Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

31
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN DIFUSI, OSMOSIS, DAN IMBIBISI Tanggal : 12 Maret 2014 Disusun oleh : Muhammad Nadhif 081211432003 Purnomo 081211433002 Fairuz 081211432007 Muhammad Bachruddin 081211433037 Dosen Pembimbing : Drs. Hery Purnobasuki, M.Si., PhD. PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI

Transcript of Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

Page 1: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

DIFUSI, OSMOSIS, DAN IMBIBISI

Tanggal : 12 Maret 2014

Disusun oleh :

Muhammad Nadhif 081211432003

Purnomo 081211433002

Fairuz 081211432007

Muhammad Bachruddin 081211433037

Dosen Pembimbing :

Drs. Hery Purnobasuki, M.Si., PhD.

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2014

Page 2: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori

Pada umumnya, air dan bahan yang larut di dalamnya masuk dan keluar sel,

bukan sebagai aliran massa, melainkan satu per satu molekul setiap kali.

Pergerakkan neto dari suatu tempat ke tempat lain, akibat aktivitas kinetik acak atau

gerak termal dari molekul atau ion disebut difusi. Dengan kata lain, difusi

merupakan perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah

akibat energi kinetik. Makin besar perbedan konsentrasi anatara dua daerah, maka

makin tajam pula gradasi konsentrasinya sehingga makin besar pula kecepatan

difusinya. Salah satu contoh dari proses difusi adalah Kristal KMnO4 yang

diletakkan pada permukaan air. Zat warna tersebut akan melarut dan menyebar

(berdifusi) dengan lambat dari sumbernya ke seluruh bagian cairan.

Sedangkan difusi dari bahan pelarut melalui selaput semi permeable dari

konsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi disebut osmosis. Membran semi

permeable harus dapat ditembus oleh pelarut, tetapi tidak oleh zat terlarut, yang

mengakibatkan gradient tekanan sepanjang membrane.Osmosis merupakan suatu

fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan

pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi

yang lebih encer.Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang

permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat

berkonsentrasi rendah.Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut

tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan

osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti jika

kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh

perbedaan konsentrasi.Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah

mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan

dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor.Tekanan

osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada

konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.

Page 3: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

Peristiwa migrasi molekul-molekul air ke suatu zat lain yang berpori cukup

besar untuk melewatkan molekul-molekul air kemudian molekul-molekul air

tersebut menetap di dalam zuatu zat disebut imbibisi. Salah satu contoh dari proses

imbibisi adalah perkecambahan suatu biji yang ditandai dengan semakin

membesarnya biji dan keluarnya radikula suatu biji. Imbibisi sebenarnya merupakan

proses osmosis melalui dinding sel-sel kulit maupun protoplas dari biji. Peristiwa

imbibisi sebenarnya bukan suatu proses difusi belaka karena sel-sel biji mempunyai

nilai osmosis yang tinggi dan oleh karena itu mempunyai defisit tekanan osmosis

yang besar pula. Jadi molekul air berdifusi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi

yang tinggi.

1.2 Tujuan

1. Mengukur kecepatan difusi zat padat (KMnO4) dalam larutan

2. Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metode plasmolisis

3. Mengamati terjadinya imbibisi air pada biji kacang hijau dan kedelai

 

Page 4: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

BAB II

METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan di ruang 227 Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Airlangga pada tanggal 12 Maret 2014 pukul13.00 - 14.40 WIB.

