LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

38
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II MODUL PENGINDERAAN Disusun Oleh: Kelompok I Angga Maulana Ibrahim Diny Febriani Hasanah Fikra Milyuni Ilham Ibrahim Marpid Laila Saieda Latansa Dina Mutia Oktavia Nadia Entus N. Nurhalimah Aruan PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

description

laporan faal

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI IIMODUL PENGINDERAAN

Disusun Oleh:

Kelompok I

Angga Maulana IbrahimDiny Febriani Hasanah

Fikra MilyuniIlham Ibrahim Marpid

Laila SaiedaLatansa Dina

Mutia OktaviaNadia Entus N.

Nurhalimah Aruan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta2013

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya serta nikmat yang tiada hentinya kepada manusia. terutama nikmat

akal yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Dengan nikmat akal

tersebutlah kita dituntut untuk dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya tanpa

menyimpang dari perintah-Nya.

Shalawat serta salam kami curahkan bagi makhluk termulia junjungan kita baginda

Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingga

akhir zaman. Karena Rasulullah telah mengajarkan ilmu dari Allah kepada umat-umatnya.

Alhamdulillah, kami telah dapat menyusun makalah praktikum faal ini untuk Modul

Penginderaan

Tidak ada harapan lain dari kami, semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat

menambah pengetahuan kita. ”Tiada gading yang tak retak” demikian pepatah mengatakan.

Karena itu tiada menutup kemungkinan jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak

kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran demi

kesempurnaan makalah ini dan akan kami terima dengan senang hati.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan serta semua pihak

yang telah membantu serta mendukung sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Jakarta, Februari 2013

Tim Penyusun

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................................

Daftar Isi ...............................................................................................................................

Pengecapan ...........................................................................................................................

Percobaan Dengan Kursi Barany...........................................................................................

Percobaan Dengan Garpu Tala .............................................................................................

Daftar Pustaka .......................................................................................................................

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

1. PENGECAPAN

TUJUAN

Tujuan Instruksional Umum

Memahami dasar-dasar faal sensorik melalui faal pengecapan

Tujuan Perilaku Khusus

1. Mendemonstrasikan hukum Johannes Muller pada faal pengecapan

2. Mendemonstrasikan perbedaan ambang pengecapan untuk 4 modalitas pengecapan

3. Mendemonstrasikan kemampuan initensitas kecap untuk 1 modalitas pengecapan

ALAT YANG DIPERLUKAN

1. Larutan berbagai rasa :

a. Manis : gula 2 sdt + air 240 ml

b. Asam : cuka 10 ml + air 10 ml

c. Asin : garam 2 sdt + air 240 ml

d. Pahit : aspirin 2 butir + air 240 ml

2. Tabung ukur

3. Lidi kapas

4. Air

TATA KERJA

I. PEMERIKSAAN INDERA PENGECAPAN

Lakukan percobaan ini pada 2 orang percobaan (OP).

1. OP tidak boleh mengetahui larutan apa yang akan diletakkan pada lidahnya.

2. Buatlah kesepakatan dengan OP mengenai bahasa isyarat yang akan digunakan bila

OP dapat mengecap rasa pada lidi kapas (misalnya mengangkat tangan bila dapat

mengecap rasa), dan rasa apa yang ia kecap (misalnya mengangkat 1 jari untuk rasa

manis, 2 jari untuk rasa asam, 3 jari untuk rasa asin, 4 jari untuk rasa pahit). Selama

percobaan berlangsung, OP tidak diperkenankan berbicara atau menyentuhkan

lidahnya ke langit-langit mulut.

3. Celupkan sebuah lidi kapas ke larutan manis dan peras kelebihan larutan pada pinggir

gelas

4. Suruh OP untuk menjulurkan lidahnya dan letakkan lidi kapas tersebut pada semua

area pengecapan di lidah.

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

5. Setelah setiap peletakan, tanyakan pada OP apakah ia dapat mengecap rasa dari

larutan tersebut, dan apa rasa yang ia kecap.

6. Catatlah hasilnya di diagram lidah pada form hasil yang telah disediakan

7. Suruhlah OP berkumur dengan air

8. Buang lidi kapas yang telah digunakan

9. Ulangi langkah nomor 3-8 untuk larutan asam

10. Ulangi langkah nomor 3-8 untuk larutan asin

11. Ulangi langkah nomor 3-8 untuk larutan pahit

Diskusikan dengan kelompok anda pertanyaan berikut :

- Apakah lidah OP berespon terhadap keempat sensasi rasa pada lebih dari 1 area? Ya.

Jelaskan

Hasil Percobaan

Letak Nama OP

Ilham

Ujung lidah (manis) Terasa manis

Tepi depan lidah (asin) Terasa asin

Tepi lidah belakang lidah (asam) Terasa asam

Pangkal lidah (pahit) Terasa pahit

TINJAUAN PUSTAKAPengecapan terutama merupakan fungsi dari taste bud yang terdapat didalam mulut,

tetapi pengalaman juga menyatakan bahwa indera penghidu sangat berperan pada persepsi

pengecapan. Selain itu, tekstur makanan, seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil di

rongga mulut, dan adanya zat didalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung-

ujung saraf nyeri, akan sangat mengubah pengalaman dalam pengecapan. Makna penting

pengecapan terletka pada kenyataan bahwa pengecapan memungkinkan manusia memilih

makanan sesuai dengan keinginannya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan metabolik

di jaringan tubuh terhadap zat-zat tertentu.

