Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

31
LANDSAN TEORI Otot merupakan alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut setelah mendapat rangsangan. Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu : 1. Kontraktibilitas : kemampuan untuk berkontraksi / memendek 2. Ekstensibilitas : kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang ditimbulkan saat kontraksi 3. Elastisitas : kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan relaksasi Jenis otot 1. otot lurik Nama lain: otot rangka, otot serat lintang (musculus striated) atau otot involunter Struktur : serabut panjang, berwarna/lurik dengan garis terang dan gelap, memiliki inti dalam jumlah banyak dan terletak dipinggir Kontraksi: menurut kehendak kita (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan cepat, kuat, mudah lelah Struktur anatomi dari otot rangka seperti gambar dibawah ini!

Transcript of Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

Page 1: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

LANDSAN TEORI

Otot merupakan alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut setelah mendapat rangsangan. Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu :

1. Kontraktibilitas : kemampuan untuk berkontraksi / memendek2. Ekstensibilitas : kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang

ditimbulkan saat kontraksi3. Elastisitas : kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah

berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan relaksasi

Jenis otot1. otot lurik

Nama lain: otot rangka, otot serat lintang (musculus striated) atau otot involunter Struktur : serabut panjang, berwarna/lurik dengan garis terang dan gelap, memiliki

inti dalam jumlah banyak dan terletak dipinggir Kontraksi: menurut kehendak kita (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan

cepat, kuat, mudah lelah Struktur anatomi dari otot rangka seperti gambar dibawah ini!

Page 2: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

2. Otot Polos

Nama lain : otot alat-alat dalam / visceral / musculus nonstriated / otot involunter Struktur : bentuk serabut panjang seperti kumparan, dengan ujung runcing, dengan

inti berjumlah satu terletak dibagian tengah. Kontraksi : tidak menurut kehendak atau diluar kendali sistem saraf pusat, gerakan

lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.

3. Otot jantung

Nama lain: Myocardium atau musculus cardiata atau otot involunter struktur : Bentuk serabutnya memanjang, silindris, bercabang. Tampak adanya garis

terang dan gelap. memiliki satu inti yang terletak di tengah Kontraksi: tidak menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah

Fungsi otot

Fungsi volunter à merupakan akibat kerja dari otot rangka

1. Mempertahankan sikap tubuh

2. Melaksanakan bermacam-macam gerakan

3. Menghasilkan panas tubuh

Fungsi involunter (tidak dipengaruhi kehendak) à akibat kerja otot polos & otot jantung

1. Propulsi (dorongan) substansi dlm bermacam-macam saluran, misalnya: makanan yang

berjalan sepanjang saluran pencernaan

2. Ekspulsi (pengeluaran), misalnya empedu, urine, feses

3. Regulasi (pengaturan) diameter lubang, misalnya mengatur besar kecilnya pupil mata,

pylorus lambung, rektum (anus)

Sifat-sifat otot

1. KONTRAKTILITAS à kemampuan otot untuk mengadakan respon (memendek) bila

dirangsang (otot polos 1/6 kali; otot rangka 1/10 kali)

2. EKSTENSIBILITAS = DISTENSIBILITAS à kemampuan otot untuk memanjang bila otot

ditarik atau ada gaya yang bekerja pada otot tersebut à bila otot rangka diberi beban;

uterus berisi fetus

3. ELASTISITAS à kemampuan otot untuk kembali ke bentuk & ukuran semula setelah

mengalami ekstensibilitas/distensibilitas (memanjang) atau kontraktilitas (memendek)

Page 3: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

4. IRRITABILITAS = EKSITABILITAS à kemampuan otot untuk mengadakan respon bila di

rangsang

Macam-macam stimulus

1. MEKANIS à memijit, memukul, menarik, menyubit, menyentuh

2. THERMIS à dingin (bantuan es), panas (bantuan air panas)

3. KHEMIS à bantuan bahan kimia, baik anorganik maupun organik (bisa asam, basa,

garam)

4. ELEKTRIS à dengan bantuan arus listrik (umumnya untuk penyembuhan)

Intensitas rangsang

1. Sub minimal = sub liminal = sub threshold = di bawah ambang à rangsang terkecil yang

belum mampu menimbulkan respons

2. minimal = liminal = threshold = ambang à rangsang terkecil yang mampu menimbulkan

respons

3. sub maksimal à rangsang dengan intensitas yang bervariasi dari minimal sampai

maksimal

4. maksimal à rangsangan dengan intensitas terbesar (maksimal) dan hasil responsnya

maksimal

5. supra maksimalà rengsang dengan intensitas lebih besar dari maksimal, tetapi respons

yang dihasilkan sama dengan maksimal

All or none law (hukum semua atau tidak sama sekali)

