LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

22
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA INGUINALIS DIRUANG C1 RUMKITAL DR RAMELAN SURABAYA Oleh : HANA LIDYAH SARI (122.0053)

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA INGUINALIS

DIRUANG C1 RUMKITAL DR RAMELAN SURABAYA

Oleh :HANA LIDYAH SARI (122.0053)

Program studi DIII keperawatan Sekolah tinggi ilmu kesehatan hang tuah surabaya

Tahun 2015

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA INGUINALIS

DIRUANG C1 RUMKITAL DR RAMELAN SURABAYA

Oleh :HANA LIDYAH SARI (122.0053)

Surabaya ,Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

KONSEP PENYAKIT

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

A. DefinisiHernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga

dimana rongga tersebut harusnya berada dalam keadaan normal tertutup

(Nanda,2006).

Hernia merupakan kelemahan atau defak di dinding rongga peritoneum

dapat menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang dilapisi oleh

serosa dan disebut kantung hernia (robbins & cotran : 2010)

Hernia inguinalis merupakan suatu kondisi keluarnya suatu organ atau

struktur organ dari tempatnya yang normal melalui suatu defek pada area inguinal 

yang tidak bisa kembali ke tempat semula secara manual dan akan memberikan

implikasi tindakan invasif bedah dengan mengembalikan struktur organ terebut

secara pembedahan dengan menutup defek di  inguinal. (Muttaqin Arif, 2009).

Hernia Inguinalis adalah  suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh

melalui dinding yang dalam keadaan normal tertutup (Ignatavicus,dkk 2004).

Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga

peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh

epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika

cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus ( Sjamsuhidayat,

2004). Hernia inguinalis lateral adalah hernia yang melalui anulus inguinalis

internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis

inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus

( Mansjoer, 2002 ).

B. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi hernia Inguinal

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

Anatomi

Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus

yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis

muskulo-tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini

dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis

muskulo-oblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus

eksternus, dan di dasarnya terdapat 10 ligamentum inguinal. Kanal berisi tali

sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan. Hernia

inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari

peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh

epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika

cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia

ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis

(Sjamsuhidayat, 2004).

Fisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8

kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis

tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan

peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang

sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga

perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali

kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis

inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya

yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan

menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer, 2002).

C. Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab

yang didapat. Pada bayi dan anak, hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh

kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai

akibat proses penurunan testis ke skrotum. Insiden hernia meningkat dengan

bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan

tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Faktor yang

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka,

peninggian tekanan di dalam rongga perut, kelemahan otot dinding perut karena

usia (Sjamsuhidayat, 2004).

Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan intraabdominal adalah

kehamilan, obesitas, peningkatan berat badan, dan tumor. Selain itu, batuk kronis,

pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan mengejan

pada saat miksi, misalnya hipertrofi prostat dapat pula meningkatkan tekanan intra

abdomen yang bisa menyebabkan hernia (Mansjoer, 2002).

D. Patofisiologi

Aktivitas mengangkat benda berat, batuk kronis, dan mengejan pada saat

defekasi dapat memacu meningkatnya tekanan intraabdominal yang menyebabkan

defek pada dinding otot ligament inguinal akan melemah sehingga akan terjadi

penonjolan isi perut pada daerah lateral pembuluh epigastrika inferior fenikulus

spermatikus. Hal ini yang menyebabkan terjadinya hernia. Mengangkat berat juga

menyebabkan peningkatan tekanan, 12 seperti pada batuk dan cedera traumatik

karena tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada disertai dengan kelemahan otot,

maka individu akan mengalami hernia. Bila isi kantung hernia dapat dipindahkan

ke rongga abdomen dengan manipulasi, hernia disebut redusibel ( Doenges, 2000)

Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya

dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungandengan rongga

perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa

menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu

perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat

dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah (Syamsuhidajat 2004).

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

E. Pathway

F. Tanda Dan Gejala

a. Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan timbul.

Timbul bila terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan, batuk-

batuk, menangis. Jika  pasien tenang dan berstirahat, maka benjolan akan

hilang secara spontan.

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

b. Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada

bayi bila menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat

dimaksudkan kembali rongga abdomen.

c. Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal

reponibilitas, bila tidak dapat kembali disebut Hernia Inguinal ireponbilitis.

Bila usus tidak kembali karena jepitan oleh Annulus Inguinali, maka

akan terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang

terjepit. Keadaan ini disebut HerniaStrangulata.

d. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi

pada usia sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namun rata-rata terjadi pada 12

%  kasusHernia.

e. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai

perasaan mual. Bila terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit akan

bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.

G. Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium             

Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.

Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan

menjadi dehidrasi.

Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius

yang menyebabkan nyeri lipat paha.

2. Pemeriksaan Radiologis

Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat

paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan

testis.Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa

terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan

Spontaneous Reduction of Hernia En Masse. Adalah suatu keadaan dimana

berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga

extraperitoneal.

H. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medical

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

Hernia yang tidak terstrangulata atau inkarserata dapat secara mekanis

berkurang. Suatu penyokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia

berkurang. Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan

sabuk. Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah hernia dikurangi dan

dibiarkan ditempatnya untuk mencegah hernia dari kekambuhan. Klien harus

secara cermat memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk

memanifestasikan kerusakan ( Ester, 2002).

2. Penatalaksanaan bedah

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang

rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar

operasi hernia terdiri dari herniotomy, 14 hernioplastik, dan herniorafi. Pada

herniotomy, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong

dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi.

Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik,

dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat

dinding belakang kanalis inguinalis ( Sjamsuhidayat, 2004). Herniorafi

dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas area yang

lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal, kantung hernia

dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Laparoscopic

Extraperitoneal (LEP) herniorafi merupakan tehknik terbaru yang angka

keberhasilannya lebih tinggi dengan meminimalisasi kekambuhan, nyeri, dan

periode recovery post operasi lebih pendek (Black, 2006).

I. Komplikasi

Akibat dari hernia dapat menimbulkan beberapa komplikasi antara lain :

1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan isi kantung hernia sehingga isi

kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia

inguinalis lateralis ireponibilis. Pada keadaan ini belum gangguan penyaluran

isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponibilis, adalah

omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi

lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan

ireponibilis daripada usus halus.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat banyaknya usus yang masuk.

Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan gangguan

vascular ( proses strangulasi ). Keadaan ini di sebut hernia inguinalis

strangulata ( Mansjoer, 2002).

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

Konsep asuhan keperawatan

A. Pengkajian fokus

Pengkajian merupakan dasar utama dan yang penting didalam melakukan asuhan

keperawatan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit ataupun selama

pasien dirawat di rumah sakit.

1. Pengkajian demografi sangat berekaitan dengan masalah kesehatan klien dengan

hernia inguinalis meliputi :

a.Umur Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Untuk hernia inguinalis lateralis,

insiden tertinggi pada anak muda. Insiden tinggi pula terjadi pada klien dengan

usia 50 – 60 tahun dan berangsur-angsur menurun pada kelompok lansia (Black,

2006).

b. Jenis kelamin Laki-laki lebih banyak menderita hernia inguinalis lateral daripada

perempuan. Hal ini disebabkan pada laki - laki saat perkembangan janin terjadi

penurunan testis dari rongga perut. Sehingga jika saluran testis ini tidak menutup

dengan sempurna, maka akan menjadi jalan lewatnya hernia inguinalis (Oswari,

2005)

c.Pekerjaan Pekerjaan mengangkat berat dalam jangka waktu yang lama dapat

melemahkan dinding perut (Oswari, 2005). 16 Aktivitas mengejan dan sering

mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama bisa memicu

timbulnya hernia.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama Keluhan utama klien post herniotomi adalah merasakan nyeri

daerah operasi diarea inguinal

b. Riwayat kesehatan dahulu Latar belakang kehidupan klien sebelum masuk

rumah sakit yang menjadi faktor predisposisi seperti riwayat bekerja

mengangkat benda-benda berat, riwayat penyakit menular dan atau penyakit

keturunan, serta riwayat operasi sebelumnya pada daerah abdomen atau operasi

hernia yang pernah dialami klien sebelumnya.

c. Riwayat kesehatan sekarang Dimulai sejak kapan keluhan dirasakan, berapa

lama keluhan terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan

timbul, keadaan apa yang memperberat dan memperingan keluhan pada pasien

hernia inguinalis.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

3. Pemeriksaaan fisik

a.Keadaan umum Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami kelemahan,

dan periksa status gizinya serta tingkat kesadaran composmentis.

b.Tanda-tanda vital 17 Pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan vital sign.

Biasanya pada pasien dengan post herniotomy terjadi penurunan tekanan darah,

peningkatan suhu dan demam, pernapasan cepat dan dangkal.

c.Inspeksi Pada kondisi post operasi luka tertutup balutan steril untuk mencegah

masuknya mikroorganisme yang bisa menyebabkan infeksi. Tanda infeksi perlu

diperhatikan seperti ada lesi/ kemerahan pada luka insisi.Pada hernia inguinalis

tampak adanya benjolan di lipat paha. Benjolan tersebut bisa mengecil atau

menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan, batuk, mengangkat

benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali ( Sjamsuhidayat,

2004).

d. Perubahan pola fungsi

1. Sirkulasi Gejala : riwayat masalah jantung, gagal jantung kongestif (GJK),

edema pulmonal, penyakit vaskular perifer, atau stasis vaskular

(peningkatan risiko pembentukan trombus).

2. Pernapasan Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

3. Integritas ego 18 Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-faktor

stress multiple, misalnya finansial, hubungan, gaya hidup. Tanda : tidak

dapat beristirahat, peningkatan ketegangan/ peka rangsang, stimulasi

simpatis.

