Laporan PEP pengambilan keputusan petani

24
LAPORAN PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN “Pengambilan Keputusan Petani” (Untuk Memenuhi Tugas Akhir Praktikum Pengantar Ekonomi Pertanian) Oleh: Kelas Q Kelompok Satu 1. Yessy Vetty A 125040201111321 2. Nico Van M 125040201111133 3. Dennis Anggrina 135040201111081 4. Danny Hary P 135040201111108 5. Rohmatin Maula 135040201111137 6. Ahmad Idhan R 135040201111345 7. Dianita Riski 135040201111428 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

pengambilan keputusan petani

Transcript of Laporan PEP pengambilan keputusan petani

LAPORAN PENGANTAR EKONOMI PERTANIANPengambilan Keputusan Petani(Untuk Memenuhi Tugas Akhir Praktikum Pengantar Ekonomi Pertanian)

Oleh:Kelas QKelompok Satu1. Yessy Vetty A1250402011113212. Nico Van M1250402011111333. Dennis Anggrina1350402011110814. Danny Hary P1350402011111085. Rohmatin Maula1350402011111376. Ahmad Idhan R1350402011113457. Dianita Riski135040201111428

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada assisten praktikum Pengantar Ekonomi Pertanian yang sudah mendampingi kami dalam kegiatan praktikum di lapangan, dan Teman-teman yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, walaupun demikian kami tetap optimis bahwa pembuatan laporan ini merupakan proses pembelajaran yang sangat berharga dan bermanfaat. Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak dan rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan masukan kepada kami dalam penyelesaian laporan ini. Semoga kita semua selalu mendapatkan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari apa yang diharapkan. Kritik dan saran para pembaca dapat membantu kami untuk mengembangkan materi ini.

Malang, 07 Juni 2015

Penyusun

BAB IPENDAHULUAN1.1 LatarBelakangPeranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi, memberikan devisa bagi negara dan mempunyai efek pengganda ekonomi yang tinggi dengan rendahnya ketergantungan terhadap impor (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar, sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor pertanian juga dapat menjadi basis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri. Dengan pertumbuhan yang terus positif secara konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional .Pertanian dalam arti luas meliputi sektor pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan. Pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat, kegiatan pertanian yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat indonesia merupakan salah satu wujud pemanfaatan potensi bangsa kita. Mayoritas penduduk Indonesia mengandalkan keluarga sebagai pelaku ekonomi. 1.2 Tujuan1. Mengetahui perilaku petani dalam menjual hasil panen.2. Mengetahui pertimbangan petani dalam menjual komoditas 3. Mengetahui kontribusi pemerintah untuk petani

1.3 Manfaat1. Mengetahui perilaku petani dalam menjual komoditas2. Mengetahui pertimbangan petani dalam menjual komoditas. 3. Mengetahui kontribusi pemerintah dalam membantu petani