Hanya berlaku untuk otot polos dan otot jantung

Untuk otot rangka tidak berlaku, karena otot rangka terdiri dari banyak serabut

Contoh: misalnya dengan intensitas 1 mvolt, yang dapat berkontraksi hanya 1-2

serabut otot, kalau intensitas dinaikan 2 mvolt yang dapat berkontraksi 3-4 serabut

otot, kalau intensitas dinaikan menjadi 5 mvolt yang dapat berkontraksi 9-10 serabut

otot. Sedangkan bila intensitas dinaikan sampai 10 mvolt yang dapat berkontraksi

19-20 serabut otot, dan jika intensitas dinaikan sampai maksimal, maka semua

serabut otot sudah berkontraksi seluruhnya

Page 4: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

Untuk satu serabut otot berlaku hukum ini,tetapi untuk keseluruhan tidak berlaku

hukum ini

Periode kontraksi otot, terdiri dari:

1. Periode Latent (PL) à Periode pemberian rangsang sampai terjadinya respon

2. Periode Kontraksi (PK) à Periode pemendekan otot atau kontraksi

3. Periode Relaksasi (PR) à Periode kembalinya otot pada keadaan semula setelah

mengalami kontraksi

Page 5: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

LATIHAN I

OTOT RANGKA

Tujuan:

Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:

1. Membuat sediaan otot katak sesuai dengan petunjuk praktikum

2. Menggunakan alat stimulator nduksi sehingga dapat merangsang sediaan otot

dengan berbagai macam kekuatan: arus tunggal buka dan arus tunggal tutup serta

mencatat saat pemberian rangsang dengan menggunakan sinyal maknit

3. Membuat pencatatan kontraksi otot (mekanomiogram) pada kimograf dan

menfiksasinya

4. Merangsang otot katak dengan beberapa macam kekuatan rangsang yakni rangsang:

a. Bawah ambang (subthershold)

b. Ambang (threshold)

c. Submaksimal

d. Maksimal

e. Supramaksimal

5. Menarik kesimpulan dari hasil latihan ini tentang pengaruh kekuatan rangsang

terhadap kekuatan kontraksi otot

Alat dan binatang percobaan yang diperlukan:

1. Kimograf + kertas + perekat

2. Statif + klem-klem

3. Pencatat otot + klem femur + batang kuningan

4. Buah sinyal maknit: 1 untuk mencatat waktu dan 1 untuk mencatat tanda rangsang

5. Stimulator induksi + elektroda perangsang

6. Sakelar + kawat-kawat listrik

7. Papan fiksasi + jarum-jarum pentul + penusuk katak

8. Katak

9. Benang + kapas arloji

Page 6: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

10. Botol plastik berisi larutan Ringer + pipet

11. Waskom kecil

Tata kerja:

Hubungan antara kekuatan rangsang dan tinggi mekanomiogram akibat kerutan otot

1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar

2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum praktikum

Sebelum digunakan, bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi

larutan Ringer dan letaklah di gelas arloji

3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar

4. Dengan tromol tetap diam, otot dirangsang sehingga terdapat suatu kerutan

Cara memperbesar kerutan otot bila hasil pencatatan kontraksi otot sangat kecil

adalah:

a. Ujung pencatat otot terlalu menekan kertas kimograf

b. Panjang pencatat otot (jarak antara sumbu dengan ujung pencatat) terlalu

pendek

c. Jarak antara sumbu dan tempat mengikat sediaan otot terlalu panjang. Untuk b

dan c ingatlah hukum tuas dalam ilmu gaya/pesawat

d. Benang antara sediaan otot dan pencatat kurang tegang

e. Sediaan otot kering/rusak

Yang menyebabkan hanya sebagian kontraksi yang tercatat adalah:

a. Kertas kimograf bergelombang

b. Ujung pencatat tidak terletak pada bidang singgung tromol

c. Sediaan otot, benang dan titik simpul benang di pencatat tidak terletak pada satu

garis vertikal

5. Pencatatan selalu dilakukan pada tromol yang diam

Berilah waktu istirahat 15 detik sesudah tiap perangsangan. Putarlah tromol sepanjang 2

cm pada tiap kali sesudah pemberian rangsang tutup dan 2 cm pada tiap kali sesudah

rangsang buka

Page 7: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

6. Rangsanglah sediaan otot dengan rangsang tutup dan rangsang buka berturut-turut

dengan kekuatan rangsang yang setiap kali diperbesar 0,5 volt sehingga didapatkan

mekanomiogram sebagai hasil perangsangan bawah-ambang, ambang, submaksimal,

maksimal dan supramaksimal

Hasil percobaan:

Rangsang bawah ambang : 0,1 dan 0,2 volt

Rangsang ambang : 0,3 volt

Rangsang submaksimal : 0,4 – 0.9 volt

Rangsang maksimal : 1 volt

Rangsang supramaksimal : > 1 volt

Page 8: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

Pertanyaan:

1. Apa yang disebut rangsang bawah ambang (subthreshold)?

Sub minimal = sub liminal = sub threshold = di bawah ambang à rangsang terkecil

yang belum mampu menimbulkan respons

2. Mengapa efek fisiologis arus buka lebih besar daripada arus tutup walaupun voltase

sama?

Karena pada arus buka otot tidak sempat melakukan relaksasi dan terjadi kontraksi yang terus menerus yang membutuhkan energi yang lebih besar

3. Bagaimana kita dapat membedakan rangsang maksimal dengan supramaksimal?

maksimal à rangsangan dengan intensitas terbesar (maksimal) dan hasil responsnya

maksimal

supra maksimalà rengsang dengan intensitas lebih besar dari maksimal, tetapi

respons yang dihasilkan sama dengan maksimal

Kesimpulan:

Rangsang di bawah ambang tidak memberikan jawaban, sedangkan rangsang

ambang dan diatas ambang memberikan jawaban

Semakin besar arus yang diberikan ke otot maka akan semakin besar pula kontraksi

otot, tetapi kontraksi yang supramaksimal ketika ditambah arus yang lebih tinggi

otot tetap akan berkontraksi sebagaimana pada arus yang diberikan ketika terjadi

kotraksi maksimal

Page 9: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

LATIHAN 2

OTOT RANGKA

Tujuan

Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:

1. Merangsang sediaan otot katak dengan arus faradik dengan berbagai kekuatan

rangsang

2. Membebani sediaan otot katak dengan cara pembebanan langsung dan tidak

langsung

3. Mendemostrasikan hubungan antara panjang awal otot dengan sediaan

kontraksi

4. Menghitung kerja sediaan otot katak

5. Mendemostrasikan hubungan antara pembebanan dengan kerja otot

6. Mengukur kekuatan kontraksi otot ekstensor dan otot fleksor manusia dalam

pelbagai sikap tubuh

Alat dan binatang percobaan yang diperlukan:

1. Kimograf + kertas + perekat

2. Statif + klem-klem

3. Pencatat otot + klem femur

4. Stimulator induksi + elektroda perangsang

5. Papan fiksasi + jarum-jarum pentul + penusuk katak

6. Katak

7. Beban-beban dengan penggantungnya

8. Benang + kapas + gelas arloji

9. Botol plastik berisi larutan Ringer + pipet

10. Waskom kecil

11. Dinamometer

Tata kerja

I. Pengaruh panjang awal (initial length) otot katak terhadap kekuatan kerutan

Page 10: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar

2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum praktikum. Sebelum digunakan,

bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan larutan

ringer dan letakkan di gelas arloji

3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar

4. Bebanilah otot dengan beban seberat 20 gram. Kendorkan sekrup penumpu

sehingga terjadi pembebanan langsung. Dengan memutar tromol, buatlah garis

sepanjang + 10 cm dan tulislah: “garis dasar 20” pada ujung akhir garis tersebut.

