Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1
-
Upload
muhammad-nadif -
Category
Documents
-
view
537 -
download
3
Transcript of Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
DIFUSI, OSMOSIS, DAN IMBIBISI
Tanggal : 12 Maret 2014
Disusun oleh :
Muhammad Nadhif 081211432003
Purnomo 081211433002
Fairuz 081211432007
Muhammad Bachruddin 081211433037
Dosen Pembimbing :
Drs. Hery Purnobasuki, M.Si., PhD.
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Pada umumnya, air dan bahan yang larut di dalamnya masuk dan keluar sel,
bukan sebagai aliran massa, melainkan satu per satu molekul setiap kali.
Pergerakkan neto dari suatu tempat ke tempat lain, akibat aktivitas kinetik acak atau
gerak termal dari molekul atau ion disebut difusi. Dengan kata lain, difusi
merupakan perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah
akibat energi kinetik. Makin besar perbedan konsentrasi anatara dua daerah, maka
makin tajam pula gradasi konsentrasinya sehingga makin besar pula kecepatan
difusinya. Salah satu contoh dari proses difusi adalah Kristal KMnO4 yang
diletakkan pada permukaan air. Zat warna tersebut akan melarut dan menyebar
(berdifusi) dengan lambat dari sumbernya ke seluruh bagian cairan.
Sedangkan difusi dari bahan pelarut melalui selaput semi permeable dari
konsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi disebut osmosis. Membran semi
permeable harus dapat ditembus oleh pelarut, tetapi tidak oleh zat terlarut, yang
mengakibatkan gradient tekanan sepanjang membrane.Osmosis merupakan suatu
fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan
pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi
yang lebih encer.Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang
permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat
berkonsentrasi rendah.Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut
tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan
osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti jika
kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh
perbedaan konsentrasi.Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah
mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan
dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor.Tekanan
osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada
konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Peristiwa migrasi molekul-molekul air ke suatu zat lain yang berpori cukup
besar untuk melewatkan molekul-molekul air kemudian molekul-molekul air
tersebut menetap di dalam zuatu zat disebut imbibisi. Salah satu contoh dari proses
imbibisi adalah perkecambahan suatu biji yang ditandai dengan semakin
membesarnya biji dan keluarnya radikula suatu biji. Imbibisi sebenarnya merupakan
proses osmosis melalui dinding sel-sel kulit maupun protoplas dari biji. Peristiwa
imbibisi sebenarnya bukan suatu proses difusi belaka karena sel-sel biji mempunyai
nilai osmosis yang tinggi dan oleh karena itu mempunyai defisit tekanan osmosis
yang besar pula. Jadi molekul air berdifusi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi
yang tinggi.
1.2 Tujuan
1. Mengukur kecepatan difusi zat padat (KMnO4) dalam larutan
2. Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metode plasmolisis
3. Mengamati terjadinya imbibisi air pada biji kacang hijau dan kedelai
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di ruang 227 Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga pada tanggal 12 Maret 2014 pukul13.00 - 14.40 WIB.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Difusi Molekul KMnO4 (kalium permanganate) Dalam Air
Bahan
- Kristal KMnO4
- Air
Alat
- Cawan Petri - Gelas Ukur
- Pipet - Kertas Milimeter
- Stopwatch - Penggaris
2.2.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel
Bahan
- Daun Rhoe discolor
- Air
- Larutan sucrose 0,0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; 1,0 M
Alat
- Pisau Silet - Gelas ukur
- Cawan Petri - Stopwatch
- Objek dan cover glass - Counter
- Mikroskop - Tabel potensial osmotik
- Label - Pipet
2.2.3 Imbibisi Air pada Biji
Bahan
- Biji kacang hijau dan kedelai
- Air
Alat
- Gelas Bekker - Plastik / aluminium foil
- Timbangan - Karet gelang
- Kertas Saring - Selotip
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Difusi Molekul KMnO4 (kalium permanganate) Dalam Air
1. Air sebanyak 15 ml dituangkan dalam cawan Petri.
2. Cawan Petri diletakkan ditempat yang datar yang telah dialasi dengan
kertas millimeter atau kertas yang telah diberi tanda garis dengan ukuran
skala mm.
3. Satu butir kecil Kristal KMnO4 dimasukkan kebagian tengah cawan Petri
yang sudah berisi air.
4. Gerak difusi molekul KMnO4 diperhatikan dan diukur kecepatan
penyebaran Kristal tersebut dengan stopwatch atau pencatat waktu lainnya .
