Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

download Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

of 41

Transcript of Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    1/41

    TOOLKIT UNTUK MOBILITAS PERKOTAAN DI INDONESIA

    PEMANTAUAN, EVALUASIDAN PELAPORAN

    PELAKSANAAN RAD GRKTRANSPORTASI PERKOTAAN

    Komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi GRK dunia diwujudkan

    dalam bentuk aksi mitigasi, salah satunya di sektor transportasi. Upaya ini

    juga merupakan bentuk kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah

    untuk mendorong sistem transportasi perkotaan yang ramah lingkungan

    dan tanggap perubahan iklim. Oleh karena itu, toolkit ini disusun untuk

    mendukung pemerintah dalam implementasi PEP pelaksanaan RAD GRK.

    P E MA NT A  UA N ,E V A L  UA  S I  DA N P E L A P  ORA N P E L A K S A NA A N RA D  GRK T RA N S P  ORT A  S I  P E RK OT A A N

    KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

    DITERBITKAN OLEH:

    Kementerian Perencanaan Pembangunan

    Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan

    Nasional

    DIDUKUNG OLEH:

    Deutsche Gesellschaft für Internationale

    Zusammenarbeit (GIZ) GmbH

    d/a : Gedung Graha Mandiri, Lt.17

    Jl. Imam Bonjol No. 61

    Jakarta Pusat 10310

    P : +62-21 3192 3375/390 8290

    F : +62-21 3193 4745

    Email: [email protected]

    TOOLKIT  UNTUK MOBILITASPERKOTAAN DI INDONESIAPEMANTAUAN, EVALUASI DANPELAPORAN PELAKSANAAN RADGRK TRANSPORTASI PERKOTAAN

    Ketua Tim Pengarah:

    Bambang Prihartono

    Tim Pengarah:

    BAPPENAS- Direktorat Transportasi

    • Petrus Sumarsono

    • Dail Umamil Asri

    • Ikhwan Hakim• Bastian

    • Adi Perdana

    • Ahmad Zainudin

    • Wayan Deddy Wedha Setyanto

    Penanggung Jawab:

    Daniel Herrmann

    Penulis:

    SUTIP

    • Devin Maeztri

    • Agustina Martha Kimberly

    • Raden Mirza Aldi Pamungkas

    • Anugrah Ilahi

    Editor:

    Syafrita Ayu Hermawan

    Dhany Utami Ningtyas

    Perancang Grafs:

    Fredy Susanto

    Pertama kali diterbitkan dalam Bahasa Indonesia

    oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan

    Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan

    Nasional didukung oleh SUTIP

    78 Halaman, 17.6cm x 25cm

    Edisi pertama, tahun cetak 2015

    Dicetak di Jakarta, Indonesia, Maret 2015

    Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

    Didukung oleh:

    REPUBLIK INDONESIA

    Glosarium

    ADO : AutomotiveDiesel Oil 

    AIMSUN : Advanced InteractiveMicroscopic Simulator

    for Urban and Non-Urban Networks

    AKUT : Awak Kendaraan Umum Teladan

    DKI : Daerah Khusus Ibukota

    Angkot : Angkutan Kota

    APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

    APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara

    APILL : Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

    ASEAN : Association of SoutheastAs ian Nations

    ATCS : AreaTraffic ControlSystem

    BAPEDALDA: Badan Pengendalian

    Dampak Lingkungan Daerah

    BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    BAPPENAS: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

    BAU : BusinessAs Usual 

    BB : Bus Besar

    BBG : Bahan Bakar Gas

    BBM : Bahan Bakar Minyak 

    BK : Bus Kecil

    BLHD : Badan Lingkungan Hidup Daerah

    BPS : Badan Pusat Statistik 

    BRT : Bus Rapid Transit 

    BS : Bus Sedang

    BUMN : Badan Usaha Milik Negara

    CFD : Car FreeDay 

    CNG : Compressed Natural Gas

    CSR : CorporateS ocialResponsibility 

    DAK : Dana Alokasi Khusus

    DID : Dana Insentif Daerah

    Dishub : Dinas Perhubungan

    DPA : Dokumen Pelaksanaan Anggaran

    EMP : Equivalensi Mobil Penumpang

    ERP : Electronic Road Pricing

    FE : Faktor Emisi

    FO : FuelOil 

    GIZ : DeutscheGesellschaft für Internationale

     Zusammenarbeit 

    GRK : Gas Rumah Kaca

    HEAT : Harmonized  

    Emissions 

     Analysis 

    Tool  

    HIS : HomeInterview Survey 

    HV : Heavy Vehicle

    IDO : IndustrialDieselOil 

    ITS : IntelligentTransport System

    JICA : Japan InternationalCorporation Agency  

    KLHK : Kementerian Lingkungan Hidup dan

    Kehutanan

    KPS : Kerjasama Pemerintah dan Swasta

    KTT : Konferensi Tingkat Tinggi

    LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kerja

    LB : LargeBus

    LEAP : Long-rangeEnergy AlternativesPlanning

    LEMIGAS : Pusat Penelitian dan Pengembangan

     Teknologi Minyak dan Gas Bumi

    LKPJ : Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban

    LPEI : LembagaPembiayaan Ekspor Indonesia

    LT : LargeTruck 

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    2/41

    LV : LightVehicle

    MB : Medium Bus

    MB : Mobil Barang

    MC : Motor Cycle

    MCO : MovingCar Observer 

    MER : Monitoring, Evaluation and Reporting

    MKJI : Manual Kapasitas Jalan Indonesia

    MP : Mobil Penumpang

    MRV : Measurement, Reportingand Verification

    MT : Medium Truck 

    NAMAs : Nationally AppropriateMitigation Actions

    NMT : Non-Motorized Transport 

    OBS : On BusSurvey 

    ORGANDA: Organisasi Angkutan Darat

    PAD : Pendapatan Asli Daerah

    PC : PrivateCar 

    PEP : Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

    PII : Penjaminan Infrastruktur lndonesia

    PJU : Penerangan Jalan Umum

    PLN : Perusahaan Listrik Negara

    POKJA : Kelompok Kerja

    PPN : Perencanaan Pembangunan Nasional

    PU : Pekerjaan Umum

    RAD : Rencana Aksi Daerah

    RAN : Rencana Aksi Nasional

    RENJA : Rencana Kerja

    RENSTRA : Rencana Strategis

    RKPD : Rencana Kerja Pembangunan Daerah

    RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka

      Menengah Daerah

    RPJMN : Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional

    RPJPD : Rencana Pembangunan

    Jangka Panjang Daerah

    RSI : Road Survey Interview 

    SB : SmallBus

    SITRAMP : Study on Integrated Transportation

    Master Plan for  Jabodetabek 

    SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

    SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

    SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

    SM : Sepeda Motor

    SMA : Sekolah Menengah Atas

    SMI : Sarana Multi Infrastruktur

    SMP : Satuan Mobil Penumpang

    SMS : SpaceMean Speed 

    SPBU : Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum

    SPM : Standar Pelayanan Minimal

    SRP : Satuan Ruang Parkir

    STTD : Sekolah Tinggi Transportasi Darat

    SUTIP : SustainableUrba n Transport 

      ImprovementProject 

    SUTRI : SustainableUrba n Transport 

      Program Indonesia

     TAPKIN : Penetapan Kinerja

     TEEMP : Transportation EmissionsEvaluation Model 

      for Projects

    UNFCCC : United NationsFramework Convention

    for ClimateChange

    UU : Undang-Undang

    WTN : Wahana Tata Nugraha

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    3/41

    PEMANTAUAN, EVALUASIDAN PELAPORANPELAKSANAAN RAD GRKTRANSPORTASI PERKOTAAN

    TOOLKIT  UNTUK MOBILITAS PERKOTAAN DI INDONESIA

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    4/41

    LAMPIRAN

    1.1 TUJUAN TOOLKIT 

    Pendahuluan

    Daftar Isi

    110

    8 11 36

    2.2 PELAPORAN RAD GRK

    2.3 VERIFIKASI PENGHITUNGAN

    DAN PELAPORAN AKSI MITIGASI

    3.1 TEKNIS

    36 3.1.1 Ketersediaan dan Pengumpulan Data

    39 3.1.2 Perencanaan dan Pelaksanaan Survei

     Transportasi

    62 3.1.3 Penghitungan

     3.2 NON TEKNIS

    64 3.2.1 Koordinasi

    64 3.2.2 Wawasan dan Pengalaman

    65 3.2.3 Kerja Sama dengan Institusi Lain

    66 3.2.4 Kebijakan

    67 3.2.5 Pendanaan

    DAFTAR PUSTAKA 

    2.1 PENYUSUNAN DOKUMEN

    RAD GRK DAN ORGANISASI

    PENYUSUN DI DAERAH

    13 2.1.1 Koordinasi Tim Penyusun RAD GRK 

    14  2.1.2 Identifikasi (Marking) Kegiatan Transportasi

    15 2.1.3 Penghitungan Emisi Baseline (BAU)

    16 2.1.4 Penghitungan Penurunan Emisi

    32

    18

    34

    36

    64

    71

    72

    MekanismePelaksanaan RAD GRK 

    11

    Tantangan dalamPelaksanaanRAD GRK

    Daftar Pustaka Dan Lampiran

    5

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    5/41

    ita menyadari bahwa proses urbanisasi dan

    kebutuhan lapangan kerja yang tinggi telah

    mempercepat pertumbuhan penduduk

    di perkotaan. Dengan laju pertumbuhan

    penduduk perkotaan yang mencapai 4,4%

    per tahun, pada tahun 2025 diperkirakan

    terdapat sekitar 60% penduduk Indonesia

    atau sekitar 170 juta orang akan tinggal di

    wilayah perkotaan. Oleh karena itu diperlukan

    sebuah strategi untuk mengendalikan

    urbanisasi , yaitu dengan menghindari konsentrasi penduduk

    yang terjadi hanya di beberapa kota metropolitan dan kota besar,

    serta memperkuat pelayanan kota-kota kecil dan sedang melalui

    peningkatan kualitas i nfrastruktur.

    Di wilayah perkotaan dengan jumlah penduduk lebih dari

    500 ribu, kebutuhan infrastruktur dalam hal peningkatan peran

    angkutan massal wajib dikelola, dioptimalkan, dan diselaraskan

    dengan infrastruktur moda angkutan lainnya. Akan te tapi, upaya

    tersebut tidak cukup untuk me ncapai tingkat kualitas pelayanan

    yang memadai. Secara bersamaan jumlah kendaraan pribadi

     juga harus ditekan semaksimal mungkin. Sementara itu, untuk

    wilayah perkotaan dengan jumlah penduduk kurang dari 500

    ribu, kebutuhan infrastruktur yang harus dilakukan adalah dengan

    mempertahankan pelayanan melalui low cost traffic management

    dengan meningkatkan dan menyelaraskan peran berbagai moda

    angkutan umum, namun tetap menjaga kualitas aksesibilitaspenduduk.

    Dalam perspektif ekonomi makro, ketersediaan jasa pelayanan

    infrastruktur transportasi perkotaan dapat memengaruhi marginal

     productivity of private capital , dan dalam perspektif ekonomi mikro

    hal ini akan berpengaruh terhadap penurunan biaya produksi.

    Selain itu, kontribusi infrastruktur transportasi perkotaan terhadap

    peningkatan kualitas hidup ditunjukkan dengan terjadinya

    peningkatan kesejahteraan, produktivitas dan akses terhadap

    lapangan kerja, serta stabilitas ekonomi makro.

    Pemerintah Indonesia yang telah mengesahkan berlakunya

    Prakata RPJMN 2015-2019 melalui Peraturan Presiden No. 2/2015 tentangRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019,berupaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan transportasi

    perkotaan dengan prioritas “pembangunan transportasi massal

    perkotaan” dan fokus pada infrastruktur angkutan massal berbasis

     jalan, angkutan massal berbasis rel dan pemeliharaan kualitas

     jaringan jalan perkotaan. Sasaran yang akan dicapai pada akhir

    tahun 2019 di antaranya peningkatan modal share minimal

    32%, jumlah kota yang menerapkan Bus Rapid Transit  (BRT)

    meningkat 70% menjadi 29 kota, k apasitas angkut angkutan umum

    meningkat 80%, peningkatan kecepatan lalu-lintas minimal 20km/

     jam, berkembangnya aplikasi teknologi manajemen lalu-lintas

    perkotaan, dan perbaikan moda alternatif non-jalan pada kota-kotayang berpotensi serta perbaikan pemanfaatan energi berbasis

    gas khususnya untuk angkutan umum di perkotaan, perbaikan

    keselamatan lalu-lintas di perkotaan dan pengurangan dampak

    lingkungan khususnya emisi udara perkotaan. Pemerintah merasa

    perlu untuk merangkul pihak-pihak lain seperti swasta, BUMN

    dan negara-negara donor untuk membantu perbaikan sistem

    transportasi perkotaan serta menjelaskan kepada pemerintah

    daerah dan masyarakat.

