LAPORAN KEGIATAN_puskesmas2014.docx

36
LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI OLEH : Eva Veronika, dr. PEMBIMBING : Hermanto, dr

Transcript of LAPORAN KEGIATAN_puskesmas2014.docx

LAPORAN KEGIATANUSAHA KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS SELOGIRIKABUPATEN WONOGIRI

OLEH :Eva Veronika, dr.

PEMBIMBING :Hermanto, dr

DOKTER INTERNSHIP WAHANA PUSKESMAS SELOGIRIPERIODE 2 JUNI 30 SEPTEMBER 2014KABUPATEN WONOGIRIF.1UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PENYULUHAN KANKER LEHER RAHIM DAN PENCEGAHANNYA DI DESA JENDI KECAMATAN SELOGIRI WONOGIRI

A. Latar BelakangSampai saat ini, kanker mulut rahim masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian yang tinggi. Kanker mulut rahim adalah kanker terbanyak kelima pada wanita di seluruh dunia. Penyakit ini banyak terdapat pada wanita Amerika Latin, Afrika, dan negara-negara berkembang lainnya di Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim setiap tahunnya. Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium patologi, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih kurang 36%. Kanker leher rahim itu sendiri merupkan keganasan dari leher rahim (serviks) yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe risiko tinggi yaitu 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56,58, 59, dan 68. Faktor risiko kanker leher rahim yang telah terbukti adalah usia dini saat mulai berhubungan kelamin, memiliki banyak pasangan seksual, pasangan laki-laki memiliki riwayat banyak memiliki pasangan, dan infeksi persisten HPV risiko tinggi. Dari beberapa faktor risiko tersebut dapat dilakukan pencegahan, baik pencegahan primer maupun pencegahan sekunder. Pencegahan ini dapat dilakukan melalui upaya pemberian pengetahuan dan edukasi terhadap masyarakat dan kader-kader di desa Pule, mengenai pemahaman dasar terkait kanker leher rahim, faktor risiko, tingkat kesembuhan, hingga pencegahan kanker serviks baik primer (menunda onset aktivitas seksual, penggunaan kontrasepsi barrier, dan penggunaan vaksinasi HPV) maupun sekunder (Pap smear dan IVA test).Dengan demikian diharapkan masyarakat dan kader-kader desa dapat lebih mengetahui dan mengenali faktor risiko kanker leher rahim dan dapat berperan aktif mencegah terjadinya kanker leher rahim, khususnya di desa Pule, kecamatan Selogiri, kabupaten Wonogiri.

B. Permasalahan di MasyarakatPermasalahan yang ditemukan di Desa Jendi yaitu kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai kanker leher rahim yaitu pemahaman terkait kanker leher rahim dan faktor risiko , karena masih terdapat beberapa masyarakat yang memiliki faktor risiko kanker leher rahim dan terdapat penderita kanker leher rahim yang terdeteksi stadium lanjut, maka diperlukan upaya pencegahan, baik primer maupun sekunder.

C. Perencanaan dan Pemilihan IntervensiUntuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kanker leher rahim dan pencegahan maka direncanakan pemberian edukasi dengan menggunakan metode penyuluhan kepada masyarakat dan kader-kader Desa Pule yang akan dilaksanakan pada :Hari / Tanggal: Senin / 14 Juli 2014Waktu: 10.00 WIB - selesaiTempat: Posyandu desa Pule

Materi yang direncanakan untuk penyuluhan ini antara lain :1. Pengertian kanker leher rahim dan penyebabnya2. Gejala-gejala yang sering muncul pada kanker leher rahim3. Faktor risiko kanker leher rahim4. Perjalanan penyakit kanker leher rahim5. Tingkat lesembuhan kanker leher rahim6. Pencegahan kanker leher rahim, baik pencegahan primer maupun sekunder

D. Pelaksanaan (Proses Intervensi)Proses intervensi masyarakat berupa pemberian edukasi dengan metode penyuluhan dengan tema kanker leher rahim dan pencegahannya telah berjalan lancar pada :Hari / Tanggal: Senin / 14 Juli 2014Waktu: 10.00 WIB - selesaiTempat: Posyandu desa PuleJumlah peserta: 25 peserta

