PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

15
PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL RESPONSI PUJIAN ORANG JEPANG DALAM PERTEMANAN DI FACEBOOK PENELITI Rita Susanti, S.Pd.,S.S.,M.Si Universitas Nasional Jl. Sawo Manila no. 61 Pejaten, Pasar Minggu Jakarta 2020

Transcript of PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

Page 1: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

RESPONSI PUJIAN ORANG JEPANG DALAM PERTEMANAN DI FACEBOOK

PENELITI

Rita Susanti, S.Pd.,S.S.,M.Si

Universitas Nasional Jl. Sawo Manila no. 61 Pejaten, Pasar Minggu

Jakarta 2020

Page 2: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL
Page 3: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

ABSTRAK

Penelitian ini, meneliti tentang respon pujian yang diberikan oleh lawan tutur ketika menerima pujian dalam masyarakat Jepang, khususnya dalam pertemanan mereka di �etika�i. Selain itu, untuk melihat respon pujian tersebut digunakan dalam jenis pujian seperti apa. Responsi dianalisis dengan menggunakan teori Maynard dan jenis pujian menggabungkan teori Holmes dan Mizutani. Penggunaan kedua teori memuji dilakukan untuk saling melengkapi dari jenis pujian. Ditambahkan juga teori Ide tentang wakimae untuk melihat faktor sosial yang melatari responsi tersebut. Data diambil dari pertemanan penulis di Facebook dengan hanya membuat inisial nama dari data yang diambil.

Keywords: Responsi,Tuturan Memuji, Sosiopragmatik

Page 4: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………… i

ABSTRAK .............…………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................ 1

1.2 PERMASALAHAN ............................................................................... 2

1.3 TUJUAN PENELITIAN ................................................................................ 2

1.4 SUMBER DATA ……………………………………………………. 2

BAB II KAJIAN TEORITIK …………………………………………………… 7

BAB III RENCANA PENELITIAN .................................................................... 14

Page 5: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan bermasyarakat, saling menghargai adalah hal yang penting.

Selain untuk menyambung silaturrahmi, hal ini dilakukan untuk menghargai lawan tutur.

Oleh karena itu, dalam sautu komunikasi ada suatu maksud yang ingin disampaikan kepada

lawan tutur. Tuturan yang disampaikan tidak hanya terfokus pada pilihan kata tetapi juga

terhadap konteks pada saat uturan tersebut diujarkan. Semua hal ini, dikaji dalam bidang

pragmatik Yule (1996:3) menyatakan bahwa pragmatic merupakan studi mengenai makna

kontekstual. Dengan kata lain, sebuah konteks dalam percakapan dapat mempengaruhi

seseorang dalam mengujarkan suatu tuturan dan mempengaruhi lawan tutur dalam

mengartikan sebuah tuturan.

Terkait dengan tuturan, Yule membagai tuturan menjadi tindak lokusioner, yakni

tuturan itu sendiri. Berikutnya tindak ilkusioner, yakni tindakan dengan suatu maksud dan

tindak perlokusioner, yakni efek yang dihasilkan dari adanya tindak ilokusioner. Pujian

sebagai bagian dari sebuah tuturan merupakan tindak ilokusioner, pujian dilakukan oleh

penutur untuk menghormati apa yang menjadi bagian dari petutur. Holmes (2003:177)

menyatakan bahwa pujian adalah tindak tutur yang secara langsung atau tidak langsung

memberikan penghargaan kepada seseorang selain penutur, biasanya petutur, atas beberapa

“kelebihan” yang dimilikinya, seperti kepunyaan, karakteristik, keahlian, dan lain-lain yang

dinilai secara positif oleh penutur dan petutur. Ketika seseorang menerima pujian tentunya

lawan tutur perlu merespon atas pujian tersebut. Berbeda dengan orang Amerika yang

mengucapkan “terima kasih”, orang Jepang cenderung menolak sebuah pujian.

Dalam masyarakat Jepang Ketika bertutur tidak hanya memilih kata yang tepat

serta memperhatikan konteks pembicaraan tetapi juga harus memperhatikan kesantunan

berbahasa. Begitu pula dalam memuji dan memberi respon atas pujian yang diterima.

