Laporan Penelitian Fix

53
PENDAHULUAN Kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak merupakan faktor penting yang harus di perhatikan, kerusakan gigi yang terjadi pada usia anak – anak dapat merubah pertumbuhan gigi pada usia selanjutnya 1 . Masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup banyak adalah karies gigi dan penyakit periodontal dan penyebab utama kedua penyakit ini adalah plak,plak sangat berperang terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal. 2 Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum, yang di sebaabkan oleh aktifitas jasad renik dalam karb0hidrat yang di ragikan. Karies gigi adalah proses patologis berupa kerusakan yang terbatas di jaringan gigi mulai dari email terus ke dentin. Factor penyebab karies gigi adalah factor langsung dan factor tidak langsung. Factor utama penyebab karies gigi yaitu gigi, saliva, mikrorganisme, makanan dan waktu. Sedangkan factor yang tidak langsung yang erat hubunganya dengan karies gigi adalah usia, jenis kelamin,letak geografis, ras, social ekonomi, perilaku pemeliharaan kesehatan gigi. 3 1

description

tugas

Transcript of Laporan Penelitian Fix

PENDAHULUANKesehatan gigi dan mulut pada anak-anak merupakan faktor penting yang harus di perhatikan, kerusakan gigi yang terjadi pada usia anak anak dapat merubah pertumbuhan gigi pada usia selanjutnya1. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup banyak adalah karies gigi dan penyakit periodontal dan penyebab utama kedua penyakit ini adalah plak,plak sangat berperang terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal.2 Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum, yang di sebaabkan oleh aktifitas jasad renik dalam karb0hidrat yang di ragikan. Karies gigi adalah proses patologis berupa kerusakan yang terbatas di jaringan gigi mulai dari email terus ke dentin. Factor penyebab karies gigi adalah factor langsung dan factor tidak langsung. Factor utama penyebab karies gigi yaitu gigi, saliva, mikrorganisme, makanan dan waktu. Sedangkan factor yang tidak langsung yang erat hubunganya dengan karies gigi adalah usia, jenis kelamin,letak geografis, ras, social ekonomi, perilaku pemeliharaan kesehatan gigi.3Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang dan menjadi perhatian penting dalam pembangunan kesehatan penduduk Indonesia maupun negara-negara berkembang lainnya.Masalah kesehatan gigi dan mulut terbesar yang umum dihadapi yaitu karies. Karies merupakan penyakit universal yang dapat terjadi pada semua usia, ras, sosial-ekonomi, dan jenis kelamin. Berdasarkan data World Health Organisation (WHO) tahun 2012, di seluruh dunia 60-90% anak-anak sekolah dan hampir 100% orang dewasa memiliki karies yang sering menimbulkan rasa sakit serta dapat memengaruhi kualitas hidup.4 Penelitian ini di lakukan pada murud SD kelas 4 &5 dengan usia 9-12 tahun karena Usia 9-12 tahun karena usia ini adalah usia efektif untuk memberikan segala informasi yang mengarah pada perkembangan kognitif dan motorik anak, contohnya menyikat gigi. Menurut teori Piaget tentang perkembangan kognitif, anak usia 9-12 tahun yang masuk ke dalam tahap operasional konkret dan operasional formal sudah dapat mengelompokkan setiap informasi yang diterima dan dapat berpikir dengan logis. Perkembangan motorik sendiri sesuai dengan perkembangan fisik anak, pada usia 9-12 tahun fisik anak sedang berkembang maka motoriknya pun ikut berkembang, jadi sangat baik ketika diberikan pengajaran seputar penyikatan gigi pada usia tersebut.11 Berdasarkan hasil Survei Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007 menunjukkan indeks Decayed Missing Filled Tooth (DMF-T) sebagai indikator status kesehatan gigi, yaitu sebesar 4,85. Hal ini menunjukkan banyaknya kerusakan gigi pada penduduk Indonesia yaitu 5 buah gigi per orang, dan prevalensi penduduk Indonesia yang mengalami karies gigi sebesar 72,1%. Provinsi Sulawesi menempati urutan ketiga prevalensi karies aktif yaitu sebesar 57,2%. Salah satu faktor penting penyebab terjadinya karies yaitu kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut.4Pengetahuan, kesadaran, dan perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan gigi masih kurang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor sosial demografi, antara lain faktor pendidikan, lingkungan, tingkat pendidikan, ekonomi, tradisi, dan kehadiran sarana pelayanan kesehatan gigi. Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulutnya, seseorang yang pendidikannya rendah mempunyai pengetahuan yang kurang dalam memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Orang yang memiliki pendidikan tinggi akan mampu menjaga kebersihan gigi dan mulutnya lebih tinggi karena mereka lebih memperhatikan kondisi mulutnya. Pendidikan tidak menjadi faktor yang utama tetapi cukup mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut seseorang.5Kebersihan mulut adalah salah satu masalah penting yang perlu mendapat perhatian dalam rongga mulut selain masalah karies. Kebersihan mulut yang baik menggambarkan keadaan kesehatan umum yang baik, sebaliknya Kebersihan mulut yang buruk menggambarkan kondisi kesehatan yang buruk pula.Tingkat sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan keluarga untuk mencukupi kebutuhan gizi, pemilihan macam makanan tambahan, kebiasaan hidup sehat, dan kualitas sanitasi lingkungan, oleh karena itu gizi buruk merupakan masalah yang mengancam masyarakat berstatus ekonomi rendah. Pendidikan merupakan faktor ke dua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan seseorang.Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup sehat. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang lebih baik tentang kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Perbedaan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kecenderungan orang menggunaka pelayanan kesehatan sehubungan dengan variasi mereka dalam pengetahuan mengenai kesehatan gigi. Kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan ketidaktahuan akan bahaya penyakit gigi karena rendahnya tingkat pendidikan akan menyebabkan masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi yang ada. Rendahnya tingkat pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan gigi ini akan memberikan kontribusi terhadap buruknya status kesehatan gigi masyarakat. Hasil Riset Kesehatan Dasar/RISKESDAS tahun 2007, ada lima provinsi dengan prevalensi masalah gigi-mulut tertinggi, yaitu Gorontalo (33,1%), Sulawesi Tengah (31,2%), Aceh (30,5%), Sulawesi Utara (29,8%) dan Kalimantan Selatan (29,2%).5Oklusi merupakan hubungan antara permukaan oklusal gigi-geligi atas dan bawah. Penyimpangan terhadap oklusi normal disebut maloklusi Maloklusi merupakan suatu penyimpangan dalam pertumbuhan dento-fasial yang dapat mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, bicara, dan keserasian wajah. Maloklusi merupakan masalah yang cukup besar dalam kesehatan gigi dan mulut, maloklusi berada pada urutan ke tiga setelah karies gigi, serta penyakit periodontal. Beberapa peneliti di bidang ortodonti mengatakan bahwa maloklusi pada anak Indonesia usia sekolah menunjukkan angka yang tinggi Prevalensi maloklusi remaja Indonesia mulai tahun 1983 sebesar 90% dan pada tahun 2006 sebesar 89%.6Maloklusi adalah bentuk oklusi gigi yang menyimpang dari normal.oklusi di katakana normal,jika susunan gigi dalam lengkung rahang teratur baik serta dapat hubungan yang harmonis antara gigi atas dengan gigi bawah, hubungan seimbang antara gigi , tulang rahang terhadap tulang tengkorak dan otot sekitarnya yang dapat memberikan fungsional sehingga memberikan estetika yang baik. Cirri cirri maloklusi di antaranya adalah gigi berjejal ( crowded), ginsul ( caninus ektopik ), gigi tonggos (disto oklusi ), gigi cakil (mesio oklusi ), gigitan menyilang ( crossbite ),gigitan jarang ( diastem ). Menurut beberapa study epidemiologi yang dilakukan pada remaja amerika serikat di laporkan 11% remaja umur 12-17 tahun mempunyai oklusi normal 34,8%mempunyai maloklusi ringan 25,2%mempunyai maloklusi yang berat sehingga beberapa kasus memerlukan perawatan. Di kota medan, prevalensi maloklusi pada 4 sekolah menegah umum bahkan telah mencapai 83%.7Maloklusi dapat mengakibatkan beberapa gangguan atau hambatan dalam diri penderitanya,di lihat dari segi fungsi, gigi crowded sangat sulit di bersihkan dengan menyikat gigi, kondisi ini dapat menyebabkan gigi berlubang( caries ) dan penyaki gusi ( gingivitis ) bahkan kerusakan jaringan pendukung gigi ( periodontitis ) sehinga gigi menjadi goyang dan terpaksa harus di cabut. Dari segi rasa sakit fisik, maloklusi yang parah pada tulang penujang dan jaringan gusi, menimbulkan kesulitan dalam menggerakan rahang ( gangguan otot dan nyeri ), gangguan sendi temporo mandibular dan dapat menimbulkan rasa sakit kepala kronis atausakit pada wajah dan leher.7Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan. Salah satu penyebab seseorang mengabaikan masalah kesehatan gigi dan mulutnya adalah faktor pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut yang kurang. Masalah kesehatan gigi dan mulut seperti karies, gingivitis, radang dan stomatitis pada kelompok usia sekolah menjadi perhatian yang penting dalam pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi dan mulut. Hal itu dilandasi oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut.8 kurangnya ke sadaran diri masyarakat terutama pada anak usia sekolah untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya sehingga perlu dilakukan pene-litian lebih lanjut untuk mengetahui hubung -an pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut pada siswa usia sekolah terutama mengingat bahwa pada usia tersebut sebagian besar gigi permanennya sudah tumbuh sempurna. Pengetahuan anak sendiri tentang kebersihan gigi dan mulut sendiri sebenar-nya bisa didapat dari berbagai sumber meskipun belum ada penelitian pasti tentang hal itu . Pengetahuan itu bisa berasal dari media online, internet yang semakin canggih, apalagi kalau kita perhatikan internet merupakan bagian dari kehidupan anak -anak saat ini.8Penelitian ini dilakukan pada siswa yg berumur 9-12 tahun di SD di Kelurahan Sudiang Raya. Karena, anak usia 9-12 tahun yang masuk ke dalam tahap operasional konkret dan operasional formal sudah dapat mengelompokkan setiap informasi yang diterima dan dapat berpikir dengan logis. Kelurahan Sudiang Raya merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Di Kelurahan Sudiang Raya ini terdapat tujuh sekolah dasar yaitu SD Inpres Pajjaiyang II, SD Inpres Manuruki I, SD Inpres Manuruki II, SDN Pajjaiyang I, SD Inpres Tangkala I, SD Inpres Tangkala II dan SD Laikang. Di kelurahan ini juga terdapat satu unit puskesmas.Hal tersebut melatarbelakangi peneliti untuk mengetahui gambaran status karies gigi, kebersihan mulut, maloklusi dan pengetahuan anak tentang kesehatan gigi pada siswa yg berumur 9-12 tahun di SD se-Kecamatan Sudiang Raya Makassar..RUMUSAN MASALAH