2.2 Alat dan Bahan

2.2.1 Difusi Molekul KMnO4 (kalium permanganate) Dalam Air

Bahan

- Kristal KMnO4

- Air

Alat

- Cawan Petri - Gelas Ukur

- Pipet - Kertas Milimeter

- Stopwatch - Penggaris

2.2.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel

Bahan

- Daun Rhoe discolor

- Air

- Larutan sucrose 0,0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; 1,0 M

Alat

- Pisau Silet - Gelas ukur

- Cawan Petri - Stopwatch

- Objek dan cover glass - Counter

- Mikroskop - Tabel potensial osmotik

- Label - Pipet

Page 5: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

2.2.3 Imbibisi Air pada Biji

Bahan

- Biji kacang hijau dan kedelai

- Air

Alat

- Gelas Bekker - Plastik / aluminium foil

- Timbangan - Karet gelang

- Kertas Saring - Selotip

2.3 Cara Kerja

2.3.1 Difusi Molekul KMnO4 (kalium permanganate) Dalam Air

1.      Air sebanyak 15 ml dituangkan dalam cawan Petri.

2.      Cawan Petri diletakkan ditempat yang datar yang telah dialasi dengan

kertas millimeter atau kertas yang telah diberi tanda garis dengan ukuran

skala mm.

3.     Satu butir kecil Kristal KMnO4 dimasukkan kebagian tengah cawan Petri

yang sudah berisi air.

4.     Gerak difusi molekul KMnO4 diperhatikan dan diukur kecepatan

penyebaran Kristal tersebut dengan stopwatch atau pencatat waktu lainnya .

5.      Kecepatan dan konstanitas perambatan proses difusi tersebut diamati dan

dicatat.

6.     Diameter luasan penyebaran kristal KMnO4 dalam air diukur tiap 1 menit

selama 20 menit dan diperhatikan apakah kadar cepat perambatannya konstan

atau tidak.

7.     Data – data pengamatan tersebut dimasukkan dalam tabel dan selanjutnya

digambar dalam bentuk grafik.

2.3.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel

1.     Menyiapkan 6 buah cawan Petri lalu larutan sukrosa yang telah dibuat

dituangkan kedalam cawan Petri tersebut sesuai dengan molaritas yang telah

Page 6: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

ditentukan. Mencatat kadar larutan dalam setiap cawan Petri atau beri tanda

( label ) pada cawan Petri sesuai molaritas larutan sukrosa.

2.      Menyayat lapisan epidermis bawah atau abaksial yang berwarna ungu

dari daun Rhoeo discolor dengan pisau silet setipis mungkin. Diusahakan

menyayat hanya selapis sel saja.

3.      Merendam sayatan – sayatan tersebut dalam cawan Petri selama 30

menit. Waktu mulai perendaman dicatat.

4.     Setelah direndam selama 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa

dibawah mikroskop dengan menggunakan objek dan cover glassjumlah sel

seluruhnya ( dalam satu lapangan pandang ) dan jumlah sel yang mengalami

plasmolisis dihiutng.

5.     Konsentrasi sukrosa dimana yang mengakibatkan 50 % dari jumlah sel

epidermis daun Rhoeo discolor dicari dan diperiksa yang telah mengalami

plasmolisis. Keadaan ini disebut insipien plasmolisis. Sel pada keadaan

insipien plasmolisis memiliki potensial osmotik sama dengan tekanan

osmotik ( PO ) larutan yang digunakan

6.     Tentukan PO sel pada insipien plasmolisis dengan mengacu pada tabel 1.

sedangkan potensial osmotik ( PO ) dapat dihitung dengan rumus  :

PO = 22,4 m T

273

PO       = tekanan osmosism   

m         = kadar larutan penyebab separuh jumlah sel ter plasmolisis.

T          = suhu absolute ( °K ) = ( suhu ruangan + 273 ° K )

2.3.3 Imbibisi Air pada Biji

1.     Menyipkan biji kacang hijau dan biji kedelai, serta gelas bekker yang

telah diisi dengan air. Dan mencatat keadaan awal biji (bentuk, warna,

ukuran, tekstur dan berat)

Page 7: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

2.     Menimbang terlebih dahulu biji-biji yang akan digunakan dalam

percobaan ini, juga volume yang ada pada gelas bekker (Volume biji dan

volume air)

3.     Memasukkan biji-biji yang telah tercatat beratnya ke dalam air yang ada

pada gelas bekker yang volumenya telah diketahui. Lalu menimbang seluruh

volume biji dan air tersebut (Volume biji + volume air)

4.     Membiarkan rendaman biji-biji tersebut selama 24 jam, menutup rapat

gelas bekker dengan menggunakan plastik dan mengikatnya dengan karet

gelas agar tidak terjadi penguapan air. Menyimpan rendaman pada tempat

yang sejuk dan tidak banyak sinar yang papar.

