LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN.docx

34
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN “ TUMOR ABDOMEN” DIRUANG LONTARA II ATAS DEPAN (BEDAH DIGESTIF) RSUP. Dr,WAHIDIN SUDIROHUSODO A. KONSEP MEDIS 1. PENGERTIAN a) Tumor adalah : benjolan yang disebabkan oleh oleh pertumbuhan sel dengan pertumbuhan yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000). b) Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus mennerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma, Budi 2001). c) Tumor adalah : massa padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm. ( Carwin, Elizabeth.J. 2000). d) Tumor abdomen : merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. (http///tumor abdomen.html). Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN.docx

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN “

TUMOR ABDOMEN” DIRUANG LONTARA II ATAS DEPAN (BEDAH DIGESTIF)

RSUP. Dr,WAHIDIN SUDIROHUSODO

A. KONSEP MEDIS

1. PENGERTIAN

a) Tumor adalah : benjolan yang disebabkan oleh oleh pertumbuhan sel dengan

pertumbuhan yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000).

b) Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh

sel-sel yang tumbuh terus mennerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi

dengan jaringan disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma, Budi

2001).

c) Tumor adalah : massa padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm.

( Carwin, Elizabeth.J. 2000).

d) Tumor abdomen : merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang

berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami

transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel

normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan

strukturnya. (http///tumor abdomen.html). Secara patologi kelainan ini mudah

terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter

atau vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan

struktur yang di bungkusnya tetapi tidak menginvasinya.

2. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

1) Mulut

Mulut atau orsis adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2

bagian yaitu bagian luar yang senpit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi,

gigi, bibir, dan pipi. Bagian rongga mulut bagian dalam yaitu rongga mulut

yang dibatasi sisinya oeh tulang malsilaris, platum dan mandibularis, di

belakang bersambung dengan faring.

a) Gigi

Gigi dewasa berjumlah 32 yang terdiri dai gigi seri untuk memotong

makanan, gigi taring untuk memutuskan makanan yang keras dan liat dan

gigi geraham untuk menguyah makanan yang sudah dipotong-potong.

b) Lidah

Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot

lidah ini dapat digerakkan keseluruh arah.Fungsi lidah itu sendiri yaitu

mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap, dan menelan,

serta merasakan makanan.

c) Kelenjar ludah

Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama

wartoni dan duktus stensoni.Kelenjar ludah ada dua yaitu kelenjar

submaksilaris dan subblingualis.

2) Faring

Merupakan organ berhubungan rongga mulut dengan kerongkongan

(esofagus).Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan

kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan

terhadap infeksi. Tekak terdiri dari bagian superior ( bagian yang sama tinggi

dengan hidung ) bagian media ( bagian yang sama tinggi dengan laring ).

Bagian superior di sebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang

memghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.

3) Esofagus

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung

panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di baeah

lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar: melingkar sirkuler, dan lapisan

otot memanang longituginal. Esofgus terletak di belakang trakea dan di depan

tulang punggung, setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam

abdomen menyambung dengan lambung.

4) Lambung

Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang

paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas

fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pirolok, terletak

di bawah diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri

funtus uteri.

Bagian lambung terdiri dari :

a)  Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di sebelah kiri osteum

kardium dan biasanya penuh berisi gas.

b)  Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah

kurvatura minor.

c)  Antrum pilorius, bagian lambung berbentuk tabung, mempunyai otot yang

tebal membentuk sfingter pilorius.

d)  Kurvantura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari osteum

kardiak sampai ke pilorus.

e)  Kurvantura mayor, terdapat lebih panjang dari kurvantura minor, terbentang

dari sisi kiri osteum melalui fundus vebtrikuli menuju ke kanan sampai bagian

atas kurvanturi mayor sampai ke limpa.

f)  Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke

lambung, pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

Sekresi getah lambung mulai terjadi pada orang makan. Bila melihat makanan dan

mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rangsangan

kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang di sebut

getah lambung.Getah lambung di halangi oleh sitem saraf simpatis yang dapat

terjadi pada waktu gangguan emosi seperti, arah dan rasa takut.

