Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

42
LAPORAN PRAKTIKUM FAAL DISUSUN OLEH : SASKIA PRATHANA 405070088 NATHALIA SAFITRI 405070089 VIENCENSIA 405070090 LEDY DIANA 405070091 NINA AMELIA GUNAWAN 405070092 NANCY SUHENDRA 405070093 CYNTHIA A. LOWAY 405070094 JULIAN 405070095 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Transcript of Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

Page 1: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

LAPORAN PRAKTIKUM

FAAL

DISUSUN OLEH :

SASKIA PRATHANA 405070088

NATHALIA SAFITRI 405070089

VIENCENSIA 405070090

LEDY DIANA 405070091

NINA AMELIA GUNAWAN 405070092

NANCY SUHENDRA 405070093

CYNTHIA A. LOWAY 405070094

JULIAN 405070095

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Page 2: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

MODEL MATA CENCO-INGERSOLL

TUJUAN:

1. Menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata cenco-ingersoll

yang menirukan mata sebagai susunan optik.

2. Mendemonstrasikan berbagai keadaan di bawah ini dengan mengunakan

model mata cenco-ingersoll:

a. Peristiwa aberasi sferis serta tindakan koreksi

b. Mata emetrop tanpa atau dengan akomodasi

c. Mata miop serta tindakan koreksi

d. Mata hipermetropi serta tindakan koreksi

e. Mata astigmatisma serta tindakan koreksi

f. Mata afakia serta tindakan koreksi

ALAT DAN BAHAN:

1. bejanan berisi air hampir penuh

2. kornea buatan

3. retina buatan yang dapat diletakkan di 3 tempat yang berbeda

4. benda yang bercahaya (lampu). Perhatikan arah anak panah

5. kotak yang berisi:

a. iris buatan

Page 3: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

b. 4 lensa sferis, masing-masing berkekuatan : +2D; +7D; +20D; -

1,75D

c. 2 lensa silindris masing-masing berkekuatan : +1,75D dan -5,5D

LANGKAH KERJA:

a. LEBAR PUPIL DAN ABERASI SFERIS

1. Memasang lensa sferis +7D ditempat lensa kristaline(di L)

2. Memasang retina buatan di R

3. Mengarahkan model mata ke sebuah jendela yang jauhnya 7m

atau lebih.memperhatikan bayangan jendela yang terjadi pada

lempeng retina

4. Menempatkan iris buatan di G1 dan memperhatikan

perubahan bayangan yang terjadi

b. HIPERMETROPIA

1. Mengarahkan model mata tetap ke jendela dan tetap menggunakan

lensa sferis +7D sebagai lensa kristalina

2. Setelah diperoleh bayangan tegas (no A ad.4) kemudian memindahkan

retina buatan ke Rh. Bayangan menjadi kabur lagi.

3. Mengoreksi kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di S1

atau S2 sebagai kaca mata sehingga bayangan menjadi tegas kembali

4. Mencatat jenis dan kekuatan lensa yang dipasang di S1 atau S2

c. MIOPIA

1. Mengankat lensa sferis positif dari S1 atau S2. Mengembalikan

retina buatan ke R. Bayangan yang tetap tegas.

2. Memindahkan retina buatan ke Rm. Bayangan menjadi kabur.

3. Memperbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di

S1 atau S2 sebagai kaca mata sehinggga bayangan menjadi tegas.

4. Mencatat jenis dan kekuatan lensa yang dipasang di S1 atau S2.

d. ASTIGMATISME

1. Mengangkat lensa sferis negatif dari S1 atau S2 dan memindahkan

retina buatan ke R.

Page 4: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

2. Meletakkan lensa silindris -5,5D di G2. Sebagian bayangan

menjadi kabur

3. Memperbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di

S1 atau S2, dan mengatur arah sumbunya sehingga seluruh

bayangan menjadi tegas.

4. Mencatat jenis, kekuatan, dan arah sumbu lensa yang dipasang di

S1 atau S2.

Catatan: untuk percobaan b,c,dan d model mata cenco-ingersoll disusun

sebagai mata dalam keadaan tidak berakomodasi (istrirahat)

e. AKOMODASI

1. mengangkat kedua lensa silindris yang dipasang di G2 dan S1 atau

S2.

2. Tanpa mengubah keadaan model mata cenco-ingersoll,

menempatkan benda yang bercahaya 25 cm di depan model mata

tersebut. Bayangan menjadi kabur.

