fome dm 441 A fix
Transcript of fome dm 441 A fix
KEGIATAN II
TAHAP I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat lengkap : Mulyorejo RT 010, Jenggrik, Kedawung, Sragen
Bentuk Keluarga : Extended Family
Tabel 5. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket
1. Pawiro Semito Ayah (KK) L 56 th SD/ sederajat Petani -
2. Warsini Ibu P 48 th SD/ sederajatIbu rumah
tangga-
3. Sriyanto Anak L 26 th SLTA/ sederajat -Tinggal di
kalimantan
4. Sumadi Menantu L 31 th SLTA/ sederajatPetani,
wiraswasta
5. Ngatmi Anak P 32 th SLTA/ sederajatIbu rumah
tangga
(Sumber:Data Primer).
Kesimpulan : permasalahan dalam keluarga ini adalah Ibu warsini 48 tahun,
pekerjaan ibu rumah tangga, dengan masalah kesehatan DM
type-2 dengan Ulkus Diabetikum Wagner II & III
19
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
TAHAP II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus seorang penderita Diabetes
Mellitus, perempuan berusia 48 tahun pulang paksa dari RSUD sragen kurang
lebih 1 bulan yang lalu setelah rawat inap selama 1 minggu dengan diagnosa
infeksi ulkus diabetikum. Pasien tinggal di wilayah Puskesmas Kedawung II dan
setiap dua hari sekali kontrol ke praktek dokter setempat.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. Warsini
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD/ sederajat
Agama : Islam
Alamat : Mulyorejo RT 010, Jenggrik, Kedawung, Sragen
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 8, 10, 13 September 2012
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : luka yang tak kunjung sembuh
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih 1,5 bulan yang lalu pasien mengeluh luka sebesar biji jagung
seperti terkena api di bagian bawah jempol kaki kirinya. Luka kemudian pecah
dan bernanah tak kunjung sembuh dan dirasakan semakin melebar hingga
20
kurang lebih seruas jari tangan. Pasien sebelumnya tidak menyadari apa yang
menyebabkan luka tersebut.
Kurang lebih satu bulan yang lalu pasien mengeluh demam tinggi hingga
menggigil kemudian dibawa ke Puskesmas Kedawung II, kemudaian dirujuk
ke RSUD Sragen, didiagnosa infeksi ulkus diabetikum. Sempat dirawat
selama 7 hari hingga kemudian pulang paksa. Sejak saat itu pasien berobat
jalan rutin 2 hari sekali kontrol ke praktek dokter umum untuk kontrol luka
dan mendapat insulin.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
R. DM : (+) diketahui sejak 5 tahun yang lalu di RSUD,
tidak terkontrol.
R. sesak nafas : disangkal
R. alergi : disangkal
R. batuk darah : disangkal
R. sakit jantung : disangkal
R. mondok : (+), 5 tahun yang lalu karena DM dan 1 bulan yang
lalu dirawat selama 1 minggu di RSUD Sragen
dengan ulkus diabetikum.
R. hipertensi : tidak tahu
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit batuk lama & batuk darah : disangkal
- Riwayat sakit sesak nafas : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
- Kesukaan minum minuman manis setiap hari : (+) sejak muda
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita adalah ibu rumah tangga yang tinggal serumah dengan
suaminya seorang petani. Penghasilan keluarga sekitar 4 juta rupiah
setahun. Sempat berobat di RSUD Sragen dengan biaya Jamkesda.
21
7. Riwayat Gizi.
Penderita sehari-harinya makan 3-4 kali sehari dengan nasi satu
piring, sayuran, lauk pauk seperti tempe dan tahu, kadang dengan ayam.
Kadang ditambah dengan buah seperti pepaya. Dahulunya sehari-hari
minum minuman manis seperti teh manis, kolak, dan lain-lain setiap hari.