5). Usus halus

Usus halus atau intestium minor adalah bagian dari sistem pencernaan

makanan yang berpangkal pada piloris dan berakhir pada sekum panjangnya 6m,

merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil

pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus ( lapisan mukosa [sebelah dalam],

lapisan pencernaan terdiri dari lapisan otot melingkar [m. Sirkuler], lapisan otot

memanjang [m. Longi tudinal] dan lapisan serosa [sebelah luar] ).

a)     Duedenum

Duedenum di sebut juga usus 12 jari, panjangnya 25 cm, berbentuk

sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada

bagian kanan deudenum terdapat selaput lendir, yang membukit di sebut papila

vateri yang bermuara di saluran empedu. Dinding deudenum mempunyai lapisan

mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini di sebut Brunnern

berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.

b)     Jejenum dan ileum

Jejenum dan ileum memiliki panjang sektar 6 meter. Dua perlima

sebagian atas adalah (jejenum) dengan panjang 23 meter dan ileum dengan

panjang 4-5 meter. Lekukan jejenum dam ileum melekat pada dinding abdomen

posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal

sebagai mesenterium.

6).  Usus besar

Usus besar atau intestum mayor panjangnya 1,5 m lebarnya 5-6 cm.

Lapisan usus besar dari dalam ke luar: selaput lendir, lapisan otot melingkar,

lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air

dan makanan. Tempat tinggal bakteri koli, tempat feces.

a) Sekum

Dibaeah sekum terdapat apendiks, vermiformis yang berbentuk seperti

cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah

bergerak walaupun tidak mempunyai mesintrium dan dapat diraba melalui

dinding abdomen pada orang yang masih hidup.

b) Kolon asendens

Pajangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebalah kanan. Membujur ke

atas dari ileum ke bawah hati. Di bawa hati melengkung ke kiri, lengkungan

ini di sebut fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum.

c) Apendiks ( usus halus)

Bagian dari usus halus yang muncul seperti corong dari ujung sekum,

mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi memungkinkan dapat di lewati

oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis

masuk ke dalam rongga pelvis minor, terletak horizontal di belakang sekum.

Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi, kadang apendiks beraksi

secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan peforasi dindingnya ke

dalam rongga abdomen.

d) Kolon trasversum

Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asendens sanapai desendens berada

di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura linealis.

e) Kolon desendens

Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas

ke bawah dan fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung

dengan kolon sigmoid.

f) Kolon sigmoid

Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring

dalam rongga pelvis sebelah kiri, berbentuk menyerupai huruf S, ujung

bawahnya berhubungan dengan rektum.

7).  Rektum

Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinium

mayor dam anus, terletak di dasar pelvis, dindingnnya di perkuat oleh 3

sfingter :

a)     Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.

b)     Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

c)     Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.

(Syaifuddin. 2003)

3. ANATOMI FISIOLOGI YANG BERHUBUNGAN DENGAN ABDOMEN

Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh bentuknya lonjong dan

meluas dari atas diafragma sampai pelvis di bawah.

Anatomi rongga abdomen, Rongga abdomen di batasi oleh :

1)     Atas : Diafragma

2)     Bawah : Pelvis

3)     Depan : Dinding depan abdomen

4)     Leteral : Dinding lateral abddomen

5)     Belakang : Dinding belakang abdomen serta tulang belakang.

Isi abdomen sebagian besar dari saluran pencernaan yaitu lambung, usus

halus, dan usus besar.Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang

dapat mekar paling banyak. Terletak di epigastrik, dan sebagian sebelah kiri

hipokhodriak dan umbilical. Lambung terletak di bawah diafragma, di depan

pankreas. Dan limpa menempel pada sebelah kiri fundus.

a) Hati menempati bagian kanan atas terletak di bawah diafragma, dan

menutupi lambung bagian pertama usus halus, kandung empedu terletak

di dekat ujung pankreas.

b) Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dnding posterior abdomen

dari ginjal.

c) Aorta abdominalis, vena cava interior, reseptakulum khili dan sebagian

dari saluran torasika terletak di dalam abdomen.

d) Pembuluh limfe dan kelenjar, urat saraf, peritoneum dan lemak juga di

jumpai di dalam rongga ini. ( Evelyn Pearce, 2002)

e) Diafragma merupakan suatu kubah yang menonjol dalam ronga toraks.

