LAPORAN PENELITIAN STIMULUS UNIVERSITAS NASIONAL …repository.unas.ac.id/1611/1/3. Kejadian...

51
1 LAPORAN PENELITIAN STIMULUS UNIVERSITAS NASIONAL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMJA PUTRI DI SMK PRESTASI CIKANDE KABUPATEN SERANG TAHUN 2018 PENGUSUL Ketua : Bunga Tiara Carolin, SST.,M.Bmd Anggota : Shinta Novelia, S.ST, MNS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA 2018 DENGAN BANTUAN BIAYA DARI UNIVERSITAS NASIONAL

Transcript of LAPORAN PENELITIAN STIMULUS UNIVERSITAS NASIONAL …repository.unas.ac.id/1611/1/3. Kejadian...

  • 1

    LAPORAN PENELITIAN STIMULUS

    UNIVERSITAS NASIONAL

    HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP

    KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMJA PUTRI DI SMK PRESTASI

    CIKANDE KABUPATEN SERANG TAHUN 2018

    PENGUSUL

    Ketua : Bunga Tiara Carolin, SST.,M.Bmd

    Anggota : Shinta Novelia, S.ST, MNS

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS NASIONAL

    JAKARTA

    2018

    DENGAN BANTUAN BIAYA

    DARI UNIVERSITAS NASIONAL

  • 3

    RINGKASAN

    Dismenorea atau lebih yang lebih dikenal dengan nyeri haid adalah keluhan yang

    sering dialami wanita pada bagian perut bawah. Namun, nyeri haid ini tidak hanya

    terjadi pada bagian perut bawah saja. Beberapa remaja perempuan sering merasakannya

    pada punggung bagian bawah, pinggang, pinggul, otot paha atas, hingga betis. Gejala

    yang dirasakan adalah rasa nyeri diperut bagian bawah seperti dicengkeram atau di

    remas-remas, sakit kepala yang berdenyut, mual, muntah, nyeri di punggung bagian

    bawah, diare, bahkan hingga pingsan. Rasa nyeri tersebut biasanya dialami 1-2 hari

    pertama saat datangnya menstruasi. Dismenorea terjadi karena adanya kontraksi atau

    gerakan otot-otot rahim yang kuat. Pada sebagian wanita, rasa nyeri bisa sangat hebat,

    bisa pula sangat ringan. Dismenorea terjadi karena kekejangan otot rahim yang

    disebabkan aliran darah tidak lancar, terasa hebat saat keluarnya darah. Hal ini terjadi

    karena endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah tinggi, mencapai puncak

    maksimum pada awal menstruasi. Keadaan ini disebabkan oleh kelebihan produksi

    prostaglandin oleh endometrium fase sekresi, menyebabkan perangsangan pada otot-

    otot polos. Banyaknya angka kejadian dismenore yang dialami remaja putri dapat

    menggangu aktivitas sehingga berdampak pada kegiatan belajarnya di sekolah.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Status Gizi dan Aktivitas

    fisik dengan Kejadian Dismenorea Primer pada Remaja Putri di SMK Prestasi Cikande

    Kabupaten Serang Tahun 2018.

  • 4

    KATA PENGATAR

    Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi

    rahmat dan karunianya sehingga laporan penelitian stimulus dengan judul “Hubungan

    Antara Status Gizi dan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Dismenorea Primer pada

    Remaja Putri di SMK Prestasi Cikande Kabupaten Serang Tahun 2018” telah selesai

    dikerjakan. Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak akan terselesaikan tanpa

    dukungan, bantuan dan masukan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kami

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Universitas Nasional atas bantuan dana yang diberikan

    2. Prof. Ernawati Sinaga, M.Si., Apt, Warek III bidang penelitian, pengabdian kepada

    masyarakat, dan kerjasama yang telah memotivasi, mendorong dan memberikan

    semangat kepada Dosen-dosen Universitas Nasional untuk melakukan penelitian

    dan pengabdian kepada masyarakat dan juga mengusahakan dana dari Universitas N

    asional.

    3. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dr. Retno Widowati, M.Si.

    Akhirnya, kami sebagai penulis memohon maaf apabila ada kesalahan baik secara

    teknik, format ataupun isi dari laporan ini. Harapan kami semoga penelitian ini dapat

    memberikan manfaat bagi masyarakat untuk menigkatkan kesehatan reproduksi.

    Jakarta, 1 Maret 2019

    Tim Penulis

  • 5

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL............................................................................... 1

    HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… 2

    RINGKASAN……………………………………………………………. 3

    KATA PENGANTAR…………………………………………………… 4

    DAFTAR ISI……………………………………………………………… 5

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang…………………………………………………….. 7

    B. Kerangka Teori…………………………………………………….. 10

    C. Permasalahan………………………………………………………. 11

    D. Urgensi Permasalahan……………………………………………... 11

    E. Tujuan……………………………………………………………… 12

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Remaja Putri.....……………………………………………………. 13

    B. Mestruasi...................……………………………………………… 14

    C. Dismenore.........………………………………………………......... 18

    D. Jenis-jenis Dismenore…..………………………………………….. 20

    E. Cara mengatasi Dismenore………………………………………..... 22

    F. Kebutuhan Gizi Saat Dismenore..………………………………….. 22

    G. Faktor Penyebab Dismenore..........................................................…. 24

    H. Status Gizi............…………………………………………………... 24

    I. Aktivitas Fisik..........………………………………………………... 29

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian…………………………………………………… 31

    B. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………… 31

    C. Instrumen penelitian………………………………………………... 31

  • 6

    D. Prosedur Pengumpulan Data ………………………………………. 33

    E. Pengelolaan Data Data……………………………………………... 33

    F. Rencana Analisa Data……………………………………………… 34

    G. Etika Penelitian…………………………………………………….. 35

    BAB IV JADWAL DAN PEMBIAYAAN PENELITIAN

    A. Jadwal Penelitian…………………………………………………… 36

    B. Pembiayaan Penelitian……………………………………………… 36

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Univariat………………………………………………………. 37

    B. Hasil Bivariat……..…………………………………………………. 38

    C. Pembahasan…………………………………………………………. 49

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan ……...……………………………………………………. 45

    B. Saran……………..…………………………………………………. 45

    DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 47

    LAMPIRAN………………………………………………………………... 50

  • 7

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian wanita

    mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan

    menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan.

    Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap dunia mengalami dismenore. Hasil

    penelitian, di Amerika persentase kejadian dismenore sekitar 60%, Swedia 72% dan di

    Indonesia 55%. Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenore dialami

    oleh 30%-50% wanita usia reproduksi dan 10%-15% diantaranya kehilangan

    kesempatan kerja, mengganggu kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan keluarga.

    Begitu pula angka kejadian dismenore di Indonesia cukup tinggi, namun yang berobat

    kepelayanan kesehatan sangatlah sedikit, yaitu hanya 1% - 2% (Suliawati, 2013).

    Menurut Neinstein (2007) kejadian dismenore didunia sangat besar. Berbagai

    penelitian di indonesia telah membuktikan bahwa kejadian dismenore tinggi yaitu 43-

    93% wanita mengalami dismenore 10-15% diantaranya mengalami dismenore sehingga

    mereka harus meninggalkan pekerjaan maupun sekolah 1-3 hari selama sebulan. Dan

    menurut Morgan dan Hamilton (2009) dismenore primer lebih sering terjadi pada usia

    remaja persentasenya 40-50%, biasanya dismenore primer terjadi 1-3 tahun setelah

    menarche (Sartika, 2011).

    Pada umumnya dismenore tidak berbahaya, namun sering kali dirasa menganggu

    wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk

    setiap wanita. Ada yang masih bisa beraktivitas adapula yang tidak melakukan aktivitas

  • 8

    dan ini akan menurunkan kualitas setiap individu masing-masing (Proverawati &

    Misaroh, 2009).

    Menstruasi merupakan siklus reproduksi pada wanita. Gangguan-gangguan yang

    berhubungan dengan menstruasi dapat mengakibatkan gangguan dalam proses

    reproduksinya. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan menstruasi dapat

    memberi pengaruh mendorong remaja yang mengalami gangguan menstruasi agar

    mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang

    mereka alami berupa kram, nyeri karena ketidaknyamanaan yang dihubungkan dengan

    menstruasi yang disebut dismenorea.

    Dismenorea dalam Bahasa Indonesia adalah nyeri menstruasi, sifat dan derajat

    rasa nyeri ini bervariasi, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Keadaan yang hebat

    dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga memaksa penderita untuk istirahat

    dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau

    beberapa hari. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian

    bawah saat menstruasi.Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan

    relaksasi. Umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat

    dan sering, menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa nyeri

    (Aulia, 2009).