Sensasi Pengecapan Utama

Pengenalan bahan kimia spesifik yang mampu merangsang berbagai reseptor

pengecapan belum dapat diketahui semuanya. Walaupun begitu, penelitian yang bersifat

psikofisiologi dan neurofisiologi telah mengenali sedikitnya 13 reseptor kimia yang mungkin

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

ada pada sel-sel pengecap. Kelima sensasi pengecapan utama adalah asam, asin, pahit, manis

dan umami.

Seseorang dapat menerima beratus-ratus pengecapan yang berbeda. Semua itu

seharusnya merupakan kombinasi dari sensasi-sensasi pengecapan dasar, begitu juga dengan

cara yang sama seperti ketika kita melihat semua warna, yang merupakan kombinasi dari

ketiga warna utama.

Rasa asam disebabkan oleh asam, yakni karena konsentrasi ion hidrogen, dan

intensitas sensasi asam ini hampir sebanding dengan logaritma konsentrasi ion hidrogen.

Artinya, semakin asam suatu makanan, semakin kuat pula sensasi asam yang terbentuk.

Rasa asin dihasilkan dari garam yang terionisasi, terutama karena konsentrasi ion

natrium. Kualitas rasanya berbed-beda antara garam yang satu dengan yang lain, karena

beberapa garam juga menghasilkan sensasi rasa selain rasa asin, tetapi anion juga ikut

berperan walaupun lebih kecil.

Rasa manis tidak dibentuk oleh satu golongan zat kimia saja. beberapa tipe zat kimia

yang menyebabkan rasa ini mencakup gula, glikol, alkohol, aldehid, keton, amida, ester,

beberapa asam amino, beberapa protein kecil, asam sulfonat, asam halogenasi, dan garam-

garam anorganik dari timah dan berilium.

Rasa pahit, seperti rasa manis, tidak dibentuk hanya oleh satu tipe agen kimia saja.

disini sekali lagi, zat yang memberikan rasa pahit hampir seluruhnya merupakan substansi

organik. Dua golongan substansi tertentu yang cenderung menimbulkan rasa pahit adalah (1)

substansi organik rantai panjang yang mengandung nitrogen, dan (2) alkaloid. Alkaloid

meliputi banyak obat yang digunakan dalm obat-obatan, seperti kuinin, kafein, strikinin, dan

nikotin.

Rasa umami. Umami adalah kata dalam bahasa Jepang yang berarti lezat untuk

menyatakan rasa kecap yang menyenangkan, yang secara kualitatif berbeda dari rasa asam,

asin, manis, atau pahit. Umami merupakan rasa yang dominan ditemukan pada makanan yang

mengandung L-glutamat, seperti pada ekstrak daging dan keju lama, dan beberapa ahli

fisiologi menganggap rasa ini harus dipisahkan, sehingga menjadi kategori kelima dari

perangsangan pengecapan utama.

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

Taste bud dan Fungsinya

Taste bud mempunyai diameter sekitar 1/30 milimeter dan panjang sekitar 1/16

milimeter. Taste bud terdiri atas kurang lebih 50 sel-sel epitel yang termodifikasi, beberapa

diantaranya adalah sel penyokong yang disebut sebagai sel sustentakular, dan yang lainnya

disebut sebagai sel pengecap. Sel-sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan

mitosis dari sel-sel epitel disekitarnya, sehingga beberapa sel pengecap adalah sel muda. Sel

pengecap lainnya adalah sel matang yang terletak ke arah bagian tengah bud; yang akan

segera terurai dan larut. Masa hidup setiap sel pengecap adalah sekitar 10 hari pada mamalia

tingkat rendah tetapi masih tidak diketahui pada manusia.

Ujung-ujung luar sel pengecap tersusun disekitar pori-pori pengecap yang sangat

kecil. Dari ujung-jung setiap sel pengecap, beberapa mikrovili atau rambut pengecap akan

menonjol keluar menuju pori-pori pengecap, untuk mendekati rongga mulut. Mikrovili ini

dipermukaan memberikan reseptor untuk pengecapan.

Anyaman disekitar badan sel-sel pengecap merupakan rangkaian percabangan terakhir

dari serabut-serabut saraf pengecap yang dirangsang oleh sel-sel reseptor pengecap. Beberapa

dari serabut-serabut ini berinvaginasi menjadi lipatan-lipatan membran sel pengecap.

Beberapa vesikel membentuk membran sel didekat serabut. Diduga bahwa vesikel ini

mengandung substansi neurotransmitter, yang dilepaskan melalui membran sel untuk

merangsang ujung-ujung serbaut saraf sebagai respons terhadap rangsangan kecap.

Lokasi Taste Bud

Taste bud ditemukan pada tiga tipe papila lidah yakni sebagai berikut :

1. Sebagian besar taste bud terletak di dinding saluran yang mengelilingi papila

sirkumvalata, yang membentuk garis V di permukaan lidah posterior

2. Sejumlah taste bud terletak pada papila fungiformis diatas permukaan anterior lidah

3. Sejumlah lainnya terletak pada papila foliata yang terdapat di lipatan-lipatan

sepanjang permukaan lateral lidah.

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

Taste bud tambahan terletak pada palatum, dan beberapa diantaranya ditemukan pada

pilar tonsilar, epiglotis, dan bahkan di esofagus bagian proksimal. Orang dewasa mempunyai

3.000 – 10.000 taste bud, sedangkan anak-anak mempunyai lebih sedikit. Diatas usia 45

tahun, sebagian taste bud mengalami degenerasi, yang menyebabkan sensasi pengecapan

menjadi semakin kurang tajam pada usia tua.

