanding sehingga kondisi kesemibangan

dinamis tercapai karena laju pergerakan air yang masuk ke darah sebanding, berarti darah

tidak mengalami perubahan apapun.

NaCl 3% bersifat hipertonis terhadap darah

Berarti darah dengan cairan NaCl 3% memiliki konsentrasi solut yang lebih tinggi daripada

konsentrasi zat tersebut dalam darah. Dengan demikian, konsentrasi air dalam larutan lebih

rendah daripada yang ada di dalam darah sehingga air dalam darah bergerak ke luar menuju

larutan melalui proses osmosis. Proses tersebut disebut krenasi.

24

Page 25: Laporan Praktikum Ima Jadi

Laporan Praktikum IV

PENGARUH KELEBIHAN CAIRAN HIPOTONIS, ISOTONIS, DAN HIPERTONIS

TERHADAP PEMBENTUKAN URINE

I. Landasan Teori

Asupan Cairan harian

Cairan ditambahkam kedalam tubuh dalam satu seumber utama, yaitu : pertama

beasal dari air atau cairan dalam makanan, yang normalnya menambah cairan tubuh sekitar

2100ml/hari dan kedua berasal dari sintesisi di tubuh sebagai hasil oksidasi karbohidrat yang

menambah sekitar 200 ml/hari. Akan tetapi asupan air sangat bervariasi pada masing-masing

orang bahkan pada orang yang sama pada hari yang berbeda tergantung pada cuaca,

kebiasaan, dan tingkat aktivitas fisik.

Kehilangan cairan Tubuh Harian

Kehilangan air yang tidak dirasakan (insensible water loss). Beberapa pengeluaran

cairan tidak dapat diatur secara cepat. Contohnya kehilangan air yang berlangsung terus

menerus melalui evaporasi dan traktus respiratorus dan difusi melalui kulit,pada keadaan

normal keduanya mengeluarkan air sebanhyak 700 ml/hari. Insensible water loss yang terjadi

melalui kulit tidak bergantung pada keringat karena orang yang terlahir tanpa kelenjar

keringat pun kehilangan air sebanyak 300 sampai 400 ml/hari. Insensible water loss melalui

traktus respiratorus rata-rata kehilangan air sebanyak 300 sampai 400 ml/ hari. Ini terjadi

karena proses respirasi saat mengeluarkan udara itu ada cairan juga yang ikut keluar dan

terbentuklan uap air dari hasil respirasi .

Kehilangan air melalui keringat. Jumlah air yang hilang melalui keringat sangat

bervariasi bergantung pada aktivitas fisik seseorang. Volume keringat normal kira-kira 100

ml/hari, tapi pada cuaca yang sangat panas atau selama aktifitas berat kehilanagn cairan

melalui keringat kadang-kdang meningkat sampai 1-2 liter / jam.

Kehilangan air melalui feses. Secara normal jumal air yang dikeluarkan melalui feses sedikit,

yaitu 100 ml/hari. Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehati pada pasien diare

berat. Oleh karena itu, diare dapat membahaykan jiwa jika tidak ditangani dalam bebrapa

hari.

25

Page 26: Laporan Praktikum Ima Jadi

Kehilangan air melalui ginjal. Air yang dihilang melalui ginjal dalam bentuk urin. Air

yang hilang pada sekali proses miksi atau kencing itu sebanyak 250 – 400 ml.

II. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan

jumlah urine dalam waktu tertentu sebagai dampak dari penambahan cairan hipotonis,

isotonis, dan hipertonis.

III. Alat-alat yang digunakan:

1. Gelas ukuran

2. Cairan untuk diminum :

Aqua 1 liter

NaCl 0. 9% 1 liter

Dextrose 10% 1 liter

3. Kertas dan ballpoint untuk mencatat

IV. Tata Kerja Praktikum

1. Mintalah 3 orang mahasiswa untuk menjadi orang percobaan

2. Berikan kesempatan kepada ketiga orang percobaan untuk mengosongkan kandung

kemihnya

3. Orang percobaan I diminta untuk minum Aqua 1000 ml, orang percobaan II minum

NaCl 0.9%, dan orang percobaan III minum Dextrose 10%

4. Tunggulah ½ jam., 1 jam, dan 2 jam kemudian untuk mengosongkan kembali

kandung kemihnya

5. Catatlah jumlah masing-masing urine yang di keluarkan oleh ketiga orang percobaan

6. Adakah perbedaan jumlah dan berat jenis urine pada ketiga orang percobaan

tersebut ? mengapa demikian, jelaskan mekanismenya !

V. Hasil Praktikum :

Orang Percobaan I minum Aqua 1 liter menghasilkan :

1/2 jam kemudian : 100 ml dg BJ :1,08

1 jam kemudian : 200ml dg BJ :1,05

2 jam kemudian :430ml dg BJ :1,02

Orang Percobaan II minum Pocari Sweat 1 liter menghasilkan :

½ jam kemudian : 220ml dg BJ :1,01

1 jam kemudian : 310ml dg BJ :1,05

26

Page 27: Laporan Praktikum Ima Jadi

2 jam kemudian : 530ml dg BJ :1,03

Orang Percobaan III minum Dextrosa 10% 1 liter menghasilkan :

½ jam kemudian : 50 ml dg BJ :1,08

1 jam kemudian : 240 ml dg BJ :1,05

2 jam kemudian : 410 ml dg BJ :1,02

Kesimpulan

Orang Percobaan I minum Aqua 1 liter

Volume urin yang meminum air aqua lebih banyak dari volume urin yang meminum pocari

sweat. Berarti cairan tubuh dengan air aqua adalah hipotonis ,memiliki konsentrasi solut,

yaitu konsentrasi zat terlarut lebih rendah daripada konsntrasi zat yang ada dalam cairan

tubuh. Dengan demikian, konsentrasi dalam larutan jauh lebih tinggi daripada di dalam cairan

tubuh sehingga air bergerak masuk ke dalam cairan tubuh melalui proses osmosis. Cairan

hipotonis mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih rendah, yaitu kurang dari

282 mOsm/liter, sehingga air berdifusi ke dalam cairan tubuh. Sehingga volume urin yang

keluar akan sedikit karena larutan tersebut bergerak masuk kedalam cairan tubuh.