    Buku yang tersaji ini merupakan kelanjutan dari Buku Sustainable

    Urban Transport (Bappenas, 2014), merupakan kerja sama Bappenas,

    Kementerian Perhubungan dan SUTIP, dengan harapan agar

    pemerintah daerah dapat menindaklanjuti aspek yang lebih teknis

    berdasarkan arahan dari pemerintah pusat. Buku petunjuk ini

    fokus pada bahasan mengenai empat hal: (1) M anajemen Parkir

    di Perkotaan, (2) Perbaikan Angkutan Umum Perkotaan (Angkot

    Reform), (3) Pengembangan Transportasi Tidak Bermotor (NMT),

    dan (4) Implementasi PEP untuk RAD GRK (Rencana Aksi Daerah

    tentang Gas Rumah Kaca).Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan penghargaan

    saya kepada tim yang telah bekerja keras menyelesaikan buku

    ini. Saya harap pedoman ini dapat membantu kita semua untuk

    memahami langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai

    visi perkotaan di Indonesia, yaitu mencapai transportasi perkotaan

    yang berkelanjutan.

     Andrinof ChaniagoMenteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/

    Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 

    7

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    6/41

    1Pendahuluan

    Isu emisi gas rumah kaca (GRK) menjadi topik global yang banyak

    diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Dampak buruk emisi

    GRK pada lingkungan dan kehidupan manusia menjadi penting

    untuk segera diatasi bersama, di antaranya adalah komitmen untuk

    berupaya menurunkan emisi GRK.

    Pada pertemuan KTT G-20 tahun 2009 di Pittsburgh, Amerika Serikat,

    Indonesia berkomitmen untuk turut berperan dalam mengurangi

    emisi GRK. Target yang hendak dicapai adalah menurunkan 26 persen

    emisi GRK melalui usaha sendiri pada tahun 2020, dan menurunkan

    sampai dengan 41 persen dengan bantuan internasional. Sebagai

    upaya mewujudkan komitmen tersebut maka disusunlah Rencana

    Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK). Menyusul

    terbentuknya RAN GRK, pemerintah pusat dan pemerintah daerah,

    serta didukung oleh lembaga non pemerintah dan mitra pembangunan

    bersama-sama menyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas

    Rumah Kaca (RAD GRK) untuk setiap provinsi.

    Pemerintah juga telah menyusun dan mengeluarkan berbagai

    regulasi terkait upaya tersebut. Hal ini dilakukan sebagai realisasi

    dari keseriusan pemerintah sekaligus agar setiap aksi mitigasi yang

    dilakukan memiliki dasar hukum yang kuat dan untuk menjaga agar

    setiap kegiatan dilakukan secara terarah dengan tujuan yang jelas.

    Sejumlah regulasi dalam skala undang-undang, peraturan, dan surat

    edaran resmi yang mendukung pelaksanaan aksi mitigasi perubahan

    iklim adalah dasar hukum bagi pelaksanaan RAN dan RAD GRK.

    2011 2013• Peraturan Presiden No. 61

     Tahun 2011 tentang Rencana

    Aksi Nasional Penurunan

    Emisi Gas Rumah Kaca

    • Peraturan Presiden No.

    71 Tahun 2011 tentang

    Penyelenggaraan

    Inventarisasi Gas Rumah

    Kaca Nasional

    Peraturan Menteri

    Lingkungan Hidup

    dan Kehutanan No. 15

     Tahun 2013 tentang

    Pengukuran, Pelaporan,

    dan Verifikasi Aksi Mitigasi

    Perubahan Ik lim

    Melalui peraturan yang telah ditetapkan tersebut, Pemerintah

    Indonesia mengamanatkan pelaksanaan kegiatan Pemantauan, Evaluasi

    dan Pelaporan (PEP) RAD GRK di setiap provinsi yang didukung oleh

    Peraturan Gubernur. Oleh karena itu, Gubernur merupakan pejabat

    pelaksana dan koordinator kegiatan PEP di wilayah provinsi, yang

    dibantu oleh Bupati dan Walikota sebagai pejabat pelaksana dan

    koordinasi kegiatan PEP RAD GRK di wilayah kabupaten dan kota.

    Kegiatan PEP ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian

    penurunan emisi GRK dan penyerapan anggaran pemerintah untuk

    mitigasi perubahan iklim di daerah. Merujuk pada hal tersebut,

    maka penyusunan RAD GRK harus sejalan dengan perencanaan

    pembangunan di daerah, yang diwujudkan di dalam RPJMD. Untuk

    mencapai keselarasan tersebut, maka pelaksanaan PEP RAD GRK

    mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan dan surat edaran

    resmi yang telah dikeluarkan.

    Pada ranah implementasi, sejumlah regulasi tersebut dilengkapi

    Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

    tentang Pemerintahan Daerah

    2004

    2006

    2007

    2008

    2012

    Peraturan Pemerintah

    No. 39 Tahun 2006

    tentang Tata Cara

    Pengendalian dan

    Evaluasi Pelaksanaan

    Rencana Pembangunan

    Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007

    tentang Organisasi Perangkat Daerah

    Surat Keputusan Menteri

    PPN/Kepala Bappenas Nomor

    38/M.PPN/HK/03/2012

    tentang Tim Koordinasi

    Penanganan Perubahan Iklim

    Peraturan Menteri Dalam Negeri No.

    54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

    Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008

    Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008

    tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

    Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

    Rencana Pembangunan Daerah

    9

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    7/41

    dengan perangkat petunjuk pelaksanaan yang dituangkan dalam

    empat pedoman berikut:

    1. Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi

    Gas Rumah Kaca.

    2. Pedoman Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan

    Emisi Gas Rumah Kaca.

    3. Pedoman Umum Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

    Pelaksanaan RAN GRK dan RAD GRK.

    4. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Pelaksanaan

    RAD GRK.

    5. Petunjuk Teknis Pedoman Kaji Ulang RAN/RAD GRK.

    Sebagai catatan Bappenas juga sedang mempersipkan sebuahpedoman untuk mengkaji ulang Dokumen dan PEP RAN RAD

    GRK. Akan tetapi, perangkat di atas masih bersifat umum

    sehingga perlu dilengkapi dengan perangkat yang lebih

    spesifik khususnya untuk membahas sektor transportasi darat

    perkotaan di dalam ruang lingkup RAD GRK.

    Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan PEP RAD GRK,

    maka diperlukan petunjuk teknis yang isinya mudah

    dimengerti oleh pelaksana PEP di daerah khususnya di

    sektor transportasi darat perkotaan, sehingga penurunan

    GRK dapat dipantau dengan baik dan dihitung dengan tepat.

    Toolkit  ini akan membahas isu teknis dan non teknis yang

    sering dihadapi dalam pelaksanaan RAD GRK di sektor transportasi

    darat perkotaan. Pemahaman mengenai prinsip dasar dan isu

    teknis transportasi darat perkotaan diperlukan untuk dapat

    melaksanakan aksi mitigasi emisi GRK secara terpadu. Oleh karena

    itu, buku ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai panduan danpetunjuk bagi tim teknis atau tim pelaksana di dalam Satuan Kerja

    Perangkat Daerah (SKPD) provinsi, kabupaten dan kota. Pendekatan

    substansi toolkit ini bersifat terbuka untuk diperbaiki di kemudian

    hari dan mudah dipahami sehingga dapat diterapkan sesuai

    dengan kondisi masing-masing kota, dengan tetap mendapatkan

    masukan dan pertimbangan serta arahan tim profesional. Oleh

    karena itu, toolkit  ini disusun sebagai alat pelengkap pelaksanaan

    RAD GRK di daerah.

    1.1

    TUJUAN

    TOOLKIT 

    2Mekanisme Pelaksanaan RAD GRK

    2.1

    PENYUSUNAN

    DOKUMEN

    RAD GRK DAN

    ORGANISASI

    PENYUSUN DI

    DAERAH

    TAHAPAN PERSIAPAN

    1. Persiapan awal

    • Pembentukan Tim

    • Sidang Pleno Tim

    2. Identifikasi awal

    3. Persiapan teknis

    4. Konsultasi publik 

    TAHAP PENETAPAN

    1. Draf naskah Peraturan Gubernur

    2. Penetapan Peraturan Gubernur

    tentang RAD GRK 

    3. Diseminasi RAD GRK 

    TAHAP PENGUMPULAN DATA

    1. Data dan informasi umum

    2. Data dan informasi teknis

    3. Pendataan kelembagaan publik 

    4. Pendataan kelembagaan

    masyarakat dan pelaku usaha

    TAHAP PENGHITUNGAN

    1. Penghitungan emisi baseline

    2. Usulan aksi mitigasi

    3. Pemetaan kelembagaan daerah

    TAHAP PERUMUSAN RENCANA AKSI

    1. Konsolidasi hasil pokja

    • Sidang Pleno Tim

    • Konsultasi Publik 

    2. Penetapan skala prioritas

    3. Penentuan target reduksi emisi GRK 

    4. Formulasi strategi implementasi RAD GRK 

    14 5

    2 3

    Penerapan penyusunan dokumen RAD GRK membutuhkan

    mekanisme yang terarah dalam pelaksanaannya agar dapat

    dihasilkan dokumen yang berkualitas. Panduan dan arah

    penyusunan dokumen dilakukan oleh Bappenas melalui

    Pedoman Penyusunan RAD GRK. Mekanisme ini membutuhkan

    upaya untuk melibatkan semua pihak dan mengumpulkan

    informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan dokumen. Selainitu, mekanisme ini juga merupakan upaya peletakan pondasi

    yang kuat bagi pelaksanaan aksi mitigasi baik pada skala nasional

    maupun daerah.

    Infografis di bawah ini menunjukkan mekanisme ideal proses

    penyusunan Dokumen RAD GRK yang diarahkan oleh Bappenas

    di dalam Pedoman Penyusunan RAD GRK.

    Mekanisme penyusunan Dokumen RAD GRK membutuhkan

    struktur organisasi yang efisien untuk dapat bekerja dengan efektif

    dan menghasilkan dokumen yang berkualitas. Struktur organisasi

    tersebut pada dasarnya merupakan sebuah tim yang tidak hanya

    menyusun dokumen RAD GRK tetapi juga bertanggung jawab

    terhadap pelaksanaan PEP RAD GRK.

    110BAB 1   PENDAHULUAN

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    8/41

    Dinas Penataan

    Ruang/

    SKPD Terkait

    Tata Ruang

    GUBERNUR

    Penanggung

    Jawab

    SEKRETARIS

    DAERAH

    Ketua

    KEPALA

    BAPPEDA

    PROVINSISekretaris

    Kepala SKPD

    Provinsi

    Anggota/

    Ketua POKJA

    Bappeda

    BLHD/

    BAPEDALDA

    BPS

    PU

    Bina Marga

    SKPD

    Terkait Energi

    Sektor Transportasi

    dan Industri

    KELOMPOK

    KERJA

    TIM KOORDINASI

    Struktur Organisasi Tim

    Penyusun RAD GRK Organisasi Tim Penyusun RAD GRK

    yang diarahkan oleh Bappenas terdiri

    atas Ketua dan Anggota Kelompok

    Kerja (Pokja) yang dapat disesuaikan

    dengan kebutuhan dan kondisi di

    daerah masing-masing.

    2.1.1 Koordinasi Tim Penyusun RAD GRK

    Bagan alir di bawah ini menyimpulkan peran dan jalur koordinasi

    antar lembaga pemerintah. Setiap lembaga pemerintah memiliki

    pendekatan yang berbeda dalam berkoordinasi dan berbagi peran.

    Oleh karena itu, bagan alir ini hanya acuan untuk mempermudah

    proses dan melancarkan arus informasi antar lembaga yang terlibat.

    Kepala Bappeda sebagai Sekretaris Tim Koordinasi bertanggung

    Dishub

    Kabupaten/

    Kota

    1. Berperan sebagai koordinator

    Dishub K abupaten/Kota.