Penghantaran Isyarat Rasa Kecap ke SSP

Impuls pengecap dari dua pertiga anterior lidah mula-mula akan diteruskan ke saraf

lingualis, kemudian melalui korda timpani menuju nervus fasialis, dan akhirnya ke traktus

solitarius di batang otak. Sensasi pengecap dari papila sirkumvalata di bagian belakang lidah

dan dari daerah posterior rongga mulut dan tenggorokan lainnya, akan ditransmisikan melalui

nervus glossofaringeus juga ke traktus solitarius, tetapi pada ketinggian yang sedikit lebih

posterior. Akhirnya, beberapa sinyal pengecap dari dasar lidah dan bagian-bagian lain di

daerah faring, akan ditransmisikan ke traktus solitarius melalui mervus vagus.

Semua serabut pengecap bersinaps di batang otak bagian posterior di dalam nukleus

traktus solitarius. Nukleus ini mengirimkan neuron susunan kedua ke daerah kecil di nukleus

medial posterior entral talamus, yang terletak sedikit ke medial dari ujung talamus daerah

fasial di sistem lemniskus medialis-kolumna dorsalis. Dari talamus, neuron susunan ketiga

ditransmisikan ke ujung bawah girus postcentralis pada korteks serebri parietalis, tempat

neuron ini melingkar ke dalam fisura sylvii, dan ke dalam daerah operkular-insular. Daerah

ini terletak sedikit ke lateral, ventral, dan rostral dari daerah untuk sinyal taktil lidah di area

somatik serebri I. Dari penjelasan mengenai jaras pengecap ini, dapat terlihat bahwa jaras ini

sangat paralel dengan jaras somatosensorik dari lidah.

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

Kesimpulan:

Pada dasarnya setiap orang memiliki persepsi terhadap manis pada ujung lidah, asin

pada tepi depan, asam pada tepi belakang, dan pahit pada pangkal lidah, tetapi akibat

dari taste bud yang berbeda-beda, tidak semua orang merasakan rasa tersebut di

tempat yang sama.

Lokasi reseptor pengecap tidak sama pada tiap orang.

Waktu sensasi reseptor pengecap berbeda pada tiap orang.

II. PEMERIKSAAN AMBANG PENGECAPAN

Lakukan percobaan ini pada orang percobaan (OP) yang sama dengan percobaan pertama.

1. Berlawanan dengan percobaan pertama, OP harus mengetahui larutan apa yang akan

diletakkan pada lidahnya.

2. Buatlah kesepakatan dengan OP mengenai bahasa isyarat yang akan digunakan bila

OP dapat mengecap rasa pada lidi kapas (misalnya mengangkat tangan bila dapat

mengecap rasa). Selama percobaan berlangsung, OP tidak diperkenankan berbicara

atau menyentuhkan lidahnya ke langit-langit mulut.

3. Celupkan sebuah lidi kapas ke larutan manis dan peras kelebihan larutan pada pinggir

gelas.

4. Suruh OP untuk menjulurkan lidahnya dan letakkan lidi kapas tersebut pada area di

lidah yang mengecap rasa manis (Gunakan diagram lidah dari hasil percobaan pertana

tadi).

5. Tanyakan pada OP apakah ia dapat mengecap rasa dari larutan tersebut. Bila OP dapat

mengecap rasa tersebut, berilah tanda positif (+) di tabel ambang pengecapan pada

form hasil yang telah disediakan.

6. Suruhlah OP berkumur dengan air.

7. Buang lidi kapas yang telah digunakan.

8. Encerkan larutan manis tersebut dengan cara menuangkan 10 ml dari larutan ke gelas

bersih dan tambahkan air sebanyak 10 ml.

9. Ulangi langkah nomor 3-7 dengan larutan yang baru saja diencerkan

10. Ulangi langkah nomor 8 dengan larutan yang sudah diencerkan (Anda akan

mengencerkan larutan yang sudah diencerkan)

11. Ulangi kembali langkah nomor 3-7

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

12. Ulangi terus prosedur ini dengan larutan yang terus diencerkan (10 ml larutan baru +

10 ml air ) hingga OP tidak dapat mengecap rasa yang diletakkan di lidahnya. Berilah

tanda negatif (-) di tabel ambang pengecapan pada form hasil yang telah disediakan

pada saat OP tidak dapat lagi mengecap rasa terssebut.

Catatan : Larutan awal dianggap berkekuatan 100 %. Setiap pengenceran akan

menghasilkan larutan berkekuatan setengah dari pengecapan sebelumnya. Maka,

pengenceran pertama akan menghasilkan larutan berkekuatan 50%, pengenceran kedua

25%, dst.

13. Ulangi seluruh tahap percobaan ini dengan tiga larutan rasa yang lain.

Diskusikan dengan kelompok anda pertanyaan berikut :

- Apakah ambang pengecapan untuk setiap rasa sama? Berbeda .

- Jelaskan.

Hasil Percobaan

Rasa Nama OP

Ilham

Asin 7x

Asam 7x

Manis 6x

Pahit 7x

TINJAUAN PUSTAKAAmbang batas dari sel kecap untuk dapat menimbulkan potensial aksi dan mengenali rasa tersebut berbeda-beda pada setiap rasa. Ambang batas untuk rasa pahit termasuk yang paling rendah, karena sel kecap tersebut dapat mengenali rasa pahit pada konsentrasi yang paling rendah. Contohnya, sel kecap dapat mengenali rasa pahit dari senyawa quinin pada ambang batas 0,000008 M, sedangkan rasa asam dapat dikenali pada ambang batas 0,0009 M. Rasa pahit merupakan rasa yang memiliki ambang batas terendah untuk proteksi diri terhadap senyawa yang beracun, karena senyawa tersebut mengandung alkaloid. Tak hanya senyawa beracun dan berbahaya bagi tubuh, kafein, strychnine, nikotin, dan beberapa obat memiliki kandungan alkaloid. Ambang batas yang terendah setelah rasa pahit yaitu rasa asam. Kemudian, rasa manis dan asin memiliki ambang batas yang hampir sama namun lebih tinggi daripada rasa asam

Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed.2. EGC. Jakarta. 2001.