Orang Percobaan II minum Pocari Sweat 1 liter menghasilkan :

Volume urin yang meminum pocari sweat sesuai dengan kadar jumlah urin yang harus

dikeluarkan. Dapat disimpulkan bahwa pocari sweat bersifat isotonik yakni larutan dengan

zat terlarut impermeabel yang mempunyai osmolaritas 282 mOsm/liter, sel tidak akan

mengkerut atau membengkak karena konsentrasi cairan dalam intrasel dan ekstrasel adalah

sama dan zat terlarut tidak dapat keluar atau masuk sel.

Orang Percobaan III minum Dextrosa 10% 1 liter menghasilkan :

Volume urin orang yang meninum dextrosa paling banyak diantra kedua cairan diatas. Dapat

disimpulkan bahwa cairan dextrosa hipertonis terhadap cairan tubuh. Cairan hipertonis yang

mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel yang lebih tinggi, air akan mengalir keluar

dari sel ke dalam cairan ekstrasel. Dalam hal ini, sel akan mengkerut sampai kedua

konsentrasi sama. Maka , volume urin yang meminum dextrosa lebih banyak dari yang

lainnya. Karena dextrose itu mengandung glulkosa sehingga jika membandingkan seseorang

yang minum air tawar dengan air manis makan hasil volume urin yang lebih banyak adalah

orang yang memnimu air manis.

27

Page 28: Laporan Praktikum Ima Jadi

Laporan Praktikum V

PENGARUH BERBAGAI PENUTUP TERHADAP PENGUAPAN

I. Landasan Teori

Mekanisme Produksi Panas

Produksi panas adalah produk tambahan metabolisme yang utama. Faktir-faktor yang

berperan penting dalam metabolisme tubuh. Diantaranya yaitu: (1) laju metabolisme basal

dari semua sel tubuh; (2) laju cadangan metabolisme yang disebabkan karena konstruksi otot

yang disebabkan oleh menggigil; (3) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh

trioksin (dan oleh sebagian kecil hormon pertimbuhan dan testosteron) terhadap sel; (4)

metabolisme tambahan yang disebabkan efek epnefrin dan norepinefrin; (5) metabolisme

tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi dalam sel.

Mekanisme Kehilangan Panas

Sebagian besar produksi panas dalam tubuh dihasilkan pada organ dalam terutama hati,

otak, jantung, dan otot rangka terutama selama kerja. Kemudian panas ini dari jaringan dalam

tubuh ke kulit melalui sistem penghubung arteriovenosus (arteriovenous shunt). Penghubung

dapat terbuka untuk menghantarkan panas dari kulit ke lingkungan sekitarnya atau tertutup

untuk menhambat panas keluar dari tubuh. Membuka atau mentupnya arteriovenosus ini

diatur oleh sistem saraf simpatis yang berespon terhadap perubahan lingkungan. Berbagai

cara panas hilang dari kulit ke lingkungan yaitu:

(1) Radiasi

Radiasi adalah perpindahan panas dari area permukaan benda yang satu denga permukaan

yang lain tanpa adanya kontak langsung antara dua buah benda (Kozier, 1991). Orang

yang telanjang pada suhu kamar normal kehilangan panas kira kira 60% dari kehilangan

panas total (sekitar 15%) melalui radiasi (Guyton, 1997). Kehilangan panas melalui

radiasi berarti kehilangan dalam bentuk gelombang panas infra merah, suatu jenis

gelombang elektromagnetik.

(2) Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas dari suatu molekul ke molekul lain yang disertai

kontak langsung antara dua buah benda (Taylor, 1997). Darah membawa atau

mengkondiksikan panas dari inti tubuh ke permukaan kulit. Normalnya, hanya sedikit

jumlah panas yang dilepaskan melalui proses konduksi ke permukaan kulit. Selimut

28

Page 29: Laporan Praktikum Ima Jadi

pendingin atau kasur pendingin dapat digunakan untuk menurunkan demam melalui

konduksi panas dari kulit ke kasur/selimut pendingin. Perpindahan panas juga dapat

terjadi melalui pemaparan dengan air. Air memiliki panas khusus beberapa ribu kali lebih

besar daripada udara, sehingga setiap unit bagian air yang berdekatan ke kulit dapat

mengabsorbsi jumlah kuantitas panas yang lebih besar dari pada udara. Juga konduktifitas

air terhadap panas berbeda dengan konduktifitas udara. Oleh karena itu, kecepatan

kehilangan panas ke air pada suhu yang cukup rendah jauh lebih besar dari pada

kecepatan kehilangan panas ke udara pada suhu yang sama.

(3) Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas melalui pergerakan udara diantara dua area yang

berbeda kepadatannya (Taylor, 1997). Ada dua macam konveksi yaitu konveksi alamiah

dan konveksi paksa. Konveksi alamiah adalah kehilangan panas akibat suhu udara sekitar

lebih dingin dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan konveksi paksa terjadi dari

pendingin ruangan seperti AC dan kipas angin.