Diafragma ini di turut dalam pernafasan. Pada insfirasi akan turun ke

bawah pada ekspirasi akan naik ke atas. Pada saat ekspirasi maksimal

akan berada setinggi kira-kira 4 garis pada midklavikularis, yang kurang

lebih sama dengan palpila mammae pada laki-laki.Dengan demikian pada

trauma toraks, baik tumpul maupun tajam, bila di temukan sampai

setinggi palpila mammae (pada laki-laki) harus diwaspadai adanya trauma

abdomen juga.

f) Organ yang terlindungi dalam pelvis adalah rektum, buli-buli dan uterus,

dengan demikian organ yang tidak terlindungi adalah usus halus dan

sebagian besar kolon. Ke-2 ginjal karen aletaknya yang di daerah

belakang (dorsal) relatif terlindungi.

g) Hepar dan lien tidak mempunyai lumen atau solid, dan terutama pada ke-

2 organ ini akan menimbulkan perdarahan yang akan terkumpul dalam

rongga peritoneum. Keadaan ini di kenal dengan hemopertorium.

Robekan juga dapat menimbulkan perdarahan intra-peritonial.

h) Gaster, usus halus dan usus besar mempunyai lumen. Dengan demikian

bila terjadi perforasi, isinya akan tumpah dalam rongga peritonium dan

menimbulkan peritonitis. Bila yang masuk rongga peritonium adalah

asam lambung maka rangsangan kimia akan segera menimbulkan gejala

peritonitis, sedangkan bila yang masuk rongga peritonium adalah isi usus

halus atau kolon. Gejala yang timbul akan lambat. ( Syaifuddin, 2003).

4. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya tumor abdomen karena terjadinya pembelahan sel yang

abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan

dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam perubahan kemampuannya

mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.Banyak kondisi yang

menimbulkan tumor abdomen. Secara garis besar, keadaan tersebut dapat

dikelompokkan dalam lima hal yaitu :

1.  Proses peradangan bacterial – kimiawi

2.  Obstruksi mekanis : seperti pada volvulus, hernia atau pelengketan.

3.  Neoplasma/tumor : karsinoma, polypus atau kehamilan ektopik.

4.  Kelainan vaskuler : emboli, tromboemboli, perforasi dan fibrosis.

5.  Kelainan kongenital.

Adapun penyebab tumor abdomen akut :

a.   Kelainan traktus gastrointestinal : nyeri non-spesifik, appendicitis,

infeksi usus halus dan usus besar, hernia strangulate, perforasi ulkus

peptic, perforasi usus, diverticulitis meckel, sindrom boerhaeve,

kelainan inflamasi usus, indrom Mallory weiss, gatroienteritis,

gastritis akut, adenitis mesenterika.

b.    Kelainan pancreas : pancreatitis akut.

c.    Kelainan traktus urinarius : kolik renal atau ureteral, pielonefritis

akut, sistisis akut, infark renal.

d.    Kelainan hati, limpa, dan traktus biliaris : kolestitisis akut kolangitis

akut, abses hati, ruptur tumor hepar ruptur spontan limpa, kolik bilier,

hepatitis akut.

e.    Kelainan ginekologi : kehamilan ektopik terganggu, tumor ovarium,

salpingitis akut, dismenorea, endometriosis.

f.     Kelainan vaskuler : ruptur aneurisma aorta dan visceral, iskemia

kilitis akut, trombosis mesenterika.

g.    Kelainan peritoneal : abses intraabdomen, peritonitis primer,

peritonitis TBC.

h.    Kelainan retroperitoneal : perdarahan retroperitoneal.( Ibnu Zainal

Ar-rosyad, 2010).

5.   INSIDEN

Tumor abdomen saat ini sudah diklasifikasikan sesuai dengan lokasi tumor.