Kesantunan berbahasa menurut Ide dan Yoshida (2004:445) digunakan untuk menghindari

terjadinya konflik dengan lawan bicara dan menciptakan komunikasi menjadi lebih sopan.

Page 6: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

Dengan metode deskriptif análisis, yakni mendeskripsikan data untuk menemukan

unsur-unsur memuji yang tertulis melalui media Facebook. Melalui Facebook, peneliti

ingin mengetahui apakah dengan keterbukaan dan kemajuan tehnologi responsi yang

diberikan oleh masyarakat Jepang mengalami perubahan, khususnya dalam pertemanan di

Facebook.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa masyarakat Jepang sangat

memperhatikan kesantunan berbahasa dan masyarakat Jepang akan menekan apa yang ada

di dalam hatinya untuk menghormati lawan bicaranya. Oleh karena itu, permasalahan yang

akan diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana respon yang diberikan masyarakat

Jepang ketika mereka dipuji serta respon tersebut muncul dalam bentuk pujian apa saja.

Faktor wakimae apa yang mempengaruhi responsi tersebut.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana respos masyarakat Jepang

ketika diberi pujian dalam pertemanan mereka dalam media Facebook serta pujian seperti

apa yang diberikan terhadap lawan tutur. Selain itu, untuk mengetahuo faktor wakimae apa

yang mempengaruhi responsi dan tuturan memuji tersebut.

1.4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk menganalisis responsi serta tuturan memuji

diambil dari pertemanan penulis di dalam facebook dengan orang Jepang. Dalam analisis

data, nama sumber data akan disamarkan dengan inisial karena budaya masyarakat Jepang

yang tidak ingin data dirinya tersebar dalam lingkup luas.

Page 7: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

BAB II

KAJIAN TEORITIK

Berkomunikasi dapat berjalan dengan baik jika antarpeserta saling dapat

menyampaikan maksudnya dengan baik. Agar maksud tersebut dapat tersampaikan

dibutuhkan pilihan kata yang tepat dalam satu tuturan. Kajian mengenai tuturan termasuk

ke dalam ranah �etika�io, Yule (1996:6) menyatakan bahwa �etika�io sebagai studi

yang memfokuskan kajiannya terhadap makna yang dikomunikasikan oleh penutur

diinterpretasikan oleh petutur dan bagaimana sebuah konteks mempengaruhi makna yang

dituturkan. Ditambahkan pula, bahwa �etika berbicara mengenai tuturan maka akan selalu

terkait dengan tindak tutur, Yule (1996:47-48) menyatakan bahwa �etika�i yang

dilakukan akibat adanya sebuah tuturan disebut dengan tindak tutur. Lebih lanjut

dikemukakan bahwa tindak tutur dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yakni tindak

lokusioner (locutioner act), tindak ilokusioner (ilocutioner act), dan tindak perlokusioner

(perlocutioner act). Tindak lokusioner adalah tindak yang semata-mata menyatakan

sesuatu. Saat seseorang menyatakan sesuatu, tentunya tidak hanya mengeluarkan sebuah

ujaran tetapi ada maksud tertentu yang ingin disampaikannya, inilah yang disebut dengan

tindak ilokusioner.Setelah maksud diutarakan kepada lawan tutur, maka akan

menghasilkan efek pada lawan tutur dan ini yang disebut dengan tindak perlokusioner.

Berikut contoh terkait tindak di atas.

(3.1) A: ねえ、この近くに銀行ってあったっけ?

B:あー、ここからまっすぐ行ったとこにあるよ。

A T M だったら、すぐそこのコンビニにもあるけど。

A:そっか。じゃ、コンビニでいいや。

(Miyatani, 2006 :7)

Page 8: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

A : ‘hai, apa di dekat sini ada bank ?’

B : ‘ehm, dari sini lurus saja, ada di sana.

Kalau ATM, ada di dekat mini market sana’.

A : ‘oh, kalau begitu mini market saja’.

Berdasarkan contoh di atas, semua merupakan tindak lokusioner dan ilokusionernya

terlihat pada maksud A bertanya tentang letak sebuah bank. Perlokusioner dipaparkan oleh

B dengan menunjukkan letak bank yang dimaksud serta menambahkan dengan letak mesin

ATM.