    2. Mengawal pelaksanaan dan

    pencatatan aksi mitigasi serta

    penurunan emisi GRK.

    3. Menggabungkan hasil

    penghitungan emisi dari aksi

    mitigasi yang diajukan oleh

    Dishub K abupaten/Kota.

    4. Men gkonversi nilai

    penurunan emisi tingkat

    provinsi terhadap penurunan

    emisi nasional di sektor

    transportasi.

    5. Menjalankan peran selaiknya

    Dishub K abupaten/Kota

    untuk kegiatan di tingkat

    provinsi.

    Bappeda Provinsi

    1. Mengkoordinasi dan

    mengkonsolidasi

    (mengumpulkan) penyusunan

    laporan pelaksanaan aksi mitigasi

    yang dilakukan oleh lembaga

    pelaksana di SKPD terkait dan/

    atau lembaga lain.

    2. Memberikan arahan dan

    masukan kepada Pokja.

    3. Menyampaikan dan

    mendiskusikan draf akhir

    dokumen RAD GRK kepada

    Sekretariat RAN GRK.

    4. Memperbaiki dan melengkapi

    draf akhir dokumen RAD GRK.

    5. Mengkoordinasi kegiatan dalam

    rangka revisi dokumen RAD GRK

    (jika ada perubahan).

    1. Melaksanakan aksi mitigasi.

    2. Melakukan survei dan

    mengumpulkan bahan,

    data dan informasi aksi

    mitigasi; serta mengolah dan

    menganalisa.

    3. Menghitung dan mencatat

    penurunan emisi GRK dari

    setiap aksi mitigasi.

    4. Mencatat sumber dan jumlah

    dana yang digunakan.

    5. Mencatat manfaat

    pembangunan atau dampak

    negatif (jika ada).

    6. Mencatat program

    peningkatan kapasitas dan

    kelembagaan.

    7. Melakukan pemetaan

    kelembagaan publik di sektor

    transportasi.

    Dishub Provinsi

    2BAB 2  MEKANISME PELAKSANAAN RAD GRK

    13

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    9/41

     jawab dalam penyusunan Dokumen RAD GRK dan pelaksanaan

    PEP dengan dibantu oleh Pokja Sektor Transportasi, yang dipimpin

    oleh Kepala SKPD tingkat Provinsi sebagai pejabat pelaksana

    kegiatan PEP RAD GRK sesuai fungsi dan kewenangannya. Dinas

    Perhubungan Provinsi sebagai Ketua Pokja Sektor Transportasi

    adalah penanggung jawab untuk sektor transportasi yang bekerja

    sama dengan para pihak terkait, misalnya Dinas Penataan Ruang,

    Bina Marga, perguruan tinggi dan organisasi lainnya. Penyusunan

    Dokumen RAD GRK dipimpin oleh Tim Koordinasi dengan

    melibatkan seluruh Ketua Pokja. Penyediaan data transportasi

    baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota adalah tanggung

     jawab Pokja Sektor Transportasi yang meliputi Dinas Perhubungan

    di tingkat provinsi, kabupaten dan kota. Pokja Sektor Transportasidapat bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan dalam

    menyediakan dan meningkatkan kualitas data teknis transportasi.

    Di dalam Pedoman Penyusunan RAD GRK yang dikeluarkan

    Bappenas pada tahun 2011, dipaparkan Substansi dan Struktur

    Dokumen RAD GRK yang harus dijadikan acuan, tidak hanya

    dalam penyusunan tetapi juga revisi yang harus dilakuk an. Pada

    prinsipnya tiga hal terpenting mengenai RAD GRK yang wajib

    dipahami oleh setiap daerah adalah:

    1. Identifikasi kegiatan yang merupakan sumber penurunan

    emisi atau berpotensi menurunkan emisi GRK, dan sering

     juga disebut kegiatan marking.

    2. Rencana Aksi Penurunan Emisi GRK, yang meliputi:

    • Kegiatan Inti

    • Kegiatan Pendukung

    • Potensi penurunan emisi GRK dari baseline (2010-2020)

    • Perkiraan biaya setiap rencana aksi

    • Jangka waktu pelaksanaan

    • Lembaga pelaksana3. Emisi baseline GRK untuk setiap provinsi sampai dengan

    tahun 2020.

    2.1.2 Identifikasi (Marking) Kegiatan Transportasi

    Salah satu langkah pelaksanaan kegiatan PEP adalah melakukan

    identifikasi kegiatan di sektor transportasi. Dari proses identifikasi

    ini akan dapat diketahui kegiatan sektor transportasi di daerah

    yang dianggap memiliki potensi untuk dapat mengurangi emisi

    GRK, baik yang didanai oleh pemerintah pusat atau daerah, pelaku

    bisnis maupun masyarakat. Identifikasi kegiatan sektor transportasi

    dilakukan dengan cara menelusuri dokumen perencanaan

    daerah (baik provinsi maupun k abupaten/kota), misalnya RPJPD,

    RPJMD, Rencana Strategis (Renstra) Daerah sektor transportasi

    dan beberapa dokumen lainnya.

    Karena kegiatan sektor transportasi pada umumnya

    dilaksanakan di tingkat kabupaten dan kota, maka kegiatan

    marking sangat penting dilakukan oleh SKPD tingkat provinsi,

    bersama dengan SKPD tingkat kabupaten dan kota dengan

    menggunakan dokumen yang lengkap. Program SKPD di

    tingkat kabupaten/kota sering kali mengalami perubahan

    atau penambahan sehingga kegiatan yang sedang atau akan

    dilaksanakan belum tercantum di dalam Renstra atau Rencana

    Kerja (Renja) Daerah. Oleh karena itu, keterlibatan SKPD kabupatendan kota yang dipimpin oleh Kepala SKPD sebagai pejabat

    pelaksana kegiatan PEP RAD GRK di wilayahnya, sangat penting

    dalam proses identifikasi kegiatan.

    2.1.3 Penghitungan EmisiBaseline (BAU)

    Emisi baseline merupakan estimasi emisi GRK tanpa adanya

    intervensi kebijakan, atau dikenal juga dengan istilah skenario

    Business as Usual  atau BAU. Penghitungan emisi baseline selayaknya

    dilakukan dengan cara menghitung proyeksi peningkatan emisi

    GRK berdasarkan data historis hasil inventarisasi emisi GRK

    untuk setiap kegiatan. Akan tetapi, untuk sektor berbasis energi,

    emisi baseline RAD GRK setiap provinsi saat ini, hanya dapat

    dihitung berdasarkan data historis kebutuhan total energi. Data

    yang digunakan sebagai data historis adalah data tahun 2010

    dan diproyeksikan sampai dengan tahun 2020. Emisi baseline 

    ini juga merupakan alat untuk mengevaluasi keberhasilan

    penerapan rencana aksi mitigasi. Hasil penghitungan emisi

    baseline sektor energi pada tahun 2020 menunjukkan angkasebesar 679 t.CO

    2e, atau dua kali lipat dari emisi baseline tahun

    dasar 2010, yaitu 355 t.CO2e. Sebagai catatan, penghitungan

    ini belum menyertakan emisi baseline dari RAN-GRK dan emisi

    dari sektor industri.1Sebagai catatan, saat ini Bappenas bekerja

    sama dengan kementerian terkait sedang melaksanakan proses

    kaji ulang BAU.

    Emisi baseline sektor transportasi termasuk di dalam emisi

    1 Potret Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD GRK),Bappenas, 2014

    4BAB 2  MEKANISME PELAKSANAAN RAD GRK

    15

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    10/41

    baseline kelompok bidang energi yang dihitung menggunakan peranti

    lunak (software) Long - range Energy Alternatives Planning atau yang

    dikenal dengan LEAP. Penghitungan LEAP menggunakan data terkait

    sektor transportasi seperti volume kendaraan berdasarkan jenis di

    tahun dasar, jumlah perjalanan per kilometer, jenis bahan bakar, dan

    pertumbuhan kendaraan berdasarkan jenisnya. Keterbatasan yang

    dihadapi dalam penyusunan emisi baseline kelompok bidang energi,

    khususnya sektor transportasi, adalah belum tersedianya data, misalnya

    data panjang perjalanan. Akan tetapi, data panjang perjalanan dapat

    digantikan dengan data volume kendaraan yang dapat diperoleh dari

    Biro Pusat Statistik (BPS).

    2.1.4 Penghitungan Penurunan EmisiPenghitungan emisi dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:

    • Top-down: Jumlah emisi dari total penjualan bahan bakar

    dikalikan dengan faktor emisi untuk setiap bahan bakar.

    • Bottom-Up: Jumlah emisi yang dihasilkan dari jumlah

    penggunaan bahan bakar setiap moda pada sebuah kegiatan/

    aktivitas transportasi dikalikan dengan faktor emisi bahan

    bakar yang digunakan.

    Penghitungan emisi baseline untuk RAD GRK dikategorikan ke dalam

    pendekatantop-down, namun penghitungan penurunan emisi setiap

    aksi mitigasi dilakukan secara bottom-up. Dengan demikian, sangat

    dibutuhkan data riil di lapangan yang akurat agar nilai penurunan emisi

    yang diperoleh tepat dan sesuai dengan pelaksanaan di lapangan.

    o. Data yang Dibutuhkan Keterangan Tambahan

    1 Jenis bahan bakar

    • Mobil penumpang

    • Sepeda motor

    •  Truk 

    • Angkot

    • Bus non BRT (Bus Rapid Transit ), (Besar, Sedang, Kecil)

    • Angkutan umum non bus

    • Bus Sistem Transit – BRT System (Besar, Sedang, Kecil)

    2Rata-rata jumlah

    kendaraan

    • Melewati jalur/koridor penerapan ITS/ATCS

    • Melewati jalur/koridor penerapan Car Free Day 

    3 Panjang trip per hari   • Angkot

    • Bus sedang

    • PATAS/bus besar

    4 Rata-rata jumlah trip per hari

    • Mobil penumpang

    • Sepeda motor

    •  Truk 

    • Bus non BRT (Besar, Sedang, Kecil)

    • Angkutan umum non bus

    5 Rata-rata panjang trip per hari

    • Mobil penumpang

    • Sepeda motor

    •  Truk 

    • Bus non BRT (Besar, Sedang, Kecil)

    • Angkutan umum non Bus

    6 Panjang koridor  • Penerapan ITS/ATCS

    • Penerapan Sistem Transit – BRT System

    7 Kecepatan rata-rata kendaraan  • Sebelum penerapan ITS/TCS

    • Setelah penerapan ITS/ATCS

    8 Ketersediaan ruang parkir  • Parkir di luar badan jalan

    • Parkir badan jalan

    9 Rata-rata jumlah kendaraan yang parkir

    • Parkir di luar badan jalan

    • Sebelum penerapan

    • Setelah penerapan

    10Operasional Bus Sistem

     Transit-Bus Rapid Transit  (BRT)

    • Jumlah bus

    • Kapasitas bus

    • Operasional bus per hari

    11Modal shift  dari kendaraan

    pribadi ke Bus BRT

    • Mobil penumpang

    • Sepeda motor

    • Bus non BRT (Besar, Sedang, Kecil)

    • Angkutan umum non bus

    12 Tingkat keterisian/okupansi

    di dalam bus BRT

    • Mobil penumpang

    • Sepeda motor

    • Bus non BRT (Besar, Sedang, Kecil)

    • Angkutan umum non bus

    13Jumlah angkutan umum

    yang diremajakan

    • Angkot

    • Bus sedang

    • PATAS/bus besar

    14Operasional angkutan

    umum per hari (jumlah trip)

    • Angkot

    • Bus sedang

    • PATAS/bus besar

    15 Rata-rata konsumsi bahan bakar  • Angkutan umum lama

    • Angkutan umum baru

    16 Lama pelaksanaan Car Free Day  per hari

    17 Jumlah peserta Smart(Eco) Driving per tahun

    Data Teknis Sektor Transportasi

    6BAB 2  MEKANISME PELAKSANAAN RAD GRK

    17

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    11/41

    Rencana aksi yang telah diimplementasikan selanjutnya dihitung

    dan dilaporkan dengan melampirkan Surat Pengantar dari

    Kepala Daerah (Gubernur) masing-masing provinsi kepada:

    • Menteri PPN/Kepala BAPPENAS

    • Menteri Dalam Negeri (Direktorat Jenderal Bina

    Pembangunan Daerah)• Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

     

    Laporan RAD GRK dikirimkan dalam bentuk edisi cetak kepada

    masing-masing kementerian, dan edisi elektronik (softcopy ) kepada

    Sekretariat RAN-GRK melalui surat elektronik (ranradgrk@bappenas.

    co.id) dan juga diunggah ke dalam situs PEP Online (http://ranradgrk.

    bappenas.go.id).