(4) Evaporasi

Kehilangan panas melalui penguapan yang terjadi terus menerus dari traktus respiratorius,

mukosa mulut dan dari kulit (Kozier, 1991). Evaporasi dapat terjadi melalui kulit dan

paru-paru (insensible waterloss). Evaporasi air yang tidak kelihatan ini tidak dapat

dikendalikan untuk tujuan pengaturan suhu karena evaporasi tersebut dihasilkan dari

difusi molekul air terus menerus melalui kulit dan permukaan sistem pernafasan. Akan

tetapi kehilangan panas melalui evaporasi keringat dapat diatur dengan pengaturan

kecepatan berkeringat. Berkeringat terjadi melalui kelenjar keringat yang diatur oleh

sistim saraf simpatis

II. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat mendemonstrasikan pengaruh lemak

terhadap kehilangan panas

III. Alat yang digunakan :

a. Thermometer air

b. Gelas dengan ukuran 200 ml 3 buah

c. Minyak goreng 100 ml

29

Page 30: Laporan Praktikum Ima Jadi

b. Kain wool untuk penutup gelas

c. Kain tipis dari katun penutup gelas

d. Panci berisi air dan kompor untuk memasak air

IV. Tata Kerja :

1. Panaskan 500 ml air hingga mendidih

2. Masukkan kedalam ketiga 3 gelas masing-masing sampai berisi 2/3 bagian

3. Gelas I ditutup dengan kain tipis dari katun

Gelas II ditutup dengan kain wool

Pada Gelas III ditambahkan minyak goreng 50 ml

4. Ukur suhu masing-masing gelas setiap 15 menit selama 2 jam dan catatlah hasilnya.

V. Hasil Praktikum :

Gelas I menghasilkan :

¼ jam I : 45° V : 31°

¼ jam II : 38,5° VI : 30°

¼ jam III : 34° VII : 29°

¼ jam IV : 33° VIII : 29°

Gelas II menghasilkan :

¼ jam I : 44° V : 31°

¼ jam II : 39° VI : 29,5°

¼ jam III : 35° VII : 29°

¼ jam IV : 32,5° VIII : 28,5°

Gelas III menghasilkan :

¼ jam I : 46° V : 32°

¼ jam II : 40° VI : 31°

¼ jam III : 35° VII : 30°

¼ jam IV : 32,5° VIII :29,5°

Kesimpulan

Hasil yang disimpulkan diantara ketiga kain penutup tersebut yang paling rapat susunan

molekulnya yaitu penutup dengan minyak. Penguapan yang terjadi pada air panas yang

ditutup dengan minyak pun lama karena dipengaruhi susunan molekul minyak yang rapat.

Dibandingkan dengan penutup yang menggunakan kain katun dan wol. Tetapi antara kain

30

Page 31: Laporan Praktikum Ima Jadi

katun dan wol susunan molekul yang lebih rapat,yaitu kain katun karena dilihat dari hasil

diatas penguapan yang terjadi lebih cepat diair yang menggunakan penutup kain wol karena

susunam molekul dikain wol lebih regang dibandingkan dengan susunan molekul pada kain

katun.

Setelah dilakukan percobaan sampai dengan percobaan ke VIII penguapan yang lebih cepat

terjadi diair yang menggunakan penutup kain wol dan yang paling lama penguapan diair yang

menggunakan penutup minyak.

31

Page 32: Laporan Praktikum Ima Jadi

Laporan Praktikum VI

PERNAFASAN DAN SUHU TUBUH

I. Landasan Teori

Pernapasan

Sel tubuh memerlukan energi untuk semua aktivitas metaboliknya. Sebagian besar

energi ini didapat dari reaksi yang hanya dapat terjadi jika ada oksigen. Produk sisa reaksi ini

adalah karbondioksida. Sistem pernapasan memungkinkan oksigen yand ada di atmosfir

masuk ke dalam tubuh dan memungkinkan ekskresi karbondioksida dari tubuh. Pertukaran

gas antara darah dan paru disebut respirasi eksternal, sedangkan pertukaran gas antara darah

dan sel disebut respirasi internal.

Siklus Pernapasan

Rata-rata frekuensi napas normal adalah 12-15 napas per menit. Tiap pernapasan

terdiri atas fase inspirasi, ekspirasi, dan istirahat.

1. Inspirasi

Saat kapasitas torak meningkat oleh kontraksi simultan otot interkosta dan

diagfragma, pleura parietal bergerak bersama otot interkosta dan diagfragma. Hal ini

mengurangi tekanan di dalam rongga pleura sehingga tekanan tersebut lebih rendah daripada

tekanan atmosfir. Pleura visera mengikuti pleura parietal, menarik paru bersmanya. Hal ini

menyebankan paru mengembang dan tekanan di dalam alveoli dan di jalan napas menurun

sehingga udara ditarik masuk ke paru agar menyamakan tekanan udara atmosfir dan paru.

Proses ini berlangsung akit karena menggunakan energi untk kontraksi otot. Tekanan negatif

yang dihasilkan di rongga toraks membantu aliran balik vena ke jantung disebut sebagai

pompa respiratorik. Pada istirhat inspirasi berlangsung selama 2 detik.

2. Ekspirasi

Reaksi otot interkosta dan diagfragma menyebabkan gerakan sangkar iga ke bawah

dan ke dalam dan lentur paru. Saat ini, terjadi tekanan di dalam paru lebih daripada tekanan

atmosfir sehingga udara dikeluarkan dari saluran napas. Paru masih berisi sebagian udara dan

dicegah dari kondisi kolaps total oleh pleura yang utuh. Proses ini terjadi pasif sehingga tidak

memerlukan pengeluaran energi. Saat istirahat, ekspirasi berlangsung sekitar 3 detik. Setelah

ekspirsi terdapat keadaan istirahat sebelum siklus berikutnya dimulai.

32

Page 33: Laporan Praktikum Ima Jadi

Variabel Fisiologi yang Memengaruhi Pernapasan

Variabel ini adalah elastisitas, yaitu semakin rendah elastisitas jaringan ikat, ssemakin

besar ekspirasi paksa dan upaya inspirasi yang diperlukan, peregangan (compliance) paru

semakin rendah peregangan paru semakin besar upaya yang diperlukan paaru untuk

mengembang, dan resistensi jalan napas semakin besar resistensi jalan napas, misalnya

bronkokontriksi, semakin besar upaya pernapasan yang di perlukan untuk mengembangkan

paru.

Volume dan Kapasitas Paru

Paru dan saluran napas tidak pernah kosong. Saat terjadi pertukaran gas pada dinding

alveolus dan alveoli, kapasitas saluran udara yang tersisa di paru disebut ruang mati anatomis

sekitar 150 ml.