E. Monitoring dan Evaluasi Pada pelaksanaannya, materi yang diberikan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya dan kegiatan penyuluhan berjalan aktif karena masyarakat dan para kader banyak bertanya pada materi-materi yang kurang dipahami. Dalam penyuluhan ini, ditekankan pada masyarakat dan para kader desa Pule dalam pencegahan primer (edukasi faktor risiko : penundaan onset aktivitas seksual dan penggunaan kontasepsi barrier) maupun sekunder (skrining awal : pap smear test ). Diharapkan kesadaran masyarakat akan pencegahan kanker leher rahim dan faktor resikonya meningkat, sehingga setidaknya muncul kesadaran akan perubahan pola hidup dan pemeriksaan skrining awal (Pap smear test maupun IVA test).

Selogiri, 16 September 2014

Peserta Pendamping

(dr. Eva Veronika) (dr. Hermanto)

F.2 UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

PEMERIKSAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI DESA SINGODUTAN, KRISAK, DAN PULE KECAMATAN SELOGIRI WONOGIRI

A. Latar BelakangMakanan dan minuman merupakan subtansi yang sangat essensial bagi pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia. Kandungan zat-zat dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan fungsi fisiologis tubuh. Namun, seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dan perilaku konsumsif masyarakat, maka masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan dan minuman siap saji maupun dalam bentuk kemasan yang mereka inginkan. Untuk itu para pedagang dan pemilik modal mulai menyediakan makanan dan minuman yang diminati dan dibutuhkan masyarakat, seperti makanan, minuman kemasan. Oleh karena itu makanan dan minuman yang ingin dikonsumsi hendaklah memenuhi standar kesehatan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas makanan dan minuman dari segi kesehatannya adalah dengan diadakan pemeriksaan kadaluarsa pada makanan dan minuman kemasan. Sehingga dapat menjamin bahwa makanan dan minuman yang dijual oleh pedagang terbebas dari zat bahaya dan kontaminasi dari bakteri patogen. Dengan begitu makanan dan minuman yang dikonsumsi masyarakat tidak mengganggu kesehatan tubuh.

B. PermasalahanPermasalahan yang ditemukan di desa Singodutan, Krisak, dan Pule kecamatan Selogiri adalah produk makanan dan minuman yang dijual di pasar tradisional dan toko kelontong masih kurang pengawasan dalam peredarannya. Dibeberapa kios pasar tradisional dan toko kelontong masih ditemukan produk makanan dan minuman yang telah kadaluarsa, produk tanpa label kadaluarsa maupun ditemukan jamur pada makanan. Selain itu, konsumen juga membeli produk makanan maupun minuman tanpa memeriksa dahulu tanggal kadaluarsa pada kemasan makanan dan minuman. Untuk itu, selain meningkatkan sosialisasi mengenai kewaspadaan konsumen dalam memilih bahan makanan dan minuman tentunya diperlukan pengawasan dan pemeriksaan makanan secara rutin serta memberikan sosialisasi terhadap pedagang mengenai makanan dan minuman yang terjamin kesehatannya dan aman untuk dikonsumsi masyarakat.

C. Perencanaan Dan Pemilihan IntervensiPerencanaan pemeriksaan makanan dan minuman di desa Singodutan, Krisak , dan Pule kecamatan Selogiri, ini meliputi :a. Melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan untuk memeriksa tanggal kadaluarsa makanan dan minuman kemasan yang dijual di kios pasar tradisional dan toko klontong.b. Memberikan penyuluhan terhadap pedagang atau pemilik toko jika ditemukan makanan dan minuman yang tidak memenuhi kriteria produk layak jual.

D. PelaksanaanProses intervensi masyarakat berupa pemberian edukasi dengan metode penyuluhan dengan tema kanker leher rahim dan pencegahannya telah berjalan lancar pada :Hari / Tanggal: Rabu / 16 Juli 2014Waktu: 08.30 WIB - selesaiTempat: Pasar dan toko klontong desa Singodutan, Krisak, PuleJumlah peserta: 15 tokoPada pelaksanaannya ditemukan produk makanan yang dijual belum memiliki label masa kadaluarsa dengan alasan bahwa makanan tersebut diproduksi oleh industri rumah tangga selain itu dijual secara kiloan dan dibungkus sendiri. Beberapa contoh makanan tersebut adalah : roti basah, roti kering, keripik pisang, keripik singkong , kacang goreng, dan lain lain.Selain itu, ditemukan makanan dan minuman kadaluarsa yang masih dijual. Untuk itu kami juga melakukan penyuluhan terhadap penjual makanan dan minuman mengenai produk yang layak jual dan selalu melakukan proses pemeriksaan makanan yang kadaluarsa lalu menyisihkannya untuk tidak dijual.