    Pelaporan RAD GRK dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, yaitu:

    • Laporan Antara: Pekan kedua bulan Oktober

    • Laporan Akhir: Pekan kedua bulan Januari tahun berikutnya

    Data primerData yang diperoleh langsung dari obyeknya melalui survei

    dengan wawancara atau observasi. Data yang diperoleh

    misalnya; pendapatan, tujuan perjalanan, jumlah kendaraan

    dan kenyamanan. Beberapa jenis survei yang sering

    digunakan adalah:

     

    Data sekunderData ini diperoleh secara

    tidak langsung dari sumber

    lain, baik lisan maupun

    tertulis. Termasuk dalam

    kelompok ini adalah hasil

    studi lembaga pemerintah

    ataupun lembaga non

    pemerintah. Data tersebut

    misalnya; geometri jalan dari

    dokumen yang dikeluarkan

    oleh Dinas Pekerjaan Umum,

    serta jumlah kendaraan dan

    panjang jalan dari BPS.

    Home

    Interview Survey  (HIS)

    Road Side

    Interview  (RSI)

    Survei Traffic 

    Counting

    On BusSurvey  

    (OBS)

     

    1 2

     

    Mitra

    Pembangunan

    Badan Penelitian dan

    Pengembangan (Balitbang)

    Kementerian Perhubungan

    Sekolah Tinggi

     Transportasi

    Darat (STTD)

    SKPD provinsi

    dan

    kabupaten/kota

    Lembaga akademik

    (universitas, sekolah tinggi,

    atau lembaga riset)

    Organda Kepolisian BUMN

    dan BUMD

    Lembaga/Kelompok

    Swadaya Masyarakat

    Dua Jenis DataMenurut sumber perolehannya, jenis data dapat dikelompokkan menjadi dua:

    1Surat Pengantar Gubernur

    Diserahkan kepada tiga kementerian melalui

    Kepala Bappeda Provinsi untuk menunjukkan

    komitmen pemerintah daerah dalam pelaksanaan

    RAD GRK, serta menyatakan keabsahan informasi yang

    dicantumkan dalam laporan tersebut.

    2Lembar Umum

    Merupakan alat pelaporan yang

    mendokumentasikan hasil pemantauan dan

    evaluasi pelaksanaan RAD GRK yang terdiri dari

    Kegiatan Inti dan Kegiatan Pendukung.

    • Kegiatan Inti: aksi mitigasi yang implementasinyadapat secara langsung menurunkan emisi

    GRK dan telah tersedia metode penghitungan

    penurunan emisinya.

    • Kegiatan Pendukung: aksi mitigasi pendukung

    yang implementasinya mendukung keberhasilan

    kegiatan inti namun tidak secara langsung

    menurunkan emisi. Kegiatan Pendukung meliputi

     juga kegiatan yang tidak atau belum dapat

    dihitung penurunan emisinya, misalnya pemilihan

    AKUT (Awak Kendaraan Umum Teladan),

    pemasangan rambu atau marka lalu lintas, uji

    emisi kendaraan bermotor, pembangunan fasilitas

    pejalan kaki dan pesepeda, dan kegiatan yang

    bersifat sosialisasi.

    3Lembar Teknis Penghitungan Penurunan Emisi

    Mencantumkan indikator, parameter, data

    aktivitas, faktor emisi dan angka penurunan

    emisi untuk setiap kegiatan inti yang dikemas dalam

    sebuah dokumen excel  yang diformat secara otomatis.

    Karena ketidaktersediaan beberapa data transportasi,

    maka beberapa asumsi ditetapkan untuk membantumempermudah penghitungan. Asumsi ditetapkan

    berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh beberapa

    institusi antara lain Direktorat Bina Sistem Transportasi

    Perkotaan, Pusat Penelitian dan Pengembangan

     Teknologi Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) dan

    JICA pada proyek SITRAMP di tahun 2004. Selain itu

    konstanta yang dibutuhkan di beberapa penghitungan

     juga ditetapkan agar standar penghitungan yang

    digunakan seragam.

    Akan tetapi, jika data yang lebih akurat tersedia dan

    dapat mengambarkan kondisi riil di lapangan, maka

    penghitungan dapat dilakukan dengan menggunakan

    data tersebut. Penjelasan mengenai sumber dan kualitas

    data serta keputusan untuk menggunakan data yang

    berbeda dicantumkan di dalam narasi laporan.

    Dokumen Laporan RAD GRK 

    4Revisi Dokumen RAD GRK

    Dokumen RAD GRK merupakan dokumen

    yang bersifat terbuka dan dapat

    diperbaharui (living document ). Oleh karena itu,

    pemerintah daerah diimbau untuk mengevaluasi

    dan meningkatkan kualitas isi dari Dokumen

    RAD GRK. Data yang paling mutakhir dan akurat

    digunakan untuk memperbaiki penghitungan

    emisi baseline di tahun dasar atau proyeksi di

    tahun 2020 dalam kondisi BAU. Dapat pula

    ditambahkan kegiatan yang telah, sedang atau

    akan dilaksanakan tetapi belum teridentifikasi.

    Perbaikan rencana aksi mitigasi juga dilakukan jika kegiatan yang tercantum ditunda atau

    diberhentikan pelaksanaannya. Selain itu, jika

    hasil atau kualitas penghitungan sebelumnya

    masih ada yang kurang tepat atau jika tersedia

    indikator, parameter, data aktivitas, faktor emisi

    dan angka penurunan emisi yang lebih baru dan

    sesuai dengan kondisi riil di lapangan, atau jika

    daerah ingin mengajukan model penghitungan

    yang dianggap lebih sesuai, maka perbaikan

    dapat dicantumkan pada laporan PEP RAD GRK

    berikutnya.

    Penjelasan terkait perubahan rencana aksi

    mitigasi, perbaikan penghitungan BAU atau

    penurunan emisi dijabarkan di dalam laporan

    PEP RAD GRK, sehingga Sekretariat RAN GRK,

    kementerian terkait atau verifikator terinformasi

    dan memahami perubahan dan perbaikan yang

    diupayakan oleh pemerintah daerah.

    Sumber DataLembaga atau badan yang mengeluarkan data sekunder:

    2.2

    PELAPORAN

    RAD GRK

    8BAB 2  MEKANISME PELAKSANAAN RAD GRK

    19

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    12/41

    Aksi Mitigasi Bidang Transportasi Darat di Perkotaan

    • Pembangunan Intelligent Transport System/Area Traffic

    Control System (ITS/ATCS)

    • Penerapan manajemen parkir• Reformasi Sistem Transit - BRT System

    • Peremajaan armada transportasi umum

    • Hari bebas kendaraan bermotor (Car Free Day)

    • Pembangunan fasilitas pejalan kaki dan pesepeda (NMT)**

    • Penerapan congestion charging dan road pricing (ERP)***

    • Penerapan Andalalin*

    • Pembangunan Intelligent

    Transport System/Area TrafficControl System (ITS/ATCS)

    • Hari bebas kendaraan bermotor 

    (Car Free Day)

    • Penerapan congestion charging 

    dan road pricing (ERP)***

    • Pelatihan smart driving (eco driving)

    • Uji emisi semua kendaraan****

    • Peremajaan armada transportasi umum

    Dasar penghitungan penurunan emisi GRK  untuk setiap aksi

    mitigasi adalah perkalian jumlah pengurangan penggunaan

    bahan bakar minyak (efisiensi BBM) dari setiap jenis kendaraan

    dengan Faktor Emisi bahan bakar minyak yang digunakan.

    Efisiensi BBM diperoleh dari pengurangan konsumsi BBM dari

    setiap jenis kendaraan sebelum penerapan dengan setelah

    penerapan aksi mitigasi.

    Keterangan:

    Beberapa aksi mitigasi di berikut dapat didaftarkan sebagai

    Kegiatan Pendukung, karena untuk sementara metode

    penghitungannya belum tersedia,

    * Penerapan Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin):

      Model penghitungan belum mencerminkan

    kondisi riil lalu lintas di sekitar bangkitan yang

    memperoleh perizinan Andalalin sebagai akibat

    dari pembangunannya. Andalalin dapat didaftarkan

    sebagai Kegiatan Pendukung.

    ** Pembangunan fasilitas pejalan kaki dan pesepeda

    Non-motorized Transport  (NMT):

      Data Modal Shift  yang diperlukan di dalam

    penghitungan belum tersedia hampir di seluruh

    provinsi (termasuk kabupaten/kota). Moda NMT dapatdidaftarkan sebagai Kegiatan Pendukung.

    *** Penerapan congestion charging dan road pricing:

      Model penghitungan belum diverifikasi dan program

    ini baru akan diterapkan di Kota Jakarta.

    **** Penerapan uji emisi untuk semuakendaraan: 

    Model penghitungan belum diverifikasi dan implementasi

    kegiatannya pada umumnya wajib dilaksanakan bagi

    angkutan umum sesuai dengan kebijakan pemerintah

    daerah masing-masing dan tidak bersifat wajib bagi

    pengguna kendaraan pribadi, sehingga uji emisi semua

    kendaraan tidak dapat dihitung.

    KUNING MERAH HIJAU

    Konstanta

    (tidak perlu diisi k arena

    data ditentukan atau

    telah disediakan)

    Hasil penghitungan 

    (akan terhitung secara

    otomatis sehingga tidak

    perlu diisi)

    Data yang perlu diisi

    Catatan Lembar Teknis Penghitungan Emisi GRK Bidang Transportasi

    AVOID SHIFT IMPROVE

    0BAB 2  MEKANISME PELAKSANAAN RAD GRK

    21

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    13/41

    Pengembangan ITS/ATCS pada umumnya difokuskan pada ketiga

    hal berikut:

    • Pengembangan angkutan umum

    • Peningkatan keamanan bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda

    • Penataan manajemen lalu lintas

    Pengembangan ITS/ATCS di Indonesia umumnya berupa

    instalasi ATCS di persimpangan jalan. Tujuan ATCS adalah untuk

    menghemat waktu perjalanan yang terkontrol dengan penerapan

    lampu hijau di semua simpang dan menyesuaikan dengan tingkat

    kepadatan lalu lintas, serta memberikan prioritas kepada angkutan

    umum (sistem transit) di persimpangan. Jaringan ATCS di antara

    masing-masing simpang ke ruang pusat kendali dibangun denganmenggunakan kabel serat optik atau memanfaatkan tiang PLN

    atau PJU.

    Berikut ini adalah bentuk Lembar Teknis penghitungan keenam

    aksi mitigasi di sektor transportasi darat perkotaan. Penjelasan

    mengenai penghitungan setiap aksi mitigasi dijabarkan di

    dalam Lampiran.

    1. Aksi Mitigasi Pembangunan Intelligent Transportation

    System/ Area Trac Control System (ITS/ATCS )

    Aksi mitigasi Pembangunan ITS/ATCS dilakukan dengan

    memanfaatkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi

    di sektor transportasi, khususnya dalam pengaturan koordinasi

    antar Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) di suatu wilayah.

     Tujuannya adalah untuk menyatukan sistem transportasi yang ada

    menjadi terintegrasi dan terpadu untuk meningkatkan pelayanandan jasa transportasi. Beberapa hal di bawah ini merupakan

    cakupan dari ITS/ATCS:

    • Informasi perjalanan

    • Manajemen lalu lintas dan operasi

    • Petunjuk arah untuk efisiensi perjalanan bagi kendaraan

    pribadi, angkutan barang dan angkutan umum

    • Sistem parkir pintar

    • Keadaan darurat

    • Pembayaran elektronik 

    • Keselamatan angkutan jalan

    • Manajemen risiko dan tanggap bencana

    • Informasi cuaca dan lingkungan

    • Keamanan nasional

    Lembar Teknis Penghitungan Aksi Mitigasi Pembangunan ITS/ATCS

    Pasar 16 Ilir di Palembang

     yang mengakomodasi

    transportasi air dan

    darat yang terintegrasi,

    membutuhkan

     penerapan teknologi

    informasi dan komunikasi

    untuk mengatur

     jadwal perjalanan dan

    mendapatkan informasi

    lalu lintas antar moda.