Volume tidal (TV) merupakan jumlah udara yang masuk dan keluar paru saat tiap

siklus pernapasan sekitar 500 ml dalam kondisi istirahat.

Volume cadangan insipirasi (inspiratory reserve volume , IRV) adalah volume udara

tambahan yang dapat dihirup ke paru saat inspirasi maksimal, yakni lebih dari TV normal.

Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity, IC) adalah jumalh udara yang dapat

diisnpirasi dengan upaya maksimum. IC terdiri atas vollume tidal (500 ml) dan IRV.

Kapasitas residu fungsional (functional residual capacity,FRC) adalah jumlah sisa

udara dalam saluran napas dan alveoli di akhir ekspirasi. FRC mencegah alveoli kolaps saat

ekspirasi biasa dan mencegah perubahan konsentrasi gas darah.

Volume cadangan ekspirasi (ekspiratory reserve volume, ERV) adalah volume udara

terbesar yang dapat dikeluarkan dari paru saat ekspirasi maksimal. Volume residu (RV) tidak

dapat langsung diukur, tetapi volume ini merupakan volume udara sisa di paru setelah

ekspirasi paksa. Kapasitas vital (VC) adalah volume maksimum udara yang dapat masuk dan

keluar paru.

Pertukaran Gas

1. Difusi gas

Pertukaran gas terjadi saat terdapat perbedaan tekanan parsial pada membran

semipermeabel. Perpindahan gas secara difusi yaitu perpindahan gas dari konsentrasi

tinggi ke rendah hingga tercapainya keseimbangan.

33

Page 34: Laporan Praktikum Ima Jadi

2. Respirsi eksternal

Pertukaran gas melalui difusi antara alveoli dan darah di kapiler alveolus, disepanjang

membran respiratorik. Tiap dinding alveolus merupakan satu sel tebal dan dikelilingi

oleh jaringan kapiler kecil.

3. Respirasi internal

Pertukaran antara gas oleh difusi antara darah di dalam kapiler dan sel tubuh.

Pertukaran gas tidak terjadi pada dinding arteri yang membawa darah dari jantung ke

jaringan karena dindingnya terlalu tebal. Darah yang masuk ke jaringan telah bersih

dari karbondioksida dan oksigen pekat saat melalui paru sehingga tekanan oksigen di

paru lebih tinggi.

Kontrol Pernapasan

Kontrol pernapasan normalnya berlangsung secra involunter. Kontrol volunter

dilakukan saat melakukan aktivitas seperti berbicara dan menyanyi.

Suhu Tubuh Normal

Tidak ada tingkat suhu yang dianggap normal, karena pengukuran pada banyak orang

normal suhu memperlihatkan rentang suhu normal, yaitu mulai dari 36oC (97oF) samapai

lebih dari 37,5oC (99oF). Bila diukur per rektal nilainya kira-kira 0,6oC (1ºF) lebih tinggi dari

suhu oral (Guyton&Hall, 1997). Tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa suhu tubuh

normal berkisar antara 36,5-37,5oC (Scheifele, 1989 yang dikutip oleh Iskandar, 2002).

Suhu tubuh sedikit bervariasi pada kerja fisik dan pada lingkungan yang ekstrim, karena

pada pengaturan suhu tidak 100% tepat. Bila bentuk panas yang berlebihan karena kerja fisik

yang berat maka suhu rektal akan meningkat sampai setinggi 34-40ºC. Sebaiknya ketika

tubuh terpapar dengan suhu yang dingin maka suhu rektal dapat turun dibawah 35,6ºC.

Pengaturan Suhu Tubuh

Konsep Set-Point Dalam pengaturan Suhu Tubuh

Pada tingkat yang hampir tepat 37,1oC terjadi perubahan drastis pada kecepatan

kehilangan panas dan kecepatan pembentukan panas. Pada suhu diatas tingkat ini, kecepatan

kehilangan panas lebih besar dari pada kecepatan pembentukan panas sehingga suhu tubuh

turun dan mencapai kembali tingkat 37,1oC. Sebaliknya pada suhu dibawah tingkat ini, 34

Page 35: Laporan Praktikum Ima Jadi

kecepatan pembentukan panas lebih besar dari pada kecepatan kehilangan suhu panas

sehingga suhu tubuh meningkat dan kembali mencapai suhu 37,1oC. Tingkat temperatur kritis

ini disebut set-point dari mekanisme pengaturan suhu tubuh, yaitu semua mekanisme

pengaturan temperatur yang terus menerus berupaya untuk mengembalikan suhu tubuh ke

tingkat set-point (Guyton&Hall, 1997)

Mekanisme pengaturan Suhu Tubuh

Sistem yang mengatur suhu tubuh terdiri dari tiga bagian, yaitu: deteksi suhu kulit dan

suhu inti tubuh, penggabungan di hippotalamus, dan sistem efektor yang mengatur produksi

panas dan kehilangan panas.

Sistem deteksi suhu tubuh terdiri dari dua bagian yaitu deteksi suhu tubuh di kulit dan

deteksi suhu tubuh di jaringan dalam (inti tubuh). Kulit memiliki reseptor dingin dan panas.

Reseptor dingin jauh lebih banyak dari pada reseptor panas, tepatnya terdapat sepuluh kali

lebih banyak di seluruh kulit. Oleh karena itu, deteksi suhu bagian perifer terutama

menyangkut deteksi suhu sejuk dan dingin dari pada suhu hangat (Guyton&Hall, 1997).

Ketika sistem sensoris dalam hipotalamus mendeteksi panas (set-point berada di atas

tingkat temperatur kritis), maka sistem efektor segera mengirim sinyal untuk menurunkan set-

point dengan cara menghambat produksi panas tubuh dan meningkatkan pelepasan panas

tubuh ke lingkungan. Akibatnya suhu tubuh menurun dan mencapai tingkat temperatur kritis

(Guyton&Hall, 1997). Respon fisiologis yang timbul dari stimulus suhu panas adalah berupa

vasodilatasi pembuluh darah di seluruh tubuh, berkeringat, dan penghambatan termogenesis

kimia seperti hormon epinefrin dan tiroksin oleh sistim saraf pusat (Kozier, 1991).