Tumor pada daerah abdomen dapat meliputi kanker lambung yang dilaporkan

insidennya 10 per 100.000 populasi di Amerika Serikat, neoplasma usus halus yang

merupakan 1% dari malignasi gastrointestinal. Perkiraan jumlah penderita tumor

abdomen selama tahun 2009 adalah 1.300, yang akan mengakibatkan kematian 250

orang.( Smelszer, Suzanne C. 2001)

6. PATOFISIOLOGI

Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh

mutasi ganetic dari DNA selular. Sel abormal ini membentuk kolon dan

berpopliferasi secara abnormal, mengatakan sinyal mengatur pertumbuhan dalam

lingkungan sekitar sel tersebut.Sel-sel eoplasma mendapat energi terutama dari

anaerob karena kemanpuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai

enzim yang lengkap atau oksidasi. Susunan enzim sel uniform sehingga lebih

mengutamakan berkembang biak yang membutuhkan energi untuk anabolisme

daripada untuk berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan

katabolisme.Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk

protioplasma dan energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat

mengalahkan sel-sel ormsl dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut. (Kusuma,

Budi drg. 2001), Ketika dicapai suatu tahap diman sel mendapatkan ciri-ciri invasi,

dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi

jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah,

melalui pebuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke arah lain alam tubuh untuk

membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.Meskipun

penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan, namun

tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal: tetapi lebih kepada

suatu kelompok penyakit yang jelas dengan penyebab, metastase, pengobatan dan

prognosa yang berbeda. (Smelstzer, Suzanne C.2001).

7. MANIFESTASI KLINIK

1)     Hiperplasia

2)     Konsistensi tumor umumnya padat atau keras

3)     Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila

berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan

elastic kenyal atau lunak.

4)     Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.

5)     Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi epembuluh limfe.

6)     Nyeri

7)     Anoreksia, mual, muntah.

8)     Penurunan berat badan.

8. TEST DIAGNOSTIK

Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi:

1) Marer tumor

Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang dibentuk

oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.

2) Pencitraan resonansi magnetic (MRI)

Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi radio untuk menghasilkan

gambaran berbagai struktur tubuh.

3) CT Scan

Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk meminai susunan lapisan

jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang.

4) Flouroskopi

Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan ketebalan antar jaringan, dapat

mencakup penggunaan bahan kontras.

5) Ultrasound

Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,

digunakan untuk mengkaji jaringan yang dalam didalam tubuh.

6) Endoskopi

Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukkan

suatu kedalam rongga tubuh atau ostium tubuh, memungkinkan dilakukannya

biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.

7) Pencitraan kedokteran nuklir

Menggunakan suntikn intravena atau menelan bahan radiosisotope yang

diikuti dengan pencitraan yang menkaji tempat berkumpulnya radioisotope.

(Smeltzer, Suzanne C.2001).

9. PENATALAKSANAAN MEDIK

1) Pembedahan

Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gastereksoni

subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun

paliasi.Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti

matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk

menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur kuratif atau faliatif.

Konflikasi yang berkaitan dengan tindakan adalah injeksi, pendarahan, ileus,

dan kebocoran anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C.2001).

2) Radioterapi

Penggunaan partikel energi tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam

pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel

tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi

radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.

3) Kemoterapi

Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi

tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi

dengan terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor

dengan fraksi pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan

kemoterapi.

4) Bioterapi

Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk

kanker dengan menstimulasi system imun (biologic response

modifiers/BRM) berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi

koloni, interferon, interleukin. (Danielle Gale. 2000).

B. KONSEP KEPERAWATAN TUMOR ABDOMEN

1.     Pengkajian

a.   Aktivitas istirahat

Gejala : kelemahan dan keletihan

b.   Sirkulasi

Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengrahan kerja.

Kebiasaan : perubahan pada TD

c.   Integritas ego

Gejala : alopesia. Lesi cacat pembedahan

Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah

d.   Eliminasi

Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feses, nyeri pada

defekasi. Perubahan eliminasi urinarius misalnya nyeri tau rasa terbakar pada saat

berkemih, hematuria, sering berkemih.

Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.

e.   Makanan/cairan

Gejala : kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet).

Anoreksia, mual/muntah.Intoleransi makanan

Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkurangnya massa

Tanda : perubahan pada kelembapan/turgor kulit edema.

f.    Neurosensori

Gejala : pusing, sinkope

g.   Nyeri/kenyamanan

Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan

sampai berat ( dihubungkan dengan proses penyakit).

h.   Pernafasan

Gejala : merokok (tembakau, hidup denagn serumah dengan yang merokok)

i. Keamanan

Gejala : pemajanan bahan kimia toksik Karsinogen, Pemajanan matahari

lama/berlebihan

Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.

j.   Seksualitas

Gejala : masalah seksualitas misakya dampak pada hubungan perubahan pada

tingkat kepuasan.Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, Nuligravida,

pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini.

k.  Interaksi sosial

Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung.Riwayat perkawinan

(berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau bantuan).

2.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

Penentuan diagnosa kepeawatan harus berdasarkan analisa data dari hasil

pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi

diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna Keliat. 2002).

Berdasarkan dignosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan

tumor abdomen antara lain :

Pre operasi :

a)     Nyeri (akut) b/d trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.

b)     Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.

c)     Gangguan pola tidur b/d teraktivasi RAS.

d)     Ansietas b/d perubahan status kesehatan.

e) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik berkenaan

dengan kanker.

Post operasi :

a)     Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d tindakan pembedahan

b)     Nyeri b/d terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi

c)      Resiko infeksi b/d adanya luka operasi

d)     Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake yang tidk adekuat

e)     Kerusakan integritas kuit/jaringan b/d insisi bedah

3.     INTERVENSI KEPERAWATAN

Setelah merumuskan diagnosa keperwatan, dibuat rencana tindakan untuk

mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien. (Budianna Keliet, 2002).

Pre operasi

a) Nyeri (akut) b/d trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.

kemungkinan dibuktikan oleh : keluhan nyeri, respon autonomic gelisah,

perilaku berhati-hati.

Hasil yang diharapkan :

1)     Melaporkan nyeri yang dirasakan menuran atau menghilang

2)     Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan

Intervensi Rasional

1)   Kaji

Keluhan nyeri, perhatikan lokasi,

lamanya, dan intensitas (skala 0-10)

perhatikan petunjuk verbal dan non

verbal.

2)  ukur tanda-tanda vital

3)   anjurkan keluarga untuk

mengusap punggung pasien.

4)   Ajarkan pasien untuk nafas

dalam.

5) Kolaborasi pemberian obat

analgesic.

1)    Membantu dalam

mengidentifikasi derajat

ketidaknyamanan dan kebutuhan

untuk keefektifan analgesic.

2)   Untuk mengetahui adanya

peningkatan nyeri.

3)  mengalihkan rasa nyeri yang

dirasakan.

4)   memberikan relaksasi pada pasien.

5) untuk pengontrol nyeri sehingga pemberian obat dengan tepat waktu.

b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

kemungkinan dibuktikan dengan oleh : klien dapat bertoleransi terhadap

aktivitas

Hasil yang diharapkan :

1)     klien mengalami kemajuan dalam beraktivitas.

Intervensi Rasional

1)    Kaji respon klien terhadap

aktivitas.

2) Berikan lingkungan yang tenang

bagi pasien

3)   Jelaskan pentingnya istrahat

dalam rencana pengobatan.

4)  Bantu pasien memilih posisi

nyaman untuk istrahat/tidur

1)   Menetapkan kemampuan?

kebutuhan klien dan memudahkan

pilihan intervensi.

2)  Menurunkan stress dan rangsangan

berlebihan, meningkatkan istirahat.

3)    Tirah baring selama fase akut

untuk menurunkan kebutuhan

metabolic.

4)   Pasien mungkin nyaman dengan

kepala tinggi, tidur dikursi

ataumenunduk kedepan meja atau

bantal.

c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan teraktivasi RAS

tujuan : mempertahankan pola tidur klien

Intervensi Rasional

1) Kaji pola tidur klien.

