Laporan Praktikum Fisiologi

23
Laporan Praktikum Fisiologi Keseimbangan Badan dan Pemeriksaan Pendengaran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012 Kelompok F6 Nama NIM Tanda Tangan Yunistin Ambeuwa 102010269 Edwin kembaw 102011041 Nathania Hosea 102011054 Tammy Vania 102011123 Karina Marcella Widjaja 102011183 Samsu Buntoro 102011194 Asher Juniar Halim 102011201

description

fisiologi

Transcript of Laporan Praktikum Fisiologi

Page 1: Laporan Praktikum Fisiologi

Laporan Praktikum FisiologiKeseimbangan Badan dan Pemeriksaan Pendengaran

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

2012

Kelompok F6

Nama NIM Tanda Tangan

Yunistin Ambeuwa 102010269

Edwin kembaw 102011041

Nathania Hosea 102011054

Tammy Vania 102011123

Karina Marcella Widjaja 102011183

Samsu Buntoro 102011194

Asher Juniar Halim 102011201

Lakwari Agthaturi 102011331

Page 2: Laporan Praktikum Fisiologi

Laporan Praktikum Tentang Sikap dan Keseimbangan Badan

pada Seseorang

I.Tujuan

1.Untuk mengetahui kemampuan keseimbangan seseorang.

2.Untuk mengetahui apakah mata juga berperan dalam keseimbangan badan.

3.Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pusat keseimbangan pada seseorang.(Dalam hal

ini,orang percobaan).

II.Alat dan bahan yang digunakan

1.Kursi putar Barany.

2.Tongkat atau statif yang panjang.

III.Cara Kerja

A.Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan

l. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka

dan kepala serta badan dalam sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia

mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut.

2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup.

3. Ulangi percobaan di atas (no.1 dan 2) dengan:

a. kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri.

b. kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan .

B.Percobaan dengan kursi Barany

a.Nistagmus

1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang

erat tangan kursi.

2. Tutup kedua matanya dengan saputangan dan tundukkan kepalanya 300 ke depan.

3. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.

4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba.

Page 3: Laporan Praktikum Fisiologi

5. Bukalah saputangan (buka mata) dan suruhlah orang percobaan melihat jauh ke depan.

6. Perhatikan adanya nistagmus.Tetapkan arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut.

Apa yang dimaksud dengan rotatory nystagmus dan postrotatory nystagmus ?

b.Tes Penyimpangan Penunjukkan(Past Pointing Test of Barany)

1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan

saputangan.

2. Pemeriksa berdiri tepat di muka kursi Barany sambil mengulurkan tangan kirinya kearah

orang percobaan.

3. Suruhlah orang percobaan meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat menyentuh

jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnva.

4. Suruhlah orang percobaan mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat

menurunkannya kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi.Tindakan no.1 s/d 4

merupakaan pesiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai berikut:

5. Suruhlah sekarang orang percobaan dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi,

menundukkan kepala 300 ke depan.

6. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba,suruhlah orang percobaan

menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan penunjukan seperti di atas.

8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh orang percobaan. Bila terjadi

penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskanlah tes tersebut sampai

orang percobaan tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.

c.Tes Jatuh

1. Suruhlah orang percobaan duduk di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat

tangan kursi. Tutuplah kedua matanya dengan saputangan dan bungkukkan kepala dan

badannya sehingga posisi kepala membentuk sudut 1200 dari posisi normal.

2. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur dan tanpa sentakan.

3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba, suruhlah orang percobaan

menegakkan kembali kepala dan badannya.

4. Perhatikan ke mana dia akan jatuh dan tanyakan kepada orang percobaan ke mana rasanya ia

Page 4: Laporan Praktikum Fisiologi

akan jatuh.

5. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada orang percobaan lain dengan :

a. Memiringkan kepala ke arah bahu kanan sehingga kepala miring 900 terhadap posisi normal.

b. Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 600.

6. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolimfe pada kanalis

semisirkularis yang terangsang.

d. Kesan (Sensasi)

1. Gunakan orang percobaan yang lain.Suruhlah orang percobaan duduk di kursi Barany dan

tutuplah kedua matanya dengan saputangan.

2. Putarlah kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan

kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsur-angsur pula sampai berhenti.

3. Tanyakan kepada orang percobaan arah perasaan berputar :

a. sewaktu kecepatan putar masih bertambah.

b. sewaktu kecepatan putar menetap.

c. sewaktu kecepatan putar dikurangi.

d. segera setelah kursi dihentikan.

4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan oleh

orang percobaan.