D. ANAMNESIS SISTEM
1. Kepala : pusing (+),
2. Mata : penglihatan kabur (+), ketajaman kurang baik
3. Kadiovaskuler : berdebar-debar (+) kadang-kadang
4. Gastrointestinal : mual (+), muntah (+), nafsu makan menurun, nyeri
perut (+) di ulu hati
5. Neuropsikiatri : Neurologik : sensasi nyeri menurun (+) di kedua
tungkai
Psikiatrik : emosi labil, mudah marah (+)
6. Ekstremitas : Atas : bengkak (-/-), sakit (-)
Bawah : bengkak (+ minimal /+),
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6 ), gizi kesan cukup.
2. Tanda Vital
BB : 50 kg TB:150 cm BMI:BB/TB2 = 50 / 1,52 = 22,2
normoweight (normal BMI = 20-25)
Tensi : 150/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit, reguler, isi cukup, simetris
Pernafasan : 17x/menit Suhu : 37,6 oC
3. Mata :Conjunctiva pucat (+ / +), oedem palpebra (+)
4. Mulut : Bibir pucat (+), bibir kering (+)
5. Hidung, Telinga, Tenggorokan, Leher dan thoraks dalam batas normal
6. Abdomen
22
I :dinding perut sejajar dinding dada, venektasi (-)
P :supel, nyeri tekan (+) di ulu hati, hepar dan lien tidak teraba
P :timpani seluruh lapang perut
A :peristaltik (+) normal
7. Ektremitas: palmar eritema(-/-), uremic frost (-/-)
akral dingin oedem
8. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Sensorik :
9. Status Lokalis
Tampak ulkus di Regio pedis sinistra daerah plantar hallux (digiti I),
seukuran 1 ruas jari tangan, panjang 3,5 cm, lebar 2,5 cm, dalam 0,5-1
cm dengan dasar otot dan tendon, oedem (+), pus (+), slough (+),
darah (-), jaringan granulasi (+).
Ass: Ulkus DM Wagner III.
Tampak ulkus di pangkal dorsum hallux berukuran 1,5 cm x 0,3 cm x
0,3 cm dasar jaringan subkutis, pus (+), slough (+), jaringan granulasi
(-), darah (-)
Ass: Ulkus DM Wagner II.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.
G. CLINICAL ASSESMENT
Ulkus Diabetikum tipe Wagner II dan Wagner III
H. PENATALAKSANAAN
- -
- -
- -
+ minimal +
N N
23
Non Medikamentosa
1. Istirahat cukup
Diharapkan pasien istirahat yang cukup oleh karena jika pasien terlalu
banyak aktivitas akan menurunkan daya tahan tubuh pasien yang
akibatnya penyakit yang diderita akan kambuh lagi.
2. Diet teratur dan terkontrol, menu seimbang disesuaikan dengan waktu
pemberian Insulin
Dengan gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh pasien
melawan penyakit sehingga mempercepat proses penyembuhan.
3. Pembersihan Luka teratur
Pembersihan luka teratur diperlukan untuk mencegah terjadinya
infeksi dan merupakan upaya untuk mempercepat penyembuhan luka.
4. Kontrol teratur
Kontrol teratur dibutuhkan agar dapat mengevaluasi hasil pengobatan
dan mengetahui secara dini apabila terdapat komplikasi dan bahaya
lainnya.
