Laporan Praktikum Biokimia Umum-Lipid
-
Upload
muhammad-andhika-nur -
Category
Documents
-
view
79 -
download
1
description
Transcript of Laporan Praktikum Biokimia Umum-Lipid
Laporan Pratikum Hari/tanggal : Rabu / 27 Maret 2013Biokimia Umum Waktu : 08.00-11.00 WIB
PJP : dr. Husnawati, S. Ked. Asisten : Sari Yuniarini
Desy Emalia Andi Arya Fajar A. Edwin Afitriansyah
LIPIDKelompok VI
Bong Ai Yin B04128001Muhammad Andhika Nur B04120146Fauzi Abdurrahman Munggaran B04120140Ulfa Miranda Damanik B04120134
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2013
PENDAHULUAN
Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat menunjukan sifat
dan struktur lipid melalui uji-uji kualitatif dan mempelajari sifat-sifat lipid melalui
beberapa reaksi uji kualitatif.
Teori
Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi
endotermal rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfilik, artinya lipid mampu
membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam
lingkungan basah. Berdasarkan jenis grup penyusunnya, lipid dapat dibedakan
menjadi 8 kategori yaitu asam lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid, sphingolipid,
saccarolipid, dan poliketida. Lipid memang tidak dapat larut di dalam air, tetapi
dapat larut dalam pelarut organik non polarseperti suatu hidrokarbon atau dietil
eter.
Istilah lipid sering disinonimkan dengan asam lemak, meskipun asam
lemak adalah subgrup lipid yang disebut trigliserida (trigliserol). Lemak terbentuk
dari satu gliserol yang mengikat 3 asam lemak. Molekul gliserol memiliki 3 gugus
hidroksil (OH-). Asam lemak memiliki gugus karboksil (COOH-). Pada
trigliserida, gugus hidroksil bergabung dengan gugus karbonil dan membentuk
ikatan ester.
Berikut adalah skema pembuatan asam lemak sekaligus strukturnya
Lipid dibagi dalam dua golongan besar, yaitu lipid sederhana dan dan lipid
gabungan. Lipid sederhana adalah senyawa ester yang diperoleh dari gabungan
asam lemak dan gliserol. Contohnya minyak dan lilin. Lipid gabungan adalah
lipid sederhana yang yang mempunyai gugus tambahan seperti P dan N. Contoh :
Fosfolipid atau fosfomyelin.
Berdasarakan sifat kimianya, lipid terbagi menjadi dua. Pertama, lipid
yang dapat disabunkan, contohnya lemak dan minyak. Kedua, lipid yang tidak
dapat disabunkan, contohnya steroid.
METODE PRAKTIKUM
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Departemen
Biokimia yang terletak di Fakultas Peternakan Lantai 5. Praktikum dimulai dari
jam 08.00 s.d. 10.30. Alat yang digunakan antara lain : Tabung reaksi, pipet mohr,
pipet tetes, batang pengaduk, dan labu erlenmeyer. Sementara bahan-bahan yang
akan pada metode setiap uji.
Uji Kelarutan
Masukkan 2 ml pereaksi ke dalam tabung reaksi yang bersih. Kemudian
bubuhkan sedikit bahan percobaan ke dalam tabung yang sudah bersih pelarut.
Lalu kocok isi tabung kuat-kuat dan amati kelarutannya. Pelarut yang digunakan
adalah air, ether 95%, kloroform, alkali, dan asam encer. Bahan percobaan yang
digunakan adalah minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, dan
asam stearat.
Uji Akrolein
Masukkan sedikit kristal KHSO4 ke dalam tabung yang bersih dan kering.
Kemudian, bubuhkan 3 sampai 4 tetes bahan percobaan. Lalu panaskan langsung
diatas api, mula-mula dengan api kecil. Setelah itu perhatikan bau akrolein yang
terbentuk yang berupa asap putih. Bandingkan bau akrolein dengan bau SO2 yang
terbang dari karbohidrat yang dipanaskan.
Uji Ketidakjenuhan
Masukkan kira-kira 1 ml bahan ercobaan dalam tabung bersih. Kemudian
Tambahkan kloroform sama banyak, kocok sampai semua bahan larut. Lalu
bubuhkan tetes demi tetes pereaksi Jod Hubl sambil dikocok dan amati perubahan
yang terjadi.
Uji Ketengikan
Masukkan 5 ml bahan percobaan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml.
Kemudian tambahkan 5 ml HCl pekat, campurkan hati-hati. Lalu masukkan
serbuk CaCO3, segera ttutup sengan sumbat karet yang dijepitkan kertas
floroglusinol sehingga kertasnya tergantung. Biarkan 10-20 menit. Amati
perubahan warna yang terjadi pada kertas tersebut. Bila terjadi warna merah muda
berarti bahan tersebut tengik.
Uji Salkowski
Dalam tabung reaksi yang bersih dan kering, lerutkan beberapa miligram
kolesterol di dalam 3 ml kloroform anhidrat. Lalu tambahkan asam sulfat pekat
dengan volume yang sama, kocok tabung perlahan-lahan. Biarkan lapisan cairan
terpisah. Amati warna yang terjadi
Uji Lieberman
Ke dalam larutan-larutan kolesterol dan koloroform (dari percobaan
salkowski) tambahkan 10 tetes asam asetat anhidrat dan dua tetes asam sulfat
pekat. Kocok perlahan-lahan dan biarkan beberapa menit.
HASIL PERCOBAAN
Uji Kelarutan
No PelarutBahan Uji
Minyak Kelapa
Lemak Hewan Mentega Margarin Gliserol Asam
Stearat1 Air - - - - - -2 Eter + + + + - +3 Kloroform + + + + - +4 Alkohol - - - - + -5 Asam
Encer - - - - +++ -
Keterangan:+++ : sangat larut++ : larut+ : sedikit larut- : tidak larut
Uji Akrolein
No Bahan Uji HasilAsap Bau
1 Minyak kelapa - ++2 Lemak hewan - ++3 Gliserol ++ ++4 Asam stearate + -5 Pati + +
Keterangan:++ : ada asap / bau minyak dibakar+ : sedikit asap / bau gosong- : tidak ada asap / tidak ada bau
Uji KetidakjenuhanNo.
Bahan Uji Hasil Keterangan
1 Minyak kelapa + Merah muda2 Minyak kelapa tengik - Putih3 Lemak hewan - Putih4 Mentega + Merah kekuningan5 Blue band + Merah oranye6 Asam Oleat - Putih
Keterangan: (+): Jenuh (-): Tidak jenuh
Uji KetengikanNo.
Sampel Hasil Warna kertas floroglusinol
1 Minyak kelapa tengik + Merah2 Minyak kelapa + Merah muda3 Lemak hewan - Putih4 Mentega + MerahKeterangan: (+): Tengik
(-): Tidak tengik
Uji Salkowski dan Lieberman BurchadSampel Uji Keterangan
Salkowski Lieberman Burchad Salkowski Lieberman BurchadKolesterol + + Terbentukcin
cinmerahTerbentukcincinhijau
PEMBAHASAN
Uji Kelarutan
Umumnya, zat yang polar dapat larut dalam pelarut yang bersifat polar,
namun tidak dapat larut dalam pelarut nonpolar. Begitu juga sebaliknya. Hal ini
dikarenakan adanya momen dipol pada zat atau pelarut sehingga dapat berikatan
dan berinteraksi dengan sesamanya. Sedangkan pada pelarut nonpolar tidak
memiliki momen dipol, sehingga tidak bisa berinteraksi dengan zat yang polar,
jadi tidak dapat larut. Derajat kelarutan lipid dapat ditentukan dengan pengamatan
langsung. Zat polar lebih mudah larut dalam pelarut polar daripada dalam pelarut
nonpolar, begitu juga sebaliknya. Lipid merupakan molekul senyawa organik
yang pada umumnya bersifat nonpolar, maka lipid lebih mudah larut dalam
pelarut-pelarut nonpolar seperti kloroform, eter, benzena, aseton, petroleum eter,
dan lain-lain (Poedjiaji 1994).
Prinsip uji kelarutan adalah ada tidaknya residu yang tertinggal. Hasil
percobaan yang diperoleh menunjukkan bahwa semua bahan percobaan
menghasilkan resedu ketika dilarutkan dalam air. Hal ini karena air bersifat polar
sedangkan lipid bersifat non polar. Namun, gliserol walaupun termasuk lipid,
seharusnya dapat larut dalam air karena memiliki gugus –OH yang dapat
berikatan hydrogen dengan molekul air dan alkohol. Selanjutnya, pada pelarut
kloroform dan eter, semua bahan uji kecuali gliserol larut dalam kedua pelarut
tersebut. Hal ini terjadi karena kloroform dan eter memiliki polaritas yang rendah
(nonpolar), sehingga dapat melarutkan bahan-bahan tersebut. Pada percobaan
dengan pelarut alkohol dan asam encer, didapati hasil yang larut hanya gliserol.
Hal ini karena gliserol memiliki gugus –OH.
Uji Akrolein
Akrolein ialah propenal yang berbau tajam, tidak sedap, dan spesifik,
seperti bau minyak goreng yang dibakar. Akrolein terbentuk apabila gliserol atau
atau suatu lemak dipanaskan kuat dengan suatu dehidrator (Poedjiaji 1994).
Gliserol pada percobaan sebagai kontrol positif, sedangkan pati adalah kontrol
negatif. Berdasarkan tabel diatas, kecuali asam stearate, keempat bahan uji
menunjukkan adanya bau, padahal seharusnya asam stearate pun menghasilkan
bau karena mengandung gliserol. Bau gliserol berbeda dengan CO2 dari
karbohidrat. Gliserol berbau seperti lemak yang dibakar, sedangkan CO2 dari
karbohidrat berbau gosong. Bau yang timbul pada gliserol disebabkan oleh
terbentuknya akrolein, sehingga keberadaan akrolein mudah diketahui. Beberapa
bahan uji mengalami dehidrasi yang ditandai dengan munculnya asap putih.
Namun, hasil percobaan terbalik, seharusnya yang menunjukkan hasil positif
hanya pada bahan uji minyak kelapa dan lemak hewan. Ketidaksesuaiaan pada
percobaan uji akrolein ini dapat disebabkan karena pemanasan yang tidak
sempurna.
Uji Ketidakjenuhan
Asam lemak tidak jenuh mempunyai ikatan rangkap yang dapat diadisi
oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan ini, pereaksi Iod Hubl berfungsi
mengoksidasikan asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap memjadi ikatan
tunggal. Iod dalam pereaksi ini memutuskan ikatan rangkap pada asam lemak dan
menggantikan posisi dari ikatan rangkap. Warna merah yang semakin pudar pada
larutan bahan percobaan menunjukkan bahwa asam lemak tidak jenuh telah
mereduksi pereaksi Iod Hubl. Jika warna merah pada larutan percobaan tidak
hilang, ini menunjukkan bahwa bahan percobaan tersebut merupakan asam lemak
jenuh yang tidak mempunyai ikatan rangkap.
Pada uji ini, ternyata hanya asam oleat yang termasuk dalam asam lemak
tidak jenuh. Hal ini dapat dilihat dari warna merah larutan yang menjadi pudar.
Sebaliknya, bahan percobaan yang lain semuanya termasuk dalam asam lemak
jenuh karena warna merahnya tetap dan tidak menjadi pudar.
Uji Ketengikan
Minyak atau lemak menjadi tengik karena oksidasi. Ketengikan minyak
atau lemak menunjukkan bahwa kebanyakan golongan trigliserida teroksidasi oleh
oksigen di udara bebas. HCl yang dicampurkan ke dalam larutan percobaan
menyumbang ion-ion hydrogen yang dapat memecahkan unsur lemak dan
terbentuk lemak radikal bebas dan hidrogen radikal bebas ketika bereaksi dengan
serbuk CaCO3. Hasilnya, terbentuk molekul-molekul peroksida. Dalam uji ini,
pembentukan warna merah muda yang dihasilkan oleh kertas floroglusinol
menunjukkan bahwa bahan percobaan tersebut telah menjadi tengik. Terjadinya
warna merah muda karena terjadinya reaksi antara floroglusinol dengan molekul
oksigen yang mengoksidasikan minyak atau lemak. Kertas floroglusinol berfungsi
sebagai penampak bercak. Dari hasil percobaan ini, terdapat bahwa minyak kelapa
dan lemak hewan tidak tengik karena kertas floroglusinol berwarna putih,
sedangkan pada minyak kelapa tengik dan mentega terbentuk warna merah muda.
Uji Salkowski
Uji Salkowski merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesterol, maka lapisankolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh 2008).
Uji Lieberman BuchardUji Lieberman Buchard merupakan uji kuantitatif untuk
kolesterol. Prinsip uji ini adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat pekat ditambahkan.Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yangmengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif (WikiAnswers 2008). Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua.
Simpulan
Dari beberapa bahan percobaan yang digunakan, dapat disimpulkan gliserol bukan merupakan bahan yang mengandung Lipid. Dan lipid mampu larut dalam eter dan kloroform.
DAFTAR PUSTAKA
D Firda. 2011. Analisis lipid. [terhubung berkala]. http://www.slideshare.net/firdaD/analisislipid (1 April 2013)
Poedjiaji A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta :UI Press.
Samosir Jerisco. 2010. Uji Kelarutan, Uji Ketidakjenuhan , Uji Akrolein, Uji Kolesterol. [terhubung berkala]. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2089454-uji-kelarutan-uji-ketidakjenuhan-uji/ (1 April 2013)