3. Mengganti lensa sferis +7D (lensa kristalina) dengan sebuah lensa

sferis lainnya yang memberikan bayangan yang tegas pada retina

buatan. Selanjutnya menyebutkan analogi keadaan ini dengan mata

sebenarnya.

4. Mencatat jenis dan kekuatan lensa yang digunakan untuk

mengganti lensa kristalina (+7D)

f. MATA AFAKIA

1. Membuat susunan seperti yang didapatkan pada A ad.4

2. Mengangkat lensa kristalina sehingga terjadi mata afakia, yaitu mata

tanpa lensa kristalina.

3. Memperbaiki mata afakia ini dengan salah satu lensa sferi positif yang

dipasang sebagai kacamata di S1 atau S2 supaya bayangan menjadi

lebih tajam.

4. Mencatat jenis dan kekuatan lensa yang dipasang di S1 atau S2.

HASIL PERCOBAAN :

Page 5: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

A. Lebar pupil dan aberasi sferis

Lensa kristalina yang dipakai dalam praktikum: +7D

Sebelum ada iris: bayangan terlihat jelas, terang

Setelah ada iris: bayangan terlihat kurang terang, tetapi garis bayangan terlihat lebih jelas sebab iris menutupi sebagian lensa dengan pupil ditengahnya dan adanya sel-sel tertentu di iris yang mengurangi jumlah cahaya yang masuk, sehingga bayangan terlihat kurang terang.

B. Hipermetropi

Jenis lensa yang dipakai pada S1 dan S2 adalah lensa konveks (lensa positif) dengan kekuatan +2D

C. Miopi

Jenis lensa yang dipakai pada S1 dan S2 adalah lensa konkaf (lensa positif) dengan kekuatan -1,75D

D. Astigmatisma

Bayangan terlihat lebih jelas dengan menggunakan Lensa silindris dengan kekuatan +2D yang diletakkan di S1 atau S2.

Arah sumbu lensa kristalina sejajar dengan lensa silindris.

E. Akomodasi

Supaya bayangan terlihat lebih jelas maka digunakan lensa silindris dengan kekuatan + 20D yang diletakkan di G1.

F. Afakia

Mata afakia adalah suatu keadaan mata yang tidak memiliki lensa kristalina, maka jenis lensa yang dipasang adalah lensa konveks dengan kekuatan +7D di S1 atau S2.

Page 6: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

KESIMPULAN :

KONDISI MATA PERLAKUAN

Aberasi sferis Tanpa Iris: bayangan jelas,

terang

Iris: bayangan kurang terang

tetapi garis bayangan jelas.

Jadi fungsi iris untuk mengatur

intensitas cahaya yang masuk.

Hipermetropi Lensa cembung

Miopi Lensa cekung

Astigmatisma Lensa silindris

Akomodasi Relaks: pupil membesar

Akomodasi: pupil mengecil

Afakia Lensa cekung

Catatan : Hasil percobaan yang diperoleh mungkin tidak tepat karena

faktor ketidaktelitian pada pengamat maupun pada model mata cenco-

ingersoll.

Page 7: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

VISUS

TUJUAN :

1. Menetapkan visus seseorang dengan menggunakan optotip Snellen

2. Melakukan pemeriksaan refraksi dan tindakan koreksi dengan menggunakan

optotip Snellen, seperangkat lensa dan gambar kipas Lancaster Regan.

ALAT DAN BAHAN :

1. Optotip Snellen

2. Bingkai kacamata penguji

3. Lensa dan penutup hitam

LANGKAH KERJA :

1. Meminta orang percobaan duduk menghadap optotip Snellen pada jarak 6,1m

(20 feet)

2. Memasang bingkai kacamata khusus pada orang percobaan dan menutup mata

kirinya dengan penutup hitam khusus yang tersedia dalam kotak lensa.

3. Memeriksa visus mata kanan orang percobaan dengan memintanya membaca

huruf yang ditunjuk. Mulai dari baris huruf yang paling besar sampai baris

huruf yang terkecil yang seluruhnya masih dapat dibaca orang percobaan

dengan lancar tanpa kesalahan.

4. Mencatat visus mata kanan orang percobaan.

5. Mengulangi pemeriksaan ini pada :

a. Mata kiri

b. Kedua mata bersama-sama

6. Mencatat hasil pemeriksaan.

HASIL PERCOBAAN :

Orang percobaan : Nina

Ket : tanpa menggunakan lensa

Page 8: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

Mata yang ditutup Mata yang dibuka Visus

Kiri Kanan 20/13

Kanan Kiri 20/15

- Kedua mata 20/20

KESIMPULAN :

Nilai visus normal adalah 6/6. Namun adakalanya visus menjadi lebih kecil atau lebih

besar dari 6/6.