    Dismneorea dibagi atas dua definisi, yaitu desminorea primer dan desminorea

    sekunder. Desminorea primer adalah nyeri menstruasi yang terjadi tanpa adanya

    kelainan ginekologik yang nyata, sedangkan desminore sekunder dikaitkan dengan

    penyakit pelvis organic, seperti endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosi serviks,

    neoplasma ovarium atau uterus dan polip uterus (Suliawati, 2013).

  • 9

    Menurut Proverawati (2009), faktor – faktor penyebab dismenore diantaranya.

    Faktor predisposisi seperti: usia, menarche dini, status gizi, aktifitas fisik (kebiasaan

    olahraga), pola makan (diet), menstruasi pertama, nulipara, riwayat menstruasi pada

    keluarga, obesitas, masa menstruasi yang panjang. Faktor pendukung internal: Faktor

    kejiwaan, obstruksi kanalis servikalis, dan faktor endokrin. Faktor pendukung eksternal:

    Gaya hidup (merokok).

    Faktor – faktor penyebab terjadinya desminore dari faktor predisposisi adalah

    status gizi. Hal ini sesuai dengan Teori Gsianturi (2002) dalam Suliawati (2013), bahwa

    masalah gizi timbul pada remaja karena prilaku gizi yang salah yaitu ketidakseimbangan

    antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan.Status gizi remaja wanita

    sangat mempengaruhi adanya keluhan-keluhan selama menstruasi. Secara psikologis

    wanita remaja yang pertama sekali mengalami menstruasi akan mengeluh rasa nyeri,

    kurang nyaman, dan mengeluh perutnya terasa begah. Tetapi sebagian remaja tidak

    merasakan keluhan-keluhan tersebut, hal ini dipengaruhi nutrisi yang adekuat yang biasa

    dikonsumsi (Paath, 2011).

    Selain faktor status gizi, faktor lain yang mempengaruhi dismenore adalah aktifitas

    fisik atau kebiasaan olahraga (Aulia, 2009). Hal ini sesuai dengan teori Proverawati dan

    misaroh (2009) bahwa latihan olahraga yang teratur dapat menurunkan stress dan

    kelelahan sehingga secara tidak langsung juga mengurangi nyeri. Membiasakan olahraga

    ringan dan aktivitas fisik secara teratur seperti jalan sehat, berlari,bersepeda, ataupun

    berenang pada saat sebelum dan selama haid, hal tersebut dapat membuat aliran darah

    pada otot sekitar rahim menjadil ancar, sehingga rasa nyeri dapat teratasi atau berkurang.

    Latihan ini sedikitnya 30-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali seminggu.

  • 10

    Penelitian Nasution (2013) penelitian kepada 78 responden ditemukan responden

    mengalami dismenore primer ringan sebanyak 33 orang (42,3%), namun didapatkan

    juga responden yang mengalami dismenore primer berat sebanyak 13 orang (16,7%).

    Chia (2012) bahwa prevalensi dismenore dari semua siswi SMA Santo Thomas 1

    Medan adalah sebanyak 53,9% dari 89 responden. Penelitian yang dilakukan oleh Tinah

    dan Diyah (2009) bahwa dari hasil penelitian sebagian besar responden mengalami

    nyeri haid yaitu sebanyak 39 responden (97,5%).

    Banyaknya angka kejadian dismenore yang dialami remaja putri ini yang dapat

    menggangu aktivitas sehingga berdampak pada kegiatan belajarnya di sekolah maka

    penulis merasa tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan antara Status Gizi dan

    Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Dismenorea Primer pada Remaja Putri di SMK

    Prestasi Cikande Kabupaten Serang Tahun 2018”.

    B. Kerangka Teori

    Gambar 1.1 Kerangka Teori Sumber : Proverawati( 2009) Nugroho (2014) Saifuddin (2008) Vivian (2014).

    Faktor Predisposisi :

    1. Menarche dini 2. Status Gizi 3. Aktivitas fisik (kebiasaan

    olahraga)

    4. Pola makan (Diet) 5. Riwayat menstruasi pada

    keluarga

    6. Obesitas / kegemukan

    Faktor – Faktor

    PendukungInternal :

    1. Faktor kejiwaan 2. Faktor obstruksi kanalis

    servikalis

    3. Faktor endokrin 4. Faktor alergi

    Kejadian

    Dismenore

  • 11

    C. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian

    ini adalah masih banyaknya kejadian dismenore yang berdampak pada siswi tersebut

    tertinggal pelajaran. Faktor gizi dan aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab

    kejadian dismenorea pada remaja putri.

    D. Urgensi Penelitian

    Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap dunia mengalami dismenore. Hasil

    penelitian, di Amerika persentase kejadian dismenore sekitar 60%, Swedia 72% dan di

    Indonesia 55%. Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenore dialami

    oleh 30%-50% wanita usia reproduksi dan 10%-15% diantaranya kehilangan

    kesempatan kerja, mengganggu kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan keluarga.

    Begitu pula angka kejadian dismenore di Indonesia cukup tinggi, namun yang berobat

    kepelayanan kesehatan sangatlah sedikit, yaitu hanya 1% - 2% (Suliawati, 2013).

    Menurut Neinstein (2007) kejadian dismenore didunia sangat besar. Berbagai

    penelitian di indonesia telah membuktikan bahwa kejadian dismenore tinggi yaitu 43-

    93% wanita mengalami dismenore 10-15% diantaranya mengalami dismenore sehingga

    mereka harus meninggalkan pekerjaan maupun sekolah 1-3 hari selama sebulan. Dan

    menurut Morgan dan Hamilton (2009) dismenore primer lebih sering terjadi pada usia

    remaja persentasenya 40-50%, biasanya dismenore primer terjadi 1-3 tahun setelah

    menarche (Sartika, 2011). Pada umumnya dismenore tidak berbahaya, namun sering

    kali dirasa menganggu wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan

    tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa beraktivitas adapula yang

    tidak melakukan aktivitas dan ini akan menurunkan kualitas setiap individu masing-

    masing.

  • 12

    E. Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Status Gizi dan

    Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Dismenorea Primer pada Remaja Putri di SMK

    Prestasi Cikande Kabupaten Serang Tahun 2018.

  • 13

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Remaja Putri

    Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun

    sampai dengan 21 tahun bagi anita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

    Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai

    dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22

    tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu

    dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti

    ketetntuan sebelumnya (Hurlock,1991). Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di

    bangku sekolah menengah (Ali dan Mohammad, 2014).

    Remaja, yang dalam bahasa lainya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin

    adolescence yang artinya “tumbuh dan tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa

    primitive dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak

    berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa

    apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali dan Mohammad, 2014).

    MenurutWorld Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja lebih bersifat

    konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi dengan

    batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai

    berikut:

    a. Berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual

    sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

  • 14

    b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari

    kanak-kanak menjadi dewasa.

    c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada

    keadaan yang relative lebih mandiri.

    2.1.2 Menstruasi

    2.1.2.1 Pengertian Menstruasi

    Menstruasi adalah pelepasan dinding Rahim (endometrium) yang disertai

    pendarahan dan terjadi setiap bulannya.Seorang wanita memiliki dua ovarium yang

    masing-masing menyimpan 200.000-400.000 sel telur yang telah matang (folikel).

    Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur saja yang tumbuh setiap periode

    menstruasi, ketika sel telur telah matang maka sel telur tersebut dilepaskan dari ovarium

    dan kemudian berjalan menuju tuba fallopi untuk kemudian dibuahi

    (www.BioHealt.com). Apabila sel telur tidak dibuahi, maka lapisan dinding bagian

    dalam dari rahim yang disiapkan untuk penempelan hasil pembuahan akan terkelupas

    dan terjadilah pendarahan (menstruasi). Menstruasi biasanya datang sebulan sekali

    dengan siklus yang variatif dari 28-35 hari.

    Kebanyakan orang cenderung menganggap bahwa menstruasi adalah pertanda

    mulainya pubertas. Padahal menstruasi adalah terakhir terjadi. Menstruasi tidak akan

    dimulai sampai sekurangnya satu tahun setelah pertumbuhan pesat, yaitu setelah

    payudara mulai berkembang serta tumbuhnya rambut diketiak atau pubis. Satu atau dua

    tahun sebelum menstruasi, vagina mulai mengeluarkan cairan bening yang tidak berbau.