Medikamentosa
1. Insulin SC 6 unit 3x sehari (Disuntikkan oleh menantu)
2. Antibiotik Ciprofloxaxin 500 mg 2x1
3. Neomycin topical
4. Rivanol
5. Anti emetik Busfantasid 2x1
6. Oxoferin
7. Paracetamol k/p
I. FLOW SHEET FOLLOW UP
24
Tabel 6. Flowsheet Pasien
TGL
KeluhanPemeriksaan fisik
Plan TargetKU/ VS Status Lokalis
08/09/12
lemas dan mual, nafsu makan turun, mata kabur, borok tak kunjung sembuh, kaki bengkak
compos mentis, gizi kesan cukup, tampak sakit sedang
T : 150/80 mmHgRr : 19 xN : 88 xS : 37,20C
Conjunctiva pucat (+ / +), oedem palpebra (+/+)Bibir pucat (+), bibir kering (+), nyeri tekan (+) di ulu hati Ekstremitas Bawah : bengkak (+ minimal /+),Sensasi nyeri kedua tungkai menurun. Ulkus di R. pedis sinistra plantar hallux (digiti I), seukuran 1 ruas jari tangan, p= 3,5 cm, l= 2,5 cm, d= 0,5-1 cm, dasar otot dan tendon, oedem (+), pus (+), slough (+), darah (-), jaringan granulasi (+). Kulit sekitar kering dan mngelupas. Ass: Ulkus DM Wagner III. Ulkus di pangkal dorsum hallux berukuran 1,5 cm x 0,3 cm x 0,3 cm dasar jaringan subkutis, pus (+), slough (+), jaringan granulasi (-), darah (-) Ass: Ulkus DM Wagner II.
Motivasi keluarga, Edukasi DM dan diet DM, dan medikasi luka
Keluarga dan pasien paham mengenai DM, diet DM, dan komplikasinya
10/09/12
Lemas berkurangmual muntah, nafsu makan menurun, luka belum membaik
Compos mentis, gizi kesan cukup, tampak sakit sedang
T : 150/80 mmHgRr : 17 xN : 92 xS : 37,60C
Conjunctiva pucat (+ / +), oedem palpebra (+/+)Bibir pucat (+), bibir kering (-), nyeri tekan (+) di ulu hati Ekstremitas Bawah : bengkak (+ minimal /+),Sensasi nyeri kedua tungkai menurun. Ulkus di Regio pedis sinistra daerah plantar hallux (digiti I), seukuran 1 ruas jari tangan, panjang 3,3 cm, lebar 2,3 cm, dalam 0,5-1 cm dengan dasar otot dan tendon, oedem (+), pus (+), slough (+), darah (-), jaringan granulasi (+). Ass: Ulkus DM Wagner IIITampak ulkus di pangkal dorsum hallux berukuran 1,5 cm x 0,3 cm x 0,3 cm dasar jaringan subkutis, pus (+), slough (+), jaringan granulasi (-), darah (-) Ass: Ulkus DM Wagner II
Mengusulkan obat anti hipertensi, konsultasi Sp.PD, cek DL
Keluarga dan pasien lebih waspada terhadap komplikasi
17/09/12
Luka sudah mengecil, mual muntah(-), lemah berkurang.
Compos mentis, gizi kesan cukup, tampak sakit sedang, lebih kooperatif.
T : 145/80 mmHgRr : 16xN : 86xS : 35,80C
Conjunctiva pucat (+/+) berkurang, oedem palpebra (+/+) berkurangBibir pucat (+), bibir kering (-), nyeri tekan (+) di ulu hati Ekstremitas Bawah : bengkak (+ minimal /+),Sensasi nyeri kedua tungkai menurun. Tampak ulkus di Regio pedis sinistra daerah plantar hallux (digiti I), seukuran 1 ruas jari tangan, panjang 3 cm, lebar 2 cm, dalam 0,5-1 cm dengan dasar otot dan tendon, oedem (+), pus (+), slough (+), darah (-), jaringan granulasi (+). Ass: Ulkus DM Wagner III. Tampak ulkus di pangkal dorsum hallux berukuran 1,5 cm x 0,3 cm x 0,3 cm dasar jaringan subkutis, pus (+), slough (+), jaringan granulasi (-), darah (-) Ass: Ulkus DM Wagner II
Evaluasi perawatan luka, Manajemen pasien DM
Keluarga dan pasien paham mengenai pentingnya higienitas luka dan kontrol gula darah.
25
TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas penderita (Warsini, 48 tahun), Suami (Tn.