5.     Setelah 24 jam, menimbang kembali gelas bekker yang berisi air dan biji

tersebut. Mengambil biji-biji yang telah direndam dan meletakkan di atas

kertas kering. Mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada biji

(bentuk, ukuran, warna, tekstur dan berat). Untuk mengetahui berat/volume

biji dengan cara menimbang kembali biji-biji tersebut. Membandingkan

dengan keadaan awal.

Page 8: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

3.1.1 Difusi Molekul KMnO4 (Kalium Permanganat) Dalam Air

Tabel 1. Luasan Kristal KMnO4 Dengan Waktu yang Dibutuhkan untuk

Mencapainya

Diameter

(mm)

Waktu

(detik)

Kecepatan

(mm/detik)

5 17,5 0,286

10 30 0,333

15 60 0,250

20 66 0,303

25 135 0,185

30 195 0,154

35 225 0,156

40 336 0,119

45 420 0,107

Grafik 1. Hubungan Antara Diameter KMnO4 Dengan Waktu yang

Dibutuhkan Untuk Mencapainya

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

50100150200250300350400450

Grafik Hubungan Antara Diameter KMnO4 Dengan Waktu yang Dibutuhkan Untuk

Mencapainya

Diameter (mm)

Waktu(Detik)

Page 9: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

3.1.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel

Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa Terhadap Sel

Epidermis Rhoe discolor

No.Konsentrasi

Sukrosa (M)

Ʃ Sel

Seluruhnya

Ʃ Sel

Terplasmolisis

% Sel

Terplasmolisis

1. 0,0 116 0 0

2. 0,2 83 24 28,92

3. 0,4 108 38 35,19

4. 0,6 118 43 39,82

5. 0,8 144 95 65,97

6. 1,0 63 63 100,00

Dari percobaan tekanan osmosis cairan sel dengan berbagai kosentrasi

sukrosa yaitu 0,0 M, 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M, dan 1,0 M. Dicari kosentrasi

sukrosa dimana yang mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis daun Rhoe

discolor mengalami plasmolisis. Karena tidak ada yang 50%, maka dicari nilai

yang paling mendekati. Insipien plasmolisis terjadi pada larutan sukrosa

dengan konsentrasi 0,6 M. Sehingga, tekanan osmotik dapat dihitung sebagai

berikut:

PO = 22,4 . M . T

273

= 22,4 .0,6 .(273+28 ° C)

273

= 22,4 .0,6 .301

273

= 4045.44

273

= 14,82 atm

Page 10: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

3.1.3 Imbibisi Air Pada Biji

Tabel 3. Data Keadaan Kacang Hijau dan Kacang Kedelai

No. Keadaan BijiKacang Hijau Kacang Kedelai

Awal Akhir Awal Akhir

1 Bentuk Oval Oval membesar Bulat telur Bulat telur

membesar

2 Warna Hijau Hijau kekuning

pucat

Coklat muda Coklat muda pucat

3 Ukuran (1

biji)

0,5 cm 0,7 cm 0,5 cm 0,8 cm

4 Tekstur Keras Lunak Keras Lunak

5 Berat (10

biji+volume

air 15 ml)

175 gram 177 gram 176 gram 179 am

3.2 Pembahasan

3.2.1 Difusi Molekul KMnO4 (Kalium Permanganat) Dalam Air

Difusi adalah penyebaran, dalam hal ini penyebaran

molekul-molekul suatu zat. Definisi lain menyebutkan bahwa

difusi adalah pergerakan molekul yang disebabkan oleh energi

kinetiknya dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah

konsentrasi yang lebih rendah. (Sasmitamihardja dan Siregar,

1990). Dalam definisi ini difusi terjadi sebagai repon terhadap

perbedaan konsentrasi. Konsentrasi adalah sejumlah zat atau

partikel dalam per unit volume.