E. Monitoring dan EvaluasiProses evaluasi dan monitoring yang diperlukan setelah dilaksanakannya pemeriksaan makanan dan minuman di desa Singodutan, Krisak, Pule kecamatsn Selogiri meliputi:a. Pemeriksaan makanan dan minuman sebaik rutin dilakukan dan disertai pengambilan sempel makanan dan minuman.b. Penyuluhan kepada para penjual sangatlah diperlukan mengenai produk-produk layak jual dan pemberian label masa kadaluarsa makanan dan minuman sangatlah diperlukan untuk menjamin kualitas makanan dan aman untuk dikonsumsi.c. Sosialisasi kepada konsumen mengenai membeli produk makanan dan minuman sangatlah diperlukan agar konsumen lebih cermat dalam memilih produk yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi.

Selogiri, 16 September 2014

Peserta Pendamping

(dr. Eva Veronika) (dr.Hermanto)

F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA BERENCANA (KB)BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH DI SD KRISAK I DAN SD KRISAK III

A. Latar BelakangBulan Imunisasi Anak Sekolah atau disingkat BIAS adalah bentuk kegiatan operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) atau sederajat (MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 3 di seluruh Indonesia. Penyelenggaraan BIAS ini berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1059/Menkes/SK/IX/2004 dan mengacu pada himbauan UNICEF, WHO dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai target Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) pada tahun 2005 di negara berkembang (insiden dibawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun).Tujuan diadakannya BIAS ini tentunya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat yang nantinya akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Penyakit menular masih merupakan masalah di Indonesia, dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu maka pencegahan berpindahnya penyakit dari satu daerah ke daerah lain dapat dilakukan secara relative singkat dan program yang dipilih adalah imunisasi. Setiap tahun BIAS dilaksanakan pada bulan Agustus untuk Campak dan pada bulan November untuk DT (kelas I) dan Td (kelas II dan III). Pelayanan imunisasi di sekolah dikoordinir oleh tim pembina UKS. Peran guru menjadi sangat strategis dalam memotivasi murid dan orangtuanya. Ketidakhadiran murid pada saat pelayanan imunisasi akan merugikan murid itu sendiri dan lingkungannya karena peluang untuk memperoleh kekebalan melalui imunisasi tidak dimanfaatkan.

B. PermasalahanImunisasi harus diberikan lagi pada anak sekolah hal ini disebabkan karena sejak anak mulai memasuki usia sekolah dasar terjadi penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh saat imunisasi ketika bayi. Oleh sebab itu, pemerintah menyelenggarakan imunisasi ulangan yaitu BIAS pada anak usia sekolah dasar atau sederajat (MI/SDLB) yang pelaksanaannya serentak di Indonesia. Imunisasi lanjutan sendiri adalah imunisasi ulangan yang ditujukan untuk mempertahankan tingkat kekebalan diatas ambang perlindungan atau memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi yang diberikan berupa vaksin Difteri Tetanus (DT) dan Vaksin Campak untuk anak kelas 1 SD atau sederajat (MI/SDLB) serta vaksin Tetanus Toksoid (TT) pada anak kelas 2 atau 3 SD atau sederajat (MI/SDLB). Pada tahun 2011, secara nasional imunisasi vaksin TT untuk kelas 2 dan kelas 3 SD atau sederajat (MI/SDLB) ditambah dengan Antigen difteri (vaksin Td). Pemberian imunisasi ini sebagai booster untuk mengantisipasi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri. Perubahan pemberian imunisasi dari vaksin TT ditambah dengan vaksin Td ini sejalan dengan rekomendasi dari Komite Ahli Penasehat Imunisasi Nasional atau Indonesia Technical Advisory Group on Immunization. Hal ini disebabkan adanya perubahan trend kasus infeksi difteri pada usia anak sekolah dan remaja.