5. Kecepatan dan konstanitas perambatan proses difusi tersebut diamati dan
dicatat.
6. Diameter luasan penyebaran kristal KMnO4 dalam air diukur tiap 1 menit
selama 20 menit dan diperhatikan apakah kadar cepat perambatannya konstan
atau tidak.
7. Data – data pengamatan tersebut dimasukkan dalam tabel dan selanjutnya
digambar dalam bentuk grafik.
2.3.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel
1. Menyiapkan 6 buah cawan Petri lalu larutan sukrosa yang telah dibuat
dituangkan kedalam cawan Petri tersebut sesuai dengan molaritas yang telah
ditentukan. Mencatat kadar larutan dalam setiap cawan Petri atau beri tanda
( label ) pada cawan Petri sesuai molaritas larutan sukrosa.
2. Menyayat lapisan epidermis bawah atau abaksial yang berwarna ungu
dari daun Rhoeo discolor dengan pisau silet setipis mungkin. Diusahakan
menyayat hanya selapis sel saja.
3. Merendam sayatan – sayatan tersebut dalam cawan Petri selama 30
menit. Waktu mulai perendaman dicatat.
4. Setelah direndam selama 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa
dibawah mikroskop dengan menggunakan objek dan cover glassjumlah sel
seluruhnya ( dalam satu lapangan pandang ) dan jumlah sel yang mengalami
plasmolisis dihiutng.
5. Konsentrasi sukrosa dimana yang mengakibatkan 50 % dari jumlah sel
epidermis daun Rhoeo discolor dicari dan diperiksa yang telah mengalami
plasmolisis. Keadaan ini disebut insipien plasmolisis. Sel pada keadaan
insipien plasmolisis memiliki potensial osmotik sama dengan tekanan
osmotik ( PO ) larutan yang digunakan
6. Tentukan PO sel pada insipien plasmolisis dengan mengacu pada tabel 1.
sedangkan potensial osmotik ( PO ) dapat dihitung dengan rumus :
PO = 22,4 m T
273
PO = tekanan osmosism
m = kadar larutan penyebab separuh jumlah sel ter plasmolisis.
T = suhu absolute ( °K ) = ( suhu ruangan + 273 ° K )
2.3.3 Imbibisi Air pada Biji
1. Menyipkan biji kacang hijau dan biji kedelai, serta gelas bekker yang
telah diisi dengan air. Dan mencatat keadaan awal biji (bentuk, warna,
ukuran, tekstur dan berat)
2. Menimbang terlebih dahulu biji-biji yang akan digunakan dalam
percobaan ini, juga volume yang ada pada gelas bekker (Volume biji dan
volume air)
3. Memasukkan biji-biji yang telah tercatat beratnya ke dalam air yang ada
pada gelas bekker yang volumenya telah diketahui. Lalu menimbang seluruh
volume biji dan air tersebut (Volume biji + volume air)
4. Membiarkan rendaman biji-biji tersebut selama 24 jam, menutup rapat
gelas bekker dengan menggunakan plastik dan mengikatnya dengan karet
gelas agar tidak terjadi penguapan air. Menyimpan rendaman pada tempat
yang sejuk dan tidak banyak sinar yang papar.
5. Setelah 24 jam, menimbang kembali gelas bekker yang berisi air dan biji
tersebut. Mengambil biji-biji yang telah direndam dan meletakkan di atas
kertas kering. Mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada biji
(bentuk, ukuran, warna, tekstur dan berat). Untuk mengetahui berat/volume
biji dengan cara menimbang kembali biji-biji tersebut. Membandingkan
dengan keadaan awal.