Dengan mengacu pada pengelompokkan di atas maka pujian yang diujarkan

seseorang dalam suatu peristiwa tutur merupakan sebuah tindak ilokusi. Penutur

mengungkapkan rasa kagum dari dalam hatinya terhadap segala sesuatu yang dimiliki oleh

lawan tuturnya. Bagi seseorang yang menerima pujian akan sangat tidak sopan jika tidak

menanggapi apa yang telah diujarkan, oleh karena itu yang menerima pujian pun akan

merespon pujian tersebut. Oleh karena pujian merupakan suatu ungkapan dari dalam hati,

berdasarkan pendapat Searle (dalam leech, 183 :164-166) maka termasuk ke dalam makro

fungsi ekspresif. Makro fungsi ekspresif adalah tindak tutur yang berfungsi

mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang

tersirat. Makro fungsi lainnya yang dikemukan oleh Searle, yakni komisif, direktif,

deklaratif, dan representatif. Komisif adalah tindak tutur yang berisi komitmen dari penutur

untuk melakukan sesuatu, direktif adalah tindak tutur yang bertujuan menghasilkan suatu efek

berupa tindakan yang dilakukan petutur, deklaratif adalah tindak tutur yang mengaskibatkan adanya

kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas, dan representatif adalahkebenaran proposisi yang

diungkapkan sehingga dapat dibuktikan kebenarannya. Dengan paparan ini, dapat diketahui bahwa

dalam tindak tutur ekspresif ada tindak tutur memuji.

Page 9: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

2.1 Tindak Tutur Memuji

Memuji adalah melahirkan kekaguman dan penghargaan terhadap sesuatu (yang

dianggap baik, indah, dan lainnya). Selain itu, mempunyai makna memuliakan (nama tuhan

dan sebagainya). Dari tindakan ini, kemudian muncul istilah tindak tutur memuji. Holmes

(2003 :177) menjelaskan bahwa pujian sebagai tindak tutur yang secara langsung atau tidak

langsung memberikan penghargaan kepada seseorang selain penutur, biasanya petutur, atas

beberapa “kelebihan” yang dimilikinya, seperti kepunyaan, karakteristik, keahlian, dan

lain-lain yang dinilai secara positif penutur dan petutur. Ditambahkan oleh Holmes

(2003 :183) bahwa pujian sebagai ujaran yang menunjukkan kesantunan positif lebih sering

digunakan oleh kaum wanita, selain itu wanita juga lebih sering menerima pujian karena

masyarakat pada umumnya lebih sering memuji karena mereka tahu wanita lebih

menghargai pujian. Sejalan dengan Holmes, linguis Jepang Mizutani dan Mizutani

(1987 :149) menyatakan tindak tutur memuji adalah mengatakan hal yang baik tentang

orang lain sebagai cara memperlihatkan perhatian, seperti contoh berikut

(3.2) ミラ〡:へえ。じゃ、あの本棚も作ったんですか

鈴木 :ええ。

ミラ〡:すごいですね。鈴木さん、なんでも作れるんですね。

(Minna no Nihongo, 2006:11)

Miller : ‘oh. Kalau rak buku itu, Anda juga yang buat?’ Suzuki : ‘ya’ Miller : ‘hebat. Suzuki bisa membuat apa pun, yah’. Contoh (3.2) memperlihatkan kekaguman Miller atas kemampuan Suzuki yang dapat

membuat berbagai barang kebutuhan rumah tangga.

Holmes merupakan seorang peneliti dari Victoria University of Wellington, Selandia

Baru, melakukan penelitian mengenai pujian yang mencakup fungsi dan struktur pujian.

Berikut fungsi-fungsi pujian yang dikemukakan oleh Holmes.

1. Mengekspresikan solidaritas, yaitu secara tulus mengungkapkan pujian karena

penutur mengagumi sesuatu yang ada dalam diri petutur.

Page 10: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

2. Mengekspresikan penilaian positif, perasaan kagum, bentuk apresiasi atau

meninggi-ninggikan petutur,berpotensi merendahkan diri penutur demi

meninggikan petutur.

3. Mengekspresikan perasaan iri yang dilihat dari posisi penutur yang sebenarnya juga

menginginkan sesuatu yang dimiliki petutur.

4. Tindakan verbal yang mengganggu atau menyinggung petutur, ketika pujian yang

disampaikan penutur memiliki sisi „gelap‟yaitu, dapat memunculkan interpretasi

negatif dari petutur dan memungkinkan petutur tersinggung atau marah.

