Laporan PK Kelompok 5 HematoOnko 2015 FIX
-
Upload
andi-ferdy-saputra -
Category
Documents
-
view
36 -
download
0
description
Transcript of Laporan PK Kelompok 5 HematoOnko 2015 FIX
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Patologi Klinik adalah ilmu kedokteran yang mempelajari metode,
teknik dan interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium, atas berbagai bahan dari
pasien (darah, urin, tinja, cairan tubuh dan lain-lain) dengan tujuan untuk
menunjang/ menegakkan diagnosis, menyingkirkan diagnosis, menentukan
perjalanan penyakit, dan pemeriksaan penyaring.1
Tes hematologi merupakan pemeriksaan laboratorium yang sering diminta
karena merupakan salah satu pemeriksaan penyaring dan dapat membantu
menegakkan diagnosis serta memantau penanganan pasien. Dalam Tes hematologi
dilakukan pengambilan darah. 1,2
Pengambilan darah di laboratorium sering diasumsikan dengan nama
flebotomi. Flebotomi (bahasa inggris: phlebotomy) berasal dari kata Yunani phleb
dan tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris/
memotong (cutting). Dahulu dikenal istilah venasectie (Belanda), venesection atau
venisection (Inggris). Jadi tidaklah tepat karena flebotomi sebenarnya diarahkan
pengambilan darah dengan cara vena seksi (vena section) dan tidak sempit
maknanya juga karena mencakup darah vena, kapiler dan darah arteri. 2
Pengambilan darah umumnya adalah spesimen darah yang berasal dari vena
dan kapiler, Pengambilan darah selain bertujuan mengambil darah secara aman,
juga harus memperhatikan etika dalam berkomunikasi dengan pasien, oleh sebab
itu perlunya penjelasan petugas kepada pasien agar pasien merasa tenang saat
akan dilakukan pengambilan darah. Petugas pengambilan darah pun harus
menggunakan alat pelindung diri, agar terlindung dari resiko penularan penyakit
infeksi melalui darah.2,3
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil
metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo atau hemato
yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.4,5
Darah merupakan salah satu cairan yang sangat penting yang juga sebagai
cairan terbesar dalam tubuh. Darah yang diedarkan melalui pembuluh darah, yang
banyaknya pada orang dewasa kurang lebih 5 liter ini, dapat mengalir karena
kinerja pompa jantung. Darah dialirkan keseluruh tubuh karena fungsinya yang
khusus yaitu sebagai sistem transportasi. Darahlah yang berjasa membawa
oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain fungsi utamanya
sebagai pembawa dan pengedar oksigen dan nutrisi bagi tubuh, darah juga
berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh dengan
menjaga Ph tetap seimbang dan sebagai bagian dari sistem perlindungan tubuh
karena di dalam darah juga terdapat leukosit atau sel darah putih yang berperan
dalam sistem imun tubuh.4,6
Darah agak lebih sedikit kental dan lengket dibandingakan air. Darah
manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah
tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh
hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi
dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul
oksigen.6
Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada
lokasi luka oleh spsasme pembuluh darah, adhesi, trombosit dan keterlibatan aktif
faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi
trombosit dan aktivitas jalur koagulasi. Fungsi utama mekanisme koagulasi adalah
menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam
sirkulasi dengan baik, serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic
thrombus pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular
injury).4,6
1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 Bleeding Time (BT)
Untuk mengetahui aktivitas pembekuan darah.
1.2.2 Clotting Time (CT)
Untuk mengetahui aktivitas faktor pembekuan darah terutama yang
membentuk tromboplastin dan faktor pembentuk trombosit.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bleeding TimeBleeding time (masa pendarahan) Terjadinya perdarahan berkepanjangan
setelah trauma superfisial yang terkontrol, merupakan petunjuk bahwa ada
defisiensi trombosit. Masa perdarahan memanjang pada kedaan
trombositopenia (<75.000 mm3), penyakit Von Willbrand, sebagian besar
kelainan fungsi trombosit dan setelah minum obat aspirin.
Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu
tersumbat oleh trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan menutupi luka,
terjadilah pembekuan dan fibrin yang terbentuk akan mencegah perdarahan yang
lebih lanjut. Pada tes ini darah yang keluar harus dihapus secara perlahan-lahan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak trombosit. Setelah trombosit menumpuk
pada luka, perdarahan berkurang dan tetesan darah makin lama makin kecil.
Ada beberapa cara untuk melakukan bleeding time yaitu:
1. Metode ivy
Metode Ivy adalah format tradisional untuk tes ini. Dalam metode Ivy,
tekanan darah manset ditempatkan di lengan atas dan meningkat sampai 40
mmHg. Sebuah pisau bedah atau pisau bedah yang digunakan untuk melakukan
tusukan luka di bagian lengan bawah. Perangkat, pisau otomatis pegas paling
umum digunakan untuk membuat potongan berukuran standar.Kawasan ditikam
dipilih sehingga tidak ada vena superfisialis. Ini pembuluh darah, karena ukuran
mereka, mungkin kali pendarahan lagi, terutama pada orang dengan pendarahan
cacat. Waktu dari ketika luka menusuk dibuat sampai pendarahan semua telah
berhenti diukur dan disebut waktu perdarahan (Bleeding Time). Setiap 30 detik,
handuk kertas digunakan untuk membersihkan dari darah. Tes ini selesai ketika
pendarahan telah berhenti sepenuhnya. Nilai normal untuk bleeding time adalah 1-
6 menit. Tes bleeding Time di lakukan untuk mengetahui aktivitas pembekuan
darah dan mendiagnosa masalah pendarahan.
2. Metode Duke
Untuk metode Duke, dibuat di kuping telinga atau ujung jari yang ditusuk
untuk menyebabkan perdarahan. Metode Duke menggunakan lanset steril, dengan
lokasi di cuping telinga 1 luka standar, dan memiliki waktu pendarahan normal 1-
3 menit. Dengan metode ini, pasien ditusuk dengan jarum atau pisau bedah
khusus, terutama pada cuping atau ujung jari, setelah swabbed dengan alcohol.
Tusukan adalah sekitar 3-4 milimeter. Tiap 30 detik selanjutnya, hisap tetesan
darah dengan kertas saring. Metode ivy menggunakan lanset steril/ template
tensimeter 40mmHg, dengan lokasi di volar lengan bawah 2 luka standar (6×1
mm, jarak 1 cm), dengan waktu pendarahan normal yaitu 1-7 menit. Seperti dalam
metode Ivy, tes ini waktunya dari awal pendarahan sampai pendarahan benar-
benar berhenti. Kerugian dengan metoda Duke adalah bahwa tekanan pada vena
darah di daerah menusuk tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang dapat
diandalkan. Keuntungan dengan metode Duke adalah bahwa bekas luka tidak
tetap setelah ujian. Metode lain dapat menyebabkan bekas luka, garis rambut kecil
di mana luka tersebut dibuat. Namun, ini adalah sebagian besar perhatian
kosmetik. Tidak ada persiapan khusus yang dibutuhkan pasien untuk tes ini.
daerah yang akan ditusuk harus dibersihkan dengan alkohol. Alkohol harus
ditinggalkan di kulit cukup lama untuk membunuh bakteri pada tempat luka.
Alkohol harus dikeluarkan sebelum menusuk lengan karena alkohol akan
berdampak buruk hasil tes oleh pembekuan menghambat. Nilai normal: 1-3 menit
dgn batas toleransi 3-6 menit.
2.2 Clotting Time
Tes masa masa pembekuan menurut Lee-White merupakan tes yang
paling tua dan kurang ketelitiannya. Tes ini mengukur waktu yang diperlukan oleh
darah lengkap untuk membeku di dalam tabung. Metode Lee-White menggunakan
4 tabung masing-masing terisi 1 ml darah lengkap, diinkubasi dalam suhu 370C.
Tabung perlahan-lahan dimiringkan setiap 30 detik supaya darah bersentuhan
dengan dinding tabung sekaligus melihat sudah terjadinya pembekuan. Darah
normal membeku 4-10 menit dalam suhu 370C. Uji ini menentukan lamanya
waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku. Hasilnya menjadi ukuran aktivitas
faktor-faktor koagulasi, terutama faktor-faktor yang membentuk tromboplastin
dan faktor-faktor yang berasal dari trombosit, juga kadar fibrinogen. Defisiensi
faktor pembekuan dari ringan sampai sedang belum dapat dideteksi dengan
metode ini, baru dapat mendeteksi defisiensi faktor pembekuan yang berat.
Masa pembekuan digunakan untuk menilai faktor-faktor pembekuan
darah, khususnya faktor pembentuk tromboplastin dan faktor trombosit, serta
kadar fibrinogen. Ada 2 cara pemeriksaan yang lazim digunakan yaitu modifikasi
cara Lee dan White serta cara Duke.
Koagulasi atau pembekuan darah adalah transformasi darah dari cairan
menjadi gel padat. Pembentukan suatu bekuan di atas sumbat trombosit
memperkuat dan menunjang sumbat, memperkuat tambalan yang menutupi
lubang dipembuluh. Sealin itu, seiring dengan memadatnya darah disekitar defek
pembuluh, darah tidak lagi dapat mengalir. Koagulasi adalah mekanisme
hemostatik tubuh yang paling kuat, dal hal ini diperlukan untuk menghentikan
perdarahan dari semua defek kecuali defek kecil.
Langkah terakhir dalam pembentukan bekuan adalah perubahan
fibrinogen, suatu protein plasma besar yang larut dan dihasilkan oleh hati serta
dalam keadaan normal selalu terdapat diplasma, menjadi fibrin, suatu molekul
berbentung benang yang tidak larut. Perubahan menjadi fibrin ini dikatalisasi oleh
enzim thrombin ditempat pembuluh yang mengalami cedera.
Molekul fibrin melekat ke permukaan pembuluh yang rusak, membentuk
struktur mirip jaring longgar yang menangkap unsur-unsur sel darah. Massa yang
terbentuk atau bekuan darah, biasanya tampak merah karena banyaknya sel darah
merah yang terperangkap, tetapi dasar dari bekuan tersebut adalah fibrin yang
berasal dari plasma, kecuali trombosit, yang berperan penting dalam mengubah
fibrinogen menjadi fibrin, pembekuan darah dapat berlangsung tanpa kehadiran
unsur sel lain dalam darah.
Jaringan fibrin awal bersifat lunak karena jalinan yang dibentuk oleh serat-
serat fibrin tersebut bersifat longgar. Namun, antara serat yang berdekatan segera
terbentuk ikatan kimia yang memperkuat dan menstabilkan jarring bekuan
tersebut.
2.2.1 Faktor-Faktor Pembekuan Darah
Masa pembekuan normal adalah 9-15 menit. Masa pembekuan melebihi 20 menit
menunjukkan abnormalita
Gambar 2.1 Faktor-faktor pembekuan darah
Faktor yang mempengarhi pembekuan darah yaitu :
1. Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein
plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini
menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau
hypofibrinogenemia.
2. Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan
diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan
mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin
kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan
hypoprothrombinemia.
3. Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber
yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin
penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di
Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
4. Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase
pembekuan darah.
5. Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan
panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di
intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan
prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal,
mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut
parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator
globulin.
6. Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V,
tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.
7. Faktor VII
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan
panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh
kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X.
Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau
diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam
kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor
akselerator dan stabil.
8. Faktor VIII
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif
labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam
konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X.
Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga
antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
9. Faktor IX
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah
aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor
Natal dan faktor antihemophilic B.
10. Faktor X
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan
mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan,
membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut
prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk
trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik.
Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga
thrombokinase.
11. Faktor XI
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat
dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX.
Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.
12. Faktor XII
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak
dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari
koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan
kecenderungan trombosis.
13. Faktor XIII
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah
fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut
dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah.
Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic.
Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga
disebut transglutaminase.
Gambar 2.2 Mekanisme hemostasis (pembekuan darah)
Gambar 2.3 Peran trombosit (platelet) dalam proses pembekuan darah
Gambar 2.4 Benang-benang fibrin yang berperan dalam proses pembekuan
darah
3. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
a. Clotting Time : Spuit 3 cc + jarum, torniqet, tabung rekasi, rak tabung
rekasi, stopwatch.
b. Bleeding Time : Lancet, manset sphygmomanometer, stopwatch.
3.2 Bahan
a. Clotting Time : Darah dari hasil pengambilan darah, kapas alkohol,
handscun, masker dan alkohol.
b. Bleeding Time : Tetesan darah dari hasil penusukan dengan menggunakan
lancet, kertas saring, kapas alkohol, handscun, masker dan
alkohol.
4. CARA KERJA
4.1 Bleeding Time
1. Memasang manset sphygmomanometer pada lengan atas dan bersihkan
daerah lengan bawah dengan alkohol.
2. Memompa manset sampai tekanan 40 mmHg dan pertahankan tekanan
selama prosedur pemeriksaan.
3. Meregangkan kulit di daerah yang telah dibersihkan dengan alkohol, buat
tusukan dengan disposable blood lancet, hati-hati jangan sampai mengenai
vena superficial.
4. Menjalankan stopwatch dan hisap darah yang keluar menggunakan kertas
saring setiap 30 detik. Kertas saring tidak boleh menyentuh luka secara
langsung.
5. Pemeriksaan berhenti jika tidak ada lagi darah yang terhisap oleh kertas
saring. Tetesan terakhir biasanya merupakan campuran antara sel darah
merah dan serum. Catat waktu pada saat ini.
6. Melepaskan manset, bersihkan luka dan tutup dengan plester.
4.2 Clotting Time
1. Menyiapkan 4 buah tabung reaksi dengan ukuran yang sama besar dan
letakkan di rak tabung.
2. Menyiapkan tourniqet, kapas alkohol, dan jarum suntik 3cc untuk
mengambil darah vena.
3. Memasang tourniqet di lengan atas OP yang hendak diambil darahnya,
kemudian disinfeksi menggunakan kapas alkohol di fossa mediana cubiti.
4. Darah vena OP diambil sebanyak 3 mL, stopwatch segera dihidupkan saat
darah tampak di dalam jarum dan stopwatch tetap dihidupkan sampai selesai
percobaan. Ketika darah sudah selesai diambil maka lepaskan tourniqetnya
dan tutup bekas suntikan menggunakan kapas dan plester.
5. Darah pasien yang telah diperoleh dituangkan ke dalam setiap tabung tanpa
melepas jarum suntiknya.
6. Tabung 1 mulai diamati. Setiap selang waktu 30 detik, angkat tabung keluar
dari rak dalam posisi tegak lurus, lalu miringkan tabung dan perhatikan
apakah darah masih mengalir atau sudah membeku.
7. Melakukan hal tersebut berulang tiap 30 detik sampai darah membeku pada
tabung ke-1. Catat hasilnya. Lalu lanjutkan ke tabung 2, 3, dan 4. Jika
percobaan sudah selesai sampai tabung ke-4, segera matikan stopwatchnya.
8. Rata-rata waktu pembekuan dari tabung 2, 3, dan 4 dicatat sebagai clotting
time. Nilai normal clotting time adalah 9-15 menit.
5. HASIL
5.1 Bleeding Time
Gambar 5.1 Hasil Bleeding Time
5.2 Clotting Time
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4
8 menit 13 menit 30 detik 21 menit 22 menit
Tabung 2 + Tabung 3 + tabung 4 = 13.30’ + 21.00’ + 22.00’
= 56 menit 30 detik
56 menit : 3 = 18,6 menit
30 detik : 3 = 10 detik
Sisa = 0,6 x 60
= 40,2 + 10
= 50,2
Jadi, hasil yang didapat adalah 18 menit 50 detik.
6. PEMBAHASAN
6.1 Bleeding Time
30 detik pertama
30 detik kedua
Waktu perdarahan (Bleeding Time, BT) untuk mengetahui lamanya tubuh
untuk menghentikan perdarahan. Pemeriksaan ini untuk mengetahui jumlah dan
kualitas trombosit dalam melakukan proses pembekuan darah. Dalam keadaan
normal, pembekuan darah akan memerlukan waktu 1-3 menit. Dari hasil yang
didapatkan di praktikum pada probandus pertama didapatkan bleeding time yaitu
60 detik (1 menit) dan dinyatakan normal.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian di laboratorium
adalah metode yang digunakan kurang tepat, teknik perlukaan kurang tepat,
tetesan darah tidak benar-benar terisap dengan sendirinya pada kertas saring
karena kertas menyentuh kulit secara langsung. Hal ini dapat merusak partikel
fibrin sehingga memperlama waktu perdarahan.
6.2 Clotting Time
Berdasarakan praktikum yang telah dilakukan tes Clotting Time (CT)
dilakukan untuk mengetahui aktivitas faktor pembekuan darah terutama yang
membentuk tromboplastin dan faktor pembentuk trombosit. Nilai waktu normal/
range untuk clotting time yaitu dari 9 sampai 15 menit. Dari hasil data praktikum
yang telah dilakukan diperoleh waktu CT probandus yaitu 22 menit. Pada
probandus ini diketahui bahwa waktu CTnya diluar waktu normal yaitu 9 sampai
16 menit. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi CT menjadi abnormal yaitu :
1. Volume darah yang keluar dari tubuh, sedikit atau banyak, bila banyak bisa
jadi waktu untuk CT akan lebih lama dari waktu/range normal.
2. Teknik pengambilan juga sangat bepengaruh waktu darah akan dikeluarkan
dan dilihat waktu untuk CTnya.
3. Ada kelainan dalam darah orang tersebut.
Dari ketiga faktor yang telah disebutkan di atas, yang bertanggung jawab
menyebabkan waktu CT probandus memanjang adalah faktor yang pertama
(volume darah yang keluar dari tubuh banyak), probandus sedang mengalami
siklus menstruasi, akibatnya volume darah yang keluar dari tubuh probandus
meningkat dan mengakibatkan banyak faktor pembekuan darah yang terpakai
sehingga CT memanjang.
7 KESIMPULAN
Bleeding Time adalah lamanya tubuh untuk menghentikan perdarahan.
Waktu normalnya adalah 1-3 menit.
Clotting time, bahwa tubuh manusia memiliki peredaran darah yang aktif
dan bila darah tersebut keluar atau tubuh mengalami robekan dan mengeluarkan
darah maka disitu kita bisa melihat waktu yang dibutuhkan mulai dari bleeding
time dan clotting time. Bila waktu yang dibutuhkan untuk clotting time lebih cepat
atau pun lebih lama, itu semua disebabkan ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya, atau bisa juga ada kelainan dalam darahnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hidayat A, Aziz A, Uliyah, Musrifatul. Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: EGC. 2004.
2. Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika. 2008.
3. Smeltzer, Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC. 2002.
4. Mohamad S. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika. 2001.
5. Sylvia AP. Lorraine MW. Buku Ajar Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
prose Penyakit. Jakarta: EGC. 2010.
6. Guyton, Arthur C, John EH. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC. 2013.
7. Buana Rangga. Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia “Bleeding
Time, Clotting Time Dan Fibrin”. Jurusan Farmasi Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
Hamka. Jakarta.2011.
8. Nugroho Hero. Laboratorium Klinik 1 : Pemeriksaan Hematologi.
Biokimia-Program D3 Kebidanan.