Ketika sistem sensoris dalam hipotalamus mendeteksi dingin (set-point berada di bawah

tingkat temperatur kritis)maka sistem efektor segera mengirim sinyal untuk menaikkan

produksi panas tubuh dan menghambat pelepasan pelepasan panas tubuh ke lingkungan.

Akibatnya suhu tubuh meningkat dan mencapai kembali tingkat temperatur kritis

(Guyton&Hall, 1997).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

(1) Usia

Baik usia yang lebih muda maupun yang lebih tua, sangat sensitif terhadap perubahan

suhu lungkungan. Bayi dan anak-anak lebih cepat berespon terhadap perubahan suhu

35

Page 36: Laporan Praktikum Ima Jadi

udara baik panas maupun dingin. Menurut Donna (1993) menyatakan bahwa pengaturan

suhu tubuh pada usia toodler sudah mulai stabil dibandingkan dengan infant. Orang

berusia lanjut (diatas 75 tahun) lebih mudah terjadi hipotermi dikarenakan faktor penuaan

sehingga kontrol pengaturan suhu tubuh kurang optimal (Taylor, 1997)

(2) Variasi diurnal

Suhu tubuh secara normal mengalami perubahan setiap hari bervariasi sebesar 2oC

diantara pagi hari dan siang hari. Suhu tubuh berada pada tingkat paling tinggi diantara

pukul 20.00 dan 24.00 WIB dan berada pada tingkat paling rendah diantara pukul 04.00

dan 06.00 (Kozier, 1991).

(3) Exercise

Kerja yang berlebihan dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 38,3-40oC diukur secara

rektal (Kozier, 1991).

(4) Hormon

Wanita memiliki pengaturan suhu tubuh yang berfluktuatif dibandingkan laki-laki. Hal ini

terjadi karena adanya perubahan hormonal pada waita terutama peningkatan progesteron

pada saat ovulasi. Perubahan hormon meningkatkan suhu tubuh sebesar 0,5-1oC (Taylor,

1997).

(5) Stress

Tubuh berespon baik terhadap stress fisik dan stress emosional. Adanya stress

menyebabkan rangsangan terhadap epinefrin dan norepinefrin sehingga kecepatan

metabolisme akan meningkat yang pada akhirnya juga akan meningkatkan suhu tubuh

(Kozier, 1991).

(6) Suhu Lingkungan

Suhu tubuh yang ekstrim dapat berpengaruh terhadap sistem pengaturan suhu tubuh

seseorang. Pada dasarnya, ketika tubuh terpapar udara dingin yang ekstrim tanpa baju

pelindung yang adekuat maka terjadi kehilangan panas yang dapat meningkatakan

hipotermi, jika tubuh terpapar pada udara panas yang ekstrim maka akan terjadi

hipertermi (Taylor, 1997).

36

Page 37: Laporan Praktikum Ima Jadi

(7) Cairan

Salah satu fungsi cairan dalam pengaturan sirkulasi darah adalah menghantarkan panas

yang merupakan hasil metabolisme tubuh. Yang dimaksud cairan disini adalah darah.

Aliran darah ke kulit menentukan kehilangan panas dari tubuh dan dengan cara ini

mengatur suhu tubuh. Kehilangan sejumlah besar cairan dari traktus gastrointestinal,

kulit, atau ginjal yang berlangsung secara abnromal dan dehidrasi dapat menyebabkan

menurunnya volume cairan intravaskuler. Berkurangnya cairan intravaskuler akan

menyebabkan menurunnya volume darah. Penurunan volume darah akan menggangu

proses transportasi dari tubuh ke lingkungan. Akibatnya temperatur tubuh akan

meningkat (Guyton&Hall, 1997).

II. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat

1. Menjelaskan mekanisme pengaturan pernafasan.

2. Menjelaskan perubahan suhu tubuh sebagai dampak dari perbedaan cara pengukuran

III. Alat-alat yang digunakan:

1. Stopwatch

2. Kantong kertas

3. Thermometer oral

4. Thermometer aksila

5. Air es

IV. Tata Cara Praktikum

VIA. Pernafasan Pada Manusia

Pernafasan Kuat dan Apnoe

1. Catat pernafasan normal selama 5 detik. Sekarang catat pernafasan kuat, cepat,

dan dalam selama 2-3 menit. Kemudian bernafas biasa dan lupakan pernafasan tadi

(jangan mengatur pernafasan dengan sengaja). Catat masa pemulihan ini sebaik-baiknya.

Apa yang Saudara lihat? Adakah masa apnoe, hitung waktunya!

37

Page 38: Laporan Praktikum Ima Jadi

2. Ulangi percobaan di atas, tetapi gunakan kantong kertas untuk pernafasan kuat.

VIB. Titik Penghentian

1. Catat lama penghentian (berhentilah bernafas) setelah hal-hal berikut. Istirahat selama 5

menit setelah tiap mengerjakan ini.

a. Ekspirasi biasa.

b. Ekspirasi tunggal kuat.

c. Inspirasi tunggal kuat.

d. Inspirasi kuat setelah pernafasan kuat 1 menit.

e. Inspirasi tunggal kuat dari sebuah kantong oksigen.

f. Inspirasi tunggal kuat sesudah pernafasan selama 3 menit dengan 3 kali pernafasan

yang terakhir dari sebuah kantong oksigen.

g. Inspirasi tunggal kuat segera sesudah latihan (lari ditempat selama 3 menit).