    KORIDOR 1:_______________*

    Jenis

    Kendaraan

    Jenis Bahan

    Bakar(bensin/

    solar)

    Rata-rata

     jumlahkendaraan

    yang

    melewati jalur

    penerapan

    ITS/ATCS

    (unit/hari)

    Rata-rata

    hari Operasiper Tahun

    (hari)

    Rata-rata

    Jumlah Tripper Hari

    (trip)

    Panjang

    Koridor(km)

    Kecepatan Rata-rata

    Kendaraan(km/jam)

    Rata-rata Konsumsi Bahan

    Bakar(liter/km)

    Faktor Emisi

    (kg CO2 /liter)

     Total Trip

    per Tahun(km)

    Emisi per Tahun

    (tCO2e)

    Sebelum

    Penerapan

    Setelah

    Penerapan

    Sebelum

    Penerapan

    Setelah

    Penerapan

    Sebelum

    Penerapan

    Setelah

    Penerapan

     Total

    Penurunan

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

    Mobil Penumpang

    300

      0.26 0.26 0  - - - -

    Sepeda Motor 0.06 0.06 0  - - - -

    Bus 0.30 0.30 0  - - - -

     Truk 0.28 0.28 0  - - - -

    TOTAL  -

    Konstanta (tidak perlu diisi; data telah

    disediakan atau ditentukan)

    Hasil perhitungan (tidak perlu

    diisi; terisi secara otomatis)Parameter yang perlu diisi

    *Tabel berikut dapat diperbanyak sesuai jumlah koridor penerapan ITS/ATCS

    2BAB 2  MEKANISME PELAKSANAAN RAD GRK

    23

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    14/41

    2. Aksi Mitigasi Penerapan Manajemen Parkir

    Manajemen parkir adalah upaya penataan sistem parkir dengan

    memanfaatkan ruang parkir baik di badan jalan maupun di luar badan

     jalan dengan memperhatikan regulasi parkir di berbagai tingkatan dan

    kepentingan berbagai sektor yang mencakup aspek sosial, ekonomi dan

    lingkungan. Penghitungan aksi mitigasi Manajemen Parkir di bawah ini

    disesuaikan dengan Petunjuk Teknis Sektor Transportasi PEP RAD GRK 

    Lembar Teknis Penghitungan Aksi Mitigasi Penerapan Manajemen Parkir

    KORIDOR 1:_______________*

    Jenis KendaraanJenis Bahan

    Bakar(bensin/solar)

    Ketersediaanruang parkir

    off street(SRP)

    Ketersediaanruang parkir

    on street(SRP)

    Rata-rata jumlah

    kendaaraan yangparkir off street  per hari

    (unit)**

    Rata-rata jumlah

    kendaaraan yangparkir on street per hari

    (unit)**

    Rata-rata hariOperasi per

     Tahun(hari)

    Rata-rata Jumlah Trip per Hari

    (trip)

    Rata-rata Panjang Trip Per Hari

    (km/trip)

    Rata-rataKonsumsi Bahan

    Bakar(liter/km)

    Konsumsi Bahan Bakar per Tahun

    (liter)

    Faktor Emisi(kgCO

    2 /

    liter)

    Emisi per Tahun(tCO

    2e)

    Off Street On Street

    SebelumPenerapan

    SetelahPenerapan

    SebelumPenerapan

    SetelahPenerapan

    SebelumPenerapan

    SetelahPenerapan

    SebelumPenerapan

    SetelahPenerapan

    O ff St re et O n St re et Total

    Penurunan

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

    Mobil Penumpang

    300

      0.13 - - - - 0  - - -

    Sepeda Motor 0.05 - - - - 0  - - -

    Bus 0.18 - - - - 0  - - -

     Truk - - - - 0  - - -

    TOTAL  -

    Konstanta (tidak perlu diisi; data telah

    disediakan atau ditentukan)

    Hasil perhitungan (tidak perlu

    diisi; terisi secara otomatis)Parameter yang perlu diisi *Tabel berikut dapat diperbanyak sesuai jumlah koridor penerapan Manajemen Parkir

    Penerapan manajemen parkir bertujuan antara lain untuk:

    Meningkatkan daya

    tarik pusat kota

    sebagai jantung kota.

    Mendukung penggunaan

    angkutan umum dan

    transportasi tidak

    bermotor (pejalan kaki.

    dan pesepeda).

    Meningkatkan PAD dari

    sektor parkir.

    Penataan dan transparansi

    pengelolaan parkir.

    TOURIST

    SPOT

    TOURIST

    SPOT

    TOURIST

    SPOT

    TRI S T

    SPT

    TRI S T

    SPT

    TRI S T

    SPT

    TRI S T

    SPT

    TRI S T

    SPT

    TRI S T

    SPT TRI S T

    SPT

    TRI S T

    SPT

    TRI S T

    SPT

    Waktu Parkir

    Larangan parkir pada

    segmen waktu ter-

    tentu, biasanya pada

    pagi dan sore hari.

    Durasi Parkir

    Pembatasan ruang

    parkir berdasarkan

    lama waktu penggu-

    naan ruang parkir.

    Tarif 

    Mengatur tingkat

    kepadatan parkir

    pada area tertentu

    berupa tingkatan

    tarif parkir.

    Kuota

    Jumlah ruang parkir

    yang ditetapkan

    pada area tertentu.

    Lokasi

    Menentukan lokasi

    yang diperbolehkan

    maupun dilarang

    untuk parkir.

    MAKS.

    5 MOBIL 

    Perhitungan Aksi Mitigasi Manajemen Parkir hanya bertujuan untuk menghitung

    dampak penurunan emisi GRK yang disebabkan oleh kebijakan Manajemen Parkir yang

    mendorong terbangunnya fasilitas Park and Ride atau Off-Street Parking, sehingga para

    komuter dapat menitipkan mobil atau motor pribadinya untuk kemudian menggunakan

    angkutan umum massal seperti kereta atau sistem transit/ BRT System ke tujuan.

    **):

    • Jika rata-rata jumlah kendaraan yang parkir diketahui dengan pasti, maka angka tersebut dapat

    digunakan langsung untuk mengisi kolom 5 dan 6, dan mengisi kolom 3 dan 4 dengan angka 1.

    • Jika rata-rata jumlah kendaraan yang parkir tidak diketahui dengan pasti, maka isi kolom 5 dan

    6 dengan hasil perkalian antara ketersediaan SRP dengan nilai persentase keterisian dengan turnover .

    Contoh:

    • Jika rata-rata jumlah kendaraan yang parkir per hari diketahui dengan pasti sebesar 150 mobil, maka

    angka tersebut dapat langsung digunakan.

    • Jika diketahui persentase keterisian hanya 70% dan turnover  1,2, maka

    • Rata-rata jumlah kendaraan = ketersediaan SRP x persentase keterisian x turnover.

    Persentase keterisian:

    Jika sebuah lahan parkir memiliki kapasitas 80 SRP dan dalam setiap jamnya hanya terisi sekitar 40 SRP,

    maka persentase keterisiannya adalah 40 x 100 / 80 = 50%

    Turnover:

    • Jumlah rata-rata masuknya kendaraan per jam.

    Contoh: 1 lot parkir dipakai oleh 2 kendaraan per jam, maka turnover = 2

    • Turnover  dapat juga dihitung per hari, yaitu dengan membagi jumlah kendaraan yang masuk per hari

    dengan jumlah SRP keseluruhan.

    Contoh: Jika terdapat 10 SRP yang dioperasikan dalam 10 jam, maka dalam 1 hari terdapat 100

    kendaraan, dan turnover  rata-rata = 100/10/10 = 1

    • Turnover  juga dapat menggunakan data eksisting before dan after  .

    • Data before adalah data tahun sebelum tahun perhitungan.

    Penerapan manajemen parkir mencakup:

    4BAB 2  MEKANISME PELAKSANAAN RAD GRK

    25

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    15/41

    3. Aksi Mitigasi Reformasi Sistem Transit – BRT  System

     Tujuan pengem banga n BR T ad alah untuk memind ahka n

    penumpang dengan menggunakan angkutan berkapasitas angkut

    tinggi, cepat, aman, murah dan efisien sehingga jaringan jalan

    perkotaan dapat lebih optimal dalam memfasilitasi pergerakan

    penumpang dibandingkan pergerakan kendaraan. Bus merupakan

    tulang punggung angkutan umum perkotaan yang dapat

    dikembangkan melalui tiga tahap berikut:

    1. Reformasi manajemen angkutan umum

    2. Pengembangan sistem transit

    3. Pengembangan BRT system

    Kualitas layanan bus di perkotaan selaiknya memenuhi aspek di

    bawah ini, yaitu:• Biaya operasi yang rendah

    •  Tarif bus yang terjangkau

    • Pelayanan yang memuaskan

    1Komitmen kepala daerahdan keberanian pemerintahdaerah dan dukungan publik.

    2Rute jaringan yangberorientasi padapermintaan perjalanan.

    3Integrasi dengan pusat-pusataktivitas dan simpul-simpultransportasi utama yang dekat dengan

    kawasan perkotaan.

    4Pengembangan koridor yangmenghubungkan seluruhwilayah perkotaan.

    5Frekuensi antar bus(headway ) yang tinggi(cukup sering).

    6Dukungan fasilitas feeder ,NMT dan moda lainnya.

    7Fasilitas sistem transit

    untuk semua penggunatermasuk pengguna dengan

    kebutuhan khusus.8

    Penentuan tarif yang

    mempertimbangkan aspekkemampuan dan kemauan

    membayar pengguna.9

    Rasio pegawai dan bus yang efisien.

    10Penerimaan (revenue)dan biaya operasionalyang seimbang.

    11Sistem kontrol danoperasional yang terpusat. 12Pembangunan lajurkhusus bus agarterhindar dari hambatan

    mixed traffic .

    ORIDOR 1:_______________*

    Bus Sistem Transit

    JenisKendaraanBermotor

    JenisBahanBakar

    ModalShift(%)

     TingkatKeter-isian/

    Okupansi(pen-

    umpang)

    JumlahKendaraanBermotoryang ber-pindah ke

    (unit)

    Rata-rata hariOperasi

    per Tahun(hari)

    Rata-rata Trip per

    Hari(trip)

    Rata-rataPanjang Trip Per

    Hari(km/trip)

    Rata-rataKonsumsi

    BahanBakar Per

    Hari(liter/km)

    KonsumsiBahan

    Bakar per Tahun(liter)

    FaktorEmisi

    (kgCO2 /

    liter)

    ReduksiEmisi

    CO2 dari

    shiftingKendaraanBermotor

    ke BRT(tCO

    2e)

    PanjangKoridor

    BRT (km)

    JenisBahanBakar

    BRT***

    Rata-rataKonsumsi

    BahanBakar Per

    Hari(liter/km)

     TotalKonsumsi

    BahanBakar Bus

    (liter)

    FaktorEmisi

    (kgCO2 /

    liter

     Total CO2 

    dari Op-erasionalBus BRT

     TotalPenurunanCO

    2 (tCO

    2e)

    JumlahBus

    SistemTransit(unit)

    KapasitasBus

    (pen-umpang)

    Opera-sional

    Bus perHari(trip)

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

     

    Mobil

    PenumpangBensin

    300

      0.132.16

      0 0 0 0

    SepedaMotor

    Bensin 0.052.16

    Bus Non BRT Solar 0.18 2.66

    AngkutanUmum Non

    Bus** 

    TOTAL  -

    Beberapa aspek yang dapat dikembangkan secara bertahap dari sistem transit

    menuju BRT System adalah:

    *Tabel berikut dapat diperbanyak sesuai jumlah koridor penerapan Sistem Transit - BRT System

    **Angkutan Umum Non Bus seperti: Bus Air, Bentor, Bajaj (apabila data tersedia)

    *** Jenis Bahan Bakar BRT: Solar, CNG single Bus, CNG articulated Bus (faktor emisi CNG akan disediakan

    oleh Lemigas)

    Konstanta (tidak perlu diisi; data telah

    disediakan atau ditentukan)

    Hasil perhitungan (tidak perlu

    diisi; terisi secara otomatis)Parameter yang perlu diisi

    Lembar Teknis Penghitungan Aksi Mitigasi Reformasi Sistem Transit - BRT System

    6BAB 2  MEKANISME PELAKSANAAN RAD GRK

    27

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    16/41

    4. Aksi Mitigasi Peremajaan Armada Angkutan Umum

    Peremajaan armada angkutan umum bertujuan mengganti

    armada yang tidak laik beroperasi dengan yang baru untuk jenis

    dan trayek yang sama. Berdasarkan Undang-Undang Lalu Lintas

    No. 22 Tahun 2009, Dinas Perhubungan di daerah melakukan uji

    kelaikan (Uji Kir) untuk angkutan umum secara berkala setiap

    enam bulan sekali. Selain itu, Peraturan Menteri Perhubungan

    No. 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM)

    Angkutan Penumpang dalam Trayek menyebutkan bahwa usia

    kendaraan untuk angkutan umum dibatasi usianya sampai

    dengan 20 tahun. Sebagai catatan, pemerintah daerah dapat

    mempersingkat tahunnya walaupun kelaikan kendaraan tidak

    bergantung kepada usia kendaraan, melainkan pada perawatandan cara penggunaannya.