Penyebaran atau pergerakan molekul ini ditimbulkan oleh

suatu gaya yang identik dengan energi atau gaya kinetis

tersebut. Baik itu gas, zat cair maupun zat padat, molekul-

molekulnya mempunyai kecenderungan menyebar ke segala

arah sampai terjadi kesetimbangan. Jika partikel suatu zat

dapat bergerak bebas tanpa terhambat oleh gaya tarik, maka

Page 11: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

dalam jangka waktu tertentu partikel-partikel itu akan tersebar

merata dalam ruang yang ada. Gerakan difusi terdiri atas

gerakan molekul per molekul yang lintasannya putus-putus

karena bertumbukan dengan molekul-molekul zat yang lain,

namun pada akhirnya menyebar secara homogen.

Difusi merupakan proses fisika yang prosesnya dapat

terjadi setiap hari di alam maupun di dalam kehidupan

tumbuhan atau organisme lainnya (Sasmitamihardja dan

Siregar, 1990). Proses difusi dapat ditunjukkan pada beberapa

percobaan seperti yang dilakukan pada praktikum kali ini.

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengukur kecepatan

difusi zat padat berupa KMnO4 (Kalium Permanganat) dalam

suatu pelarut yakni air. Di dalam percobaan ini, zat Kalium

Permanganat merupakan zat dengan konsentrasi tinggi dan

air merupakan zat dengan konsentrasi rendah. Secara umum,

sesuai dengan definisi difusi yang tertera di atas, maka

molekul-molekul Kalium Permanganat akan bergerak bahkan

bertumbukan menuju molekul air.

Pada saat Kalium Permanganat dimasukkan ke dalam air,

awalnya difusi atau penyebaran zat padat tersebut berjalan

dengan cepat. Hal ini ditandai dengan melarutnya Kalium

Permanganat ke dalam air yang menyebabkan air berwarna

ungu. Lama-kelamaan proses difusi akan semakin lambat

bahkan akan berhenti. Pada saat proses difusi berhenti, maka

kesetimbangan akan terjadi. Kesetimbangan terjadi ketika

larutan menjadi homogen, artinya Kalium Permanganat sudah

melarut sempurna di dalam air. Kecepatan difusi dipengaruhi

oleh suhu, besarnya gradient difusi, serta ukuran dan massa

partikel yang berdifusi. Makin besar perbedaan konsentrasi

antara dua daerah, yaitu makin besar perbedaan

konsentrasinya, maka makin besar kecepatan difusinya.

3.2.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel

Page 12: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

Pada praktikum ini, sayatan bagian bawah daun Rhoe discolor diberi

larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu masing-masing dengan

konsentrasi 0,0 M, 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M, dan 1,0 M. Setelah diamati

dibawah mikroskop, nampak adanya perbedaan. Hal ini disebabkan peristiwa

yang dinamakan plasmolisis. Terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami

plasmolisis pada sel yang direndam pada larutan sukrosa, karena proses

plasmolisis menggunakan berbagai macam konsentrasi sukrosa dan setiap

konsentrasi memiliki daya plasmolisis yang berbeda. Semakin tinggi

konsentrasi akan menyebabkan sel pada tumbuhan semakin cepat untuk

terplasmolisis.

Jika sel tumbuhan diletakkan dalam larutan terkonsentrasi (hipertonik),

dalam hal ini adalah larutan sukrosa, sel tumbuhan akan kehilangan air dan

juga tekanan terger, sehingga menyebabkan terjadinya proses plasmolisis,

tekanan terus berkembang sampai di suatu titik dimana protoplasma sel

terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan

membrane. Ada beberapa mekanisme didalam sel tumbuhan untuk mencegah

kehilangan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel

diletakkan di larutan hipertonik. Plasmolisis adalah proses pengkerutan

protoplasma dan diikuti dengan penarikan sitoplasma dari dinding sel karena

gerakan air keluar sel yang disebabkan oleh osmosis.