Ulangi penahanan nafas ini (no.7) tiap 40 detik kemudian, sampai nafas hampir normal

VIC. SUHU TUBUH DAN TATA PANAS

A. Suhu pada Ketiak

Orang percobaan berbaring dengan tubuh bagian atas terbuka (tidak memakai baju) dan

bernafas melalui hidung (mulut sudah tertutup). Pasang termometer klinik ke dalam

ketiak (ketiak harus kering dari keringat). Biarkan termometer selama 10 menit dan

bacalah hasilnya.

B. Suhu Mulut

Turunkan termometer, bersihkan termometer dengan air dan alkohol. Pasang termometer

di bawah lidah orang percobaan yang sama. Biarkan selama 10 menit dan bacalah

hasilnya. Bandingkan dengan (A).

C. Pengaruh Penguapan

Orang percobaan yang sama sambil berbaring bernafas dengan tenang melalui mulut

selama 2 menit. Pasang termometer di dalam mulut. Baca hasilnya pada 5 menit pertama

dan pada 5 menit kedua (tidak perlu diturunkan dahulu setelah 5 menit pertama).

D. Pengaruh Luar terhadap Temperatur Mulut

Orang percobaan berkumur-kumur dengan air es selama satu menit. Kemudian ukur suhu

mulutnya. Baca suhu pada 5 menit pertama dan pada 5 menit kedua (suhu termometer

tidak perlu diturunkan dahulu). 38

Page 39: Laporan Praktikum Ima Jadi

Lakukan percobaan A, B, C, dan D pada orang percobaan yang lain. Catat nama, jenis

kelamin, umur, dan suhu ruangan.

V. Hasil Praktikum :

VIA. Pernafasan Pada Manusia

Pernafasan Kuat dan Apnoe

RR Normal :27 x/ menit Dengan Kantong Kertas : 25 x / menit

RR setelah nafas kuat cepat : 141x/m Dengan Kantong Kertas : 158x/m

Masa Pemulihan: 1menit 48 detik Dengan Kantong Kertas : 1menit 36 detik

Masa Apnoe : 5 detik Dengan Kantong Kertas : 7 detik

Penjelasan: pusing Dengan Kantong Kertas : tidak terasa pusing,pengap

VIB. Titik Penghentian

Lama henti antara :

h. Ekspirasi biasa : 1 detik

i. Ekspirasi tunggal kuat : 1,28 detik

j. Inspirasi tunggal kuat : 1,48 detik

k. Inspirasi kuat setelah pernafasan kuat 1 menit : 2 detik

l. Inspirasi tunggal kuat segera sesudah latihan (lari ditempat selama 3 menit) : 2,68

detik

Ulangi penahanan nafas ini (no.7) tiap 40 detik kemudian, sampai nafas hampir normal

40 detik 1 : 2,37 detik 40 detik 2 : 3,02 detik

VIC. SUHU TUBUH DAN TATA PANAS

Suhu pada Ketiak : 35,5° C

Suhu Mulut : 36,8° C

Suhu Mulut (nafas melalui mulut) 5’ pertama: 36,1° C 5’ kedua : 36,6° C

Suhu Mulut (kumur dg es) 5’ pertama : 35,5° C 5’ kedua : 36,8° C

39

Page 40: Laporan Praktikum Ima Jadi

Kesimpulan :

Pernafasan Pada Manusia

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pernapasan orang percobaan tersebut bisa

dikatakan normal karena saat pernapasan normal dan tenang, semua kontraksi otot

pernapasan terjadi selama insprirasi, sedangkan pada saat ekspirasi adalah proses yang

hampir seluruhnya pasif akibat sifat elastis daya lenting paru dan rangka dada. Jadi, dalam

keadaan istirahat otot-otot pernapasan bekerja untuk menimbulkan inspirasi tapi tidak untuk

menimbulkan ekspirasi.

Selama pernapasan normal dan tenang hanya 3 sampai 5 persen dari energi total yang

dikeluarkan oleh tubuh yang diperlukan untuk ventilasi paru. Tapi selama kerja yang berat

seperti percobaan diatas saat pernapasan memakai kantong plastik dan pernapasan kuat,cepat,

dan dalam membutuhkan energi yang lebih banyak bahkan sampai 50 kali lipat terutama jika

orang tersebut mengalami peningkatan resistensi jalan napas atau penurunan komplians paru.

Nilai komplians paru pada orang dewasa normal rata-rata 200 mililiter.

Setelah melakukan pernafasan cepat, kuat dan dalam terjadi pusing karena dengan aktivitas

tersebut menekan fungsi aliran sirkulasi darah ke otak dan fungsi jantung memompa darah

dengan abnormal sehingga responnya akan terasa pusing. Karena pada saat melakukan

pernapasan cepat, kuat , dan dalam sediaan oksigen yang dihirup tidak sebanding dengan

jumlah karbondioksida didalam paru karena belum terjadi pertukaran gas yang sempurna.

Apalagi pada saat pernapasan menggunkan kantong plastik udara yang dihirup kembali

adalah karbondioksida.

SUHU TUBUH DAN TATA PANAS

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa suhu tubuh berasal dari bagian perifer tubuh

terutama dari kulit dan jaringan tubuh bagian dalam. Seperti percobaan diatas perbedaan suhu

antara kulit dan mulut sedikit jauh. Tapi diperoleh hasil yang normal karena suhu orang

dewasa normal antara 36 o C sampai dengan 37 o C . Namun ketika orang percobaan berkumur

dengan air es maka suhu mulut lebih rendah dari pada suhu mulut sebelum berkumur dengan

air es. Karena pada saat kulit atau jaringan dalam terangsang oleh hal dingin maka akan

mendorong hipotalamus langsung memberi sensasi dingin sehingga suhu tubuh tersebut

menjadi turun.

40

Page 41: Laporan Praktikum Ima Jadi

Laporan Praktikum VII

TES TOLERANSI GLUKOSA

I. Landasan Teori

Tubuh menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi untuk aktivitas sel.

Karbohidrat dapat ditemukan dalam makanan yang mengandung pati seperti roti, nasi,

kentang dan lain-lain. Karbohidrat terdiri dari:

1. Karbohidrat sederhana yang terdiri dari 6 karbon monosakarida, dan yang termasuk ke

dalam monosakarida adalah glukosa, galaktosa dan fruktos8.