Guyton AC, John EH. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2008

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

2. PERCOBAAN DENGAN KURSI BARANY

A. Nistagmus

Tujuan

Menerangkan pengaruh percepatan sudut serta cara mendemonstrasikannya dengan

OP yang diputar di atas kursi Barany terhadap terjadinya nistagmus.

Dasar Teori

Gerakan menyentak yang khas pada mata yang tampak pada saat awal dan akhir rotasi

disebut nistagmus. Gerakan ini sebenarnya suatu reflex yang mempertahankan fiksasi

penglihatan di titik-titik yang diam sementara tubuh berputar, walaupun gerakan ini tidak

ditimbulkan oleh impuls penglihatan dan terjadi pula pada orang buta. Sewaktu rotasi

dimulai, mata bergerak lambat dalam arah berlawanan dengan arah rotasi, untuk

mempertahankan fiksasi penglihatan (refleks vestibulo-okular, VOR).

Bila batas gerakan ini tercapai, mata dengan cepat berputar kembali ke titik fiksasi

baru lalu kembali bergerak lambat ke arah lain. Komponen lambat dicetuskan oleh impuls

dari labirin; komponen cepat dicetuskan oleh pusat di batang otak. Nistagmus sering bersifat

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

horizontal ( yaitu mata bergerak dalam bidang horizontal), tetapi nistagmus juga dapat

vertikal, bila kepala dimiringkan ke arah bahu selama rotasi, atau dapat berputar bila kepala

menunduk. Berdasarkan perjanjian, arah gerakan mata dalam nistagmus dinyatakan sesuai

dengan arah komponen cepat. Arah komponen cepat selama rotasi sama dengan arah rotasi,

tetapi nistagmus postrotatori yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan

memiliki arah berlawanan. Secara klinis, nistagmus pada saat istirahat dijumpai pada pasien

dengan lesi di batang otak.

Fase kompensasi VOR disebut sebagai fase lambat nistagmus, dan fase

antikompensatori disebut fase cepat. Arah fase cepat digunakan sebagai label arah nistagmus

karena arah gerakan cepat mata lebih mudah dideteksi secara klinik.

Ketika seseorang dengan mata tertutup dilakukan rotasi angular (contoh: dengan kursi

Barani), maka ia dapat menentukan secara akurat arah rotasi pada saat awal pergerakan.

Namun setelah periode rotasi mencapai kecepatan konstan, maka ia akan berkata bahwa ia

berhenti berputar, ini merupakan adaptasi cepat reseptor di kanalis semisirkularis pada

kecepatan konstan. Selama periode percepatan di permulaan rotasi, orang tersebut mengalami

nistagmus searah rotasi, bola mata rupanya berusaha memfiksasi pada beberapa target. Ketika

sensasi rotasi memudar pada kecepatan konstan, nistagmus juga menghilang.

Jika kursi secara tiba-tiba dihentikan, maka orang tersebut akan merasakan sensasi

rotasi berlawanan arah dengan yang dialami sebelumnya dan akan memudar seiring waktu.

Juga terjadi nistagmus postrotatori yang berlawanan arah dengan rotasi sebelumnya. Secara

klinis, nistagmus pada saat istirahat dijumpai pada pasien dengan lesi di batang otak.

Nistagmus mencakup:

1. Nistagmus fisiologik (yang dijumpai pada orang sehat) dan terdiri dari :

Nistagmus voluntar horizontal ritmik atau pendular dapat dibangkitkan dengan

sengaja oleh orang-orang yang tidak mempunyai kelainan apapun. Sifat non-

patologiknya dicirikan oleh singkatnya nistagmus yang berlangsung hanya 1-2

detik saja.

Nistagmus optokinetik: timbul bila sederetan obyek melintasi lapangan

penglihatan (ketika berjalan di dalam kereta/mobil). Komponen lambatnya

mengikuti arah gerakan sedangkan komponen cepatnya bergerak ke arah

darimana obyek itu datang.

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

Nistagmus vestibular, dapat dibangkitkan pada setiap orang yang mempunyai

susunan saraf utuh.

Nistagmus terminal: tampak pada posisi lirikan maksimal dimana kedua mata

ditetapkan pada obyek yang berada di luar batas penglihatan binokular.

2. Nistagmus patologik yang dapat ditimbulkan pada orang-orang dengan kelainan

susunan saraf

3. Nistagmus yang timbul spontan pada orang-orang yang mempunyai kelainan di

susunan saraf, gangguan mekanisme fiksasi visual dan gangguan di bagian perifer

susunan vestibular.

Figure. Ocular nystagmus--repeating compensatory and anticompensatory eye

movements--resulting from vestibular stimulation. In this case, the stimulation is a yawing

angular acceleration to the left, and the anticompensatory, or quick-phase, nystagmic

response is also to the left.

Alat Dan Bahan

1. Model-model kanalis semisirkularis.

2. Kursi Barany.

Cara Kerja

1. Perintahkan OP duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat

lengan kursi.

2. Perintahkan OP memejamkan kedua matanya dan menundukkan kepalanya 300 ke

depan.

3. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba-tiba

5. Perintahkan OP untuk membuka mata dan melihat jauh ke depan

Perhatikan adanya nistagmus. Tetapkan arah komponen lambat dan komponon cepat

nistagmus tersebut.

