Laporan Magang Ommi Amalia

83
GAMBARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI AREAL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO) PERKEBUNAN GOALPARA SUKABUMI TAHUN 2009 LAPORAN MAGANG Oleh : OMMI AMALIA NIM : 105101003293 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

Transcript of Laporan Magang Ommi Amalia

Page 1: Laporan Magang Ommi Amalia

GAMBARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEBAKARAN

DI AREAL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO)

PERKEBUNAN GOALPARA SUKABUMI

TAHUN 2009

LAPORAN MAGANG

Oleh :

OMMI AMALIA

NIM : 105101003293

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

Page 2: Laporan Magang Ommi Amalia

GAMBARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEBAKARAN

DI AREAL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO)

PERKEBUNAN GOALPARA SUKABUMI

TAHUN 2009

LAPORAN MAGANG

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kuliah Semester 8

dan Menunjang Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :

OMMI AMALIA

NIM : 105101003293

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

Page 3: Laporan Magang Ommi Amalia

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Magang, Juni 2009

Ommi Amalia, NIM : 105101003293

Gambaran Program Penanggulangan Kebakaran Di Areal PT. Perkebunan

Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara Sukabumi Tahun 2009

xv + 66, 3 tabel, 7 gambar, 3 bagan, lampiran

ABSTRAK

Sehubungan dengan perkembangan sektor industri yang semakin kompleks,

terdapat banyak sumber yang berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran. Bahaya

kebakaran adalah salah satu musuh utama pada setiap kegiatan produksi. Dengan

memperhatikan banyaknya dampak buruk yang diakibatkan oleh bahaya kebakaran baik

yang diderita oleh pekerja maupun pengusaha maka perlu diadakan suatu program

khusus untuk penanggulangan kebakaran yang didalamnya terdapat organisasi

penyelamat dan kelengkapan sarana keselamatan terhadap bahaya kebakaran guna

menghindari kerugian yang lebih buruk.

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara merupakan

perusahaan perkebunan teh milik negara yang berasal dari perusahaan perkebunan milik

pemerintah Belanda. Komoditi utama dari PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perkebunan Goalpara ini adalah teh. Teh yang dihasilkan akan dipasarkan baik lokal

maupun ekspor.

Kegiatan magang ini dilakukan untuk mengetahui program penanggulangan

kebakaran yang ada di areal PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan

Goalpara. PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki

resiko bahaya kebakaran sedang. Potensi bahaya kebakaran di perusahaan berasal dari

konsleting listrik, rokok, pemanasan lebih (overheated material), letikan bara

pembakaran, pengelasan, dan gesekan mekanik. Dalam melakukan pengendalian

terhadap kebakaran, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

memiliki prosedur kerja tersendiri.

Di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara belum

terdapat tim/regu khusus yang berfungsi sebagai organisasi penyelamat apabila terjadi

kebakaran. Tetapi perusahaan sudah memiliki beberapa orang dari karyawan yang sudah

terlatih dalam bidang kebakaran. Untuk memberikan peringatan secara dini kepada

penghuni gedung tentang adanya kejadian kebakaran, perusahaan telah menyediakan

Page 4: Laporan Magang Ommi Amalia

sebuah alarm yang bersifat manual yang terhubung ke semua unit kerja. Tidak ada alat

pendeteksi khusus kebakaran berupa detektor untuk deteksi awal kebakaran dan alat

pemercik air outomatik berupa sprinkler untuk pengendalian api awal. Dalam mengatasi

bahaya kebakaran awal, perusahaan memiliki APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang

terdapat di seluruh unit kerja dan sebuah hidran yang tidak berfungsi dengan baik karena

salah satu komponennya yaitu selang digunakan untuk keperluan lain.

Dalam proses evakuasi, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan

Goalpara memiliki sarana jalan keluar yang sudah baik dan pintu darurat berupa pintu

dorong yang tidak dilengkapi panic handle. Tetapi tangga darurat yang tersedia di

perusahaan masih terbuat dari kayu. Untuk tempat berkumpul pada saat evakuasi, PT.

Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara sudah memiliki area

evakuasi yang luas di luar gedung dan dekat dengan gedung serta aman dari bahaya

kebakaran. Perusahaan hanya memiliki cerobong yang terpasang di atas ruang produksi

sebagai sistem pengendali asap pada saat terjadi kebakaran.

Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk melatih dan mengajarkan karyawan

untuk waspada apabila terjadi suatu keadaan darurat. Perusahaan sudah pernah

mendapatkan simulasi kebakaran yang diadakan oleh Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten

tentang cara menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang benar, sekaligus

paraktek langsung oleh karyawan. Selain simulasi tersebut, PT. Perkebunan Nusantara

VIII (Persero) Perkebunan Goalpara juga telah melakukan simulasi internal pada pekerja

mengenai kebakaran setiap setahun sekali. Simulasi internal ini lebih mengutamakan

pada aspek penyelamatan diri.

Daftar bacaan : 14 (1980-2005)

Page 5: Laporan Magang Ommi Amalia

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Magang dengan Judul

GAMBARAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEBAKARAN

DI AREAL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO)

PERKEBUNAN GOALPARA SUKABUMI

TAHUN 2009

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Magang

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 11 Juni 2009

Mengetahui,

Catur Rosidati, SKM, MKM

Pembimbing Fakultas

Ir. Indra Budiarto

Pembimbing Lapangan

Page 6: Laporan Magang Ommi Amalia

PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 11 Juni 2009

Penguji I

Catur Rosidati, SKM, MKM

Penguji II

Yuli Amran, SKM, MKM

Page 7: Laporan Magang Ommi Amalia

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : OMMI AMALIA

Tempat / Tanggal Lahir : Bukittinggi / 14 Juli 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Raya Bukittinggi – Medan KM. 3,5 Lapau Konsi,

Gadut, Bukittinggi, Sumatera Barat, 26152

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Golongan Darah : A

Telephon : 085216128745

E-mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun Riwayat Pendidikan

1992 – 1998

1998 – 2001

2001 – 2004

2005 – sekarang

SD Negeri 09 Belakang Balok, Bukittinggi

SLTP Negeri 1 Bukittinggi

SMU Negeri 2 Bukittinggi

S1 – Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

Tahun Pengalaman Organisasi

1999 – 2000

1999 – 2000

2002 – 2003

2002 – 2003

2006 – 2007

2007 – 2009

OSIS SLTP Negeri 1 Bukittinggi

Ketua Dewan Penggalang (DP) Putri Gudep 173/174 SLTP

Negeri 1 Bukittinggi

OSIS SMU Negeri 2 Bukittinggi

Ketua Dewan Ambalan (DA) Putri Gudep 327/328 SMU

Negeri 2 Bukittinggi

Ketua Departemen Seni dan Budaya Keluarga Mahasiswa

Minangkabau Jakarta Raya (KMM-JAYA) Koorkom Ciputat

Pengurus Pusat – Sekretaris Bidang Seni dan Budaya

Keluarga mahasiswa Minangkabau Jakarta Raya (KMM-

JAYA)

Page 8: Laporan Magang Ommi Amalia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan rahmat-

Nya sehingga penyusunan laporan ini dapat terselesaikan. Salawat serta salam penulis

haturkan kepada baginda besar Muhammad SAW, yang telah menyempurnakan

peradaban manusia menjadi terang dan mencerahkan.

Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Magang semester VIII

dengan judul “Gambaran Program Penanggulangan Kebakaran Di Areal PT.

Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara Sukabumi Tahun

2009”. Dalam laporan ini penulis mencoba menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan

kegiatan magang penulis khususnya mengenai potensi bahaya kebakaran di perkebunan

dan pengolahan teh serta program pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya

kebakaran yang terjadi.

Dalam proses penyusunan laporan magang ini, penulis mendapatkan banyak

bantuan, petunjuk, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu dengan ikhlas

dan penuh kerendahan hati penulis ingin menghaturkan rasa syukur sebagai

implementasi dari rasa terima kasih kepada :

1. Keluarga tercinta, Ayahanda H. Zulfiadi, Ibunda Hj. Helmawati, Adinda Nindi

Oktaveni serta seluruh keluarga besar di Bukittinggi. Terima kasih atas doa dan

motivasi yang tak terbatas. Great Thanks.

2. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat yang telah memberikan motivasi untuk terus maju dan semangat.

Page 9: Laporan Magang Ommi Amalia

3. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan Kesehatan

dan Keselamatan Kerja yang secara tulus dan penuh kesabaran menyalakan

pelita di gelapnya dunia. Kesuksesan adalah perkalian dari kerja keras dan do’a.

4. Ibu Catur Rosidati SKM, MKM yang selalu siap memberikan bimbingan

akademik dan pengarahan membangun dalam proses magang.

5. Bapak Ir. Indra Budiarto selaku pembimbing lapangan yang selalu membimbing

di lapangan dan memberikan masukan-masukan bermanfaat selama kegatan

magang berlangsung.

6. Bapak Wawan, Bapak Nanang, Bapak Asep “Suli”, Bapak Ardi, Bapak Denan,

Ibu Lili, Bapak Amir, Bapak Tatang, Bapak Yayat, dan semua personil di pabrik

terima kasih atas bantuannya yang telah membuat penulis kerasan di lokasi

magang.

7. Kawan-kawan seperjuangan di Kesehatan Masyarakat 2005 FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, K3 dan Gizi, semoga sukses selalu menyertai kita. Tetap

semangat.

8. Dan Kanda, who always be a spirit and motivation for writer that make writer

feel happy everyday and always try to do the best. Unforgetable of you.

Harapan penulis, semoga laporan ini memberikan banyak manfaat terutama bagi

perkembangan ilmu dan pengetahuan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

Jakarta, Juni 2009

Penulis

Page 10: Laporan Magang Ommi Amalia

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……………………………………………………………………..

PERNYATAAN PERSETUJUAN …………………………………………...

PERSETUJUAN PENGUJI …………………………………………………..

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………………..

KATA PENGANTAR …………………………………………………………

DAFTAR ISI …………………………………………………………………..

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..

DAFTAR BAGAN …………………………………………………………….

i

iii

iv

v

vii

viii

xii

xiii

xiv

BAB I

PENDAHULUAN …………………………………………………

1.1. Latar Belakang ………………………………………………..

1.2. Tujuan Kegiatan ………………………………………………

1.2.1. Tujuan Umum ………………………………………...

1.2.2. Tujuan Khusus ………………………………………..

1.3. Manfaat Kegiatan ……………………………………………..

1.3.1. Bagi Perusahaan ………………………………………

1.3.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat …………..

1.3.3. Bagi Mahasiswa ………………………………………

1.4. Waktu dan Tempat Kegiatan ………………………………….

1

1

3

3

3

4

4

4

5

5

Page 11: Laporan Magang Ommi Amalia

BAB II

BAB III

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………...

2.1. Prinsip-prinsip Teknis Penanggulangan Kebakaran ………….

2.1.1. Teori Dasar Terjadinya Api …………………………..

2.1.2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran ……....

2.1.3. Klasifikasi Kebakaran ………………………………...

2.1.4. Hasil Pembakaran …………………………………….

2.1.5. Metode Pemadaman …………………………………..

2.1.6. Usaha-Usaha Penanggulangan Umum Bahaya

Kebakaran …………………………………………….

2.2. Program Penanggulangan Kebakaran ………………………...

2.2.1. Organisasi Keselamatan ………………………………

2.2.2. Sarana Pemadam Kebakaran ………………………….

2.2.3. Sarana Emergensi dan Evakuasi ……………………...

2.2.3.1. Standar Sarana Penyelamatan ……………...

2.2.3.2. Perlengkapan penyelamatan ………………..

2.3. Prosedur Jika Terjadi Keadaan Darurat ………………………

2.4. Pendidikan dan Pelatihan ……………………………………..

LANGKAH DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG …………

3.1. Langkah-langkah Kegiatan Magang ………………………….

3.2. Jadwal Kegiatan Magang ……………………………………..

HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………

4.1. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) ...

6

6

6

7

9

9

10

11

13

13

16

18

18

21

23

27

29

29

30

33

33

Page 12: Laporan Magang Ommi Amalia

4.2. Profil PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan

Goalpara ………………………………………………………

4.2.1. Sejarah Singkat ……………………………………….

4.2.2. Keadaan Geografis ……………………………………

4.2.3. Kapasitas, Produksi dan Produktivitas Teh, Kina, dan

Tanaman Pendukung Lainnya ………………………...