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Keputusan dan Pengambilan Keputusan2.1.1 Pengertian Keputusan a. Keputusan berarti pilihan yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. (Salusu, 1996).b. Keputusan adalah pemilihan di antara alternatif-alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian yaitu: 1. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan2. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik3. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut (Hasan, 2002).c. Keputusan adalah sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih, sementara yang lain dikesampingkan. Yang dimaksud dengan pertimbangan ialah menganalisis beberapa kemungkinan atau alternatif, sesudah itu dipilih satu diantaranya (Morgan dan Cerullo, 1996).d. Keputusan sebagai suatu pengakhiran atau pemutusan daripada suatu proses pemikiran tentang suatu masalah untuk menjawab suatu pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut dengan menjatuhkan pada salah satu alternatif tertentu. (Widjaya dan Hawab, 1987)2.1.2 Pengertian Pengambilan Keputusana. Pengambilan keputusan bahwa pada hakekatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungannya merupakan tindakan yang paling tepat. (Siagian, 1979) b. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah (Hasan, 2002)c. Pengambilan keputusan sebagai : 1. cara organisasi menentukan tujuan pilihannya2. bagaimana orang melakukan pekerjaannya dalam mancapai tujuan dan tugas. (Smith, 1996)2.2 Tipe-tipe Pengambilan KeputusanTipe-Tipe Pengambilan Keputusantipe pengambilan keputusan ada 3 macam, yaitu :1. Keputusan opsionalKeputusan opsional adalah keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh anggota sistem. Keputusan seseorang untuk menerima atau menolak inovasi bukanlah tindakan sekali jadi, melainkan lebih menyerupai suatu proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu. Pandangan tradisional mengenai proses keputusan inovasi, yang disebut proses adopsi terdiri dari 5 tahap yaitu tahap kesadaran, tahap menaruh minat, tahap penilaian, tahap pencobaan dan tahap penerimaan. Paradigma proses keputusan inovasi terdiri dari 4 tahap yaitu : pengenalan, persuasi, keputusan dan konfirmasi. Menurut Arnold dan Turley (1996), proses pengambilan keputusan individu meliputi :a. Informasi adalah tersedianya tentang semua kemungkinan alternatif.b. Pembuat keputusan mempunyai kemampuan mental yang cukup untuk menilai semua alternatif, termasuk kemampuan membuat ramalan tentang hasil yang akan datang.c. Pembuat keputusan akan memberikan reaksi/respons yang relatif sama pada pemilihan diantara alternatifd. Pembuat keputusan akan selalu mencari kegunaan yang maksimal atau kepuasan.2. Keputusan kolektifKeputusan kolektif adalah keputusan untuk menerima atau menolak inovasi yang dibuat individu-individu yang ada dalam sistem sosial melalui konsensus. Proses keputusan kolektif ini melibatkan lebih banyak individu. Jika informasi mengenai ide baru itu harus dikomunikasikan kepada banyak orang, maka kemungkinan terjadi distorsi pesan lebih besar, lebih banyak terjadi perbedaan persepsi, dan besar kemungkinan lebih lambat tercapai konsensus. Keputusan kolektif jelas lebih rumit daripada keputusan opsional. Alasannya adalah karena proses keputusan kolektif itu terdiri dari keputusan sejumlah besar individu. Untuk itu perlu memperkenalkan ide baru kedalam sistem sosial, mengadakan penyesuaian usul baru dengan kondisi setempat, mengukuhkan ide baru itu, mencari dukungan inovasi baru itu dan sebagainya. Adapun paradigma proses pengambilan keputusan inovasi kolektif adalah sebagai berikut :a. Stimulasi minat ke arah kebutuhan akan ide-ide baru (oleh stimulator).b. Inisiasi ide-ide baru ke dalam sistem sosial (oleh inisiator).c. Legitimasi ide baru (oleh pemegang kekuasaan atau legitimator).d. Keputusan untuk melaksanakan penggunaan ide baru (oleh anggota sistem sosial).e. Tindakan atau pelaksanaan penrapan ide baru di masyarakat (oleh anggota sistem sosial).Pada prinsipnya ada kesamaan antara langkah-langkah dalam pembuatan keputusan inovasi kolektif dengan tahap-tahap keputusan inovasi opsional. Tetapi ada perbedaan penting, yakni bahwa dalam proses keputusan kolektif unit pngambil keputusan adalah sistem sosial sedangkan dalam keputusan opsional unit pengambil keputusan adalah individu.