Pawiro, 56 tahun), anak pertama (Ny. Ngatni, 32 Tahun), dan anak kedua
(Sriyanto, 28 tahun), menantu (Tn. Sumadi, 31 Tahun). Kelima orang
tersebut tinggal terpisah rumah, anak pertama dengan menantu tinggal di
samping rumah penderita, anak kedua merantau ke Kalimantan. Secara
umum, keluarga ini cukup sehat.
2. Fungsi Psikologis
Penderita tinggal serumah dengan Suami dan bertetangga dengan
anak pertama dan menantunya. Hubungan penderita dengan suami kurang
harmonis oleh karena penderita seringkali salah paham dan marah tanpa
sebab. Penderita dengan Suami sehari-harinya tidur terpisah. Hubungan
antara penderita dengan anak dan menantunya baik. Penyelesaian masalah
keluarga yang ada didiskusikan bersama suami,anak,dan menantu.
Pengambil keputusan utama dalam keluarga diserahkan pada menantu.
3. Fungsi Sosial Budaya
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat melainkan hanya sebagai anggota masyarakat biasa.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Suami penderita bekerja sebagai seorang Petani. Penderita tidak
bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan per tahun dari
keluarga penderita kurang lebih sebanyak Rp.4.000.000,00 yang
dugunakan untuk biaya hidup sehari-hari.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Keputusan–keputusan penting dalam keluarga dipegang oleh
menantu penderita. Dalam kesehariannya, penderita dan keluarganya tidak
26
ada masalah dalam berinteraksi dengan masyarakat. Hubungan antar
tetangga sekitar terjalin dengan baik.
Fungsi holistik keluarga : Cukup baik, karena fungsi biologis, sosial
budaya, ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
baik. Hanya saja fungsi Psikologis yang
memiliki sedikit kendala.
B. FUNGSI FISIOLOGIS
Fungsi fisiologis diketahui dengan menggunakan alat APGAR.
ADAPTATIONPenderita cukup mendapatkan perhatian dari anggota keluarga yang
lain. Penyakit yang diidap penderita mengganggu aktifitas sehari-hari.
Keluarga penderita jarang mendapat penyuluhan tentang penyakit yang diidap
penderita dari petugas kesehatan.
PARTNERSHIP
Penderita jarang berkumpul dengan keluarganya dikarenakan lebih
sering berada di kamarnya. Aktivitas sehari-hari banyak dihabiskan penderita
untuk beristirahat.
GROWTH
Perkembangan penyakit penderita dirasakan oleh keluarganya semakin
membaik. Penderita mendapat dukungan berobat dari suami, anak dan
menantunya.
AFFECTION
Hubungan kasih sayang antara penderita dengan anggota keluarga
yang lain cukup baik. Namun, hubungan penderita dengan suaminya kurang
harmonis.
RESOLVE
Penderita merasa kurang puas dengan kebersamaan dan waktu yang
dihabiskan dengan keluarganya. Sejak sakit penderita merasa tidak nyaman
dengan dirinya sendiri. Tetapi penderita senang karena anak dan menantunya
peduli terhadap pengobatannya.
27
Tabel 7. APGAR Score keluarga
Ny. Wi
APGAR Sering/selalu
Kadang-kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 6, fungsi keluarga dalam keadaan sedang
Tn. P
APGAR Sering/selalu
Kadang-kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7, fungsi keluarga dalam keadaan baik
28
Ny. N
APGAR Sering/selalu
Kadang-kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 8, fungsi keluarga dalam keadaan baik
Tn. S
APGAR Sering/selalu
Kadang-kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7, fungsi keluarga dalam keadaan baik
Fungsi fisiologis keluarga = (6+7+8+7)/4 = 28/4 = 7 (BAIK)
29
C. FUNGSI PATOLOGIS
Fungsi patologis diketahui dengan menggunakan alat SCREEM.
Tabel 8. Fungsi Patologis Keluarga
Sumber Patologi Keterangan PatologisSocial Interaksi sosial penderita kurang.
Partisipasi penderita dalam masyarakat kurang.