C. Perencanaan dan Pemilihan IntervensiBulan Imunisasi Anak Sekolah rencana akan dilaksanakan pada siswa dan siswi sekolah dasar desa Singodutan pada :Hari / Tanggal: Kamis / 14 Agustus 2014Waktu: 08.30 WIB - selesaiTempat: SD Krisak I dan SD Krisak IIIImunisasi yang diberikan adalah imunisasi campak pada siswa siswi sekolah dasar kelas I (satu).

D. Pelaksanaan (Proses Intervensi)Proses Pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah di desa Singodutan telah berjalan cukup lancar pada :Hari / Tanggal: Kamis / 14 Agustus 2014Waktu: 08.30 12.00 WIBTempat: SD Krisak I dan SD Krisak IIIJumlah peserta: 40 Siswa/iProsedur pelaksanaan BIAS campak pada siswa/i SD Krisak I dan SD Krisak III desa Singodutan meliputi :1. Imunisasi campak dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali pakai (autodestruct syringe). Penggunaan alat suntik tersebut dimaksudkan untuk menghindari penularan penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis B.2. Vaksin Campak dilarutkan dulu sebelum saat pelayanan akan dimulai.3. Buka tutup torak dan tutup jarum.4. Tusukkan jarum tersebut ke vial vaksin. Pastikan ujung jarum selalu berada didalam cairan vaksin, jauh dibawah permukaan cairan vaksin, sehingga tidak ada udara yang masukkedalam semprit.5. Tarik torak perlahan-lahan agar cairan vaksin masukkedalam semprit, sampai torak terkunci secara otomatis, torak tidakdapat ditarik lagi.6. Cabut jarum dari vial, keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai pada skala 0,5 cc.7. Bersihkan kulit dengan air hangat, kemudian suntikan vaksin secara subkutan (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan apakah jarum tidak menembus pembuluh darah). Alat suntik yang telah dipakai langsung dibuang kedalam insinerator tanpa penutup jarum dan penutup torak.8. Untuk menghindari resiko tertusuk jarum, petugas kesehatan tidakboleh memasang kembali penutup jarum.9. Vaksin campak yang telah dilarutkan hanya bertahan 3 jam, setelah lewat waktu tersebut tidak boleh dipakai lagi.10. Lokasi penyuntikan di lengan siswa/i 11. Untuk pencegahan efek samping dari vaksin campak, siswa/i diberikan paracetamol 1x250mg.

E. Monitoring dan EvaluasiKegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah yang diberikan kepada SD Krisak I dan SD Krisak III desa Singodutan berjalan cukup lancar. Namun, dalam pelaksanaannya masih ada beberapa siswa dan siswi yang tidak dapat berkooperatif karena rasa takut yang muncul, tetapi hal ini masih dapat ditangani dengan baik. Selain itu, masih didapatkan anak yang tidak masuk sekolah sejumlah satu anak sehingga tidak dapat mengikuti BIAS campak yang dilaksanakan disekolah. Namun, guru yang mengajar sudah diberitahukan bahwa anak tersebut dapat diimunisasi di puskesmas Selogiri dihari yang lain.

Selogiri, 16 September 2014

Peserta Pendamping

(dr. Eva Veronika) (dr.Hermanto)