Konsentrasi larutan sukrosa yang semakin tinggi, mengakibatkan sel-sel

banyak yang mengalami plasmolisis. Hubungan konsentrasi dengan

plasmolisis adalah sel yang berada pada keadaan lingkungan hipertonik yaitu

konsentrasi tinggi menjadi semakin banyak sel yang terplasmolisis karena

konsentrasi di dalam sel daun rhoeo discolor lebih rendah dari lingkungan

larutan glukosa yang konsentrasinya lebih tinggi, air dalam sel terosmosis

keluar sel.

3.2.3 Imbibisi Air Pada Biji

Pada hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan perbedaan antara

keadaan awal dan akhir biji kacang hijau dan kacang kedelai selama proses

perendaman air murni. Pada keadaan awal biji kacang hijau bentuk oval, warna

hijau, ukuran 0,5 cm, tekstur keras, berat 175 gram. Lalu di rendam dalam air

Page 13: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

15 mL dan di tutup dengan alumunium foil selama 24 jam. Setelah 24 jam

keadaan biji dan air mengalami perubahan. Bentuk kacang hijau menjadi oval

membesar, warna semakin hijau kekuningan pucat, ukuran bertambah menjadi

0,7 cm, tekstur menjadi lunak, berat keseluruhan air dan 10 biji menjadi 177

gram. Warna air menjadi keruh dan mengeluarkan bau.

Pada percobaan biji kacang kedelai, keadaan awal biji kacang kedelai

bentuk bulat telur, warna coklat muda, ukuran 0,5 cm, tekstur keras, berat 176

gram. Lalu di rendam dalam air 15 mL dan di tutup dengan alumunium foil

selama 24 jam. Setelah 24 jam keadaan biji dan air mengalami perubahan.

Bentuk kacang kedelai menjadi bulat telur membesar, warna semakin coklat

muda pucat, ukuran bertambah menjadi 0,8 cm, tekstur menjadi lunak, berat

keseluruhan air dan 10 biji menjadi 179 gram. Warna air menjadi keruh dan

mengeluarkan bau.

Sel-sel biji kacang yang kering mempunyai nilai osmosis yang rendah,

sehingga mempunyai nilai potensial osmotik yang rendah dan mempunyai nilai

defisit tekanan osmotik yang tinggi, sehingga apabila biji yang kering

direndam dalam air dalam waktu yang lama akan terjadi peristiwa imbibisi

yang sebenarnya juga merupakan suatu proses difusi air atau osmosis. Hanya

saja pada imbibisi, zat yang menyerap air merupakan koloid atau zat padat

seperti biji tumbuhan yang keras. Dwidjoseputro (1991).

Semakin lama waktu perendaman, maka akan semakin besar

penambahan berat biji. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya air yang

diserap sehingga biji mengembang dan mengeluarkan radikula.

Mengembangnya material tersebut karena matreriasl tersebut

mengabsorbsi air, yang berarti bahwa molekul-molekul yang diabsorbsi akan

diikat pada permukaan zat yang mengabsorbsi. Oleh karena peristiwa imbibisi

ini dianggap didasari oleh proses difusi karena di dalam peristiwa imbibisi

tidak terdapat membran yang membatasi antara molekul yang di imbibisi

dengan molekul yang mengimbibisi. Di dalam peristiwa imbibisi, volume zat

yang melakukan imbibisi selalu naik selama proses imbibisi berlangsung.

Penambahan volume dalam peristiwa imbibisi adalah lebih kecil dari pada

penjumlahan volume zat mula-mula, dengan zat yang di imbibisi apabila

dalam keadaan bebas. Heddy (1990).

Page 14: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

Masuknya air ke dalam biji karena melewati membran sel, serta adanya

gaya tarik senyawa di dalam biji yang bersifat higroskopik, yaitu Kristal

karbohidrat (amilum) dan protein kering di dalam biji. Bertambahnya berat biji

setelah perendaman merupakan bukti bahwa terjadi proses imbibisi pada biji

tersebut.