C. Percobaan Sederhana untuk Kanalis Semisirkularis Horisontalis

1. Suruhlah orang percobaan, dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 300, berputar sambil

berpegangan pada tongkat atau statif menurut arah jarum jam, sebanyak 10 kali dalam 30

detik.

2. Suruhlah orang percobaan berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka.

3. Perhatikan apa yang terjadi.

4.Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawamam dengan arah jarum jam.

Page 5: Laporan Praktikum Fisiologi

IV.Hasil Pengamatan

1.Hasil Percobaan A:

Perlakuan Hasil

Jalan lurus ke depan Berjalan lurus

Jalan lurus ke depan dengan mata tertutup Berjalan sedikit miring ke kiri

Jalan lurus ke depan dengan kepala

dimiringkan dengan kuat ke kiri

Berjalan lurus

Jalan lurus ke depan dengan kepala

dimiringkan dengan kuat ke kiri serta mata

tertutup

Berjalan sedikit miring ke kanan

Jalan lurus ke depan dengan kepala

dimiringkan dengan kuat ke kanan

Berjalan lurus

Jalan lurus ke depan dengan kepala

dimiringkan dengan kuat ke kanan serta mata

tertutup

Berjalan sedikit miring ke kanan

2.Hasil Percobaan B(a):

Pada percobaan nistagmus,orang percobaan duduk di kursi Barany dan diputar ke

kanan.Setelah kursi dihentikam,orang percobaan mengalami nistagmus arah komponen lambat

ke kanan sedangkan nistagmus arah komponen cepat ke kiri.

3.Hasil Percobaan B(b):

Tangan kiri orang percobaan dapat menyentuh tangan kiri pemeriksa setelah 3 kali gagal

mengayunkan tangan kirinya ke tangan kiri pemeriksa.

4.Hasil Percobaan B(c):

Orang percobaan jatuh ke kanan namun sensasi yang dia rasakan seolah-olah dia jatuh ke

kiri.Hasil percobaan dengan memiringkan kepala 900 terhadap posisi normal,orang percobaan

jatuh ke belakang dan sensasi yang dia rasakan sama dengan arah jatuhnya yaitu belakang.Hasil

Page 6: Laporan Praktikum Fisiologi

percobaan dengan menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 600 ,orang

percobaan merasakan sensasi yg sama dengan arah jatuhnya yaitu kiri.

5.Hasil Percobaan B(d):

Pada saat kecepatan putar masih bertambah dan menetap,orang percobaan menjawab arah

dia berputar ke kanan dan sewaktu kecepatan dikurangi dan setelah kursi dihentikan,orang

percobaan merasakan dia berputar ke kiri dan masih merasakan putaran ke kiri meskipun kursi

Barany sudah dihentikan.

6.Hasil Percobaan C:

Pada saat orang percobaan berputar searah dengan arah jarum jam,orang percobaan

berjalan miring ke kanan.Sedangkan pada perputaran arah yang berlawanan terhadap jarum

jam,orang percobaan berjalan miring ke kiri.

V.Pembahasan

1.Percobaan A

Ada 3 komponen dalam pengontrolan keseimbangan yaitu:visual, vestibular, dan

somatosensoris. Pada percobaan A,pengaruh visual merupakan paling utama terhadap

keseimbangan tubuh. Berdasarkan percobaan, orang percobaan dapat dengan mudah berjalan

lurus dengan mata terbuka dibandingkan mata tertutup.Pada mata tertutup,orang percobaan

berjalan sedikit miring ke kiri.Hal ini dapat terjadi dikarenakan pusat keseimbangan di otak yaitu

serebelum kemungkinan berfungsi kurang baik akibat tertutupnya mata yang berfungsi

membantu dalam keseimbangan tubuh.1

Ketika orang percobaan memiringkan kepalanya ke kiri dan mata tertutup,hasil yang

diharapkan seharusnya orang percobaan berjalan sesuai dengan kemiringan kepalanya yaitu ke

arah kiri,namun di percobaan orang percobaan berjalan ke arah kanan.Hal ini mungkin

dikarenakan orang percobaan ingin mempertahankan arah gerak jalannya pada arah lurus ke

depan sehingga mencoba untuk berjalan sedikit miring ke kanan.Pada percobaan memiringkan

kepala dengan kuat ke kiri maupun ke kanan dengan mata terbuka,orang percobaan dapat

berjalan lurus tanpa kesulitan. Hal ini menunjukkan dengan informasi visual, maka tubuh dapat

Page 7: Laporan Praktikum Fisiologi

menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga

memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.1

Kesimpulannya adalah visual memiliki pengaruh besar dalam menunjang dan

menyesuaikan koordinasi arah gerak dan keseimbangan badan.