4.2.4. Sumber Daya Manusia ………………………………..

4.2.5. Unit Kerja Perusahaan ………………………………..

4.2.6. Aktivitas Organisasi …………………………………..

4.2.7. Karakteristik Mutu Produk ……………………………

4.3. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perkebunan Goalpara …………………………………………

4.4. Organisasi Penyelamatan Kebakaran …………………………

4.5. Prosedur Kerja Pengendalian Kebakaran ……………………..

4.6. Sarana Proteksi Kebakaran Aktif dan Pasif …………………..

4.6.1. Sarana Proteksi Aktif …………………………………

4.6.1.1. Alarm Kebakaran …………………………..

4.6.1.2. Detektor ……………………………………

4.6.1.3. Sprinkler ……………………………………

4.6.1.4. Alat Pemadam Api Portable (APAP) ………

4.6.1.5. Hidran ………………………………………

4.6.2. Sarana Proteksi Pasif ………………………………….

35

35

36

36

37

37

38

40

40

42

43

45

46

46

48

48

49

53

54

Page 13: Laporan Magang Ommi Amalia

BAB V

4.6.2.1. Sarana Jalan Keluar (Jalur Evakuasi) ………

4.6.2.2. Pintu Darurat Kebakaran …………………...

4.6.2.3. Tangga Darurat Kebakaran ………………...

4.6.2.4. Lokasi Berkumpul/Area Evakuasi …………

4.6.2.5. Sistim Pengendali Asap ……………………

4.7. Pendidikan dan Pelatihan …………………………………….

PENUTUP …………………………………………………………

5.1. Kesimpulan …………………………………………………...

5.2. Saran …………………………………………………………..

54

56

57

57

58

59

61

61

63

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….

LAMPIRAN …………………………………………………………………...

65

xv

Page 14: Laporan Magang Ommi Amalia

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

3.1.

4.1.

4.2.

Jadwal Kegiatan Magang di PT. Perkebunan Nusantara VIII

(Persero) Perkebunan Goalpara tanggal 6 Maret s/d 7 April 2009

Hasil Pengamatan Sarana Proteksi Kebakaran Aktif dan Pasif di PT.

Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebuanan Goalpara tahun

2009

Kesesuaian APAR PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Goalpara dengan Permennaker No. Per-04/Men 1980

30

45

51

Page 15: Laporan Magang Ommi Amalia

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

4.1.

4.2.

4.3.

4.4.

4.5.

4.6.

4.7.

Alarm dan Sirine Untuk Komunikasi Bahaya Kebakaran

Letak dan Jenis APAR

Posisi APAB yang Tidak Wajar

Jalur Evakuasi di Areal Pabrik

Pintu Darurat Untuk Evakuasi

Area Evakuasi di Luar Gedung

Cerobong Asap Sebagai Pengendali Asap

47

50

53

55

56

58

59

Page 16: Laporan Magang Ommi Amalia

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

3.1.

4.1.

4.2.

Langkah-langkah Kegiatan Magang

Struktur Organisasi Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII

(Persero) Perkebunan Goalpara

Alur Prosedur Kerja Pengendalian Kebakaran PT. Perkebunan

Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

29

41

44

Page 17: Laporan Magang Ommi Amalia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penerapan K3 secara umum merupakan syarat utama di dalam setiap

proses bekerja, karena seiring dengan bertambah pesatnya sektor perindustrian

sekarang ini serta penerapan teknologi yang sudah sangat modern maka bidang

K3 juga harus diperhatikan. Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 disebutkan bahwa

“setiap warga negara behak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pekerjaan adalah pekerjaan

yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi

sehat, selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sehingga dapat

hidup layak sesuai dengan hak dan martabat manusia.

Sehubungan dengan perkembangan sektor industri yang semakin

kompleks, terdapat banyak sumber yang berpotensi menimbulkan bahaya

kebakaran. Bahaya kebakaran adalah salah satu musuh utama pada setiap

kegiatan produksi. Karena dari semua elemen yang ada di suatu kegiatan

produksi dapat mengakibatkan kebakaran, seperti mesin-mesin, instalasi listrik,

peralatan, bahan-bahan, dan juga faktor human error. Tidak ada yang dapat

mempengaruhi suatu industri sebanyak kerusakan dan kesengsaraan yang

ditimbulkan oleh kebakaran. (Erkin,John H.J.,1997).

Terjadinya api/kebakaran disebabkan bergabungnya tiga unsur seperti

bahan bakar, panas dan oksigen. PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

1

Page 18: Laporan Magang Ommi Amalia

Perkebunan Goalpara memiliki ketiga unsur tersebut. Dalam proses pengolahan

perusahaan menggunakan bensin sebagai bahan bakar. Sumber panas dihasilkan

dari gesekan mekanik, bunga api listrik, letikan bara pembakaran, pemanasan

lebih dan sinar matahari. Ruang produksi juga memiliki ventilasi yang berfungsi

sebagai keluar masuk udara bersih termasuk oksigen. Jika ketiga unsur tersebut

di atas bergabung dengan kondisi dan komposisi yang tepat, maka akan terjadi

kebakaran/api.

Oleh karena itu, perusahaan perlu memikirkan dan mempersiapkan suatu

cara guna menanggulangi adanya risiko kebakaran yang dapat terjadi kapan saja.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerugian yang timbul akibat kebakaran yang

terjadi. Bahaya kebakaran dapat dicegah dengan pengamanan bangunan dan

proses produksi di perusahaan. Misalnya dengan menerapkan peraturan

perundangan K3 serta Lingkungan (LK3). Penyediaan alat pemadam dan juga

membuat perencanaan untuk menghadapi keadaan darurat guna mengendalikan

kerugian serta dampak yang ditimbulkan dari berbagai bentuk bencana yang bisa

terjadi.

Dengan demikian sudah saatnya di lingkungan kerja menyediakan sarana

keselamatan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja

terutama di bidang industri yang rentan dengan risiko kebakaran. Namun

kenyataan yang ada pada saat ini penggunaan berbagai macam material, mesin-

mesin, alat-alat kerja, energi, proses kerja yang buruk, kurang keterampilan dan

latihan kerja, serta tidak adanya pengetahuan tentang sumber bahaya dalam

industrialisasi berpotensi menimbulkan kebakaran. Dengan memperhatikan

Page 19: Laporan Magang Ommi Amalia

banyaknya dampak buruk yang diakibatkan oleh bahaya kebakaran baik yang

diderita oleh pekerja maupun pengusaha maka perlu diadakan suatu program

khusus untuk penanggulangan kebakaran yang didalamnya terdapat organisasi

penyelamat dan kelengkapan sarana keselamatan terhadap bahaya kebakaran

guna menghindari kerugian yang lebih buruk.

1.2. Tujuan Kegiatan

1.2.1. Tujuan Umum

Didapatkannya gambaran mengenai program penanggulangan kebakaran di areal

PT. Perkebuanan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi

tahun 2009.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran umum PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

2. Diketahuinya gambaran struktur organisasi keselamatan kebakaran baik

struktural maupun fungsional di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

3. Diketahuinya prosedur kerja penanggulangan kebakaran PT. Perkebunan

Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

4. Diketahuinya informasi mengenai sarana pemadam kebakaran yang tersedia

di PTP. Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

5. Diketahuinya informasi mengenai evakuasi kebakaran yang diberlakukan di

PTP. Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara, Sukabumi.

Page 20: Laporan Magang Ommi Amalia

6. Diketahuinya informasi mengenai pelaksanaan inspeksi, usaha-usaha

pembinaan dan pelatihan terhadap karyawan mengenai program

penanggulangan kebakaran.

1.3. Manfaat Kegiatan

1.3.1. Bagi Perusahaan

1. Perusahaan dapat menjalankan program perusahaan yang berada di sektor

edukasi.

2. Perusahaan dapat melakukan pertimbangan/koreksi/update terhadap potensi

bahaya kebakaran yang ada di lingkungan kerja.

3. Perusahaan dapat melibatkan mahasiswa dalam melaksanakan program K3.

4. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara

perusahaan dengan Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, khususnya peminatan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3).

1.3.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Sebagai sarana pembelajaran secara langsung mengenai sistem

penanggulangan kebakaran.

2. Masukan yang bermanfaat dalam pengembangan kurikulum di program studi

Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat dengan

institusi lain.

Page 21: Laporan Magang Ommi Amalia

1.3.3. Bagi Mahasiswa

1. Dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang telah didapat di

perkuliahan pada tempat kerja yang sesungguhnya.

2. Memperoleh pengalaman kerja dan sekaligus sebagai media pembelajaran

nyata.

3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam proses pengendalian kebakaran

di lingkungan kerja.

1.4. Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan magang dilaksanakan selama satu bulan pada tanggal 6 Maret –

8 April 2009 di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara,

Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi.

Page 22: Laporan Magang Ommi Amalia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Prinsip-Prinsip Teknis Penanggulangan Kebakaran

2.1.1. Teori Dasar Terjadinya Api

Api adalah suatu reaksi kimia yang diikuti oleh evolusi/pengeluaran

cahaya dan panas. Reaksi kimia mengandung pengertian adanya proses yang

berlangsung secara kimia. Terjadinya api/kebakaran disebabkan bergabungnya

tiga unsur seperti bahan bakar, panas dan oksigen. Bahan bakar adalah suatu

bahan yang mudah terbakar, yang secara fisik terbagi atas :

1. Bahan bakar gas : asetilen, metana, hidrokarbon, dll.

2. Bahan bakar cair : kerosin, minyak tanah, bensin, dll.

3. Bahan bakar padat : kayu, kertas, batu bara, logam, karet, dll

Panas yang dibutuhkan untuk pembakaran tersebut haruslah cukup mencapai

temperatur minimum dari bahan-bahan tersebut. Sumber-sumber panas dapat

berasal dari : gesekan, bunga api listrik, petir, sinar matahari, tekanan dan lain-

lain. Oksigen adalah salah satu unsur yang terdapat di udara atau dihasilkan

melalui proses kimia yang memiliki kandungan sebesar 21%. Untuk terjadinya

api diperlukan kandungan oksigen antara 16%-21%. Jika ketiga unsur tersebut di

atas bergabung dengan kondisi dan komposisi yang tepat, maka akan terjadi

kebakaran/api. Proses inilah yang dikenal sebagai proses Segitiga Api

6

Page 23: Laporan Magang Ommi Amalia

2.1.2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran

Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyelidikan dan analisa dari

setiap peristiwa kebakaran dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor

penyebab terjadinya kebakaran dan peledakan bersumber pada 3 (tiga) faktor,

yaitu :

1. Faktor manusia

a. Kurangnya pengertian terhadap penanggulagan bahaya kebakaran.

Dalam hal ini, orang yang bersangkutan sama sekali belum mengerti

atau hanya sedikit mengetahui tentang cara-cara penanggulangan

bahaya kebakaran, misalnya :

1) Mendekat-dekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber

api/panas, seperti : meletakkan kompor yang sedang menyala di

dekat dinding yang mudah terbakar.

2) Memadamkan api (kebakaran) yang sedang terjadi dengan

menggunakan peralatan pemadaman/media pemadaman yang

bukan pada tempatnya/fungsinya, seperti : memadamkan api yang

berasal dari kebakaran benda cair (bensin, solar, minyak tanah,

dll) dengan menggunakan air.

b. Kelalaian

Dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang-orang yang

sudah memahami/mengerti tentang cara-cara penanggulangan

kebakaran. Hanya saja ia malas/lalai untuk menjalaninya, misalnya :

Page 24: Laporan Magang Ommi Amalia

1) Tidak pernah mau memperhatikan/meneliti atau mengadakan

pengontrolan/pemeriksaan secara rutin terhadap alat-alat yang

akan dan sedang dipakai (kompor, generator, instalasi listrik, alat-

alat listrik, dll).

2) Tidak pernah mengadakan pengamatan terhadap lingkungan

situasi setempat sewaktu akan meninggalkan ruang kerja dan

tempat tinggal.

3) Membiarkan anak-anak bermain api.

4) Tidak pernah mengadakan pengontrolan terhadap perlengkapan

alat pemadam kebakaran.

5) Tidak mematuhi larangan-larangan di suatu tempat.

c. Disengaja

Yakni suatu kebakaran yang benar-benar sengaja dilakukan oleh

seseorang dengan tujuan untuk maksud-maksud tertentu, misalnya

saja mencari keuntungan pribadi dan untuk balas dendam.