+
Cultural Belum mengerti kebudayaan daerah dengan baik. Namun banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Saat hari raya, tahun baru, ulang tahun, ada perayaan khusus meskipun sederhana.
_
Religius Pemahaman agama baik ditandai dengan penerapan ajaran agama yang baik, penderita sudah diajarkan menjalankan sholat lima waktu dan berpuasa.
_
Economic Ekonomi keluarga stabil. Pemasukan relatif cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari seluruh anggota keluarga.
_
Education Pendidikan anggota keluarga tidak memadai. Tingkat pendidikan dan pengetahuan penderita dan keluarga masih rendah. Keinginan untuk memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-buku, koran rendah.
+
Medical Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan apabila jumlah pembiayaan besar sebagai contoh rawat inap. Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga ini menggunakan Puskesmas dan RSU dengan memakai Jamkesda.
+
Kesimpulan :
Fungsi patologis keluarga : cukup, karena fungsi cultural, religius, economic
baik sementara untuk fungsi social, education,
dan medical buruk.
D. GENOGRAM
Alamat lengkap : Mulyorejo RT 010, Jenggrik, Kedawung, Sragen
30
Bentuk Keluarga : Extended Family
Gambar 4. Genogram Keluarga Ny.W
Dibuat pada tanggal : 13 September 2012
Keterangan:
A : Tn. Darmo Semito E : Tn. Sriyanto S : Tn. Sumadi (31 Tahun)
B : Ny. Sukiyem W: Ny. Warsini (48 Tahun)
C : Ny. Suwarni P : Tn. Pawiro (56 Tahun)
D : Ny. Darni N : Ny. Ngatmi (32 Tahun)
Sumber : Data Primer, 2012
Kesimpulan :
Laki-laki Perempuan Penderita Ulkus diabetikum
Tinggal dalam 1 rumah
31
B
DC W
S
A
P
NE
Anggota keluarga yang lain tidak mempunyai penyakit yang sama
(Kemungkinan pola genetik belum diketahui).
Tidak terdapat anggota keluarga dalam satu rumah yang menderita
penyakit menular.
E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA
Gambar 5. Pola interaksi keluarga
Keterangan :
W: Ny. Warsini
P : Tn. Pawiro
N : Ny. Ngatni
S : Tn. Sumadi
: Harmonis
: Tidak harmonis
Kesimpulan : Hubungan penderita dengan suami kurang harmonis, hubungan
penderita dengan anggota keluarga yang lain harmonis, hubungan anggota
keluarga yang satu dengan yang lain harmonis.
F. FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU KELUARGA
32
W P
N S
1. Faktor Perilaku Keluarga
Perilaku keluarga ini untuk hidup sehat sudah cukup baik karena
jika sakit penderita segera diperiksakan tetapi sayangnya justru penderita
sendirilah yang sulit diatur oleh keluarganya. Sebagai contoh penderita
tidak mau membatasi makanan dan minuman yang dapat memperberat
sakitnya , apabila keluarganya melarang penderita akan marah ke
keluarganya tersebut.
Keluarga ini sudah menyadari bahwa sakit dari penderita
merupakan suatu penyakit medis dan bukan karena hal-hal mitos maupun
takhayul.
2. Faktor Non Perilaku
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai karena dari segi
keluasan sudah sesuai dengan pemenuhan standar kesehatan. Lantai sudah
disemen, dinding dari tembok, pencahayaan ruangan cukup tetapi ventilasi
kurang. Sumber air berasal dari sumur, listrik sudah ada,kamar mandi
sudah ada. Pembuangan limbah keluarga sudah memenuhi sanitasi
lingkungan. Sampah keluarga dibuang ke kebun dan dibakar. Tetapi jarak
antara kamar penderita dengan kamar mandi pasien cukup jauh sehingga
penderita dengan luka pada kaki mengalami sedikit kesulitan. Selain itu
antara kamar dengan kamar mandi tersebut harus melewati kandang sapi
yang dapat menjadi factor risiko infeksi luka penderita.
G. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
1. Gambaran Lingkungan
a. Indoor
Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, dapur yang menjadi satu ruang
keluarga, ruang tamu, dan kamar mandi. Lantai rumah sudah disemen,
ventilasi rumah kurang, penerangan cukup, dinding rumah dari
tembok dilapisi semen, atap dari genteng tanpa langit-langit.
b. Outdoor
33
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 m x 15 m
dengan total luas tanah 1000m2 menghadap ke timur, dalam lingkungan
pemukiman biasa di tepi jalan beraspal. Pekarangan terdapat pada
bagian depan dan belakang rumah serta terdapat kandang Sapi pada
bagian belakang rumah. Kondisi pelataran dan kandang sapi terkesan
jarang dibersihkan dan kotor.
2. Denah Rumah
Gambar 6. Denah Rumah
15 m
R. Tn.S
Dapur
Gudang
Kandang sapi
Kesimpulan :Lingkungan indoor sudah cukup baik, Tempat
tinggal memadai, tetapi untuk outdoor jarak kamar penderita ke
kamar mandi cukup jauh dan harus melewati pelataran yang kotor.
Kesimpulan Fungsi Keluarga Ny. Warsini
No. Fungsi Keterangan
1. Holistik Baik, sedikit masalah pada
34
Garasi
R. Tidur R. Tidur
R. Tamu/ R. TV
SUMUR
U
Pekarangan
Pekarangan
Halaman
R. TidurJemuran
Kamar mandi
10 m
Psikologis
2. Fisiologis Baik
3. Patologis (+) pada faktor education dan
medical
4. Genogram Baik
5. Pola interaksi Kurang, kurang harmonisnya
komunikasi penderita dengan
suami
6. Perilaku Kurang, pasien tidak mau
mengurangi makan makanan
yang manis
7 Non Perilaku Baik
8 Indoor Baik
9 Outdoor Kurang, Pelataran depan
gudang dan kandang sapi
kotor
Sumber: Data Primer, september 2012
Secara keseluruhan, fungsi keluarga Ny. Warsini Kurang.
TAHAP IV
DIAGNOSIS HOLISTIK
35
Ny. Warsini, 48 tahun, extended family, dalam permasalahan Ulkus diabetikum
sejak 2 bulan yang lalu. Dari segi psikologis hubungan Ny.Warsini dengan
suaminya terjalin kurang harmonis, jarang mengobrol, jarang menghabiskan
waktu bersama. Kemudian dari segi sosial, keluarga Ny. Warsini mempunyai
status ekonomi yang cukup, tingkat pendidikan yang kurang, dengan lingkungan
rumah yang memadai namun ada sebagian pelataran yang memerlukan
pembersihan, dan perilaku yang kurang sehat. Hubungan Keluarga Ny. Warsini
dengan masyarakat sekitar baik.
1. Diagnosis Biologis : Ulkus Diabetikum tipe Wagner II dan III sejak 2
bulan yang lalu
2. Diagnosis Psikologis : Hubungan antara Ny. Warsini dengan anak dan
menantu baik, namun dengan suami kurang harmonis.
3. Diagnosis Sosial :
a. Status ekonomi yang cukup
b. Tingkat pendidikan kurang
c. Lingkungan rumah memadai namun sebagian pelataran kotor
d. Perilaku hidup kurang sehat
TAHAP V
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF
36
A. Pembahasan
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya yang dapat menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
Ulkus adalah kerusakan lokal permukaan jaringan atau organ yang
ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan nekrotik radang. Pada penderita
diabetes, ulkus biasanya terdapat pada kaki, dan disebabkan oleh
neuropati, angiopati, atau komplikasi lainnya.
Terjadinya ulkus diawali dengan adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Pada pasien ini (Ny. Warsini 48 tahun) kemungkinan
telah terjadi proses hiperglikemia kronik mengingat pasien telah di
diagnosis menderita diabetes mellitus sejak 5 tahun yang lalu. Pasien
memang telah menjalani pengobatan dari dokter, akan tetapi pola makan
dari pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan naiknya kadar gula
darah. Apabila keadaan ini berlanjut dapat menyebabkan komplikasi
diantaranya neuropati. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik
dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan
otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan
pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus.
Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak
menjadi infeksi yang luas. Ini dapat menjadi sebab mengapa pada kurang
lebih 1,5 bulan yang lalu pasien mengalami demam dan menggigil setelah
timbulnya ulkus pada kaki pasien.
Fungsi holistik dan fungsi fisiologis keluarga Ny. Warsini secara
umum sudah baik. Namun, pada fungsi holistik terdapat permasalahan
yaitu kurang harmonisnya hubungan sehari-hari antara penderita dengan
suami. Pada fungsi patologis terdapat permasalahan dalam hal edukasi
yaitu, Ny. Warsini dan suaminya merupakan lulusan SD. Hal ini
mempengaruhi perilaku keluarga dalam menerapkan gaya hidup sehat
37
dan pengambilan keputusan kesehatan. Ny. Warsini menyadari
pentingnya hidup sehat namun belum menerapkan gaya hidup sehat
secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan makan-makanan
manis yang belum diberhentikan atau dikurangi setelah terkena diabetes
mellitus. Selain itu ekonomi keluarga penderita yang hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari mengharuskan penderita untuk
mendapat bantuan ekonomi untuk kesehatannya (terdaftar sebagai pasien
jamkesda). Lingkungan rumah Ny. Warsini sudah memadai hanya saja
letak kamar mandi yang cukup jauh dan harus melewati pelataran yang
kotor, sehingga diperlukan edukasi pada pasien agar menjaga higienitas
kakinya dengan memakai alas kaki setiap hendak keluar rumah karena
dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya infeksi pada ulkus kaki
penderita.
B. Saran Komprehensif
Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluarganya adalah
sebagai berikut :
Promotif
Edukasi kepada keluarga pasien untuk: Pemberdayaan penyandang
diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat.
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku
sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan
edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi
Makan cukup buah dan sayur cukup kalori serta tidak konsumsi
makanan yang berkolesterol tinggi.
Mengurangi makanan yang mengandung glukosa dan
karbohidrat tinggi.
Melaksanakan olahraga (latihan jasmani) dengan teratur,
misalnya jalan sehat dua kali seminggu setiap pagi hari.
Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara optimal.
38
Edukasi untuk masalah harmonisasi keluarga dalam upaya
mengurangi tingkat stres penderita.
Preventif
Menghindari stress
Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari.
Pengendalian hipertensi, kadar gula darah, dan kolesterol
dengan memeriksa kesehatan secara teratur dan taat anjuran
dokter dalam hal diet dan obat.
Kuratif
Non Medikamentosa
Terapi gizi medis untuk diet DM
Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan mengurangi
asupan glukosa dan karbohidrat.
Medikamentosa
Insulin atau OHO
Antibiotik Broadspectrum
Anti emetik
Antihipertensi :golongan Tiazid (Hct), B-blocker, ACE-I, ARB,
CCB (Papdi, 2005)
Rehabilitatif
Infection control: pengobatan infeksi secara agresif, jika terlihat
tanda klinis infeksi (indikasi adanya kolonisasi dari
pertumbuhan organisme pada hasil usap bukan merupakan
infeksi, jika tidak terdapat tanda klinis).
Wound control: pembuangan jaringan terinfeksi dan nekrotis
secara teratur.
Pressure control: mengurangi tekanan. Tekanan yang berulang
dapat menyebabkan ulkus, sehingga harus dihindari. Hal itu
sangat penting dilakukan pada ulkus neuropatik, dan diperlukan
pembuangan kalus dan memakaikan sepatu yang pas yang
berfungsi untuk mengurangi tekanan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). 2011. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
40
American Diabetes Association. 2010. Position Statement: Standards of Medical
Care in Diabetes. Diab Care. 2010;33
41