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
3.1.1 Difusi Molekul KMnO4 (Kalium Permanganat) Dalam Air
Tabel 1. Luasan Kristal KMnO4 Dengan Waktu yang Dibutuhkan untuk
Mencapainya
Diameter
(mm)
Waktu
(detik)
Kecepatan
(mm/detik)
5 17,5 0,286
10 30 0,333
15 60 0,250
20 66 0,303
25 135 0,185
30 195 0,154
35 225 0,156
40 336 0,119
45 420 0,107
Grafik 1. Hubungan Antara Diameter KMnO4 Dengan Waktu yang
Dibutuhkan Untuk Mencapainya
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500
50100150200250300350400450
Grafik Hubungan Antara Diameter KMnO4 Dengan Waktu yang Dibutuhkan Untuk
Mencapainya
Diameter (mm)
Waktu(Detik)
3.1.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel
Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa Terhadap Sel
Epidermis Rhoe discolor
No.Konsentrasi
Sukrosa (M)
Ʃ Sel
Seluruhnya
Ʃ Sel
Terplasmolisis
% Sel
Terplasmolisis
1. 0,0 116 0 0
2. 0,2 83 24 28,92
3. 0,4 108 38 35,19
4. 0,6 118 43 39,82
5. 0,8 144 95 65,97
6. 1,0 63 63 100,00
Dari percobaan tekanan osmosis cairan sel dengan berbagai kosentrasi
sukrosa yaitu 0,0 M, 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M, dan 1,0 M. Dicari kosentrasi
sukrosa dimana yang mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis daun Rhoe
discolor mengalami plasmolisis. Karena tidak ada yang 50%, maka dicari nilai
yang paling mendekati. Insipien plasmolisis terjadi pada larutan sukrosa
dengan konsentrasi 0,6 M. Sehingga, tekanan osmotik dapat dihitung sebagai
berikut:
PO = 22,4 . M . T
273
= 22,4 .0,6 .(273+28 ° C)
273
= 22,4 .0,6 .301
273
= 4045.44
273
= 14,82 atm
3.1.3 Imbibisi Air Pada Biji
Tabel 3. Data Keadaan Kacang Hijau dan Kacang Kedelai
No. Keadaan BijiKacang Hijau Kacang Kedelai
Awal Akhir Awal Akhir
1 Bentuk Oval Oval membesar Bulat telur Bulat telur
membesar
2 Warna Hijau Hijau kekuning
pucat
Coklat muda Coklat muda pucat
3 Ukuran (1
biji)
0,5 cm 0,7 cm 0,5 cm 0,8 cm
4 Tekstur Keras Lunak Keras Lunak
5 Berat (10
biji+volume
air 15 ml)
175 gram 177 gram 176 gram 179 am
3.2 Pembahasan
3.2.1 Difusi Molekul KMnO4 (Kalium Permanganat) Dalam Air
Difusi adalah penyebaran, dalam hal ini penyebaran
molekul-molekul suatu zat. Definisi lain menyebutkan bahwa
difusi adalah pergerakan molekul yang disebabkan oleh energi
kinetiknya dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah
konsentrasi yang lebih rendah. (Sasmitamihardja dan Siregar,
1990). Dalam definisi ini difusi terjadi sebagai repon terhadap
perbedaan konsentrasi. Konsentrasi adalah sejumlah zat atau
partikel dalam per unit volume.
Penyebaran atau pergerakan molekul ini ditimbulkan oleh
suatu gaya yang identik dengan energi atau gaya kinetis
tersebut. Baik itu gas, zat cair maupun zat padat, molekul-
molekulnya mempunyai kecenderungan menyebar ke segala
arah sampai terjadi kesetimbangan. Jika partikel suatu zat
dapat bergerak bebas tanpa terhambat oleh gaya tarik, maka
dalam jangka waktu tertentu partikel-partikel itu akan tersebar
merata dalam ruang yang ada. Gerakan difusi terdiri atas
gerakan molekul per molekul yang lintasannya putus-putus
karena bertumbukan dengan molekul-molekul zat yang lain,
namun pada akhirnya menyebar secara homogen.
Difusi merupakan proses fisika yang prosesnya dapat
terjadi setiap hari di alam maupun di dalam kehidupan
tumbuhan atau organisme lainnya (Sasmitamihardja dan
Siregar, 1990). Proses difusi dapat ditunjukkan pada beberapa
percobaan seperti yang dilakukan pada praktikum kali ini.
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengukur kecepatan
difusi zat padat berupa KMnO4 (Kalium Permanganat) dalam
suatu pelarut yakni air. Di dalam percobaan ini, zat Kalium
Permanganat merupakan zat dengan konsentrasi tinggi dan
air merupakan zat dengan konsentrasi rendah. Secara umum,
sesuai dengan definisi difusi yang tertera di atas, maka
molekul-molekul Kalium Permanganat akan bergerak bahkan
bertumbukan menuju molekul air.
Pada saat Kalium Permanganat dimasukkan ke dalam air,
awalnya difusi atau penyebaran zat padat tersebut berjalan
dengan cepat. Hal ini ditandai dengan melarutnya Kalium
Permanganat ke dalam air yang menyebabkan air berwarna
ungu. Lama-kelamaan proses difusi akan semakin lambat
bahkan akan berhenti. Pada saat proses difusi berhenti, maka
kesetimbangan akan terjadi. Kesetimbangan terjadi ketika
larutan menjadi homogen, artinya Kalium Permanganat sudah
melarut sempurna di dalam air. Kecepatan difusi dipengaruhi
oleh suhu, besarnya gradient difusi, serta ukuran dan massa
partikel yang berdifusi. Makin besar perbedaan konsentrasi
antara dua daerah, yaitu makin besar perbedaan
konsentrasinya, maka makin besar kecepatan difusinya.
