LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

22
LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI A. PENGERTIAN Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel. B. ETIOLOGI Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial. 1) Faktor predisposisi a. Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktorpencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. 2) Faktor presipitasi

description

lp

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

A. PENGERTIAN

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem

(kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak

berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai

hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi

penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan

dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.

B. ETIOLOGI

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi

timbulnya serangan asma bronkhial.

1) Faktor predisposisi

a. Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum

diketahui cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit

alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit

alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena

penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktorpencetus. Selain

itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2) Faktor presipitasi

a. Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan

contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri

dan polusi.

b) Ingestan, yang masuk melalui mulut

contoh: makanan dan obat-obatan

c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit

contoh: perhiasan, logam dan jam tangan

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

b. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering

mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan

faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan

berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,

musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga

dan debu.

c. Stress

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain

itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping

gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang

mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk

menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum

diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

d. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan

asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang

yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,

polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika

melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat

paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena

aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C . PATOFISIOLOGI

Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang

disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam

usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang

sehingga sulit bernapas. Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen

seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru

untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh

berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.

Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi

bronkus dan juga menimbulkan kerusakan Pada dinding bronkiolus terminalis.

Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus

terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi.

Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi

banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air

trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan

segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan

kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-

fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan

mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).

D. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:

1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis

2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema

Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:

1. Kelemahan badan

2. Batuk

3. Sesak napas

4. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi

5. Mengi atau wheeze

6. Ekspirasi yang memanjang

7. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.

8. Penggunaan otot bantu pernapasan

9. Suara napas melemah

10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

C. PENATA LAKSANAAN

N

O

D

X

TUJUAN

NOC

INTERVENSI

NIC

EVALUASI

1 Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama … x 24 jam

diharapkan bersihan jalan

napas efektif sesuai

dengan kriteria:

- Memiliki RR dalam

batas normal

- Memiliki irama

pernafasan yang normal

- Mampu mengeluarkan

sputum dari jalan nafas

- Bebas dari suara nafas

tambahan

     Tentukan

kebutuhansuction oral dan

atau trakheal

- Auskultasi suara nafas

sesudah dan sebelum

melakukan suction

- Informasikan kepada

klien dan keluarga

tentang suction

- Perhatikan tipe dan

jumlah sekresi yang

dikumpulkan

S: pasien mengatakan tidak

susah lagi dalam bernafas

dan tidak ada lagi secret

yang mengganggu

O: pernafasan pasien  mulai

stabil

A: Dx ketidakefektifan

jalan nafas (dilanjutkan)

P: lanjutkan intervensi

2 Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama….X24 jam

diharapkan pola napas

efektif dengan kriteria :

- Memiliki RR dalam

batas normal

- Mampu inspirasi

dalam

- Memiliki dada yang

mengembang secara

- Monitor rata-rata,

irama, kedalaman dan

usaha respirasi

- Perhatikan pergerakan

dada, amati

kesemetrisan,

penggunaan oto-otot

aksesoris, dan retraksi

otot supraklavikuler

dan interkostal

- Monitor respirasi yang

S: pasien mengatakan

sesaknya berkurang

O: ritme nafas klien normal,

tidak adanya penggunaan

otot bantu pernafasan

A: Dxketidakefektifan pola

nafas (dilanjutkan)

P: lanjutkan intervensi

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

simetris

- Dapat bernafas

dengan mudah

- Tidak menggunakan

otot-otot tambahan

dalam bernafas

- Tidak mengalami

dispnea

berbunyi, seperti

mendengkur

- Monitor pola

pernafasan: bradipneu,

takipneu dan

hiperventilasi

- Perhatikan lokasi

trakea

- Monitor peningkatan

ketidakmampuan

istirahat, kecemasan,

dan haus udara.

3 Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama ….X 24 jam

diharapkan pertukaran gas

baik dengan kriteria :

- Dapat bernafas

dengan mudah

- Tidak mengalami

dispnea

- Tidak mengalami

sianosis

- Tidak mengalami

somnolen

- Memiliki perfusi

ventilasi yang

seimbang

- Posisikan klien untuk

memaksimalkan

potensi ventilasinya.

- Identifikasi kebutuhan

klien akan insersi jalan

nafas baik aktual

maupun potensial.