    Prototipe armada angkutan umum (angkot) yang berbahan bakar listrik hasil penelitian Badan Penelitian

    dan Pengembangan Perhubungan, Kementerian Perhubungan, ta hun 2014.

    KORIDOR: _________________________

    Jenis kendaraanJenis Bahan Bakar

    (bensin/solar)

    Jumlah Angkutan Umum

    yang Diremajakan (unit/

    tahun)

    Operasional Bus per

    Hari (trip)

    Rata-rata

    Panjang Trip

    per Hari

    (km/trip)

    Rata-rata hari

    Operasi per Tahun

    (hari)

    Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar *(liter/km)

    Konsumsi Bahan

    Bakar per Tahun

    (liter)

    Faktor Emisi

    (kgCO2 /liter)

    Penurunan Emisi

    (tCO2

     e)Sebelum

    (Angkutan Umum

    Lama)

    Setelah

    (Angkutan Umum

    Baru)

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    Angkot  

    300

      - 0 0

    Bus Sedang   - 0 0

    PATAS/Bus Besar   - 0 0

    TOTAL -

    Lembar Teknis Penghitungan Aksi Mitigasi Peremajaan Armada Angkutan Umum

    Konstanta (tidak perlu diisi; data telah

    disediakan atau ditentukan)

    Hasil perhitungan (tidak perlu

    diisi; terisi secara otomatis)Parameter yang perlu diisi *Data dapat diperoleh dari Operator dan/atau Organda

    Angkot di Kota Samarinda.

    8BAB 2  MEKANISME PELAKSANAAN RAD GRK

    29

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    17/41

    5. Aksi Mitigasi Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day )

    Kegiatan hari bebas kendaraan bermotor atau yang biasa disebut

    dengan Car Free Day  (CFD) bertujuan mengajak masyarakat

    meninggalkan kendaraan pribadi dan menggunakan angkutan

    umum, berjalan kaki atau bersepeda untuk beraktivitas. Panjang

     jalur CFD sebaiknya tidak terlalu jauh untuk mendorong masyarakat

    bersepeda dan beralih moda transportasi untuk beraktivitas

    sehari-hari misalnya ke kantor, sekolah dan belanja. Oleh karena

    itu, melalui kegiatan ini pemerintah daerah didorong untuk

    dapat menyediakan fasilitas angkutan umum, pejalan kaki dan

    pesepeda yang layak dan nyaman.

    Selain itu, CFD juga merupakan kegiatan yang bertujuan

    untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai proporsi

    penggunaan kendaraan pribadi yang tinggi sebagai penyebab

    kemacetan, polusi udara dan suara, yang pada akhirnya dapat

    mengurangi kualitas hidup manusia. Semakin lama durasi

    penerapan CFD semakin berpengaruh terhadap perubahan

    perilaku dan dampak lingkungan yang lebih signifikan.

    Apabila CFD diterapkan di hari kerja dampak signifikan terhadap

    penurunan polusi udara lokal dan penurunan emisi gas rumah

    kaca akan lebih besar. Akan tetapi hal ini tidak mudah untuk

    dilakukan karena peran pemerintah daerah sangat penting

    dan perlu dukungan banyak pihak dalam mengkoordinasikan

    pelaksanaannya, serta didukung dengan dasar hukum yang kuat.Upaya lain yang juga diperkenalkan dan telah dimplementasikan

    oleh Kementerian Perhubungan adalah Public Transport Day.

    Kegiatan ini berlangsung pada hari Rabu pekan ketiga setiap

    bulannya, dengan mengimbau pegawai kementerian untuk tidak

    menggunakan kendaraan pribadi. Sebagai catatan di dalam Lembar

     Teknis penghitungan, komponen Bus Sistem Transit dihitung

    karena saat pelaksanaan CFD di Jakarta bus Trans Jakarta tetap

    beroperasi. Oleh karena itu, jika di kota lain Sistem Transit tidak

    beroperasi saat pelaksanaan CFD maka komponen Bus Sistem

     Transit dapat dihilangkan.

    Lembar Teknis Penghitungan Aksi Mitigasi Car Free Day

    KORIDOR: _________________________*

    Jenis KendaraanJenis Bahan Bakar

    (bensin/solar)

    Rata-rata jumlah kendaraan

    yang melewati jalur penerapan

    Car Free Day  

    (unit/hari)

    Lama Pelaksanaan Car Free DayRata-rata hari

    Operasi per

     Tahun

    (hari)

    Rata-rata Trip

    per Hari

    (trip)

    Rata-rata

    Panjang Trip

    Per Hari

    (km/trip)

    Rata-rata

    Konsumsi

    Bahan Bakar

    (liter/km)

    Konsumsi

    bahan bakar

    (liter)

    Faktor Emisi

    (kgCO2 /liter)

    Penurunan

    Emisi

    (tCO2e)

    Per Hari

    (jam)

    Per Tahun

    (hari)

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    Mobil Penumpang

    0.5 48

     

    0.13 0

    Sepeda Motor 0.05 0

    Bus 0.18 0

     Truk 0

    Bus Sistem Tr an sit**300

     

    0

    Bus Sistem Transit** 0.00 0 0

    Bus Sistem Tr an sit** 0.00 0 0

    TOTAL -

    *Tabel berikut dapat diperbanyak sesuai jumlah koridor penerapan Car Free Day .

    ** Di Jakarta, Bus Sistem Transit termasuk komponen yang dihitung karena selama Car Free Day , Trans

    Jakarta tetap berjalan. Untuk kota lain, jika sistem transit - BRT System tidak melewati area Car Free Day ,

    maka perhitungan Bus Sistem Transit dihilangkan.

    Konstanta (tidak perlu diisi; data telah

    disediakan atau ditentukan)

    Hasil perhitungan (tidak perlu

    diisi; terisi secara otomatis)Parameter yang perlu diisi

    Lembar Teknis Penghitungan Aksi Mitigasi Car Free Day

    BRT system yang tetap beroperasi di saat Car free day berlangsung di Jakarta.

    0BAB 2  MEKANISME PELAKSANAAN RAD GRK

    31

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    18/41

    6. Aksi Mitigasi Smart Driving (Eco Driving)

    Definisi Smart Driving adalah cara mengemudikan kendaraan

    dengan baik untuk menghemat penggunaan bahan bakar,

    mengurangi polusi udara dan emisi GRK, dan menghemat biaya

    perawatan kendaraan. Penggunaan bahan bakar dapat dikurangi

    dengan cara mengemudi yang mendukung penin gkatan efisiensi

    penggunaan bahan bakar sekaligus menurunkan emisi gas buang.

    Kegiatan Smart Driving yang dilaporkan oleh provinsi adalah

    pelatihan yang diadakan oleh Kementerian Perhubungan atau

    lembaga pendidikan/universitas yang diberikan mandat oleh

    Kementerian Perhubungan di daerah, atau kegiatan yang diadakan

    oleh perusahaan swasta/industri otomotif. Pelatihan ini memerlukan

    alat yang dimiliki oleh Kementerian Perhubungan atau dikelola

    institusi pendidikan seperti oleh Sekolah Tinggi Transportasi Darat

    di Bekasi, Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan d i Tegal, Balai

    Pendidikan dan Pelatihan Transportasi di Bali dan Palembang.

    Sehingga pelaksanaannya harus dikoordinasikan oleh Dinas

    Perhubungan bersama dengan lembaga terkait. Survei wawancara

    tentang perilaku berkendara dilakukan terhadap peserta pelatihan

    sebelum pelatihan dan pada 6-12 bulan setelah pelatihan.

    Pelatihan untuk mendapatkan Sertifikat Pengemudi Angkutan

    Umum yang diadakan oleh Dinas Perhubungan bersama dengan

    Lembaga Sertifikasi Kompetensi juga dapat diarahkan untuk

    menyertakan aspek efisiensi mengemudi. Dengan demikian

    kegiatan ini dapat diikutsertakan ke dalam aksi mitigasi Smart

    Driving dan dapat dihitung kontribusinya dalam menurunkan

    emisi GRK.

    embar Teknis Penghitungan Aksi Mitigasi Pelatihan Smart (Eco) Driving

    Mengemudikan kendaraan dengan baik untuk menghemat penggunaan bahan bakar, mengurangi polusi udara dan emisi GRK.

    Jenis kendaraan Jenis Bahan Bakar(bensin/solar)

    Jumlah peserta(orang/tahun)

    Rata-rata hari Operasiper Tahun (hari)

    Operasional Busper Hari (trip)

    Panjang Trip

    per Hari (km)Rata-rata Konsumsi Bahan

    Bakar Per Hari

    (liter/km)

    Potensi Penurunan

    Emisi

    (%)

    Konsumsi bahan bakar(liter)

    Faktor Emisi(kgCO

    2 /liter)

    Penurunan Emisi(tonCO

    2e)

     

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

    Angkot  

    300

      0.13

    10

    0.00 0 0

    Bus Sedang 0.18 0.00 0 0

    PATAS/Bus Besar 0.33 0.00 0 0

      TOTAL -

    Konstanta (tidak perlu diisi; data telah

    disediakan atau ditentukan)

    Hasil perhitungan (tidak perlu

    diisi; terisi secara otomatis)Parameter yang perlu diisi

    2BAB 2  MEKANISME PELAKSANAAN RAD GRK

    33

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    19/41

    Pengukuran hasil penurunan emisi GRK yang transparan

    dan akurat harus dapat dibuktikan dengan sistem yang

    terukur, layak untuk dilaporkan dan dapat diverifikasi, atau

    dikenal dengan MRV (Measurable, Reportable and Verifiable).

    Selain itu, MRV juga merupakan singkatan dari Measurement,

    Reporting and Verification. Penerapan MRV yang baik dijalankan

    oleh lembaga pemerintah atau non pemerintah yang kredibel dan

    bersertifikat seperti diatur di dalam Peraturan Menteri Lingkungan

    Hidup dan Kehutanan No. 15 Tahun 2013 tentang Pengukuran,

    Pelaporan dan Verifikasi Aksi Mitigasi Perubahan Iklim. Selain itu,

    Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan

    Inventarisasi GRK Nasional menyebutkan bahwa skema pelaksanaan

    MRV ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan(KLHK). Oleh karena itu, kegiatan ver ifikasi merupakan tanggung

     jawab KLHK dan dibantu oleh kementerian terkait.

    • Penghitungan besaran emisi GRK tanpa ada aksi

    • Penetapan emisi baseline

    • Penetapan rencana aksi, lokasi, target capaian

    dan periode pelaksanaan aksi mitigasi

    • Sistem manajerial

    • Pemantauan pelaksanaan aksi mitigasi

    • Penghitungan besaran emisi GRK secara berkala

    • Evaluasi capaian aksi mitigasi

    • Kendala dan hambatan

    Measurable

    Verifikator harus memperhatikan:

    • Batas luasan dan aksi mitigasi

    yang dilakukan

    • Baseline

    • Kesesuaian metodologi

    • Jenis GRK yang tercakup dalam

    penghitungan capaian

    • Kesesuaian capaian masing-

    masing aksi mitigasi

    Verifable

    Kegiatan Setiap Tahapan MRV

    2.3

    VERIFIKASI

    PENGHITUNGAN

    DAN PELAPORAN

    AKSI MITIGASI

    Measurable Reportable Verifiable

    Pada tahap Pengukuran (Measurement ), proyeksi dalam kondisi

    BAU dihitung. Kemudian, di tahap Pelaporan (Reporting) penurunan

    emisi yang berhasil dicapai dihitung dan dilaporkan, sedangkan

    di tahap Verifikasi (Verification) hasil pengukuran dan pencapaian

    penurunan emisi tersebut diperiksa kembali. Di dalam upaya

    penurunan emisi, tahap verifikasi dilakukan untuk memastikan

    hasil yang dicapai transparan dan akurat serta metode yang

    digunakan jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.