Visus lebih kecil dari 6/6 bisa karena :

- retina yang rusak

- Penerangan yang kurang

- Pembiasan mata yang terlalu besar

- Sumbu atau axis mata yang terlalu panjang

Visus dapat melebihi 6/6 karena :

pada mata yang E atau H yang berakomodasi, daya untuk membedakan dua

titik yang masih terpisah makin besar dan melampaui daya yang dapat

dipakai oleh mata yang berakomodasi.

Page 9: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

REFRAKSI

Dari hasil pemeriksaan visus di atas, telah diketahui visus tanpa menggunakan lensa.

Pada pemeriksaan di bawah ini akan diperiksa daya bias susunan optik mata (refraksi

Mata)

Langkah Kerja :

A. Jika visus orang percobaan tersebut di atas tanpa lensa = 6/6, maka mata itu tidak

akan M (miop). Mata tersebut mungkin E (emetrop) atau H (hipermetrop)

Untuk membedakan kedua hal di atas dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :

1. Memasang bingkai kacamata khusus pada orang percobaan dan menutup mata

kirinya dengan penutup hitam khusus.

2. Memasang di depan mata kanannya lensa sferis +0,25D dan memeriksa visus

matanya lagi.

3. Jika mata kanan orang percobaan E, pemeriksaan dihentikan.

4. Jika mata orang percobaan H, meneruskan pemasangan lensa-lensa dengan

setiap kali memberikan lensa positif yang 0,25D lebih kuat. Lensa positif yang

terkuat, yang memberikan visus maksimal merupakan ukuran bagi derajat H

yang dinyatakan dalam Dioptri.

5. Mencatat derajat H orang percobaan dalam Dioptri

B. Jika visus rata kanan orang percobaan tanpa lensa lebih kecil dari 6/6, maka mata

itu biasanya M. Untuk menetapkan derajat M, dilakukan pemeriksaan sebagai

berikut :

1. Memasang bingkai kacamata khusus pada orang percobaan dan tutup mata

kirinya dengan penutup mata khusus.

2. Memasang di depan mata kanannya dengan lensa sferis negatif, mulai dari -

0,25D dengan setiap kali memberikan lensa negatif yang 0,25D lebih kuat.

Memeriksa visus matanya lagi setiap kali setelah perubahan kekuatan lensa.

Lensa negatif yang terlemah, yang memberikan visus maksimal merupakan

ukuran bagi derajat M yang dinyatakan dalam Dioptri.

3. Mencatat derajat M orang percobaan dalam Dioptri.

Page 10: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

C. Jika pada pemberian lensa sferis , visus tidak mencapai 6/6 maka harus diingat

adanya astigmatisma. Cara memperbaiki astigmatisma dilakukan dengan lensa

silindris sebagai berikut:

1. Memasang bingkai kaca mata khusus pada orang dan menutup mata

kirinya dengan penutup hitam khusus

2. Memasang di depan mata kanan nya lensa sferis sehingga visus orang

percobaan tersebut maksimal

3. Meminta orang percobaan melihat gambar kipas

bila warna hitam garis pada semua meridian terlihat merata berarti orang

percobaan tidak astigmatisma -> menghentikan pemeriksaan refraksi. Bila

terdapat gambar garis yang lebih kabur selanjutnya menentukan

meridiannya.

4. Menambahkan di depan lensa sferis tersebut lensa silindris positif atau

negatif yang sesuai dengan jenis lensa sferis di atas, dengan sumbu lensa

silindris tegak lurus pada garis meridian, yang terlihat paling tegas

sehingga warna hitam garis pada semua meridian merata.

5. Meminta orang percobaan melihat kembali ke optotip snellen. Menentukan dan

mencatat jenis serta kekuatan lensa sferis dan silindris yang memberikan visus

maksimal serta arah sumbu lensa tersebut.

HASIL PERCOBAAN : Orang percobaan: Nina

Mata Kiri Mata Kanan

Visus: 20/30 Visus: 20/70

Refraksi mata: -0.75D Refraksi mata: -1D

KESIMPULAN

- Lensa cembung digunakan untuk mata yang hypermetropi

- Lensa cekung digunakan untuk mata yang myopi

- Untuk normal visusnya adalah 6/6

- Untuk mata yang astigmatisma, kelainan mata pada sumbu vertikal

dapat ditolong pada sumbu horisontalnya, demikian pula sebaliknya.