    Bila sebelumnya tidak mengetahui hal ini, mungkin akan cemas. Keadaan ini normal

    tidak perlu untuk dicemaskan.

    http://www.biohealt.com/

  • 15

    Menstruasi sebenarnya merupakan gejala biologis yang alami, progresif, dan

    positif sebagai tanda dari kematangan seksual.Dengan demikian, seharusnya peristiwa

    tersebut diterima dengan sikap wajar.Namun bila peristiwa tersebut menimbulkan

    keterkejutan (syok) yang sangat hebat disertai dengan iritasi (rangsangan yang

    menggangu), biasanya wanita merasa sakit, disertai mual-mual, cepat lelah, dan

    berbagai emosi depresif. Demikian pula apabila pada menstruasi pertama terjadi

    penolakan yang defentif, maka hal tersebut akan megakibatkan pengeraman fungsional.

    Artinya, ada beberapa fungsi psikis dan fisik yang mengalami hambatan atau

    pengeraman, sehingga menyebabkan retensi menstruasi (berhentinya menstruasi), yang

    disebabkan oleh reaksi kejutan pada menstruasi pertama. Pada usia yang lebih

    tua,penolakantadi menyebabkan psychogene amenorrchoe, yaitu berupa berhentinya

    menstruasi (Nirwana, 2011).

    2.1.2.2 Fisiologis Menstruasi

    a. Stadium menstruasi

    Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari.Pada saat itu, endometrium (selaput

    rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan. Hormon-hormon ovarium berada pada

    kadar paling rendah.

    b. Stadium proliferasi

    Stadium ini berlangsung pada 7-9 hari.Dimulai sejak berhentinya darah

    menstruasi sampai hari ke – 14 setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi

    di mana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis yang mempersiapkan rahim

    untuk perlekatan janin.Pada fase ini endrometrium tumbuh kembali.Antara hari ke-12

    sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi).

  • 16

    c. Stadium sekresi

    Stadium sekresi berlangsung 11 hari.Masa sekresi adalah masa sesudah

    terjadinya ovulasi. Hormon progesterone dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan

    endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi

    d. Stadium premenstruasi

    Stadium yang berlangsung selama 3 hari.Ada infiltrasi sel-sel darah putih, bias

    sel bulat. Stroma mengalami disintregasi dengan hilangnya cairan dan secret sehingga

    akan terjadi kolaps dari kelenjar dan arteri. Pada saat ini terjadi vasokontriksi,

    kemudian pembuluh darah itu berelaksasi dan akhirnya pecah (Nirwana, 2011).

    2.1.2.3 Faktor yang mempengaruhi menstruasi

    a. Faktor hormone

    Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita yaitu

    follicle stimulating hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis, estrogen yang

    dihasilkan oleh ovarium, Luteinizingo Hormone(LH) yang dihasilkan oleh hipofisis,

    serta progesterone yang dihasilkan oleh ovarium.

    b. Faktor enzim

    Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan

    dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan

    regresi endometrium dan perdarahan.

    c. Faktor vaskuler

    Saat fase poliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan

    fungsional endometrium.Pada pertumbuhan endometriumikut tumbuh pula arteri-

    arteri, vena-vena, dan hubungan diantara keduanya.Dengan regresi endometrium,

    timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan

  • 17

    arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan pendarahan dengan pembentukan hematoma,

    baik dari arteri maupun vena.

    d. Faktor prostaglandin

    Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya

    desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi

    myometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid (Nirwana,

    2011).

    2.1.2.4 Siklus Menstruasi

    Siklus menstruasi adalah daur ulang atau perputaran menstruasi pada seorang

    wanita.Lebih jelasnya, siklus menstruasi adalah daur menstruasi yang terjadi setiap

    bulan pada wanita produktif, kecuali wanita tersebut sedang hamil. Siklus menstruasi

    dihitung dari hari pertama menstruasi sampai tepat satu hari pertama menstruasi bulan

    berikutnya. Siklus menstruasi tersebut antara satu wanita dengan wanita lain tidak sama.

    Artinya, siklus itu bervariasi, yakni dari mulai 18 sampai 40 hari, dan rata-rata 28 hari.

    Namun, hanya sekitar 10-15% saja wanita yang memiliki siklus 28 hari.Sementara itu,

    siklus menstruasi yang normal terjadi setiap 21-35 hari sekali, dengan lama hari

    menstruasi berkisar 3-7 hari. Menurut perhitungan para ahli, wanita akan mengalami

    500 kali menstruasi selama hidupnya.

    Dari sisi medis, siklus menstruasi kadang-kadang digambarkan pada istilah siklus

    uterus dan ovarium kerena perubahan yang bersamaan yang terjadi pada organ-organ

    tersebut.Perubahan itu terjadi sebagai respons terhadap kedua hormone gonadotropin

    yang amat kuat dari kelenjar pituitary, (FSH), dan (LH) (Hamilton, 1995 dalam

    Nirwana, 2011). Siklus menstruasi dibedakan dalam 4 masa (stadia) :

  • 18

    a. Stadium menstruasi atau desquamasi yaitu Endometrium dilepas dari dinding

    Rahim disertai perdarahan, hanya lapisan tipis (stratum basale) yang tinggal. Ini

    belangsung 4 hari. Disebut haid (keluar darah: potongan-potongan endometrium

    dan lender dari serviks).

    b. Stadium post menstrum atau stadium regenerasi yaitu luka – karena endometrium

    dilepas – berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lender yang baru (berasal

    dari sel epitel kelenjar-kelenjar endometrium). Pada saat kelenjar ini menebal,

    endometrium kurang lebih 0,5 mm. stadium ini sudah mulai aktu stadium

    menstruasi berlangsung ± 4 hari.

    c. Stadium intermestrum atau stadium ploriferasi yaitu pada stadium ini

    endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm, kelenjarnya tumbuh lebih cepat

    dari jaringan lain hingga berkelok, berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14

    dari haid hari pertama.

    d. Stadium pregmenstrum atau stadium sekresi, pada stadium ini endometrium

    tebalnya menetap, tapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku dan

    mengeluarkan getah, dalam endometrium sudah tertimbun glycogen dan kapur

    yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur.

    2.1.3 Dismenorea

    2.1.3.1 Pengertian Dismenorea

    Dismenorea atau lebih yang lebih dikenal dengan nyeri haid adalah keluhan yang

    sering dialami wanita pada bagian perut bawah. Namun, nyeri haid ini tidak hanya

    terjadi pada bagian perut bawah saja. Beberapa remaja perempuan sering merasakannya

    pada punggung bagian bawah, pinggang, pinggul, otot paha atas, hingga betis.

  • 19

    Gejala yang dirasakan adalah rasa nyeri diperut bagian bawah seperti

    dicengkeram atau di remas-remas, sakit kepala yang berdenyut, mual, muntah, nyeri di

    punggung bagian bawah, diare, bahkan hingga pingsan. Rasa nyeri tersebut biasanya

    dialami 1-2 hari pertamasaat datangnya menstruasi.

    Dismenorea terjadi karena adanya kontraksi atau gerakan otot-otot rahim yang

    kuat. Pada sebagian wanita, rasa nyeri bisa sangat hebat, bisa pula sangat ringan.

    Dismenorea terjadi karena kekejangan otot rahim yang disebabkan aliran darah tidak

    lancar, terasa hebat saat keluarnya darah. Hal ini terjadi karena endometrium

    mengandung prostaglandin dalam jumlah tinggi, mencapai puncak maksimum pada

    awal menstruasi. Keadaan ini disebabkan oleh kelebihan produksi prostaglandin oleh

    endometrium fase sekresi, menyebabkan perangsangan pada otot-otot polos.

    Gangguan kram perut ini tidak termasuk PMS, meskipun adakalanya bersamaan

    dengan gejala PMS. Disminore paling sering dialami dan sanga mengganggu aktivitas

    wanita, terlebih lagi harus dialami oleh wanita secara rutin setiap bulan. Namun,

    disminore akan membaik atau bahkan hilang sama sekali setelah proses melahirkan.