2.2. Jenis tindak tutur memuji

Holmes dan Mizutani, masing-masing memaparkan tentang jenis tindak tutur

memuji. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan kedua teori tersebut karena

saling melengkapi, Holmes membaginya ke dalam 4 jenis dan Mizutani membaginya ke

dalam 5 jenis. Holmes (2003:187) mengelompokkan jenis-jenis pujian menjadi empat,

yaitu pujian terhadap penampilan petutur (�etika�ion compliment), pujian terhadap

kemampuan, prestasi atau perbuatan baik petutur (ability/performance compliment), pujian

terhadap benda yang dimiliki petutur (�etika�ion compliment), dan pujian terhadap

kepribadian atau keramahan petutur (personality/friendliness). Dilain pihak, Mizutani dan

Mizutani (1987:149-152) membaginya menjadi lima jenis,. Tiga jenis diantaranya sama

seperti yang diungkapkan oleh Holmes, yaitu pujian terhadap benda milik orang lain,

pujian terhadap pakaian atau penampilan seseorang serta pujian terhadap kemampuan

seseorang, sedangkan dua jenis pujian lainnya tidak ada dalam teori Holmes, yakni pujian

terhadap tempat tinggal seseorang dan pujian terhadap keluarga seseorang. Namun, pujian

terhadap kepribadian atau keramahan petutur tidak dipaparkan oleh Mizutani. Berikut

penjelasan dari penggabungan kedua teori tersebut.

2. Pujian terhadap Penampilan Petutur (Appearance Compliment)

Dalam jenis pertama ini, pujian diungkapkan �etika penutur mengagumi penampilan

petutur. Pujian ini mengacu pada sesuatu dikenakan oleh petutur. Orang Jepang tidak

Page 11: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

terbiasa mengungkapkan pujian terhadap penampilan seseorang, kecuali jika penutur dan

petutur memiliki hubungan yang akrab. Berikut contoh pujian terhadap penampilan petutur.

2. Pujian terhadap Kemampuan, Prestasi atau Perbuatan Baik Petutur (Ability/

Performance Compliment)

Pujian jenis kedua ini, diungkapkan �etika penutur mengagumi kemampuan yang

diperlihatkan petutur, prestasi yang dihasilkan petutur ataupun perbuatan baik yang

dilakukan oleh petutur (misalnya, untuk menolong orang lain dan sebagainya). Pujan ini

mengacu pada hal yang dilakukan oleh petutur. Tidak biasa bagi orang Jepang memuji

kemampuan seseorang, kecuali di antara teman akrab atau diungkapkan kepada seseorang

yang lebih muda.

3. Pujian terhadap Benda yang Dimiliki Petutur (Possesions Compliment)

Pujian diungkapkan �etika penutur mengagumi sesuatu yang dimiliki petutur

karena bentuknya yang bagus. Pujian ini mengacu pada benda yang dimiliki petutur. Orang

Jepang menganggap pujian ini sebagai hal yang tidak biasa, karena di dalam situasi yang

formal seseorang akan menahan diri untuk memuji benda milik orang lain.

4. Pujian terhadap Kepribadian atau Keramahan Petutur (Personality/ Friendliness)

Pujian diungkapkan �etika penutur mengagumi kepribadian petutur atau sikap

petutur yang ramah. Pujian ini mengacu pada kepribadian petutur. Orang Jepang tidak

biasa memuji kepribadian seseorang, kecuali diantara orang yang memiliki hubungan yang

dekat atau terhadap orang yang lebih muda. Berikut contoh pujian terhadap kepribadian

petutur.

5. Pujian terhadap Tempat Tinggal Seseorang (Residence Compliment)

Jenis pujian yang kelima ini adalah pujian terhadap tempat tinggal seseorang, pada

dasarnya merupakan pujian biasa, bahkan di dalam situasi yang sopan sekali pun. Dalam

budaya Jepang, jika seseorang memuji tempat tinggal orang lain maka orang lain yang

Page 12: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

dipuji tersebut akan menyangkal dengan mengatakan poin kelemahan dari tempat

tinggalnya.

