Laporan FOME 452.docx
-
Upload
debbyandina -
Category
Documents
-
view
330 -
download
6
Transcript of Laporan FOME 452.docx
KEGIATAN I. UPAYA PENDEKATAN TERHADAPTN. ES DENGAN TB
PARU BTA (+) DENGAN UNDERWEIGHT
TAHAP I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. ES (43 tahun)
Alamat Lengkap : Desa Blimbing, Sambirejo, Sragen
Bentuk Keluarga : Nuclear family
Tabel 1. Daftar anggota keluarga Tn. ES
No Nama Status L/P Umur Pendidikan PekerjaanPasien
KlinikKeterangan
1.Tn.
ESKK L 43 th SD Makelar Ya
TB Paru BTA
(+)
2. Ny.M Istri P 40 th SD
Pembantu
Rumah
Tangga
Tidak
3. Nn. I Anak P 16 th SMP Pelajar Tidak
Sumber : Data Primer 8 Mei 2013
Kesimpulan :
Di dalam keluarga Tn. ES berbentuk nuclear family didapatkan pasien atas
namaTn.ESusia43 tahun, pendidikan SD, bekerja sebagai makelar dengan
penyakit TB paru BTA (+).
1
TAHAP II
STATUS PASIEN
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasar atas kasus yang diambil dari seorang
penderita TB Paru BTA (+), berjenis kelamin laki-laki, usia 43 tahun, dengan
berbagai permasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak
ditemukan di kalangan masyarakat, maka penting bagi kita untuk memahami
dan mencermatinya sehingga dapat dilakukan penerapan ilmu kedokteran yang
sesuai di lapangan.
B. IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn. ES
Umur :43 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :Makelar Sepeda Motor
Pendidikan : SD
Agama :Islam
Alamat :Desa Blimbing, Sambirejo, Sragen
Suku : Jawa
Tanggal periksa :8 Mei 2013
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Batuk
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluhkan batuk.
Batuk timbul tidak tentu, terutama dirasakan lebih sering pada malam dan
menjelang pagi hari. Batukdisertai dahak warna putih, kental, volume ± ½
sendok teh tiap kali batuk, darah (+). Nafsu makan menurun (+), dari yang
biasanya satu porsi menjadi setengah porsi. Berat badan turun (+)
2
sebanyak 6 kg selama 3 bulan. Demam sumer-sumer (+), keringat pada
malam hari tanpa aktivitas (+), mudah lelah (+), sesak nafas (-), dada
terasa ampeg (-), nyeri dada (-), berdebar-debar pada malam hari (-).
Pasien biasa tidur dengan 1 bantal, sesak saat tidur posisi berbaring (-),
bengkak di kaki/wajah sebelumnya (-). BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pasien berobat ke BP4 Jajar dan diperiksa dahak serta foto rontgen
dada. Dari hasil pemeriksaan, pasien didiagnosis TB paru dan diberi obat
yang harus diminum rutin. Pasien juga disarankan untuk kontrol di
puskesmas setiap obat habis.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit batuk lama : (+) sejak 3 bulan yang lalu
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat sakit kusta : (+) 2 tahun yang lalu
Riwayat mondok : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : (+) selama 20 tahun, 12 batang perhari
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat olahraga teratur : disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang laki-laki yang telah menikah, berusia 43 tahun
dengansatu orang istri dan satu orang anak.Pasien tinggal di sebuah rumah,
yang penghuninya terdiri dari keluarga inti.Sumber pendapatan keluarga
didapatkan dari penghasilan suami dan istri sebagaimakelar sepeda motor
dan pembantu rumah tangga dengan total penghasilan rata-rata perbulan
Rp. 1.600.000,-. Pasien berobat dengan fasilitas Jamkesmas.
3
7. Riwayat Gizi
Pasien makan 3 kali sehari sebanyak satu porsi dengan sayur, dan lauk
pauk seperti telur, tahu-tempe, jarang mengkonsumsi ayam maupun
daging. Sejak sakit, nafsu makan pasien menurun menjadi setengah porsi
dari biasanya. Pasien jarang makan buah-buahan. Kesan status gizi kurang.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum: komposmentis, tampak sakit sedang
2. Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 98 kali permenit, reguler, isian cukup
Frekuensi nafas : 20 kali permenit
Suhu : 36,8°C
3. Status Gizi
BB = 49 kg
TB = 165 cm
IMT = 49
1,652 = 17,3 kg/m2 (underweigth)
4. Kulit : warna sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
5. Mata : konjungtiva pucat (-)
6. Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
7. Leher : trakea ditengah, pembesaran kelenjar limfe (-)
8. Cor : ictus cordis tampak kuat angkat, batas jantung kesan tidak melebar
9. Pulmo : ronkhi basah kasar (+/+)
10. Punggung: nyeri ketok costovertebra (-)
11. Abdomen: dalam batas normal
12. Genitourinaria:ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-).
13. Ekstremitas : akral dingin edema
- - - -
- - --
4
14. Pemeriksaan Neurologik: dalam batas normal
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 2 April 2013
Rontgen Thorax PA : Kesan gambaran TB paru
Tanggal 2 April 2013
Pemeriksaan sputum : BTA (++)
Tanggal 6 April 2013
Pemeriksaan sputum SPS : BTA (+)
F. RESUME
Kurang lebih sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluhkan batuk.
Batuk timbul tidak tentu, terutama dirasakan lebih sering pada malam dan
menjelang pagi hari. Batukdisertai dahak warna putih, kental, volume ± ½
sendok teh tiap kali batuk, darah (+). Nafsu makan menurun (+). Berat badan
turun (+) sebanyak 6 kg selama 3 bulan. Demam sumer-sumer (+), keringat
pada malam hari tanpa aktivitas (+), mudah lelah (+) .
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status gizi kesan kurang. Kedua
lapang paru didapatkan RBK (+/+), pada pemeriksaan penunjang didapatkan
BTA (+), dan pada foto rontgen didapatkan kesan gambaran TB paru.
G. CLINICAL ASSESSMENT
Pasien mengalami TB paru BTA (+) dengan underweight
H. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
Edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai penyakit TB Paru
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein
Olah raga
Mengurangi stress
5
2. Medikamentosa
Oral Anti TBC (OAT) paketan untuk kategori I fase intensif dari
Puskesmas, dengan regimen pengobatan 2HRZE/4H3R3 yang terdiri atas :
a) Rifampicin dosis harian 10 mg/kgBB, dengan sediaan tablet FDC
(Fixed Dose Combination) mengandung 150 mg, diberikan 2 tablet
selama 6 bulan (fase intensif 2 bulan, fase lanjutan 4 bulan).
b) Isoniazid dosis harian 5 mg/kgBB, dengan sediaan tablet FDC
mengandung 75 mg diberikan 2 tablet selama 6 bulan (fase intensif 2
bulan, fase lanjutan 4 bulan).
c) Pirazinamid dosis harian 25 mg/kgBB, dengan sediaan tablet FDC
mengandung 400 mg diberikan 2 tablet selama 2 bulan.
d) Etambutol dosis harian 15 mg/kgBB, dengan sediaan tablet FDC
mengandung 275 mg, diberikan 3 tablet selama 2 bulan.
e) Vitamin B kompleks dengan dosis 3 tablet/hari.
I. FLOW SHEET
Nama :Tn. ES (43 tahun)
Diagnosis :TB paru BTA (+) dengan underweight
Tabel 2.Flowsheetfollowup pasien Tn. ES
NO
Tgl Keluhan Pemeriksaan Fisik Terapi Planning Target
1 10/5/2013
Batuk berkurang
TD: 110/70
Nadi/RR/T:
82/20/36,5⁰c
Px Fisik: ronkhi basah kasar (+/+)
- 1. menjaga higinitas pasien
2.Edukasi pada pasien dan keluarga
3.Istirahat cukup
4. Kontrol ke puskesmas bila obat habis
Mem-
bunuh
semua
kuman
Myco-
bacterium
tuber-
culosis
6
pada
paru-paru.
Mencegah kompli-kasi lebih lanjut
2 13/5/2013
Batuk berkurang
TD: 100/80
Nadi/RR/T:
88/20/36,5⁰c
Px Fisik: ronkhi basah kasar (+/+)
RHZE (FDC 1x3)Vit B complex 3x1 tab(kontrol ke puskesmas)
1. menjaga higinitas pasien
2.Edukasi pada pasien dan keluarga
3.Istirahat cukup
3 14/5/2013
Batuk berkurang
TD: 110/70
Nadi/RR/T:
88/20/36,5⁰c
Px Fisik: ronkhi basah kasar (+)
- 1. menjaga higinitas pasien
2.Edukasi pada pasien dan keluarga
3.Istirahat cukup
7
TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga Tn. ES adalah nuclearfamily yang terdiri atas 3 orang. Pasien
berusia 43 tahun dengan Istri Ny. M (40tahun), dan anak Nn. I (16 tahun).
Penyakit yang diderita Tn. ES adalah TB paru BTA (+).
2. Fungsi Psikologis
Permasalahan dalam keluarga dipecahkan secara musyawarah,melibatkan
semua anggota keluarga. Pasien tidak merasa terbebani dengan sakitnya
karena dukungan dari keluarganya.
3. Fungsi Sosial
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat melainkan hanya sebagai anggota masyarakat biasa.Namun
demikian, keluarga ini masih cukup aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari Tn. ES sebagai makelar dan istrinya Ny.
M sebagai pembantu rumah tangga.Penghasilan rata-rata per bulannya Rp
1.600.000,-.Penghasilan tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan
sehari-hari.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Keputusan–keputusan penting dalam keluarga dipegang oleh
penderita.Dalam kesehariannya, penderita dan keluarganya tidak ada
masalah dalam berinteraksi dengan masyarakat.Hubungan antar tetangga
sekitar terjalin dengan baik.
Kesimpulan :
Secara keseluruhan fungsi holistik keluarga Tn. ES adalah baik.
Hubungan antar anggota keluarga terjalin harmonis. Dari segi ekonomi
pendapatan keluarga cukup untuk hidup sehari-hari. Keluarga ini
bukanmerupakan tokoh masyarakat tetapi cukup aktif dalam kegiatan
8
kemasyarakatan. Untuk penguasaan masalah dan pengambilan keputusan,
dilakukan diskusi bersama-sama seluruh anggota keluarga.
B. FUNGSI FISIOLOGIS
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain.
1. Adaption
Seluruh anggota keluarga nyaman menceritakan masalahnya masing-masing.
Dalam menghadapi masalah, penderita mendapatkan perhatian dari
anggota keluarga yang lain.
2. Partnership
Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama anggota keluarga lainnya.
3. Growth
Masing – masing anggota keluarga mendapat dukungan dari anggota keluarga
lainnya.
4. Affection
Dalam keluarga terdapat rasa saling menyayangi satu sama lain.
5. Resolve
Kuantitas maupun kualitas kebersamaan anggota keluarga baik.
Skoring :
Hampir selalu : 2 poin
Kadang – kadang : 1 poin
Hampir tak pernah : 0 poin
Kriteria nilai APGAR :
8 - 10 : baik
5- 7 : sedang
1-4 : buruk
9
Tabel 3. APGAR score keluarga Tn. ES
Kode APGAR Tn.
ES
Ny. M Nn.
I
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya mendapat masalah.
2 2 2
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya.
1 2 2
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.
2 2 1
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll.
2 2 2
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama.
2 2 2
Total (kontribusi) 9 10 9
Rata-rata APGAR score keluarga Tn. ES = 9 + 10 + 9 =9
3
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn. ES = baik
C. FUNGSI PATOLOGIS
Fungsi patologis dinilai dengan menggunakan SCREEM score sebagai berikut:
Tabel 4. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Tn. ES
Sumber Patologi Keterangan
Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. -
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, banyak tradisi budaya yang masih diikuti.
-
Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama, ketaatan ibadah cukup baik
-
Economic Penghasilan keluarga cukup (di atas UMR) -
Education Tingkat pendidikan keluarga baik (menempuh wajib belajar 9 tahun)
+
Medical Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup baik. Jika sakit pasien segera berobat ke dokter, puskesmas, rumah sakit.
-
10
Kesimpulan :Terdapat fungsi patologis dalam keluarga Tn. ES yaitu fungsi
edukasi. Pengetahuan tentang kesehatan rendah khususnya mengenai TB paru
dan kesehatan lingkungan.
D. GENOGRAM
Diagram 1. Genogram Keluarga Tn. ES
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: laki-lakimeninggal
: perempuan meninggal
: penderitaKesimpulan :
Bapak dan ibu Tn. ES telah meninggal dunia.Tn. ES tinggal bersama dengan
istri dan anaknya. Penyakit yang diderita penderita tidak diderita oleh anggota
keluarga lainnya. Dari hasil genogram tidak ditemukan kasus penyakit
menular.
Sumber : Data Primer, 8 Mei 2013
11
Tn. ES43 thn
Ny. M40 thn
Nn.I15 thn
E. POLA INTERAKSI KELUARGA
Diagram 2. Pola interaksi keluarga Tn. ES
Kesimpulan : Hubungan antara Tn. ES, istri dan anaknya baik. Tidak sampai
terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.
F. FAKTOR PERILAKU
a. Pengetahuan
Pengetahuan perilaku di dalam keluarga ini sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan pada anggota keluarga, terutama perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan.Istri dan anaknya belum banyak memiliki pengetahuan
tentang kesehatan. Keluarga tersebut juga kurang memahami besarnya
pengaruh kebersihan lingkungan terhadap kesehatan penderita.
b. Sikap
Sikap keluarga dan penderita sendiri terhadap penyakit yang dideritanya
sudah cukup baik, terbukti dengan keluarga penderita yang mau
mengantarkan kontrol ke fasilitas kesehatan.Keluarga menyadari pentingnya
kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka langsung memeriksakan diri
ke fasilitas kesehatan dengan kartu jamkesmas.
c. Tindakan
12
Keterangan :
: Hubungan kurang
: Hubungan baik
Tn. ES(43th)
Pemahaman:Keluarga kurang
memahami pentingnya kebersihan lingkungan
Lingkungan:Kondisi pencahayaan dan
ventilasi rumah kurang
Keturunan:Tidak ada faktor keturunan
Pelayanan Kesehatan Keluarga ke puskesmas
bila sakit
Tindakan:Pasien sering kontrol dan
mengomsumsi obat teratur.
Sikap:Perhatian keluarga terhadap penyakit
penderita baik
Penderita rajin kontrol maupun mengonsumsi obat teratur.Keluarga ini dalam
melakukan kegiatan sanitasi masih kurang, sumber air untuk kebutuhan
sehari-hari menggunakan sumber air dari PAM. Rumah penderita tidak
memiliki tempat pembuangan sampah sehingga cenderung membuang
sampah sembarangan. Selain itu, kurangnya ventilasi dan pencahayaan di
rumah sehingga rumah terkesan gelap dan pengap. Penderita sudah
mempunyai jamban, namun tidak bersih.
G. FAKTOR NON PERILAKU
a. Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga ini adalah rumah sendiri dengan kondisi
kurang memadai, ukuran 221 m2 . Kebersihan lingkungan rumah kurang
terjaga dengan baik.Pencahayaan ruangan kurang dan ventilasi kurang
b. Keturunan
Pada keluarga ini tidak ada faktor keturunan TB paru.
c. Pelayanan Kesehatan
Keluarga sering mengunjungi puskesmas bila sakit.
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
Diagram 3.Faktor Perilaku dan Non Perilaku
13
Kesimpulan :
Faktor perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Tn.ES karena pengetahuan keluarga tentang kesehatan masih kurang terutama tentang kebersihan rumah.
Faktor non-perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Tn. ES.
H. IDENTIFIKASI INDOOR DAN OUTDOOR
1. Indoor
Keluarga Tn. ES tinggal di sebuah rumah berukuran 13x17 m, dengan
posisi rumah menghadap ke timur.Rumah penderita terdiri dari satu
ruang tamu yang cukup luas, namun belum tertata rapi.Ruang tamu juga
digunakan sebagai ruang keluarga dan ruang untuk menonton TV.
Terdapat garasi untuk menempatkan motor mereka. Terdapat dua kamar
tidur, dapur, dan kamar mandi yang telah menggunakan air PAM namun
belum mempunyai sumur pompa sendiri dan tandon air.
Rumah penderita juga dilengkapi tiga pintu keluar, yaitu satu pintu
depan, satu pintu samping dan satu pintu belakang. Jendela hanya ada
dua buah, yaitu di ruang tamu dan kamar tidur, di kamar tidur terdapat
jendela kaca namun tidak pernah dibuka.Lantai rumah semuanya telah
dilapisi ubin.Ventilasi dan penerangan rumah masih sangat kurang.Atap
rumah tersusun dari genteng dan sebagian tidak ditutup langit-
langit.Masing-masing kamar sudah memiliki ranjang dan kasur yang
layak.Dinding rumah terbuat dari tembok dan belum dicat.Perabotan
rumah tangga cukup.Secara keseluruhan kebersihan rumah masih
kurang.Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas.
2. Outdoor
Rumah penderita terletak di pinggir jalan dan tidak mempunyai halaman.
Teras rumah sempit dan tanpa pagar, di depan teras terdapat pohon dan
beberapa tanaman dalam pot. Sementara di sebelah kiri dan belakang
rumah terdapat lahan kosong yang tidak terpakai, serta sebelah kanan
berdempetan dengan tembok bangunan. Di depan rumah tidak terdapat
selokan. Jalanan di depan rumah sudah diaspal.
14
jalan
Kamar tidur
Kamar tidur
Ruang tamu
WC
Garasi
Dapur
Gambar 1. Denah rumah Tn. ES
I. DAFTAR MASALAH
1. Masalah Medis
- TB paru BTA (+) dengan underweight
2. Masalah Non Medis
-Gangguan Fungsi Holistik : Baik
- Gangguan Fungsi Fisiologis APGAR : Baik
- Gangguan Fungsi Patologis SCREEM : (+) pada faktor edukasi
- Gangguan Genogram : Baik
- Gangguan Fungsi Interaksi keluarga : Baik
- Gangguan Perilaku :Kurang, pasien kurang
mengerti tentang kebersihan lingkungan
- Gangguan Non Perilaku : kurang, ventilasi dan
pencahayaan kurang
- Gangguan Fungsi Outdoor & Indoor : kurang, rumah jarang
dibersihkan
15
TAHAP IV
DIAGNOSTIK HOLISTIK
Tn. ES, 43 tahun, nuclear family, dengan TB paru (dalam pengobatan fase
intensif) dan status gizi kurang (underweight).Dari segi psikologis hubungan Tn.
ES dengan keluarganya terjalin harmonis.Kemudian dari segi sosial, keluarga Tn.
ES mempunyai status ekonomi yang cukup, tingkat pendidikan yang kurang
dengan lingkungan yang kurang sehat, dan perilaku yang kurang sehat. Hubungan
Keluarga Tn. ES dengan masyarakat sekitar baik.
Diagnosis Biologis
TB paru BTA (+) denganunderweight
Diagnosis Psikologis
Hubungan Tn. ES dan keluarganya harmonis. Pasien tidak mengalami beban
psikis yang berarti karena penyakitnya.
Diagnosis Sosial, Ekonomi, Budaya
a. Kondisi rumah dan lingkungan kurang sehat
b. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan masih rendah
c. Perilaku hidup kurang sehat
16
TAHAPV
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF
A. PEMBAHASAN
TB paru merupakan salah satu penyakit paru yang sangat menular
yang disebabkan oleh suatu Bakteri Tahan Asam (BTA) yang disebut
Mycobacterium tuberkulosis (Sudoyo et al, 2006).Suspek TB adalah
seseorang dengan gejala atau tanda TB. Gejala umum TB paru adalah batuk
produktif lebih dari 2 minggu yang disertai gejala pernapasan (sesak napas,
nyeri dada, hemoptisis) dan/atau gejala tambahan (tidak nafsu makan,
penurunan berat badan, keringat malam, dan mudah lelah) (PDPI, 2006).
Faktor yang berpengaruh terhadap penularan TB paru antara
lainkepadatan hunian, pencahayaan, ventilasi, jenis lantai, jenis dinding,
jenis bahan bakar dalam rumah tangga. Hal ini yang mungkin menjadi
pemicu terjadinya TB paru pada Tn. ES.Pada lingkungan dengan
pencahayaan dan ventilasi kurang akan menyebabkan kuman cenderung
tidak bisa mati dan dapat masuk ke tubuh seseorang. Untuk memperoleh
pencahayaan yang cukup pada siang hari diperlukan luas jendela kaca
minimum 20% dari luas lantai atau dapat pula dipasang genteng kaca.
Ventilasi yang baik juga diperlukan, jangan mengandalkan masuknya udara
dari jendela atap bersusun karena udara yang lebih atas suhunya lebih
tinggi.
Fungsi holistik dan fungsi fisiologis keluarga Tn. ES secara umum
sudah baik. Namun, pada fungsi patologis terdapat permasalahan dalam hal
edukasi yaitu, Tn. ES dan istriinya merupakan lulusan SD. Hal ini
mempengaruhi perilaku keluarga dalam menerapkan gaya hidup sehat. Tn.
ES dan keluarga menyadari pentingnya hidup sehat namun belum
menerapkan gaya hidup sehat secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari
rumah penderita yang selalu tertutup dan pencahayaan kurang.Selain itu
17
lingkungan rumah Tn. ES kurang memenuhi syarat kesehatan karenakamar
mandi dan dapur jarang dibersihkan.
Tn. ES mendapat pengobatan rutin dan teratur minim obat karena
kontrol rutin ke puskesmas jika obat habis. Tujuan pengobatan TB adalah
menyembuhkan pasien, mengembalikan kualitas hidup, mencegah
kekambuhan, mengurangi transmisi atau penularan kepada yang lain,
mencegah komplikasi, dan mencegah terjadinya resistensi obat serta
penularannya. Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan
fase lanjutan. Pada umumnya lama pengobatan yaitu 6-8 bulan. Penderita
Tn. ES masih menjalankan pengobatan fase intensif dengan obat kombinasi
tetap (FDC).
B. SARAN KOMPREHENSIF
Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluarganya adalah:
1. Promotif
a) Penderita diharapkan untuk meneruskan kebiasaan tidak meludah di
sembarang tempat
b) Membiasakan membuka jendela rumah setiap hari terutama pagi hari
untuk membiarkan sinar matahari langsung masuk ke dalam rumah
c) Menjaga kebersihan ruangan-ruangan di rumah, terutama kamar
penderita harus dijaga terutama untuk mencegah adanya infeksi
tumpangan dari mikroorganisme yang lain karena adanya penurunan
daya tahan tubuh dari penderita.
2. Preventif
a) Penderita dianjurkan untuk menutup mulut dengan kain atau masker
b) Rajin membersihkan rumah, menjemur bantal, guling dan kasur
c) Menjaga higinitas dan sanitasi
d) Mengusahakan ventilasi rumah agar sinar matahari dan udara dapat
masuk
18
e) Diharapkan menggunakan genteng kaca, membersihkan rumah,
menguras bak mandi, menata barang-barang agar tidak menjadi sarang
kuman
3. Kuratif
a) Saat ini penderita memasuki pengobatan fase intensif, sehingga
diberikan pengobatan berupa regimen pengobatan 2RHZE/4H3R3
b) Vitamin B komplek 3 x 1 tablet.
4. Rehabilitatif
a) Mengurangi aktivitas berat untuk menghemat konsumsi oksigen untuk
menyesuaikan dengan fungsi paru yang tersisa
b) Berolahraga secara teratur untuk mengembalikan kebugaran tubuh dan
meningkatkan daya tahan tubuh
c) Mengoptimalkan fungsi paru, keluarga disarankan memberikan
perhatian terhadap penyakit TB paru yang diderita Tn. ES, mengenai
nutrisi penderita, mencari tahu informasi yang benar mengenai TB dan
penanganannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A, et al. 2000.Kapita Selekta Kedokteran.Media Aesculapius. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simandibrata MK, Setiani S (editor). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia). 2006. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : PDPI
20
KEGIATAN II. UPAYA PENDEKATAN TERHADAP NY. W DENGAN
SKIZOFRENIA PARANOID
TAHAP I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. S (36 tahun)
Alamat Lengkap : Desa Musuk, Sambirejo, Sragen
Bentuk Keluarga : Nuclear family
Tabel 5.Daftar anggota keluarga Ny. W
No Nama Status L/P Umur Pendidikan PekerjaanPasien
KlinikKeterangan
1. Tn. S KK L 36 th SD Pedagang Tidak
2. Ny.W Istri P 32 th SD
Ibu
Rumah
Tangga
YaSkizofrenia
paranoid
3. Nn. R Anak P 10 th SD Pelajar Tidak
Sumber : Data Primer 24 Mei 2013
Kesimpulan :
Di dalam keluarga Ny. W berbentuk nuclear family didapatkan pasien atas nama
Ny.W usia 32 tahun, pendidikan SD, bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan
penyakit Skizofrenia Paranoid.
21
TAHAP II
STATUS PASIEN
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasar atas kasus yang diambil dari seorang
penderita Depresi sedang, berjenis kelamin wanita, usia 32 tahun, dengan
berbagai permasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak
ditemukan di kalangan masyarakat, maka penting bagi kita untuk memahami
dan mencermatinya sehingga dapat dilakukan penerapan ilmu kedokteran yang
sesuai di lapangan.
B. IDENTITAS PASIEN
Nama :Ny. W
Umur :32 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Agama :Islam
Alamat :Desa Musuk, Sambirejo, Sragen
Suku : Jawa
Tanggal periksa :24 Mei 2013
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Mengurung diri di rumah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien adalah seorang wanita berusia 32 tahun, berpenampilan
sesuai umur, perawatan diri cukup baik. Saat dilakukan wawancara, sikap
22
terhadap pemeriksa kooperatif dan mau menjawab pertanyaan yang
diajukan pemeriksa.
Saat ditanya bagaimana perasaan pasien saat ini, pasien
mengatakan bahwa perasaanyabiasa saja. Pasien lebih suka menyendiri
dibanding bersosialisasi dengan tetangga disekitar rumahnya karena
merasa bahwa di luar rumah tidak aman. Saat ditanya apakah ada orang
yang bermaksud berbuat tidak baik kepada pasien, pasien menjawab
bahwa banyak orang yang memang punya maksud tidak baik, oleh karena
itu pasien berhati-hati kepada semua orang dan hati-hati dalam memilih
teman.
Pasien mengaku bahwa ia sering mendengar suara aneh yang tidak
ada bentuknya. Suara itu berasal dari laki-laki yang mengejek pasien dan
menertawakan pasien. Bila mendengar suara tersebut pasien ingin
mengusirnya dan terkadang kesal sendiri. Suara itu muncul biasanya saat
pasien berdiam diri dan merenung. Pasien juga merasa melihat bayangan
yang mengajak berbicara. Kontak mata pasien kurang, saat wawancara
pasien menunduk dan tidak berani menatap mata pemeriksa.
Pasien berobat ke RSJD Surakarta dan diperiksa. Dari hasil
pemeriksaan, pasien didiagnosis Skizofrenia paranoid dan diberi obat
yang harus diminum rutin. Pasien juga disarankan untuk kontrol ke RSJD
Surakarta tiap satu bulan sekali setiap obat habis.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat kejang : disangkal
Riwayat mondok : (+) 1 tahun yang lalu selama 3 minggu
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa : disangkal
23
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat olahraga teratur : disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang wanitayang telah menikah, berusia 32 tahun dengan
seorang suami dan seorang anak. Pasien tinggal di sebuah rumah, yang
penghuninya terdiri dari keluarga inti. Sumber pendapatan keluarga
didapatkan dari penghasilan suami sebagai pedagang dengan penghasilan
rata-rata perbulan Rp. 1.000.000,-. Pasien berobat dengan fasilitas
Jamkesmas.
7. Riwayat Gizi
Pasien makan 3 kali sehari sebanyak setengah porsi dengan sayur, dan
lauk pauk seperti telur, tahu-tempe, jarang mengkonsumsi ayam maupun
daging. Pasien jarang makan buah-buahan. Kesan status gizi cukup.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Compos mentis, gizi kesan cukup
2. Status Gizi : BB : 50 kg; TB : 155cm; IMT: 20.83 (kesan normal)
3. Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70; Frekuensi nafas : 20x/menit; Suhu : 36.8 oC
Nadi : 84x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup
4. Mata : pandangan kabur (-/-)
5. Telinga, hidung, leher, jantung, paru, abdomen dalam batas normal
6. Pemeriksaan neurologik dalam batas normal
E. PEMERIKSAAN PSIKIATRI
1. Gambaran Umum
24
a Penampilan :Seorang wanita berusia 32 tahun, wajah sesuai
umur,perawatan dan kebersihan diri cukup baik.
b Pembicaraan: Spontan, volume cukup, intonasi dan artikulasi jelas
c Perilaku dan Aktivitas Psikomotor: Normoaktif
d Sikap Terhadap Pemeriksa: Kooperatif, kontak mata dengan pemeriksa
kurang
2. Kesadaran
Kompos mentis GCS E4V5M6
3. Alam Perasaan
a. Mood : disforik
b. Afek : menyempit
c. Keserasian : serasi
4. Fungsi Intelektual
a. Orientasi: baik
b. Daya konsentrasi dan perhatian: baik.
c. Daya ingat: baik
d. Pikiran abstrak: baik.
e. Intelegensia dan kemampuan informasi: baik
5. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi :
Halusinasi auditorik dan visual
b. Ilusi
: Tidak
didapatkan
6. Proses Pikir
a. Arus pikir :
koheren
b. Isi pikir
:waham
curiga
25
c. Bentuk pikir : non
realistik
7. Daya Nilai
a. Daya nilai sosial : baik
b. Uji daya nilai : baik
c. Penilaian Realitas : buruk
8. Tilikan
Derajat I
9. Taraf Kepercayaan
Informasi yang didapatkan dari pasien dapat dipercaya
F. RESUME
Pasien adalah seorang wanita berusia 32 tahun, berpenampilan sesuai
umur, perawatan diri cukup baik. Saat ditanya bagaimana perasaan pasien
saat ini, pasien mengatakan bahwa perasaanyabiasa saja. Pasien lebih suka
menyendiri dibanding bersosialisasi dengan tetangga disekitar rumahnya
karena merasa bahwa di luar rumah tidak aman. Saat ditanya apakah ada
orang yang bermaksud berbuat tidak baik kepada pasien, pasien menjawab
bahwa banyak orang yang memang punya maksud tidak baik, oleh karena itu
pasien berhati-hati kepada semua orang dan hati-hati dalam memilih teman.
Pasien mengaku bahwa ia sering mendengar suara aneh yang tidak ada
bentuknya. Suara itu berasal dari laki-laki yang mengejek pasien dan
menertawakan pasien. Bila mendengar suara tersebut pasien ingin
mengusirnya dan terkadang kesal sendiri. Suara itu muncul biasanya saat
pasien berdiam diri dan merenung. Pasien juga merasa melihat bayangan
yang mengajak berbicara.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan alam perasaan yaitu mood (disforik),
afek (menyempit), terdapat gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan
visual. Selain itu proses pikir berupa arus pikir (koheren), isi pikir (waham
curiga), serta bentuk pikirnya non realistik.
26
G. CLINICAL ASSESSMENT
1. Diagnosis Axis I :F.20.0 Skizofrenia Paranoid
2. Diagnosis Axis II : Kepribadian anankastik
3. Diagnosis Axis III : Tidak ada diagnosis
4. Diagnosis Axis IV : Masalah keluarga dan psikososial
5. Diagnosis Axis V : GAF 50-41 : Gejala berat (serious), disabilitas
berat.
H. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Risperidon 2x2mg
b. Clorpromazine 1x100mg (malam)
c. Trihexyphenidyl 2x2 mg
2. Nonmedikamentosa
a. Motivasi pasien agar minum obat teratur dan rajin kontrol
b. Membantu pasien agar dapat kembali beraktivitas secara bertahap.
c. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien tentang
penyakit yang diderita.
d. Memotivasi keluarga pasien agar mendukung pasien dengan
menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien.
I. FLOW SHEET
Nama :Ny. W (32 tahun)
Diagnosis :Skizofrenia Paranoid
Tabel 6.Flowsheet followup pasien Ny. W
NO Tgl Keluhan Pemeriksaan Fisik
Terapi Planning Target
1 24/5/
2013
Mengurung diri
TD: 110/70
Nadi/RR/T:
84/20/36,8⁰c
- 1. Edukasi pada pasien dan keluarga2.Istirahat cukup3. Kontrol ke RSJD Surakarta bila obat
Mampu
aktivitas
sehari-
27
habis hari
Mampu
bersosiali
sasi dalam
masyara-
kat.
2 27/5/
2013
Mengurung diri
TD: 120/80
Nadi/RR/T:
88/22/36,5⁰c
- 1. Edukasi pada pasien dan keluarga2.Istirahat cukup3. Kontrol ke RSJD Surakarta bila obat habis
3 29/5/
2013
Mengurung diri
TD: 110/70
Nadi/RR/T:
88/20/36,5⁰c
- 1. Edukasi pada pasien dan keluarga2.Istirahat cukup3. Kontrol ke RSJD Surakarta bila obat habis
TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga Ny. W adalah nuclearfamily yang terdiri atas 3 orang. Pasien
berusia 32 tahun dengan suami Tn. S (36 tahun), dan anak Nn. R (10
tahun). Penyakit yang diderita Ny. W adalah Skizofrenia Paranoid.
2. Fungsi Psikologis
Permasalahan dalam keluarga dipecahkan secara musyawarah, melibatkan
seluruh anggota keluarga kecuali pasien. Pasien tidak merasa terbebani
dengan sakitnya karena dukungan dari keluarganya.
3. Fungsi Sosial
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat melainkan hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Penderita
ini kurang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga Ny. W berasal dari suaminya. Penghasilan rata-rata
perbulan Rp 1.000.000,-. Penghasilan tersebut cukup untuk membiayai
kebutuhan sehari-hari.
28
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Keputusan–keputusan penting dalam keluarga dipegang oleh suaminya.
Dalam kesehariannya, hubungan antar tetangga sekitar kurang terjalin
dengan baik karena penderita jarang bersosialisasi.
Kesimpulan :
Secara keseluruhan fungsi holistik keluarga Ny. W adalah kurang.
Hubungan antar anggota keluarga kurang terjalin harmonis. Dari segi
ekonomi pendapatan keluarga cukup untuk hidup sehari-hari. Keluarga ini
bukan merupakan tokoh masyarakat serta kurang aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan. Untuk penguasaan masalah dan pengambilan keputusan,
dilakukan diskusi bersama-sama seluruh anggota keluarga kecuali pasien.
B. FUNGSI FISIOLOGIS
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain.
1. Adaption
Seluruh anggota keluarga nyaman menceritakan masalahnya masing-masing.
Dalam menghadapi masalah, penderita mendapatkan perhatian dari
anggota keluarga yang lain.
2. Partnership
Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama anggota keluarga lainnya,
kecuali dengan penderita.
3. Growth
Masing – masing anggota keluarga kurang mendapat dukungan dari anggota
keluarga lainnya.
4. Affection
Dalam keluarga terdapat rasa saling menyayangi satu sama lain, meskipun
anak penderita kurang merasa nyaman dengan penderita
5. Resolve
29
Kuantitas maupun kualitas kebersamaan anggota keluarga kurang baik.
Skoring :
Hampir selalu : 2 poin
Kadang – kadang : 1 poin
Hampir tak pernah : 0 poin
Kriteria nilai APGAR :
8 - 10 : baik
5- 7 : sedang
1-4 : buruk
Tabel 7. APGAR score keluarga Ny. W
Kode APGAR Tn. S Ny. W Nn. R
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya mendapat masalah.
1 2 2
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya.
1 2 1
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.
2 1 1
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll.
1 2 1
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama.
1 1 2
Total (kontribusi) 6 8 7
Rata-rata APGAR score keluarga y. W = 7
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Ny. W= sedang
C. FUNGSI PATOLOGIS
Fungsi patologis dinilai dengan menggunakan SCREEM score sebagai berikut:
30
Tabel 8. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Tn. ES
Sumber Patologi Keterangan
Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. +
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, banyak tradisi budaya yang masih diikuti.
-
Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama, ketaatan ibadah cukup baik
-
Economic Penghasilan keluarga cukup (di atas UMR) -
Education Tingkat pendidikan keluarga baik (menempuh wajib belajar 9 tahun)
+
Medical Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup baik. Jika sakit pasien segera berobat ke dokter, puskesmas, rumah sakit.
-
Kesimpulan :Terdapat fungsi patologis dalam keluarga ny. W yaitu fungsi
sosial dan edukasi.
D. GENOGRAM
Diagram 4. Genogram Keluarga Ny. W
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: laki-lakimeninggal
31
Tn. S36 thn
Ny. W32 thn
Nn.R10 thn
: perempuan meninggal
: penderitaKesimpulan :
Ny. W tinggal bersama dengan suami dan anaknya. Penyakit yang diderita
penderita tidak diderita oleh anggota keluarga lainnya.
Sumber : Data Primer, 24 Mei 2013
E. POLA INTERAKSI KELUARGA
Diagram 5. Pola interaksi keluarga Ny. W
Kesimpulan : Hubungan antara Ny. W dan suami baik, namun hubungan
Ny. W dan anaknya kurang baik. Hal ini terlihat bahwa anaknya tidak betah
tingal di rumah dan memilih bermain di rumah neneknya..
F. FAKTOR PERILAKU
1. Pengetahuan
32
Keterangan :
: Hubungan kurang
: Hubungan baik
Ny. W(32th)
Pemahaman:Keluarga kurang memahami pentingnya interaksi antar anggota keluarga
Lingkungan:Kebersihan lingkungan rumah terjaga dengan baik
Keturunan:Tidak ada faktor keturunan
Pelayanan Kesehatan Keluarga ke puskesmas bila sakit
Tindakan:Pasien sering kontrol dan mengomsumsi obat teratur.
Sikap:Perhatian keluarga terhadap penyakit penderita baik
Pengetahuan perilaku di dalam keluarga ini sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan. Keluarga tersebut kurang memahami besarnya pengaruh
kenyamanan pasien dan interaksi yang baik terhadap kesehatan penderita.
2. Sikap
Sikap keluarga dan penderita sendiri terhadap penyakit yang dideritanya
sudah cukup baik, terbukti dengan keluarga penderita yang mau
mengantarkan kontrol ke fasilitas kesehatan.Keluarga menyadari pentingnya
kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka langsung memeriksakan diri
ke fasilitas kesehatan.
3. Tindakan
Penderita rajin kontrol maupun mengonsumsi obat teratur.Keluarga ini dalam
melakukan kegiatan sanitasi sudah cukup baik, terbukti dengan penggunaan
air PDAM untuk kebutuhan sehari-hari.Rumah penderita memiliki tempat
pembuangan sampah. Selain itu, ventilasi dan pencahayaan di rumah
penderita sudah cukup baik. Penderita juga sudah mempunyai jamban.
G. FAKTOR NON PERILAKU
1. Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga ini adalah rumah sendiri dengan kondisi
baik, ukuran 202 m2 . Kebersihan lingkungan rumahsudah terjaga dengan
baik.
2. Keturunan
Pada keluarga ini tidak ada faktor keturunan gangguan jiwa.
3. Pelayanan Kesehatan
Keluarga sering mengunjungi puskesmas bila sakit.
33
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
Diagram 6.Faktor Perilaku dan Non Perilaku
Kesimpulan :
Faktor perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Ny. W karena pengetahuan keluarga tentang interaksi yang baik antar anggota keluarga.
Faktor non-perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Ny. W.
H. IDENTIFIKASI INDOOR DAN OUTDOOR
1. Indoor
Keluarga Ny. W tinggal di sebuah rumah berukuran 10x15 m.Rumah
penderita terdiri dari satu ruang tamu yang cukup luas, namun belum
tertata rapi.Ruang tamu juga digunakan sebagai ruang keluarga dan ruang
untuk menonton TV. Terdapat garasi untuk menempatkan motor mereka.
Terdapat tiga kamar tidur, dapur, dan kamar mandi yang telah
menggunakan air PAM.
Rumah penderita juga dilengkapi tiga pintu keluar, yaitu satu pintu
depan, dan dua pintu samping. Jendela ada banyak, yaitu di ruang tamu
dan kamar tidur. Lantai rumah semuanya belum dilapisi ubin. Ventilasi
dan penerangan rumah sudah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng
dan tidak ditutup langit-langit.Masing-masing kamar sudah memiliki
ranjang dan kasur yang layak. Dinding rumah terbuat dari tembok dan
34
jalan
belum dicat. Perabotan rumah tangga cukup. Secara keseluruhan
kebersihan rumah sudah baik. Sehari-hari keluarga memasak
menggunakan kompor gas.
2. Outdoor
Rumah penderita terletak di pinggir jalan dan tidak mempunyai halaman.
Teras rumah sempit dan tanpa pagar, di depan teras terdapat pohon dan
beberapa tanaman dalam pot. Sementara di sebelah kiri dan belakang
rumah terdapat lahan kosong yang tidak terpakai. Di depan rumah tidak
terdapat selokan. Jalanan di depan rumah sudah diaspal.
Gambar 8. Denah rumah Ny. W
I. DAFTAR MASALAH
1. Masalah Medis
- Skizofrenia paranoid
2. Masalah Non Medis
- Gangguan Fungsi Holistik : Kurang
35
Kamar tidur
Ruang tamu
WCGarasiDapur
Kamar tidur
Kamar tidur
- Gangguan Fungsi Fisiologis APGAR : Sedang
- Gangguan Fungsi Patologis SCREEM : (+) pada faktor sosial dan
edukasi
- Gangguan Genogram : Baik
- Gangguan Fungsi Interaksi keluarga : Kurang, antara penderita
dan anaknya
- Gangguan Perilaku : Kurang, interaksi yang
kurang baik antar anggota keluarga
- Gangguan Non Perilaku : Baik
- Gangguan Fungsi Outdoor & Indoor : Baik
TAHAP IV
DIAGNOSTIK HOLISTIK
Ny. W, 32 tahun, nuclear family, dengan Skizofrenia paranoid. Dari segi
psikologis hubungan Ny. W dengan keluarganya terjalin kurang harmonis. Segi
sosial, keluarga Ny. W mempunyai status ekonomi yang cukup dan tingkat
pendidikan yang kurang. Hubungan Ny. W dengan masyarakat sekitar kurang
baik karena kurang bersosialisasi.
Diagnosis Biologis
Skizofrenia paranoid
Diagnosis Psikologis
Hubungan Ny. W dan keluarganyan kurang harmonis.
Diagnosis Sosial, Ekonomi, Budaya
Kurangnya sosialisasi dalam masyarakat
36
TAHAPV
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF
A. PEMBAHASAN
Skizofrenia merupakan sindrom dengan variasi penyebab dan
perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya (PPDGJ III, 2003).
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(PPDGJ III, 2003). Skizofrenia paranoid merupakan jenis dari skizofrenia
yang dapat ditegakkan bila memenuhi kriteria skizofrenia dengan tambahan
halusinasi yang mengancam dan memerintah, waham bizzare, dan gangguan
afektif (Maharatih et al, 2008).
Faktor stressor terhadap skizofrenia yang paling banyak berasal dari
keluarga. Faktor tersebut diantaranya adaya trauma yang dialami pada awal
masa kehidupan, pola asuh orangtua, hubungan interpersonal antara anggota
keluarga, serta pola komunikasi dalam keluarga yang kurang baik (Suryadi
et al, 2005). Dalam kasus ini, kemungkinan stressor terjadi pada pola asuh
37
orangtua atau kondisi keluarga yang tidak baik, seperti kematian salah satu
orangtua, dan komunikasi antara orangtua yang tidak baik. Oleh karena itu,
pasien cenderung menutup diri dan timbul gejala-gejala skizofrenia.
Fungsi holistik dan fungsi fisiologis keluarga Tn. ES secara umum
sudah baik. Namun, pada fungsi patologis terdapat permasalahan dalam hal
sosial dan edukasi. Gangguan fungsi sosial dapat diketahui bahwa Ny. W
kurang aktif dalam kegiatan bermasyarakat karena Ny. W merasa tidak
aman ketika berada di luar rumah. Sehingga sosialisasi dalam masyarakat
kurang terjalin dengan baik. Sedangkan gangguan fungsi edukasi terlihat
bahwa Ny. W dan suaminya berpendidikan SD. Hal ini mempengaruhi
perilaku keluarga dalam menerapkan gaya hidup sehat. Ny. W dan keluarga
menyadari pentingnya hidup.
Ny. W mendapat pengobatan rutin dan teratur minim obat karena
kontrol rutin ke RSJD Surakarta jika obat habis. Lama pemberian obat
antipsikotik sampai 2 tahun sampai gejala psikosis menghilang dan
mencegah kekambuhan. Pemberian obat ini dilakukan secara bertahap, dari
dosis awal sampai dosis maintenance serta dilakukan tappering off sampai
dapat dihentikan. Pada pasien ini mendapat golongan obat tipikal
(Chlorpromazine) dan obat atipikal (risperidon). Kedua obat ini diperlukan
untuk menghilangkan gejala yang ada pada pasien. Selain itu juga diberikan
obat anti parkinsonisme (trihexyphenidyl) untuk mengatasi efek samping
dari obat antipsikosis tersebut (Maharatih et al, 2008).
B. SARAN KOMPREHENSIF
Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluarganya adalah:
1. Promotif
a. Penderita diharapkan untuk mampu bersosialisasi dengan masyarakat
atas dukungan keluarga.
b. Keluarga memberi motivasi penderita untuk melakukan aktivitasnya
sehari-hari
38
c. Menjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga
2. Preventif
a. Diharapkan keluarga memberikan rasa nyaman kepada penderita
sehingga penderita mampu interaksi dengan baik
b. Menghargai dan mencintai penderita sehingga penderita tidak merasa
terasingkan
c. Mengajak penderita untuk berkomunikasi
3. Kuratif
Saat ini penderita dalam pengobatan yaitu risperidon, chlorpromazine,
dan trihexyphenidyl.
4. Rehabilitatif
a. Mencintai dan menghargai penderita
b. Menunjukkan empati serta memberi bantuan pada penderita
c. Mengajak berekreasi bersama penderita dengan anggota keluarga
lainnya.
d. Mengikutsertakan penderita untuk kegiatan kebersamaan dengan
anggota keluarga.
39
DAFTAR PUSTAKA
Maharatih, A, et al. 2008.Psikiatri Komprehensif: Soal dan Pembahasan. Jakarta: EGC
PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa). 2003. Skizofrenia, Gangguan Skizotipal, dan Gangguan Waham. Jakarta : FK Unika Atmajaya
Suryadi, D, et al. 2005. Faktor Stressor Keluarga sebagai Factor Penyebab Dominan Schizophrenia Paranoid Disorder. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara
40