    Berbeda dengan PMS, wanita yang pernah melahirkan malah berisiko lebih tinggi

    mengalami PMS (Manuaba, 2010). Intensitas dismenorea (Manuaba, 2010).

    a. Ringan

    1) Terjadi sejenak, dapat pulih kembali

    2) Tidak memerlukan obat, rasa nyeri hilang sendiri

    3) Tidak mengganggu pekerjaan sehari - hari

  • 20

    b. Sedang

    Memerlukan obat-obatan untuk menghilangkan rasasakit, tidak sampai

    meninggalkan pekerjaan.

    c. Berat

    1) Rasa sakit yang hebat, sehingga tidak mampu melakukan tugas harian

    2) Memerlukan istirahat

    3) Memerlukan obat dengan intensitas tinggi

    4) Diperlukan tindakan operasi, karena menggangu setiap menstruasi

    2.1.3.2 Jenis – Jenis Dismenorea

    a. Primer

    Ciri khas dismenorea primer adalah bahwa penyakit ini mulai timbul sejak

    menstruasi pertama kali datang dan keluhan sakitnya agak berkurang setelah wanita

    yang bersangkutan menikah dan hamil. Penyebab :

    1) Tidak jelas, tetapi yang pasti selalu berkaitan dengan pelepasan sel-sel telur

    (ovulasi) dari kelenjar indung telur (ovarium) sehingga dianggap berhubungan

    dengan gangguan keseimbangan hormon.

    b. Sekunder

    Dismenorea sekunder berkaitan dengan hormon prostaglandin, karena

    kenyataannya prostaglandin banyak dihasilkan di dalam rahim bila ada benda asing

    seperti alat KB atau bahkan tumor.Prostaglandin berpengaruh dalam meningkatkan

    kontraksi otot rahim yang meningkat selama menstruasi. Penyebab :

    1. Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil

    2. Posisi rahim yang tidak normal

    3. Adanya tumor dalam rongga rahim, misalnya mioma uteri

  • 21

    4. Adanya tumor dalam rongga panggul

    5. Penyakit-penyakit lainnya seperti tuberkulosa, kurang darah (anemia),

    konstipasi, dan postur tubuh yang terlalu kurus

    6. Udara terlalu dingin (Proverawati, 2009).

    Faktor-faktor yang menyebabkan Dismenore (Proverawati, 2009), Faktor predisposisi

    pada kejadian dismenorea adalah :

    1) Usia

    2) Menarche dini

    3) Status Gizi

    4) Aktivitas fisik (kebiasaan olahraga)

    5) Pola makan (Diet)

    6) Menstruasi pertama

    7) Nulipara

    8) Riwayat menstruasi pada keluarga

    9) Obesitas / kegemukan

    10) Masa menstruasi yang panjang

    Faktor – Faktor pendukunginternal :

    1). Faktor kejiwaan

    2). Faktor obstruksi kanalis servikalis

    3). Faktor endokrin

    Faktor- Faktor pendukung eksternal :

    1). Lift style (Gaya Hidup) Merokok

  • 22

    2.1.3.3 Cara Mengatasi Dismenorea

    a. Makan makanan yang kaya protein dan serat menjelang menstruasi

    b. Konsumsi makanan yang mengandung kalsium, magnesium, vitamin A, vitamin E,

    vitamin B6, dan vitamin C

    c. Kurang asupan garam dengan cara menghindari junk food atau makanan ringan

    yang megandung banyak garam (misalnya pitza, makanan kaleng, dan cemilan).

    d. Minum banyak jus buah

    e. Hindari minum kopi, teh, dan minuman bersoda

    f. Tenangkan pikiran dan rileks, misalnya melakukan hobi atau mendengarkan music

    Selain cara diatas berikut ini beberapa cara yang biasa dilakukan jika nyeri yang

    dirasakan sangat berlebihan:

    a. Minum obat penghilang rasa sakit

    b. Kompres dengan air yang hangat di sekitar daerah yang nyeri

    c. Mandi air hangat

    d. Berbaring dengan santai

    2.1.3.4 Gizi Saat Dismenorea

    Pada saat datangnya menstruasi, disminore atau rasa nyeri dapat diringankan

    dengan mengonsumsi zat gizi, terutama dari golongan vitamin dan mineral. Zat gizi

    yang dapat membantu meringankan dismenorea adalah:

    a. Vitamin

    1) Vitamin A

    Vitamin A sangat penting bagi sistem saraf dan fungsi otak yang berperan

    dalam meringankan dismenorea. Sumber hewani vitamin A adalah hati, telur, susu,

  • 23

    keju, margarin, dan minyak ikan. Sedangkan, sumber vitamin A adalah sayuran

    hijau.Semakin hijau warna sayuran, semakin tinggi kandungan vitamin A-nya,

    seperti daun singkong, daun papaya, daun kemangi, bayam, dan lain-lain.

    2) Vitamin E

    Vitamin E berperan dalam mengatur produksi hormon prostaglandin.

    Hormon ini menyebabkan peningkatan kontraksi otot rahim sehingga rasa nyeri

    haid itu datang.Vitamin E juga dapat memperbaiki aktivitas

    neurotransmitter.Sumber vitamin E banyak terdapat pada tanaman dan

    hewan.Sayuran dan minyak biji-bijian merupakan sumber terbanyak.Sumber

    hewaninya terdapat dalam kuning telur, mentega, dan hati.Sedangkan, sumber

    nabatinya terdapat dalam kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau, minyak kepala

    sawit, minyak kedelai, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, dan minyak biji

    kapas, margarin, dan shortening.

    3) Vitamin B6

    Berperan penting dalam metabolism protein dan asam amino, meningkatkan

    resistansi terhadap penyakit, memproduksi sel darah merah, menjaga kadar

    glukosa darah, serta menjaga kesehatan kulit dan saraf. Vitamin B6 berperan

    sebagai kofaktor dalam proses akhir pembentukan neurotransmitter, yang akan

    mempengaruhi sistem endokrin otak menjadi lebih baik sehingga membuat tubuh

    rileks dan dapat meringnkan disminore. Sumber hewani vitamin B6 terdapat

    dalam daging ayam, ikan, hati, kuning telur, dan sedikit dalam susu. Sedangkan,

    sumber nabatinya terdapat dalam serelia, kentang, avokad, dan kacang tanah.

  • 24

    4) Vitamin C

    Vitamin C penting saat menstruasi karena berguna dalam membantu

    penyerapan zat besi, di mana zat besi diperlukan untuk pembentukan sel darah

    merah.Selain itu, vitamin C dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan kerja sistem

    saraf yang dapat meringankan dismenorea.Sumber hewani vitamin C terdapat

    dalam hati dan ginjal saja.Paling banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayuran,

    seperti jambu biji, papaya, jeruk, strowberi, kiwi, gandaria, daun katuk, daun

    kelor, tangkil (melinjo), daun singkong, dau tales, daun melinjo, brokoli, dan lain-

    lain.

    b. Mineral

    c. Kalsium

    Ketika mengalami dismenorea, kalsium berfungsi untuk mengaktifkan saraf dan

    kontraksi otot, mengurangi keluhan saat haid, melancarkan peredaran darah, mengatasi

    kram, sakit pinggang, serta menjaga keseimbangan cairan tubuh.Kalsium dapat

    meredakan rasa sakit atau nyeri saat haid. Kalsium paling banyak terdapat dalam susu

    dan hasil olahannya. Terdapat juga pada daging, ikan sarden, ikan teri, rebon, belut,

    ayam, telur, serealia, sayuran berwarna hijau gelap seperti kangkung, bayam, brokoli,

    daun papaya, daun singkong, daun labu, daun katuk, biji-bijian (wijen, kenari, dan

    almond), papaya muda, salak, nangka muda, apel, pir, anggur, persik, kismis, dan

    kurma.

    d. Magnesium

    Berfungsi dalam membantu relaksasi otot, transmisi sinyal saraf, mengurangi

    migren, dan sebagai penenang alamiah sehingga magnesium dapat meringankan

    disminore atau rasa nyeri saat haid.Sumber terbaik magnesium adalah sayuran

  • 25

    hijau.Sumber lainnya adalah biji-bijian, gandum, oatmeal, dan avokad (Suliawati,

    2013).

    2.1.4 Faktor – Faktor Penyebab Dismenore

    a. Status Gizi

    1) Pengertian

    Supariasa (2001), mengatakan bahwa: “Gizi adalah suatu proses organisme

    menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesiti,

    absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak

    digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari

    organ-organ, serta menghasilkan energi”.Status gizi adalah ekspresi dari keadaan

    keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam

    bentuk variabel tertentu (Suliawati, 2013).

    2) Penilaian Status Gizi

    Dalam Supariasa (2001) dalam Suliawati (2013), Penilaian status gizi adalah

    interpretasi dari data yang didapatkandengan menggunakan berbagi metode untuk

    mengidentifiksi populasiatau individu yang beresiko atau dengan stastus gizi buruk.