Pembebanan langsung ialah pembebanan yang sudah membebani otot sebelum

otot tersebut berkontraksi dengan sedemikian otot akan bertambah panjang

5. Angkatlah seluruh pembebanan sehingga otot kembali ke panjang semula.

Buatlah sekali lagi garis sepanjang +10 cm tepat di atas garis yang pertama dan

tulislah: “garis dasar 0” pada ujung akhir garis tersebut

6. Gantungkanlah lagi beban 20 gram dan dengan sekrup penumpu kembalikan

ujung pencatat otot ke garis dasar 0, sehingga terjadi pembebanan tak langsung

7. Dengan melakukan pencatatan pada awal garis dasar 0 carilah kekuatan rangsang

faradik maksimal. Rangsangan diberikan paling lama 1 detik. Berilah waktu

istirahat selama 30 detik sesudah setiap perangsangan

8. Gunakanlah selalu kekuatan rangsang faradik maksimal diatas untuk

perangsangan selanjutnya

9. Putarlah tromol sejauh 1 cm setiap kali sesudah perangsangan. Carilah besar

pembebanan yang pada perangsangan menghasilkan mekanmiograf setinggi +1

cm. Untuk percobaan selanjutnya tetap digunakan beban ini

10. Putarlah tromol sejauh 2 cm dan catatlah sekali lagi mekanomiograf yang

terakhir

11. Putarlah tromol sejauh 1cm dan kemudian turunkanlah ujung pencatat otot

sehingga terletak tepat di tengah-tengah antara garis dasar 20 dan garis dasar 0

(gunakanlah sekrup penumpu). Putarlah lagi tromol sejauh 1 cm dan ulangilah

perangsangan dan pencatatan

12. Putarlah tromol sejauh 1 cm dan turunkanlah ujung pencatat otot sampai garis

dasar 20, putar tromol lagi sejauh 1 cm dan ulangilah sekali lagi perangsangan

dan pencatatan

Page 11: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

Kesimpulan:

Beban berbanding terbalik dengan kerutan otot, semakin berat beban

yang diberikan semakin pendek kerutan otot yang dihasilkan

Semakin panjang awal otot, semakin kuat kontraksi otot

II. Pengaruh beban terhadap kerja otot

1. Buatlah garis dasar 0 yang baru sepanjang mungkin

2. Dengan menggunakan kekuatan rangsang sebesar ad.I.7 buatlah

mekanomiogram pada tromol yang diam. Pencatatan selalu dimulai pada garis

dasar 0 dengan mengatur sekrup penumpu

3. Ulangi perangsangan dan pencatatan, dimulai dengan pembebanan 10 gram,

sehingga dicapai beban maksimum. Setiap kali setelah pencatatan, putarlah

sepanjang 1 cm dan berilah otot istirahat selama 30 detik

4. Hitunglah kerja sediaan otot pada setiap pembebanan yang sdr. Berikan

5. Simpulkan pengaruh beban terhadap kerja otot

Page 12: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

Kesimpulan:

Pada awal pemberian beban, semakin besar beban yang diberikan usaha yang

dihasilkan semakin besar. Tetapi sampai pada batas tertentu pemberian beban

akan menurunkan usaha sebab otot sudah mengalami kelelahan. Semakin besar

beban, semakin rendah kecepatan serat-serat otot memendek.

Pertanyaan:

a) Apa yang dimaksud dengan beban maksimal?

Beban terbesar yang diberikan kepada otot yang tidak bisa dipindahkan otot

lagi

b) Bagaimana sdr. Menghitung besar kerja sediaan otot?

Dengan rumus W= m x g x h

W= usaha/kerja otot

m= massa/berat beban yang diberikan (kg)

g= gravitasi 9,8 m/s2 atau 10 m/s2

h= tinggi/jarak perpindahan beban

Page 13: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

LANDASAN TEORI

Sistem saraf memiliki dua bagian utama, yaitu:

a. Central nervous system (CNS/ sistem saraf pusat)

CNS terletak di bagian tengkorak dan tulang belakang. Terdiri dari dua bagian

utama, yaitu: otak dan sumsum tulang belakang.

b. Peripheral Nervous System (PNS/sistem saraf perifer)

PNS terletak di luar bagian tengkorak dan tulang belakang. Terdiri dari dua bagian

utama, yaitu:

Somatic Nervous System (Sistem saraf Somatis), yang mengatur interaksi tubuh

dengan lingkungan luar. Terdiri dari dua macam saraf, yaitu:

a) Afferent Nerves (saraf aferen), yang membawa input sensoris dari reseptor di

seluruh bagian tubuh, seperti kulit, kuping, mata, dan sebagainya ke CNS.

b) Efferent Nerves (saraf eferen), yang membawa sinyal dari CNS menuju otot-

otot.

Autonomic Nervous System (Sistem SarafOtonom), adalah bagian dari PNS yang

berfungsi mengatur kondisi internal manusia. Sistem Saraf Otonom ini juga

terdiri dari saraf aferen dan eferen. Saraf eferen dalam sistem saraf otonom

terdiri dari:

a) Sympathetic Nerves (saraf simpatetik), yang menstimulasi, mengorganisasi,

dan memobilisasi sumber-sumber energi dalam tubuh untuk menghadapi

situasi yang menakutkan/tidak menyenangkan

b) Parasymphatetic Nerves (saraf parasimpatetik), yang menyimpan energi

dalam tubuh dan bereaksi dalam menghadapi situasi yang menyenangkan

Sinaps dan junctional tranmission

Sinaps adalah struktur yang terdapat diantara neuron. Impuls ditransmisi dari neuron ke

neuron lain dan pada organ tubuh yang berhubungan. Sinaps adalah titik pertautan antara

dua neuron.