3.3 Diskusi

3.3.1 Difusi Molekul KMnO4 (Kalium Permanganat) Dalam Air

1. Berapakah kecepatan rata-rata penyebaran KmnO4 saat konstan dan

tidak konstan? Mengapa hal ini dapat terjadi?

Jawab : Kecepatan rata-rata difusi saat konstan adalah 0.144 mm/detik.

Kecepatan rata-rata difusi saat tidak konstan adalah 0.293 mm/detik.

Diameter yang konstan ditempuh pada akhir difusi (hampir mencapai

kesetimbangan). Hal ini terjadi karena pada saat akhir difusi, penambahan

diameter sangat kecil sehingga kecepatannya lebih lambat daripada proses

awal difusi.

2. Proses fisiologi apa saja yang dapat menggambarkan terjadinya difusi

zat cair, padat maupun gas pada tumbuhan?

Jawab : Terjadinya difusi zat cair pada proses fisiologi tumbuhan adalah

ketika suatu zat yang masuk melalui dinding sel menyebar ke seluruh bagian

sel, dan siap diambil organel yang membutuhkannya.

Terjadinya difusi zat gas pada proses fisiologi tumbuhan adalah ketika proses

fotosintesis.

Terjadinya difusi zat padat pada proses fisiologi tumbuhan adalah masuknya

unsur hara dan mineral ke dalam tubuh tumbuhan.

3. Apakah keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi dalam

tumbuhan?

Jawab : Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi dalam

tumbuhan. Faktor-faktor tersebut antara lain :

Suhu : semakin tinggi suhu maka kecepatan difusinya semakin tinggi.

Ukuran serta massa dari partikel-partikel yang berdifusi.

Besarnya gradien difusi : makin besar perbedaan konsentrasi antara 2

daerah makin tajam gradien konsentrasinya.

Page 15: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

4. Bagaimana terjadinya keseimbangan penyebaran KMnO4 dalam larutan

dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya

kesetimbangan tersebut?

Jawab : Keseimbangan penyebaran KMnO4 dalam larutan terjadi akibat

adanya gradien konsentrasi. Faktor-faktor yang dapar mempengeruhi

kesetimbangan adalah konsentrasi, suhu, dan tekanan. 

5. Apakah setelah kesetimbangan tercapai dapat terjadi proses difusi lagi?

Mengapa?

Jawab : Tidak, merujuk ke pengertian difusi adalah gerakan molekul dari

konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, setelah terjadi difusi konsentrasi

molekut-molekul tersebut akan sama, jadi tidak dapat terjadi proses difusi

lagi.

3.3.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel

1. Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada sel

tumbuhan?

Jawab : Pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada daun Rhoe discolor,

apabila proses osmosis terjadi pada suhu yang tinggi akan menyebabkan

epidermis pada sel cepat mengalami plasmolisis karena suhu yang tinggi

dapat merusak struktur sel pada tumbuhan. Selain itu suhu tinggi dapat

mempercepat pergerakan molekul sehingga sel epidermis mengalami

plasmolisis.

2. Apakah rumus PO yang digunakan berlaku untuk semua zat?

Jawab : Rumus PO tidak berlaku untuk semua zat, karena di dalam rumus PO

terdapat ”M” yaitu kadar larutan yang menyebabkan separuh dari jumlah sel

terplasmolisis. Selain itu tidak semua zat mampu mengakibatkan 50% dari

jumlah sel terplasmolisis.

3. Mengapa terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada

sel yang direndam dalam larutan sukrosa?

Jawab : Terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada sel

yang direndam pada larutan sukrosa, karena proses plasmolisis menggunakan

berbagai macam konsentrasi sukrosa dan setiap konsentrasi memiliki daya

plasmolisis yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi akan menyebabkan sel

pada tumbuhan semakin cepat untuk terplasmolisis.

Page 16: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

4. Apakah yang dimaksud dengan insipien plasmolisis dalam percobaan

ini?