- Lakukan terapi fisik

dada

- Auskultasi suara nafas,

tandai area penurunan

atau hilangnya ventilasi

dan adanya bunyi

tambahan

- Monitor status

pernafasan dan

oksigenasi, sesuai

kebutuhan

S: pasien tidak kesulitan

dalam bernafas

O: tidak adanya sianosis,

tidak adanya dyspnea, tidak

adanya bunyi nafas

tambahan

A: Dx gangguan pertukaran

gas (teratasi)

P: intervensi dihentikan

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

E. PENGKAJIAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Identitas pasien, mencakup:

a. Nama

b. Alamat

c. Umur

d. Status

e. Agama

f. Suku bangsa

g. Pendidikan

h. Pekerjaan

i. Tempat/tanggal lahir

j. No. CM

k. Diagnose medis

Identiras Penanggung jawab :

a. Nama

b. Alamat

c. Tempat/tanggal lahir

d. Status

e. Agama

f. Suku bangsa/bangsa

g. Pendidikan

h. Pekerjaan

i. Hubungan dangan pasien

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan siklus O2 dan

CO2 antara lain: batuk, peningkatan produksi sputum, dipsnea,

hemoptisis, wheezing, stridor, dan nyeri dada.

a) Batuk (Cough)

Yang perlu dikaji yaitu lamanya, bagaimana timbulnya,

hubungannya dengan aktivitas, adanya sputum atau dahak.

Peningkatan produksi sputum; meliputi warna, konsistensi,

bau, jumlah karena hal itu menunjukkan keadaan dari proses

patologis. Jika ada infeksi sputum akan berwarna kuning atau

hijau, putih atau kelabu, dan jernih. Jika edema paru, sputum

berwarna merah muda karena mengandung darah dalam

jumlah yang banyak.

b) Dipsnea

Merupakan persepsi kesulitan bernapas/ napas pendek dan

sebagai perasaan subjektif pasien. Yang perlu dikaji, apakah

pasien sesak saat berjalan, dll.

c) Hemoptisis

Yaitu darah yang keluar melalui mulut saat batuk. Keadaan

ini biasanya menandakan adanya kelainan berupa bronchitis

kronis, bronkhiektasis, TB-paru, cystic fibrosis, upper airway

necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru,

dan abses paru.

d) Chest pain

Nyeri dada bisa berkaitan dengan masalah jantung seperti

gangguan konduksi (disritmia), perubahan kardiak output,

kerusakan fungsi katup, atau infark, dll. Paru tidak memiliki

saraf yang sensitive terhadap nyeri tapi saraf itu dimiliki oleh

iga, otot, pleura parietal, dan percabangan trakheobronkhial.

b. Riwayat kesehatan sekarang

1) Waktu terjadinya sakit

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

a) Berapa lama sudah terjadinya sakit

2) Proses terjadinya sakit

a) Kapan mulai terjadinya sakit

b) Bagaimana sakit itu mulai terjadi

3) Upaya yang telah dilakukan

a) Selama sakit sudah berobat kemana

b) Obat-obatan yang pernah dikonsumsi

4) Hasil pemeriksaan sementara / sekarang

a) TTV meliputi tekanan darah, suhu, respiratorik rate, dan

nadi

b) Adanya patofisiologi lain seperti saat diauskultasi adanya

ronky, wheezing.

c. Riwayat kesehatan terdahulu

1) Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kanker paru –

paru, emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus

mencakup:

a) Usia mulai merokok secara rutin

b) Rata – rata jumlah rokok yang dihisap setiap hari.

c) Usai menghentikan kebiasaan merokok.

2) Pengobatan saat ini dan masa lalu

3) Alergi

4) Tempat tinggal

d. Riwayat kesehatan keluarga

Tujuan pengkajian ini:

a) Penyakit infeksi tertentu seperti TBC ditularkan melalui orang

ke orang.

b) Kelainan alergi seperti asma bronchial, menujukkan suatu

predisposisi keturunan tertentu. Asma bisa juga terjadi akibat

konflik keluarga.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

c) Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang

tingkat polusi udaranya tinggi. Polusi ini bukan sebagai

penyebab timbulnya penyakit tapi bisa memperberat.

e. Genogram

f. Riwayat kesehatan lingkungan.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa 1:

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkhokonstriksi, 

bronkhospasme ditandai dengan sekresi mucus yang kental, adanya

wheezing,RR meningkat (lebih dari 22x/mnt), HR meningkat (lebih dari

100x/mnt), napas dangkal dan cepat, menggunakan otot bantu napas.