Berdasaskan latar belakang di atas maka di rumuskan masalah sebagai berikut gambaran status karies gigi, kebersihan mulut, maloklusi dan pengetahuan tentang kesehatan gigi pada murid SD umur 9 & 12 tahun di sudiang raya. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan di lakukan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran status karies gigi, kebersihan mulut, maloklusi dan pengetahuan tentang kesehatan gigi pada murid SD di Sudiang Raya Kota Makassar.MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini, di harapkan peneliti dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan merupakan bahan baca bagi mahasiswa kedokteran gigi. KARIES GIGI Karies gigi merupakan salah satu penyakit mulut yang paling sering terjadi pada anak. Anak sangat rentan terhadap karies karena struktur anatomi gigi dan waktu erupsi giginya lebih awal. Karies bersifat progresif dan prevalensinya meningkat seiring pertumbuhan usia dalam populasi hal tersebut di kaitkan dengan waktu paparan yang lebih lama denga factor etiologi karies.9Faktor penyebab karies gigi adalah factor langsung dan factor tidak langsung. Factor utama penyebab karies gigi yaitu gigi, saliva, mikrorganisme, makanan dan waktu. Sedangkan factor yang tidak langsung yang erat hubunganya dengan karies gigi adalah usia, jenis kelamin,letak geografis, ras, social ekonomi, perilaku pemeliharaan kesehatan gigi.3Proses terjadinya karies gigi dalam rongga mulut di mana substrat ( gula ) di metabolism oleh bakteri dalam plak sehingga melarutkan email. Indeks karies gigi adalah angka yang menujukan secara klinis penyakit karies gigi, indeks yang di pakai adalah indeks DMF-T untuk gigi tetap dan def-t untuk gigi susu. 3KEBERSIHAN MULUT Kebersihan mulut adalah salah satu masalah penting yang perlu mendapat perhatian dalam rongga mulut selain masalah karies. Kebersihan mulut yang baik menggambarkan keadaan kesehatan umum yang baik, sebaliknya Kebersihan mulut yang buruk menggambarkan kondisi kesehatan yang buruk pula.5Kebersihan mulut yang tidak dipelihara dengan baik akan menimbulkan penyakit di rongga mulut. Penyakit periodontal (seperti gingivitis dan periodontitis) dan karies gigi merupakan akibat kebersihan mulut yang buruk. Penyakit periodontal dan karies gigi merupakan penyakit di rongga mulut yang dapat menyebabkan hilangnya gigi secara patologis. Kebersihan mulut mempunyai peran penting di bidang kesehatan gigi, karena kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit baik lokal maupun sistemik Pengukuran kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu indeks. Indeks adalah suatu angka yang menunjukan keadaan klinis yang didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak maupun kalkulus.Secara klinis tingkat kebersihan mulut dinilai dengan kriteria Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). Kriteria ini dinilai berdasarkan keadaan endapan lunak atau debris dan karang gigi atau kalkulus.5 MALOKLUSIMaloklusi adalah ketidambang akteraturan gigi geligi di luar normal yang dapat di terima.Dampak yang bisa di timbulkan oleh maloklusi adalah tergaanggunya foktor estetik, fungsi, maupun bicara. Sebagai besar maloklusi di sebabkan karena factor keturunan misalnya : gigi berjejal, diastema, kekurangan atau kelebihan jumlah gigi, dan macam macam ketidakteraturan lainya pada wajah dan rahang. Namun ada juga beberapa karena factor lingkungan. Sebagian besar masalah masalah di atas berefek tidak hanya pada susunan gigi geligi tetapi juga mempengaruhi penampilan wajah.10Gangguan gangguan yang di sebabkan karena masalah dalam mulut bisa mempengaruhi aktivitas keseharian seperti penurunan jumlah tidur, waktu sengang yang terbuang, gangguan asupan makanan dan gangguan fisiologis yang berhubungan dengan kepercayaan diri serta hilangnya waktu sekolah.10PENGETAHUAN ANAK TENTANG KESEHATAN GIGIMasalah kesehatan gigi dan mulut sudah menjadi perhatian yang sangat penting dalam lingkungan kesehatan. Salah satu sebabnya adalah rentannya kelompok anak usia sekolah terhadap gangguan kesehatan gigi. Salah satu penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut dalam masyarakat adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi dengan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta perawatannya. Kesadaran seseorang akan pentingnya kesehatan gigi dapat dilihat dari pengetahuan yang dimiliki. Ketika seseorang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi maka perhatian untuk melakukan perawatan terhadap gigi dan mulutnya juga tinggi. Penyuluhan atau Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG) adalah suatu proses belajar yang ditujukan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi-tingginya. Pemilihan metode yang tepat dalam proses penyampaian materi penyuluhan sangat membantu pencapaian usaha mengubah tingkah laku sasaran. Secara garis besar, hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan kesehatan gigi, yaitu metode satu arah (One Way Method) yang menitikberatkan pendidik yang aktif sedangkan pihak sasaran tidak diberi kesempatan untuk aktif dan metode dua arah (Two Way Method) yang menjamin adanya komunikasi dua arah antara pendidik dan sasaran. Pada penyuluhanmembutuhkan alat bantu terutama untuk anak, pemakaian alat bantu dalam merubah perilaku anak merupakan hal yang sangat penting.Pendidikan kesehatan gigi biasanya berisikan pengetahuan mengenai cara menjaga kesehatan gigi dan mulut. Salah satu contohnya adalah pengetahuan menenai penyikatan gigi. Pengetahuan penyikatan gigi adalah hasil tahu manusia mengenai penyikatan gigi.11Anak diharapkan dapat mengetahui jenis sikat dan pasta gigi yang baik, metode menyikat gigi yang benar, serta waktu dan frekuensi menyikat gigi yang tepat. Penyuluhan kesehatan gigi ternyata dapat memberikan hasil yang positif dalam menurunkan indeks plak. Hasil penelitian Warni pada siswa-siswi kelas IV dan V di dua Sekolah Dasar (SD) Negeri Medan menunjukkan bahwa penyuluhan dan pelatihan menyikat gigi yang dilakukan cukup efektif untuk menurunkan indeks plak gigi-geligi. Hal ini menunjukkan proses belajar yang mereka dapat melalui program penyuluhan dan pelatihan dapat dimengerti dan dipraktekkan oleh siswa-siswi SD tersebut.Begitupun dengan penelitian Leal SC dkk. pada tahun 2002 di Brazil mengenai perbandingan efektifitas metode pengajaran cara menyikat gigi pada anak 3-6 tahun, pengajaran dengan menggunakan metode audiovisual ternyata dapat menurunkan indeks plak dengan baik, ini menunjukkan bahwa penyuluhan tersebut merupakan metode pengajaran cara menyikat gigi yang cukup efektif.11Usia 9-12 tahun adalah usia efektif untuk memberikan segala informasi yang mengarah pada perkembangan kognitif dan motorik anak, contohnya menyikat gigi. Menurut teori Piaget tentang perkembangan kognitif, anak usia 9-12 tahun yang masuk ke dalam tahap operasional konkret dan operasional formal sudah dapat mengelompokkan setiap informasi yang diterima dan dapat berpikir dengan logis. Perkembangan motorik sendiri sesuai dengan perkembangan fisik anak, pada usia 9-12 tahun fisik anak sedang berkembang maka motoriknya pun ikut berkembang, jadi sangat baik ketika diberikan pengajaran seputar penyikatan gigi pada usia tersebut. Penelitian yang membandingkan efektivitas penyuluhan dengan metode peragaan (demonstrasi langsung) dengan metode video pada anak sekolah usia 9-12 tahun belum pernah dilakukan sebelumnya di SDN Keraton 7 Martapura. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa pendidikan kesehatan gigi di sekolah kurang karena UKGS tidak aktif, sehingga kegiatan yang mengarah pada pendidikan kesehatan gigi dirasakan kurang.1METODE PENELITIANJENIS PENELITIANJenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah observasional analitik.