3.2.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel
Pada praktikum ini, sayatan bagian bawah daun Rhoe discolor diberi
larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu masing-masing dengan
konsentrasi 0,0 M, 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M, dan 1,0 M. Setelah diamati
dibawah mikroskop, nampak adanya perbedaan. Hal ini disebabkan peristiwa
yang dinamakan plasmolisis. Terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami
plasmolisis pada sel yang direndam pada larutan sukrosa, karena proses
plasmolisis menggunakan berbagai macam konsentrasi sukrosa dan setiap
konsentrasi memiliki daya plasmolisis yang berbeda. Semakin tinggi
konsentrasi akan menyebabkan sel pada tumbuhan semakin cepat untuk
terplasmolisis.
Jika sel tumbuhan diletakkan dalam larutan terkonsentrasi (hipertonik),
dalam hal ini adalah larutan sukrosa, sel tumbuhan akan kehilangan air dan
juga tekanan terger, sehingga menyebabkan terjadinya proses plasmolisis,
tekanan terus berkembang sampai di suatu titik dimana protoplasma sel
terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan
membrane. Ada beberapa mekanisme didalam sel tumbuhan untuk mencegah
kehilangan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel
diletakkan di larutan hipertonik. Plasmolisis adalah proses pengkerutan
protoplasma dan diikuti dengan penarikan sitoplasma dari dinding sel karena
gerakan air keluar sel yang disebabkan oleh osmosis.
Konsentrasi larutan sukrosa yang semakin tinggi, mengakibatkan sel-sel
banyak yang mengalami plasmolisis. Hubungan konsentrasi dengan
plasmolisis adalah sel yang berada pada keadaan lingkungan hipertonik yaitu
konsentrasi tinggi menjadi semakin banyak sel yang terplasmolisis karena
konsentrasi di dalam sel daun rhoeo discolor lebih rendah dari lingkungan
larutan glukosa yang konsentrasinya lebih tinggi, air dalam sel terosmosis
keluar sel.
3.2.3 Imbibisi Air Pada Biji
Pada hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan perbedaan antara
keadaan awal dan akhir biji kacang hijau dan kacang kedelai selama proses
perendaman air murni. Pada keadaan awal biji kacang hijau bentuk oval, warna
hijau, ukuran 0,5 cm, tekstur keras, berat 175 gram. Lalu di rendam dalam air
15 mL dan di tutup dengan alumunium foil selama 24 jam. Setelah 24 jam
keadaan biji dan air mengalami perubahan. Bentuk kacang hijau menjadi oval
membesar, warna semakin hijau kekuningan pucat, ukuran bertambah menjadi
0,7 cm, tekstur menjadi lunak, berat keseluruhan air dan 10 biji menjadi 177
gram. Warna air menjadi keruh dan mengeluarkan bau.
Pada percobaan biji kacang kedelai, keadaan awal biji kacang kedelai
bentuk bulat telur, warna coklat muda, ukuran 0,5 cm, tekstur keras, berat 176
gram. Lalu di rendam dalam air 15 mL dan di tutup dengan alumunium foil
selama 24 jam. Setelah 24 jam keadaan biji dan air mengalami perubahan.
Bentuk kacang kedelai menjadi bulat telur membesar, warna semakin coklat
muda pucat, ukuran bertambah menjadi 0,8 cm, tekstur menjadi lunak, berat
keseluruhan air dan 10 biji menjadi 179 gram. Warna air menjadi keruh dan
mengeluarkan bau.
Sel-sel biji kacang yang kering mempunyai nilai osmosis yang rendah,
sehingga mempunyai nilai potensial osmotik yang rendah dan mempunyai nilai
defisit tekanan osmotik yang tinggi, sehingga apabila biji yang kering
direndam dalam air dalam waktu yang lama akan terjadi peristiwa imbibisi
yang sebenarnya juga merupakan suatu proses difusi air atau osmosis. Hanya
saja pada imbibisi, zat yang menyerap air merupakan koloid atau zat padat
seperti biji tumbuhan yang keras. Dwidjoseputro (1991).