2. Faktor teknis

a. Melalui proses mekanis, dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi

peranan dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu

atau timbulnya bunga api akibat dari pengetesan benda-benda

maupun adanya api terbuka.

b. Melalui proses kimia, yaitu terjadi sewaktu pengangkutan bahan-

bahan kimia berbahaya, penyimpanan dan penanganan (handling)

tanpa memperhatikan petunjuk-petunjuk yang ada.

Page 25: Laporan Magang Ommi Amalia

c. Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan

pendek sehingga menimbulkan panas atau bunga api dan dapat

menyalakan atau membakar komponen yang lain.

3. Faktor alam

a. Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran dan peledakan

akibat dari faktor alam.

b. Gunung meletus, bisa menyebabkan kebakaran hutan yang luas, juga

perumahan-perumahan yang dilalui oleh lahar panas.

.

2.1.3. Klasifikasi Kebakaran

Menurut NFPA, kebakaran dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas :

1. Kelas A : kebakaran pada bahan padat bukan logam seperti kayu, batu

bara, kain, karet dan lain-lain.

2. Kelas B : kebakaran pada bahan cair dan gas seperti : bensin, tinner, cat,

dan lain-lain.

3. Kelas C : kebakaran pada instalasi listrik

4. Kelas D : kebakaran pada logam-logam yang mudah terbakar seperti

magnesium, natrium dan lain-lain.

2.1.4. Hasil Pembakaran

Asap, sebagai hasil pembakaran yang kurang sempurna. Contoh

pembakaran sempurna: CH4 + 2 O2 CO2 + 2 H2O, dan

pembakaran yang tidak sempurna: CH4 + 2 O2 CO2 + H2O + H2

Page 26: Laporan Magang Ommi Amalia

Sedangkan warna asap tergantung dari sifat material pada kelas A.

1. Putih atau abu-abu ringan menandakan pembakaran bebas (free burning).

2. Hitam atau abu-abu gelap menandakan kebakaran yang panas sekali dan

kurang oksigen.

3. Kuning, merah, ungu, dan lain-lain menndakan adanya gas-gas beracun.

2.1.5. Metode Pemadaman

Prinsip pemadaman kebakaran pada dasarnya adalah merusak

keseimbangan campuran antara unsur/faktor penunjang terjadinya api (Sumanto

Iman Khasani : 1991). Adapun metode-metode yang dapat dilakukan dalam

usaha pemadaman kebakaran adalah:

1. Smothering

Metode ini dikenal dengan sistem pemadaman isolasi/lokalisasi, yakni

dengan melakukan pemutusan terhadap udara luar dengan benda/bahan

yang terbakar agar perbandingan udara (oksigen) dengan benda yang

terbakar berkurang.

2. Starvation

Metode ini dengan mengurangi/mengambil jumlah bahan-bahan yang

mudah terbakar atau menutup aliran bahan (cairan/gas) yang terbakar.

3. Cooling

Metode ini dilakukan dengan cara mengurangi/menurunkan panas hingga

benda yang terbakar mencapai suhu di bawah titik nyalanya.

Page 27: Laporan Magang Ommi Amalia

4. Inhibition of the chemical chain reaction

Metode ini dilaksanakan dengan menggunakan alat pemadam api, dimana

pada saat pemadaman berlangsung, partikel-partikel media pemadaman

api yang dipakai dapat menyerap/mengikat radikal hidroksil dari api

secara kimiawi ataupun mekanis.

5. Emulsification

Metode ini dengan cara pengumpulan, misalnya memadamkan api dari

kebakaran plastik dengan menggunakan air.

6. Pelarutan

Metode ini dengan cara penggumpalan, misalnya memadamkan api dari

kebakaran alkohol dengan menggunakan air.

2.1.6. Usaha-Usaha Penanggulangan Umum Bahaya Kebakaran

Penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi tiga kelompok

besar, yaitu :

1. Tindakan Preventif

Usaha pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya kebakaran dengan

maksud menekan atau mengurangi faktor-faktor yang dapat

menyebabkan timbulnya kebakaran antara lain:

a. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan

b. Pengawasan terhadap bahan-bahan bangunan

c. Pengawasan terhadap penyimpanan dan penggunaan barang-barang

d. Pengawasan terhadap peralatan yang dapat menimbulkan api

Page 28: Laporan Magang Ommi Amalia

e. Pengadaan sarana pemadaman kebakaran dan sarana penyelamat jiwa

f. Pengadaan sarana pengindera kebakaran

g. Penegakan peraturan dan ketentuan

h. Mengadakan latihan secara berkala

2. Tindakan Represif

Usaha-usaha yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran dengan maksud

untuk memperkecil kerugian yang timbul sebagai akibat kebakaran.

a. Usaha Pemadaman

1) Penggunaan peralatan pemadam kebakaran

2) Mencegah meluasnya kebakaran

3) Penggunaan alat-alat penunjang

b. Pertolongan atau penyelamatan jiwa manusia dan harta benda

1) Pengamanan daerah kebakaran dan bahaya kebakaran

2) Pelaksanaan evakuasi

3) Mempersiapkan tempat berkumpul dan daerah aman

c. Usaha-usaha pencarian

1) Mencari sumber api untuk dipadamkan

2) Mencari orang-orang untuk diselamatkan bila dalam keadaan

terjebak

3) Mencari harta benda atau dokumen penting untuk diamankan

Page 29: Laporan Magang Ommi Amalia

3. Tindakan Rehabilitatif

Upaya-upaya yang dilakukan setelah terjadi kebakaran dengan maksud

evaluasi dan menganalisa peristiwa kebakaran untuk mengambil langkah-

langkah selanjutnya, antara lain :

a. Menganalisa tindakan-tindakan yang telah dilakukan

b. Membuat pendataan menyelidiki faktor-faktor penyebab kebakaran

2.2. Program Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan

dengan pengamatan dan pemadaman kebakaran serta meliputi perlindungan jiwa

dan keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan (Gatot Soedharto :

1984). Dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar,

pengintensifan, pencegahan, dan penanggulangan terhadap kebakaran harus

ditingkatkan, agar kerugian dapat diperkecil dan agar korban jiwa menjadi

sedikit mungkin.

2.2.1. Organisasi Keselamatan

Organisasi keselamatan adalah organisasi intern yang bertujuan untuk

mengamankan penghuni pemakai gedung ataupun harta benda di dalam dan di

lingkungan bangunan terhadap ancaman bahaya kebakaran (Dinas Kebakaran

DKI Jakarta:1992). Sistem pengamanan dalam organisasi keselamatan berada di

bawah koordinasi seorang penanggung jawab yang mengelola tugas-tugas yang

meliputi :

Page 30: Laporan Magang Ommi Amalia

1. Penyusunan rencana strategi sistem pengamanan kebakaran

2. Pemeriksaan dan pemeliharaan sarana pemadam/penyelamatan

3. Pemeriksaan secara berkala

4. Pelaksanaan latihan penaggulangan bahaya kebakaran

5. Evakuasi penghuni saat kebakaran

Menurut dewan K3 nasional (1981), anggota unit/regu penanggulangan

kebakaran menurut fungsi tugasnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Unit/regu khusus penanggulangan kebakaran adalah suatu bagian dari

organisasi di organisasi di tempat kerja yang diberikan beban tugas dan

tanggung jawab khusus untuk menangani masalah penanggulangan

bahaya di tempat kerja yang bersangkutan.

2. Unit/regu penanggulangan kebakaran yang berfungsi sebagai tugas

sampingan adalah selain mereka telah ditunjuk sebagai unit/regu

penaggulangan kebakaran di tempat kerja, mereka tetap mempunyai

tanggung jawab atas pekerjaan sebagaimana karyawan lain.

Mereka ini harus mengikuti program latihan baik secara teoritis maupun praktek

dan harus pula dilengkapi dengan perlengkapan yang menunjang pelaksanan

tugasnya.

Mengenai organisasi keselamatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Organisasi Berlakar (bantuan keselamatan kebakaran) unit:

a. Anggota satuan pengamanan setempat dan teknisi

b. Bertugas selama 1 x 24 jam

c. Bertanggung jawab di seluruh bangunan gedung

Page 31: Laporan Magang Ommi Amalia

d. Susunan organisasi disesuaikan dengan situasi

e. Bentuk susunan organisasi meliputi:

1) Pimpinan keselamatan kebakaran

2) Wakil pimpinan keselamatan kebakaran

3) Pengawasan evakuasi gedung

4) Petugas pemadam kebakaran

5) Petugas P3K

6) Petugas pos komando

7) Petugas panel control

8) Petugas generator

9) Petugas lift kebakaran

10) Petugas pengaman lingkungan

11) Petugas di tempat berhimpun (pos pertolongan)

2. Organisasi peran kebakaran

a. Anggota seluruh penghuni bangunan

b. Bertugas pada jam-jam kerja

c. Dibentuk disetiap lantai ruangan

d. Susunan organisasi sesuai dengan kebutuhan

e. Susunan organisasi meliputi:

1) Kepala peran kebakaran lantai

2) Wakil kepala peran kebakaran lantai

3) Petugas pemadam kebakaran

4) Petugas penyelamat pencari evakuasi

Page 32: Laporan Magang Ommi Amalia

2.2.2. Sarana Pemadam Kebakaran

1. Alarm Kebakaran

a. Alarm kebakaran adalah suatu komponen dari sistem yang memberikan

isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran (Permenaker No.

Per02/Men/1983)

b. Alarm kebakaran yang memberikan tanda/isyarat yang tertangkap oleh

pandangan mata secara jelas (visible alarm) yakni lampu indikator.

2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR ialah alat yang ringan serta mudah digunakan oleh satu orang untuk

memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Berikut ini beberapa

media yang pemadam api yang umum dipakai sebagai APAR :

a. Tepung kimia kering

b. Air

c. Busa (foam)

d. Halon (cairan mudah menguap)

e. CO2

Indikator keberhasilan APAR dalam memadamkan api (ILO : 1989) sangat

tergantung dari 4 faktor, yaitu:

a. Pemilihan jenis APAR yang tepat sesuai dengan klasifikasi kebakaran

b. Pengetahuan yang benar mengenai teknik penggunaan APAR

c. Kecukupan jumlah isi bahan pemadam yang ada dalam APAR

d. Berfungsinya APAR dengan baik

Page 33: Laporan Magang Ommi Amalia

APAR merupakan pertahanan pertama terhadap kebakaran, dan sangat

efektif bila digunakan saat kebakaran masih berada pada tahap awal. Oleh

karena itu APAR harus disediakan di semua tempat yang mudah dijangkau.

Penggunaan APAR yang memenuhi syarat Permennaker No. Per.

04/Men/1980, sebagai berikut :

a. Setiap jarak 15 meter

b. Di tempat yang mudah dilihat atau dijangkau

c. Pada jalur keluar arah refleks pelarian

d. Memperhatikan suhu sekitarnya

e. Tidak terkunci

f. Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar

g. Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi seperti jumlah bahan bakar,

ukurannya, dan kecepatan menjalarnya.

h. Orang yang akan menggunakannya

i. Kemungkinan terjadinya reaksi kimia

j. Efek terhadap keselamatan dan kesehatan orang yang menggunakan

APAR

3. Hidran

Hidran adalah rangkaian yang digunakan untuk pemadaman kebakaran

dengan bahan utama air. Ada hydrant yang dipasang di luar ataupun di dalam

gedung. Hydrant biasanya dilengkapi dengan selang (fire house) yang

disambung dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan rapi di dalam suatu

kotak hidran baja dengan warna cat merah mencolok.

Page 34: Laporan Magang Ommi Amalia

Pemasangan hidran kebakaran dalam mengamankan bangunan gedung akan

menjadi suatu keharusan. Pengujian dan pengawasan instalasi hidran

kebakaran untuk menjamin terpeliharanya instalasi tersebut agar dapat tetap

berfungsi dengan baik harus mendapat perhatian sebagaimana mestinya.

2.2.3. Sarana Emergency dan Evakuasi

Salah satu upaya penanggulangan kebakaran terutama untuk mencegah

dan mengurangi akibat buruk dari kebakaran terhadap jiwa raga, serta untuk

mempermudah pemberantasan kebakaran adalah dengan tersedianya sarana dan

pra-sarana emergensi dan evakuasi yang memenuhi standar. (Prapto Kartoatmojo

: 1992). Menurut Ramli (1998), perlunya penciptaan sistem kebakaran yang

bertujuan untuk menghindarkan terjadinya kebakaran dan bila terjadi dapat

diatasi dengan cepat dan tepat tanpa menimbulkan korban jiwa atau kerusakan

yang berarti.