Page 11: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

KERASTOSKOPE PLACIDO

TUJUAN:

Memeriksa kelengkungan kornea pasien atau orang percobaan.

ALAT DAN BAHAN:

1. Kerastoskope placido

CARA KERJA :

1. Pengamat mengamati orang percobaan melalui lubang pada kerastoscope

placido.

2. Apabila pengamat menggunakan mata kanan, maka mata yang diamati

juga mata kanan.

3. Orang yang diamati diminta untuk melihat lingkaran-lingkaran hitam

putih pada keratoscope placido tanpa menggunakan alat bantu (kacamata).

HASIL PENGAMATAN :

Orang percobaan: Julian

Bayangan kerastoscope placido pada mata orang percobaan tampak simetris.

KESIMPULAN :

Bayangan simetris akan tampak pada mata orang normal (tidak

astigmatisma) sedangkan pada orang yang menderita astigmatisma, akan

tampak bayangan yang tidak simetris sebab adanya ketidak rataan pada

kornea/lensa mata.

Page 12: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

PERIMETRI

TUJUAN:

Memeriksa luas lapang pandang untuk beberapa macam warna dengan

menggunakan perimeter.

ALAT DAN BAHAN:

1. Perimeter dan formulir

2. Warna bertangkai yang ditegakkan

3. Pensil warna

CARA KERJA:

1. Menyuruh orang percobaan duduk membelakangi cahaya menghadap alat

perimeter

2. Menutup mata kiri orang percobaan dengan sapu tangan / telapak tangan

3. Meletakkan dagu orang percobaan di tempat sandaran dagu yang dapat

diatur tingginya, sehingga tepi bawah mata kanannya terletak setinggi

bagian atas batang vertikal sandaran dagu.

4. Memasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan

perimeter sebagai berikut:

a. memutar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan Penjepit

formulir berada di bagian atas piringan

b. Menjepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir

letaknya berhimpit dengan garis 0-180 piringan perimeter dan lingkaran

konsentris formulir letaknya sesuai dengan skala pada perimeter

5. Menyuruh orang percobaan memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi di

tengah perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan orang percobaan harus

tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.

6. Menggunakan benda yang dapat digeser pada busur perimeter untuk

pemeriksaan luas lapang pandang. Memilih bulatan berwarna putih dengan

diameter sedang (+5mm) pada benda tersebut.

Page 13: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

7. Menggerakkan perlahan –lahan bulatan putih itu menyusuri busur dari tepi

kiri orang percobaan ke tengah. Tepat pada saat orang percobaan melihat

bulatan putih tersebut, penggeseran benda dihentikan.

8. Membaca tempat perhentian tersebut pada busur dan catat pada formulir

dengan tepat.

9. Ulangi tindakan no. 7 dan no.8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa

mengubah posisi busur

10. Ulangi tindakan no. 7 dan no.8 dan 9 setelah memutar busur tiap kali

diputar 30 derajat sesuai arah jarum jam dari pemeriksaan, sampai posisi

busur vertikal.

11.Mengembalikan posisi busur horizontal seperti semula. Pada posisi ini tidak

perlu dilakukan pencatatan lagi.

12.Mengulangi tindakan no7, 8 dan 9 setelah memutar busur tiap kali 30 derajat

berlawanan arah jarum jam dari pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 60

derajat dari bidang horizontal

13.Memeriksa juga lapang pandang orang percobaaan untuk berbagai warna

lain; merah, kuning , hijau, dan biru dengan cara yang sama seperti di atas

14.Melakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan

bulatan bewarna putih.

HASIL PERCOBAAN :

MATA KANAN

No. Derajat Putih Merah Biru Hijau Kuning1. 0 80 70 75 70 752. 30 70 70 80 80 753. 60 55 50 50 45 504. 90 55 60 50 50 505. 120 50 45 50 60 606. 150 55 60 55 60 607. 180 70 65 70 65 608. 210 65 70 70 65 609. 240 60 60 70 60 6010. 270 70 65 60 65 5011. 300 75 70 65 50 6512. 330 75 70 60 55 8513. 360 80 70 75 70 75

Page 14: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

MATA KIRI

No. Derajat Putih Merah Biru Hijau Kuning1. 0 70 60 50 45 502. 30 35 35 45 45 503. 60 25 25 20 20 254. 90 25 40 20 20 255. 120 35 30 30 30 306. 150 45 40 40 35 307. 180 75 70 70 60 458. 210 75 75 70 65 659. 240 60 70 65 55 4510. 270 50 45 50 50 5011. 300 50 45 40 40 5012. 330 55 50 45 55 6013. 360 70 60 50 45 50

KESIMPULAN :

Dari percobaan diketahui bahwa bentuk lapang pandang tidak simetris karena:

Mata, kelopak mata, dan hidung yang menonjol

Tidak meratanya pembagian sel batang dan kerucut di retina

Luas pandang untuk putih ternyata lebih besar daripada warna lainnya karena

warna putih merupakan gambaran atau spectrum dari sinar-sinar yang lain sehingga

luas lapang pandangnya lebih besar.

Page 15: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

OFTALMOSKOPI

Tujuan :

1. Menggunakan oftalmoskop untuk melihat dengan jelas gambar fundus pada

modal mata Thorington dalam keadaan emetrop, miop, dan hipermetrop

2. Menggunakan oftalmoskop untuk memeriksa retina orang percobaan.

Alat dan Bahan :

3. Oftalmoskop

4. Model mata thorington

5. Mata manusia

Cara kerja :

A. Model mata Thorington

1. Membuat model mata thorington menjadi emetrop dengan cara menarik

bagian belakangnya ke angka 0 pada skala.

2. Mengatur besar pupil model mata sebesar – besarnya dengan cara memutar

piring pupil.

3. Memutar piring lensa oftalmoskop sehingga terbaca angka 0 dan menyalakan

lampu oftalmoskop itu.

4. Menempatkan model mata itu setinggi mata pemeriksa itu sendiri.

5. Menempatkan lubang oftalmoskop di depan pupil mata pemeriksa dan

mengarahkan sinar lampu ke modal mata. Mendekatkan oftalmoskop bersama

mata pemeriksa ke pupil modal mata sehingga jaraknya kira – kira 7, 5 cm.

6. Melihat fundus model mata melalui lubang oftalmoskop.

7. Jika mata pemeriksa emetrop, pemeriksa akan melihat fundus model mata itu

jelas, diperbesar, dan tegak

8. Jika mata pemeriksa tidak emetrop, mencari lensa yang sesuai dengan

memutar piring lensa oftalmoskop sampai fundus model mata terlihat dengan

jelas.

9. Menjadikan model mata itu miop dengan cara menarik bagian belakangnya ke

arah huruf M sampai angka 3.

Page 16: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

10. Mencari lensa yang sesuai dengan memutar piring lensa oftalmoskop sampai

fundus model mata terlihat dengan jelas.

11. Menjadikan model mata tersebut hipermetrop dengan cara mendorong bagian

belakangnya ke arah huruf H sampai angka 3.

12. Mencari lensa yang sesuai dengan memutar piring lensa oftalmoskop sampai

fundus model mata terlihat dengan jelas.

B. Mata manusia

1. Menyuruh orang percobaan duduk berhadapan dengan pemeriksa

2. Menyuruh orang percobaan melihat ke depan pada suatu titik yang jauh

3. Melakukan pemeriksaan oftalmoskop pada salah satu mata orang percobaan

sesuai dengan cara yang dilakukan pada model mata thorington.

4. Memperhatikan fundus orang percobaan. Bila tidak jelas terlihat, mencari

lensa yang sesuai dengan memutar piring lensa oftalmoskop sampai fundus

terlihat dengan jelas.

5. a.Memeriksa fundusnya dan mengenali papilla nervi optici, macula lutea, dan

pembuluh darah retina.

b. Menggambar apa yang dilihat oleh pemeriksa pada fundus okuli orang

percobaan

Hasil pengamatan :

Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, kami mendapatkan pengertian bahwa

yang dimaksud dengan:

- Prinsip oftalmoskopi langsung adalah bahwa retina dapat mendeteksi

langsung benda/gambar yang dilihat.

- Prinsip oftalmoskopi tak langsung adalah bahwa retina tidak dapat langsung

mendeteksi benda/gambar yang terlihat, artinya pandangan semacam ini

melihat secara objektif.

KESIMPULAN :

Pada saat pemeriksaan, mata yang digunakan harus sama antara pemeriksa dengan

orang percobaan, hal ini untuk menghindari terjadinya benturan di mana posisi keduanya

saling berhadapan juga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka baik pemeriksa

maupun orang percobaan harus berjenis kelamin sama. Pemeriksaan oftalmoskop juga

meliputi pemeriksaan retina dan pembuluh darah choroid, bintik kuning, serta pemeriksaan

pupil.