F.4 UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

PENYULUHAN DAN PEMBERIAN VITAMIN A DI DUSUN GAMPING DESA SENDANG IJO KECAMATAN SELOGIRI

A. Latar BelakangVitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan, secara luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor / provitamin A / karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. Menurut Hasil Studi Masalah Gizi Mikro di 10 propinsi yang dilakukan Puslitbang Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada Tahun 2006 memperlihatkan balita dengan Serum Retinol kurang dari 20g/dl adalah sebesar 14,6%. Hasil studi tersebut menggambarkan terjadinya penurunan bila dibandingkan dengan Survei Vitamin A Tahun 1992 yang menunjukkan 50% balita mempunyai serum retinol kurang dari 20 g/dl. Oleh karena itu, masalah kurang Vitamin A (KVA) sudah tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi karena berada di bawah 15% (batasan IVACG). Hal tersebut salah satunya berkaitan dengan strategi penanggulangan KVA dengan pemberian suplementasi Vitamin A yang dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus (Bulan Kapsul Vitamin A). Strategi penanggulangan kekurangan vitamin A yaitu dengan cara pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, yang diberikan pada bayi (6-11 bulan), balita (1-5 tahun) dan ibu nifas. Berdasarkan laporan tahun 2003, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita masih dibawah 58,81% (Depkes RI 2003). Pada tahun 2004, cakupan pemberian kapsul vitamin A sebesar 57%, sedangkan pada tahun 2005 terjadi penurunan cakupan kapsul vitamin A yaitu hanya mencapai 52,26% dengan target yang sama yaitu 65%.Beberapa studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat gizi yang essensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Pada anak balita akibat kekurangan vitamin A akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang berdampak sangat serius dari kekurangan vitamin A adalah buta senja dan manifestasi lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Ibu nifas yang cukup mendapat vitamin A akan meningkatkan kandungan vitamin A dalam air susu ibu (ASI), sehingga bayi yang disusui lebih kebal terhadap penyakit. Disamping itu kesehatan ibu lebih cepat pulih. Upaya perbaikan status vitamin A harus mulai sedini mungkin pada masa kanak-kanak terutama anak yang menderita kekurangan vitamin A. Oleh karena vitamin A sangat esensial bagi kesehatan tubuh kita khususnya sangat diperlukan bagi bayi dan balita karena mulai terjadi penurunan serum vitamin A dan vitamin A tidak didapatkan didalam tubuh, sehingga diperlukan asuapan dari luar. Maka diperlukan kesadaran ibu akan pemberian dan pengetahuan mengenai vitamin A, untuk itu edukasi dalam hali ini sangatlah penting.

B. Permasalahan di MasyarakatMasih ditemukan beberapa ibu yang memiliki balita, belum mengetahui terkait vitamin A, maka sangat lah diperlukan pemberian edukasi mengenai pengertian, manfaat, sumber makanan vitamin A, akibat kekurangan vitamin A, pencegahannya, hingga program pemberian vitamin A dosis tinggi.

C. Perencanaan dan Pemilihan IntervensiUntuk mengatasi permasalahan tersebut maka direncanakan penyuluhan kepada ibu-ibu yang akan dilaksanakan pada :Hari / Tanggal: Kamis / 20 Agustus 2014Waktu: 09.30 selesaiTempat: Dusun Gamping Desa Sendang Ijo

Materi yang direncanakan untuk penyuluhan ini antara lain : 1. Pengertian vitamin A2. Manfaat vitamin A3.Sumber makanan vitamin A4.Akibat kekurangan vitamin A5.Penyebab defisiensi vitamin A6.Pencegahan defisiensi vitamin A7.Program pemberian vitamin A dosis tinggiD. Pelaksanaan (Proses Intervensi)Pelaksanaan penyuluhan ini berjalan lancar sesuai perencanaan sebelumnya yang dilaksanakan pada :Hari / Tanggal: Kamis / 5 September 2013Waktu: 09.30 11.30 WIBTempat: Dusun Keblokan Desa Sendang IjoPeserta: 20 bayi dan balitaMateri penyuluhan ini antara lain : 1. Pengertian vitamin A2. Manfaat vitamin A3. Sumber makanan vitamin A4. Akibat kekurangan vitamin A5. Penyebab defisiensi vitamin A6. Pencegahan defisiensi vitamin A7. Program pemberian vitamin A dosis tinggi

E. Monitoring dan Evaluasi Pada saat pemberian vitamin A berjalan dengan lancar, anak-anak dalam pemberiaannya sangat berkooperatif. Dalam pemberian penyuluhan para ibu tampak antusias memperhatikan informasi dan aktif karena para ibu melontarkkan beberapa pertanyaan mengenai mengapa pentingnya pemberian vitamin A, apakah vitamin A diproduksi dalam tubuh, dan gejala awal kekurangan vitamin A. Diharapkan setelah pemberian penyuluhan, para ibu lebih memperhatikan asupan makanan vitamin A maupun suplemen vitamin A kepada para bayi dan balita, khususnya pada kondisi

Selogiri, 16 September 2014

Peserta Pendamping

(dr. Eva Veronika) (dr.Hermanto)