3. Keputusan otoritasKeputusan otoritas adalah tekanan terhadap seseorang oleh orang lain yang berada dalam posisi atasan. Seseorang (unit adopsi) diperintah oleh seseorang lebih tinggi kekuasannya untuk menerima atau menolak inovasi. Di sini seseorang tidak bebas lagi menentukan pilihannya dalam proses keputusan inovasi. Jadi, struktur sistem kekuasaan sistem sosial berpengaruh terhadap seseorang agar ia mengikuti keputusan yang telah diambil oleh atasan. Dalam proses keputusan otoritas ada dua macam unit yang terlibat dalam proses keputusan, yaitu:a. Unit adopsi yakni seseorang, kelompok atau unit yang mengadopsi inovasi.b. Unit pengambil keputusan yakni seseorang, kelompok atau unit yang posisi kekuasaannya lebih tinggi dari unit adopsi dan yanmg membuat keputusan akhir apakah unit adopsi harus menerima atau menolak inovasi.Perbedaan utama antara keputusan otoritas dengan keputusan opsional dan kolektif terletak pada pengaruh sistem sosial terhadap keputusan seseorang. Dalam keputusan otoritas pengaruh itu sangat besar, melalui struktur kekuasaan. Dapat digambarkan pengaruh sistem terhadap keputusan seseorang itu sebagai berikut : keputusan otoritas berada pada titik ekstrim paling tinggi sedangkan keputusan opsional pada titik ekstrim paling rendah, dalam suatu garis kontinum. Sedangkan keputusan kolektif berada diantara keduanya.Tahapan dalam proses keputusan inovasi otoritas adalah :a. Pengenalan kebutuhan untuk berubah dan inovasi.b. Persuasi dan penilaian terhadap inovasi oleh unit pengambil keputusan.c. Keputusan berupa penerimaan atau penolakan inovasi oleh unit pengambil keputusan.d. Komunikasi keputusan kepada unit-unit adopsi dalam organisasi.e. Tindakan atau implementasi keputusan, pengadopsian atau penolakan inovasi oleh unit adopsi. (Hanafi, 1981),2.3 Proses Pengambilan KeputusanPengambilan keputusan adalah mengenai penciptaan kejadian kejadian dan pembentukan masa depan. Adalah penting membedakan keputusan dan proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan menyangkut peristiwa-peristiwa yang menjurus pada saat pemilihan dan sesudahnya. Sementara sebuah keputusan berartimemutuskan, yaitu menentukan sebuah pilihan atau arah tindakan tertentu (Drummond, 1995).Menurut Hanafi (1981), proses pengambilan keputusan terdiri dari 4 tahap, yaitu :1. PengenalanTahap pengenalan bermula ketika seseorang mengetahui adanya inovasi dan memperolah beberapa pengertian mengenai bagaimana inovasi itu berfungsi. Dalam tahap pengenalan inovasi, ada tiga tipe pengetahuan yaitu: a. Kesadaran atau pengetahuan mengenai adanya inovasib. Pengetahuan teknis meliputi informasi yang diperlukan mengenai cara pemakaian atau penggunaan suatu inovasi.c. Pengetahuan prinsip yakni berkenan dengan prinsip-pinsip berfungsinya suatu inovasi.Menurut Hilton (2000), informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan harus relevan, akurat, tepat pada waktunya dan mungkin kualitatif. Informasi dikatakan relevan jika informasi tersebut berguna untuk menyelesaikan masalah. Informasi dikatakan tepat pada waktunya jika informasi tersebut tersedia pada waktu membuat keputusan.2. PersuasiPada tahap persuasi, seseorang membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap inovasi. Jika aktivitas mental pada tahap pengenalan adalah berlangsungnya fungsi kognitif, aktifitas mental pada tahap persuasi adalah afektif (perasaan). Sebelum seseorang mengenal suatu ide baru, ia tidak dapat membentuk sikap tertentu terhadapnya. Pada tahap persuasi seseorang lebih terlibat secara psikologis dengan inovasi. Ia giat mencari keterangan mengenai ide baru. Pada tahap persuasi inilah prsepsi umum terhadap inovasi dibentuk. Ciri-ciri inovasi yang tampak misalnya keuntungan relatif, kompatibilitas dan kerumitan atau kesederhanaannya.3. KeputusanPada tahap keputusan, seseorang terpilih dalam kegiatan yang mengarah pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi. Keputusan ini meliputi pertimbangan lebih lanjut apakah ia akan mencoba inovasi itu atau tidak, jika inovasi itu dapat dicoba. Kebanyakan, orang tidak menerima suatu inovasi tanpa mencobanya terlebih dulu sebagai dasar untuk melihat kemungkinan kegunaan inovasi itu bagi situasi dirinya sendiri. Pencobaan dalam skala kecil ini seringkali menjadi bagian dari keputusan untuk menerima, dan ini penting sebagai jalan untuk mengurangi resiko inovasi.4. KonfirmasiTahap konfirmasi berlangsung setelah ada keputusan untuk menerima atau menolak inovasi selama