2) Ciptakan lingkungan yang

menyenangkan.

1) Mengetahui gangguan istrahat/tidur

klien untuk menentukan intervensi

selanjutnya.

2) Lingkungan yang tenang dapat

memberikan ketenangan untuk tidur

3) Anjurkan klien untuk banyak

istrahat dan tidur yang nyenyak.

4) Anjurkan keluarga untuk

mematikan lampu.

dan istirahat.

Tidur yang cukup dapat memberi rasa

segar pada klien dan mempercepat

proses penyembuhan.

4) Penggunaan terhadap paparan

cahaya dapat membantu tidur lebih

cepat.

d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa

takut.

Intervensi Rasional

1)  Kaji penyebab dari kecemasan

klien.

2)  Dorong klien untuk

mengungkapkan pikiran atau

perasaan.

3)  Berikan lingkungan terbuka

dimana klien merasa aman untuk

mendiskusikan perasaanya.

4)  Pertahankan kontak sesering

1)  Mempermudah perawat melakukan

intervensi yang tepat.

2) Meberikan kesempatan untuk

memeriksa takut realistis serta kesalahan

konsep tentang diagnosis.

3)  Membantu klien untuk merasa

diterima pada adanya kondisi tanpa

perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa

terhormat.

4) Memberikan keyakinan bahwa klien

mungkin dengan klien.

5)  Bantu klien/keluarga dalam

mengenali dan mengklasifikasikan

rasa takut untuk memulai

mengembangkan strategi koping.

tidak sendiri atau ditolak.

5)  Dukungan dan konseling sesering

diperlukan untuk memungkinkan

individu mengenal dan menghadapi rasa

takut.

e) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik berkenaan

dengan kanker

Tujuan : pemenuhan nutrisi dapat teratasi

Intervensi Rasional

1) Pantau makanan setiap hari

2) Anjurkan untuk perwatan oral.

3) Dorong penggunaan tehknik relaksasi.

4) Dorong komunikasi terbuka mengenai

masalah makan.

1)Mengidentifikasi

kekuatan/defisiensi nutrisi.

2) Membantu untuk meningkatkan

nafsu makan.

3) Memungkinkan pasien

meningkatkan masukan oral.

4) Sering sebagai sumber distress

emosi, khususnya untuk orang

terdekat yang menginginkan untuk

memberikan makanan pasien dengan

sering, bila pasien menolak maka

orang terdekat merasa ditolak.

Post operasiResiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d tindakan

pembedahan

Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat dengan membrane mukosa

lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil dan

haluaran urine adekuat.

Intervensi Rasional

1)  Pantau tanda-tanda vital dengan

sering.

2)  Palpasi nadi perifer. Evaluasi

pengisian kapiler turgor kulit, dan

status membrane mukosa

3)  Perhatian adanya edema.

4)  Pantau masukan dan haluaran.

1)    Tanda-tanda awal hemoraragik

usus dan pembentukan hematoma

yang dapt menyebabkan syok

hepovelemik

2)    Berikan informasi tentang volume

sirkulasi umum dan tingkat hidrasi

3)    Edema dapat terjadi karna

perpindahan cairan berkenaan dengan

penurunan kadar albumin (protein).

4)   Indikator langsung dari hidrasi

organ dan fungsi. Memberikan

pedoman untuk penggatian cairan.

5)   Demam rendah umum selama 24-

48 jam pertama dan dapat menambah

kehilngan cairan.

5)  Pantau suhu tubuh.

  Nyeri b/d terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi

Tujuan : nyeri hilang dan terkontrol, ekspresi wajah rileks

Intervensi Rasional

1)     Kaji tingkat nyeri

2)     Observasi TTV

3)     Ajarkan tehnik reklasasi nafas

dalam

4)     Beri posisi yang

menyenangkan bagi klien.