F.5 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR

PEMBERIAN PENYULUHAN PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT KUSTA DI DESA SINGODUTAN PUSKESMAS SELOGIRI

A. Latar BelakangPenyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus Hansen, adalah sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae. Mycobacterium leprae yang secara primer menyerang saraf tepi dan secara sekunder menyerang kulit serta organ-organ lain. Kusta memiliki dua macam tipe gejala klinis yaitu pausibasilar (PB) dan multibasilar (MB). Kusta tipe PB adalah tipe kusta yang tidak menular dan disebut juga sebagai kusta kering. Sedangkan kusta tipe MB atau kusta basah adalah kusta yang sangat mudah menular.Jumlah penderita kusta di seluruh dunia dari tahun ke tahun mengalami penurunan, tetapi di Indonesia jumlah penderita kusta cenderung naik. Hal ini lebih lanjut dintakan oleh Menkes bahwa Indonesia merupakan penyumbang kasus baru kusta nomor 3 (tiga) terbesar di dunia, setelah India dan Brasil. Di tahun 2012 dilaporkan ada 18.994 kasus kusta baru di Indonesia dan 2.131 penderita (11,2 %) diantaranya ditemukan sudah pada cacat tingkat 2, yaitu cacat yang kelihatan. Sedangkan 2.191 penderita (11,5 %) diantaranya adalah anak-anak.Kusta merupakan penyakit yang ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi,dan deformitas. Hal ini terjadi akibat kerusakan saraf besar yang irreversibel di wajah danekstremitas, motorik dan sensorik, adanya kerusakan yang berulang-ulang pada daerahanestetik, serta terjadinya paralisis dan atrofi otot. Penderita kusta bukan hanya menderitakarena penyakitnya, tetapi juga karena dikucilkan oleh masyarakat sekitarnya.Diagnosis penyakit kusta didasarkan pada gambaran klinis, bakterioskopis,histopatologis, dan serologis. Bentuk gejala klinis bergantung pada sistem imunitas seluler penderita. Bila sistem imun seluler baik, maka akan tampak gambaran klinis ke arahtuberkuloid. Sebaliknya, apabila sistem imun seluler buruk, maka akan memberikangambaran lepromatosa.Pasien lepra adalah seseorang dengan lesi pada kulit berupa patch yang terasa baal. Patch pada lepra umumnya diawali dengan bercak putih (hipopigmentasi) atau eritema, datar atau meninggi, tidak gatal dan nyeri, serta dapat muncul di mana saja di seluruh bagian tubuh.Pasien kemudian akan mengalami gangguan sensibilitas terhadap rangsang raba, nyeri,maupun suhu (panas dan dingin) pada lesi kulit yang dicurigai tersebut. Pemeriksaan saraf tepi juga perlu dilakukan pada saraf yang berjalan di dekat permukaan kulit, terutama nervusulnaris dan peroneal communis. Pada pemeriksaan saraf harus dibandingkan kiri dan kanandalam hal ukuran, bentuk, tekstur dan kekenyalannya.Diagnosis dini dan terapi yang tepat adalah kunci keberhasilan untuk mengendalikan penyakit infeksi ini. Tujuan utama terapi adalah memutuskan mata rantai penularan untuk menurunkan insidensi penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita, mencegahtimbulnya penyakit. Regimen pengobatan yang dapat diberikan sebagai antikusta adalah multidrug therapy (MDT).Oleh karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kusta baik pengertian, gejala, penyebab, penatalaksaan hingga pencegahan; serta masih ditemukan pasien kusta baik dengan ataupun belum mengalami kecacatan; Maka sangatlah diperlukan pemberian penyuluhan mengenai penyait kusta di desa Singodutan puskesmas Selogiri.

B. Permasalahan di Masyarakat Masyarakat di desa Singodutan kecamatan Selogiri, masih belum mengerti dan memahami apa yang dimaksud penyakit Kusta. Baik mulai dari pengertian penyakit, gejala dan tanda yang ditimbulkan, penyebab, perjalanan penyakit, pengobatan, tingkat kesembuhan hingga komplikasi yang ditimbulkan serta pencegahan yang diperlukan.Akibat masih ditemukan beberapa kasus kusta di puskesmas Selogiri serta masyarakat kurang mengerti manajemen kecacatan pada orang yang telah menderita kusta, maka penting diperlukan edukasi perawatan kecacatan akibat penyakit Kusta ini, mulai dari perawatan luka, tangan, kaki, hingga pencegahan terhadap luka bakar.