4. Makanan / cairan Gejala: insufisiensi pankreas/ diabetes mellitus (DM),

(predisposisi untuk /ketoasidosis), malnutrisi (termasuk obesitas), membran

mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa hipoglikemia

pra operasi).

5. Aktivitas atau istirahat Tanda : mengangkat beban berat, duduk, mengemudi

dalam waktu lama, membutuhkan papan matras untuk tidur, penurunan

rentang gerak, tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa, atrofi otot,

gangguan dalam berjalan.

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

6. Keamanan Gejala : alergi terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;

Defisiensi imun (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan

penyembuhan), Riwayat transfusi darah/ reaksi transfusi.

7. Neurosensori Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan tangan atau kaki,

penurunan reflek tendon dalam, nyeri tekan atau nyeri abdomen. 19

Tanda : munculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

8. Kenyamanan Gejala: nyeri seperti di tusuk-tusuk, fleksi pada kaki,

keterbatasan mobilisasi. )

9. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala: penggunaan

antikoagulasi, steroid, antibiotik, antihipertensi, kardiotonik glikosid,

antidisritmia, bronkodilator, diuretik, dekongestan, analgesik,

antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual

bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alkohol (risiko akan

kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan

juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan ditandai dengan luka

pada abdomen.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka bekas post

operasi.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi ditandai

dengan ketidaknyamanan keterbatasan gerak.

4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diit

cairan ditandai dengan penuruna fungsi usus.

5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan system irigasi / drainage

ditandai dengan keseimbangan cairan.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman ditandai dengan

perawatan luka yang kurang (NANDA, 2005 ; Doengoes, 2000)

d. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.

Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang atau hilang.

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

Kriteria hasil : Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang,

Pasien dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi :

a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas (Skala 0-10)

Rasional : Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan

analgesic atau dapat menyatakan terjadinya komplikasi.

b. Pantau tanda-tanda vital

Rasional : Respons autoromik meliputi perubahan pada TD, nasi dan pernafasan

yang berhubungan dengan keluhan / penghilangan nyeri.

c. Dorong Ambulasi diri

Rasional : Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang

peristaltik dan kelancaran flaktus.

d. Ajarkan teknik relaksasi dan Distraksi

Rasional : Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian dapat

meningkatkan koping.

e. Kolaborasi Pemberian Obat Alagetik

Rasional : Memberikan penurunan nyeri hebat

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka bekas post operasi.

Tujuan : Pasien dapat beraktivitas dengan nyaman

Kriteria hasil : Menunjukkan mobilitas yang aman dan Meningkatkan kekuatan dan

fungsi bagian tubuh yang sakit.

a. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien

Rasional : Imbolitas yang dipaksakan dapat memperberat keadaan.

b. Anjurkan pasien untuk beraktivitas sehari-hari dalam keterbatasan pasien

Rasional : Partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien.

c. Anjurkan keluarga dalam melakukan meningkatkan kemandirian pasien

Rasional : Keterbatasan aktivitas bergantung pada kondisi yang khusus tetapi

biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.

d. Kolaborasi dalam pemberian obat

Rasional : Obat dapat meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien

selama melakukan aktivitas.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka insisi.

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi.

Kriteria hasil : Menunjukkan penyembuhan luka cepat dan menunjukkan perilaku

atau teknik untuk meningkatkan penyembuhan, mencegah komplikasi.

Intervensi :

a. Lihat semua insisi.

Rasional : mencegah komplikasi

b. Evaluasi proses penyembuhan.

Rasional : mengetahui peningkatan penyembuhan.

c. Kaji ulang penyembuhan terhadap pasien

Rasional : menunjukkan penyembuhan luka.

d. Catat adanya distensi dan auskultasi peristaltik usus

Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakan tanda bahwa

fungsi defekasi hilang.

4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diit cairan.

tujuan : Nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang

diharapkan individu dan menyiapkan pola diet dengan masukan kalori adekuat,

menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi.

Intervensi :

a. Berikan porsi kecil tapi sering.

Rasional : meningkatkan nafsu makan.

b. Evaluasi status nutrisi, ukur berat badan normal.

Rasional : adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi.

c. Evalusai status dan ukur berat badan setiap harinya.

Rasional : mengetahui adanya perubahan status gizi.

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN 1.docx

Daftar pustaka

Darmawan Kartono,dkk. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa

Aksara.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC

dr. Jan Tambayong, 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

dr. Taufan Nugroho, 2011. Kumpulan Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah

dan Penyakit Dalam. Jakarta:

Ignatavicius, Donna, et.All. 2000. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B

SaundersCompany.

Lewis, Heitkemper, Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing: Assessment and

Management of Clinical Problem. Volume 2.  Fifth Edition. Mosby.

Mansjoer, Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta: EGC

Seymour I. Schwartz, et.All 2000. Principles of Surgery. Companion

handbook. Jakarta: EGC.

Syamsuhidayat, et.al. 2002. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.

Jakarta: EGC

Wong, 2004. Wong’s nursing care of infant and children. St. Louis