2.Percobaan B(a)

Setelah berputar ke kanan, terdapat nistagmus komponen cepat ke arah kiri dan

komponen lambat ke arah kanan. Hal ini disebabkan oleh adanya refleks vestibulo-okular (VOR)

yang merupakan refleks gerakan mata untuk menstabilkan gambar pada retina selama gerakan

kepala dengan memproduksi sebuah gerakan mata ke arah yang berlawanan dengan gerakan

kepala, sehingga mempertahankan gambar untuk berada pada pusat bidang visual.2

Rotatory nystagmus adalah mata yang bergerak ke dalam bidang horizontal dengan arah

komponen cepat selama rotasi sama dengan arah rotasi.2

Postrotatory nystagmus adalah ketidakseimbangan yang terjadi antara sisi normal dan sisi

yang terganggu oleh stimuli sistem vestibular akibat dari memutar atau menggoyangkan

kepala.2,3

Kesimpulannya adalah terjadinya nistagmus dikarenakan mata berusaha menyesuaikan

pandangan pada pusat bidang visual.

3.Percobaan B(b)

Adanya kegagalan dalam menyentuh jari pemeriksa disebabkan karena nistagmus yang

terjadi mengganggu pandangan orang percobaan sehingga terjadi 3 kali kegagalan sampai

akhirnya berhasil menyentuh jari pemeriksa karena gerakan mata berangsur-angsur kembali

normal.

Kesimpulannya adalah adanya kegagalan dalam menyentuh jari pemeriksa belum tentu

dikarenakan adanya suatu kelainan namun dikarenakan koordinasi yang salah akibat gangguan

dari nistagmus.

4.Percobaan B(c)

Saat orang percobaan diputar dengan kepala ke depan membentuk sudut 1200, kanalis

semisirkularis posterior berada pada posisi horizontal, sehingga efek pemutaran kursi Barany

pada kanalis semisirkularis posterior akan maksimal.Saat kursi mulai diputar ke kanan,

endolimfe akan bergerak ke kiri atau berlawanan.Saat kursi dihentikan, endolimfe dan kupula

akan bergerak ke kanan sehingga orang percobaan akan merasakan jatuh ke kiri.4

Page 8: Laporan Praktikum Fisiologi

Saat orang percobaan diputar dengan kepala membentuk sudut 900, kanalis semisirkularis

anterior berada pada posisi horizontal.Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe dan kupula

akan bergerak ke kiri atau ke arah anterior.Saat kursi dihentikan, endolimfe dan kupula akan

bergerak ke arah sebaliknya,yaitu ke posterior sehingga orang percobaan akan merasa jatuh ke

belakang.4

Saat orang percobaan diputar dengan kepala menengadah ke belakang membentuk sudut

600, kanalis semisirkularis lateral berada pada posisi horizontal. Saat kursi mulai

diputar,endolimfe akan bergerak ke arah kiri dan ketika putaran dihentikan,endolimfe bergerak

ke arah sebaliknya sehingga orang percobaan jatuh ke kiri.4

Kesimpulannya adalah kanalis semisirkularis memiliki masing2 sensasi arah jatuh yang berbeda

tergantung arah dan sudut yang dilakukan.

5.Percobaan B(d)

Endolimfe, karena kelembamamnya, akan bergeser ke arah yang berlawanan terhadap

arah rotasi.Jika telah tercapai kecepatan konstan, cairan berputar dengan kecepatan yang sama

dengan tubuh dan posisi kupula kembali tegak.Apabila rotasi dihentikan,perlambatan akan

menyebabkan pergeseran endolimfe searah dengan rotasi, dan kupula mengalami perubahan

bentuk dalam arah yang berlawanan dengan arah percepatan.4

Kesimpulannya adalah sensasi saat diputar dengan cepat dan konstan sama karena cairan

endolimfe masih menyusul arah perputaran sedangkan saat diperlambat dan dihentikan,

endolimfe masih bergerak namun dalam arah yang berlawanan.

6.Percobaan C

Oleh karena endolimfe bergerak lebih lambat dari pergerakan putaran yang dilakukan

namun bersifat menyusul,jadi ketika penghentian putaran,endolimfe masih mengikuti perputaran

tersebut.Hal inilah yang menyebabkan setelah perputaran dihentikan,orang percobaan masih

merasakan gerakan perputaran tersebut dengan arah yang sama.2

Kesimpulannya adalah gerak jalan miring ke kiri maupun ke kanan pada orang percobaan

disebabkan cairan endolimfe masih bergerak mengikut arah perputaran yang dilakukan

sebelumnya.