Tujuan :

·         Bersihan jalan napas kembali efektif setelah di lakukan tindakan

keperawatan selama ….x 24 jam

Kriteria Hasil:

Klien dapat mendemonstrasikan batuk efektif

Tidak ada suara nafas tambahan dan wheezing

Pernapasan klien normal ( 16 -20 x /menit) tanpa adanya pengguanaan

otot bantu napas.

Frekuensi nadi 60-120 x /menit.

Intervensi:

a. Mandiri :

1.) Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi semi

fowler)

Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada

proses ekspirasi paru.

2.) Kaji Warna, kekentalan dan jumlah sputum

Rasional :karekteristik sputum dapat menunjukkan  barat ringannya

obstruksi.

3.) Atur posisi semifowler

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

Rasional : posisi semi fowler meningkatkan ekspansi paru.

4.) Ajarkan cara batuk efektif dan terkontrol

Rasional : batuk yang terkontrol dan efektif  dapat memudahkan

pengeluaran secret yang melekat dijalan napas.

5.) Bantu klien latihan napas dalam.

Rasional : ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas dan

meningkatkan gerakan secret kedalam jalan nafas besar untuk

dikeluarkan.

6.) Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak

diindikasikan

Rasional :Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan secret dan

mengefektifkan pembersihan jalan nafas.

7.) Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural dranase,

perkusi,fibrasi dada.

Rasional : fisioterapi  dada merupakan strategi untuk mengeluarkan

secret.

b. Kolaborasi :

1.) Kolaborasi pemberian obat bronkodilator

Rasional : Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung

menuju area broncus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat

berdilatasi.

2.) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat agen mukolitik dan

ekspektoran

Rasional : agen mukolitik menurunkan kekentalan dan

perlengketan secret paru untuk memudahkan pembersihan. Agen

ekspektoran akan memudahkan secret lepas dari perlengketan

jalan napas .

3.) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat kortikostiroid.

Rasional :kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan

hipoksemia dan menurunkan reaksi inflamasi akibat edema

mukosa dan dinding bronkus.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

Diagnosa 2

Pola  napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energy/kelelahan di

tandai dengan sesak napas, takipnea, orthopnea, tarikan

interkostal/penggunaan otot napas tambahan untuk bernapas, napas pendek,

napas pursed-lip.

Tujuan:

Pola nafas kembali efektif setelah di lakukan tindakan keperawatan

selama … x 24

KriteriHasil :

pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa adanya penggunaan otot

bantu napas.

Tidak terdapat suara nafas tambahan atau wheezing.

Status tanda vital dalam batas normal.

nadi 60 - 100x /menit

RR 16-20 x/mnt

Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi pernapasan.

Intervensi:

a. Mandiri :

1.) Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi semi

fowler)

Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada

proses ekspirasi paru.

2.) Pantau kecepatan, irama, kedalaman pernapasan dan usaha respirasi.

Rasional : Memantau pola pernafasan  harus dilakukan terutama 

pada klien dengan gangguan pernafasan .

3.) Perhatikan pergerakan dada , amati kesimetrisan, penggunaan otot-

otot bantu napas, serta retraksi otot supraklavikular dan interkostal.

Rasional : melakukan pemeriksaan fisik pada paru dapat mengetahui

kelainan yang terjadi pada klien .

4.) Auskultasi bunyi napas, perhatikan area penurunan / tidak adanya

ventilasi dan adanya bunyi napas tambahan.

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

Rasional : Adanya bunyi napas tambahan mengidentifikasikan 

adanya  gangguan pada pernapasan.

5.) Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal.

Rasional :Ansietas dapat memicu pola pernapasan seseorang.

6.) Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode distress

pernapasan

Rasional : Teknik distraksi dapat merileksasikan otot –otot

pernapasan.

b. Kolaborasi :

1.) Kolaborasi dengan dokter pemberian bronkodilator.

Rasional : pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung

menuju area bronkus yang mengalami spasme sehingga  lebih cepat

berdilatasi.