    Beberapa data yang dibutuhkan untuk melakukan verifikasi

    terhadap hasil pencapaian penurunan emisi GRK yang dapat

    disediakan oleh kementerian terkait atau pemerintah daerah

    adalah sebagai berikut:

    •  Tingkat emisi GRK di tahun dasar dan proyeksi di tahun sasaran

    BAU baseline

    •  Target pencapaian penurunan emisi

    • Rencana aksi mitigasi

    • Hasil dan penghitungan pencapaian penurunan emisi

    Sejalan dengan mekanisme MRV, dalam pelaksanaan Monitoring,

    Evaluation and Reporting (MER) atau yang dikenal dengan PEP,

    Pengukuran dilakukan dengan menetapkan tahun dasar BAU di

    2010 dan proyeksi emisi yang dihasilkan pada tahun 2020 dalam

    kondisi BAU. Kemudian Pelaporan dilakukan dengan menghitung

    capaian penurunan emisi dan melaporkan secara manual ataupun

    online. Oleh karena itu, di dalam melakukan Pengukuran dan

    Pelaporan, mekanisme MRV PEP RAD GRK mengacu kepada

    Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis RAD GRK. Penyesuaian

    antara pelaksanaan PEP dengan aturan pelaksanaan MRV akan

    dilakukan oleh Komisi Nasional MRV.

    Selanjutnya pada tahap verifikasi, tingkat emisi yang dihasilkan

    setelah pelaksanaan aksi mitigasi akan dibandingkan dengantingkat emisi yang telah diproyeksikan pada kondisi BAU. Selain

    itu, dapat dilakukan juga identifikasi kebocoran yang terjadi dalam

    pelaksanaan aksi mitigasi yang menyebabkan jumlah emisi yang

    diturunkan tidak riil, untuk kemudian dilakukan perbaikan.

    Laporan capaian kegiatan

    mitigasi perubahan iklim yang

    mencakup:

    • Penghitungan besaran emisi GRK

    tanpa ada aksi

    • Baseline

    • Metodologi yang digunakan

    • Capaian penurunan emisi GRK 

    • Uraian sistem manajerial

    • Kendala dan hambatan

    Reportable

    Sumber: Leaflet Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi, Aksi Mitigasi Perubahan Iklim,

    Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2014.

    ACUAN :Pedoman Umum dan

    Petunjuk Teknis PEP RAD GRK 

    4BAB 2  MEKANISME PELAKSANAAN RAD GRK

    35

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    20/41

    Pada proses pelaksanaannya, terdapat aspek yang diidentifikasi

    sebagai tantangan bagi penyusunan RAD GRK. Tantangan

    tersebut muncul baik dalam aspek teknis maupun non teknis.

     Tantangan aspek teknis mencakup sejumlah persoalan yang

    dibahas di bawah ini.

    3.1.1 Ketersediaan dan Pengumpulan Data

    Aksi mitigasi merupakan program kerja pemerintah daerah yang

    telah, sedang atau akan dilaksanakan, dan dilaporkan sebagai

    bukti nyata atas upaya yang dilakukan untuk menurunkan emisi

    di sektor transportasi. Aksi mitigasi diajukan dengan pelaporan

    yang lengkap sehingga dapat diterima dan diakui melalui proses

    verifikasi yang baik. Untuk mendukung tercapainya proses

    verifikasi yang baik, maka dibutuhkan data yang akurat dan dapat

    dipertanggungjawabkan yang diperlukan untuk melengkapi

    dokumen pelaporan PEP RAD GRK.

    3Tantangan dalam Pelaksanaan RAD GRK 

    3.1 TEKNIS

    Semua dokumen pelaporan tersebut mencantumkan Kegiatan

    Inti aksi mitigasi yang telah dilaksanakan dan hasil penurunan

    emisinya. Di dalam Lembar Umum dilaporkan juga informasi

    mengenai Kegiatan Pendukung. Contoh Kegiatan Pendukung

    adalah pemberian penghargaan untuk kegiatan pemilihan AKUT

    (Awak Kendaraan Umum Teladan) yang mendukung KegiatanInti Pelatihan Smart Driving. Pemilihan AKUT tingkat nasional,

    provinsi, kabupaten dan kota dilakukan setiap tahun. Walaupun

    masih berorientasi pada upaya membangun dan mewujudkan

    kesadaran akan keamanan dan keselamatan lalu lintas, pemilihan

    AKUT juga mendorong pengemudi untuk bersikap disiplin yang

    secara tidak langsung berpengaruh terhadap cara mengemudi

    yang efektif dan efisien.

    Sebagai contoh di Provinsi DKI Jakarta, kegiatan pemilihan

    AKUT diawali dengan kegiatan pendidikan kilat (diklat) selama

    kurang lebih seminggu. Peserta diklat berjumlah kurang lebih

    100 orang yang berasal dari perusahaan angkutan penumpang

    dan barang. Setelah menjalani diklat peserta akan diberikan ujian

    tertulis, wawancara dan juga uji simulasi. Selain pemilihan AKUT,

    kegiatan lain seperti pengawasan jembatan timbang, penertiban

    parkir liar, peningkatan kapasitas personal Dinas Perhubungan,

    pelarangan anak sekolah menggunakan kendaraan pribadi, dan

    kegiatan yang sifatnya promosi dan advokasi, dapat didaftarkan

    sebagai Kegiatan Pendukung.Seperti halnya proses marking,data perencanaan, penganggaran

    dan capaian kegiatan pada umumnya dapat ditemukan di dalam

    dokumen perancanaan dan pelaporan daerah, antara lain RPJMD,

    RKPD, RENSTRA, RENJA, LAKIP, LKPJ, Lampiran TAPKIN, DPA,

    Dokumen RAD GRK dan dokumen lain yang memuat informasi

    mengenai program kegiatan, capaian kegiatan dan penganggaran.

    Dokumen yang dibutuhkan tersebut dapat disediakan oleh SKPD

    provinsi dan kabupaten/kota untuk kemudian bersama Bappeda

    provinsi menyusun laporan PEP RAD GRK. Pokja Sektor Transportasi

    dapat melakukan penghitungan PEP RAD GRK secara terpisah

    Dokumen pelaporan tersebut mencakup:

    Lembar Umum Lembar Teknis

    Sedangkan jenis data yang dibutuhkan antara lain:

    UMUM TEKNIS

    Data

    Perencanaan

    Data

    Penganggaran

    Data Capaian

    Kegiatan

    Data Teknis

     Transportasi

    376

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    21/41

    dan kemudian hasilnya disampaikan kepada Bappeda provinsi

    untuk dimasukkan ke dalam laporan PEP RAD GRK.

     Tantangan yang umumnya dihadapi oleh Bappeda provinsi

    selaku lembaga yang bertanggung jawab dalam penyusunan

    laporan PEP RAD GRK adalah pengumpulan data dari SKPD di

    tingkat provinsi ataupun kabupaten/kota. Banyaknya jumlah

    kabupaten/kota yang tersebar dengan lokasi yang jaraknya

    bervariasi dari ibu kota provinsi cukup menyulitkan bagi Bappeda

    provinsi untuk dapat melakukan koordinasi langsung dengan

    anggota SKPD. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pengumpulan

    data yang terstruktur dengan peran Pokja Sektor Transportasi

    yang lebih baik.

    Sistem pengumpulan data ini dapat disusun dengan

    menggunakan beberapa pendekatan berikut:

    • Menentukan seorang penanggung jawab di Bappeda dan

    SKPD di tingkat provinsi, kabupaten dan kota.

    • Menentukan waktu pengumpulan secara berkala yang

    disepakati.

    • Menentukan format dokumen dan nomenklatur yang

    disepakati untuk menjaga kualitas data.

    • Menentukan anggaran untuk membiayai pelaksanaan PEP

    RAD GRK, ter masuk anggaran untuk melaksanakan survei

    yang dilakukan secara berkala untuk mengumpulkan data

    teknis transportasi.

    • Melakukan koordinasi dengan Sekretariat RAN GRK secara

    rutin untuk mendapatkan informasi terkini terutama jika

    terdapat perbaikan format pelaporan atau penghitungan.

     Tantangan yang sering dihadapi oleh Pokja Sektor Transportasi

    adalah dalam hal penyediaan data teknis transportasi danpenghitungan karena data yang dibutuhkan riil, bervariasi,

    spesifik dan dengan tingkat akurasi tinggi. Data primer yang

    diperoleh langsung melalui kegiatan survei membutuhkan

    waktu, sumber daya manusia dan pembiayaan yang cukup untuk

    melaksanakannya. Sedangkan sumber data sekunder tersebar di

    beberapa institusi pemerintah dan swasta.

    Data yang diperoleh dari formulir penilaian pelaksanaan

    kegiatan penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) merupakan

    salah satu sumber data yang dapat dimanfaatkan. Data WTN dapat

    dijadikan pembanding untuk memeriksa kembali kelengkapan

    data di dalam penghitungan atau pelaporan data penghargaan.

    WTN adalah bentuk apresiasi Pemerintah Indonesia, yang diberikan

    satu tahun sekali, kepada pemerintah kota yang telah mampu

    menata transportasi publik dengan baik.

    Beberapa langkah yang dapat diambil oleh Pokja Sektor

     Transportasi untuk mengatasi tantangan ini adalah:

    • Menentukan seorang penanggung jawab dari SKPD untuk

    proses penyediaan data teknis transportasi.

    • Menentukan daftar lembaga pemerintah dan non

    pemerintah yang dapat membantu menyediakan data

    teknis transportasi dan menjalin kerja sama resmi.

    • Menentukan program kegiatan dan anggaran untuk

    melakukan survei secara berkala.• Membangun basis data sehingga terjaga kualitas data

    dan tersedia data yang paling mutakhir tidak hanya untuk

    kepentingan penghitungan dan pelaporan RAD GRK, tetapi

     juga perencanaan dan evaluasi program kerja pemerintah.

    • Melakukan koordinasi dengan Sekretariat RAN GRK secara

    rutin untuk mendapatkan informasi terkini terutama jika

    terdapat perbaikan format atau metode penghitungan

    yang berpengaruh terhadap jenis data yang dibutuhkan.

    3.1.2 Perencanaan dan Pelaksanaan Survei Transportasi

    Data teknis transportasi yang dibutuhkan untuk mengisi Lembar

     Teknis penghitungan PEP RAD GRK memerlukan serangkaian

    survei transportasi. Di halaman berikut adalah tabel kebutuhan

    survei, beserta pilihan metode survei yang dapat dilakukan.

    Masing-masing metode survei memiliki kelemahan dan kelebihan.

    Salah satu kegiatan

    survei di atas

    angkutan umum.