Menurut Prapto Kartoatmojo (1992), ada beberpa hal yang dipandang

perlu keberadaannnya dalam masalah penyelamatan dari ancaman bahaya

kebakaran pada bangunan :

2.2.3.1. Standar Sarana Penyelamatan

1. Rute penyelamatan diri

Merupakan sarana penyelamatan dari daerah kebakaran ke tempat aman

atau daerah yang aman, baik secara vertikal maupun horizontal, yang

dapat berupa pintu, tangga, koridor jalan keluar atau kombinasi dari

Page 35: Laporan Magang Ommi Amalia

komonen-komponen itu. Ada 3 tipe rute penyelamatan diri yang dapat

digunakan :

a. Langsung menuju ke tempat terbuka

b. Melalui koridor atau gang

c. Melalui terowongan atau tangga kedap asap atau api

Rute penyelamatan diri harus memenuhi syarat sehingga memungkinkan

seluruh penghuni dapat menyelamatkan diri dengan cepat dan aman.

Persoalannya adalah bagaimana agar seluruh penghuni dapat berevakuasi

secara serentak, dalam waktu yang singkat dan aman. Sebagai pedoman

dalam perencanaan rute keselamatan ada beberapa faktor yang perlu

diperhatikan :

a. Klasifikasi hunian

1) Resiko ringan

2) Resiko sedang

3) Resiko berat

b. Lamanya waktu keluar

1) Resiko ringan : 3 menit

2) Resiko sedang : 2,5 menit

3) Resiko berat : 2 menit

c. Panjang jarak tempuh

1) Resiko ringan : 30 meter

2) Resiko sedang : 20 meter

3) Resiko berat : 15 meter

Page 36: Laporan Magang Ommi Amalia

d. Pintu keluar (exits)

Dari hasil percobaan dalam keadaan normal jumlah rata-rata

orang keluar dengan satu baris tunggal tiap menit sebanyak 60

orang. Dalam perencanaan diperhitungkan 40 orang/menit. Lebar

unit exit yang diperlukan untuk dapat dilalui tiap satu baris

tunggal ditetapkan minimal 21 inchi.

Jadi, dengan rumus sederhana :

Jumlah orang

= Unit exit

40 x standar waktu

Selanjutnya ketentuan setiap satuan unit exit ditetapkan sebagai

berikut : Satu unit exit : 21”

Dua unit exit : 21” + 21”

Tiga unit exit : 21” + 21” + 18”

Empat unit exit : 21” + 21” + 18” + 18”

d. Penempatan pintu keluar

Penempatan pintu keluar darurat harus diatur sedemikian rupa

sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau pintu keluar

tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan.

e. Koridor dan jalan keluar

Koridor dan jalan keluar sangat perlu untuk memperlancar

jalannya para penghuni keluar meninggalkan daerah

kebakaran/berbahaya menuju tempat aman, apabila terjadi

kebakaran. Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas

Page 37: Laporan Magang Ommi Amalia

hambatan dan mempunyai lebar. Untuk koridor minimum 1,2

meter dan untuk jalan keluar minimum 2 meter.

2. Pengamanan rute penyelamatan evakuasi

a. Rute penyelamatan harus bebas dari barang-barang yang dapat

mengganggu kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.

b. Koridor, terowongan, tangga darurat harus merupakan daerah

aman sementara dari bahaya api, asap, dan gas.

c. Rute penyelamatan harus diberi penerangan yang cukup dan tidak

tergantung dari sumber utama

d. Arah menuju exit harus dipasang petunjuk yang jelas

e. Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan

PINTU DARURAT

EMERGENCY EXIT

Warna tulisan hijau diatas dasar putih tembus cahaya dan

dibagian belakang tanda tersebut dipasang lampu pijar yang selalu

menyala.

2.2.3.2. Perlengkapan penyelamatan

1. Kelengkapan penolong

a. Self contained breathing

apparatus (SCBA)

b. Helmet

j. Safety belt

k. Parat masker

l. Peralatan P3K

Page 38: Laporan Magang Ommi Amalia

c. Baju tahan panas dan baju

tahan api

d. Sarung tangan

e. Fire safety shoes

f. Fire blanket

g. Carrabiner (cincin kait)

h. Tali/tambang

i. Peralatan komunikasi

m. Tanda- tanda

n. Alat-alat potong, pukul dan

angkat

o. Alat pemadam Api Ringan

(APAR)

p. Alat pengindera gas (gas

detector)

2. Kelengkapan pada bangunan

a. Pintu kebakaran

b. Pintu ruanagan

c. Tangga darurat

d. Tangga kebakaran

e. Koridor

f. Jalan landai

g. Lift kebakaran

h. Penerangan darurat

i. Petunjuk arah jalan keluar

j. Hellypad

k. Telepon darurat

l. Fire alarm system

m. Genset

n. Tempat berhimpun

3. Peralatan evakuasi

a. Tambang

b. Sliding roll (terpal peluncur)

c. Escape chute

d. Davy escape (orero)

e. Tangga gantung

Page 39: Laporan Magang Ommi Amalia

f. Sprinzed (jumping sheet)

g. Stop chut

2.3. Prosedur jika terjadi keadaan darurat

Menurut Sururi (1998), permasalahan yang paling mendasar pada saat

tejadi keadaan darurat bagi gedung yang dihuni oleh banyak orang dengan segala

macam kegiatan didalamnya adalah faktor kepanikan. Kepanikan yang tidak

dapat dikendalikan akan berkembang menjadi faktor histeris.

Selanjutnya menurut Sururi (1998), prosedur ini harus dibuat dengan

bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dicerna dengan

cepat oleh semua lapisan penghuni gedung. Tindak lanjut dri penerapan

emergency procedures adalah dilaksanakannya latihan kebakaran dan evakuasi.

Dalam prosedur bila terjadi kebakaran maka ada beberapa hal berikut ini

yang harus diperhatikan yakni (Depnaker : 1996) :

1. Langkah-langkah yang perlu diambil

Bila terjadi kebakaran harus diambil langkah-langkah yang cepat dan

tepat, tetapi tetap mengutamakan keselamatan. Kondisi setempat akan

mempengaruhi urutan langkah-langkah yang harus dilakukan.

a. Tanda membunyikan alarm : jenis-jenis alarm harus sudah ditetapkan

dan diketahui oleh semua karyawan yang ada di perusahaan tersebut.

Misalnya :

1) Bunyi sirine untuk menunjukkan jam masuk, istirahat dan pulang

2) Bunyi kentongan untuk bencana alam

Page 40: Laporan Magang Ommi Amalia

3) Bunyi bel panjang untuk tanda kebakaran

b. Setelah terdengar tanda kebakaran, maka :

Bagi karyawan yang mendapat tugas sampingan dapat segera

melaksanakan tugasnya. Bagi anggota regu pemadam khusus supaya

mempersiapkan diri sesuai dengan bidang tugasnya.

c. Pengungsian : pengungsian untuk karyawan dilakukan sesuai dengan

prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.

d. Memadamkan api : yang penting harus diperhatikan ialah

penyelamatan jiwa manusia, dan kedua baru memadamkan api.

Tetapi jika keadaan memungkinkan hal ini dapat dilakukan serentak.

2. Mengatur rencana evakuasi

Sebagai prioritas utama dalam mengatur rencana evakuasi adalah

penilaian terhadap tata letak ruang tempat kerja. Sebuah peninjauan dari

penghuni harus dibuat analisa agar tindakan perbaikan dari orang-orang

dalam ketegangan dapat diambil serta menaggulangi keadaan darurat

sedemikian rupa, sehingga dapat dikembangkan.

Percobaan-percobaan seperti itu telah dilakukan di luar negri dan

menunjukkan bahwa para pengungsi dapat bereaksi secara positif

terhadap adanya bahaya kebakaran jika tersedianya kondisi-kondisi,

termasuk dalam hal ini, suatu pengetahuan bahwa keselamatan akan

dapat dijangkau, bila rute-rute melarikan diri terjamin dan bahwa orang-

orang yang terkait mudah dikenal akan prosedur-prosedur keadaan

darurat.

Page 41: Laporan Magang Ommi Amalia

3. Prosedur evakuasi

Satuan organisasi gawat darurat pada waktu terjadi kebakaran

menunjukkan adanya pengaturan prosedur keselamatan dan pencegahan

kebakaran untuk suatu tempat kerja baik itu perkantoran, industri maupun

komplek perumahan, harus ditentukan. Pedoman prosedur darurat yang

dibuat oleh satuan penanggulangan kebakaran dalam kejadian kebakaran

meliputi :

a. Gambaran umum suatu tempat kerja dan jalan-jalan keluar untuk

penyelamatan

b. Tempat aman atau daerah aman

c. Seksi-seksi dan staf yang mempunyai tugas ganda keadaan darurat

dalam suatu tempat kerja, antara lain :

1) Memberi intruksi yang jelas kepada semua penghuni untuk

memahami setiap kejadian

2) Menunjuk petugas untuk press relation

3) Cara penyelamatan

4) Menyelamatkan barang/dokumen penting

5) Menunjukkan arah keluar gedung dan tempat aman

6) Mengecek semua karyawan/penghuni/tenaga kerja

7) Semua staf harus segera melaporkan ke tempat yang telah

ditentukan

8) Melokalisir dan mengamankan tempat aman pengungsi maupun

untuk barang/dokumen penting

Page 42: Laporan Magang Ommi Amalia

4. Memilih rute evakuasi

Para penghuni/karyawan harus sudah dapat memilih rute-rute untuk

menyelamatkan diri dari nyala api. Rute-rute meloloskan diri harus

dirancang untuk memuat jumlah orang yang akan memakainya. Rute ini

harus menjamin keamanan pengungsi dari nyala api, asap dan gas-gas.

Jarak perjalanan ke daerah yang dilindungi harus sudah diperhitungkan

mudah tidaknya bangunan berikut isi dan jumlah penghuni. Jarak

perjalanan ke luar tempat aman harus memenuhi ketentuan teknis yang

telah ditentukan.

Sekiranya tempat ke luar menuju daerah aman ada 2 buah, jarak

perjalanan ke luar ke tempat aman tidak sama dengan yang hanya

memiliki 1 buah tempat keluar.

5. Pengamanan rute evakuasi

Cara yang sesuai untuk meloloskan diri dari api harus tersedia dan cukup

memadai untuk seluruh penghuni yang berada di dalam suatu bangunan.

Jalan-jalan, tangga, koridor-koridor dan lobi merupakan sebagian dari

rute-rute evakuasi, harus dilindungi oleh dinding-dinding, lantai-lantai

dan langit-langit yang mampu menahan api paling sedikit 1 jam, lebih

baik selama 2 jam dengan pintu tahan api yang dapat menutup sendiri

untuk tiap-tiap pintu masuk ke tempat yang mengelilinginya.

Koridor, jalan tangga dan jalan keluar, harus cukup lebar dan cukup

banyak sehinga setiap orang yang berada di dalam gedung dapat

terevakuasi dengan cepat. Lebar pintu minimum yang digunakan sebagai

Page 43: Laporan Magang Ommi Amalia

jalan keluar harus memenuhi ketentuan persyaratan teknis. Hal ini

dimaksudkan agar jumlah rata-rata orang per satuan waktu dapat keluar

meloloskan diri sesuai ketentuan. Disamping itu perencanaan rute

evakuasi harus sudah diperhitungkan pula tentang lamanya seseorang

atau penghuni untuk berevakuasi mencapai daerah yang aman.

2.4. Pendidikan dan Pelatihan

Latihan dimaksudkan untuk menetapkan suatu prosedur untuk bertindak

bila terjadi kebakaran. Hasil dari latihan ini bila benar terjadi kebakaran maka :

a. Orang yang mungkin ada di dalam bahaya dapat bertindak dengan tenang

dan teratur.

b. Bila diperlukan pengungsian dapat berjalan dengan cepat dan teratur

Masalah pendidikan untuk mencapai suatu tindakan yang sangat efektif

sangat diperlukan. Begitu pula pendidikan tentang evakuasi terutama bagi

mereka yang bertugas pada malam hari sangat diprioritaskan. Ragam pendidikan

juga harus diseduaikan menurut kondisi yang ada misalnya karyawan untuk

rumah sakit dan karyawan pada tempat kerja lain. Kemudian sumber penyebab

kebakaran pada rumah sakit berbeda dengan yang ada di daerah kompleks

penghunian lainnya. Perbedaan-perbedaan lingkungan dari rumah sakit

menghendaki program pendidikan yang luas tertuju untuk menanggulangi areal

yang mdah terkena api. Alat peraga visual dan pendidikan tertulis harus

diperoleh dan dikembangkan oleh manajemen untuk mengadakan program

pencegahan api secara efektif serta pengawasannya.