DESAIN PENELITIANPenelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional studyWAKTU DAN LOKASI PENELITIANWaktu penelitian dijalankan selama bulan Mei-Juni 2014.Lokasi PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di seluruh SDN Se-Kelurahan Sudiang RayaSUBJEK PENELITIANSampel:Siswa yang berumur 9-13 tahun di SDN sekelurahan sudiang raya karena Usia 9-12 tahun adalah usia efektif untuk memberikan segala informasi yang mengarah pada perkembangan kognitif dan motorik anak, contohnya menyikat gigi. Menurut teori Piaget tentang perkembangan kognitif, anak usia 9-12 tahun yang masuk ke dalam tahap operasional konkret dan operasional formal sudah dapat mengelompokkan setiap informasi yang diterima dan dapat berpikir dengan logis.Defenisi operasional pada penelitian ini meliputi : Status karies gigi adalah keadaan gigi yang berlubang yang apabila di sondasi nyangkut dan di nilai dengan indeks def-t dan DMF-T Status kebersihan mulut adalah keadaan yang di menujukkan kebersihan rongga mulut seseorang yang di nilai dengan indeks OHI-S. Maloklusi adalah keadaan gigi yang tidak teratur atau gigi berada diluar lengkung rahang. Pengetahuan anak tentang kesehatan gigi adalah segala informasi yang di miliki seseorang tentang kesehatan gigi dan mulut.

ALAT DAN BAHANAlata. Alat tulisb. Hanskunc. Masker d. Kaca mulut, digunakan untuk membantu pengamatan daerah-daerah di dalam mulut yang tidak dapat terlihat langsung oleh matae. Sonde, digunakan untuk mengeksplorasi permukaan gigi, mendeteksi ada tidaknya kariesf. Pinset, alat untuk memegang kapasg. Gelas kumurBahana. Kapas steril untuk membersihkan alat diagnostikb. Alkohol 70% sebagai bahan desinfeksic. Air

KRITERIA PENILAIAN Untuk mengukur status karies menggunakan indeks karies gigi yaitu indeks DMF-T menurut WHO (1986).Indeks karies gigi DMF-T:D (Decay): Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal atau sekunder kariesM (Missing): Jumlah gigi permanen yang telah/harus dicabut karena kariesF (Filling): Jumlah gigi yang telah ditambal dan sekunder kariesPenilaian karies gigi dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai D, M dan F. Status karies gigi yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan tingkat keparahan karies. Kategori DMF-T menurut WHO:0,0 1,1 = sangat rendah1,2 2,6= rendah2,7 4,4 = sedang4,5 6,5 = tinggi6,6 > = sangat tinggi Tingkat kebersihan mulut di nilai dicatat pada lembar pemeriksaan OHI-S. Tingkat kebersihan rongga mulut dinilai dalam suatu kriteria penilaian khusus yaitu Oral Hygiene Indeks Simplified (OHI-S). Kriteria ini dinilai berdasarkan keadaan endapan lunak atau debris dan karang gigi kalkulus (11). Pemeriksaan pada 6 gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Indeks debris yang dipakai adalah Debris Indeks (D.I) Greene dan Vermillion (1964) dengan kriteria 0 = tidak ada debris lunak 1 = terdapat selapis debris lunak menutupi tidak lebih dari1/3 permukaan gigi 2 = terdapat selapis debris lunak menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi 3 = terdapat selapis debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.5 Kriteria penilaian debris mengikuti ketentuan sebagai berikut. Penilaian debris indeks adalah sebagai berikut:

Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-0,6; Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 0,7-1,8; Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 1,9-3,0. Sedangkan indeks kalkulus yang digunakan adalah Calculus Indeks (C.I) Greene dan Vermillion (1964) yaitu: 0 = tidak ada kalkulus 1 = kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari permukaan gigi 2 = kalkulus supragingiva menutupi lebih dari permukaan gigi tetapi tidak lebih dari permukaan gigi atau kalkulus subgingival berupa bercak hitam di sekitar leher gigi atau terdapat keduanya 3 = kalkulus supragingiva menutupi lebih dari permukaan gigi atau kalkulus subgingiva berupa cincin hitam di sekitar leher gigi atau terdapat keduanya.5 OHI-S = Nilai D.I + Nilai C.ICriteria skor OHI-S adalah baik (good), apabila nilai berada diantara 0-1,2 sedang (fair) apabila nilai berada diantara 1,3-3,0 dan buruk (poor) apabila nilai berada diantara 3,1-6,0.5

Untuk melihat terjadi maloklusi atau tidak, yaitu dengan melihat pada cups mesio bukal M1 RA berada bukal groop M1 RB, apabila caps mesio bukal M1RA tidak berada pada bukal groop M1 RB di katakana maloklusi Untuk mengukur pengetahuan mengunakan kuisoner yang di bagikan pada anakPROSEDUR PENELITIAN Berkunjung ke kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Berkunjung ke puskesmas sudiang raya Mendatangi seluruh SDN sekelurahan sudiang raya Membagikan lembar kuesioner pre-test kepada seluruh sampel Melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada seluruh sampel Melakukan pemeriksan status kebersihan gigi dan mulut pada seluruh sampel dengan menggunakan indeks OHI-S di masyarakat. Mengisi lembar kuesioner post-test Menggumpulkan data dalam bentuk tabel

HASIL PENELITIANTelah di lakukan penelitian mengenai gambaran status karies gigi,kebersihan mulut, maloklusi dan pengetahuan tentang kesehatan gig pada anak di SDN Se kecamatan sudiang raya Makassar. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 642 anak, laki laki sebanyak 335 anak dan perempuan 307 anak yang berusia 8 tahun sampai 14 tahun.Seluruh hasil penelitian di kumpulkan dan di lakukan analisis data melalui program SPSS. Hasil analisis data di tampilkan dalam table distribusi sebagai berikut :

31

Table 1 :Distribusi nilai rata-rata def-t pada siswa usia 9-13 tahun berdasarkan sekolah

Nama sekolahdan usia( tahun )defdef-t

MeanSDMeanSDMeanSDMeanSD

SD Inp. Pajjaiang II 9 10 11 12SD Inp Manuruki I 9 10 11 12SD Inp Manuruki II 9 10 11 12 13SDN Pajjaiyang I 9 10 11 12 13SD Inp Tangkala II 9 10 11 12 132.661.151.481.551.381.540.640.92

3.502.252.662.311.441.381.621.59

2.261.981681.961.371.611.621.760.00

3.332.332.142.281.161.330.760.920.330.57

1.500.571.641.331.001.201.361.561.000.661.150.811.310.811.180.350.84

0.000.000.120.410.470.410.871.12

0.060.250.080.320.280.660.621.062.00

0.501.220.300.710.360.920.300.630.000.00

0.750.950.370.630.500.810.180.600.00 0.000.000.030.190.000.000.000.00

0.000.000.000.000.020.160.000.00

0.000.000.020.230.020.140.000.000.00

0.000.000.030.260.000.000.000.000.000.00

0.000.000.000.000.000.000.000.000.003.332.302.332.012.201.591.001.03

3.502.252.782.351.941.922.501.60

2.331.981.791.941.681.642.252.122.00

3.831.722.492.451.531.641.071.180.330.57

2.251.252.011.331.501.591.541.961.00

9 10 11 12 13Total2.611.951.851.931.221.391.111.340.400.54 1.541.700.260.700.330.800.470.900.420.830.400.89 0.400.840.000.000.020.190.000.080.000.000.000.000.010.132.881.952.212.041.701.671.531.610.800.83 1.951.87

Table II : Distribusi nilai status karies gigi pada siswa usia 9-13 tahun berdasarkan sekolah

Nama sekolahdan usia( tahun )Karies gigi susu

Sangat rendah(%)Rendah(%)Sedang(%)Tinggi(%)Sangat tinggi(%)

SD Inp. Pajjaiang II 9 10 11 12SD Inp Manuruki I 9 10 11 12SD Inp Manuruki II 9 10 11 12 13SDN Pajjaiyang I 9 10 11 12 13SD Inp Tangkala II 9 10 11 12 130(0.0%)22(40.7%15(34.1%)11(78.6%)

1(16.7%)11(33.3%)16(44.4%)2(25%)

5(33.3%)38(52.1%)25(55.6%)4(50%)0(0.0%)

0(0.0%)20(36.4%)44(52.4%)8(61.5%)3(100%)

1(25%)19(37.3%)41(55.4%)7(63.6%)1(100%)2(66.7%)12(22.2%)11(25%)1(7.1%)

2(33.3%)8(24.2%)12(33.3%)2(25%)

5(33.3%)15(20.5%)10(22.2%)1(12.5%)1(100%)

2(33.3%)15(27.3%)23(27.4%)3(23.1%)0(0.0%)

2(50%)15(29.4%)16(21.6%)0(0.0%)0(0.0%)0(0.0%)15(27.8%)14(318)2(14.3)

1(16.7%)9(27.3%)4(11.1%)3(37.5%)

2(13.3%)15(20.5%)8(17.8%)1(12.5%)0(0.0%)

1(16.7%)13(23.6%)11(13.1%)2(15.4%)0(0.0%)

1(25%)16(31.4%)13(17.6%)3(27.3%)0(0.0%)1(33.3%)2(3.7%)3(6.8%)0(0.0%)

1(16.7%)1(3%)2(5.6%)1(12.5%)

3(20%)4(5.5%)1(2.2%)2(25%)0(0.0%)

3(20%)2(3.6%)4(4.8%)0(0.0%)0(0.0%)

0(0.0%)1(2%)4(5.4%)1(9.1%)0(0.0%)0(0.0%)3(5.6%)1(2.3%)0(0.0%)

1(16.7%)4(12.1%)2(5.6%)0(0.0%)

0(0.0%)1(1.4%)1(2.2%)0(0.0%)0(0.0%)

0(0.0%)5(9.1%)2(2.4%)0(0.0%)0(0.0%)

-----

9 10 11 12 13Total

7(20.6%)110(41.4%)141(49.8%)32(59.3%)4(80%)294(45.8%)

13(38.2%)65(24.4%)72(25.4%)7(13%)1(20%)158(24.6%)5(14.7%)68(25%)50(17.7%)11(20.4%)0(0.0%)134(20.9%)8(23.5%)10(3.8%)14(4.9%)4(7.4%)0(0.0%)36(5.6%)1(2.9%)13(4.9%)6(2.1%)0(0.0%)0(0.0%)20(3.1%)