jangka waktu yang tak terbatas. Pada tahap ini seseorang berusaha mencari informasi untuk menguatkan keputusan inovasi yang telah dibuatnya, tetapi mungkin dia merubah keputusannya semula jika ia memperoleh pesan-pesan yang bertentangan. Ia dapat menghentikan penggunaan inovasi setelah sebelumnya mengadopsi. Ia menghentikan penggunaan inovasi karena menerima ide baru yang lebih baik menurut pandangannya ataupun karena ketidakpuasan terhadap hasil inovasi (mungkin timbul karena inovasi itu tidak cocok baginya atau relatif tak memberi keuntungan).2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan KeputusanFaktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengambilan KeputusanDalam pengambilan keputusan apakah seseorang menolak atau menerima suatu inovasi banyak tergantung pada sikap mental dan perbuatan yang dilandasi oleh situasi intern orang tersebut, misalnya pendidikan, status sosial, umur, luas penguasaan lahan, tingkat pendapatan, pengalaman dan sebagainya serta situasi lingkungannya, misalnya frekuensi kontak dengan sumber informasi, kesukaan mendengarkan radio atau menonton televisi, menghadiri temu karya dan sebagainya (Soekartawi, 1988).Menurut Lestari (1997), faktor eksternal yang berpengaruh terhadap seseorang dalam memilih jenis pekerjaan adalah lingkungan sosial, budaya, dan politik dalam masyarakat tersebut. Keputusan seseorang dalam memilih jenis pekerjaan sangat dipengaruhi oleh sumber daya dan kemampuan dalam diri individu, jenis pekerjaan dan pengeluaran seseorang yang juga menentukan. Keputusan yang diambil seseorang ditentukan oleh :1. Kemampuan atau keberanian atau watak individu yang bersagkutan yang harus mengambil keputusan2. Pendidikannya, yaitu pendidikan formal dan non formal3. Jenis keputusan yang harus diambilnya4. Cara bagaimana informasi tentang hal yang mengakibatkan individu harus mengambil keputusan(Susanto, 1977).Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan:1. Faktor internalMenurut Herzberg dalam Siagian (2002), faktor internal merupakan daya dorong yang timbul dari dalam diri seseorang, dalam hal ini adalah petani. Faktor internal ini antara lain :a. UmurUmur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan usahataninya (Hernanto, 1984). Makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman dalam hal adopsi inovasi tersebut (Soekartawi, 1988). Semakin tua (di atas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat (Mardikanto, 1993).b. Pendidikan formalPendidikan formal adalah struktur dari suatu sistem pengajaran yang kronologis dan berjenjang lembaga pendidikan mulai dari pra sekolah sampai dengan perguruan tinggi (Suhardiyono, 1992). Mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, mereka agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat (Soekartawi, 1988).c. Pendidikan nonformalPendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir di luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi keperluan khusus (Suhardiyono, 1992). Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan non formal di luar sekolah bagi para petani dan keluarganya agar terjadi perubahan perilaku yang lebih rasional dengan balajar sambil berbuat sampai mereka tahu, mau dan mampu berswakarsa untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersamaan guna terus memajukan usahatani dan menaikkan jumlah, mutu, macam serta jenis dan nilai produksinya sehingga tercapai kenaikan pendapatan yang lebih bermafaat bagi dirinya sendiri, keluarganya dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya (Mardikanto dan Sutarni, 1982).d. Luas penguasaan lahanLionberger dalam Mardikanto (1993), penguasaan lahan yaitu luas lahan yang diusahakan. Biasanya semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin cepat seseorang dalam mengadopsi, karena memiliki kemampuan ekonomi lebih baik. Luas lahan yang diusahakan relatif sempit seringkali menjadi kendala untuk dapat diusahakan secara lebih efisien. Petani berlahan sempit, seringkali tidak dapat menerapkan usahatani yang sangat intensif, karena bagaimanapun ia harus melakukan kegiatan-kegiatan lain diluar usahatani untuk memperoleh tambahan pendapatan yang diperlukan bagi pemenuhan kebutuhan keluarganya. Dengan kata lain, setiap petani tidak selalu dengan bebas dapat melakukan perubahan-perubahan usahatani, karena ia harus mengalokasikan waktu dan tenaganya untuk kegiatan-kegiatan di usahataninya maupun di luar usahataninya (Mardikanto, 1993). Soetrisno (1999), mengatakan