Hasil dan Pembahasan

OP : angga maulana ibrahim

Pada praktikum ini OP diputarkan di atas kursi barany searah dengan jarum jam (ke

kanan) dengan mata ditutup dan kepala ditundukan 300 sebanyak 10 kali kemudian putaran

diberhentikan. Saat putaran diberhentikan terlihat bahwa terjadi nistagmus pada mata OP

dengan fase cepat ke kiri dan fase lambat ke kanan ini disebut dengan nistagmus postrotatori

yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memiliki arah berlawanan

dengan arah rotasi.

P-SKP.4 Apa yang dimaksud dengan nistagmus pemutaran dan nistagmus pasca

pemutaran?

Jawaban :

Nistagmus pemutaran adalah nistagmus yang terjadi selama pemutaran. Nistagmus

pasca pemutaran adalah nistagmus yang terjadi segera setelah pemutaran dihentikan.

KESIMPULAN

Pada OP ini, nistagmus fisiologis dapat dibangkitkan dengan pemutaran/rotasi angular

ke kanan yang menunjukkan nistagmus komponen cepat ke kiri dan komponen lambat ke

kanan.

III. Tes Penyimpangan Penunjukan (Past Pointing Test Of Barany)

Tujuan

Memahami pengaturan sikap dan keseimbangan tubuh melalui alat vestibuler dan

indera penglihatan.

Dasar Teori

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh

mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan

vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

Alat yang digunakan : Kursi Barany

Tata Kerja

1. Perintahkan OP duduk tegak di kursi barany dan memejamkan kedua matanya.

2. Pemeriksa berdiri tepat di depan kursi barany sambil mengulurkan tangan kirinya

kearah OP.

3. Perintahkan OP meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat menyentuh jari

tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.

4. Perintahkan OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat

menurunkannya kembali sehingga menyentuh jari pemeriksa lagi.

Tindakan no.1 s/d no.4 merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya, sebagai

berikut:

5. Perintahkan OP dengan kedua tangannya memegang erat lengan kursi. OP

menundukkan kepala 300 ke depan.

6. Putar kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan

7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba-tiba, dan suruh OP

menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan penunjukan seperti telah

disebutkan pada point 1 s/d 4 di atas.

8. Perhatikan apakah tejadi penyimpangan penunjukan oleh OP. bila terjadi

penyimpangan, tetapkannlah arah penyimpangannya. Teruskan tes tersebut sampai

OP tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.

Hasil dan Pembahasan

Setelah melakukan pemutaran 10 kali dalam 20 detik pada OP di atas kursi barany dengan

mata tertutup dan kepala ditundukan 30o kemudian dihentikan tiba-tiba dan dilakukan tes

tunjuk pada OP dan didapatkan adanya deviasi, sesekali OP dapat dengan tepat menunjuk ke

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

arah yang dituju seharusnya menurut teori cairan endolimfe masih dalam keadaan berputar

kearah kanan hingga kupula membelok kearah kanan pula hal ini menyebabkan dunia seakan-

akan bergerak dari arah kiri-kekanan dan tubuh seakan-akan jatuh kesebelah kiri sehingga OP

mengadakan kompensasi jatuh kearah kanan agar tubuh tidak jatuh kearah kiri. Hal ini

terlihat saat OP menjulurkan tangan kanannya kearah pemeriksa, tangan OP jatuh lebih

kearah kanannya sehingga OP tidak menyentuh tangan pemeriksa.

IV. KESAN (SENSASI)

TUJUAN

Menerangkan pengaruh percepatan sudut serta cara mendemonstrasikannya dengan

OP yang diputar di atas kursi Barany terhadap kesan (sensasi) yang dirasakan OP

TEORI DASAR

Percepatan (akselerasi) rotasi pada salah satu bidang kanalis semisirkularis tertentu

akan merangsang kristanya. Endolimfe, akibat kelembamannya, akan bergerak dengan arah

berlawanan terhadap arah putaran. Cairan ini mendorong kupula dan menyebabkan

perubahan bentuk. Hal ini akan menekukkan tonjolan-tonjolan sel rambut. Apabila telah

tercapai kecepatan rotasi yang tetap, cairan berputar dengan kecepatan yang sama dengan

tubuh dan kupula kembali tegak. Bila pemutaran dihentikan, perlambatan akan menyebabkan

pergeseran endolimfe searah dengan putaran, dan kupula mengalami perubahan bentuk dalam

arah berlawanan dengan arah sewaktu perecpatan. Kupula kembali ke posisi di tengah dalam

25-30 detik.

Fig. Response of semicircular canals to angular rotation. A. The velocity of an angular

rotation of the head (ordinate) plotted against time (abscissa). B. The change in frequency of

discharge of a receptor innervating one of the semicircular canals during periods of constant

acceleration, of constant velocity, and of constant deceleration of the head

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

Fig. The position of the crista ampullaris and cupula

within a cross section of the ampulla of one semicircular

canal. Also shown is the movement of the cupula and its

embedded cilia during rotation first in one direction and

then in the opposite direction. (Eyzguirre C,

Fidone SJ: Physiology)

TATA KERJA

1. Gunakan OP yang lain. Suruh OP duduk tegak di kursi Barany dengan kedua

tangannya memegang erat lengan kursi.