Page 17: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

MELIHAT BINOKULER DAN MELIHAT RUANG

TUJUAN :

1. Mendemonstrasikan perbedaan kemampuan menentukan posisi jauh dekat suatu benda

terhadap benda lain secara monokuler dan binokuler serta menerangkan mekanisme

terjadinya perbedaan tersebut

2. Mendemonstrasikan perbedaan kemampuan menentukan posisi depan belakang beberapa

batang vertikal serta menerangkan mekanisme terjadinya perbedaan tersebut ( disparasi

melintang ).

ALAT DAN BAHAN :

1. Alat jatuh hering

2. Kelereng yang berbeda ukurannya

3. Teropong karton dengan batang – batangnya.

LANGKAH KERJA :

I Penetapan jauh dekat benda secara monokuler dan binokuler

1. Menyuruh orang percobaan duduk menghadap alat jatuh hering dan menyuruh orang

percobaan melihat teropong dengan kedua matanya kepada batang vertikal pada alat

tersebut.

2. Menjatuhkan kelereng yang berbeda ukurannya bergantian di depan atau di belakang

batang sebanyak 10 kali.

3. Menyuruh orang percobaan menentukan tempat jatuh kelereng tersebut, di depan atau di

belakang batang.

4. Mencatat jumlah jawaban orang percobaan yang salah.

5. Mengulangi percobaan ini dengan menyuruh orang percobaan melihat dengan satu mata

saja.

6. Mencatat jumlah kesalahan dan membandingkan jumlah kesalahan pada penglihatan

monokuler dan binokuler.

Page 18: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

II Penetapan posisi depan belakang beberapa batang vertikal

1. Memasang tiga batang yang tidak sama tebalnya pada jarak yang berlainan ke dalam

lubang di dalama teropong karton tanpa diketahui orang percobaan

2. Memutar teropong sehingga batang-batang terlihat vertikal

3. Menyuruh orang percobaan melihat melalui teropong dan menyuruh dia menentukan

posisi depan belakang batang yang satu terhadap batang yang lain

4. Mencatat jawabannya dan membandingkan dengan kenyataan

HASIL PERCOBAAN :

Nama orang percobaan : Julian

Dengan menggunakan :

- 2 mata : 100% benar.

- 1 mata (sebelah kiri) : 90% benar.

- 1 mata (sebelah kanan) : 50% benar.

Tabel kesalahan :

Bin

okuler

Monokuler (mata

kanan tertutup)

Monokuler (mata kiri

tertutup)

√ √

√ √ √

√ √

√ √ √

√ √

√ √

√ √ √

Page 19: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

√ √ √

√ √ √

√ √

√ √ √

√ √

√ √ √

√ √

√ √ √

√ √

√ √

√ √ √

√ √

KESIMPULAN :

Melihat dengan 2 mata lebih baik daripada melihat dengan 1 mata.

Page 20: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

TES BUTA WARNA

TUJUAN :

Mengetahui apakah orang percobaan mempunyai mata normal, buta warna sebagian

atau buta warna total.

ALAT DAN BAHAN :

1. Buku pseudoisokromatik ishihara

LANGKAH KERJA :

1. Menyuruh orang percobaan mengenali angka atau gambar yang terdapat di dalam buku

pseudoisokromatik ishihara.

2. Mencatat hasil pemeriksaan pemeriksa dalam formulir yang tersedia.

HASIL PENGAMATAN :

Percobaan yang dilakukan dengan menggunakan buku pseudoisokromatik Ishihara

terhadap orang yang diamati, memberikan hasil tidak mengalami kesulitan dalam

membaca angka-angka yang ada.

KESIMPULAN :

Dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang tidak menderita buta warna dapat membaca

angka-angka yang ada dengan mudah sebab tidak ada kesulitan dalam membedakan

warna.

Page 21: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

PERISTIWA KONTRAS

TUJUAN :

Mengetahui pembiasan warna-warna dasar pada mata

ALAT DAN BAHAN :

1. Lemari jatuh hering

CARA KERJA :

1. Memasang salah satu bidang yang berwarna di tengah.

2. Memandang warna itu dengan memusatkan pandangan kepada titik hitam selama

setengah menit pada jarak tertentu.