Neurotransmitter adalah agen kimiawi yang berperan dalam mentransmisi impuls melalui

sinaps. Neurotransmitter yang bersifat eksitasi adalah acetylcholine, norepinephrine,

dopamine, glutamate, dan histamine. Sedangkan neurotransmitter yang pada umumnya

menginhibisi adalah gamma aminobutyric acid (GABA) pada jaringan otak dan glycine pada

Page 14: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

medula spinalis. Seroronin menghambat dan mengontrol tidur, lapar dan mempengaruhi

kesadaran.

Kurare merupakan racun yang menghambat hantaran rangsangan saraf ke otot rangka.

Toksin utama kurare adalah d-tubocurarine dan antidote nya yaitu acetylcholinesterase

(AchE) inhibitor seperti physostigmine atau neostigmine. AchE inhibitor meningkatkan

jumlah Ach di neuromuskular junction, hasil akumulasi Ach akan menetralkan efek kurare

dengan mengaktivasi reseptor-reseptor yang tidak terblok oleh kadar toxin yang lebih tinggi.

LATIHAN 3

KERENTANAN HUBUNGAN OTOT SARAF TERHADAP KURARE

Tujuan :

Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :

1. Membuat sediaan otot-otot sesuai dengan petunjuk umum praktikum.2. Membedakan sikap, gerakan, dan waktu reaksi seekor katak terhadap berbagai

rangsang sebelum dan sesudah penyuntikan kurare.3. Menerangkan mekanisme kerja prostigmin terhadap katak yang telah diberi kurare.4. Menerangkan pengaruh kurare pada suatu bagian lengkung refleks.5. Menyimpulkan tempat kerja kurare pada sediaan otot-saraf.

Alat dan Binatang Percobaan yang Diperlukan :

1. Pelat kaca + papan fiksasi + beberapa jarum pentul2. Waskom besar yang berisi air3. Tiga ekor katak + penusuk katak + benang4. Stimulator induksi + elektroda perangsang5. Gelas arloji6. Semprit 2 cc + jarumnya7. Larutan ringer8. Larutan tubo-kurarin (dicairkan 1 : 1 dalam ringer)9. Larutan atropin (0,01% dalam Ringer)10. Larutan prostigmin (dicairkan 1 : 1 dalam Ringer)11. Larutan tubo-kurarin 1 % (dari ampul)

Page 15: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

Pengamatan sikap, gerakan, dan waktu reaksi seekor katak terhadap berbagai rangsang, sebelum dan sesudah penyutikan kurare.

Cara Kerja :

1. Mengambil seekor katak dan meletakkan si pelat kaca. Memperhatikan kegiatan binatang tersebut (aktif/pasif). Menghitung frekuensi pernapasan katak per menit.

2. Menelentangkan katak tersebut beberapa kali dan memperhatikan reaksinya (kembali/tidak kembali ke posisi semula).

3. Memasukkan katak ke dalam waskom yang berisi air dan memperhatikan reaksi yang terjadi (dapat berenang/ tidak).

4. Mengeluarkan katak dari air dan menyelidiki rlefeks-refleks nosiseptif dengan cara sebagai berikut :

a. Memegang katak sedemikian rupa sehingga kedua kaki belakangnya tergantung bebas.

b. Merangsang dengan menjepit salah satu telapak kaki katak dengan pinset.c. Menetapkan “waktu reaksi”.

5. Menyuntikan 0.5 cc larutan tubo-kurarin 1 : 1 ke dalam kantong limfe iliakal (di sebelah os coccygis, di bawah kulit). Dalam waktu 15-20 menit setelah penyuntikan tersebut, kemudian mengulangi percobaan 1-4 di atas tadi dan memperhatikan perbagai perbedaan sikap dan reaksinya.

6. Sebelum pernapasan berhenti sama sekali, menyuntik ke dalam kantong limfe iliakal berturut-turut :

a. 0.5 cc larutan Atropin 0.01%b. 1 cc larutan prostigmin 1 : 1

7. Setelah terjadi pemulihan melakukan sekali lagi percobaan 1-4 di atas.

Hasil Pemeriksaan :

SEBELUM SUNTIKAN :

Frekuensi napas : 190x / menit Reaksi terlentang : kembali ke posisi semula Refleks berenang : dapat berenang Refleks nosiseptor : tarikan / detik

SESUDAH SUNTIKAN :

Frekuensi napas : 110x/menit Refleks terlentang : tidak kembali ke posisi semula Refleks berenang : tidak dapat berenang

Page 16: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

Refleks nosiseptor : tidak menarik

SESUDAH PEMULIHAN :

Frekuensi napas : 234x/menit Refleks terlentang : kembali ke posisi semula Refleks rentang : dapat berenang Refleks nosiseptor : tarikan/ 0.5 detik

Kesimpulan :

Sebelum diberi suntikan tubokurarin, katak percobaan memiliki frekuensi napas, refleks terlentang, berenang, dan nosiseptor yang normal. Namun setelah diberi sutikan tubokurarin, katak percobaan mengalami depresi pernapasan dan turunnya reflek terlentang, berenang serta refleks nosiseptor secara perlahan-lahan .