bahwa petani Indonesia khususnya petani Jawa rata-rata pemilikan tanahnya sempit yakni tak lebih dari 0,5 Ha. Selanjutnya, Cahyono (1993) menggolongkan petani Jawa kedalam 3 golongan berdasarkan luas garapannya yaitu : Petani gurem untuk luas wilayah sampai dengan 0,3 Ha Petani menengah dengan luas diatas 0,5-1 Ha Petani luas dengan luas lahan diatas 1 Ha.e. PendapatanPendapatan petani sekeluarga diperoleh dari usahatani (padi dan non padi) dan non usahatani seperti berburuh, dagang, pengrajin, jasa dan usaha lainnya. Sedangkan pengeluaran petani sendiri dari : makanan pokok, lauk pauk, kesehatan, pakaian, pendidikan dan lain-lain. Besar kecilnya pendapatan petani dari usahataninya terutama ditentukan oleh luas tanah garapannya. Kecuali itu, faktor lain yang turut menentukan antara lain : produktivitas dan kesuburan tanah, jenis komoditi yang diusahakan serta tingkat penerapan teknologi pertanian (intensifikasi) (Prayitno dan Arsyad, 1987).Petani dengan tingkat pendapatan semakin tinggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi inovasi (Mardikanto, 1993). Sebaliknya, petani yang berpenghasilan rendah adalah lambat dalam melakukan difusi inovasi (Soekartawi, 1988).2. Faktor eksternalMenurut Herzberg dalam Siagian (2002), faktor eksternal merupakan pendorong yang datang dari luar diri seseorang, dalam hal ini adalah petani. Faktor eksternal ini antara lain :a. Lingkungan sosialPetani sebagai pelaksana usaha tani (baik sebagai juru-tani maupun sebagai pengelola) adalah manusia, yang di setiap pengambilan keputusan untuk usahatani tidak selalu dapat dengan bebas dilakukannya sendiri, tetapi sangat ditentukan oleh kekuatan-kekuatan disekelilingnya. Dengan demikian, dia juga harus memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang diberikan oleh lingkungan sosialnya (Mardikanto, 1993). Lingkungan sosial yang mempengaruhi perubahan-perubahan ituadalah : famili atau keluarga, tetangga, kelompok sosial dan status sosial (Soekartawi, 1988). Fosher dan Shanin dalam Mardikanto (1993), dari hasil pengamatannya menyimpulkan bahwa kecepatan adopsi inovasi banyak tergantung pada persepsi sasaran terhadap lingkungan sekitarnya. Jelasnya, jika keadaan masyarakat (sosial, ekonomi, teknologi yang diterapkan) relatif seragam, mereka akan kurang terdorong mengadopsi inovasi yang ditawarkan guna melakukan perubahan. Sebaliknya, jika ada seseorang atau beberapa anggota masyarakat sasaran yang memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimilikinya, mereka akan cenderung berupaya keras untuk melakukan perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan atau perbaikan mutu hidup mereka sendiri dan masyarakatnya.b. Lingkungan ekonomiKekuatan-kekuatan ekonomi terdiri dari 1. Tersedianya dana atau kredit usahatani.2. Tersedianya sarana produksi dan peralatan usahatani.3. Perkembangan teknologi pengolahan hasil pertanian.4. Pemasaran hasil (Mardikanto, 1993).c. Karakter inovasiRogers (1995) menyatakan bahwa karakter inovasi, sebagai pemahaman setiap individu, membantu menerangkan perbedaaan-perbedaan mereka pada tingkat adopsi. Karakter inovasi itu adalah keuntungan relatif adalah tingkat di mana suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya. Tingkat keuntungan relatif seringkali dinyatakan dengan bentuk keuntungan ekonomis, akan tetapi faktor-faktor penting lainnya yaitu posisi sosial, kesenangan dan kepuasan. Inovasi yang mempunyai keuntungan relatif yang lebih besar akan lebih cepat diadopsi. Kompatibilitas adalah tingkat di mana suatu inovasi mempunyai kecocokan dengan kondisi ekonomi, kondisi stempat yang telah ada dalam masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Suatu inovasi yang tidak mempunyai kecocokan dengan kondisi ekonomis dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat akan lebih lambat diadopsi daripada inovasi yang mempunyai kecocokan dengan kondisi ekonomi dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat.Kompleksitas adalah tingkat di mana suatu inovasi relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Ide baru yang mudah dimengerti akan lebih cepat diadopsi daripada inovasi yang membutuhkan keahlian baru dan sulit dimengerti.Triabilitas adalah suatu tingkat di mana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tak dapat dicoba lebih dulu. Observabilitas adalah tingkat di mana hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Inovasi yang mudah dilihat oleh setiap orang akan lebih cepat untuk diadopsi.