3. Menyuruh teman sekerja untuk menjatuhkan bidang itu, sementara tetap memandang

dalam arah yang sama pada bidang putih lemari.

4. Memperhatikan kesan yang didapati.

5. Mengulangi percobaan di atas dengan warna-warna yang lain.

HASIL PENGAMATAN :

1. Kuning menjadi biru

2. Biru menjadi kuning

3. Merah menjadi hijau

4. Hitam menjadi putih

5. Orange menjadi biru

6. Biru tua menjadi putih

7. Hijau menjadi pink

8. Ungu menjadi hijau

KESIMPULAN :

Di dalam retina terdapat 3 zat penglihatan :

1. Merah-hijau

2. Kuning-biru

3. Putih-hitam

Warna merah, kuning, dan putih akan terjadi pada disimilasi ketiga zat penglihatan 1, 2, dan

3. Sedangkan warna hijau, biru, dan hitam akan terjadi pada asimilasi ketiga zat

penglihatan.

Page 22: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

TES PENDENGARAN

TUJUAN :

1. Melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran menurut cara Rinne, Weber, dan

Schwabach.

2. Mengemukakan tujuan pemeriksaan tersebut.

3. Menyimpulkan masing-masing hasil pemeriksaan tersebut.

ALAT DAN BAHAN :

1. Penala berfrekuensi 128 Hz

2. Kapas untuk menyumbat telinga

LANGKAH KERJA :

A. Cara Rinne

1. Menggetarkan penala dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya ke telapak

tangan. Jangan sekali-kali memukulkannya pada benda yang keras.

2. Menekan ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga orang

percobaan.

3. Menanyakan kepada orang percobaan apakah dia mendengar bunyi penala mendengung

di telinga yang diperiksa, bila demikian orang percobaan harus segera memberi tanda bila

dengungan bunyi itu menghilang.

4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari processus mastoideus orang percobaan

dan kemudian ujung jari penala di tempatkan sedekat-dekatnya di depan liang telinga

yang sedang diperiksa.

5. Mencatat hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :

Positif : bila orang percobaan masih mendengar dengungan secara hantaran

aerotimpanal.

Negatif : bila orang percobaan tidak lagi mendengar dengungan secara hantaran

aerotimpanal.

Page 23: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

B. Cara Weber

1. Menggetarkan penala dengan cara seperti nomor A.1.

2. Menekan ujung tangkai penala pada dahi orang percobaan di garis median.

3. Menanyakan kepada orang percobaan apakah dia mendengar dengungan bunyi penala

sama kuat di kedua telinganya ataukah terjadi lateralisasi.

4. Bila pada orang percobaan tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan

lateralisasi secara buatan, menutup salah satu telinganya dengan kapas dan mengulangi

pemeriksaan.

C. Cara Schwabach

1. Menggetarkan penala dengan cara seperti nomor A.1.

2. Menekan ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga orang

percobaan.

3. Menyuruh orang percobaan mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi

menghilang.

4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari processus mastoideus

orang percobaan ke processus mastoideus pemeriksa. Pada pemeriksaan ini telinga si

pemeriksa dianggap normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh

orang percobaan masih dapat didengar oleh pemeriksa maka hasil pemeriksaan adalah

schwabach memendek.

5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan juga tidak

dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin schwabach normal

atau schwabach memanjang. Untuk memastikan hal ini maka dilakukan pemeriksaan

sebagai berikut : Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke

processus mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi kemudian ujuung tangkai

penala segera ditekankan ke processus mastoideus orang percobaan. Bila dengungan

(setelah dinyatkan berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat didengar oleh orang

percobaan, hasil pemeriksaan ialah schwabach memanjang. Bila dengungan (setelah

dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa) juga dapat didengar oleh orang percobaan maka

hasil pemeriksaan adalah schwabach normal.

Page 24: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

HASIL PENGAMATAN :

Nama : Julian

Umur : 19 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Hasil tes :

Cara Rinne : telinga kanan (+) telinga kiri (+)

Cara Weber : tidak ada lateralisasi

Cara Schwabach : normal

KESIMPULAN :

- Pemeriksaan Rinne untuk mengetahui bahwa fungsi pendengaran

melalui hantaran tulang dan udara.

- Pemeriksaan Weber untuk mengetahui ada tidaknya lateralisasi.

- Pemeriksaan schwabach untuk membandingkan antara orang

percobaan dengan pemeriksa

- Ada tiga macam tuli:

Tuli syaraf (perceptive/nerve dafness), kerusakan sel rambut rambu satu jalur saraf.