Page 44: Laporan Magang Ommi Amalia

Frekuensi latihan dan pendidikan evaluasi untuk setiap perusahaan akan

selalu tergantung kepada berat ringannya bahaya kebakaran dari masing-masing

perusahaan. Pada umumnya latihan dilakukan sebagai berikut :

e. Bahaya kabakaran ringan : 1 – 2 kali/tahun

f. Bahaya kebakaran sedang : 3 – 4 kali/tahun

g. Bahaya kebakaran berat : 6 – 8 kali/tahun

Untuk melaksanakan latihan dengan baik dan efektif instruksi yang

diberikan kepada para peserta latihan harus memenuhi syarat :

a. Benar, jelas dan singkat

b. Bahasa sederhana dan dapat dilaksanakan

c. Tidak menimbulkan keraguan-raguan untuk bertindak

Page 45: Laporan Magang Ommi Amalia

BAB III

ALUR DAN JADWAL KEGIATAN

3.1. Langkah-langkah Kegiatan Magang

Bagan 3.1.

Bagan Langkah-langkah Kegiatan Magang

PERSIAPAN

1. Membuat proposal

2. Mencari institusi atau perusahaan tempat magang

3. Membuat surat keterangan magang dari program studi Kesehatan

Masyarakat

4. Memberikan surat keterangan magang kepada institusi yaitu PT.

Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

PELAKSANAAN (6 Maret s/d 8 April 2009)

1. Ikut serta dalam kegiatan di kantor induk, bagian pengolahan

(pabrik), bengkel, teknik, gudang dan diesel

2. Mempelajari program penanggulangan kebakaran yang diberlakukan

di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

3. Mencari data perusahaan, data K3 dan data pendukung yang

berhubungan dengan judul magang

4. Bimbingan dengan pembimbing lapangan

5. Bimbingan dengan dosen pembimbing fakultas

LAPORAN

1. Menyusun laporan magang

2. Seminar laporan magang

3. Revisi laporan magang

29

Page 46: Laporan Magang Ommi Amalia

3.2. Jadwal Kegiatan Magang

Tabel 3.1.

Jadwal Kegiatan Magang

di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

Tanggal 6 Maret s/d 7 April 2009

No Hari Tanggal Kegiatan Tempat

1 Jum’at 6 Maret

2009

Perkenalan dengan pihak

perusahaan (kantor dan

pabrik/pengolahan)

Kantor Induk PT.

PN VIII Goalpara

2 Sabtu 7 Maret

2009

Pengarahan dari pembimbing

lapangan

Kantor Unit

Pengolahan

3 Rabu 11 Maret

2009

Pengenalan lingkungan kerja PT. PN VIII

Goalpara

4 Kamis 12 Maret

2009

- Diskusi dengan petugas K3

- Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk

5 Jum’at 13 Maret

2009

- Inspeksi APAR I

- Mengikuti proses kerja di bagian

pengolahan

- Pengambilan data sekunder

Unit Kerja

Layuan/Meber,

Penggilingan,

Fermentasi dan

Pengeringan/HE

6 Sabtu 14 Maret

2009

- Diskusi dengan petugas K3

- Mengikuti proses kerja di bagian

pengolahan

- Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk)

7 Minggu 15 Maret

2009

- Mengikuti proses kerja di bagian

pengolahan

- Pengambilan data sekunder

- Konsultasi dengan pembimbing

lapangan

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk

8 Rabu 18 Maret

2009

- Mengikuti proses kerja di bagian

pengolahan

- Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk

9 Kamis 19 Maret

2009

- Wawancara pekerja

- Inspeksi APAR II

- Pengambilan data sekunder

- Unit Sortasi,

Pengepakan dan

Gudang

- Kantor Induk

10 Jum’at 20 Maret

2009

- Diskusi dengan petugas K3

- Pengambilan data sekunder

- Mengikuti proses kerja di bagian

pengolahan

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

Page 47: Laporan Magang Ommi Amalia

No Hari Tanggal Kegiatan Tempat

11 Sabtu 21 Maret

2009

- Wawancara pekerja

- Inspeksi jalur evakuasi dan area

evakuasi

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Areal PT. PN

VIII Goalpara

12 Minggu 22 Maret

2009

- Mengikuti proses kerja di bagian

pengolahan (pabrik)

- Pengambilan sekunder

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk

13 Selasa 24 Maret

2009

- Diskusi dengan petugas K3

- Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk

14 Rabu 25 Maret

2009

- Inspeksi APAR III

- Pengambilan data sekunder

- Diskusi dengan petugas diesel

- Ruang Diesel

- Kantor Induk

15 Kamis 26 Maret

2009

- Wawancara pekerja di pabrik

- Diskusi dengan petugas K3

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk

16 Jum’at 27 Maret

2009

- Diskusi dengan petugas K3

- Pengambilan data sekunder

- Konsultasi dengan pembimbing

lapangan

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk

17 Sabtu 28 Maret

2009

- Diskusi dengan petugas K3

- Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk

18 Minggu 29 Maret

2009

- Diskusi dengan petugas K3

- Mengikuti proses kerja di unit

kerja Sortasi

- Unit Kerja

Sortasi

19 Senin 30 Maret

2009

- Diskusi dengan petugas K3

- Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk

20 Selasa 31 April

2009

- Diskusi dengan petugas K3

- Pengambilan data sekunder

- Wawancara pekerja

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk

21 Rabu 1 April

2009

- Diskusi dengan petugas K3

- Pengambilan data sekunder

- Mengikuti kegiatan di ruang uji

mutu

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk

22 Kamis 2 April

2009

- Diskusi dengan petugas K3

- Pengambilan data sekunder

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk

23 Jum’at 3 April

2009

- Mengikuti kegiatan di ruang uji

mutu

- Diskusi dengan administratur

- Tinjauan ke bagian afdeling

- Bag. Pengolahan

(pabrik)

- Kantor Induk

- Kantor Afdeling

Page 48: Laporan Magang Ommi Amalia

No Hari Tanggal Kegiatan Tempat

24 Sabtu 4 April

2009

- Konsultasi laporan magang

dengan pembimbing lapangan

- Kantor Pabrik

25 Minggu 5 April

2009

- Konsultasi laporan magang

dengan pembimbing lapangan

- Kantor Pabrik

26 Selasa 7 April

2009

- Perpisahan dengan pihak

perusahaan

- Kantor Induk

- Kantor Pabrik

Page 49: Laporan Magang Ommi Amalia

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perusahaan perkebunan milik negara di Jawa Barat dan Banten berasal

dari perusahaan perkebunan milik pemerintah Belanda, yang ketika penyerahan

kedaulatan secara otomatis menjadi milik pemerintah Republik Indonesia, yang

kemudian dikenal dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Lama.

Antara tahun 1957-1960 dalam rangka nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan

perkebunan eks milik swasta Belanda/Asing (antara lain : Inggris, Perancis dan

Belgia) dibentuk PPN-Baru cabang Jawa Barat.

Dalam periode 1960-1963 terjadi penggabungan perusahaan dalam

lingkup PPN-Lama dan PPN-Baru menjadi : PPN Kesatuan Jawa Barat I, PPN

Kesatuan Jawa Barat II, PPN Kesatuan Jawa Barat III, PPN Kesatuan Jawa Barat

IV dan PPN Kesatuan Jawa Barat V.

Selanjutnya selama periode 1963-1968 diadakan reorganisasi dengan

tujuan agar pengelolaan perkebunan lebih tepat guna, dibentuk PPN Aneka

Tanaman VII, PPN Aneka Tanaman VIII, PPN Aneka Tanaman IX dan PPN

Aneka Tanaman X, yang mengelola tanaman teh dan kina, serta PPN Aneka

Tanaman XI dan PPN Aneka Tanaman XII yang mengelola tanaman karet.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan, pada periode

1968-1971, PPN yang ada di Jawa Barat diciutkan menjadi tiga Perusahaan

Negara Perkebunan (PNP) meliputi 68 kebun, yaitu :

33

Page 50: Laporan Magang Ommi Amalia

a. PNP XI berkedudukan di Jakarta (24 perkebunan), meliputi perkebunan-

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman X, dan PPN Aneka Tanaman XI

b. PNP XII berkedudukan di Bandung (24 perkebunan), meliputi beberapa

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XI, PPN Aneka Tanaman XII,

sebagian eks PPN Aneka Tanaman VII, dan PPN Aneka Tanaman VIII

c. PNP XIII berkedudukan di Bandung (20 perkebunan), meliputi beberapa

perkebunan eks PPN Aneka Tanaman XII, eks PPN Aneka Tanaman IX,

dan PPN Aneka Tanaman X

Sejak tahun 1971, PNP XI, PNP XII dan PNP XIII berubah status

menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan (Persero). Dalam rangka restrukturisasi

BUMN Perkebunan mulai 1 April 1994 sampai dengan tanggal 10 Maret 1996,

pengelolaan PT. Perkebunan XI, PT. Perkebunan XII, dan PT. Perkebunan XIII

digabungkan di bawah manajemen PTP Group Jabar. Selanjutnya sejak tanggal

11 Maret 1996, PT. Perkebunan XI, PT. Perkebunan XII, dan PT. Perkebunan

XIII dilebur menjadi PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero).

Luas areal tanaman teh PT. Perkebunan Nusantara VIII (persero)

merupakan areal tanaman terluas di Indonesia yang terletak pada dua propinsi

yaitu propinsi Jawa Barat & Banten meliputi Kabupaten : Bogor, Cianjur,

Sukabumi, Bandung, Subang, dan Garut.

Hasil produksi yang dihasilkan terdiri dari teh hitam ortodoks, teh hitam

CTC, teh hitam organik dan sebagian teh hijau serta teh dalam kemasan tea bag.

Produksi yang dihasilkan dipasarkan baik lokal maupun eksport. Produksi ekspor

Page 51: Laporan Magang Ommi Amalia

di jual melalui Kantor Pemasaran Bersama KPBPTPN di Jakarta. Produksi

dalam kemasan yang di jual dipasaran Indonesia dikenal dengan merk WALINI.

4.2. Profil PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

4.2.1. Sejarah Singkat

Sejak tahun 1908 sampai 1941 perkebunan Goalpara dikelola oleh

pemerintah Belanda dibawah pengelolaan Cultuur Maatshappij NIL. MIJ.

Tiedeman Van Kerchem dan sejak tahun 1942-1945 dikuasai Jepang.

Setelah proklamasi kemerdekaan, pengelolaannya diserahkan kepada

pemerintah Indonesia sampai adanya agresi militer Belanda pada tahun 1948.

Sejak nasionalisasi tahun 1958 perkebunan Goalpara menjadi salah satu kebun

dalam pengelolaan Pusat Perkebunan Negara (PPN) yang berkantor pusat di Jln.

Cikapundung Barat No. 1 Bandung.

Pada tahun 1968, PPN berubah nama menjadi Aneka Tanaman (Antan).

Gabungan dari Antan VII, VIII, sebagian Karet XI dan Karet XII menjadi

Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) XII, dan selanjutnya berubah lagi menjadi

PT. Perkebunan XII. Pada tahun 1982, Perkebunan Bunga Melur bergabung

dengan Perkebunan Goalpara.

Pada bulan Mei 1994, PT. Perkebunan XI, XII dan XIII digabung

menjadi PT. Perkebunan Nusantara Grup Jawa Barat. Dan pada bulan Mei 1996

sesuai akta notaris Sri Rahayu H. Prasetyo, SH dirubah menjadi PT. Perkebunan

Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jln. Sindang Sirna No. 4 Bandung.

Page 52: Laporan Magang Ommi Amalia

4.2.2. Keadaan Geografis

Perkebunan Goalpara merupakan salah satu kebun dibawah naungan PT.