Semakin lama waktu perendaman, maka akan semakin besar
penambahan berat biji. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya air yang
diserap sehingga biji mengembang dan mengeluarkan radikula.
Mengembangnya material tersebut karena matreriasl tersebut
mengabsorbsi air, yang berarti bahwa molekul-molekul yang diabsorbsi akan
diikat pada permukaan zat yang mengabsorbsi. Oleh karena peristiwa imbibisi
ini dianggap didasari oleh proses difusi karena di dalam peristiwa imbibisi
tidak terdapat membran yang membatasi antara molekul yang di imbibisi
dengan molekul yang mengimbibisi. Di dalam peristiwa imbibisi, volume zat
yang melakukan imbibisi selalu naik selama proses imbibisi berlangsung.
Penambahan volume dalam peristiwa imbibisi adalah lebih kecil dari pada
penjumlahan volume zat mula-mula, dengan zat yang di imbibisi apabila
dalam keadaan bebas. Heddy (1990).
Masuknya air ke dalam biji karena melewati membran sel, serta adanya
gaya tarik senyawa di dalam biji yang bersifat higroskopik, yaitu Kristal
karbohidrat (amilum) dan protein kering di dalam biji. Bertambahnya berat biji
setelah perendaman merupakan bukti bahwa terjadi proses imbibisi pada biji
tersebut.
3.3 Diskusi
3.3.1 Difusi Molekul KMnO4 (Kalium Permanganat) Dalam Air
1. Berapakah kecepatan rata-rata penyebaran KmnO4 saat konstan dan
tidak konstan? Mengapa hal ini dapat terjadi?
Jawab : Kecepatan rata-rata difusi saat konstan adalah 0.144 mm/detik.
Kecepatan rata-rata difusi saat tidak konstan adalah 0.293 mm/detik.
Diameter yang konstan ditempuh pada akhir difusi (hampir mencapai
kesetimbangan). Hal ini terjadi karena pada saat akhir difusi, penambahan
diameter sangat kecil sehingga kecepatannya lebih lambat daripada proses
awal difusi.
2. Proses fisiologi apa saja yang dapat menggambarkan terjadinya difusi
zat cair, padat maupun gas pada tumbuhan?
Jawab : Terjadinya difusi zat cair pada proses fisiologi tumbuhan adalah
ketika suatu zat yang masuk melalui dinding sel menyebar ke seluruh bagian
sel, dan siap diambil organel yang membutuhkannya.
Terjadinya difusi zat gas pada proses fisiologi tumbuhan adalah ketika proses
fotosintesis.
Terjadinya difusi zat padat pada proses fisiologi tumbuhan adalah masuknya
unsur hara dan mineral ke dalam tubuh tumbuhan.
3. Apakah keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi dalam
tumbuhan?
Jawab : Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi dalam
tumbuhan. Faktor-faktor tersebut antara lain :
Suhu : semakin tinggi suhu maka kecepatan difusinya semakin tinggi.
Ukuran serta massa dari partikel-partikel yang berdifusi.
Besarnya gradien difusi : makin besar perbedaan konsentrasi antara 2
daerah makin tajam gradien konsentrasinya.
4. Bagaimana terjadinya keseimbangan penyebaran KMnO4 dalam larutan
dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya
kesetimbangan tersebut?
Jawab : Keseimbangan penyebaran KMnO4 dalam larutan terjadi akibat
adanya gradien konsentrasi. Faktor-faktor yang dapar mempengeruhi
kesetimbangan adalah konsentrasi, suhu, dan tekanan.
5. Apakah setelah kesetimbangan tercapai dapat terjadi proses difusi lagi?
Mengapa?
Jawab : Tidak, merujuk ke pengertian difusi adalah gerakan molekul dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, setelah terjadi difusi konsentrasi
molekut-molekul tersebut akan sama, jadi tidak dapat terjadi proses difusi
lagi.
3.3.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel
1. Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada sel
tumbuhan?
Jawab : Pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada daun Rhoe discolor,
apabila proses osmosis terjadi pada suhu yang tinggi akan menyebabkan
epidermis pada sel cepat mengalami plasmolisis karena suhu yang tinggi
dapat merusak struktur sel pada tumbuhan. Selain itu suhu tinggi dapat
mempercepat pergerakan molekul sehingga sel epidermis mengalami
plasmolisis.
2. Apakah rumus PO yang digunakan berlaku untuk semua zat?
Jawab : Rumus PO tidak berlaku untuk semua zat, karena di dalam rumus PO
terdapat ”M” yaitu kadar larutan yang menyebabkan separuh dari jumlah sel
terplasmolisis. Selain itu tidak semua zat mampu mengakibatkan 50% dari
jumlah sel terplasmolisis.