C. Perencanaan dan Pemilihan IntervensiUntuk mengatasi permasalahan tersebut maka dilakukan perencanaan dan pemilihan intervensi antara lain :Hari / Tanggal: Waktu: 09.30 selesaiTempat: Desa Singodutan

Materi penyuluhan yang diberikan antara lain:1. Memberikan informasi mengenai pengertian penyakit Kusta, penyebab penyakit Kusta, gejala dan tanda yang muncul akibat penyakit Kusta, perjalanan penyakit Kusta, cara menegakkan diagnosis penyakit Kusta, pengobatan penyakit Kusta, Komplikasi dari penyakit Kusta, serta pencegahan penularan penyakit Kusta.2.Melakukan konseling mengenai kecacatan akibat penyakit Kusta, serta perawatan jika telah mengalami kecacatan akibat penyakit Kusta antara lain perawatan luka, perawatan tangan dan kaki, serta pencegahan terhadap luka bakar dan luka tusuk.

D. Pelaksanaan (Proses Intervensi) Pelaksanaan kegiatan penyuluhan penyakit Kusta berjalan lancar sesuai dengan perencanaan pada :Hari / Tanggal: Sabtu, 14 Juni 2014Waktu: 09.30 selesaiTempat: Desa Singodutan

Materi penyuluhan yang diberikan antara lain:1. Memberikan informasi mengenai pengertian penyakit Kusta, penyebab penyakit Kusta, gejala dan tanda yang muncul akibat penyakit Kusta, perjalanan penyakit Kusta, cara menegakkan diagnosis penyakit Kusta, pengobatan penyakit Kusta, Komplikasi dari penyakit Kusta, serta pencegahan penularan penyakit Kusta.2.Melakukan konseling mengenai kecacatan akibat penyakit Kusta, serta perawatan jika telah mengalami kecacatan akibat penyakit Kusta antara lain perawatan luka, perawatan tangan dan kaki, serta pencegahan terhadap luka bakar dan luka tusuk.

E. Monitoring dan EvaluasiHal-hal yang perlu di monitoring dan evaluasi setelah diberikan penyuluhan pada masyarakat yaitu :1. Masyarakat sangat aktif dan antusias saat pemberian materi penyuluhan dengan mengikuti cara-cara melakukan perawatan luka, perawatan tangan dan kaki. Selain itu, masyarakat mengajukan pertanyaan yang dirasa masih belum jelas. Untuk itu kegiatan penyuluhan mengenai penyakit Kusta ini perlu dilakukan secara rutin agar para masyarakat lebih dapat mengingat dan mengerti informasi yang diberikan.2.Masyarakat diharapkan mampu mengetahui tanda dan gejala awal dari penyakit Kusta sehingga dapat menyarankan pasien untuk memeriksakan ke pusat pelayanan kesahatan yang terdekat.3. Masyarakat diharapkan mampu mengetahui bentuk kecacatan akibat penyakit Kusta sehingga mampu memberikan cara-cara perawatan kecacatan akibat penyakit Kusta.

Selogiri, 16 September 2014

Peserta Pendamping

(dr. Eva Veronika) (dr.Hermanto)

F.6 UPAYA PENGOBATAN DASAR

UPAYA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA DESA KALIANCAR KECAMATAN SELOGIRI WONOGIRI

A. Latar BelakangSampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasiendengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan hipertensi diastolic sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam decade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi, dan pengendalian tekanan darah ii hanya mencapai 34% dari keseluruhan pasien hipertensi.Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2. Faktor risiko hipertensi terbagi menjadi dua yaitu 1) faktor yang tidak dapat dimodifikasi 2) faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi meliputi keturunan, umur, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi merokok, obesitas, stress, aktivitas fisik, dan asupan natrium.Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ. Kerusakan target organ secara umum yang ditemukan pada pasien hipertensi meliputi penyakit ginjal kronis; pada jantung yaitu hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokardium, gagal jantung ; pada otak yaitu stroke, Transient Ischemic Attack (TIA); penyakit arteri perifer; retinopati.Tujuan penatalaksanaan pasien hipertensi adalah 1) Target tekanan darah yaitu