2. Disakarida, seperti laktosa dan sukrose

3. Polisakarida atau karbohidrat kompleks seperti pati

Peran Utama Glukosa

Glukosa menjadi jalur umum akhir untuk transpor hampir semua karbohidrat ke sel

jaringan. 95 % seluruh monosakarida yang beredar dalam darah adalah glukosa.

Transpor Glukosa melalui Membran sel

Glukosa ditranspor melalui mebran sel masuk ke dalam sitoplasma sel. Akan tetapi glukosa

tidak bisa berdifusi melalui pori-pori sel mebran dengan mudah sebab molekul partikel nya

besar. Tetapi glukosa bisa masuk ke jaringan melalui gerbang nya yaitu glut, glut akan

terbuka jika ada reseptor yang merangsangnya yaitu insulin.

Kadar Glukosa dalam Jaringan

Setelah makan makanan tinggi karbohidrat, kadar glukosa darah meningkat dari kadar

puasa sekita 80-100 mg/dL (-5mM) ke kadar sekitar 120-140 mg/dL ( 8mM) dalam periode

30 menit sampai 1 jam. Konsentrasi glukosa dalam darah kemudian mulai menurun, kembali

ke rentang puasa dalam waktu sekitar 2 jam setelah makan.

Kadar glukosa darah meningkat seiringan dengan pencernaan dan penyerapan glukosa dari

makanan. Pada individu sehat dan normal, kadar tersebut tidak melebihi sekitar 140 mg/dL

karena jaringan akan menyerap glukosa dari darah, menyimpannya untuk digunakan

kemudian atau mengoksidasinya untuk menghasilkan energi. Setelah makanan dicerna dan

disera, kadar glukosa darah menurun karena sel terus memetabolisme glukosa.

Apabila kadar glukosa terus meningkat setelah makan, konsentrasi glukosa yang

tinggi dapat menyebabkan keluarnya air dari jejaring akibat efek osmotik glukosa. Jaringan

akan mengalami dehidrasi dan fungsinya akan terganggu. Dehidrasi otak dapat menyebabkan

koma hiperosmolar.41

Page 42: Laporan Praktikum Ima Jadi

Di pihak lain, apabila kadar glukosa darah terus turun setelah makan, jaringan yang

bergantung pada glukosa akan kekurangan energi. Apabila kadar glukosa turun secara

mendadak, otak tidak akan mampu membentuk ATP dalam jumlah memadai. Akan timbul

pusing dan kepala terasa ringan, diikuti oleh mengantuk, dan akhirnya koma. Sel darah merah

tidak akan mampu menghasilkan ATP dalam jumlah cukup untuk mempertahankan integritas

membrannya.

Konsekoensi kelebihan atau kekurangan glukosa yang berbahaya dalam keadaan

normal dihindari karena tubuh mampu mengatur kadar glukosa darahnya. Sewaktu

konsentrasi glukosa darah mendekati rentang puasa normal 80-100 mg/dL sekitar 2 jam

setelah makan, terjadi pengaktifan proses glikogenolisis di hati. Glikogen hati merupakan

sumber utama glukosa selama beberapa jam pertama puasa. Kemudian glukoneogenesis,

suatu proses yang terjadi di hati, berasal dari jaringan lain. Otot yang beraktivitas dan sel

darah merah menghasilkan laktat melalui penguraian protein; dan terjadi pembebasan gliserol

melalui mobilisasi simpanan triasilglserol di jaringan adiposa.

Bahkan pada puasa jangka panjang, kadar glukosa darah tidak turun secara dramatis.

Dalam keadaan kelaparan selama 5-6 minggu, kadar glukosa darah hanya menurun sampai

65mg/dL.

Selama puasa, sewaktu kadar glukosa darah menurun, kadar insulin menurun, dan

kadar glukagon meningkat. Perubahan hormon-hormon ini menyebabkan hati menguraikan

glikogen melalui proses glikogenesis dan membentuk glukosa melalui proses

glukoneogenesis sehingga kadar glukosa darah dapat dipertahankan.

II. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan kadar glukosa

darah sebagai dampak dari asupan karbohidrat sederhana.

III. Alat-alat yang digunakan:

1. Gelas ukuran

2. Cairan untuk diminum :

Air gula (75 gram gula dilarutkan dalam 300 ml air minum

3. Alat pemeriksaan kadar gula darah

4. Kertas dan ballpoint untuk mencatat

IV. Tata Kerja Praktikum:

1. Diet 3 hari cukup karbohidrat

42

Page 43: Laporan Praktikum Ima Jadi

2. Puasa 12-14 jam kemudian diperiksa gula darah puasanya

3. Minum air gula (75 gram gula 9ilarutkan dalam 300 ml air minum) selama 5 menit

Gula darah diperiksa kembali setelah 30 menit, 1 jam dan setelah 2 jam)

V. Hasil Praktikum :

Pemeriksaan gula darah pada saat puasa

Awal nya 80 ml/dl

Pemeriksaan gula darah setelah minum air gula

Menit ke 30 : 153 ml/dl

Menit ke 60 : 112 ml/dl

Menit ke 120 : 92 ml/dl

Kesimpulan :

Kadar glukosa pada saat puasa sedikit di sebabkan karena ketika puasa kurang nya intake

makanan yang masuk sehingga untuk metabolisme tubuh menggunakan glukosa yang

tersimpan di hati dan otot.

Ketika orang percobaan meminum air gula maka kadar glukosanya meningkat itu disebabkan

karena sediaan glukosa di dalam darah kembali meningkat dan cadangan glukosa yang akan

di simpan di hati dan otot kembali terpenuhi setelah digunakan pada saat bepuasa.