ACh yang dilepaskan dari ujung saraf motorik akan berinteraksi dengan reseptor nikotinik otot (Nm) di endplate pada membran sel otot rangka dan menyebabkan depolarisasi lokal (endplate potensial, EPP) yang bila melewati ambang rangsang (Et) akan menghasilkan potensial aksi otot. Selanjutnya, potensial aksi otot akan menimbulkan kontraksi otot. d-Tubokurarin mempunyai cara kerja yang sama, yaitu menduduki reseptor nikotinik otot (Nm) sehingga menghalangi interaksinya dengan Ach. Akibatnya EPP akan menurun sampai kurang dari 70% tidak mencapai Et sehingga tidak menghasilkan potensial aksi otot dan kontraksi otot tidak terjadi.

Setelah diberi suntikan atropin dan prostigmin keadaan katak kembali seperti semula. Katak kembali bernafas dengan normal dan dapat melakukan refleks-refleks dengan baik.

Prostigmin bersifat kolinergik dan parasimpatik sehingga zat ini dapat merangsang asetilkolin berikatan dengan reseptor di otot sehingga kontraksi kembali terjadi. Namun prostignin memiliki efek samping menghentikan kerja jantung sehingga untuk menetralisir efek samping dari prostigmin diberikan atropine. Atropine bersifat anti-kolinergik dan anti-parasimpatik sehingga efek samping dari prostigmin terhambat.

Page 17: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

II.PENGARUH KURARE TERHADAP SESUATU BAGIAN LENGKUNG REFLEKS

Cara Kerja :

1. Ambil katak lain dan rusaklah otaknya saja tetapi jangan merusak medulla spinalisnya.

2. Bebaskan n. ischiadicus paha kanan3. Ikatlah seluruh paha kanan kecuali n. ischiadicusnya4. Suntikkan 0,5 cc larutan tubo-kurarin 1:1 ke dalam kantong limfe depan dengan

membuka mulut katak cukup lebar dan menusukkan jarum suntik ke dasar mulut ke arah lateral.Periksalah pada kaki yang tidak diikat setiap 5 menit berkurangnya refleks noniseptif dan timbulnya kelumpuhan umum. Bila peristiwa di atas belum terjadi, ulangi suntikan setiap 20 menit.

5. Rangsanglah ujung jari kaki kanan dengan rangsang faradik yang cukup kuat sehingga terjadi “withdrawal reflex”.Catatlah kekuatan rangsang yang digunakan.

6. Rangsanglah ujung jari kaki kiri dengan rangsang faradik yang cukup kuat sehingga terjadi withdrawal refleks. Catatlah kekuatan rangsang yang digunakan.

7. Bebaskan n. Ischiadicus kaki kiri dan buanglah sedikit kulit yang menutupi m. gastrocnemius kanan dan kiri.

8. Tentukan ambang rangsang buka untuk masing-masing n. ischiadicus.9. Tentukanlah ambang rangsang buka untuk masing-masing m. gastrocnemius yang

dirangsang secara langsung.

Hasil Pemeriksaan :

Kontraksi pada kaki yang n. ischiadicusnya dibebaskan lebih kuat dibanding kaki yang n. ischiadicusnya tidak dibebaskan.

Kesimpulan :

Larutan kurare berfungsi sebagai pelemas otot. Kerjanya menghambat reseptor asetilkolin di motor end plate sehingga terjadinya kelumpuhan otot. Pada kaki kanan, dimana n. Ischiadicus diikat dan dibebaskan, larutan kurare tidak menyebar ke otot melalui aliran limfe sehingga kontraksi dianggap normal. Sedangkan pada kaki kiri, dimana n. ischiadicus tidak dibebaskan, kontraksi lebih lemah karena larutan kurare menyebar melalui aliran limfe.

Page 18: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

III. TEMPAT KERJA KURARE PADA SEDIAAN OTOT-SARAF

Tujuan :Menyimpulkan tempat kerja kurare pada sediaan otot-saraf

Cara Kerja :a. Buatlah 2 sediaan otot-saraf (A dan B) dari seekor katak lain dan usahakan agar

didapatkan saraf yang sepanjang-panjangnya.b. Masukkan otot sediaan A dan saraf sediaan B ke dalam gelas arloji yang berisi ½ cc

larutan tubo-kurarin 1%c. Selama menunggu 20 menit basahilah saraf sediaan A dan otot sediaan B dengan

larutan Ringer.