3. Mengapa terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada
sel yang direndam dalam larutan sukrosa?
Jawab : Terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada sel
yang direndam pada larutan sukrosa, karena proses plasmolisis menggunakan
berbagai macam konsentrasi sukrosa dan setiap konsentrasi memiliki daya
plasmolisis yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi akan menyebabkan sel
pada tumbuhan semakin cepat untuk terplasmolisis.
4. Apakah yang dimaksud dengan insipien plasmolisis dalam percobaan
ini?
Jawab : Insipien plasmolisis adalah banyaknya konsentrasi sukrosa yang
dapat mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis Rhoe discolor yang
dapat mengalami plasmolisis.
5. Sebutkan metode-metode yang dapat digunakan untuk mengukur
tekanan osmosis pada sel tumbuhan !
Jawab : Metode yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan osmosis pada
tumbuhan yaitu metode krioskopik atau metode titik beku dan metode
tekanan uap.
3.3.3 Imbibisi Air Pada Biji
1. Bagaimanakah air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji ditinjau dari
struktur biji dan proses difusi/osmosis?
Jawab : Air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji dilihat dari struktur biji
dengan cara air meresap ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga
dinding selnya akan mrngembang. Ada 2 kondisi yang diperlukan untuk
terjadinya imbibisi adalah adanya gradient, potensial air antara permukaan
adsorban dengan senyawa yang diimbibisi dan adanya daya gabung antara
komponen adsorban dengan senyawa yang diimbibisi. Biji yang kering
direndam dalam air, air akan masuk ke ruang antar sel penyusun endosperm
secara osmosis.
2. Perubahan–perubahan apa saja yang terjadi pada biji yang telah
mengalami imbibisi dan bagaimana kaitannya dengan proses fisiologi biji itu
sendiri?
Jawab : Ukuran biji terlihat mengembang, hal tersebut karena peristwa
meresapnya air ke dalam biji pada ruang interseluler dari konsentrasi rendah
ke konsentrasi tinggi.Kemudian terlihat pula terlepasnya kulit biji dan
sebagian ada yang tumbuh radikula.
3. Jelaskan hubungannya imbibisi air pada biji dengan proses
perkecambahan biji?
Jawab : Seperti telah diketahui bahwa proses imbibisi air pada biji adalah
proses masuk atau meresapnya air ke dalam biji ke dalam ruangan dinding
antar sel sehingga dinding selnya akan mengembang. Benih atau biji yang
menyerap air, menyebabkan kulit pecah dan penyerapan berlangsung melalui
seluruh permukaan kulit.Proses metabolic biji membutuhkan oksigen
sehingga jika terlalu lembab atau kurang menyebabkan proses
perkecambahan dapat membusuk.
4. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap proses imbibisi air pada
biji? Jelaskan dengan memberi contoh adanya imbibisi pada kondisi di alam!
Jawab : Keadaan lingkungan seperti ketersediaan air dan kelembaban
berpengaruh terhadap proses imbibisi air dan biji karena air berfungsi sebagai
penstimulir metabolism dan sebagai pelarut dalam perubahan dan
pengangkutan cadangan makanan kepada seluruh bagian tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sebagai contoh, biji dari pohon yang
berada di hutan dapat tumbuh karena adanya proses imbibisi, baik itu melalui
air hujan ataupun embun.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Kecepatan difusi molekul KMnO4 dalam air semakin lama semakin lambat
2. Insipien plasmolisis dicapai pada konsentrasi sukrosa 0,6 M dengan nilai
tekanan osmosis sebesar 14,82 atm.
3. Proses imbibisi mengakibatkan perubahan warna, tekstur, berat, bentuk, dan
ukuran pada biji
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1991. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Heddy, Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Jumin, H. B. 1992. Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali Press: Jakarta.
Lakitan,B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
LAMPIRAN
Keadaan Air yang Ditetesi KMnO4
Diameter (mm) Gambar
5
10
15
20
Keadaan Epidermis Daun Rhoe discolor
Konsentrasi
sukrosaGambar
0,0 M
0,2 M
0,4 M
0,6 M
0,8 M
1,0 M
Keadaan Kacang Hijau dan Kacang Kedelai
Kacang Hijau Kacang Kedelai
Keadaan
awal biji
Keadaan
awal biji
dalam air
Keaadan
akhir biji
dalam air
selama 24
jam