    Padadasarnya penilaian status gizi dapat dibagi 2, yaitu secara langsung yangmeliputi :

    antropometri, biokimia, klinis dan biofisik dan secara tidaklangsung yang meliputi :

    survei makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

    3) Pengukuran Antropometri

    Supariasa (2001) dalam Suliawati (2013), mengungkapkan: “nutritional

    Anthropometry is Meansurement of the Variations of the Physical Dimensions and the

    Gross Cmposition of the Human Body at Different Age Levels and Degree of

    Nutrition”.Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa antropometri

    gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

    komposisi tubuh dari berbagi tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri sebagai

  • 26

    indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter

    adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain : umur, berat badan, tinggi

    badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah

    kulit. Sedangkan indeks antropometri adalah kombinasi beberapa parameter,

    diantaranya:

    a) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

    Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa

    tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang

    mendadak.Indeks berat badan menurut umur digunakan untuk menggambarkan

    status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).

    b) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

    Tinggi badan merupakan antropoetrik yang menggambarkan keadaan

    pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan tinggi badan relative kurang sensitif

    terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yangpendek. Pengaruh defisiensi

    zat terhadap tinggi badan akanNampak dalam waktu yang relatif sama. Indeks

    ini digunakan untukmenggambarkan status gizi masa yang lalu.

    c) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

    Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggibadan. Dalam

    keadaan normal, perkembangan berat badan akansearah dengan pertumbuhan

    tinggi badan dengan kecepatan tertentu.Indeks ini merupakan indikator yang baik

    untuk menilai status gizisaat ini dan independen terhadap umur.

    4) Indeks Massa Tubuh (IMT)

    Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumurdiatas 18

    tahun.IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak,remaja, ibu hamil, dan

    olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bias diterapkan pada keadaan khusus lainnya

  • 27

    seperti edema, asites, dll.IMT/U merupakan yang terutama bermanfaat untuk

    penapisankelebihan berat badan dan kegemukan.Biasanya IMT tidak

    meningkatdengan bertambahnya umur.

    IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi orang

    dewasa khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka

    mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia

    harapan hidup lebihpanjang. Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau

    BB/TB. Ketika melakukan interpretasi resiko kelebihan berat badan, perlu

    mempertimbangkan berat badan orang tua. IMT merupakan rumus matematis yang

    berkaitan dengan lemak tubuh, dan dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram)

    di bagi dengan kuadrat tinggi (dalam ukuran meter):

    Keterangan

    BB = Berat Badan (dalam Kg)

    TB = Tinggi Badan (dalam meter)

    Tabel 2.1

    Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

    Menurut teori Gsianturi (2002) dalam Suliawati (2013), bahwa masalah gizi

    timbul pada remaja karena prilaku gizi yang salah yaitu ketidakseimbangan antara

    konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Remaja putri sering melewatkan

    Kategori IMT

    Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0

    Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 - <

    Normal 18,5 – 22,9

    Kelebihan BB tingkat ringan 23 – 24,9

    Gemuk Kelebihan BB tingkat moderat

    (Obes I)

    > 25 – 29,9

    Kelebihan BB tingkat berat

    (Obes II)

    > 30,0

    IMT = TB / BB²

  • 28

    dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan.“Makanan sampah” (junk food) kini

    semakin digemari oleh remaja, baik sebagai kudapan maupun “makan besar”. Disebut

    makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama sekali) mengandung

    kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C, sementara kandungan lemak jenuh,

    kolesterol, dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50%

    total kalori yang terkandung dalam makanan itu.

    Prostaglandin adalah semua kelompok yang diturunkan dari asam lemak 20-

    karbon tak jenuh, terutama asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase; prostaglandin

    terlibat dalam berbagai proses fisiologis (Dorland, 2005). Diaz, 1998 menyatakan

    semakin banyak lemak semakin banyak pula prostaglandin yang dibentuk, sedangkan

    peningkatan kadar prostaglandin dalam sirkulasi darah diduga sebagai penyebab

    dismenore (Utami, 2013).

    Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut

    syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan

    peningkatan kepekaan myometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg

    dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi myometrium

    yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi

    iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika

    prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain

    dismenorea timbul pula diare, mual, dan muntah (Suliawati,2013).

    Menurut penelitian Gidul Suliawati (2013), menyatakan bahwa terdapat

    hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian desminore primer pada

    Wanita Usia Subur di Gampong Klieng Cot Aron Kecamatan Baitussalam Aceh Besar.

  • 29

    b. Aktifitas Fisik ( Kebiasaan Olah Raga)

    1) Pengertian Aktivitas Fisik

    Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningakatkan pengeluaran

    tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila

    seseorang melakukan latihan fisik atau olahraga selama 30 menit setiap hari atau

    minimal 3-5 hari dalam seminggu. (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

    Aktivitas fisik yang dilakukan dapat diukur dengan menggunakan Global

    Physical Activity Questionnaire (GPAQ). Kuesioner ini terutama ditujukan pada

    generasi muda dan dewasa untuk mengukur sejumlah intensitas kegiatan yang

    berbeda-beda pada saat bekerja dan pada saat libur. GPAQ mencakup empat area

    aktivitas fisik yaitu aktivitas sehari-hari kerja, aktivitas fisik di luar pekerjaan dan

    olahraga, transportasi, pekerjaan rumah tangga serta merawat anak. (WHO, 2016).

    2) Jenis-Jenis Akivitas Fisik Remaja

    Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, aktivitas fisik yang

    sesuai untuk remaja sebagai berikut :

    a. Kegiatan ringan : hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak

    menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau ketahanan (endurance).

    Contoh : berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring, mencuci

    kendaraan, berdandan, duduk, les disekolah, les diluar sekolah, mengasuh

    adik, nonton TV, aktivitas main play station, main computer, belajar dirumah,

    nongkrong.

    b. Kegiatan sedang : membutuhkan tenaga intens atau terus menerus, gerakan

    otot yang berirama atau kelenturan (flexibility). Contoh : berlari kecil, tenis

    meja, berenang, bermain dengan hewan peliharaan, bersepeda, bermain

    music, jalan cepat.

  • 30

    c. Kegiatan berat : biasanya berhubungan dengan olahraga dan membutuhkan

    kekuatan (strength), membuat berkeringat. Contoh : berlari, bermain sepak

    bola, aerobik, bela diri (misal karate, taekondo, pencak silat) dan outbond.

    Lakukan minimal 30 menit olahraga sedang untuk kesehatan jantung, 60

    menit untuk mencegah kenaikan berat badan dan 90 menit untuk menurunkan

    berat badan (Nurmalina, 2011).

    3) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik

    Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik bagi remaja,

    berikut ini beberapa faktor tersebut :

    a. Umur

    Aktivitas fisik remaja sampai dewasa meningkat sampai mencapai maksimal

    pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional

    dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1 % per tahun, tetapi bila rajin

    berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.

    b. Jenis kelamin

    Sampai pubertas biasanya aktivitas fisik remaja laki-laki hampir sama dengan

    remaja perempuan, tapi setelah pubertas remaja laki-laki biasanya

    mempunyai nilai yang jauh lebih besar.

    c. Pola makan

    Makanan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas, karena bila jumlah

    makanan dan porsi makanan lebih banyak, maka tubuh akan merasa mudah

    lelah, dan tidak ingin melakukan kegiatan seperti olahraga atau menjalankan

    aktivitas lainnya. Kandungan dari makanan yang berlemak juga banyak

    mempengaruhi tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari ataupun olahraga,

  • 31

    sebaiknya makanan yang akan di konsumsi dipertimbangkan kandungan

    gizinya agar tubuh tidak mengalami kelebihan energi namun tidak dapat

    dikeluarkan secara maksimal.

    d. Penyakit/ kelainan pada tubuh

    Berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, porstur tubuh, obesitas,

    hemoglobin/sel darah dan serat otot. Bila ada kelainan pada tubuh seperti

    diatas akan mempengaruhi aktivitas yang akan dilakukan. Seperti kekurangan

    sel darah merah, maka orang tersebut tidak di perbolehkan untuk melakukan

    olahraga yang berat.Obesitas juga menjadikan kesulitan dalam melakukan

    aktivitas fisik. (Matarani, 2012).

    Menurut Proverawatidan misaroh (2009) bahwa latihan olahraga yang teratur

    dapat menurunkan stress dan kelelahan sehingga secara tidak langsung juga mengurangi

    nyeri. Membiasakan olahraga ringan dan aktivitas fisiksecara teratur seperti jalan sehat,

    berlari,bersepeda, ataupun berenang pada saat sebelum dan selama haid, hal tersebut

    dapat membuat aliran darah pada otot sekitar rahim menjadilancar, sehingga rasa nyeri

    dapat teratasi atau berkurang. Latihan ini sedikitnya 30-60 menit dengan frekuensi 3-5

    kali seminggu.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hormono (2012) tentang Hubungan

    Antara Kebiasaan Olahraga, Menarche, dan Lama Menstruasi Dengan ejadian

    Dismenorhea Pada Remaja di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga, penelitian

    menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lama menstruasi denga kejadian

    dismenorhea dengan nilai p=0.003.