Tetapi meskipun tubuh telah diberi intake makanan tetap saja glukosa menjadi peran utama

dalam metabolisme karbohidrat sehingga ketika di perika dengan selang waktu yang berbeda

kadar glukosa dalam darah akan turun kembali karena digunakan untuk aktivitas metabolisme

karbohidarat. Kalau pun intake makanan yang masuk ke dalam tubuh glukosa akan di

absorpsi ke hati dan otot dan dijadikan glikogen di hati dan otot sebagai cadangan dengan

bantuan glukosa 6 phospat.

43

Page 44: Laporan Praktikum Ima Jadi

Laporan Praktikum VIII

PENGARUH AKTIVITAS PADA KADAR GLUKOSA DARAH

I. Landasan Teori

Glukosa yang diserap dari pencernaan makanan diusus di bawa darah menuju ke

seluruh sel tubuh. Dalam sitoplasma glukosa akan mengalami glikolisis, yaitu peristiwa

pemecahan gula hingga menjadi energi (ATP). Ada dua jalur pembentukan ATP, yaitu untuk

aktivitas atau kegiatan hidup yang biasa dengan hasil ATP terbatas dan glikolisis dengan jalur

cepat ynag dikenal dengan jalur embden meyer-hoff untuk menyediakan ATP yang cepat

pada aktivitas atau kegiatan kerja keras, misalnya lari cepat. Jalur cepat ini memberi asam

laktat yang bila terus bertambah dapat menyebabkan terjadinya asidosis laktat.

Ketika melakukan olahraga berat, olahraga sedang sampai ringan dapat dipertahankan

untuk jangka waktu yang sangat lama. Individu yang terlatih, misalnya dapat berlari selama

berjam-jam. Otot-otot tungkai bawah yang digunakan memiliki banyak serat oksidatif kejang

yang lambat. Otot yang memiliki serat kejang yang lambat cenderung mengoksidasi bahan

bakar menjadi CO2 dan H2) karena otot tersebut memiliki lebih banyak mitokondria daripada

otot yang terutama terdiri dari serat glikolitik kejang yang cepat.

Pada awalnya, saat olahraga ringan sampai sedang di mulai, digunakan kreatin fosfat

dan glikogen untuk menghasilkan ATP. Namun, seiring dengan peningkatan aliran darah ke

otot yang bekerja, suatu proses yang memerlukan waktu sekitar 5-10 menit, bahan bakar

bergerak ke otot melalui darah. Otot melalui darah. Otot menyerap bahan bakar ini, yang

terutama terdiri dari glukosa dan asam lemak, dan mengoksidasinya untuk memperoleh ATP.

Pada saat seseorang berlari dengan kecepatan sedang selama beberapa menit. Pasokan

glukosa harus diisi lagi. Hati melakukan fungsi ini melalui proses yang serupa dengan proses

yang digunakan selama olahraga. Hati menghasilkan glukosa dengan menguraikan simpanan

glukonegenesis selama olahraga, tentu saja, adalah laktat, yang dihasilkan oleh otot selama

berkontraksi tetapi asam amino dan gliserol juga digunakan. Epinefrin yang dilepaskan

selama olahraga merangsang hati melakukan glikogenesis dan glukeogenesis melalui

peningkatan konsentrasi cAMP.

Jelas karena asam lemak dan sejumlah kecil badan keton terdapat di dalam darah, dan

otot mengoksidasi bahan bakar ini selain memanfaatkan glukosa. Asam lemak dan badan

keton dibentuk akibat lipolisis triasilgliserol jaringan adiposa. Selama beraktivitas, asam

lemak menjadi bahan bakar yang digunakan oleh otot yang berkontraksi.

Kita menyimpan glukosa sebagai glukogen yang bersama dengan glukoneogenesis,

44

Page 45: Laporan Praktikum Ima Jadi

menghasilkan glukosa apabila diperlukan untuk menghasilkan energi. Laktat, salah satu

sumber karbon bagi glukoneogenesis, sebenarnya dihasilkan dari glukosa oleh jaringan yang

memperoleh energi dengan mengoksidasi glukosa menjadi piruvat melalui glikilisis. Piruvat

kemudian direduksi menjadi laktat, di salurkan melalui aliran darah, dan diubah kembali

menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis di hati. Siklus ini dikenal sebagai siklus

cori.

II. Tujuan Praktikum :

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat menjelaskan perubahan kadar glukosa

darah sebagai dampak dari aktivitas

fisik.

III. Alat yang diperlukan

1. stopwatch

2. Alat pemeriksaan kadar gula darah

Kertas dan ballpoint untuk mencatat

IV. Tata Kerja Praktikum:

1. Mintalah orang percobaan untuk relax, periksa glukosa darah sewaktu

2. Mintalah orang percobaan untuk naik-turun tangga dengan kecepatan 60 x / menit

selama 12 menit tanpa istirahat.

3. Periksa glukosa darah segera setelah aktivitas, menit ke-30, menit ke-60, dan menit

ke-120 setelah melakukan aktivitas.

V. Hasil Praktikum :

Sebelum beraktivitas : 106 mg/dl

Setelah aktivitas : 79 mg/dl

Menit ke 30 : 103 mg/dl

Menit ke 60 : 92 mg/dl

Menit ke 120 : 120 mg/dl

45

Page 46: Laporan Praktikum Ima Jadi

Kesimpulan

Kadar glukosa dalam darah ketika sebelum beraktivitas normal karena normalnya kadar

glukosa itu 63 – 144 mg/ dl. Jadi kadar glukosa yang di miliki orang percobaan ketika

sebelum dan sesudah beraktivitas normal. Namun ketika beraktivitas glukosa nya terpakai

oleh aktivitas. Karena pada saat beraktivitas metabolisme tubuh semakin cepat dan

pembentukan energi ketika beraktivitas pun dihasilkan dengan jalur cepat sehingga banyak

menggunakan glukosa untuk pembentukan energi tersebut. Dengan jalur cepat tersebut dapat

mengahasilkan asam laktat sebagai akibat dari percepatan pembentukan energi dalam tubuh

ketika beraktivitas keras seperti berlari.

46