2. Tutup kedua mata OP dengan saputangan

3. Putar kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah

dan kemudian kurangi kecepatan putarannya secara berangsur-angsur pula sampai

berhenti

4. Tanyakan kepada OP arah perasaan berputar

a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah

b. Sewaktu kecepatan putar menetap

c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi

d. Segera setelah kursi dihentikan

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

5. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang

dirasakan oleh OP

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sewaktu OP pada kursi Barany diputar ke kiri, saat putaran awal: OP merasa diputar

ke kanan karena cairan endolimf seakan-akan tertinggal di sisi kanan, namun saat kecepatan

putar bertambah : OP merasa berputar ke kiri (hal ini dikarenakan pergerakan endolimfe dan

arah kupula ke arah berlawanan dengan arah putaran). Namun, ketika tercapai kecepatan

rotasi yang tetap, cairan berputar dengan kecepatan yang sama dengan tubuh dan kupula

kembali tegak sehingga OP tidak merasakan arah putaran. Sedangkan, ketika pemutaran

dihentikan, perlambatan akan menyebabkan pergeseran endolimfe searah dengan putaran,

dan kupula mengalami perubahan bentuk dalam arah berlawanan dengan arah putaran

sewaktu percepatan sehingga OP merasa diputar ke kanan.

KESIMPULAN

Arah putaran yang dirasakan OP dipengaruhi oleh pergerakan endolimfe dan kupula.

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

3 . PEMERIKSAAN FUNGSI PENDENGARAN DENGAN GARPUTALA

Dasar Teori

Pendengaran adalah persepsi energi suara oleh saraf. Pendengaran

terdiri dari dua aspek: identifikasi suara dan lokalisasinya. Gelombang

suara adalah getaran udara yang merambat yang terdiri dari daerah-

daerah bertekanan tinggi akibat kompresi molekul udara bergantian

dengan daerah-daerah bertekanan rendah akibat peregangan molekul

udara. suara ditandai dengan nada, intensitas dan warna suara.

Nada adalah suatu suara ditentukan oleh frekuensi getaran.

Semakin besar frekuensi getaran, semakin tinggi nada. Telinga manusia

mendeteksi gelombang suara dengan frekuensi 20-20000 siklus per detik

tetapi paling peka adalah frekuensi antara 1000-4000 siklus per detik.

Intensitas suara bergantung pada amplitude gelombang suara atau

perbedaan tekanan antara daerah pemadatan bertekanan tinggi dan

daerah peregangan bertekanan rendah. Dalam rentang pendengaran,

semakin besar amplitude, semakin keras suara. Telinga manusia dapat

mendengar intensitas suara dengan kisaran yang lebar, dari bisikan paling

lemah hingga bunyi pesawat lepas landas yang memekakkan telinga.

Warna suara suatu suara bergantung pada overtone, yaitu frekuensi

tambahan yang mengenai nada dasar.

Reseptor-reseptor khusus untuk suara terletak di teling dalam yang

berisi cairan. Karena itu, gelombang suara di udara harus dapat

diteruskan ke arah dan dipindahkan ke telinga dalam, dengan

mengompensasi pengurangan energi suara yang terjadi dalam proses

alami ketika gelombang suara berpindah dari udara ke air. Fungsi ini

dilaksanakan oleh telinga luar dan telinga tengah. Lokalisasi suara untuk

suara yang datang dari kanan atau kiri ditentukan berdasarkan dua

petunjuk. Pertama, gelombang suara mencapai telinga yang lebih dekat

dengan sumber suara sesaat sebelum gelombang tersebut tiba di telinga

satunya. Kedua, suara menjadi kurang intens ketika mencapai telinga

yang jauh, karena kepala berfungsi sebagai penghalang suara yang

secara parsial menghambat perambatan gelombang suara. Kemudian

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

suara akan memasuki tuba auditori eksterna dan melalui membran

timpani.

Membran timpani yang membentang merintang pintu masuk ke

telinga tengah, bergetar dengan adanya gelombang suara. Daerah-daerah

bertekanan tinggi dan rendah yang berselang-seling dan ditimbulkan oleh

gelombang suara menyebabkan gendang telinga yang sangat peka

melekuk ke dalam dan keluar seiring dengan frekuensi gelombang suara.

Agar membran bebas bergerak ketika terkena suara, tekanan udara

istirahat pada kedua sisi membran harus sama. Bagian luar membran

timpani terpajan ke tekanan atmosfer melalui tuba auditori eksterna dan

bagian dalam yang menghadap ke rongga telinga tengah juga terpajan ke

tekanan atmosfer melalui tuba eustakhius.

Telinga tengah akan memindahkan gerakan bergetar membran

timpani ke cairan telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya

rantai tiga tulang kecil, atau osikulus (maleus,inkus dan stapes), yang

dapat bergerak dan membantang di telinga tengah. Maleus melekat ke

membran timpani, dan stapes melekat ke oval window dimana

merupakan pintu masuk ke koklea yang berisi cairan. Ketika membran

timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara, rangkaian

tulang-tulang tersebut ikut bergerak dengan frekuensi yang sama,

memindahkan frekuensi getaran ke oval window. Tekanan yang terjadi

pada oval window akan menimbulkan getaran cairan di telinga dalam.

Sistem osikulus memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh gelombang

suara di udara melalui dua mekanisme agar cairan di koklea bergetar.

Pertama, karena luas permukaan membran timpani jauh lebih besar

daripada luas oval window, maka terjadi peningkatan tekanan ketika gaya

yang berkerja pada membran timpani disalurkan oleh osikulus ke oval

window. Kedua, efek tua osikulus juga menimbulkan penguatan.