  • 32

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

    pendekatan cross sectional, yaitu penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada

    waktu yang sama. (Sibagariang, E. E. dkk, 2010). Penelitian cross sectional adalah

    suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko (independen) dengan

    faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali

    dan sekaligus pada waktu yang sama (Riyanto, 2013).

    B. Waktu dan Tempat Penelitian

    Waktu penelitian adalah pada bulan Agsustus - Desember 2018. Lokasi penelitian

    yaitu di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

    C. Instrumen Penelitian dan Responden

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri SMK Prestasi Cikande

    Tahun 2018. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu non

    probability sampling dengan metode simple random sampling.

    Instrumen yang digunakan pada peneliti ini disusun oleh peneliti sendiri dengan

    mengacu dan memodifikasi teori yang sudah diuraikan dalam tinjauan pustaka. Uji

    validitas dan reliabilitas akan dilaksanakan pada tahap pilot study sebelum melakukan

    pengumpulan data sebenarnya. IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk

    memantau status gizi seseorang dan kuesioner tentang aktivitas fisik yang terdiri dari 4

    pertanyaan.

  • 33

    D. Prosedur Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah terdiri dari data primer, yang

    dilakukan dengan memberikan kuesioner pada Remaja Putri di SMK Prestasi Cikande

    Tahun 2018. Prosedur pengumpulan data meliputi :

    1) Mengajukan surat penelitian

    2) Mengurus surat ijin penelitian

    3) Sebelum dilakukan penelitian dilakukan penjelasan tentang maksud, tujuan

    penelitian kepada responden.

    4) Memberikan lembar persetujuan pada responden

    5) Membagikan kuesioner yang telah disediakan kepada responden

    E. Pengelolaan Data

    Dalam pengelolaan data menggunakan bantuan komputer, yaitu dengan memakai

    perangkat lunak statistik. Pengelolaan data secara lebih lengkap dapat dijelaskan

    sebagai berikut :

    1. Editing

    Editing yaitu melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan pengisian kuesioner

    dan konsistensi jawaban dengan pertanyaan.

    2. Coding

    Coding yaitu melakukan pengkodean terhadap beberapa variabel yang akan

    diteliti, dengan tujuan untuk mempermudah pada saat melakukan analisis data dan juga

    mempercepat pada saat entri data.

    3. Processing

    Setelah semua isian kuisioner telah terisi penuh dan benar, dan juga sudah

    melawati pengkodean, maka langka selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis.

  • 34

    Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentri data dari kuisioner kepaket program

    komputer.

    4. Cleaning

    Cleaning yaitu pengecekan kembali data yang sudah di entri, apakah ada

    kesalahan atau tidak.

    F. Rencana Analisa Data

    1. Analisa Univariat

    Analisa Univariat yaitu analisa yang digunakan untuk mendapatkan gambaran

    dan mendiskripsikan distribusi frekuensi atau besarnya proporsi menurut berbagai

    variabel yang diteliti, baik untuk variabel dependent maupun indipendent. Analisa

    univariat dilakukan setelah tabulasi data, frekuensi masing-masing kategori

    kemudian dihitung besarnya persentasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut

    (Sabarguna, 2013) : %100n

    F

    Keterangan : P = Persentase

    F = frekuensi tiap kategori

    n = Jumlah sampel

    2. Analisis Bivariat

    Analisis Bivariat adalah untuk menganalisa adanya hubungan antara variabel

    dependent dan independent, sesuai dengan tujuan penelitian dan jenis skala ukur

    serta untuk mengetahui adanya hubungan dua variabel tersebut bermakna atau tidak

    bermakna. Uji statistik yang digunakan adalah ”Chi Square”. Data diolah dengan

    menggunakan program IBM SPSS 24 karena data bersifat kategorik dengan

    menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan nilai alpha = 0,05. Jika X2 hitung >

  • 35

    X2 tabel atau p-Value lebih kecil dari α (P< 0,05), artinya terdapat hubungan yang

    bermakna antara kedua variable yang diteliti. Rumus:

    Keterangan :

    2 = Kai Kuadrat

    foij = Frekuensi Observasi

    feij = Frekuensi Nilai Harapan

    ni = total baris

    nj = total kolom

    G. Etika Penelitian

    Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

    kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek

    penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut.

    Dalam melaksanakan sebuah penelitian, peneliti harus menjunjung tinggi etika

    penelitian yang merupakan standar etika dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian

    ini peneliti akan memperhatikan etika dalam penelitian yang dilakukan dengan langkah-

    langkah :

    1. Informed concent atau lembar persetujuan ini diberikan pada responden yang

    akan diteliti yang memenuhi kriteria. Peneliti akan menjelaskan maksud dan

    tujuan penelitian. Jika subjek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus

    menandatangani lembar persetujuan

    2. Anonimity yaitu untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan

    mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberi kode yang hanya

    diketahui oleh peneliti

    nj

    j ij

    ijijni

    i

    hitungfe

    fefo

    1

    2

    1

    2

  • 36

    BAB IV

    JADWAL DAN PEMBIAYAAN PENELITIAN

    A. Jadwal Kegiatan

    No Uraian Kegiatan Agt

    2018

    Sept

    2018

    Okt

    2018

    Nov

    2018

    Des

    2018

    1. Persiapan Proposal

    2. Pengurusan perijinan

    3. Pengumpulan Data

    4. Tabulasi dan Analisa Data

    5. Pembuatan laporan

    B. Pembiayaan Penelitian

    Dana yang diperlukan untuk kegiatan penelitian ini sebesar Rp. 8.000.000,-

    (Lima Juta Rupiah), dengan rincian biaya sebagai berikut:

    No Rincian Biaya Jumlah

    1. Administrasi (surat menyurat untuk perijinan) Rp. 750.000,-

    2. Fotocopy makalah, lembar persetujuan dan kuisioner Rp. 800.000,-

    3. Transport survei dan pelaksanaan penelitian (2 orang untuk

    survei dan 4 orang untuk pelaksanaan penelitian @ Rp.

    300.000,-)

    Rp. 1.800.000,-

    4. Konsumsi Tim untuk pelaksanaan penelitian (snack dan

    makan siang)

    Rp. 1.500.000,-

    5. souvenir untuk peserta penelitian (100 orang X Rp. 17.500) Rp. 1.750.000.-

    6. Fotocopy dan penjilidan laporan (6 eksemplar) Rp. 400.000,-

    7. Pembelian timbangan digital dan staturemeter Rp. 1.000.000,-

    JUMLAH TOTAL Rp. 8.000.000,-

  • 37

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil Penelitian

    5.1.1 Hasil Univariat

    A. Distribusi Ferkuensi Kejadian Dismenorea Primer

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Siswi SMK Prestasi Cikande

    Berdasarkan Kejadian Dismenorea Primer

    Dismenorea Primer Frekuensi Persentase%

    Ya 80 79,2

    Tidak 21 20,8

    Total 101 100

    Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa sebagian besar (79,2%) siswi

    mengalami Dismenorea Primer.

    B. Status Gizi

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Siswi SMK Prestasi Cikande

    Berdasarkan Status Gizi (IMT)

    Status Gizi Frekuensi Persentase (%)

    Tidak Normal 58 57,4

    Normal 43 42,6

    Total 101 100

    Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa sebagian besar (57,4%) siswi

    mengalami status gizi tidak normal (25,0).

    C. Aktivitas Fisik

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Siswi SMK Prestasi Cikande

    Berdasarkan Aktivitas Fisik

    Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase (%)

    Kurang 71 70,3

    Baik 30 29,7

    Total 101 100

    Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa sebagian besar (70,3%) siswi

    memiliki aktivitas fisik yang kurang.

  • 38

    5.1.2. Hasil Analisis Bivariat

    Berdasarkan hasil analisis bivariat dapat dilihat sebagai berikut :

    A. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenorea Primer Pada Remaja

    Putri Di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

    Tabel 5.4 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenorea Primer Pada Remaja Putri

    Di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018

    Status Gizi

    Kejadian Dismenorea Primer

    p-value Ya Tidak Total

    f % f % F %

    Tidak Normal 56 96,6 2 3,4 58 100

    0,000 Normal 24 55,8 19 44,2 43 100

    Total 80 79,2 21 20,8 101 100

    Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukan bahwa dari 58 responden dengan status

    gizi tidak normal yang mengalami dismenorea primer sebanyak 96,6% (56

    responden), sedangkan pada kelompok dengan status gizi normal dari 43 responden

    hanya 55,8% (24 responden) siswi mengalami dismenorea primer. Berdasarkan

    hasil penelitian, menunjukan bahwa kasus terbanyak adalah dengan status gizi

    kurus (38%) dan status gizi gemuk hanya (21%).

    Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan

    nilai P sebesar 0,000 (p ≤ 0.05) sehingga H0 ditolak yang berarti bahwa secara

    statistik terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian

    dismenorea primer di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

  • 39

    B. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenorea Primer Pada Remaja

    Putri Di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

    Tabel 5.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenorea Primer Pada Remaja Putri

    Di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018

    Kejadian Dismenorea Primer

    Aktivitas Fisik Ya Tidak Total P- value

    f % F % F %

    Kurang 65 91,5 6 8,5 71 100

    Baik 15 50 15 50 30 100 0,000

    Total 80 79,2 21 20,8 100 100

    Berdasarkan Tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa dari 71 responden yang

    memiliki aktivitas fisik kurang yang mengalami dismenorea primer sebanyak 91,5%

    (65 responden), sedangkan pada kelompok dengan aktivitas fisik baik dari 30

    responden hanya 50% (15 responden) mengalami dismenorea primer.

    Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square pada α = 0.05 didapatkan

    nilai P sebesar 0,000 (p ≤ 0.05) sehingga H0 ditolak yang berarti bahwa secara

    statistik terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian

    dismenorea primer di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

    5.2. Pembahasan

    5.2.1. Kejadian Dismenorea Primer

    Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa kejadian dismenorea

    primer yang terjadi di SMK Prestasi Cikane Tahun 2018 sebanyak (79,2%).

    Terlihat bahwa dismenore primer merupakan suatu masalah pada remaja putri di

    SMK Prestasi Cikane Tahun 2018 karena dengan mengalami dismenore primer

    remaja dapat mengganggu aktivitas belajar.

    Dismenorea atau lebih yang lebih dikenal dengan nyeri haid adalah

    keluhan yang sering dialami wanita pada bagian perut bawah. Namun, nyeri haid

  • 40

    ini tidak hanya terjadi pada bagian perut bawah saja. Beberapa remaja

    perempuan sering merasakannya pada punggung bagian bawah, pinggang,

    pinggul, otot paha atas, hingga betis. Gejala yang dirasakan adalah rasa nyeri

    diperut bagian bawah seperti dicengkeram atau di remas-remas, sakit kepala

    yang berdenyut, mual, muntah, nyeri di punggung bagian bawah, diare, bahkan

    hingga pingsan. Rasa nyeri tersebut biasanya dialami 1-2 hari pertama saat

    datangnya menstruasi.

    Dismenorea terjadi karena kekejangan otot rahim yang disebabkan aliran

    darah tidak lancar, terasa hebat saat keluarnya darah. Hal ini terjadi karena

    endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah tinggi, mencapai puncak

    maksimum pada awal menstruasi. Keadaan ini disebabkan oleh kelebihan

    produksi prostaglandin oleh endometrium fase sekresi, menyebabkan

    perangsangan pada otot-otot polos.

    Menurut Neinstein (2007) kejadian dismenore didunia sangat besar.

    Berbagai penelitian di indonesia telah membuktikan bahwa kejadian dismenore

    tinggi yaitu 43-93% wanita mengalami dismenore 10-15% diantaranya

    mengalami dismenore sehingga mereka harus meninggalkan pekerjaan maupun

    sekolah 1-3 hari selama sebulan. Dan menurut Morgan dan Hamilton (2009)

    dismenore primer lebih sering terjadi pada usia remaja persentasenya 40-50%,

    biasanya dismenore primer terjadi 1-3 tahun setelah menarche (Sartika, 2011).

    Hal ini didukung oleh penelitian Nasution (2013) penelitian kepada 78

    responden ditemukan responden mengalami dismenore primer ringan sebanyak

    33 orang (42,3%), namun didapatkan juga responden yang mengalami

    dismenore primer berat sebanyak 13 orang (16,7%). Chia (2012) bahwa

  • 41

    prevalensi dismenore dari semua siswi SMA Santo Thomas 1 Medan adalah

    sebanyak 53,9% dari 89 responden. Penelitian yang dilakukan oleh Tinah dan

    Diyah (2009) bahwa dari hasil penelitian sebagian besar responden mengalami

    nyeri haid yaitu sebanyak 39 responden (97,5%).

    Menurut asumsi peneliti, dismenorea primer yang terjadi pada remaja

    siswi SMK Prestasi diantaranya karena faktor- faktor seperti kurangnya asupan

    makanan yang bergizi karena banyaknya remaja tersebut memakan makanan

    siap saji, aktivitas fisik yang kurang, menstruasi pertama ≤12 tahun, riwayat

    keluarga dengan dismenorea dan lama menstruasi >7 hari.

    5.2.2. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenorea Primer Pada Remaja

    Putri Di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

    Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa remaja putri yang

    mengalami dismenorea primer dengan status gizi tidak normal sebanyak

    (96,6%). Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square terdapat

    hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian dismenorea primer

    di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

    Menurut teori Gsianturi (2002) dalam Suliawati (2013), bahwa masalah

    gizi timbul pada remaja karena prilaku gizi yang salah yaitu ketidakseimbangan

    antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Remaja putri sering

    melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan.“Makanan

    sampah” (junk food) kini semakin digemari oleh remaja, baik sebagai kudapan

    maupun “makan besar”. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan

    ada yang tidak sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat,

    vitamin A dan C, sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol, dan natrium

  • 42

    tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% total kalori yang

    terkandung dalam makanan itu.

    Prostaglandin adalah semua kelompok yang diturunkan dari asam lemak.

    Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut

    syaraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin

    dan peningkatan kepekaan myometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga

    400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya,

    kontraksi myometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi

    aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan

    timbulnya nyeri spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah

    berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenorea timbul pula diare,

    mual, dan muntah (Suliawati, 2013).

    Sedangkan status gizi yang kurus dapat diakibatkan karena asupan

    makanan yang kurang, termasuk zat besi yang dapat menimbulkan anemia.

    Anemia merupakan salah satu faktor konstitusi yang menyebabkan kurangnya

    daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri sehingga saat menstruasi dapat terjadi

    dismenore.

    Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Suliawati (2013), menyatakan

    bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian

    desminore primer pada Wanita Usia p= 0,001. Selanjutnya penelitian Nasution,

    Dewi Sartika (2013) terdapat hubungan yang siqnifikan antara status gizi dengan

    dismenore primer pada remaja putri di SMA Swasta Istiqlal Deli Tua dengan

    nilai p = 0,000. Hasil penelitian juga didukung oleh Qonita Berliana (2017) di

  • 43

    SMAN 3 Rangkasbitung, bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi

    dengan kejadian dismenorea dengan nilai p=0,000.

    Menurut asumsi peneliti, status gizi berhubungan dengan dismenore

    primer disebabkan karena masih banyaknya remaja yang tidak berprilaku hidup

    sehat sehingga status gizi tidak normal. Karena masih banyak remaja yang

    memikirkan dietnya dikarenakan takut bermasalah dengan berat badan sehingga

    remaja lebih memilih makanan siap saji namun mereka tidak sadar makanan siap

    saji tersebut banyak mengandung lemak sehingga status gizi menjadi tidak

    normal sehingga menimbulkan nyeri saat haid. Sedangkan pada status gizi yang

    kurus dapat diakibatkan karena asupan makanan yang kurang, termasuk zat besi

    yang dapat menimbulkan anemia. Anemia merupakan salah satu faktor

    konstitusi yang menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri

    sehingga saat menstruasi dapat terjadi dismenore.

    5.2.3. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dismenorea Primer Pada

    Remaja Putri Di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

    Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa remaja putri yang

    mengalami dismenorea primer dengan aktivitas fisik yang kurang sebanyak

    (91,5%). Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi Square terdapat

    hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenorea

    primer di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018. Menurut teori Proverawati dan

    misaroh (2009) bahwa latihan olahraga yang teratur dapat menurunkan stress dan

    kelelahan sehingga secara tidak langsung juga mengurangi nyeri. Membiasakan

    olahraga ringan dan aktivitas fisik secara teratur seperti jalan sehat, berlari,

    bersepeda, ataupun berenang pada saat sebelum dan selama haid, hal tersebut

  • 44

    dapat membuat aliran darah pada otot sekitar rahim menjadi lancar, sehingga rasa

    nyeri dapat teratasi atau berkurang. Latihan ini sedikitnya 30-60 menit dengan

    frekuensi 3-5 kali seminggu. Ketika seseorang melakukan olahraga tubuh akan

    memproduksi hormon endorphin. Hormon endorphin dihasilkan di system saraf

    pusat yaitu di otak dan sumsum tulang belakang. Hormon ini membuat seseorang

    merasa nyaman dan juga dapat menurunkan kadar stress dan secara tak langsung

    juga menurunkan rasa nyeri saat menstruasi.

    Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hormono

    (2012) penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lama

    menstruasi denga kejadian dismenorhea primer dengan nilai p=0.003.

    Selanjutnya penelitian Tina Aryanti (2017) Penelitian tersebut menunjukan

    bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian

    dismenorea dengan nilai p=0,001. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian

    Deby Shinta, dkk (2014) menunjukan bahwa penelitian tersebut memiliki

    hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenorea

    dengan nilai p=0,040.

    Menurut asumsi peneliti, adanya hubungan kebiasaan olahraga terhadap

    kejadian dismenore primer dapat disebabkan karena olahraga merupakan salah

    satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Sedangkan

    pada era globalisasi banyak remaja yang jarang melakukan olahraga, dan jarang

    melakukan olahraga fisik, lebih sering memainkan gadget dan diam dirumah

    sehingga menimbulkan nyeri saat haid. Ketika seseorang melakukan olahraga

    dapat membuat aliran darah pada otot sekitar rahim menjadi lancar sehingga rasa

    nyeri dapat teratasi atau berkurang.

  • 45

    BAB VI

    SIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Simpulan

    Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan yang telah dijelaskan pada

    bab sebelumnya yaitu Faktor - Faktor yang berhubungan dengan Kejadian

    Dismenorea Primer pada Remaja putri di SMK Prestasi Cikande Kabupaten

    Serang Tahun 2018 didapatkan hasil bahwa kejadian Dismenorea Primer siswi

    SMK Prestasi Cikande sebesar 79,2%. Sebagian besar 57,4% status gizi tidak

    normal, dan 70,3% responden dengan aktivitas fisik kurang. Selanjutnya terdapat

    hubungan yang bermakna antara Status Gizi dan Aktivitas Fisik, Dengan Kejadian

    Dismenorea Primer Pada Remaja Putri di SMK Prestasi Cikande Tahun 2018.

    6.2. Saran

    Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat penulis

    sampaikan adalah sebagai berikut :

    6.2.1. Bagi Peneliti

    Diharapkan Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan serta

    menambah wawasan kesehatan khususnya masalah Dismenorea Primer.

    Diharapkan peneliti dapat memberikan informasi kesehatan kepada remaja

    melalui penyuluhan kesehatan, terutama mengenai Dismenorea Primer. Selain

    itu juga bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengadakan penelitian

    tentang Dismenorea dengan mengembangkan variabel.

  • 46

    6.2.2. Bagi Institusi Pendidikan

    Diharapkan institusi pendidikan dapat melengkapi buku-buku tentang

    Dismenorea dengan terbitan terbaru. Diharapkan pula hasil penelitian ini dapat

    dijadikan sebagai bahan referensi perpustakaan dan menambah wawasan tentang

    Dismenorea Primer khususnya bagi mahasiswa Universitas Nasional Jakarta.

    6.2.3. Bagi Tempat Peneliti

    Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

    pengetahuan bagi remaja putri khususnya tentang dismenorea pada saat

    menstruasi di SMK Prestasi Cikande khususnya mengenai dismenore primer

    sehingga dapat mengurangi kejadian dismenore primer pada siswi yang

    berdampak pada tingkat kehadiran siswi disekolah.

  • 47

    DAFTAR PUSTAKA

    Ali, M dan Mohammad A, 2014, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, PT

    Bumi Aksara, Jakarta.

    Almatsier, S 2011, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka , Jakarta.

    Anurogo, D, Ari W, 2011, Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid, CV.Andi Offset,

    Yogyakarta.

    Ariani, P.A, 2014, Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan Dan Kesehatan

    Reproduksi, Nuha Medika, Yogyakarta.

    Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi II Revisi VI,

    PT.Asdi Marya Surya, Jakarta.

    Aulia. 2009, Kupas Tuntas Menstruasi, Milestone, Yogyakarta.

    Judha, dkk, 2012, Teori Pengukuran Nyeri Dan Nyeri Persalinan, Nuha Medika,

    Yogyakarta.

    Manuaba, 2010, Ilmu Kebidanan, Kandungan Dan KB, EGC, Jakarta.

    Matarani, Y, 2012, Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Dismenore

    Pada Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan Tahun 2011

    Nasution, D.S, 2015, Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Dismenore Primer Pada

    Remaja Putri Di Sma Swasta Istiqlal Kecamatan Delitua Kabupaten Deli

    Serdang.

    Ninik, Fajaryati, 2012, Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Dismenore Primer

    Remaja Putri Dismp N 2 Mirit Kebumen.

  • 48

    Nirwana, B. A, 2011, Psikologi Kesehatan Wanita ( Remaja, Menstruasi, Menikah,

    Hamil, Nifas, Menyusui), Nuha Medika, Yogyakarta.

    Notoatmodjo, S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta , Jakarta.

    Paath, E,F, 2011, Gizi dalam Kesehatan Reproduksi, EGC, Jakarta.

    Pakaya, D, dkk, 2013, Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Dismenorhea Primer

    Pada Siswi Kelas VIII SMPN 6 Gorontalo,

    Proverawati Dan Misaroh, 2009, Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna, Nuha

    Medika, Yogyakarta.

    Riyanto. 2013, Statistik Deskriptif Untuk Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.

    Saepudin, M, 2011, Metode Penelitian Kesehatan Masyarakat, Trans Info Media,

    Jakarta.

    Sartika, S, 2011, Hubungan Status Gizi dan Usia Menarche pada Siswi Kelas IX SMPN

    87, Jakarta.

    Sarwono, S.W, 2010, Psikologi Remaja, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo, Jakarta.

    Shinta, D, dkk, 2014, Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dismenore

    Pada Siswi Sma Negeri 2 Medan.

    Sipatuhar, M, dan Adil, 2007, Tingkatan Nyeri Siswi SMA Santo Thomas 1 Medan.

    Fakultas Kedokteran universitas Sumatera Utara medan.

    Sophia, F, dkk, 2013, Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Dismenore Pada

    Siswi Smk Negeri 10 Medan.

  • 49

    Sulistyaningsih, 2011, Metodologi Peneltian Kebidanan Kuantitatif – Kualitatif, Graha

    Ilmu, Yogyakarta.

    Utami, ANR., Ansar J., Sidik D. 2013. Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian

    Dismenorhea pada Remaja Putri SMAN 1 Kahu Kabupaten Bone. Makassar:

    FKM Unhas.

    Wiknjosastro, H, 2007, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

    Wiknjosastro, H, 2008, Ilmu Kebidanan, PT. Bina, Jakarta.

  • 50

    Lampiran I:

    KUISIONER PENELITIAN

    FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DISMENOREA PRIMER PADA

    REMAJA PUTRI DI SMK PRESTASI CIKANDE SERANG TAHUN 2018

    NAMA RESPONDEN :

    KELAS :

    UMUR :

    BERAT BADAN : (diisi oleh peneliti)

    TINGGI BADAN : (diisi oleh peneliti)

    I. VARIABLE DISMENOREA

    Isilah pertanyaan berikut dengan tanda (X) pada salah satu jawaban yang tepat.

    1. Pada saat haid, apakah saudari merasakan nyeri?

    a. Ya

    b. Tidak

    II. VARIABEL AKTIVITAS FISIK

    Isilah pertanyaan berikut dengan tanda (X) pada salah satu jawaban yang tepat.

    1. Apakah anda sering berolahraga?

    a. Ya, sering

    b. Tidak pernah

  • 51

    2. Jika ya, jenis olahraga apa yang sering dilakukan?

    a. Ringan: Berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring, mencuci

    kendaraan, berdandan, duduk, les disekolah, les diluar sekolah, mengasuh

    adik, nonton TV, aktivitas main play station, main computer, belajar

    dirumah, nongkrong.

    b. Sedang: berlari kecil, tenis meja, berenang, bermain dengan hewan

    peliharaan, bersepeda, bermain music, jalan cepat.

    c. Berat : berlari, bermain sepak bola, aerobik, bela diri (misal karate,

    taekondo, pencak silat) dan outbond.

    3. Jikaya, berapa kali anda berolahraga dalam 1 minggu?

    a. 3 – 5 kali

    b. < 3 kali

    4. Dan berapa menit anda berolahraga dalam satu hari ?

    a. 30 menit atau lebih

    b. < 30 menit

    Matarani, Y, 2012, Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Dismenore Pada Siswi Kelas X MAN 2 Model Medan Tahun 2011Riyanto. 2013, Statistik Deskriptif Untuk Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.