Hasil Pemeriksaan :

ZAT Saraf Otot

Kurare + -

Ringer + +

Kesimpulan :

Kurare merupakan zat kimia yang mengganggu aktivitas neuromuskulus junction dengan menghambat efek ACh, caranya dengan berikatan secara reversible dengan reseptor ACh sehingga ACh tidak dapat bergabung dengan reseptor ACh untuk membuka saluran yang memungkinkan pergerakan ion-ion dan menimbulkan potensial end-plate.

Kurare dapat menghambat EPP apabila diberikan di otot, tetapi bila diberikan pada saraf, kurare tidak mempengaruhi kerja

Page 19: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

LATIHAN 4

KELEMAHAN OTOT SARAF PADA ORANG

TUJUAN:

Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:

1. Mengatur berat beban ergograf-jari2. Mencatat ergogram-jari dengan kecepatan putar tromol yang tepat3. Membedakan ergogram-jari yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja

dengan kelelahan4. Mendesmonstrasikan pebgaruh faktor:

a. Gangguan peredaran darahb. Istirahatc. Message pada kerja jari

5. Menetapkan perubahan warna, suhu kulit, dan berbagai sensasi yang terasa pada keadaan iskemia lengan bawah.

DASAR TEORI:

Kelelahan otot adalah ketidakmampuan otot untuk berkontraksi dan bermetabolisme yang timbul akibat kontraksi otot yang kuat dan lama. Kemampuan otot semakin lama akan menjadi semakin lemah, karena dalam serabut otot kekurangan energi.

Sampai saat ini berlaku dua teori tentang kelelahan otot, yaitu teori kimia dan teori syraf pusat. Teori kimia menjelaskan bahwa terjadi kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot.

Teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi menyebabkan dihantarnya rangasangan syaraf memalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang dan menyebabkan menurunnya kekuatan dan kecepatan kontraksi otot serta gerakan atas perintah menjadi lambat. Sehingga semakin lambat gerakan seseorang menunjukkan semakin lelah kondisi seseorang.

Page 20: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

Alat yang diperlukan:

1. kimograf, kertas, perekat, sayap kimograf dengan berbagai ukuran2. manset sfigmonanometer3. ergogram4. metronome (frekuensi 1 detik)

I. Kerja Steady-State

Tata kerja

1. Pasang semua alat sesuai gambar2. Sambil dicatat, lakukan satu tarikan tiap 4 detik menurut irama alat yang

diperdengarkan di ruang praktikum sampan setengah putaran tromol. Setiap kali setelah melakukan tarikan, lepaskan segera jari saudara dari pelatuk kembali ke tempat semula.

II. Pengaruh Gangguan Peredaran Darah

Tata kerja

1. Pasang manset sfignomanometer pada lengan-atas kanan orang percobaan yang sama

2. Sebagai latihan beberapa kalo oklusi pembuluh darah lengan atas dengan jalan memompa manset dengan cept sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba lagi.

3. Dengan manset tetap terpasang koma, tetapi tanpa oklusi lakukan 12 kali tarikan dengan frekwensi 1 tarikan tiap 4 detik sambil dicatat dengan kimograf.

4. Tanpa menghentikan tromol, pada tarikan ke-13, mulailah memompa manset dengan cepat sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba lagi. Selama pemompaan orang percobaan tetap melakukan percobaan.

5. Berilah tanda pada kurve pada denyut nadi arteri radialis tidak teraba lagi6. Setelah terjadi kelelahan total turunkan tekanan di dalam manset sehingga

peredaran darah pulih kembali7. Dengan frekwensi yang sama teruskan tarikan dan pencatatan, sehingga pengaruh

factor oklusi tidak terlihat lagi.

III. Pengaruh istirahat dan massage

1. Latihan ini dilakukan oleh orang percobaan lain2. Besarkan beban ergograf sampai hampir maksimal3. Sambil dicatat lakukan 1 tarikan tiap 1 detik sampai terjadi kelelahan total, kemudian

hentikan tromol4. Berilah istirahat selama 2 menit. Selama istirahat, lengan tetap dibiarkan diatas meja5. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang kira-kira 2 cm, jalankan kimograf

dan lakukan kembali tarikan dengan frekwensi dan beban yang sama sampai menjadi kelelahan total. Kemudian hentikan tromol

Page 21: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

6. Berilah istirahat 2 menit lagi. Selama masa istirahat ini lakukan massage pada lengan OP

7. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang 2 cm, jalankan kimograf dan lakukan kembali seperti ad.5