Kokhlea yang seukuran kacang polong dan berbentuk mirip sipit ini

adalah bagian telinga dalam yang mendengar dan merupakan system

tubulus bergelung yang terletak jauh didalam tylang temporal. Komponen

fungsional kohlea akan lebih mudah dipahami jika gulungan organ ini

diuraikan disebagian besar panjangnya kokhlea dibagi menjadi tiga

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

kompartemen longitudinal berisi cairan. Duktus kokhleaaris yang buntu,

yang juga dikenal sebagai skala media, membentuk kompartemen

tengah. Bagian ini membentuk terowongan di seluruh panjang bagian

tengah kokhlea, hamper mencapai ujung. Kompartemen atas , skala

vestibule, mengikuti kontur dalam spiral, dan skala timpani, kompartemen

bawah mengikuti kontur luar. Cairan di dalam duktus kokhlearis disebut

endolimfe. Skala timpani dan skala vestibule mengandung cairan yang

sedikit berbeda, perilimfe di daerah luar ujung duktus kokhlearis tempat

cairan di kompartemen atas dan bawah berhubungan disebut

helicotrema. Skala vestibule dipisahkan dari rongga telinga tengah oleh

jendela oval, tempat melekatnya srapes.lubang kecil lain yang ditutupi

oleh membrane. Jendela bundar menutupi skala timpani dan telinga

tengah. Membrane vestibularis yang tipis membentuk lantai duktus

kokhlearis, memisahkannya dari skala timpani. Membrane basilaris sngat

penting karena mengandung organ corti.

Organ corti, yang terletak diatas mebran basilaris di seluruh

panjang nya, mengandung sel rambutyangg merupakan reseptor suara.

Sebanyak 16.000 sel rambut di dalam masing – masing kokhlea tersusun

menjadi empat baris sejajjar di seluruh panjang membrane basilaris, satu

baris sel rambut dalam dan tiga baris sel rambut luar. Dari permukaan

masing- masing sel rambut menonjolsekitar 100 sel rambut yang disebut

stereosolia. Sel rambut menghasilkan sinyal saraf jika rambut

permukaannya mengalami perubahanbentuk secara mekanis akibat

gerakan cairan di telinga. Stereosilia ini berkontak dengan membrane

tektorium.

Gerakan stapes yang mirip piston terhadap jedela ovale memicu

gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat

mengalami penekanan, maka tekanan disebarkan melalui dua carakitaka

stapes menyebabkan jendela ovale menonjol ked alam.1) penekanan

jendela bundar dan 2) reflex membrane basilaris.pada bagian – bagian

awal jalur ini, gelombang tekanan mendorong maju perilimf di

kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikotrema, dan masuk ke

kompartemen bawah,tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

bundar menonjol keluar mengarah ke rongga telinaga tengah untuk

mengompensasipeningkatan tekanan,sewaktu stapes bergerak

mundurdan menarik jendela oval keluarke telinga tengah, perilimf

mengalir kea rah berlawanan, menyebabkan jendela luar kearah

berlawanan,jalur ini tidak menyebabkan peneriman suara tetapi hanya

mnghilangkan tekanan.

Sel rambut dalam adalah sel sel yang mengubah gaya mekanis

suara menjadi imfuls listrik pendengaran(potensial aksi yang

menyamoaikan pesan pendengaran ke korteks serebri). Sel rambut dalam

berhubungan melalui suatu sinaps kimiawi dengan ujung serat-serat saraf

aferen yang membentuk nervus auditorius. Depolarisasi sel-sel rambut ini

meningkatkan laju neurotransmitter, yang meningkatkan frekuensi lepas

muatan di serat aferen.karena itu telinga mengubah gelombang suara di

udara menjadi gerakan bergetar mebran basilaris yang menekuk rambut-

rambut sel reseptor maju mundur.dengan caraini gelombang suara

diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat diterima oleh otak sebagai

sensasi suara.

Sel- sel rambut luar secara aktif dan cepat brubah panjang sebagai

respomnterhadap perubahan potensial membrane, dikenal sebagaii

elekromotilitas.

Deskriminasi nada

Yaitu kemampuan membedakan antara frekuensi gelombang suara

yang dating bergantung pada bentuk dan sifat membrane basilaris, yang

menyempit dan kaku diujung jendela ovalnya serta lebar dan lentur di

ujung helicotremanya. Bagian- bgian membrane basilaris secara alami

bergetar maksimal pada frekuensi yang berbeda-beda..ujung sempit yang

paling cekat dengan jendela ovale bergetar maksimal pada frekuensi yang

berbeda-beda, yaitu setiap frekuensi memperliahatkan puncak di

berbagai posisi di sepanjang membrane basilaris.sewaktu gelombang

suara dengan frekuensi tertentub terbentuk di kokhlea akibat getaran

stapes, gelombang akan merambat ke membrane basilaris yang secara

aalami berespo maksimal terhadap frekuensi ini.

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

Seperti halnya bagian-bagian membran basilaris yang berkaitan

dengan nada tertentu, korteks pendengaran primer di lobus temporalis

juga tertata secara tonotopis. Setiap bagian membran basilaris

berhubungan dengan regio spesifik korteks pendengaran primer.

Karenanya neuron-neuron korteks tertentu hanya diaktifkan oleh nada

tertentu. Neuron eferen yang menyerap sinyal auditori dari sel rambut

dalam keluar koklea melalui saraf auditorius. Jalur ini antara organ Corti

dan korteks auditorius melibatkan beberapa sinaps dalam perjalanannya,

dengan yang paling menonjol di batang otak dan nukleus genikulatus

medial talamus. Batang otak menggunakan informasi auditori untuk

keadaan terjaga dan bangun. Sinyal auditor dari setiap telinga akan

disalurkan ke kedua lobus temporalis karena serat bersilangan secara

parsial di batang otak. Korteks pendengaran primer tampaknya

mempersepsikan suara-suara diskret, sementara korteks pendengaran

yang lebih tinggi di sekitarnya menginterpretasikan berbagai suara

menjadi pola yang koheren dan berarti.

Alat dan Bahan

Garputala/Penala

A. Cara Rinne

Tujuan

Untuk menilai fungsi pendengaran dengan hantaran konduksi dan

hantaran suara melalui benda padat.