Tuli hantaran : gangguan pada hantaran gelombang suara di dalam telinga luar dan

dalam.

Tuli pusat: terjadi akibat kerusakan pada pusat pendengaran

Page 25: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

MEKANISME SENSORIK

TUJUAN :

1. Menentukan adanya titik-titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit.

2. Memeriksadaya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).

3. Memeriksa daya membedakan 2 titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan

serentak (simultan) dan perangsangan berturutan (suksesif).

4. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (after

image).

ALAT DAN BAHAN :

1. Kerucut kuningan

2. Jangka

3. Pensil dan mistar

CARA KERJA :

A. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit

1. Meletakkan punggung tangan kanan di atas sehelai kertas dan menarik garis pinggir

tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.

2. Memilih dan menggambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3x3 cm dan

menggambarkan pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas.

3. Menutup mata orang percobaan dan meletakkan punggung tangan kanannya santai di

meja.

4. Menyelidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang membrikan kesan

panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kuningan

yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya

dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air panas bersuhu 50ºC.

Menandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.

5. Mengulangi penyelidikan yang serupa pada nomor 4 dengan kerucut kuningan yang telah

didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kuningan yaitu dengan menempatkannya dalam

bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es. Menandai titik-titik dingin

yang diperoleh dengan tinta.

Page 26: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

6. Menyelidiki pula menurut cara di atas titik-titik yang memberikan kesan tekan dnegan

menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri

dengan jarum.

7. Menggambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan

tangan di kertas.

B. Lokalisasi taktil

1. Menutup mata orang percobaan dan menekan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung

jarinya.

2. Menyuruh orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang dengan ujung

sebuah pensil.

3. Menetapkan jarak anatar titik rangsang dan titik yang ditunjuk.

4. Mengulangi percobaan sampai 5 kali dan menentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung

jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, dan tengkuk.

C. Diskriminasi taktil

1. Menentukan secara kasar ambang membedakan 2 titik untuk ujung jari dengan

menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari.

2. Mendekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang dan kemudian

menjauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan

sebagai dua titik.

3. Mengulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang. Mengambil angka

ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.

4. Melakukan percobaan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua

ujung jangka secara berturut-turut (suksesif).

5. Menentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua

titik ujung jari, tengkuk, bibir, pipi, dan lidah.

6. Memberikan jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan oleh

kulit pipi depan telinga sebagai salah satu titik. Dengan jarak ini, menggerakkan jarak itu

dengan ujungnya pada kulit ke arah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah. Arah gerakan

harus tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka.

7. Mencatat apa yang pemeriksa alami.

Page 27: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

HASIL PENGAMATAN :

Titik-titik panas, nyeri dan dingin di kulit

Orang percobaan: Saskia

Gambar telapak tangan dengan titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit

Ket : dingin = x, panas = 0

Lokalisasi Taktil

Orang percobaan: Julian

No kulit ujung kulit telapak kulit lengan kulit lengan kulit   jari tangan bawah atas tengkuk

1 0.1 0.3 0.1 0.5 0.32 0.2 0.3 0.2 0.5 03 0.1 0.1 0.2 0.4 0.14 0.2 0.2 0 0.2 05 0.2 0.2 0 0.3 0.1

rata 0.16 0.22 0.1 0.38 0.1rata          

Diskriminasi Taktil

xx x o x x   o x o         ox o x  o

o o  

   xx o o x

Page 28: Laporan Praktikum Faal Udah Di Edit

Orang percobaan: Nancy

Tempat 5 cm 4 cm 3 cm 2 cm 1 cm 0 cm

Ujung jari 2 titik 2 titik 2 titik 2 titik 1 titik 1 titik

Telapak tangan 2 titik 2 titik 2 titik 2 titik 2 titik 1 titik

Lengan bawah 2 titik 2 titik 2 titik 2 titik 1 titik 1 titik

Lengan atas 2 titik 2 titik 2 titik 1 titik 1 titik 1 titik

Tengkuk 2 titik 2 titik 2 titik 1 titik 1 titik 1 titik

KESIMPULAN :

Kedua ujung jangka tidak menimbulkan perasaan yang sama sebab ujung jari dan telapak

tangan lebih peka daripada lengan bawah, lengan atas, dan tengkuk. Karena reseptornya tidak

tersebar merata pada lengan bawah lengan atas dan tengkuk.