8. Bandingkan ke 3 ergogram yang saudara peroleh, analisa hasilnya

IV. Rasa nyeri, perubahan warna, dan suhu kulit akibat iskemi

1. Latihan ini dilakukan oleh orang percobaan lai tanpa pencatatan2. Pasanglah manset pada lengan atas OP dan berikan pembebanan yang cukup berat

sehingga penarikan hanya akan memperlihatkan penyimpangan ujung pencatatan yang kecil saja

3. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan kanan bawah OP4. Lakukan 1 tarikan tipa 1 detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi kelelahan total

atau sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahan5. Hentikan tindakan oklusi segera setelah OP merasa nyeri yang hebat sekali.

Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah OP

Page 22: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

HASIL PERCOBAAN

Percobaan 1 (grafik terlampir)

Percobaan 2 (grafik terlampir)

Percobaan 3 (gambar terlampirkan)

Mendapat oklusi

Page 23: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

Pada percobaan ketiga, seharusnya setelah di massage ada peningkatan kerja otot kembali seperti pertama kali digunakan krn peredaran darah kembali dilancarkan, namun dalam percobaan mungkin ada kesalahan dalam teknik massage sehingga menunjukkan grafik yg demikian.

Percobaan 4

Tangan yg mendapat oklusi (pembendungan oleh manset) warnanya menjadi biru dan suhu menurun serta perasaan nyeri. Begitu tekanan diturunkan, manset dilepas, warna tangan menjadi merah karena ada aliran darah kembali.

KESIMPULAN

Percobaan 1

Ketika otot berkontraksi, akan ada penumpukan asam laktat akibat pemecahan glikogen (gula otot) menjadi sumber energi (ATP). Namun dengan adanya waktu istirahat selama 4 detik, otot akan mendapatkan supply oksigen sehingga penumpukan asam piruvat akan dapat diuraikan kembali mjd sumber energi dan otot dapat pulih kembali seperti semula.

Percobaan 2

Peredaran darah yg tdk lancar akan mempercepat terjadinya kelelahan otot. Pemompaan manset pd lengan akan mengakibatkan pembendungan aliran darah ke ekstremitas sehingga supply darah yg mengandung nutrisi dan oksigen tidak ada. Akibatnya, asam laktat (penumpukan pd saat kontraksi) tidak dapat diubah kembali menjadi glukosa sehingga kelelahan terjadi lebih cepat

Percobaan 3

Kerja fisik akan menimbulkan akumulasi asam laktat, namun dengan adanya pemijitan, otot menjadi lemas dan pembuluh darah di dalamnya melebar sehingga lebih banyak oksigen dan nutrisi tersedia untuk jaringan otot. Asam laktat dapat dipecah kembali menjadi glukosa bila terdapat cukup oksigen sehingga dapat dipakai kembali oleh tubuh menjadi sumber energi yg baru (ATP).

Page 24: Laporan Praktikum Faal Kelompok 10

Percobaan 4

Penumpukan asam laktat dalam otot akan mengiritasi saraf yg menyebabkan rasa nyeri pada otot. Vasokontriksi pembuluh darah akan menyebabkan perubahan warna pd kulit. Suhu yg menurun disebabkan peredaran darah tidak mengalir dengan lancar.

PERTANYAAN :

1. Apa yg dimaksud dengan kerja steady state?2. Mengapa terjadi kelelahan?3. Apa tujuan massage? Bagaimana cara melakukannya? Bagian mana dari lengan yang

di massage?

1. Kerja steady state adalah kerja otot yang tidak dipengaruhi oleh beban apapun seperti pemompaan manset sehingga selama selang waktu tertentu kemampuan kontraksi otot tidak berkurang karena ada proses pemulihan

2. Kelelahan terjadi karena pada saat otot berkontraksi, glukosa akan dipecah menjadi ATP dan asam laktat. Penimbunan asam laktatlah yang akan menimbulkan kelelahan pada otot.

3. Tujuan massage adalah agar otot menjadi lemas dan pembuluh di dalamnya melebar sehingga lebih banyak oksigen dan nutrisis tersedia untuk jaringan otot, dengan demikian dapat mengurangi penumpukan asam laktat sehingga otot akan kembali dlm keadaan relaksasi

Dengan melakukan pemijatan dari arah lengan atas ke lengan bawah. Bagian yang menjauhi jantung (ke distal lengan) dipijat lebih keras, sedangkan bagian yang mengarah ke jantung (ke proksimal lengan) dipijat lebih lembut.

Bagian lengan atas sampai lengan bawah