Perkebunan Nusantara VIII, terletak 96 km dari kantor pusat di Bandung kearah

barat. Kantor Kebun Goalpara berada di Desa Cisarua Kecamatan Sukaraja

Kabupaten Sukabumi. Berada pada ketinggian 1050-1100 m dpl, pada garis

lintang 06’517’7,8 LS serta garis bujur 105’57’47,8 BB. Iklim Kebun Goalpara

berdasarkan curah hujan selama tahun 2007 termasuk tipe curah hujan B

menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson dengan curah hujan rata-rata 2895,7

mm/tahun dan HH 213 hari, dengan kelembaban rata-rata berkisar antara 72%-

76% dengan temperatur maksimum berkisar antara 25-30°C dan umumnya

landai sampai bergelombang dan berbukit.

4.2.3. Kapasitas, Produksi dan Produktivitas Teh, Kina, dan Tanaman

Pendukung Lainnya

Produk yang dihasilkan adalah Teh Hitam Orthodoks, dengan daya

tampung pabrik sebanyak 35 ton per hari atau 8 ton teh kering jadi per hari.

Produktivitasnya diharapkan terus meningkat dan kolonalisasi tanaman teh,

peningkatan mutu, perbaikan sarana dan prasarana, sehingga areal TM teh seluas

1002,16 Ha menghasilkan produksi yang optimal dan target produksi teh pada

tahun 2008 sebanyak 2,17 juta ton teh kering jadi. Komoditi lainnya adalah

tanaman kina dengan target tahun 2008 sebanyak 152.000 kg K3T.

Selain komoditi pokok, kebun goalpara juga ditunjang dengan berbagai

tanaman lainnya seperti Tanaman Kepedulian Lingkungan (Takeling) seluas 65

Page 53: Laporan Magang Ommi Amalia

Ha, Tanaman Reboisasi seluas 35,52 Ha dan Kebun Kayu Energi (KKE) seluas

40,87 Ha.

4.2.4. Sumber Daya Manusia

Manajemen Kebun Goalpara dipimpin seorang Administratur yang

dibantu oleh karyawan pimpinan dengan golongan IIIA s/d IVD yaitu :

1 orang Sinder Kepala

6 orang Sinder Afdeling (kebun)

3 orang Sinder bagian Pabrik, Teknik dan TUK

123 orang karyawan golongan IB s/d IID

467 orang karyawan golongan IA

1110 orang karyawan lepas

4.2.5. Unit Kerja Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki

7 (tujuh) area/unit kerja, yaitu :

2. Kantor induk

3. Bagian Afdeling (kebun), terdiri atas 6 buah kebun :

a. Goalpara I

b. Goalpara II

c. Goalpara III

d. Goalpara IV

e. Bunga Melur I

Page 54: Laporan Magang Ommi Amalia

f. Bunga Melur II

4. Bagian Pengolahan (pabrik), terdiri atas 6 unit kerja :

a. Unit Kerja Pelayuan/Meber dan Turun Layu

b. Unit Kerja Penggilingan

c. Unit Kerja Fermentasi (Oksidasi Enzimatis)

d. Unit Kerja HE (Heat Exchange) dan Pengeringan/Belong

e. Unit Kerja Sortasi

f. Unit Kerja Pengepakan (A, B dan C)

5. Bagian Teknik

6. Bagian Bengkel

7. Bagian Diesel

8. Gudang

4.2.6. Aktivitas Organisasi

Selain organisasi resmi seperti Serikat Pekerja Perkebunan (SP-BUN),

Ikatan Keluarga Besar Ibu-ibu (IKBI), Himpunan Putra-putri Perkebunan

(HP2BUN), dan Persatuan Purnakarya Perkebunan Republik Indonesia (P3RI),

terdapat Lembaga Amil Zakat (LAZ) Assa’adah Kebun Goalpara yang kiprahnya

sangat positif dirasakan oleh masyarakat kebun dan masyarakat sekitar,

diantaranya ada bantuan dana beasiswa bagi anak yatim, orang jompo, bantuan

sosial-keagamaan dan bantuan musibah. Pada bulan Agustus 2007, LAZ

Assa’adah membentuk kelompok pengembangan usaha Ternak Sapi Perah

“Ta’awun” yang beranggotakan sebanyak 40 peternak serta 20 petani pakan

Page 55: Laporan Magang Ommi Amalia

ternak eks karyawan harian lepas, pensiunan dan masyarakat. Kegiatannya antara

lain memanfaatkan lahan non produktif untuk ditanami rumput atau pakan ternak

lainnya, sehingga membantu minimalisasi gangguan okupasi atas lahan tersebut

oleh masyarakat luar.

Selain itu, pada bulan April 2008 seksi pengembangan usaha SP-BUN

dan Kopkar Gunung Gede telah membentuk Goalpara Rabbit yang

beranggotakan sebanyak 114 orang dengan jumlah peternak kelinci sebanyak

570 peternak, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan SP-BUN

dan Kopkar Gunung Gede. Manajemen kebun giat menghimbau karyawan untuk

mengembangkan diri dengan usaha produktif seperti :

1. Poktan Goalpara Hijau membuat penyediaan bibit kayu-kayuan dan

buah-buahan

2. Poktan Wanita Tani dengan tanaman bunga hiasnya

3. Poktan Gede Pangrango dengan jumlah anggota sebanyak 27 petani

pakan ternak/hijauan makanan ternak (HMT) seluas ± 40 Ha

4. Gapoktan Goalpara Farm di Bungamelur dengan kegiatan tanaman

jagung seluas ± 120 Ha

Kesemua kelompok tani tersebut diatas tergabung dalam Gapoktan Goalpara

Peduli yang diharapkan dapat menumbuh kembangkan perekonomian serta

penambahan pendapatan bagi karyawan dengan konsep pengembangan

agribisnis yang berwawasan lingkungan.

Page 56: Laporan Magang Ommi Amalia

4.2.7. Karakteristik Mutu Produk

Pabrik teh Goalpara sejak bulan Juli 2001 telah memperoleh sertifikat

Sistem Manajemen Mutu ISO 9002 versi 1994. Dengan berkembangnya sistem

manajemen mutu, sejak bulan April 2003 telah merevisi Sistem Manajemen

Mutu dari ISO 9002 versi 1994 menjadi ISO 9001:2000 dari SGS. Kepercayaan

pembeli terhadap produk teh jadi Kebun Goalpara harus tetap dijaga. Untuk

meningkatkan daya saing di pasar internasional, pabrik teh Goalpara memiliki

karakteristik sendiri dengan rasa dan aroma yang khas, kenampakan yang hitam

sehingga diminati pembeli.

4.3. Struktur Organisasi PTPN. VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara dikepalai

oleh seorang Administratur yang membawahi 4 orang Sinder, yaitu Sinder

Kepala (menbawahi 6 orang Sinder Afdeling), Sinder TUK, Sinder Pabrik

(membawahi 2 orang mandor besar) dan Sinder Teknik.

Page 57: Laporan Magang Ommi Amalia

Bagan 4.1. Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

ADMINISTRATUR

SINDER KEPALA

SINDER AFDELING

KOORDINATOR MUTU

PENGENDALI DOKUMEN

SINDER TUK

MB PANEN

MB PEMELIHARAAN

PIK JTU KEPA

LA

PETUGAS PENGADA

AN

PETUGAS TABIN

PETUGAS KASIR

BAGIAN UMUM

JTU KEPA

LA

MB MESIN & TRANSPORTA

SI

MB INSTALASI & BANGUNAN

JTU KEPA

LA

SINDER TEKNIK

MB BASAH

PETUGAS UJI MUTU

SINDER PABRIK

Mdr. Panen

Mdr. Pemeliha

raan

Pmb. JTU

JTU Gudang

Operator Komputr

Ptgs. BP Keshatn

Satpam

Pmb. JTU

Mdr. Teknik Basah

Mdr. Teknik Kering

Kepala Pool Kendaraan

Mandor Bengkel

Mandor Listrik

Mandor Diesel

Mandor Bangunan

Petugas Kalibrasi

Pmb. JTU

TU Timbang

Pabrik

Mandor Meber

Mandor Layuan

Mandor Turun Layu

Mandor Giling

Mandor Oksidasi Enzimtis

Petugas Analisa

MB KERING

Mandor Pengeri

ngan

Mandor Sortasi

Mandor Pengep

akan

Sumber : Arsip Administrasi Bagian Umum tahun 2009

41

Page 58: Laporan Magang Ommi Amalia
Page 59: Laporan Magang Ommi Amalia

59

4.4. Organisasi Penyelamatan Kebakaran

Organisasi penyelamatan kebakaran diperlukan apabila sewaktu-waktu

terjadi keadaan darurat kebakaran. Organisasi penyelamatan kebakaran ini

berada dibawah naungan organisasi K3 di perusahaan yang terdiri dari orang-

orang yang terlatih dan ahli dalam proses pemadaman kebakaran.

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara belum

memiliki regu/tim khusus untuk menangani masalah kebakaran. Dalam hal

penanganan masalah kebakaran, ada beberapa orang dari karyawan yang sudah

terlatih dalam bidang penanganan kebakaran. Beberapa orang karyawan ini telah

mendapatkan pelatihan khusus program penanggulangan kebakaran.

Sebaiknya di perusahaan yang mempunyai resiko untuk terjadi

kebakaran, perlu dibentuk sebuah organisasi atau tim khusus untuk mengatasi

dan mengendalikan masalah kebakaran yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

Organisasi ini berada dibawah naungan organisasi K3 di perusahaan. Apabila

perusahaan tidak memiliki organisasi atau tim khusus penyelamatan kebakaran

dan hanya mengandalkan satu atau dua orang saja, mengakibatkan perusahaan

akan mengalami kewalahan pada saat mengendalikan api jika terjadi kebakaran.

Karena tidak selamanya orang yang mengerti permasalahan kebakaran ini berada

di tempat. Jadi, perlu dibentuk organisasi yang terdiri dari beberapa orang ini

guna menjaga keselamatan karyawan di perusahaan.

Page 60: Laporan Magang Ommi Amalia

60

4.5. Prosedur Kerja Pengendalian Kebakaran

Dalam melakukan pengendalian terhadap kebakaran, PT. Perkebunan

Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki prosedur kerja

tersendiri. Prosedur kerja yang berbeda untuk setiap jenis kebakaran. Untuk

kebakaran dengan skala kecil, pemadaman cukup dilakukan dengan

menggunakan APAR terdekat. Jika api sudah padam, langsung dilaporkan ke

koordinator area.

Apabila kebakaran yang terjadi dalam skala sedang atau besar, kebakaran

dikomunikasikan dengan menggunakan alarm kepada seluruh karyawan agar

karyawan dengan cepat menyelamatkan diri. Kemudian kebakaran dipadamkan

oleh tim yang telah ditunjuk oleh perusahaan atau oleh orang yang ahli dalam

menangani masalah kebakaran. Setelah kebakaran terkendali, dilakukan

penyisiran area kebakaran, pemeriksaan karyawan setelah evakuasi, investigasi

kejadian, inventarisasi asset dan pembuatan laporan kejadian. Tetapi apabila

kebakaran tidak dapat dikendalikan, pemadaman langsung dikoordinasikan

dengan petugas pemadam kebakaran terdekat dan aparat terdekat.

Sebaiknya untuk kebakaran dalam skala sedang atau besar, petugas

pemadam kebakaran tidak dipanggil pada saat kebakaran sudah tidak bisa

dikendalikan. Dikhawatirkan api sudah melahap semuanya sebelum petugas

pemadam kebakaran tiba di lokasi kebakaran. Pada saat perusahaan mengetahui

bahwa yang terjadi adalah kabakaran dalam skala sedang atau besar, secepat

mungkin perusahaan langsung menghubungi petugas pemadam kebakaran

terdekat untuk proses pemadaman agar tidak terjadi kerugian yang lebih parah.

Page 61: Laporan Magang Ommi Amalia

61

Bagan 4.2.

Alur Prosedur Kerja Pengendalian Kebakaran

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

Kebakaran

Kebakaran Kecil Kebakaran Sedang/Besar

Pemadaman dengan

APAR terdekat

Penyisiran area

kebakaran

Peringatan dengan

menggunakan sirine

Evakuasi karyawan dan

pekerja oleh seluruh

koordinator area

Lapor pada koordinator

area Pemadaman oleh tim

pemadam kebakaran

Penyisiran area

kebakaran

Koordinasikan

pemadaman

dengan petugas

pemadam

kebakaran

terdekat dan

aparat terdekat

Tidak

Ya

Pemeriksaan karyawan

setelah evakuasi

Investigasi kejadian dan

inventarisasi asset

Buat laporan kejadian

Kebakaran

terkendali

Page 62: Laporan Magang Ommi Amalia

62

4.6. Sarana Proteksi Kebakaran Aktif dan Pasif

Tabel 4.1.