Diagnosa 3

Pertukaran gas berhubungan dengan kelelahan otot respiratory ditandai

dengan dispnea, peningkatanPCO2, peningkatan penggunaan otot bantu napas

Tujuan :

Pertukaran gas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama…x24 jam.

Kriteria Hasil :

· Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dalam pernapasan.

· Frekuensi napas 16-20 x /menit dan tidak sesak napas

· Frekuensi nadi 60-120 x /menit.

· Kulit tidak pucat ( PaO2 kurang dari 50 mm Hg.PaCO2 lebih dari

50 mm Hg dan PH 7,35-7,40 )

· Saturasi  oksigen dalam darah lebih dari 90%

Intervensi:

a. Mandiri

1.) Pantau status pernapasan tiap 4 jam,hasilGDA,intake dan output.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

Rasional : untuk mengindenfikasi indikasi ke arah kemajuan atau

penyimpangan dari hasil klien.

2.) Tempatkan klien  pada posisi semi fowler

Rasional: posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik.

3.) Berikan pengobatan  yang telah ditentukan serta amati bila ada

tanda-tanda toksisitas.

Rasional : pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronchus

seperti kondisi sebelumnya.

4.) Tingkatkan aktifitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi

pernapasan akan meningkat dengan aktivitas.

Rasional : Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan

aktivitas individu.

b. Kolaborasi:

1.) Berikan terapi intravem sesuai anjuran (kolaborasi dengan dokter)

Rasional : Untuk memungkinkan dehidrasi yang cepat  dan tepat

mengikuti keadaan vaskuler untuk pemberian obat-obat darurat.

2.) Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 L/menit selanjutnya

sesuaikan dengan hasil PaO2.

Rasional : pemberian oksigen mengurangi beban otot-otot

pernafasan.

Diagnosa 4:

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

kebutuhan dan suplai oksigen ditandai dengan kelelahan, dispnea, sianosis

Tujuan :

Dalam waktu …x24 jam setelah diberikan intervensi klien dapat melakukan

aktivitas sesuai kebutuhan .

Kriteria hasil :

Klien dapat beraktivitas sesuai kebutuhannya

Pernapasan klien normal (16-20 x/menit) dan tidak sesak napas

Frekuensi nadi 60-120 x /menit.

Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi yang diajarkan

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

Intervensi:

a. Mandiri

a.) Jelaskan aktivitas dan factor ysng dapat meningkatkan kebutuhan

oksigen

Rasional : merokok ,suhu ekstrem dan stress menyebabkan

vasokonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan beban jantung .

b.) Ajarkan progam relaksasi

Rasional : mempertahankan, memperbaiki  pola nafas teratur .

c.) Buat jadwal aktivitas harian ,tingkatkan secara bertahap.

Rasional :mepertahankan pernapasan lambat dengan tetap

memperhatikan latihan fisik memungkinkan peningkatan kemampuan

otot bantu pernapasan

d.) Ajarkan teknik napas efektif.

Rasional : meningkatkan  oksigenasi tanpa mengorbankan banyak

energi .

e.) Pertahan kan terapi oksigen tambahan .

Rasional : mempertahankan, memperbaiki dan meningkatkan

konsentrasi oksigen darah.

f.) Kaji respon abnormal setelah aktivitas.

Rasional : respon abnormal meliputi nadi , tekanan darah , dan

pernafasan yang meningkat .

g.) Beri waktu istirahat yang cukup.

Rasional :  meningkatkan daya tahan klien, mencegah kelelahan .

b. Kolaborasi :

a) Kolaborasikan dengan fisioterapi untuk melakukan latihan /aktivitas

harian sesuai jadwal.

Rasional: latihan/aktivitas harian memungkinkan kemampuan otot

bantu nafas

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN oksigenasi

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC

Long Barbara C. (1996) Perawatan medical Bedah Suatu pendekatan Proses keperawatan, alih bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran Bandung, Bandung.

Darmojo; Martono (1999) Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta : Badai Penerbit FKUI

Price Sylvia Anderson (1997) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, alih bahasa: Peter Anugerah, Buku Kedua, edisi 4, Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, edisi 3, Jakarta: EGC

Caepenito Lynda Juall (1997) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, alih bahasa: Yasmin Asih, edisi 6, Jakarta: EGC