Cara kerja

1. Getarkan penala berfrekuensi 512 dengan cara memukulkan salah

satu ujung jari penala ke telapak tangan, jangan sekali- kali

memukulkannya pada benda keras

2. Tekankan ujung tangkai penala pada prosessus mastoideus salah

satu telinga OP .tangan pemeriksa tidak boleh menyentuh jari – jari

penala.

3. Tanyakan kepada OP apakah ia mendengar bunyi penala

mendengung di telinga yang diperiksa. Bila mendengar, OP disuruh

mengacungkan jari telunjuk. Begitu tidak mendengar lagi , jari

telunjuk diturunkan.

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari prosessus

mastoideus OP dan kemudian ujung jari penala ditempatkan

sedekat- dekatnya ke depan liang telinga OP. Tanyakan apakah OP

mendengar dengungan itu

5. Catat hasil pemerikaan rinne sebagai berikut:

Rinne positif (+) : bila OP masih mendengar dengunga melalui

hantaran aerotimpanal

Rinne negatif (-) : bila OP tidak lagi mendengar dengungan melalui

hantaran aerotimpanal.

Hasil

Fungsi pendengaran pada OP baik (+/+)

Kesimpulan

Fungsi pendengaran dinilai dari dua aspek : fungsi pendengaran

dengan hantaran konduksi saat garputala diletakkan di depan aurikula

dan fungsi pendengaran dengan hantaran melalui benda padat saat

garputala diletakkan pada tulang mastoid. Pada OP yang dipraktikumkan,

fungsi pendengaran dengan penilaian rinne baik pada kedua telinga.

Pertanyaan dan Jawaban

Dengan jenis hantara apakah orang mendengar

dengungan pada tindakan butir II.3. tadi?

Jenis hantarannya adalah hantaran konduktif

Dengan jenis hantaran apakah orang mendengar

dengungan pada tindakan butir II.4.?

jenis hantarannya adalah hantaran neural

B. Cara Weber

Tujuan

Untuk menilai kesimetrisan fungsi pendengaran pada kedua telinga

dan mengetahui adanya lateralisasi pada telinga.

Cara kerja

1. Getarkan penala yang berfreuensi 512 seperti pada butir II.1

2. Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi OP digaris median

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

3. Tanyakan kepada OP, apakah ia mendengar dengungan bunyi penal

sama kuat dikedua telinganya atau terjadi lateralisasi?

4. Pada OP yang tidak mengalami lateralisasi , saudara dapat mencoba

menimbulkan lateralisasi buatan dengan menutup salah satui

telinga OP dengan kapas dan mengulangi pemeriksaannya.

Hasil

Fungsi pendengaran pada OP baik pada kedua telinga dan

simetris. Saat telinga OP sebelah kanan ditutup dengan kapas, akan

terdapat lateralisasi ke sisi kanan.

Kesimpulan

Fungsi pendengaran perlu dinilai kesimetrisannya pada kedua

telinga. Pada OP yang dipraktikumkan fungsi pendengaran kedua telinga

baik dan simetris. Lateralisasi dapat terjadi karena adanya sumbatan

pada telinga sehingga hantaran suara konduktif lemah dibandingkan

hantaran melalui tulang yang terdengar lebih jelas.

Pertanyaan dan Jawaban

Apakah yang dimaksud lateralisasi?

Lateralisasi adalah suara yang terdengar pada satu sisi

telinga akibat adanya gangguan neural.

Kemana arah lateralisasi dan terangkan mekanisme

lateralisasi ini?

Lateralisasi terjadi ke arah telinga yang tertutup oleh kapas.

C. Cara Schwabach

Tujuan

Untuk mengetahui fungsi hantara suara melalui tulang dan

dibandingkan dengan pemeriksa yang memiliki fungsi

pendengaran yang normal

Cara Kerja

1. Penala digetarkan dengan frekuensi 512

2. Letakkan ujung tungkai penala pada prosesus mastoideus di

salah satu telinga OP

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

3. Perintah OP untuk mengangkat tangan saat mendengar bunyi

dan menurunkannya saat menghilang

4. Pindahkan penala dari prosesu mastoideus OP ke prosesus

mastoideus pemeriksa sendiri.

5. Bila dengungan penala masih terdengar oleh pemeriksa

sedangkan OP sudah tidak mendengar, maka hasil schwabach

memendek

6. Bila dengungan penala sudah tidak terdengar oleh OP dan

pemeriksa, maka hasil schwabach normal atau memanjang

7. Untuk memastikan pemeriksaan schwabach memanjang, penala

digetarkan dan diletakkan pada prosesu mastoideus pemeriksa

sampai tidak terdengar.

8. Kemudian penala tersebut diletakkan pada prosesus mastoideus

OP.

9. Bila OP masih mendengar, maka hasil schwabach memanjang.

10. Bila dengungan tidak terdengar oleh pemeriksa dan OP, maka

hasil schwabach normal

Hasil

Fungsi pendengaran pada OP melalui pemeriksaan schwabach baik,

tidak mengalami pemendekan atau pemanjangan.

Kesimpulan

Fungsi pendengaran perlu dibandingkan antara pemeriksa dan OP

sehingga tidak terjadi pemanjangan atau pemendekan. Pemeriksa yang

akan melakukan pemeriksaan schwabach harus tidak mengalami kelainan

pada fungsi pendengaran.

Pertanyaan dan Jawaban

Apa tujuan pemeriksaan pendengaran dengan penala di

klinik? Bagaimana interpretasi masing-masing

pemeriksaan?

Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk menilai fungsi

telinga terhadap hantaran bunyi konduksi dan hantara bunyi

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II.docx

melalui telinga sehingga dapat dibedakan antara tuli konduksi

dan tunli neural.