Hasil Pengamatan Sarana Proteksi Kebakaran Aktif dan Pasif

di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebuanan Goalpara

Tahun 2009

No Sarana Pemadan Kebakaran Kuantitas Kualitas

1

Aktif

Alarm Kebakaran 2 unit : Terdapat di

bagian pengolahan

(pabrik)

Berfungsi baik dan

penempatan

mudah terlihat

(tidak terhalang)

2 Detektor Tidak terdapat detektor

di PTPN. VIII Goalpara -

3 Sprinkler Tidak terdapat sprinkler

di PTPN. VIII Goalpara -

4 APAP APAR : 15 buah

APAB : 1 buah

Berfungsi baik dan

penempatan

mudah dilihat

5 Hidran Indoor : 1 buah di

bagian pengolahan

(pabrik)

Belum memadai

6

Pasif

Sarana Jalan Keluar Koridor yang terhubung

dengan pintu dan atau

tangga darurat (sesuai

lantai masing-masing)

Koridor bersih dan

tidak terhalang

oleh apapun

7 Pintu Darurat

Kebakaran

7 buah pintu darurat Mudah dijangkau

dan tidak terhalang

apapun

8 Tangga Darurat

Kebakaran

Tangga terbuat dari

papan kayu disertai

dengan pegangan

Tangga tidak licin

dan tidak terhalang

apapun

9 Lokasi Berkumpul Sebuah halaman di luar

gedung PTPN. VIII

Goalpara

Halaman mudah

dijangkau dan

aman

10 Sistem Pengendali

Asap

Cerobong pengendali

asap

Cerobong

berfungsi dengan

baik

Page 63: Laporan Magang Ommi Amalia

63

4.6.1. Sarana Proteksi Aktif

Sistem proteksi aktif yaitu proteksi yang dilakukan pada bangunan

terhadap bahaya kebakaran dengan menggunakan sistem perlindungan secara

langsung atau sarana aktif peralatan pemadaman api, seperti halnya hidran,

APAP, springkler, alarm, alat deteksi dan peralatan pemadaman api lainnya.

Pada dasarnya penyediaan sarana proteksi aktif di PT. Perkebunan

Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara masih perlu ditingkatkan. Karena

perusahaan hanya mempunyai alarm, hidran, dan APAP. Seharusnya perusahaan

dengan resiko sedang ini disarankan memasang detektor dan springkler.

4.6.1.1. Alarm Kebakaran

Sistem alarm kebakaran gedung adalah suatu cara untuk memberikan

peringatan secara dini kepada penghuni gedung tentang adanya kejadian

kebakaran. Tipe alarm kebakaran di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perkebunan Goalpara adalah tombol tekan (push button). Titik panggil

terhubung dengan panel kebakaran di bagian pengolahan (pabrik). Jika terjadi

kebakaran maka orang pertama harus menekan tombol yang ada. Alarm dipasang

di dinding dengan ketinggian 150 cm dari lantai.

Jumlah keseluruhan alarm sebanyak 2 unit yaitu di bagian pengolahan, 1

titik panggil manual di unit kerja penggilingan dan 1 titik panggil manual di unit

kerja sortasi. Jarak antara titik panggil manual adalah 20 meter.

Page 64: Laporan Magang Ommi Amalia

64

Untuk mengkomunikasikan adanya kebakaran, petugas yang ditunjuk

atau orang yang pertama melihat api akan menekan tombol alarm selama 1 menit

konstan (terus menerus).

Gambar 4.1. Alarm dan Sirine Untuk Komunikasi Bahaya Kebakaran

Pengadaan alarm dan sirine di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perkebunan Goalpara masih memiliki kelemahan, yaitu mengharuskan seseorang

untuk menekan tombol alarm untuk memberitahukan adanya kebakaran. Apabila

kebakaran terjadi di tempat yang jauh dari tombol titik panggil, dikhawatirkan

api sudah menjadi besar lebih dahulu sebelum seseorang sampai ke tempat untuk

memberitahukan adanya kebakaran yaitu tombol titik panggil. Sebaiknya alarm

ini diganti dengan sistem alarm automatik dengan menambahkan alat pendeteksi

yaitu detektor kebakaran berupa detektor asap yang dapat secara otomatis

memberikan tanda apabila terjadi kebakaran. Jadi, tidak mengharuskan

seseorang untuk menekan tombol alarm. Pekerja bisa langsung menyelamatkan

diri setelah mendengar bunyi alarm.

Page 65: Laporan Magang Ommi Amalia

65

4.6.1.2. Detektor

Strategi yang pertama dalam menghadapi bahaya kebakaran adalah

berpacu dengan waktu, api yang masih awal lebih mudah dipadamkan

dibandingkan dengan yang lama terbakar, karena itu perlu adanya sistem

pendeteksian dini dan sistem tanda bahaya serta sistem komunikasi darurat. Alat

ini terpasang menjadi satu rangkaian yang saling mempengaruhi. Namun, PT.

Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara belum mempunyai

alat detektor khusus untuk mendeteksi kebakaran.

Sebaiknya perusahaan memasang alat yang dapat mendeteksi kebakaran

lebih awal berupa detektor asap karena dikhawatirkan pada saat terjadi

kebakaran tidak ada satupun orang/karyawan yang mengetahuinya. Akibatnya

api telah lebih dahulu menjadi besar sementara tidak ada satupun yang

mengetahuinya. Detektor ini terhubung menjadi satu rangkaian dengan alarm

yang bersifat automatik untuk mengkomunikasikan adanya bahaya kebakaran.

Detektor ini sebaiknya dipasang di setiap unit kerja karena tidak menutup

kemungkinan kebakaran terjadi di seluruh bagian unit kerja. Dengan adanya

detektor ini kebakaran lebih cepat diketahui tanpa harus menunggu api menjalar

dan menjadi besar untuk diketahui oleh pekerja. Kebakaran akan dideteksi

melalui asap yang dihasilkan oleh kebakaran.

4.6.1.3. Sprinkler

Sprinkler adalah alat pemancar air untuk pamadaman kebakaran yang

mempunyai tudung berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya, sehingga

Page 66: Laporan Magang Ommi Amalia

66

air dapat memancar ke semua arah secara merata. Sistem sprinkler harus

dirancang untuk memadamkan kebakaran atau sekurang-kurangnya mampu

mempertahankan kebakaran agar tidak berkembang, minimal 30 menit sejak

kepala sprinkler pecah.

Namun, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

belum mempunyai sistem instalasi pemercik air di bangunan pabrik. Akibatnya,

perusahaan harus selalu menyediakan alat pemadam lainnya yang harus selalu

dalam keadaan terisi. Pengadaan sprinkler di perusahaan sangat berguna sekali

karena penggunaannya tidak mengharuskan digunakan oleh orang. Instalasi ini

bersifat automatik. Pada saat detektor mendeteksi sebuah kebakaran, alarm akan

segera mengeluarkan bunyi dan dalam selang waktu beberapa detik sprinkler

dengan sendirinya akan mamancarkan air di seluruh ruangan.

Oleh karena itu, perusahaan disarankan untuk memasang instalasi

pemercik air (sprinkler) di setiap ruangan untuk proteksi pamadaman api lebih

awal. Dengan demikian, karyawan/pekerja bisa langsung menyelamatkan diri

tanpa harus ikut serta dalam proses pemadaman

4.6.1.4. Alat Pemadam Api Portable (APAP)

Ukurannya yang ringan memberikan manfaat tersendiri bagi yang

menggunakannya yaitu dapat digunakan oleh satu orang yang dapat dipindahkan.

Fungsi utama alat ini sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No. Per-04/Men-1980 adalah hanya memadamkan api pada mula terjadi

kebakaran.

Page 67: Laporan Magang Ommi Amalia

67

Dalam mengatasi bahaya kebakaran secara dini, pihak perusahaan telah

memasang Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di setiap bagian unit kerja. Di

setiap unit kerja dipasang 2 buah APAR jenis Multi Purpose Dry Chemical

Powder, 6 kg. APAR ditempatkan pada posisi yang mudah terlihat dengan jelas,

mudah dijangkau dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda

pemasangan. Tidak ada yang menghalangi kemudahan dalam menjangkau

APAR dan terletak di jalur keluar arah refleks pelarian.

Gambar 4.2. Letak dan jenis APAR

Seluruh APAR yang ada di perusahaan mengacu pada Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-04/Men1980. Seluruh APAR yang ada

di perusahaan dibandingkan dengan ketetapan yang ada dalam peraturan menteri

tersebut. Kesesuaian APAR yang dimiliki perusahaan dengan standar

Permenakertrans, dapat dilihat table 4.2 dibawah ini :

Page 68: Laporan Magang Ommi Amalia

68

Tabel 4.2

Kesesuaian APAR PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Goalpara

dengan Permennaker No. Per-04/Men 1980

Permennaker

No. Per-04/Men 1980

PT. Perkebunan

Nusantara VIII

(Persero) Goalpara

Keterangan

Setiap satu/kelompok APAR harus

ditempatkan pada posisi yang mudah

dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan

diambil serta dilengkapi dengan

pemberian tanda pemasangan

APAR ditempatkan di

sisi dinding dilengkapi

dengan tanda “pemadam”

diatasnya

Sesuai

Tinggi pemberian tanda adalah 125 cm

dari dasar lantai tepat diatas satu atau

kelompok APAR bersangkutan

Tinggi tanda “pemadam”

125 cm dari dasar lantai

diatas tabung APAR

Sesuai

Pemasangan dan penempatan APAR

harus sesuai dengan jenis dan

penggolongan kebakaran

Penempatan APAR

berdasarkan kebutuhan

dan jenis bahaya

kebakaran

Sesuai

Penempatan antara APAR yang satu

dengan yang lainnya tidak boleh

melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan

oleh pegawai atau ahli keselamatan kerja

Jarak antar APAR < 15

m

Sesuai

Setiap APAR harus ditempatkan

menggantung pada dinding dengan

penguatan atau ditempatkan dalam lemari

atau peti (box) yang tidak dikunci

APAR diletakkan diatas

penyangga

Sesuai

Semua tabung alat pemadam api ringan

sebaiknya berwarna merah

Seluruh tabung APAR

berwarna biru

Tidak sesuai

Page 69: Laporan Magang Ommi Amalia

69

Secara garis besar APAR yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara

VIII (Persero) Perkebunan Goalpara sesuai dengan standar Permennaker. Ada

satu elemen yang tidak sesuai, warna APAR yang seharusnya merah, pada

kenyataannya di perusahaan seluruh APAR berwarna biru. Pihak perusahaan

mengatakan APAR yang mereka punya dari awal pembelian memang berwarna

biru. Pada dasarnya pemberian warna pada tabung APAR ditujukan untuk

kemudahan karyawan untuk melihatnya. Warna tabung APAR harus mencolok

agar karyawan mudah melihatnya. (Permennaker No. Per-04/Men 1980)

Pengisian dan pengujian APAR dilakukan oleh petugas pemadam

kebakaran kabupaten setiap setahun sekali. Petugas pemadam kebakaran

kabupaten akan datang ke perusahaan untuk melakukan pengecekan dan

pengisian APAR. Selalu ada koordinasi antara petugas pemadam kebakaran

kabupaten dengan perusahaan dalam pengadaan dan pemeliharaan APAR.

Selain APAR, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan

Goalpara juga mempunyai Alat Pemadam Api Berat (APAB). APAB yang

tersedia adalah jenis All Purpose Fire Extinguisher, 40 kg. Alat ini tidak berisi

(kosong) dengan alasan butuh biaya besar untuk pengisian. Perusahaan

mengganggap APAB tidak terlalu berfungsi, oleh karena itu APAB tidak diisi

dan diletakkan di tempat yang tidak wajar yaitu pojokan ruang pengepakan.

Page 70: Laporan Magang Ommi Amalia

70

Gambar 4.3. Posisi APAB yang tidak wajar

Dari hasil pengamatan, APAB yang ada di perusahaan tidak berfungsi

dengan baik, karena itulah APAB diletakkan di tempat yang tidak seharusnya.