6. Pujian terhadap Keluarga Seseorang (Family Member Compliment)

Pujian yang diarahkan kepada anggota keluarga orang lain seperti anak orang lain

merupakan pujian yang lebih lazim disbanding pujian sebelumnya. Tingakat usia

berbanding lurus dengan tingkat kesulitan dalam memuji, semakin muda usia anak mereka

akan semakin mudah untuk memujinya. Faktor keanggotaan kelompok mempengaruhi

ungkapan pujian jenis yang keenam ini. Penutur yang berada di lingkungan luar keluarga

soto (luar) menyebabkan rasa sungkan memuji anggota keluarga petutur yang berada di

lingkungan dalam uchi (dalam). Oleh karena itu, pujian ini dituturkan kepada anggota

keluarga petutur dan bukan langsung kepada petutur.

2.3. Responsi

Latar budaya peserta tutur sangat berpengaruh dalam menanggapi sebuah pujian.

Terlebih bagi orang Asia dengan budaya timur yang kental yang berbeda dengan budaya

Barat. Maynard (1991:313-314) menyatakan bahwa dalam budaya Amerika, mereka sering

memberikan komentar terhadap penampilan seseorang (seperti gaya rambut) dan

sebagainya, pujian ini diungkapkan untuk mengekspresikan keramahan penutur dan

biasanya digunakan untuk mencairkan suasana. Petutur yang dipuji akan menjawab dengan

ungkapkan “terima kasih”. Akan tetapi, masyarakat Jepang jarang sekali memperhatikan

hal-hal pernak-pernik yang digunakan untuk mencairkan suasana atau pun memulai sebuah

percakapan. Maynard menambahkan bahwa ciri khas orang Jepang dalam menanggapi

pujian adalah dengan menolaknya atau memberikan respon dengan ujaran いいえ、そう

でもないんです . ‘ehm, tidak demikian’, namun jika menerima pujian pun mereka

menanggapinya dengan ええ、まあ ‘ya, saya piker begitu’. Respon seperti ini diujarkan

ketika menerima pujian dari anggota keluarga atau teman dekat. Respon pujian dengan

Page 13: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

tuturan bentuk negatif dilakukan orang Jepang sebagai sebuah kerendahan hati publik yang

disukai oleh orang Jepang.

2.4 Wakimae

Wakimae dilontarkan pertama kali oleh seorang linguis Jepang bernama Ide

Sachiko. Ide (2012:298) menyatakan bahwa wakimae sebagai norma sosial berdasarkan

norma yang berlaku dalam masyarakat. Seseorang dapat hidup layak dalam masyarakatnya

dengan cara mematuhi norma-norma tersebut. Norma ini akan membantu masyarakat tutur

untuk menjaga kesantunan berbahasa dan kesantunan berbahasa dapat dikaji lagi melalui

language use dan language expressions. Ide dan Yoshida (2004: 445-446) menyatakan

bahwa language use terdiri atas 2 model, yakni wakimae dan volition. Wakimae mengacu

pada tingkah laku yang didasari pada norma sosial masyarakat Jepang sedangkan volition

adalah strategi untuk menyampaikan pesan kepada lawan tutur. Dalam penelitian ini

language use yang akan digunakan hanya terfokus pada wakimae.

Dalam wakimae peserta tutur diharapkan dapat menilai dan mengakui hubungan

situasional context dan interpesonal relationship, situasional context meliputi keformalan

situasi antara peserta tutur. Interpersonal relationship dipengaruhi oleh kedekatan sosial

dan psikologis peserta tutur. Selain itu, dapat dilihat dari perbedaan age (usia), status

(kedudukan dalam masyarakat), dan uchi (dalam grup) dan soto (luar grup). Perbedaan

role (hubungan sosial), gender, ethnicity serta regional background juga termasuk di

dalamnya.

Page 14: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL

BAB 3

RENCANA PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di program studi sastra Jepang, Universitas Nasional

selama kurang lebih 6 bulan, dimulai sejak bulan September 2020 sampai dengan bulan

Januari 2021.

B. Jadwal Rencana Penelitian

No URAIAN Sept 2020 Okt 2020 Nov 2020 Des 2020 Jan 2021

1 Pemilihan data dan menterjemahkan √

2 Kajian teori dan penelitian sejenis √ √

3 Analisis data √

4 Pelaporan hasil penelitian

Page 15: PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL