Laporan FOME 452.docx

57
KEGIATAN I. UPAYA PENDEKATAN TERHADAPTN. ES DENGAN TB PARU BTA (+) DENGAN UNDERWEIGHT TAHAP I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. ES (43 tahun) Alamat Lengkap : Desa Blimbing, Sambirejo, Sragen Bentuk Keluarga : Nuclear family Tabel 1. Daftar anggota keluarga Tn. ES No Nama Stat us L/ P Umur Pendidi kan Pekerja an Pasien Klinik Keterangan 1. Tn. ES KK L 43 th SD Makelar Ya TB Paru BTA (+) 2. Ny.M Istr i P 40 th SD Pembant u Rumah Tangga Tidak 3. Nn. I Anak P 16 th SMP Pelajar Tidak Sumber : Data Primer 8 Mei 2013 Kesimpulan : Di dalam keluarga Tn. ES berbentuk nuclear family didapatkan pasien atas namaTn.ESusia43 tahun, pendidikan SD, bekerja sebagai makelar dengan penyakit TB paru BTA (+). 1

Transcript of Laporan FOME 452.docx

KEGIATAN I. UPAYA PENDEKATAN TERHADAPTN. ES DENGAN TB

PARU BTA (+) DENGAN UNDERWEIGHT

TAHAP I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. ES (43 tahun)

Alamat Lengkap : Desa Blimbing, Sambirejo, Sragen

Bentuk Keluarga : Nuclear family

Tabel 1. Daftar anggota keluarga Tn. ES

No Nama Status L/P Umur Pendidikan PekerjaanPasien

KlinikKeterangan

1.Tn.

ESKK L 43 th SD Makelar Ya

TB Paru BTA

(+)

2. Ny.M Istri P 40 th SD

Pembantu

Rumah

Tangga

Tidak

3. Nn. I Anak P 16 th SMP Pelajar Tidak

Sumber : Data Primer 8 Mei 2013

Kesimpulan :

Di dalam keluarga Tn. ES berbentuk nuclear family didapatkan pasien atas

namaTn.ESusia43 tahun, pendidikan SD, bekerja sebagai makelar dengan

penyakit TB paru BTA (+).

1

TAHAP II

STATUS PASIEN

A. PENDAHULUAN

Laporan ini disusun berdasar atas kasus yang diambil dari seorang

penderita TB Paru BTA (+), berjenis kelamin laki-laki, usia 43 tahun, dengan

berbagai permasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak

ditemukan di kalangan masyarakat, maka penting bagi kita untuk memahami

dan mencermatinya sehingga dapat dilakukan penerapan ilmu kedokteran yang

sesuai di lapangan.

B. IDENTITAS PASIEN

Nama :Tn. ES

Umur :43 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan :Makelar Sepeda Motor

Pendidikan : SD

Agama :Islam

Alamat :Desa Blimbing, Sambirejo, Sragen

Suku : Jawa

Tanggal periksa :8 Mei 2013

C. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Batuk

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Kurang lebih sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluhkan batuk.

Batuk timbul tidak tentu, terutama dirasakan lebih sering pada malam dan

menjelang pagi hari. Batukdisertai dahak warna putih, kental, volume ± ½

sendok teh tiap kali batuk, darah (+). Nafsu makan menurun (+), dari yang

biasanya satu porsi menjadi setengah porsi. Berat badan turun (+)

2

sebanyak 6 kg selama 3 bulan. Demam sumer-sumer (+), keringat pada

malam hari tanpa aktivitas (+), mudah lelah (+), sesak nafas (-), dada

terasa ampeg (-), nyeri dada (-), berdebar-debar pada malam hari (-).

Pasien biasa tidur dengan 1 bantal, sesak saat tidur posisi berbaring (-),

bengkak di kaki/wajah sebelumnya (-). BAB dan BAK tidak ada keluhan.

Pasien berobat ke BP4 Jajar dan diperiksa dahak serta foto rontgen

dada. Dari hasil pemeriksaan, pasien didiagnosis TB paru dan diberi obat

yang harus diminum rutin. Pasien juga disarankan untuk kontrol di

puskesmas setiap obat habis.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit batuk lama : (+) sejak 3 bulan yang lalu

Riwayat sakit jantung : disangkal

Riwayat sakit ginjal : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat sakit kusta : (+) 2 tahun yang lalu

Riwayat mondok : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat sakit serupa : disangkal

Riwayat sakit gula : disangkal

Riwayat sakit jantung : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

Riwayat merokok : (+) selama 20 tahun, 12 batang perhari

Riwayat minum alkohol : disangkal

Riwayat olahraga teratur : disangkal

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang laki-laki yang telah menikah, berusia 43 tahun

dengansatu orang istri dan satu orang anak.Pasien tinggal di sebuah rumah,

yang penghuninya terdiri dari keluarga inti.Sumber pendapatan keluarga

didapatkan dari penghasilan suami dan istri sebagaimakelar sepeda motor

dan pembantu rumah tangga dengan total penghasilan rata-rata perbulan

Rp. 1.600.000,-. Pasien berobat dengan fasilitas Jamkesmas.

3

7. Riwayat Gizi

Pasien makan 3 kali sehari sebanyak satu porsi dengan sayur, dan lauk

pauk seperti telur, tahu-tempe, jarang mengkonsumsi ayam maupun

daging. Sejak sakit, nafsu makan pasien menurun menjadi setengah porsi

dari biasanya. Pasien jarang makan buah-buahan. Kesan status gizi kurang.

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum: komposmentis, tampak sakit sedang

2. Tanda Vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 98 kali permenit, reguler, isian cukup

Frekuensi nafas : 20 kali permenit

Suhu : 36,8°C

3. Status Gizi

BB = 49 kg

TB = 165 cm

IMT = 49

1,652 = 17,3 kg/m2 (underweigth)

4. Kulit : warna sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

5. Mata : konjungtiva pucat (-)

6. Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)

7. Leher : trakea ditengah, pembesaran kelenjar limfe (-)

8. Cor : ictus cordis tampak kuat angkat, batas jantung kesan tidak melebar

9. Pulmo : ronkhi basah kasar (+/+)

10. Punggung: nyeri ketok costovertebra (-)

11. Abdomen: dalam batas normal

12. Genitourinaria:ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-).

13. Ekstremitas : akral dingin edema

- - - -

- - --

4

14. Pemeriksaan Neurologik: dalam batas normal

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 2 April 2013

Rontgen Thorax PA : Kesan gambaran TB paru

Tanggal 2 April 2013

Pemeriksaan sputum : BTA (++)

Tanggal 6 April 2013

Pemeriksaan sputum SPS : BTA (+)

F. RESUME

Kurang lebih sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluhkan batuk.

Batuk timbul tidak tentu, terutama dirasakan lebih sering pada malam dan

menjelang pagi hari. Batukdisertai dahak warna putih, kental, volume ± ½

sendok teh tiap kali batuk, darah (+). Nafsu makan menurun (+). Berat badan

turun (+) sebanyak 6 kg selama 3 bulan. Demam sumer-sumer (+), keringat

pada malam hari tanpa aktivitas (+), mudah lelah (+) .

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status gizi kesan kurang. Kedua

lapang paru didapatkan RBK (+/+), pada pemeriksaan penunjang didapatkan

BTA (+), dan pada foto rontgen didapatkan kesan gambaran TB paru.

G. CLINICAL ASSESSMENT

Pasien mengalami TB paru BTA (+) dengan underweight

H. PENATALAKSANAAN

1. Non medikamentosa

Edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai penyakit TB Paru

Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein

Olah raga

Mengurangi stress

5

2. Medikamentosa

Oral Anti TBC (OAT) paketan untuk kategori I fase intensif dari

Puskesmas, dengan regimen pengobatan 2HRZE/4H3R3 yang terdiri atas :

a) Rifampicin dosis harian 10 mg/kgBB, dengan sediaan tablet FDC

(Fixed Dose Combination) mengandung 150 mg, diberikan 2 tablet

selama 6 bulan (fase intensif 2 bulan, fase lanjutan 4 bulan).

b) Isoniazid dosis harian 5 mg/kgBB, dengan sediaan tablet FDC

mengandung 75 mg diberikan 2 tablet selama 6 bulan (fase intensif 2

bulan, fase lanjutan 4 bulan).

c) Pirazinamid dosis harian 25 mg/kgBB, dengan sediaan tablet FDC

mengandung 400 mg diberikan 2 tablet selama 2 bulan.

d) Etambutol dosis harian 15 mg/kgBB, dengan sediaan tablet FDC

mengandung 275 mg, diberikan 3 tablet selama 2 bulan.

e) Vitamin B kompleks dengan dosis 3 tablet/hari.

I. FLOW SHEET

Nama :Tn. ES (43 tahun)

Diagnosis :TB paru BTA (+) dengan underweight

Tabel 2.Flowsheetfollowup pasien Tn. ES

NO

Tgl Keluhan Pemeriksaan Fisik Terapi Planning Target

1 10/5/2013

Batuk berkurang

TD: 110/70

Nadi/RR/T:

82/20/36,5⁰c

Px Fisik: ronkhi basah kasar (+/+)

- 1. menjaga higinitas pasien

2.Edukasi pada pasien dan keluarga

3.Istirahat cukup

4. Kontrol ke puskesmas bila obat habis

Mem-

bunuh

semua

kuman

Myco-

bacterium

tuber-

culosis

6

pada

paru-paru.

Mencegah kompli-kasi lebih lanjut

2 13/5/2013

Batuk berkurang

TD: 100/80

Nadi/RR/T:

88/20/36,5⁰c

Px Fisik: ronkhi basah kasar (+/+)

RHZE (FDC 1x3)Vit B complex 3x1 tab(kontrol ke puskesmas)

1. menjaga higinitas pasien

2.Edukasi pada pasien dan keluarga

3.Istirahat cukup

3 14/5/2013

Batuk berkurang

TD: 110/70

Nadi/RR/T:

88/20/36,5⁰c

Px Fisik: ronkhi basah kasar (+)

- 1. menjaga higinitas pasien

2.Edukasi pada pasien dan keluarga

3.Istirahat cukup

7

TAHAP III

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis

Keluarga Tn. ES adalah nuclearfamily yang terdiri atas 3 orang. Pasien

berusia 43 tahun dengan Istri Ny. M (40tahun), dan anak Nn. I (16 tahun).

Penyakit yang diderita Tn. ES adalah TB paru BTA (+).

2. Fungsi Psikologis

Permasalahan dalam keluarga dipecahkan secara musyawarah,melibatkan

semua anggota keluarga. Pasien tidak merasa terbebani dengan sakitnya

karena dukungan dari keluarganya.

3. Fungsi Sosial

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam

masyarakat melainkan hanya sebagai anggota masyarakat biasa.Namun

demikian, keluarga ini masih cukup aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari Tn. ES sebagai makelar dan istrinya Ny.

M sebagai pembantu rumah tangga.Penghasilan rata-rata per bulannya Rp

1.600.000,-.Penghasilan tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan

sehari-hari.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Keputusan–keputusan penting dalam keluarga dipegang oleh

penderita.Dalam kesehariannya, penderita dan keluarganya tidak ada

masalah dalam berinteraksi dengan masyarakat.Hubungan antar tetangga

sekitar terjalin dengan baik.

Kesimpulan :

Secara keseluruhan fungsi holistik keluarga Tn. ES adalah baik.

Hubungan antar anggota keluarga terjalin harmonis. Dari segi ekonomi

pendapatan keluarga cukup untuk hidup sehari-hari. Keluarga ini

bukanmerupakan tokoh masyarakat tetapi cukup aktif dalam kegiatan

8

kemasyarakatan. Untuk penguasaan masalah dan pengambilan keputusan,

dilakukan diskusi bersama-sama seluruh anggota keluarga.

B. FUNGSI FISIOLOGIS

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score

adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut

pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota

keluarga yang lain.

1. Adaption

Seluruh anggota keluarga nyaman menceritakan masalahnya masing-masing.

Dalam menghadapi masalah, penderita mendapatkan perhatian dari

anggota keluarga yang lain.

2. Partnership

Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama anggota keluarga lainnya.

3. Growth

Masing – masing anggota keluarga mendapat dukungan dari anggota keluarga

lainnya.

4. Affection

Dalam keluarga terdapat rasa saling menyayangi satu sama lain.

5. Resolve

Kuantitas maupun kualitas kebersamaan anggota keluarga baik.

Skoring :

Hampir selalu : 2 poin

Kadang – kadang : 1 poin

Hampir tak pernah : 0 poin

Kriteria nilai APGAR :

8 - 10 : baik

5- 7 : sedang

1-4 : buruk

9

Tabel 3. APGAR score keluarga Tn. ES

Kode APGAR Tn.

ES

Ny. M Nn.

I

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya mendapat masalah.

2 2 2

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya.

1 2 2

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.

2 2 1

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll.

2 2 2

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama.

2 2 2

Total (kontribusi) 9 10 9

Rata-rata APGAR score keluarga Tn. ES = 9 + 10 + 9 =9

3

Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn. ES = baik

C. FUNGSI PATOLOGIS

Fungsi patologis dinilai dengan menggunakan SCREEM score sebagai berikut:

Tabel 4. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Tn. ES

Sumber Patologi Keterangan

Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. -

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, banyak tradisi budaya yang masih diikuti.

-

Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama, ketaatan ibadah cukup baik

-

Economic Penghasilan keluarga cukup (di atas UMR) -

Education Tingkat pendidikan keluarga baik (menempuh wajib belajar 9 tahun)

+

Medical Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup baik. Jika sakit pasien segera berobat ke dokter, puskesmas, rumah sakit.

-

10

Kesimpulan :Terdapat fungsi patologis dalam keluarga Tn. ES yaitu fungsi

edukasi. Pengetahuan tentang kesehatan rendah khususnya mengenai TB paru

dan kesehatan lingkungan.

D. GENOGRAM

Diagram 1. Genogram Keluarga Tn. ES

Keterangan:

: laki-laki

: perempuan

: laki-lakimeninggal

: perempuan meninggal

: penderitaKesimpulan :

Bapak dan ibu Tn. ES telah meninggal dunia.Tn. ES tinggal bersama dengan

istri dan anaknya. Penyakit yang diderita penderita tidak diderita oleh anggota

keluarga lainnya. Dari hasil genogram tidak ditemukan kasus penyakit

menular.

Sumber : Data Primer, 8 Mei 2013

11

Tn. ES43 thn

Ny. M40 thn

Nn.I15 thn

E. POLA INTERAKSI KELUARGA

Diagram 2. Pola interaksi keluarga Tn. ES

Kesimpulan : Hubungan antara Tn. ES, istri dan anaknya baik. Tidak sampai

terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.

F. FAKTOR PERILAKU

a. Pengetahuan

Pengetahuan perilaku di dalam keluarga ini sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan pada anggota keluarga, terutama perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan.Istri dan anaknya belum banyak memiliki pengetahuan

tentang kesehatan. Keluarga tersebut juga kurang memahami besarnya

pengaruh kebersihan lingkungan terhadap kesehatan penderita.

b. Sikap

Sikap keluarga dan penderita sendiri terhadap penyakit yang dideritanya

sudah cukup baik, terbukti dengan keluarga penderita yang mau

mengantarkan kontrol ke fasilitas kesehatan.Keluarga menyadari pentingnya

kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka langsung memeriksakan diri

ke fasilitas kesehatan dengan kartu jamkesmas.

c. Tindakan

12

Keterangan :

: Hubungan kurang

: Hubungan baik

Tn. ES(43th)

Pemahaman:Keluarga kurang

memahami pentingnya kebersihan lingkungan

Lingkungan:Kondisi pencahayaan dan

ventilasi rumah kurang

Keturunan:Tidak ada faktor keturunan

Pelayanan Kesehatan Keluarga ke puskesmas

bila sakit

Tindakan:Pasien sering kontrol dan

mengomsumsi obat teratur.

Sikap:Perhatian keluarga terhadap penyakit

penderita baik

Penderita rajin kontrol maupun mengonsumsi obat teratur.Keluarga ini dalam

melakukan kegiatan sanitasi masih kurang, sumber air untuk kebutuhan

sehari-hari menggunakan sumber air dari PAM. Rumah penderita tidak

memiliki tempat pembuangan sampah sehingga cenderung membuang

sampah sembarangan. Selain itu, kurangnya ventilasi dan pencahayaan di

rumah sehingga rumah terkesan gelap dan pengap. Penderita sudah

mempunyai jamban, namun tidak bersih.

G. FAKTOR NON PERILAKU

a. Lingkungan

Rumah yang dihuni keluarga ini adalah rumah sendiri dengan kondisi

kurang memadai, ukuran 221 m2 . Kebersihan lingkungan rumah kurang

terjaga dengan baik.Pencahayaan ruangan kurang dan ventilasi kurang

b. Keturunan

Pada keluarga ini tidak ada faktor keturunan TB paru.

c. Pelayanan Kesehatan

Keluarga sering mengunjungi puskesmas bila sakit.

: Faktor Perilaku

: Faktor Non Perilaku

Diagram 3.Faktor Perilaku dan Non Perilaku

13

Kesimpulan :

Faktor perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Tn.ES karena pengetahuan keluarga tentang kesehatan masih kurang terutama tentang kebersihan rumah.

Faktor non-perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Tn. ES.

H. IDENTIFIKASI INDOOR DAN OUTDOOR

1. Indoor

Keluarga Tn. ES tinggal di sebuah rumah berukuran 13x17 m, dengan

posisi rumah menghadap ke timur.Rumah penderita terdiri dari satu

ruang tamu yang cukup luas, namun belum tertata rapi.Ruang tamu juga

digunakan sebagai ruang keluarga dan ruang untuk menonton TV.

Terdapat garasi untuk menempatkan motor mereka. Terdapat dua kamar

tidur, dapur, dan kamar mandi yang telah menggunakan air PAM namun

belum mempunyai sumur pompa sendiri dan tandon air.

Rumah penderita juga dilengkapi tiga pintu keluar, yaitu satu pintu

depan, satu pintu samping dan satu pintu belakang. Jendela hanya ada

dua buah, yaitu di ruang tamu dan kamar tidur, di kamar tidur terdapat

jendela kaca namun tidak pernah dibuka.Lantai rumah semuanya telah

dilapisi ubin.Ventilasi dan penerangan rumah masih sangat kurang.Atap

rumah tersusun dari genteng dan sebagian tidak ditutup langit-

langit.Masing-masing kamar sudah memiliki ranjang dan kasur yang

layak.Dinding rumah terbuat dari tembok dan belum dicat.Perabotan

rumah tangga cukup.Secara keseluruhan kebersihan rumah masih

kurang.Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas.

2. Outdoor

Rumah penderita terletak di pinggir jalan dan tidak mempunyai halaman.

Teras rumah sempit dan tanpa pagar, di depan teras terdapat pohon dan

beberapa tanaman dalam pot. Sementara di sebelah kiri dan belakang

rumah terdapat lahan kosong yang tidak terpakai, serta sebelah kanan

berdempetan dengan tembok bangunan. Di depan rumah tidak terdapat

selokan. Jalanan di depan rumah sudah diaspal.

14

jalan

Kamar tidur

Kamar tidur

Ruang tamu

WC

Garasi

Dapur

Gambar 1. Denah rumah Tn. ES

I. DAFTAR MASALAH

1. Masalah Medis

- TB paru BTA (+) dengan underweight

2. Masalah Non Medis

-Gangguan Fungsi Holistik : Baik

- Gangguan Fungsi Fisiologis APGAR : Baik

- Gangguan Fungsi Patologis SCREEM : (+) pada faktor edukasi

- Gangguan Genogram : Baik

- Gangguan Fungsi Interaksi keluarga : Baik

- Gangguan Perilaku :Kurang, pasien kurang

mengerti tentang kebersihan lingkungan

- Gangguan Non Perilaku : kurang, ventilasi dan

pencahayaan kurang

- Gangguan Fungsi Outdoor & Indoor : kurang, rumah jarang

dibersihkan

15

TAHAP IV

DIAGNOSTIK HOLISTIK

Tn. ES, 43 tahun, nuclear family, dengan TB paru (dalam pengobatan fase

intensif) dan status gizi kurang (underweight).Dari segi psikologis hubungan Tn.

ES dengan keluarganya terjalin harmonis.Kemudian dari segi sosial, keluarga Tn.

ES mempunyai status ekonomi yang cukup, tingkat pendidikan yang kurang

dengan lingkungan yang kurang sehat, dan perilaku yang kurang sehat. Hubungan

Keluarga Tn. ES dengan masyarakat sekitar baik.

Diagnosis Biologis

TB paru BTA (+) denganunderweight

Diagnosis Psikologis

Hubungan Tn. ES dan keluarganya harmonis. Pasien tidak mengalami beban

psikis yang berarti karena penyakitnya.

Diagnosis Sosial, Ekonomi, Budaya

a. Kondisi rumah dan lingkungan kurang sehat

b. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan masih rendah

c. Perilaku hidup kurang sehat

16

TAHAPV

PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

A. PEMBAHASAN

TB paru merupakan salah satu penyakit paru yang sangat menular

yang disebabkan oleh suatu Bakteri Tahan Asam (BTA) yang disebut

Mycobacterium tuberkulosis (Sudoyo et al, 2006).Suspek TB adalah

seseorang dengan gejala atau tanda TB. Gejala umum TB paru adalah batuk

produktif lebih dari 2 minggu yang disertai gejala pernapasan (sesak napas,

nyeri dada, hemoptisis) dan/atau gejala tambahan (tidak nafsu makan,

penurunan berat badan, keringat malam, dan mudah lelah) (PDPI, 2006).

Faktor yang berpengaruh terhadap penularan TB paru antara

lainkepadatan hunian, pencahayaan, ventilasi, jenis lantai, jenis dinding,

jenis bahan bakar dalam rumah tangga. Hal ini yang mungkin menjadi

pemicu terjadinya TB paru pada Tn. ES.Pada lingkungan dengan

pencahayaan dan ventilasi kurang akan menyebabkan kuman cenderung

tidak bisa mati dan dapat masuk ke tubuh seseorang. Untuk memperoleh

pencahayaan yang cukup pada siang hari diperlukan luas jendela kaca

minimum 20% dari luas lantai atau dapat pula dipasang genteng kaca.

Ventilasi yang baik juga diperlukan, jangan mengandalkan masuknya udara

dari jendela atap bersusun karena udara yang lebih atas suhunya lebih

tinggi.

Fungsi holistik dan fungsi fisiologis keluarga Tn. ES secara umum

sudah baik. Namun, pada fungsi patologis terdapat permasalahan dalam hal

edukasi yaitu, Tn. ES dan istriinya merupakan lulusan SD. Hal ini

mempengaruhi perilaku keluarga dalam menerapkan gaya hidup sehat. Tn.

ES dan keluarga menyadari pentingnya hidup sehat namun belum

menerapkan gaya hidup sehat secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari

rumah penderita yang selalu tertutup dan pencahayaan kurang.Selain itu

17

lingkungan rumah Tn. ES kurang memenuhi syarat kesehatan karenakamar

mandi dan dapur jarang dibersihkan.

Tn. ES mendapat pengobatan rutin dan teratur minim obat karena

kontrol rutin ke puskesmas jika obat habis. Tujuan pengobatan TB adalah

menyembuhkan pasien, mengembalikan kualitas hidup, mencegah

kekambuhan, mengurangi transmisi atau penularan kepada yang lain,

mencegah komplikasi, dan mencegah terjadinya resistensi obat serta

penularannya. Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan

fase lanjutan. Pada umumnya lama pengobatan yaitu 6-8 bulan. Penderita

Tn. ES masih menjalankan pengobatan fase intensif dengan obat kombinasi

tetap (FDC).

B. SARAN KOMPREHENSIF

Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluarganya adalah:

1. Promotif

a) Penderita diharapkan untuk meneruskan kebiasaan tidak meludah di

sembarang tempat

b) Membiasakan membuka jendela rumah setiap hari terutama pagi hari

untuk membiarkan sinar matahari langsung masuk ke dalam rumah

c) Menjaga kebersihan ruangan-ruangan di rumah, terutama kamar

penderita harus dijaga terutama untuk mencegah adanya infeksi

tumpangan dari mikroorganisme yang lain karena adanya penurunan

daya tahan tubuh dari penderita.

2. Preventif

a) Penderita dianjurkan untuk menutup mulut dengan kain atau masker

b) Rajin membersihkan rumah, menjemur bantal, guling dan kasur

c) Menjaga higinitas dan sanitasi

d) Mengusahakan ventilasi rumah agar sinar matahari dan udara dapat

masuk

18

e) Diharapkan menggunakan genteng kaca, membersihkan rumah,

menguras bak mandi, menata barang-barang agar tidak menjadi sarang

kuman

3. Kuratif

a) Saat ini penderita memasuki pengobatan fase intensif, sehingga

diberikan pengobatan berupa regimen pengobatan 2RHZE/4H3R3

b) Vitamin B komplek 3 x 1 tablet.

4. Rehabilitatif

a) Mengurangi aktivitas berat untuk menghemat konsumsi oksigen untuk

menyesuaikan dengan fungsi paru yang tersisa

b) Berolahraga secara teratur untuk mengembalikan kebugaran tubuh dan

meningkatkan daya tahan tubuh

c) Mengoptimalkan fungsi paru, keluarga disarankan memberikan

perhatian terhadap penyakit TB paru yang diderita Tn. ES, mengenai

nutrisi penderita, mencari tahu informasi yang benar mengenai TB dan

penanganannya.

19

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A, et al. 2000.Kapita Selekta Kedokteran.Media Aesculapius. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simandibrata MK, Setiani S (editor). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia). 2006. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : PDPI

20

KEGIATAN II. UPAYA PENDEKATAN TERHADAP NY. W DENGAN

SKIZOFRENIA PARANOID

TAHAP I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. S (36 tahun)

Alamat Lengkap : Desa Musuk, Sambirejo, Sragen

Bentuk Keluarga : Nuclear family

Tabel 5.Daftar anggota keluarga Ny. W

No Nama Status L/P Umur Pendidikan PekerjaanPasien

KlinikKeterangan

1. Tn. S KK L 36 th SD Pedagang Tidak

2. Ny.W Istri P 32 th SD

Ibu

Rumah

Tangga

YaSkizofrenia

paranoid

3. Nn. R Anak P 10 th SD Pelajar Tidak

Sumber : Data Primer 24 Mei 2013

Kesimpulan :

Di dalam keluarga Ny. W berbentuk nuclear family didapatkan pasien atas nama

Ny.W usia 32 tahun, pendidikan SD, bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan

penyakit Skizofrenia Paranoid.

21

TAHAP II

STATUS PASIEN

A. PENDAHULUAN

Laporan ini disusun berdasar atas kasus yang diambil dari seorang

penderita Depresi sedang, berjenis kelamin wanita, usia 32 tahun, dengan

berbagai permasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak

ditemukan di kalangan masyarakat, maka penting bagi kita untuk memahami

dan mencermatinya sehingga dapat dilakukan penerapan ilmu kedokteran yang

sesuai di lapangan.

B. IDENTITAS PASIEN

Nama :Ny. W

Umur :32 tahun

Jenis kelamin : Wanita

Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

Agama :Islam

Alamat :Desa Musuk, Sambirejo, Sragen

Suku : Jawa

Tanggal periksa :24 Mei 2013

C. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Mengurung diri di rumah

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien adalah seorang wanita berusia 32 tahun, berpenampilan

sesuai umur, perawatan diri cukup baik. Saat dilakukan wawancara, sikap

22

terhadap pemeriksa kooperatif dan mau menjawab pertanyaan yang

diajukan pemeriksa.

Saat ditanya bagaimana perasaan pasien saat ini, pasien

mengatakan bahwa perasaanyabiasa saja. Pasien lebih suka menyendiri

dibanding bersosialisasi dengan tetangga disekitar rumahnya karena

merasa bahwa di luar rumah tidak aman. Saat ditanya apakah ada orang

yang bermaksud berbuat tidak baik kepada pasien, pasien menjawab

bahwa banyak orang yang memang punya maksud tidak baik, oleh karena

itu pasien berhati-hati kepada semua orang dan hati-hati dalam memilih

teman.

Pasien mengaku bahwa ia sering mendengar suara aneh yang tidak

ada bentuknya. Suara itu berasal dari laki-laki yang mengejek pasien dan

menertawakan pasien. Bila mendengar suara tersebut pasien ingin

mengusirnya dan terkadang kesal sendiri. Suara itu muncul biasanya saat

pasien berdiam diri dan merenung. Pasien juga merasa melihat bayangan

yang mengajak berbicara. Kontak mata pasien kurang, saat wawancara

pasien menunduk dan tidak berani menatap mata pemeriksa.

Pasien berobat ke RSJD Surakarta dan diperiksa. Dari hasil

pemeriksaan, pasien didiagnosis Skizofrenia paranoid dan diberi obat

yang harus diminum rutin. Pasien juga disarankan untuk kontrol ke RSJD

Surakarta tiap satu bulan sekali setiap obat habis.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sakit jantung : disangkal

Riwayat sakit ginjal : disangkal

Riwayat sakit gula : disangkal

Riwayat trauma : disangkal

Riwayat kejang : disangkal

Riwayat mondok : (+) 1 tahun yang lalu selama 3 minggu

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat sakit serupa : disangkal

23

Riwayat sakit gula : disangkal

Riwayat sakit jantung : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

Riwayat merokok : disangkal

Riwayat minum alkohol : disangkal

Riwayat olahraga teratur : disangkal

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang wanitayang telah menikah, berusia 32 tahun dengan

seorang suami dan seorang anak. Pasien tinggal di sebuah rumah, yang

penghuninya terdiri dari keluarga inti. Sumber pendapatan keluarga

didapatkan dari penghasilan suami sebagai pedagang dengan penghasilan

rata-rata perbulan Rp. 1.000.000,-. Pasien berobat dengan fasilitas

Jamkesmas.

7. Riwayat Gizi

Pasien makan 3 kali sehari sebanyak setengah porsi dengan sayur, dan

lauk pauk seperti telur, tahu-tempe, jarang mengkonsumsi ayam maupun

daging. Pasien jarang makan buah-buahan. Kesan status gizi cukup.

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : Compos mentis, gizi kesan cukup

2. Status Gizi : BB : 50 kg; TB : 155cm; IMT: 20.83 (kesan normal)

3. Tanda Vital

Tekanan darah : 110/70; Frekuensi nafas : 20x/menit; Suhu : 36.8 oC

Nadi : 84x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup

4. Mata : pandangan kabur (-/-)

5. Telinga, hidung, leher, jantung, paru, abdomen dalam batas normal

6. Pemeriksaan neurologik dalam batas normal

E. PEMERIKSAAN PSIKIATRI

1. Gambaran Umum

24

a Penampilan :Seorang wanita berusia 32 tahun, wajah sesuai

umur,perawatan dan kebersihan diri cukup baik.

b Pembicaraan: Spontan, volume cukup, intonasi dan artikulasi jelas

c Perilaku dan Aktivitas Psikomotor: Normoaktif

d Sikap Terhadap Pemeriksa: Kooperatif, kontak mata dengan pemeriksa

kurang

2. Kesadaran

Kompos mentis GCS E4V5M6

3. Alam Perasaan

a. Mood : disforik

b. Afek : menyempit

c. Keserasian : serasi

4. Fungsi Intelektual

a. Orientasi: baik

b. Daya konsentrasi dan perhatian: baik.

c. Daya ingat: baik

d. Pikiran abstrak: baik.

e. Intelegensia dan kemampuan informasi: baik

5. Gangguan Persepsi

a. Halusinasi :

Halusinasi auditorik dan visual

b. Ilusi

: Tidak

didapatkan

6. Proses Pikir

a. Arus pikir :

koheren

b. Isi pikir

:waham

curiga

25

c. Bentuk pikir : non

realistik

7. Daya Nilai

a. Daya nilai sosial : baik

b. Uji daya nilai : baik

c. Penilaian Realitas : buruk

8. Tilikan

Derajat I

9. Taraf Kepercayaan

Informasi yang didapatkan dari pasien dapat dipercaya

F. RESUME

Pasien adalah seorang wanita berusia 32 tahun, berpenampilan sesuai

umur, perawatan diri cukup baik. Saat ditanya bagaimana perasaan pasien

saat ini, pasien mengatakan bahwa perasaanyabiasa saja. Pasien lebih suka

menyendiri dibanding bersosialisasi dengan tetangga disekitar rumahnya

karena merasa bahwa di luar rumah tidak aman. Saat ditanya apakah ada

orang yang bermaksud berbuat tidak baik kepada pasien, pasien menjawab

bahwa banyak orang yang memang punya maksud tidak baik, oleh karena itu

pasien berhati-hati kepada semua orang dan hati-hati dalam memilih teman.

Pasien mengaku bahwa ia sering mendengar suara aneh yang tidak ada

bentuknya. Suara itu berasal dari laki-laki yang mengejek pasien dan

menertawakan pasien. Bila mendengar suara tersebut pasien ingin

mengusirnya dan terkadang kesal sendiri. Suara itu muncul biasanya saat

pasien berdiam diri dan merenung. Pasien juga merasa melihat bayangan

yang mengajak berbicara.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan alam perasaan yaitu mood (disforik),

afek (menyempit), terdapat gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan

visual. Selain itu proses pikir berupa arus pikir (koheren), isi pikir (waham

curiga), serta bentuk pikirnya non realistik.

26

G. CLINICAL ASSESSMENT

1. Diagnosis Axis I :F.20.0 Skizofrenia Paranoid

2. Diagnosis Axis II : Kepribadian anankastik

3. Diagnosis Axis III : Tidak ada diagnosis

4. Diagnosis Axis IV : Masalah keluarga dan psikososial

5. Diagnosis Axis V : GAF 50-41 : Gejala berat (serious), disabilitas

berat.

H. PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa

a. Risperidon 2x2mg

b. Clorpromazine 1x100mg (malam)

c. Trihexyphenidyl 2x2 mg

2. Nonmedikamentosa

a. Motivasi pasien agar minum obat teratur dan rajin kontrol

b. Membantu pasien agar dapat kembali beraktivitas secara bertahap.

c. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien tentang

penyakit yang diderita.

d. Memotivasi keluarga pasien agar mendukung pasien dengan

menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien.

I. FLOW SHEET

Nama :Ny. W (32 tahun)

Diagnosis :Skizofrenia Paranoid

Tabel 6.Flowsheet followup pasien Ny. W

NO Tgl Keluhan Pemeriksaan Fisik

Terapi Planning Target

1 24/5/

2013

Mengurung diri

TD: 110/70

Nadi/RR/T:

84/20/36,8⁰c

- 1. Edukasi pada pasien dan keluarga2.Istirahat cukup3. Kontrol ke RSJD Surakarta bila obat

Mampu

aktivitas

sehari-

27

habis hari

Mampu

bersosiali

sasi dalam

masyara-

kat.

2 27/5/

2013

Mengurung diri

TD: 120/80

Nadi/RR/T:

88/22/36,5⁰c

- 1. Edukasi pada pasien dan keluarga2.Istirahat cukup3. Kontrol ke RSJD Surakarta bila obat habis

3 29/5/

2013

Mengurung diri

TD: 110/70

Nadi/RR/T:

88/20/36,5⁰c

- 1. Edukasi pada pasien dan keluarga2.Istirahat cukup3. Kontrol ke RSJD Surakarta bila obat habis

TAHAP III

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis

Keluarga Ny. W adalah nuclearfamily yang terdiri atas 3 orang. Pasien

berusia 32 tahun dengan suami Tn. S (36 tahun), dan anak Nn. R (10

tahun). Penyakit yang diderita Ny. W adalah Skizofrenia Paranoid.

2. Fungsi Psikologis

Permasalahan dalam keluarga dipecahkan secara musyawarah, melibatkan

seluruh anggota keluarga kecuali pasien. Pasien tidak merasa terbebani

dengan sakitnya karena dukungan dari keluarganya.

3. Fungsi Sosial

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam

masyarakat melainkan hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Penderita

ini kurang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga Ny. W berasal dari suaminya. Penghasilan rata-rata

perbulan Rp 1.000.000,-. Penghasilan tersebut cukup untuk membiayai

kebutuhan sehari-hari.

28

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Keputusan–keputusan penting dalam keluarga dipegang oleh suaminya.

Dalam kesehariannya, hubungan antar tetangga sekitar kurang terjalin

dengan baik karena penderita jarang bersosialisasi.

Kesimpulan :

Secara keseluruhan fungsi holistik keluarga Ny. W adalah kurang.

Hubungan antar anggota keluarga kurang terjalin harmonis. Dari segi

ekonomi pendapatan keluarga cukup untuk hidup sehari-hari. Keluarga ini

bukan merupakan tokoh masyarakat serta kurang aktif dalam kegiatan

kemasyarakatan. Untuk penguasaan masalah dan pengambilan keputusan,

dilakukan diskusi bersama-sama seluruh anggota keluarga kecuali pasien.

B. FUNGSI FISIOLOGIS

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score

adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut

pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota

keluarga yang lain.

1. Adaption

Seluruh anggota keluarga nyaman menceritakan masalahnya masing-masing.

Dalam menghadapi masalah, penderita mendapatkan perhatian dari

anggota keluarga yang lain.

2. Partnership

Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama anggota keluarga lainnya,

kecuali dengan penderita.

3. Growth

Masing – masing anggota keluarga kurang mendapat dukungan dari anggota

keluarga lainnya.

4. Affection

Dalam keluarga terdapat rasa saling menyayangi satu sama lain, meskipun

anak penderita kurang merasa nyaman dengan penderita

5. Resolve

29

Kuantitas maupun kualitas kebersamaan anggota keluarga kurang baik.

Skoring :

Hampir selalu : 2 poin

Kadang – kadang : 1 poin

Hampir tak pernah : 0 poin

Kriteria nilai APGAR :

8 - 10 : baik

5- 7 : sedang

1-4 : buruk

Tabel 7. APGAR score keluarga Ny. W

Kode APGAR Tn. S Ny. W Nn. R

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya mendapat masalah.

1 2 2

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya.

1 2 1

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.

2 1 1

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll.

1 2 1

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama.

1 1 2

Total (kontribusi) 6 8 7

Rata-rata APGAR score keluarga y. W = 7

Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Ny. W= sedang

C. FUNGSI PATOLOGIS

Fungsi patologis dinilai dengan menggunakan SCREEM score sebagai berikut:

30

Tabel 8. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Tn. ES

Sumber Patologi Keterangan

Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. +

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, banyak tradisi budaya yang masih diikuti.

-

Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama, ketaatan ibadah cukup baik

-

Economic Penghasilan keluarga cukup (di atas UMR) -

Education Tingkat pendidikan keluarga baik (menempuh wajib belajar 9 tahun)

+

Medical Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup baik. Jika sakit pasien segera berobat ke dokter, puskesmas, rumah sakit.

-

Kesimpulan :Terdapat fungsi patologis dalam keluarga ny. W yaitu fungsi

sosial dan edukasi.

D. GENOGRAM

Diagram 4. Genogram Keluarga Ny. W

Keterangan:

: laki-laki

: perempuan

: laki-lakimeninggal

31

Tn. S36 thn

Ny. W32 thn

Nn.R10 thn

: perempuan meninggal

: penderitaKesimpulan :

Ny. W tinggal bersama dengan suami dan anaknya. Penyakit yang diderita

penderita tidak diderita oleh anggota keluarga lainnya.

Sumber : Data Primer, 24 Mei 2013

E. POLA INTERAKSI KELUARGA

Diagram 5. Pola interaksi keluarga Ny. W

Kesimpulan : Hubungan antara Ny. W dan suami baik, namun hubungan

Ny. W dan anaknya kurang baik. Hal ini terlihat bahwa anaknya tidak betah

tingal di rumah dan memilih bermain di rumah neneknya..

F. FAKTOR PERILAKU

1. Pengetahuan

32

Keterangan :

: Hubungan kurang

: Hubungan baik

Ny. W(32th)

Pemahaman:Keluarga kurang memahami pentingnya interaksi antar anggota keluarga

Lingkungan:Kebersihan lingkungan rumah terjaga dengan baik

Keturunan:Tidak ada faktor keturunan

Pelayanan Kesehatan Keluarga ke puskesmas bila sakit

Tindakan:Pasien sering kontrol dan mengomsumsi obat teratur.

Sikap:Perhatian keluarga terhadap penyakit penderita baik

Pengetahuan perilaku di dalam keluarga ini sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan. Keluarga tersebut kurang memahami besarnya pengaruh

kenyamanan pasien dan interaksi yang baik terhadap kesehatan penderita.

2. Sikap

Sikap keluarga dan penderita sendiri terhadap penyakit yang dideritanya

sudah cukup baik, terbukti dengan keluarga penderita yang mau

mengantarkan kontrol ke fasilitas kesehatan.Keluarga menyadari pentingnya

kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka langsung memeriksakan diri

ke fasilitas kesehatan.

3. Tindakan

Penderita rajin kontrol maupun mengonsumsi obat teratur.Keluarga ini dalam

melakukan kegiatan sanitasi sudah cukup baik, terbukti dengan penggunaan

air PDAM untuk kebutuhan sehari-hari.Rumah penderita memiliki tempat

pembuangan sampah. Selain itu, ventilasi dan pencahayaan di rumah

penderita sudah cukup baik. Penderita juga sudah mempunyai jamban.

G. FAKTOR NON PERILAKU

1. Lingkungan

Rumah yang dihuni keluarga ini adalah rumah sendiri dengan kondisi

baik, ukuran 202 m2 . Kebersihan lingkungan rumahsudah terjaga dengan

baik.

2. Keturunan

Pada keluarga ini tidak ada faktor keturunan gangguan jiwa.

3. Pelayanan Kesehatan

Keluarga sering mengunjungi puskesmas bila sakit.

33

: Faktor Perilaku

: Faktor Non Perilaku

Diagram 6.Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Kesimpulan :

Faktor perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Ny. W karena pengetahuan keluarga tentang interaksi yang baik antar anggota keluarga.

Faktor non-perilaku keluarga berpengaruh positif terhadap kesehatan Ny. W.

H. IDENTIFIKASI INDOOR DAN OUTDOOR

1. Indoor

Keluarga Ny. W tinggal di sebuah rumah berukuran 10x15 m.Rumah

penderita terdiri dari satu ruang tamu yang cukup luas, namun belum

tertata rapi.Ruang tamu juga digunakan sebagai ruang keluarga dan ruang

untuk menonton TV. Terdapat garasi untuk menempatkan motor mereka.

Terdapat tiga kamar tidur, dapur, dan kamar mandi yang telah

menggunakan air PAM.

Rumah penderita juga dilengkapi tiga pintu keluar, yaitu satu pintu

depan, dan dua pintu samping. Jendela ada banyak, yaitu di ruang tamu

dan kamar tidur. Lantai rumah semuanya belum dilapisi ubin. Ventilasi

dan penerangan rumah sudah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng

dan tidak ditutup langit-langit.Masing-masing kamar sudah memiliki

ranjang dan kasur yang layak. Dinding rumah terbuat dari tembok dan

34

jalan

belum dicat. Perabotan rumah tangga cukup. Secara keseluruhan

kebersihan rumah sudah baik. Sehari-hari keluarga memasak

menggunakan kompor gas.

2. Outdoor

Rumah penderita terletak di pinggir jalan dan tidak mempunyai halaman.

Teras rumah sempit dan tanpa pagar, di depan teras terdapat pohon dan

beberapa tanaman dalam pot. Sementara di sebelah kiri dan belakang

rumah terdapat lahan kosong yang tidak terpakai. Di depan rumah tidak

terdapat selokan. Jalanan di depan rumah sudah diaspal.

Gambar 8. Denah rumah Ny. W

I. DAFTAR MASALAH

1. Masalah Medis

- Skizofrenia paranoid

2. Masalah Non Medis

- Gangguan Fungsi Holistik : Kurang

35

Kamar tidur

Ruang tamu

WCGarasiDapur

Kamar tidur

Kamar tidur

- Gangguan Fungsi Fisiologis APGAR : Sedang

- Gangguan Fungsi Patologis SCREEM : (+) pada faktor sosial dan

edukasi

- Gangguan Genogram : Baik

- Gangguan Fungsi Interaksi keluarga : Kurang, antara penderita

dan anaknya

- Gangguan Perilaku : Kurang, interaksi yang

kurang baik antar anggota keluarga

- Gangguan Non Perilaku : Baik

- Gangguan Fungsi Outdoor & Indoor : Baik

TAHAP IV

DIAGNOSTIK HOLISTIK

Ny. W, 32 tahun, nuclear family, dengan Skizofrenia paranoid. Dari segi

psikologis hubungan Ny. W dengan keluarganya terjalin kurang harmonis. Segi

sosial, keluarga Ny. W mempunyai status ekonomi yang cukup dan tingkat

pendidikan yang kurang. Hubungan Ny. W dengan masyarakat sekitar kurang

baik karena kurang bersosialisasi.

Diagnosis Biologis

Skizofrenia paranoid

Diagnosis Psikologis

Hubungan Ny. W dan keluarganyan kurang harmonis.

Diagnosis Sosial, Ekonomi, Budaya

Kurangnya sosialisasi dalam masyarakat

36

TAHAPV

PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

A. PEMBAHASAN

Skizofrenia merupakan sindrom dengan variasi penyebab dan

perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya (PPDGJ III, 2003).

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan

karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar

(PPDGJ III, 2003). Skizofrenia paranoid merupakan jenis dari skizofrenia

yang dapat ditegakkan bila memenuhi kriteria skizofrenia dengan tambahan

halusinasi yang mengancam dan memerintah, waham bizzare, dan gangguan

afektif (Maharatih et al, 2008).

Faktor stressor terhadap skizofrenia yang paling banyak berasal dari

keluarga. Faktor tersebut diantaranya adaya trauma yang dialami pada awal

masa kehidupan, pola asuh orangtua, hubungan interpersonal antara anggota

keluarga, serta pola komunikasi dalam keluarga yang kurang baik (Suryadi

et al, 2005). Dalam kasus ini, kemungkinan stressor terjadi pada pola asuh

37

orangtua atau kondisi keluarga yang tidak baik, seperti kematian salah satu

orangtua, dan komunikasi antara orangtua yang tidak baik. Oleh karena itu,

pasien cenderung menutup diri dan timbul gejala-gejala skizofrenia.

Fungsi holistik dan fungsi fisiologis keluarga Tn. ES secara umum

sudah baik. Namun, pada fungsi patologis terdapat permasalahan dalam hal

sosial dan edukasi. Gangguan fungsi sosial dapat diketahui bahwa Ny. W

kurang aktif dalam kegiatan bermasyarakat karena Ny. W merasa tidak

aman ketika berada di luar rumah. Sehingga sosialisasi dalam masyarakat

kurang terjalin dengan baik. Sedangkan gangguan fungsi edukasi terlihat

bahwa Ny. W dan suaminya berpendidikan SD. Hal ini mempengaruhi

perilaku keluarga dalam menerapkan gaya hidup sehat. Ny. W dan keluarga

menyadari pentingnya hidup.

Ny. W mendapat pengobatan rutin dan teratur minim obat karena

kontrol rutin ke RSJD Surakarta jika obat habis. Lama pemberian obat

antipsikotik sampai 2 tahun sampai gejala psikosis menghilang dan

mencegah kekambuhan. Pemberian obat ini dilakukan secara bertahap, dari

dosis awal sampai dosis maintenance serta dilakukan tappering off sampai

dapat dihentikan. Pada pasien ini mendapat golongan obat tipikal

(Chlorpromazine) dan obat atipikal (risperidon). Kedua obat ini diperlukan

untuk menghilangkan gejala yang ada pada pasien. Selain itu juga diberikan

obat anti parkinsonisme (trihexyphenidyl) untuk mengatasi efek samping

dari obat antipsikosis tersebut (Maharatih et al, 2008).

B. SARAN KOMPREHENSIF

Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluarganya adalah:

1. Promotif

a. Penderita diharapkan untuk mampu bersosialisasi dengan masyarakat

atas dukungan keluarga.

b. Keluarga memberi motivasi penderita untuk melakukan aktivitasnya

sehari-hari

38

c. Menjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga

2. Preventif

a. Diharapkan keluarga memberikan rasa nyaman kepada penderita

sehingga penderita mampu interaksi dengan baik

b. Menghargai dan mencintai penderita sehingga penderita tidak merasa

terasingkan

c. Mengajak penderita untuk berkomunikasi

3. Kuratif

Saat ini penderita dalam pengobatan yaitu risperidon, chlorpromazine,

dan trihexyphenidyl.

4. Rehabilitatif

a. Mencintai dan menghargai penderita

b. Menunjukkan empati serta memberi bantuan pada penderita

c. Mengajak berekreasi bersama penderita dengan anggota keluarga

lainnya.

d. Mengikutsertakan penderita untuk kegiatan kebersamaan dengan

anggota keluarga.

39

DAFTAR PUSTAKA

Maharatih, A, et al. 2008.Psikiatri Komprehensif: Soal dan Pembahasan. Jakarta: EGC

PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa). 2003. Skizofrenia, Gangguan Skizotipal, dan Gangguan Waham. Jakarta : FK Unika Atmajaya

Suryadi, D, et al. 2005. Faktor Stressor Keluarga sebagai Factor Penyebab Dominan Schizophrenia Paranoid Disorder. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara

40

41