1)   mengetahui tingkat nyeri yang

dapat memudahkan untuk melakukan

tindakan selanjutnya

2)   untuk mengetahui keadaan umum

klien

3)   untuk merelaksasi otot sehingga

mengurangi nyeri

4)   posisi yang menyenangkan dapat

memberi rasa nyaman sehingga

mengurangi rasa nyeri

Resiko infeksi b/d adanya luka operasi

Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi

Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tdak basah dan tidak ada

tandainfeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor).

Intervensi Rasional

1)    Kaji tanda-tanda infeksi dan 1)    Mengetahui tanda-tanda infeksi

vital sign

2)    Gunakan tehnik septik dan

antiseptik

3)    Ganti Verban

4)    Berikan penyuluhan tentang

cara pencegahan infeksi

5)    Penatalaksanaan pemberian

obat antibiotik

dan menentukan intervensi

selanjutnya.

2)    Dapat mencegah terjadinya

kontaminasi dengan kuman penyebab

infeksi

3)    Verban yang basah dan kotor

dapat menjadi tempat berkembang

biaknya kuman penyebab infeksi.

4)    Memberikan pengertian kepada

kien agar dapat mengetahui tentang

perawatan luka.

5)    Obat antibiotik dapat membunuh

kuman penyebab infeksi.

Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake yang tidak adekuat

Tujuan : nutrisi klien dapat terpenuh.

Kriteria : klien mengungkapkan nafsu makan baik, badan tidak lemah, dan HB

normal.

Intervensi Rasional

1)    Kaji intake dan output klien 1)    Untuk mangetahui kebutuhan

nutrisi dan merupakan dalam tindakan

2)    Timbang berat badan sesuai

indikasi

3)    Identifikasi

kesukaan/ketidaksukaan dien dai

klien.Anjurkan pilihan makanan

tinggi protein dan vitamin C.

4)    Berikan cairan IV

5)    Berikan obat-obat sesuai

indikasi

selanjutnya.

2)    Mengedentifikasi status cairan

serta

memastikan metabolime.

3)    Meningkatkan kerja sama klien

dengan aturan diet. Protei/vitamimn C

adalah contribular utama untuk

memelihara jaringan dan perbaikan.

4)    Memperbaiki keseimbangan

cairan elektrolit, kehilangan plasma :

penurunan albumin serum ( edema)

dan dapat memperpanang

penyembuhan luka.

5)    Mencegah muntah dan

menetralkan atau menurunkan

pembentukan asam untuk mencegah

erosi mukosa.

Kerusakan intregritas kulit/jaringan b/d dengan insisi bedah.

Tujuan : mencapai pemulihan luka tepat waktu tanda komplikasi.

Intervensi Rasional

1)  Pantau tanda-tanda vital,

perhatikan demam, periksa luka

1) Pembentukan hematoma/terjadinya

infeksi, yang menunjang lambatnya

dengan sering terhadap bengkak

insisi berlebihan

2)  Berikan pengikat atau

penyokong untuk klien gemuk bila

di indikasikan

3)  Gunakan plester kertas untuk

balutan sesuai indikasi

4)  Tinjau ulang nilai laboraturium

terhadap anemia dan penurunan

albumin serum.

pemulihan luka dan meningkatkan

resik pemisahan luka.

2) Jaringan lemak sulit menyatuh, dan

garis jahitan lebih udah terganggu.

3) Penggantian baluta sering dapat

mengakibatkan kerusakan kulit karena

perlekatan yang kuat.

4) Anemia dan pembentukan edema

dapat memenuhi pemulihan.

Daftar Pustaka

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, ed.8, Vo.2, EGC, Jakarta.

Doenges E. Marilynn,1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edt. Monica Ester, Yasmin Asih,- Ed.3.-EGC, Jakarta.

Rondhianto, Keperawatan Perioperatif, http//www.google.co.id, diambil tanggal 4 Maret 2008

PP HIPKABI, 2007, Buku Panduan Dasar-Dasar Keterampilan Bagi Perawat Kamar Bedah, HIPKABI Press, Jakarta.

A.Aziz Halimul Hidayat, 2004, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salema Medika.

Budi Kusuma, 2001, Ilmu Patologi, Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta: EGC