Page 9: Laporan Praktikum Fisiologi

Laporan Praktikum Pemeriksaan Pendengaran

A. Tes Pendengaran

Alat :

1. Penala dengan berbagai frekuensi

2. Kapas untuk menyumbat telinga

I. Tes Pendengaran dengan Cara RINNE

Cara Kerja :

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256 Hz atau yang lain) dengan cara memukulkan salah

satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang

keras.

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga orang

percobaan.

3. Tanyakanlah kepada orang percobaan apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di

telinga yang diperiksa, bila demikian orang percobaan harus segera memberi tanda bila

dengungan bunyi itu menghilang.

4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus orang percobaan

dan kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga

yang sedang diperiksa itu.

5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :

a. Positif : bila orang percobaan masih mendengar dengungan secara hantaran

aerotimpanal.

b. Negatif : bila orang percobaan tidak lagi mendengar dengungan secara hantaran

aerotimpanal.

Page 10: Laporan Praktikum Fisiologi

Hasil tes RINNE :

Orang percobaan masih dapat mendengar dengungan secara aerotimpanal sehingga

dinyatakan hasil tes RINNE-nya adalah positif.

II. Tes Pendengaran dengan Cara WEBER

Cara Kerja :

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256 Hz atau yang lain) dengan cara memukulkan salah

satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang

keras.

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi orang percobaan di garis median.

3. Tanyakan kepada orang percobaan apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama

kuat di kedua telinganya atukah terjadi lateralisasi.

4. Bila pada orang percobaan tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan

lateralisasi secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangilah

pemeriksaannya.

Hasil tes WEBER :

Orang percobaan tidak mengalami lateralisasi.

Ketika dites kembali dengan perlakuan lateralisasi buatan, orang percobaan mengalami

lateralisasi, yaitu telinga yang ditutup dengan kapas lebih jelas mendengar dengungan

bunyi penala tersebut.

III. Tes Pendengaran dengan Cara SCHWABACH

Cara Kerja :

1. Getarkanlah penala (frekuensi 256 Hz atau yang lain) dengan cara memukulkan salah

satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang

keras.

Page 11: Laporan Praktikum Fisiologi

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu teling orang

percobaan.

3. Suruhlah orang percobaan mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi

menghilang.

4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala ke processus mastoideusnya

sendiri.

(Pada pemeriksaan ini telinga si pemeriksa dianggap normal)

5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan masih dapat

didengar oleh si pemeriksa, hasil pemeriksaan ialah Schwabach Memendek.

6. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan juga tidak

dapat didengar oleh di pemeriksa, hasil pemeriksaan mungkin Schwabach Normal atau

Schwabach Memanjang.

Untuk memastikan hal ini, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :

Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke processus

mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi, kemudian ujung tangkai penala

segera ditekankan ke processus mastoideus orang percobaan.

Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa) masih dapat didengar

oleh orang percobaan, hasil pemeriksaan ialah Schwabach Memanjang.

Bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa) tidak dapat didengar

oleh orang percobaan, hasil pemeriksaan ialah Schwabach Normal.

Hasil tes SCHWABACH :

Orang percobaan sudah tidak mendengar bunyi dengungan, tetapi pemeriksa masih dapat

mendengar meskipun bunyinya kecil. Jadi, hasil pemeriksaan orang percobaan ialah

Schwabach Memendek.

B. Pembahasan

Page 12: Laporan Praktikum Fisiologi

Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan

melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni.Secara fisiologis, telinga

dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000 Hz.Untuk pendengaran sehari-hari yang paling

efektif antara 500—2000 Hz.Oleh karena itu, untuk memeriksa pendengaran dipakai garpu tala

512, 1024, dan 2048 Hz.Penggunaan ketiga garpu tala ini penting untuk pemeriksaan secara

kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini terganggu, penderita akan sadar adanya gangguan

pendengaran. Bila tidak mungkin menggunakan ketiga garpu tala itu, maka diambil 512 Hz

karena penggunaan garpu tala ini tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya.5

Ketiga tes yang dilakukan di atas tersebut memiliki tujuan yang berbeda.Tes Rinne

adalah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantara melalui tulang pada telinga

yang diperiksa.Tes Weber adalah tes pendengaran untuk membandingkan hantara tulang telinga

kiri dengan telinga kanan.Tes Swachbach adalah tes untuk membandingkan hantaran tulang

orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.5

Tes Rinne

Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang dengan

hantaran udara pada satu telinga pasien.

Ada dua macam tes Rinne , yaitu:5,6

a. Penala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus

pada processus mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah

pasien tidak mendengar bunyinya, segera penala kita pindahkan didepan meatus

akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat

mendengarnya. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien tidak dapat

mendengarnya

b. Penala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara

tegak lurus pada processus mastoid pasien. Segera pindahkan penaladidepan

meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi

garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada di belakang

meatus akustikus eksternus (processus mastoideus). Tes Rinne positif jika pasien

Page 13: Laporan Praktikum Fisiologi

mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes Rinne

negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah.

Ada tiga interpretasi dari hasil tes rinne:5,6

1) Normal : tes Rinne positif

2) Tuli konduksi: tes Rinne negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih

lama)

3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.

b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)

c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada

posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-

mula timbul.

Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun

pasien.Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan penala tidak tegak lurus, tangkai penala

mengenai rambut pasien dan kaki penala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan

lemak processus mastoideus pasien tebal.6,7

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak

mendengar bunyi penala saat kita menempatkan garputala di processus mastoid pasien.

Akibatnya, getaran kedua kaki penala sudah berhenti saat kita memindahkan penala ke depan

meatus akustikus eksternus.6,7

Tes Weber

Tujuan melakukan tes Weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua

telinga pasien.Cara melakukan tes Weber yaitu membunyikan penala 512 Hz lalu tangkainya kita

letakkan tegak lurus pada garis horizontal.Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau

mendengar lebih keras.Jika telinga pasien mendengar lebih keras satu telinga maka terjadi

lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua telinga pasien sama-sama tidak mendengar atau

sama-sama mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi.6,7

Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan

terdengar diseluruh bagian kepala. Interpretasi:6,7

Page 14: Laporan Praktikum Fisiologi

a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebut

lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama

kerasnya.

b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:

1) Tuli konduksi sebelah kanan, misal adanya ototis media di sebelah

kanan.

2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga

kananlebih hebat.

3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu,

maka didengar sebelah kanan.

4) Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih hebat dari

pada sebelah kanan.

5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kanan jarang

terdapat.

Tes Swachbach

Tujuan dari tes Swachbach adalah untuk membandingkan daya hantar melalui processus

mastoid antara pemeriksa (normal) dengan orang yang diperiksa.Cara melakukan tes Schwabach

yaitu membunyikan penala 512 Hz lalu meletakkannya tegak lurus pada processus mastoideus

pemeriksa.Setelah bunyinya tidak terdengar oleh pemeriksa, segera penala tersebut kita

pindahkan dan letakkan tegak lurus pada processus mastoideus pasien.Apabila pasien masih bisa

mendengar bunyinya berarti Schwabach memanjang. Sebaliknya jika pasien juga sudah tidak

bisa mendengar bunyinya berarti Schwabachmemendek atau normal.6,7

Cara kita memilih apakah Schwabach memendek atau normal yaitu mengulangi tes

Schwabach secara terbalik.Pertama-tama kita membunyikan penala 512 Hz lalu meletakkannya

tegak lurus pada processus mastoideus pasien.Setelah pasien tidak mendengarnya, segera penala

kita pindahkan tegak lurus pada processus mastoideus pemeriksa.Jika pemeriksa juga sudah tidak

bisa mendengar bunyinya berarti Schwabach normal. Sebaliknya jika pemeriksa masih bisa

mendengar bunyinya berarti Schwabach memendek.6,7

Ada 3 interpretasi dari hasil tes Schwabach yang kita lakukan, yaitu:7

Page 15: Laporan Praktikum Fisiologi

1. Normal, Schwabach normal

2. Tuli konduktif, Schwabach memanjang.

3. Tuli perseptif, Schwabach memendek.

Kesalahan pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi. Misalnya tangkai penala

tidak berdiri dengan baik, kaki penala tersentuh, atau pasien lambat memberikan isyarat tentang

hilangnya bunyi.7

Daftar Pustaka

1.Diambil dari

http://physio.esaunggul.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=

115:keseimbangan&catid=93:fisioterapi-neuromuskular&Itemid=80 pada 00.23 April 13,2012.

2.Ganong WF.Buku ajar fisiologi kedokteran.22th ed.Jakarta:EGC;2008.h.180-92.

3.Diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/Nystagmus pada 1.06 April 13,2012.

4.Sherwood L.Fisiologi manusia:dari sel ke sistem.5th ed.Jakarta:EGC;2004.h.214-24.

5.Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung,

tenggorok, kepala, dan leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Indonesia; 2007.

6.Diambil dari http://pemeriksaantespendengaran.blogspot.com/ pada 19.45 14 April 2012.

7.Diambil dari http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/tes-pendengaran/ pada 20.01 14

April 2012.