Laporan Praktikum Faal Uji Pendengaran

6
Laporan Praktikum Faal Uji Pendengaran Tujuan : Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran. Alat : 1. Garpu tala (penala) Tata Kerja : I. Pemeriksaan Pendengaran dengan Penala A. Cara Rinne 1. Getarkanlah penala dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang keras. 2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p. 3. Tanyakanlah kepada o.p. apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di telinga yang diperiksa, bila demikian o.p. harus segera member tanda bila dengungan bunyi itu menghilang. 4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus o.p. dan kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnta di depan liang telinga yang sedang diperiksa itu. 5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut : Positif : Bila o.p. masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal. Negatif: Bila o.p. tidak mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal. B. Cara Webber

description

tugas

Transcript of Laporan Praktikum Faal Uji Pendengaran

Page 1: Laporan Praktikum Faal Uji Pendengaran

Laporan Praktikum Faal

Uji Pendengaran

Tujuan :

Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran.

Alat :

1. Garpu tala (penala)

Tata Kerja :

I. Pemeriksaan Pendengaran dengan PenalaA. Cara Rinne

1. Getarkanlah penala dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke telapak tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang keras.

2. Tekanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.3. Tanyakanlah kepada o.p. apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di

telinga yang diperiksa, bila demikian o.p. harus segera member tanda bila dengungan bunyi itu menghilang.

4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus o.p. dan kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnta di depan liang telinga yang sedang diperiksa itu.

5. Catatlah hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :Positif : Bila o.p. masih mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.Negatif: Bila o.p. tidak mendengar dengungan secara hantaran aerotimpanal.

B. Cara Webber1. Getarkanlah penala dengan cara seperti nomor A.1.2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada dahi o.p. di garis median.3. Tanyakan kepada o.p. apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sama kuat di

kedua telinganya atau terjadi lateralisasi.4. Bila pada o.p. tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan lateralisasi

secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangi pemeriksaan.

C. Cara Schwabach1. Getarkanlah penala dengan cara seperti no A.1.

Page 2: Laporan Praktikum Faal Uji Pendengaran

2. Tekankanlah ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga o.p.

3. Suruhlah o.p. mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi menghilang.4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari processus

mastoideus o.p. ke processus mastoideus sendiri. Pada pemeriksaan ini telinga si pemeriksa dianggap normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh o.p. masih dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah Schwabach memendek.

5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh o.p. juga tidak dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin Schwabach normal atau Schwabach memanjang. Untuk memastikan hal ini maka dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke processus mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi. Kemudian ujung tangkai penala segera ditekankan ke processus mastoideus o.p.. bila dengungan (setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat didengar oleh o.p. hasil pemeriksaan adalah Schwabach memanjang. Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh o.p. maka hasil pemeriksaan adalah Schwabach normal.

Dasar TeoriPendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul udara yang berselang-seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan molekul tersebut. Setiap alat yang mampu menghasilkan pola gangguan molekul udara seperti itu adalah sumber suara.

Sebagai contoh sederhana adalah penala. Sewaktu dipukulkan gigi penala tersebut bergetar. Ketika gigi penala bergerak ke satu arah, molekul-molekul udara di depannya terdorong bersama atau tertekan, sehingga terjadi peningkatan tekanan di daerah ini. secara bersamaan, molekul-molekul udara di belakang gigi penala menyebar atau mengalami penjarangan sewaktu gigi bergerak ke depan sehingga terjadi penurunan tekanan di daerah ini. Pada saat gigi penala bergerak kea rah yang berlawanan, tercipta gelombang pemampatan dan penjarangan yang berlawanan.

Walaupun setiap molekul udara bergerak hanya pada jarak pendek sesuai getaran penala, gelombang pemampatan dan penjarangan yang berganti-ganti tersebut menyebar dalam jarak yang cukup jauh seperti riak air. Molekul-molekul udara yang terganggu akan mengganggu molekul-molekul lain di dekatnya, sehingga tercipta daerah baru penekanan dan pengembangan, demikian seterusnya.

Page 3: Laporan Praktikum Faal Uji Pendengaran

Proses Mendengar

Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara mencapai membran tympani. Gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang seling menyebabkan gendang telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar-masuk seirama dengan frekuensi gelombang suara. Ketika membran timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke jendela oval. Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar dari tingkat oval menimbulkan getaran pada perilymph di scala vestibuli. Oleh karena luas permukaan membran tympani 22 kali lebih besar dari luas tingkap oval, maka terjadi penguatan tekanan gelombang suara15-22 kali pada tingkap oval. Selain karena luas permukaan membran timpani yang jauh lebih besar, efek dari pengungkit tulang-tulang pendengaran juga turut berkontribusi dalam peningkatan tekanan gelombang suara.

Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam yaitu, perubahan posisi jendela bundar dan defleksi membrana basilaris.

Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikoterma, dan ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke luar, perilimfe mengalir ke arah yang berlawanan mengubah posisi jendela bundar ke arah dalam.

Pada jalur kedua, gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui membrana vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis dan kemudian melalui mebrana basilaris ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar-masuk bergantian.

Membran basilaris yang terletak dekat telinga tengah lebih pendek dan kaku, akan bergetar bila ada getaran dengan nada rendah. Hal ini dapat diibaratkan dengan senar gitar yang pendek dan tegang, akan beresonansi dengan nada tinggi. Getaran yang bernada tinggi pada perilymp scala vestibuli akan melintasi membrana vestibularis yang terletak dekat ke telinga tengah. Sebaliknya nada rendah akan menggetarkan bagian membrana basilaris di daerah apex. Getaran ini kemudian akan turun ke perilymp scala tympani, kemudian keluar melalui tingkap bulat ke telinga tengah untuk diredam.

Karena organ corti menumpang pada membrana basilaris, sewaktu membrana basilaris bergetar, sel-sel rambut juga bergerak naik turun dan rambut-rambut tersebut akan membengkok ke depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser posisinya terhadap membrana tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju mundur ini menyebabkan saluran-saluran ion gerbang mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan potensial depolarisasi

Page 4: Laporan Praktikum Faal Uji Pendengaran

dan hiperpolarisasi yang bergantian. Sel-sel rambut berkomunikasi melalui sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius (koklearis).

Depolarisasi sel-sel rambut menyebabkan peningkatan kecepatan pengeluaran zat perantara mereka yang menaikan potensial aksi di serat-serat aferen. Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu membrana basilaris bergerak ke bawah). Perubahan potensial berjenjang di reseptor mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Impuls kemudian dijalarkan melalui saraf otak statoacustikus (saraf pendengaran) ke medulla oblongata kemudian ke colliculus. Persepsi auditif terjadi setelah proses sensori atau sensasi auditif

Guyton A.C. Physiology of The Human Body. 11th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company. 2003.

Sherwood, Lauralee. Human Physiology. 6thed. USA: The Thomson Corporation. 2007