    8BAB 3 TANTANGAN DALAM PELAKSANAAN RAD GRK

    39

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    22/41

    ftar Kebutuhan Survei Data

    No Kebutuhan Data Sektor PEP Ruang Lingkup Metode Survei Data yang Diperoleh

    Data Satuan

    1Rata-rata jumlah kendaraan per jenis BBM yang melewati

     jalur penerapan ITS dan CarFreeDay  (Unit/Hari)

    Volume kendaraan per moda

    per jenis BBM per hariITS/ATCS, CFD Koridor

    1. Moving Car Observer  (MCO),

    2. Survei kecepatan koridor

    3. Survei Time and Delay  di simpang

    1. Rata-rata jumlah kendaraan per jenis BBM yang melewati jalur penerapan ITS dan Car

    Free Day (Unit/Hari)

    2. Kecepatan rata-rata kendaraan yang melewati koridor area ITS (Km/Jam)

    2 Kecepatan Rata-rata Kendaraan (Km/Jam)Sebelum dan setelah

    penerapan seluruh perangkatITS/ATCS Koridor

    3Rata-rata jumlah kendaraan yang parkir badan jalan

    per hari (Unit)

    Jumlah kendaraan per moda

    per jenis bbm per hari

    Parkir badan jalan dan di luar

    badan jalan

    Per Kebijakan

    1. Survei Counting, 

    2. Survei di gate in dan gate out 

    1. Rata-rata jumlah kendaaraan yang parkir badan jalan per hari (Unit)

    2. Rata-rata jumlah kendaaraan yang parkir di luar badan jalan per hari (Unit)

    3. Ketersediaan ruang parkir badan jalan

    4. Ketersediaan ruang parkir di luar badan jalan

    4Rata-rata jumlah kendaaraan yang parkir di luar

    badan jalan per hari (Unit)

    Jumlah kendaraan per moda

    per jenis bbm per hariPer Kebijakan

    5 Ketersediaan ruang parkir di badan jalan Satuan Ruang Parkir (SRP) Per Kebijakan

    6 Ketersediaan ruang parkir di luar badan jalan SRP Per Kebijakan

    7 R ata -r at a p an ja ng tr ip pe r ha ri (K m/ Tr ip ) K m p er pe rj al an an

    Manajemen Parkir, CFD

    Per Kebijakan1. Road Side Interview  

    2. Model based  (survei volume, kecepatan),

    3. Gunakan aplikasi ITS (Waze, Bee Talk,dll)

    1. Rata-rata panjang trip per hari (Km/Trip)

    2. Rata-rata jumlah trip per hari (Trip)

    8 Rata-rata jumlah trip per hari (Trip)Jumlah trip per moda per

     jenis BBM per hariPer Kebijakan

    9 Modal shift  BRT (%) Sistem Transit BRT System Kota

    1. Wawancara di halte

    2. Wawancara di kantor

    3. Wawancara di rumah

    Modal shift  BRT

    10Jumlah bus sistem transit per kapasitas per jenis

    BBM (Unit)Unit Sistem transit BRT System Kota

    Survei Operator Bus

    1. Jumlah bus sistem transit per kapasitas per Jenis BBM (Unit)

    2. Operasional bus per hari

    3. Rata-rata panjang trip per hari (Km/Trip)

    4. Jumlah angkutan umum per ukuran moda per jenis BBM yang Diremajakan

    5. Rata-rata konsumsi bahan bakar (Liter/Km)

    6. Rata-rata jumlah trip per hari (Trip)

    11 Operasional bus per hari Ritase per hari rata2 Sistem transit BRT System Kota

    12 R ata -r at a p an ja ng tr ip pe r ha ri (K m/ Tr ip ) K m p er pe rja la na n

    Peremajaan angkutan umum,

    Sistem transit BRT System Koridor Penerapan

    13Jumlah angkutan umum per ukuran moda per jenis

    BBM yang diremajakan (Unit)(Unit/Tahun) Peremajaan angkutan umum Kota

    14 Rata-rata konsumsi bahan bakar (Liter/Km)Per ukuran moda sebelum dan

    sesudah peremajaanPerem ajaan angku tan u mu m Kota

    15 Rata-rata jumlah trip per hari (Trip)Jumlah trip per moda per jenis

    BBM per hariSistem transit BRT System Kota

    16 Rata-rata jumlah trip per hari (Trip) Trip/jenis BBM

    Smart Driving Special Event   Survei Peserta Smart Driving

    1. Rata-rata Jumlah Trip per hari (Trip)

    2. Operasional Bus per hari rata-rata

    3. Konsumsi Bahan Bakar per hari

    17 Operasional bus per hari rata-rata. Rit/jenis BBM

    18 R ata -r at a k on su msi ba ha n b ak ar p er ha ri L ite r/ je ni s B BM

    19 Oku pans i per jenis kendaraan pada koridor BRT Penum pang per kendaraan SystemTransitBRTSystem Survei Okupansi

    0BAB 3 TANTANGAN DALAM PELAKSANAAN RAD GRK

    41

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    23/41

    Semua jenis data di halaman sebelumnya memerlukan sebuah

    paket survei yang terdiri atas delapan jenis. Tabel di bawah ini

    menjelaskan paket survei dan data yang dihasilkan.

    Paket

    SurveiData Peruntukan Pengisian Sektor PEP

    1

    1. Rata-rata jumlah kendaraan per jenis bahan bakar

    yang melewati jalur penerapan ITS/ATCS dan Car

    Free Day  (Unit/Hari)

    2. Kecepatan rata-rata kendaraan (Km/Jam)

    Pembangunan ITS/ATCS dan Car Free Day 

    2

    3. Rata-rata jumlah kendaraan yang parkir badan jalan

    per hari (unit)5. Ketersediaan ruang parkir badan jalan (SRP)

    Manajemen Parkir

    3

    4. Rata-rata jumlah kendaraan parkir di luar badan jalan

    per hari (Unit)

    6. Ketersediaan ruang parkir di luar badan

     jalan (SRP)

    Manajemen Parkir

    47. Rata-rata panjang trip per hari (Km/Trip)

    8. Rata-rata jumlah trip per hari (Trip)Manajemen Parkir dan Car Free Day 

    5 9. Modal Shift  (%) Sistem Transit – BRT  System Reformasi Sistem Transit – BRT System

    6

    10. Jumlah bus sistem transit per kapasitas per

     jenis bahan bakar (Unit)

    11. Operasional bus per hari

    12. Rata-rata panjang trip per hari (km/trip)

    13. Jumlah angkutan umum per ukuranmoda per jenis bahan bakar yang

    diremajakan (Unit)

    14. Rata-rata konsumsi bahan bakar (Liter/Km)

    15. Rata-rata jumlah trip per hari (Trip)

    Reformasi Sistem Transit – BRT System dan

    Peremajaan Armada Angkutan Umum

    7

    16 Rata-rata jumlah trip per hari (Trip)

    17 Operasional bus per Hari

    18 Rata-rata konsumsi bahan bakar per hari

    Reformasi Sistem Transit – BRT System dan

    Peremajaan Armada Angkutan Umum

    8 19 Okupansi kendaraan yang melewati

    koridor BRT

    Reformasi Sistem Transit – BRT System

    Paket Survei

    Alat yang dibutuhkan dalam survei MCO antara lain:

    1. Kendaraan roda

    empat

    2. Stop watch, sebagai

    alat pencatat waktu

    3. Roll meter , sebagai

    alat ukur jarak 

    4. Counter , sebagai alat

    untuk menghitung

    kendaraan

    5. Formulir survei 7. Petugas survei sebanyak 3-4 orang

    (pengemudi, pengatur stop watch, penghitung

    kendaraan yang berpapasan dan penghitung

    kendaraan disalip dan menyalip).

    6. Alat tulis

    Moving Car Observer /MCO

    Survei dengan metode MCO bertujuan untuk mengetahui nilai

    kecepatan rata-rata dengan cara sederhana yaitu floating vehicle

    yang artinya kendaraan berjalan sepanjang ruas jalan, dengan

    kecepatan mengikuti kecepatan rata-rata aliran arus lalu lintas.

    Syarat utama kondisi ruas jalan yang ditinjau adalah harus memiliki

    arus yang kontinyu, atau tidak berpotongan dengan ruas jalan

    utama yang lain.

    Beberapa tahapan yang harus dilaksanakan dan diperhatikan selama survei MCO adalah:

    Data yang perlu dicatat adalah sebagai berikut:

    1. Jumlah kendaraan LV (Light Vehicle), HV (Heavy Vehicle), MC (Motorcycle) yang berpapasan (MUS

    ).

    2. Juml ah kendaraan (LV, HV, MC) yang menyalip dan disalip oleh kendaraan tes (OSU

     dan PSU

    ).

    3. Waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak yang telah ditentukan (1 km) pada satu arah

    dalam satu putaran.

    1. Pengamat di

    atas kendaraan

    observasi harus

    berjalan dua

    kali yaitu searah

    dan berlawanan

    arah (bolak-

    balik) dengan

    arus lalu lintas

    yang diamati di

    ruas jalan yang

    ditinjau.

    2. Untuk hasil

    yang lebih teliti

    maka diperlukan

    pencatatan yang

    tepat untuk setiap

    tipe kendaraan

    yang menyalip

    (mendahului

    mobil observasi),

    disalip (didahului

    mobil observasi),

    dan berpapasan

    (berjalan berla-

    wanan arah).

    3. Pengukuran

    waktu perjalanan

    dengan survei

    MCO dilaksanakan

    dalam kendaraan

    tes yang ikut

    bergerak bersa-

    ma-sama aliran

    lalu-lintas sepan-

     jang ruas jalan

    yang ditinjau.

    4. Kendaraan ob-

    servasi menempuh

     jarak yang telah

    ditentukan sebe-

    lumnya, misalnya

    sepanjang satu kilo

    meter di tiap ruas.

    0 0 0 km

    PAKET

    SURVEI 1.Untuk data No. 1 dan 2

    5. Agar diperoleh

    data pembanding

    yang cukup maka

    proses observasi

    harus diulangi,

    misalnya seba-

    nyak delapan

    putaran.

    2BAB 3 TANTANGAN DALAM PELAKSANAAN RAD GRK

    43

  • 8/18/2019 Toolkit PEP Pelaksanaan RAD GRK Transportasi Perkotaan

    24/41

    1. Volume Aliran Kendaraan

    Penghitungan terhadap jumlah kendaraan yang lewat pada suatu

    titik di jalan dalam interval waktu tertentu. Volume didasarkan

    atas suatu hitungan nyata (faktual) dan dinyatakan dalam

    kendaraan/jam.

    q AB

     =(M

    BA+ O AB

     - P  AB 

    ) x 60

    t  AB

    + t BA

    qAB

      : Volume lalu-lintas dari A ke B (SMP*/Jam)

    MBA

      : Kendaraan yang terlawan atau kendaraan yang berjalan dari B ke A (SMP)

    PAB

      : Kendaraan yang disalip saat berjalan dari A ke B (SMP)

    OAB

      : Kendaraan yang menyalip saat berjalan dari A ke B (SMP)

    tAB

      : Waktu perjalanan dari A ke B (Menit)

    tBA

      : Waktu perjalanan dari B ke A (Menit)

    Catatan: *SMP = Satuan Mobil Penumpang

     Terdapat lima tahap penghitungan di dalam survei MCO. Penghitungan tersebut adalah

    sebagai berikut:

    2. Waktu Perjalanan

    Penghitungan terhadap waktu perjalanan (travel time) yang

    didefinisikan sebagai waktu yang digunakan oleh suatu kendaraan

    untuk menempuh suatu jarak tertentu di jalan raya.

    3. Kecepatan Perjalanan

    Penghitungan terhadap kecepatan perjalanan (travel speed ) atau

    space mean speed  (SMS) yaitu kecepatan di jalan yang didasarkan

    atas rata-rata waktu dari semua kendaraan dalam menempuh

    suatu jarak tertentu di jalan.

    t AB 

    =( O AB 

    - P  AB

     ) x 60

    q AB

    t  AB

     -

    uAB 

    =d  

    t  AB

    x 60

    k  =q

    4. Aliran – Kecepatan – Kepadatan

    Penghitungan terhadap hubungan antara aliran, kecepatan, dan

    kepadatan secara umum dinyatakan dalam persamaan berikut.

    t  AB

    : Waktu perjalanan rata-rata dari A ke B (Menit)

    t  AB

      : Waktu perjalanan dari A ke B (Menit)

    P  AB

    : Kendaraan yang didahului saat berjalan dari A ke B (SMP)

    O AB

      : Kendaraan yang mendahului saat berjalan dari A ke B (SMP)

    q AB  : Volume lalu-lintas dari A ke B (SMP/Jam)

    uAB

    : Kecepatan perjalanan dari A ke B (Km/Jam)

    d : Jarak observasi (Km) = 1km

    k : Kepadatan lalu-lintas/density  (SMP/Km)

    q : Aliran/volume lalu-lintas/flow  (SMP/Jam)

    v : Kecepatan perjalanan/speed  (Km/Jam)

    Putaran

    ke-

    Waktu Tempuh (tSU

    )Jumlah Kendaraan

     Terlawan (MUS

    )

    Jumlah Kendaraan

    yang Didahului (PSU

    )

    Jumlah Kendaraan

    yang Menyiap (RSU

    )

    menit detik MC LV HV MC LV HV MC LV HV

    1

    2

    3

    dst.

    Format Lembar Observasi MCO 

    Putaran ke-

    Waktu Tempuh

    (tSU

    )

    Jumlah Kendaraan

     Terlawan

    (MUS

    )

    Jumlah Kendaraan

    yang Didahului

    (PSU

    )

    Jumlah Kendaraan

    yang Mendahului

    (RSU

    )