Jawab : Insipien plasmolisis adalah banyaknya konsentrasi sukrosa yang

dapat mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis Rhoe discolor yang

dapat mengalami plasmolisis.

5. Sebutkan metode-metode yang dapat digunakan untuk mengukur

tekanan osmosis pada sel tumbuhan !

Jawab : Metode yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan osmosis pada

tumbuhan yaitu metode krioskopik atau metode titik beku dan metode

tekanan uap.

3.3.3 Imbibisi Air Pada Biji

1. Bagaimanakah air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji ditinjau dari

struktur biji dan proses difusi/osmosis?

Jawab : Air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji dilihat dari struktur biji

dengan cara air meresap ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga

dinding selnya akan mrngembang. Ada 2 kondisi yang diperlukan untuk

terjadinya imbibisi adalah adanya gradient, potensial air antara permukaan

adsorban dengan senyawa yang diimbibisi dan adanya daya gabung antara

komponen adsorban dengan senyawa yang diimbibisi. Biji yang kering

direndam dalam air, air akan masuk ke ruang antar sel penyusun endosperm

secara osmosis.

2. Perubahan–perubahan apa saja yang terjadi pada biji yang telah

mengalami imbibisi dan bagaimana kaitannya dengan proses fisiologi biji itu

sendiri?

Jawab : Ukuran biji terlihat mengembang, hal tersebut karena peristwa

meresapnya air ke dalam biji pada ruang interseluler dari konsentrasi rendah

ke konsentrasi tinggi.Kemudian terlihat pula terlepasnya kulit biji dan

sebagian ada yang tumbuh radikula.

3. Jelaskan hubungannya imbibisi air pada biji dengan proses

perkecambahan biji?

Jawab : Seperti telah diketahui bahwa proses imbibisi air pada biji adalah

proses masuk atau meresapnya air ke dalam biji ke dalam ruangan dinding

antar sel sehingga dinding selnya akan mengembang. Benih atau biji yang

menyerap air, menyebabkan kulit pecah dan penyerapan berlangsung melalui

Page 17: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

seluruh permukaan kulit.Proses metabolic biji membutuhkan oksigen

sehingga jika terlalu lembab atau kurang menyebabkan proses

perkecambahan dapat membusuk.

4. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap proses imbibisi air pada

biji? Jelaskan dengan memberi contoh adanya imbibisi pada kondisi di alam!

Jawab : Keadaan lingkungan seperti ketersediaan air dan kelembaban

berpengaruh terhadap proses imbibisi air dan biji karena air berfungsi sebagai

penstimulir metabolism dan sebagai pelarut dalam perubahan dan

pengangkutan cadangan makanan kepada seluruh bagian tanaman sehingga

tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sebagai contoh, biji dari pohon yang

berada di hutan dapat tumbuh karena adanya proses imbibisi, baik itu melalui

air hujan ataupun embun.

BAB IV

KESIMPULAN

1. Kecepatan difusi molekul KMnO4 dalam air semakin lama semakin lambat

2. Insipien plasmolisis dicapai pada konsentrasi sukrosa 0,6 M dengan nilai

tekanan osmosis sebesar 14,82 atm.

3. Proses imbibisi mengakibatkan perubahan warna, tekstur, berat, bentuk, dan

ukuran pada biji

Page 18: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1991. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Heddy, Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

Jumin, H. B. 1992. Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali Press: Jakarta.

Lakitan,B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Page 19: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

LAMPIRAN

Keadaan Air yang Ditetesi KMnO4

Diameter (mm) Gambar

5

10

Page 20: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

15

20

Keadaan Epidermis Daun Rhoe discolor

Konsentrasi

sukrosaGambar

0,0 M

Page 21: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

0,2 M

0,4 M

0,6 M

0,8 M

Page 22: Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1

1,0 M

Keadaan Kacang Hijau dan Kacang Kedelai

Kacang Hijau Kacang Kedelai

Keadaan

awal biji

Keadaan

awal biji

dalam air

Keaadan

akhir biji

dalam air

selama 24

jam