Table I dan II menunjukkan distribusi nilai rata-rata karies gigi susu pada murid usia 9-13 tahun berdasarkan sekolah. Pada murid usia 9 tahun dengan kategori karies sangat rendah sebanyak 7 0rang (20.6%), rendah sebanyak 13 orang ( 38.2%), sedang 5 orang ( 14.7%), tinggi 8 anak (23.5%) dan sangat tinggi sebanyak 1(2.9%) dengan rerata nilai def-t 2.881.95.Murid usia 10 tahun yang mengalami karies gigi dengan sangat rendah sebanyak 110 orang ( 41.4%), rendah 65 orang ( 24.4%), sedang 68 orang ( 25.6%), tinggi 10 orang ( 3.8%) dan kategori sangat tinggi sebanyak 13 orang (4.9%) dengan rerata nilai def-t 2.212.04. pada murid usia 11 tahun dengan kategori sangat rendah sebanyak 141 orang ( 49.8%), rendah 72 orang (25.4%), sedang 50 orang ( 17.7%), tinggi 14 orang (4.6%), dan kategori sangat tinggi sebanyak 6 orang ( 2.1%) dengan rerata nilai def-t 1.701.67. Murid usia 12 tahun yang mengalami karies gigi dengan kategori sangat rendah sebanyak 32 orang ( 59.3%), rendah 7 anak ( 13%), sedang 11 orang (20.4%), tinggi 4 orang ( 7.4%) dan pada kategori sangat tinggi tidak ada, dengan rerata nilai def-t 1.531.61.Murid usia 13 tahun yang mengalami karies gigi dengan kategori sangat rendah sebanyak 4 orang (80%), rendah 1 orang ( 20%), sedang, tinggi dan sangat tinggi tidak ada yang mengalami karies dalam kategori tersebut.dengan rerata nilai def-t 0.800.83.

Table III : Distribusi nilai rata-rata status karies gigi pada siswa usia 9-13 tahun berdasarkan sekolah

Nama sekolahdan usia( tahun )DMFDMF-T

MeanSDMeanSDMeanSDMeanSD

SD Inp. Pajjaiang II 9 10 11 12SD Inp Manuruki I 9 10 11 12SD Inp Manuruki II 9 10 11 12 13SDN Pajjaiyang I 9 10 11 12 13SD Inp Tangkala II 9 10 11 12 130.330.571.161.291.311.371.641.08

1.001.091.541.062.381.691.750.88

1.731.481.561.151.221.341.001.191.00

0.830.981.011.001.841.692.072.012.662.30

1.000.811.331.161.771.701.631.362.000.330.570.090.290.000.000.000.00

0.000.000.030.170.050.230.000.00

0.000.000.010.110.080.280.000.000

0.000.000.000.000.350.180.070.270.000.00

0.000.000.070.390.010.110.180.4000.000.000.000.000.000.000.070.26

0.000.000.000.000.000.000.000.00

0.000.000.020.230.020.140.000.000

0.000.000.000.000.000.000.000.000.000.00

0.000.000.030.230.020.160.000.0000.661.541.251.381.311.371.711.06

1.001.091.571.062.441.681.750.88

1.731.481.601.161.331.311.001.191.00

0.830.981.011.001.881.692.151.952.662.30

0.000.000.030.280.020.160.000.000

9 10 11 12 13Total

1.231.251.321.151.711.621.661.402.201.781.521.42

0.020.170.040.230.030.180.050.230.000.000.030.20

0.000.000.010.170.010.100.010.130.000.000.010.13

1.261.261.371.171.751.621.741.362.201.781.571.42

Table IV : Distribusi nilai status karies gigi pada siswa usia 9-13 tahun berdasarkan sekolahNama sekolahdan usia( tahun )Karies gigi permanen

Sangat rendah(%)Rendah(%)Sedang(%)Tinggi(%)Sangt tinggi(%)

SD Inp. Pajjaiang II 9 10 11 12SD Inp Manuruki I 9 10 11 12SD Inp Manuruki II 9 10 11 12 13SDN Pajjaiyang I 9 10 11 12 13SD Inp Tangkala II 9 10 11 12 132(66.7%)32(59.3%)29(65.9%)7(50%)

3(50%)15(45.5%)10(27.8%)2(25%)

6(40%)35(47.9%)30(66.7%)5(62.5%)1(100%)

4(66.7%)40(72.7%)40(47.6%)7(53.8%)1(33.3%)

3(75%)27(52.9%)39(52.7%)5(45.5%)0(0.0%)1(33.3%)14(25.9%)8(18.2%)4(28.6%)

3(50%)12(36.4%)12(33.3%)5(62.5%)

6(40%)24(32.9%)9(20%)2(25%)0(0.0%)

2(33.3%)10(18.2%)18(21.4%)2(15.4%)0(0.0%)

1(25%)18(35.3%)17(23%)1(9.1%)1(100%)0(0.0%)7(13%)6(13.6%)3(21.4%)

0(0.0%)6(18.2%)10(27.8%)1(12.5%)

2(13.3%)14(19.2%)5(11.1%)1(12.5%)0(0.0%)

0(0.0%)5(9.1%)21(25%)2(15.4%)2(66.7%)

0(0.0%)6(11.8%)9(12.2%)5(45.5%)0(0.0%)0(0.0%)1(1.9%)1(2.3%)0(0.0%)

0(0.0%)0(0.0%)3(8.3%)0(0.0%)

1(6.7%)0(0.0%)0(0.0%)0(0.0%)0(0.0%)

0(0.0%)0(0.0%)4(4.8%)2(15.4%)0(0.0%)

0(0.0%)0(0.0%)8(10.8%)0(0.0%)0(0.0%)----

0(0.0%)0(0.0%)1(2.8%)0(0.0%)

0(0.0%)0(0.0%)1(2.2%)0(0.0%)0(0.0%)

0(0.0%)0(0.0%)1(1.2%)0(0.0%)0(0.0%)

0(0.0%)0(0.0%)1(1.4%)0(0.0%)0(0.0%)

9 10 11 12 13Total

18(52.9%)149(56%)148(52.3%)26(48.1%)2(40%)343(53.4%)13(38.2%)78(29.3%)64(22.6%)14(25.9%)1(20%)170(26.5%)2(5.9%)38(14.3%)51(18%)12(22.2%)2(40%)105(16.4%)1(2.9%)1(0.4%)16(5.7%)2(3.7%)0(0.0%020(3.1%)0(0.0%)0(0.0%)4(1.4%)0(0.0%)0(0.0%)4(0.6%)

Tabel III dan IV Table I dan II menunjukkan distribusi nilai rata-rata karies gigi susu pada murid usia 9-13 tahun berdasarkan sekolah. Pada murid usia 9 tahun dengan kategori karies sangat rendah sebanyak 18 orang (52.9%), rendah sebanyak 13 orang ( 38.2%), sedang 2 orang ( 5.9%), tinggi 1 anak (2.9%) dan sangat tinggi tidak ada dengan rerata nilai DMF-T 1.261.26Murid usia 10 tahun yang mengalami karies gigi dengan sangat rendah sebanyak 149 orang (56%), rendah 78 orang ( 29.3%), sedang 38 orang ( 14.3%), tinggi 1 orang ( 0.4%) dan kategori sangat tinggi tidak ada dengan rerata nilai DMF-T 1.371.17. pada murid usia 11 tahun dengan kategori sangat rendah sebanyak 148 orang ( 52.3%), rendah 64 orang (22.6%), sedang 51 orang ( 18%), tinggi 16 orang (5.7%), dan kategori sangat tinggi sebanyak 4 orang ( 1.4%) dengan rerata nilai DMF-T 1.751.62. Murid usia 12 tahun yang mengalami karies gigi dengan kategori sangat rendah sebanyak 26 orang ( 48.1%), rendah 14 anak ( 26.9%), sedang 12 orang (22.2%), tinggi 2 orang ( 3.1%) dan pada kategori sangat tinggi tidak ada, dengan rerata nilai DMF-T 1.741.36.Murid usia 13 tahun yang mengalami karies gigi dengan kategori sangat rendah sebanyak 2 orang (40%), rendah 1 orang ( 20%), sedang 2 orang (40%), tinggi dan sangat tinggi tidak ada yang mengalami karies dalam kategori tersebut.dengan rerata nilai DMF-T 2.201.78.

Table V: distribusi nilai OHIS dan rata-rata pada murid usia 9-13 tahun berdasarkan sekolahNama Sekolahdan Usia(tahun) OHI-S Nilai DI-SNilai CI-SNilai OHI-S

Baik(%)Sedang (%)Buruk meanSDmeanSDmeanSD

SD Inp. Pajjaiang II 9 10 11 12SD Inp Manuruki I 9 10 11 12SD Inp Manuruki II 9 10 11 12 13SDN Pajjaiyang I 9 10 11 12 13SD Inp Tangkala II 9 10 11 12 13

1(33,3%)12(22,2%)26(59,1%)4(28,6%)

3(50%)19(57,6%)24(66,7%)6(75%)

2(13.3%)25(34,2%)26(57.8%)2(25.0%)0(0,0%)

1(16.7%)23(41.8%)32(38.1%)6(46.2%)2(66.7%)

1(25%)21(41.2%)24(32.4%)2(18.2%)1(100%)

2(66,7%)36(66,7%)18(40,9%)9(64,3%)

3(50%)14(42,4%)12(33,3%)2(25%)

11(73,3%)40(54,8%)18(40%)5(62.5%)1(100%)

2(33.3%)27(49.1%)38(45.2%)4(30.8%)0(0.0%)

3(75.0%)24(47.1)44(59.5%)8(72.7%)0(0.0%)

0(0,0%)6(11,1%)0(0,0%)1(7,1%)

0(0.0%)0(0.0%)0(0.0%)0(0.0%)

2(13,3%)8(11%)1(2,2%)1(12.5%)0(0.0%)

3(50%)5(9.1%)14(16.7%)3(23.1%)1(33.3%)

0(0.0%)6(11.8%)6(8.1%)1(9.1%)0(0.0%)

1.100.091.120.440.790.41.020.5

1.00.560.860.320.780.290.820.32

1.390.681.160.560.960.381.150.521

1.490.961.040.531.090.611.270.761.110.51

1.240.431.250.681.070.360.930.410.33

0.720.250.810.470.420.420.530.45

0.330.260.390.290.330.350.330.36

0.820.610.650.610.440.490.590.520.3

1.381.010.560.520.790.620.940.570.720.85

0.70.490.640.70.610.530.80.67 0.5

1.630.471.910.851.160.681.610.78

1.130.281.170.381.10.421.160.31

2.21.151.81.01.370.761.731.31.3

2.962.041.570.931.891.112.01.211.821.29

1.950.771.831.261.710.781.740.910.83

9 10 11 12 138(23.5%)100(37.6%)132(46.6%)20(37%)3(60%)21(61.8%)141(53%)130(45.9%)28(51.9%)1(20%)5(14.7%)25(9.4%)21(7.4%)6(11.1%)1(20%)1.300.661.110.540.980.461.020.550.930.49

0.810.670.630.560.570.540.660.560.600.63

2.061.271.710.981.550.891.680.921.52102

Total 263(41%)321(50%)58(9%)1.30.660.80.67 2.061.27

Table V menunjukkan distribusi nilai OHIS dan rata-rata pada murid usia 9-13 tahun berdasarkan sekolah. Pada murid berusia 9 tahun yang memiliki kebersihan mulut kategori baik berjumlah 8 orang (23%), sedang 21orang (61.8%) dan kategori buruk berjumlah 5 orang ( 14.7%) dengan rerata nilai DI-S yaitu 1,30,66, rerata nilai CI-S yaitu 0,80,27 serta rerata nilai OHI-S 2,061,27. Murid yang berusia 10 tahun yang memiliki kebersihan mulut kategori baik berjumlah 100 orang ( 37.6%), sedang 141 orang (53%) dan kategori baik 25 orang (9.4%) dengan rerata nilai DI-S yaitu 1,110,54, rerata nilai CI-S yaitu 0,630,56 serta rerata nilai OHI-S yaitu 1,710,98. Murid yang berusia 11 tahun yang memiliki kebersihan mulut kategori baik berjumlah 132 orang ( 46.6%), sedang 130 orang (45,9%) dan kategori baik 21 orang (7.4%) dengan rerata nilai pengetahuan yaitu 4,931,46, rerata nilai DI-S yaitu 0,980,46, rerata nilai CI-S yaitu 0,570,54 serta rerata nilai OHI-S yaitu 1,550,89. Murid yang berusia 12 tahun yang memiliki kebersihan mulut kategori baik berjumlah 20 orang ( 37%), sedang 28 orang (51.9%) dan kategori baik 6 orang (11.1%) dengan rerata nilai DI-S yaitu 1,050,55, rerata nilai CI-S yaitu 0,660,56 serta rerata nilai OHI-S yaitu 1,680,92.Murid yang berusia 13 tahun yang memiliki kebersihan mulut kategori baik berjumlah 3 orang ( 60%), sedang 1 orang (20%) dan kategori baik 1 orang (20%) rerata nilai DI-S yaitu 0,930,49, rerata nilai CI-S yaitu 0,600,63 serta rerata nilai OHI-S yaitu 1,521,02.

Table VI : Distribusi maloklusi pada murid dengan usia 9-13 tahun berdasarkan sekolahNama sekolah dan usia( tahun )Maloklusi

Ya(%)Tidak(%)

SD Inp. Pajjaiang II 9 10 11 12SD Inp Manuruki I 9 10 11 12SD Inp Manuruki II 9 10 11 12 13SDN Pajjaiyang I 9 10 11 12 13SD Inp Tangkala II 9 10 11 12 131(33.3%)24(44.4%)19(43.2%)1(7.1%)

2(33.3%)14(42.4%)15(41.7%)4(50%)

10(66.7%)38(52.1%)15(33.3%)3(37.5%)0(0.0%)

3(50%)20(36.4%)49(58.3%)9(69.2%)3(100%)

2(50%)31(60.8%)44(59.5%)6(54.5%)1(100.%)2(66.7%)30(55.6%)25(56.8%)13(92.9%)

4(66.7%)19(57.6%)21(58.3%)4(50%)

5(33.3%)35(47.9)30(66.7%)5(62.5%)1(100%)

3(50%)35(63.6%)35(41.7%)4(30.8%)0(0.0%)

2(50%)20(39.2%)30(40.5%)5(45.5%)0(0.0%)

9 10 11 12 13Total18(52.9%)127(47.7%)142(50.2%)23(42.6%)4(80%)314 ( 48.9%)16(47.1%)139(52.3%)141(49.8%)31(57.4%)1(20%)328(%1.1%)

Table VI menujukkan Distribusi maloklusi pada murid dengan usia 9-13 tahun berdasarkan sekolah. Pada murid berusia 9 tahun yang mengalami maloklusi berjumlah 18 orang (52,9%) dan yang tidak mengalami maloklusi berjumlah 16 orang (47.1%). Murid berusia 10 tahun yang mengalami maloklusi berjumlah 127 orang (47.7%) dan yang tidak mengalami maloklusi berjumlah 139 orang (52.3%).Murid berusia 11 tahun yang mengalami maloklusi berjumlah 142 orang (50.2%) dan yang tidak mengalami maloklusi berjumlah 141 orang (49.8%). Murid berusia 12 tahun yang mengalami maloklusi berjumlah 23 orang (42.6%) dan yang tidak mengalami maloklusi berjumlah 31 orang (57.4%) dan pada murid berusia 13 tahun yang mengalami maloklusi berjumlah 4 orang (80%) dan yang tidak mengalami maloklusi berjumlah 1 orang (20%).

Table VII :Distribusi nilai rata-rata pengetahuan kesehatan gigi dengan usia 9-13 berdasarkan sekolahNama sekolah dan usia( tahun )

Pengetahuan sebelum penyuluhanPengetahuan setelah penyuluhanmeanSD

Tinggi(%)Rendah(%)Tinggi(%)Renda(%)sebelumsesudah

SD Inp. Pajjaiang II 9 10 11 12SD Inp Manuruki I 9 10 11 12SD Inp Manuruki II 9 10 11 12 13SDN Pajjaiyang I 9 10 11 12 13SD Inp Tangkala II 9 10 11 12 132(66.7)31(57.4%)26(59.1%)11(78.6%)

5(83.3%)17(51.5%)18(50%)5(62.5%)

6(40%)42(57.5%)27(60%)5(62.5%)1(100%)

4(66.7%)26(47.3%)52(61.9%)7(53.8%)3(100%)

1(25%)28(54.9%)51(68.9%)6(54.5%)0(0.0%)1(33.3%)23(42.6%)18(40.9%)3(21.4%)

1(16.7%)16(48.5%)18(50%)3(37.5%)

9(60%)31(42.5%)18(40%)3(37.5%)0(0.0%)

2(33.3%)29(52.7%)32(38.1%)6(46.2%)0(0.0%)

3(75%)23(45.1%)23(31.3%)5(45.5%)1(100%)2(66.7%)51(94.4%)38(86.4%)14(100%)

6(100%)30(90.9%)35(97.2%)7(87.5%)

12(80%)62(84.9%)44(97.8%)7(87.5%)0(0.0%)

5(83.3%)45(81.8%)75(89.3%)13(100%)3(100%)

4(100%)46(90.2%)70(94.6%)11(100%)1(100%)1(33.3%)3(5.6%)6(13.6%)0(0.0%)

0(0.0%)3(9.1%)1(2.8%)1(12.5%)

3(20.0%)11(15.1%)1(2.2%)1(12.5%)1(100%)

1(16.7%)10(18.2%)9(10.7%)0(0.0%)0(0.0%)

0(0.0%)5(9.8%)4(5.4%)0(0.0%)0(0.0%)4.661.524.911.224.701.565.501.95

5.830.754.481.544.611.205.001.30

4.661.114.791.545.021.725.001.305.00

4.831.474.611.634.881.384.921.115.000.00

4.250.504.581.095.221.405.001.944.005.331.525.901.035.751.436.140.86

6.331.036.031.185.830.976.001.19

5.601.356.656.026.681.226.121.244.00

5.831.165.611.826.191.286.380.967.001.00

6.000.006.171.196.751.316.361.207.00

9 10 11 12 13Total 18(52.9%)144(54.1%)174(61.5%)34(63%)4(80%)374 (58.3%)16(47.1%)122(45.9%)109(38.5%)20(37%)1(20%)268(41.7%)29(85.3%)234(88%)262(92.6%)52(96.3%)4(80%)581(90.5%)5(4.7%)32(12%)21(7.4%)2(3.7%)1(20%)61(9.5%)4.851.154.701.424.931.465.111.564.800.444.841.435.791.176.123.366.301.326.221.046.401.516.192.37

Table VII menunjukkan distribusi nilai rata-rata pengetahuan kesehatan gigi pada murid usia 9-13 tahun berdasarkan sekolah. murid berusia 9 tahun yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi sebelum di berikan penyuluhan dengan kategori tinggi berjumlah 18 orang (52,9%), kategori rendah berjumlah 16 orang (47.1%) dan setelah di berikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dengan kategori tinggi berjumlah 29 orang (85.3%), kategori rendah 5 orang (4.7%) dengan rerata nilai pengetahuan sebelum di berikan penyuluhan yaitu 4,851,15 dan setelah di berikan penyuluhan 5.791.17.Murid yang berusia 10 tahun yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi sebelum di berikan penyuluhan dengan kategori tinggi berjumlah 144 orang (54.1%), kategori rendah berjumlah 122 orang (45.9%) dan setelah di berikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dengan kategori tinggi berjumlah 234 orang (88%), kategori rendah 32 orang (12%) dengan rerata nilai pengetahuan sebelum di berikan penyuluhan yaitu 4,701,42 dan setelah di berikan penyuluhan 6.123.36. Murid yang berusia 11 tahun gigi yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi sebelum di berikan penyuluhan dengan kategori tinggi berjumlah 174 orang (61,5%), kategori rendah berjumlah 109 orang (38.5%) dan setelah di berikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dengan kategori tinggi berjumlah 262 orang (92.6%), kategori rendah 21 orang (7,4%) dengan rerata nilai pengetahuan sebelum di berikan penyuluhan yaitu 4.931,46 dan setelah di berikan penyuluhan 6.301.32..Murid yang berusia 12 tahun yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi sebelum di berikan penyuluhan dengan kategori tinggi berjumlah 34 orang (63%), kategori rendah berjumlah 20 orang (37%) dan setelah di berikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dengan kategori tinggi berjumlah 52 orang (96,3%), kategori rendah 2 orang (3.7%) dengan rerata nilai pengetahuan sebelum di berikan penyuluhan yaitu 5.111.56 dan setelah di berikan penyuluhan 6.221.04.Murid yang berusia 13 tahun yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi sebelum di berikan penyuluhan dengan kategori tinggi berjumlah 4 orang (80%), kategori rendah berjumlah 1 orang (20%) dan setelah di berikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dengan kategori tinggi berjumlah 4 orang (80%), kategori rendah 1 orang (20%) dengan rerata nilai pengetahuan sebelum di berikan penyuluhan yaitu 4.800.44 dan setelah di berikan penyuluhan 6.401.51.PEMBAHASANHasil penelitian ini menujukkan gambaran status karies gigi, kebersihan mulut, maloklusi dan pengetahuan tentang kesehatan gigi. Berdasakan penelitian ini di peroleh status karies gigi kategori rendah dengan rerata nilai 1.551.87 pada gigi susu sedangakan pada gigi permanen dengan rerata nilai 1,571.42 gigi ini sejalan dengan penelitian Wina dwi oktavilia dan nike probosari dengan melihat erbedaan OHI-S DMF-T dan def-t Pada Siswa Sekolah Dasar berdasarkan Letak Geografis Di Kabupaten Situbondo.Nilai rata-rata def-t siswa SD di wilayah pantai, dataran rendah dan perbukitan berdasarkan data yang telah didapat tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan karena antara masing-masing wilayah memiliki selisih nilai rata-rata yang tidak begitu besar yaitu wilayah pantai 1,20; dataran rendah 1,61 dan perbukitan 1,32 sehingga semua hasil rata-rata def-t ini dapat dikategorikan sama yaitu rendah.12Faktor yang mempengaruhi rendahnya skor DMF-T adalah fase geligi pergantian yang dimulai dari usia siswa kelas 1 SD (6 tahun), pada gigi permanennya hanya gigi insisif dan gigi molar yang baru erupsi sedangkan gigi yang lain masih gigi sulung dibandingkan pada siswa usia 12 tahun yang rata-rata gigi permanennya sudah mulai erupsi lebih banyak sehingga pada hasil penelitian didapatkan nilai DMF-T yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian di peroleh status kebersihan mulut pada murid paling banyak yaitu kategori sedang yang berjumlah berjumlah 321 orang ( 50%) dengan rerata nilai 2.061.27. ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Silvia Anitasari melakukan penelitian tentang tingkat kebersihan mulut dengan menggunakan OHI-S pada 1650 siswa sekolah di samarinda mendapatkan 6,7% siswa keadaan kebersihan mulutnya baik, 59,3% sedang, 34,24% buruk dengan OHI-S rata rata 3 termasuk kebersihan gigi dan mulut kategori sedang.8 Menurut Sayuti (2010) kebersihan mulut sangat di tentukan oleh perilaku.pemeliharaan kebersihan mulut yang tidak benar akan mudahnya penumpukan plak, material alba dan kalkulus yang akhirnya akan merugikan kesehatan periodontal.5Berdasarkan penelitian ini diperoleh status maloklusi lebih banyak pada anak usia 10-12 tahun yaitu pada usia 10 tahun berjumlah 127 orang (47.7%), 11 tahun berjumlah 142 orang (50.2%) dan pada usia 12 tahun berjumlah 23(42.6%). Penelitia yang di lakukan Ahangar (2007) yang meneliti prevalensi maloklusi pada anak usia 6-18 tahun, prevalensi maloklusi pada usia 12-14 tahun cukup tinggi yaitu 83,4%.6 dan pada penelitian ini lebih banyak yang tidak mengalami maloklusi di bandingkan yang mengalami maloklusi di karenakan pengetahuan yang di miliki anak tentang kesehatan gigi.Maloklusi juga berkaitan erat dengan penyakit periodontal. Kelainan hubungan vertical dan horizontal gigi geligi anterior rahang atas dan bawah, pergeseran gigi serta kelainan oklusi gigi geligi posterior dapat menyebabkan kerusakan jaringan periodontal, sehingga dapat menyebabkan karies pada daerah servikal gigi geligi.6Penelitian ini menujukkan pengetahuan anak terhadap kesehatan gigi terjadi perubahan tingkat pengetahuan pada murid setelah dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut dengan Nilai rerata skor pengetahuan sebelum4.841.43 dan setelah penyuluhan 6.192.37 ada peningkatan, ini disebabkan karena penyuluhan dapat memberikan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut kepada murid sehingga diharapkan dapat bersikap dan berperilaku dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian warni pada siswa-siswi kelas IVdanV di dua sekolah dasar (SD) Negeri Medan yang menujukkan bahwa penyuluhan dan pelatihan menyikat gii seperti metode peragaan dapat meningkatkan pengetahuan siswa-siswi tersebut dengan berkurangnya indeks plak gigi.11 Begitu juga dengan penelitian Leal SC dan Bezzera pada tahun 2002 mengenai perbandingan efektivitas metode pengajaran menyikat gigi pada anak usia 3-6 tahun yang di ambil dari 50 anak dalam sebuah private nursery di Brazil, pengajaran dengan menggunakan metode audioviswal ternyata juga dapat meningkatkan pengetahuan anak karena indeks plak giginya pun turun.11 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah saya lakukan di peroleh kesimpulan bahwa status karies gigi pada anak di SDN sudiang se-kelurahan sudiang raya termasuk dalam kategori rendah. Status kebersihan gigi dan mulut pada anak SDN sudiang se- kelurahan sudiang raya Makassar termasuk dalam kategori sedang. Status maloklusi gigi pada anak SDN sudiang se- kelurahan sudiang raya Makassar lebih banyak yang tidak mengalami maloklusi di bandingkan yang mengalami maloklusi. Status pengetahuan anak tentang kesehatan gigi dan mulut di SDN sudiang se- kelurahan sudiang raya sudah banyak yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut di bandingkanya yang belum mengetahui tentang kesehatan gigi dan mulut.

DAFTAR PUSTAKA1. Dini Rachmawati. PHP Sebelum dan sesudah menyikat gigi siswa usia 6-12 tahun SD AL-Azhar dan SD AL-Islam. Journal of the indonesia Dental Association 2006:56(3):101 1502. Cobra dan Campus. Perbandingan sikat gigi yang berbulu halus (Soft) dengan sikat gigi yang berbulu sedang (Medium) terhadap manfaatnya menghilangkan plak 20133. Ristya Widi Endah Yani.Tabel kontingensi 2x2 terhadapkaries berdasarkan jenis kelamin. Journal of The Indonesia Dental Association 2009:58(1):31-334. A.J.M Rattu, Dinar Wicaksono, Virginia E. Wowor. Hubungan antara status kebersihan mulut dengan karies siswa sekolah menegah atas negeri 1 manado.5. Busni. Cholil. Deby Kania Tri Putri. Gambaran indeks kebersihan mulut berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat di desa guntung ujung di kabupaten banjar. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi 2014:2(1):18-236. Rosihan Adhani. Rizal Hendra Kusuma. Widodo. Sapta Rianta. Perbedaan indeks karies antara maloklusi ringan dan berat pada remaja di ponpes darul hijrah martapura. Dentino jurnal kedokteran gigi 2014:2(1):13-177. Oktavia Dewi. Hubungan maloklusi dengan kualitas hidup pada remaja di kota medan. Dentika dental journal 2009:14(2): 115-1198. Yohanes I Gede K.K. Karel pandelaki.Ni wayan mariadi. Hubungan pengetahuan kebersihan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut pada sisiwa SMA 9 Manado. Jurnal e-GIGI(eG)2013:1(2):84-889. Rini Pratiwi.Ririn Mutmainah. Gambaran keparahan Karies pada anak usia 6, 9 dan 12 tahun di kabupaten pinrang. Sulawesi selatan menggunakan indeks PUFA/pufa.2013:12(2):76-79.10. Imam Mudjari. Susilowati.Dampak maloklusi terhadap kualitas hidup. Jurnal ilmiah dan teknologi kedokteran gigi.2011:8(1):41-4511. Amelia Nurfalah. Emma Yuniarrahmah.Didit Aspriyanto.efektivitas metode peragaandan video terhadap pengetahuan penyikatan gigi pada anak usia 9-12 tahun di SDN keraton 7 marthapura.2014:2(2):144-14912. Wina Dwi Oktavilia, Niken Probosari, Sulistiyani. (Perbedaan OHI-S DMF-T dan def-t Pada Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Letak Geografis Di Kabupaten Situbondo(Difference Of OHI-S And DMF-T On Elementary School Students Based On Geographical Location In Situbondo). 2014:2(1):34-41