Penempatan APAB yang tidak benar juga disebabkan karena kejahilan pekerja

dengan memindah-memindahkan APAB tanpa izin petugas. Sebaiknya APAB

tetap diletakkan di tempat yang sewajarnya yaitu di tempat yang mudah dilihat

dan dijangkau oleh pekerja karena kebakaran bisa terjadi kapan saja. APAB akan

sangat membantu kerja APAR pada saat pemadaman api tahap awal. Jadi, alat

pemadam kebakaran harus tetap siaga di perusahaan walaupun akan terjadi

kebakaran atau tidak.

4.6.1.5. Hidran

Hidran merupakan sistem alat pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadan air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa

dan selang. Prinsip utamanya adalah upaya pendinginan (cooling).

Pada awalnya PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan

Goalpara sudah memiliki hidran di bagian pengolahan (pabrik) yang diletakkan

Page 71: Laporan Magang Ommi Amalia

71

di ruang unit kerja fermentasi (oksidasi enzimatis). Hidran memiliki selang

dengan panjang 20 meter. Sumber air hidran adalah aliran air mata air yang

langsung dari pegunungan. Karena lokasi perusahaan yang dekat, dengan gunung

tidak ada masalah dalam penyediaan air bersih yang digunakan untuk proses

pengolahan maupun hidran.

Namun, pengadaan hidran di perusahaan belum sempurna yaitu semua

komponen-komponen hidran belum tercukupi jadi hidran belum berfungsi

dengan maksimal. Sebaiknya perusahaan secepatnya melengkapi komponen-

komponen hidran tersebut agar bisa berfungsi maksimal dan bisa membantu

proses pemadaman jika terjadi kebakaran.

4.6.2. Sarana Proteksi Pasif

Sistem kebakaran proteksi pasif yaitu proteksi yang dilakukan

berdasarkan desain bangunan sehingga akses untuk pemadam kebakaran, baik

dalam site maupun ke dalam bangunan dapat dilakukan dengan cepat, mudah

dan aman.

4.6.2.1. Sarana Jalan Keluar (Jalur Evakuasi)

Untuk mengevakuasi karyawan dan pekerja ke daerah yang aman, setiap

bagian PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara sudah

memiliki jalur evakuasi yang menuju ke pintu darurat dan langsung menuju ke

area evakuasi.

Page 72: Laporan Magang Ommi Amalia

72

Jalur evakuasi sudah direncanakan sedemikian rupa dan untuk

menandakan, jalur evakuasi (exit route) ditandai dengan tanda panah

menggunakan cat berwarna kuning di lantai. Pekerja tinggal mengikuti jalur

yang telah disediakan dengan melihat tanda panah kuning di lantai untuk menuju

area evakuasi dan daerah yang lebih aman.

Gambar 4.4. Jalur Evakuasi di Areal Pabrik

Tipe sarana jalan keluar yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara VIII

(Persero) Perkebunan Goalpara adalah langsung menuju tempat terbuka yang

terdapat pada ruang layuan atas dan melalui koridor atau gang yang terdapat di

areal pabrik bawah. Sarana jalan keluar berupa koridor yang bebas dari

hambatan yang memudahkan pekerja untuk menyelamatkan diri apabila terjadi

keadaan darurat. Sarana jalan keluar merupakan jalan untuk aktifitas sehari-hari

dan tidak dipergunakan untuk keperluan lain. Secara keseluruhan, sarana jalan

keluar yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan

Goalpara sudah baik karena memudahkan pekerja dalam penyelamatan diri.

Page 73: Laporan Magang Ommi Amalia

73

4.6.2.2. Pintu Darurat Kebakaran

Pintu darurat merupakan pintu dorong namun bukan pintu otomatis dan

tidak dilengkapi dengan panic handle (batangan panic). Pada lantai 1 terdapat 5

buah pintu darurat yang tersebar di seluruh areal pabrik. 2 buah pintu selalu

dalam keadaan tertutup namun tidak terkunci karena merupakan pintu keluar

masuk. Sedangkan pada lantai 2 terdapat 1 pintu yang juga merupakan pintu

masuk dan keluar utama. Pada lantai 4 terdapat 1 buah pintu. Selain di bagian

pengolahan, pada kantor induk juga terdapat 2 buah pintu darurat yang juga

berfungsi sebagai pintu keluar masuk. Jadi, keseluruhan PT. Perkebunan

Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki 9 buah pintu darurat.

Keberadaan pintu exit di PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perkebunan Goalpara cukup sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan,

yaitu terdapat tulisan “emergency exit”, mudah diakses, dan tidak terhalang oleh

apapun. Pintu terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar yaitu besi.

Sebaiknya pintu exit ditambahkan panic bar, sehingga memudahkan pekerja

untuk membuka pintu.

Gambar 4.5. Pintu darurat untuk evakuasi

Page 74: Laporan Magang Ommi Amalia

74

4.6.2.3. Tangga Darurat Kebakaran

Tangga darurat yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara VIII

(Persero) Perkebunan Goalpara terbuat dari papan kayu yang dilengkapi dengan

pegangan. Permukaan lantai tidak licin dan bebas dari barang-barang, baik di

pijakan maupun pada bagian bawah tangga. Anak tangga dalam keadaan baik

dan masih berfungsi dengan baik pula. Tangga darurat ini juga digunakan

sebagai jalan untuk keperluan sehari-hari.

Namun keadaan tangga yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara VIII

(Persero) Perkebunan Nusantara tidak sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan, dimana tangga darurat tersebut harus terbuat dari bahan yang tidak

mudah terbakar. Karena tangga darurat adalah jalur pertama bagi pekerja untuk

menyelamatkan diri. Sebaiknya tangga yang terbuat dari papan kayu diganti

dengan besi atau bahan yang tidak mudah terbakar.

4.6.2.4. Lokasi Berkumpul/Area Evakuasi

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara

mempunyai tempat berkumpul/area evakuasi jika terjadi keadaan darurat yang

terletak di luar gedung. Tidak ada halangan bagi karyawan untuk mencapai area

evakuasi pada saat penyelamatan diri.

Pada tempat inilah dilakukan pemeriksaan karyawan, apakah seluruh

karyawan telah berkumpul. Apabila belum, tim penyelamat kembali melakukan

penyelamatan ke area terjadinya kebakaran.

Page 75: Laporan Magang Ommi Amalia

75

Gambar 4.6. Area Evakuasi di Luar Gedung

Area evakuasi yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII

(Persero) Perkebunan Goalpara sudah memenuhi kriteria yang disarankan oleh

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Area evakuasi yang dekat dengan

gedung/pabrik akan memudahkan karyawan untuk mencapainya sehingga proses

evakuasi akan cepat berlangsung. Selain itu, area evakuasi yang luas dapat

menampung seluruh pekerja pada saat evakuasi dan aman dari bahaya

kebakaran.

4.6.2.5. Sistem Pengendali Asap

Terdapat 4 metode untuk mengendalikan asap, yaitu melemahkan

(dilution), membuang (exhaust), membatasi (memasang sarana penghambat asap

agar tidak menyebar), dan tekanan udara (tempat jalur pelarian harus dijamin

aman sementara dari serangan asap dan gas dengan cara memberikan tekanan

udara sedikit lebih tinggi).

Bentuk sistem pengendali asap di PT. Perkebunan Nusantara VIII

(Persero) Perkebunan Goalpara adalah pengendali asap berupa cerobong yang

Page 76: Laporan Magang Ommi Amalia

76

terpasang di atas ruang produksi. Sistem pengendali asap hanya mampu

melemahkan karena fungsinya yang sama dengan ventilasi biasa. Tidak terdapat

sistem pengendali asap khusus kebakaran yang dapat menurunkan resiko

kecelakaan akibat adanya bahaya asap.

Sebaiknya perusahaan membuat atau memasang suatu sistim pengendali

asap yang mampu menyedot asap yang dihasilkan oleh kebakaran. Asap sangat

berbahaya apabila terhirup oleh manusia karena apabila terhirup dalam kapasitas

yang banyak akan menyebabkan kematian.

Gambar 4.7. Cerobong Asap Sebagai Pengendali Asap

4.7. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk melatih dan mengajarkan

karyawan untuk waspada apabila terjadi suatu keadaan darurat. Pendidikan dan

pelatihan ditujukan agar karyawan mampu dan bisa menyelamatkan diri masing-

masing pada saat keadaan darurat.

PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara sudah

pernah mendapatkan simulasi kebakaran yang diadakan oleh Dinas

Ketenagakerjaan Kabupaten. Dalam simulasi tersebut diajarkan cara

Page 77: Laporan Magang Ommi Amalia

77

menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang benar, sekaligus praktek

langsung oleh karyawan. Selain simulasi tersebut, PT. Perkebunan Nusantara

VIII (Persero) Perkebunan Goalpara juga telah melakukan simulasi internal pada

pekerja mengenai kebakaran setiap setahun sekali. Simulasi internal ini lebih

mengutamakan pada aspek penyelamatan diri. Pekerja diberitahu rute mana saja

yang harus dilewati pada saat keadaan darurat dan dimana mereka harus

berkumpul setelah evakuasi diri.

Berdasarkan peraturan yang ditetapkan Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi, frekuensi pendidikan dan pelatihan untuk perusahaan dengan

resiko bahaya sedang sebaiknya dilakukan 3-4 kali setahun. Namun, PT.

Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara hanya melakukan

pelatihan dan pendidikan hanya sekali dalam setahun. Metode pelatihan yang

diterapkan di perusahaan adalah berupa penyajian materi tentang bahaya

kebakaran dan praktek langsung setelah penyajian materi selesai. Masih banyak

karyawan yang masih belum paham tentang aspek penyelamatan diri karena

pekerja tidak terlalu serius dalam melakukan latihan.

Sebaiknya perusahaan merubah metode pelatihan dengan pelatihan yang

bersifat rahasia tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Petugas yang telah ditunjuk

dengan sengaja akan menekan tombol bahaya sehingga pada saat tanda bahaya

berbunyi (alarm), pekerja akan menganggap bahwa tanda tersebut adalah benar-

benar tanda bahaya. Secara refleks pekerja akan langsung menyelamatkan diri

agar terhindar dari bahaya karena pekerja menganggap bahaya sedang mengejar

mereka. Cara ini lebih efektif untuk menambah pengetahuan pekerja.

Page 78: Laporan Magang Ommi Amalia

78

BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

1. PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara merupakan

perusahaan perkebunan teh milik Negara yang berasal dari perusahaan

perkebunan milik pemerintah Belanda, yang ketika penyerahan kedaulatan

secara otomatis menjadi milik pemerintah Republik Indonesia. Hasil

produksi yang dihasilkan PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perkebunan Goalpara terdiri dari teh hitam ortodoks, teh hitam organik dan

sebagian teh hijau serta teh dalam kemasan tea bag. Produksi yang dihasilkan

dipasarkan baik lokal maupun eksport.

2. PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara belum

memiliki regu/tim khusus untuk menangani masalah kebakaran. Dalam hal

penanganan masalah kebakaran dilakukan oleh beberapa orang dari

karyawan yang sudah terlatih dalam bidang penanganan kebakaran.

3. Dalam melakukan pengendalian terhadap kebakaran, PT. Perkebunan

Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara memiliki prosedur kerja

tersendiri yang berbeda untuk setiap jenis kebakaran.

4. PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara sudah

memiliki alarm untuk mengkomunikasikan bahaya kebakaran yang bersifat

manual. Belum tersedia alat pendeteksi khusus kebakaran berupa detektor

untuk deteksi awal kebakaran dan alat pemercik air outomatik berupa

61

Page 79: Laporan Magang Ommi Amalia

79

sprinkler untuk pengendalian api awal. Alat Pemadam Api Portable (APAP)

yang berupa APAR sudah tersedia di seluruh unit kerja di perusahaan.

Perusahaan juga memiliki APAB namun tidak diletakkan di tempat yang

mudah dilihat dan dijangkau sehingga APAB tidak berfungsi maksimal.

Perusahaan juga sudah memiliki hidran untuk membantu proses pemadaman

api jika terjadi kebakaran.

5. Untuk proses evakuasi, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perkebunan Goalpara sudah memiliki sarana jalan keluar yang sudah baik

dan pintu darurat berupa pintu dorong yang tidak dilengkapi panic handle.

Tetapi tangga darurat yang tersedia di perusahaan masih terbuat dari kayu.

Untuk tempat berkumpul pada saat evakuasi, perusahaan sudah memiliki

area evakuasi yang luas di luar gedung dan dekat dengan gedung serta aman

dari bahaya kebakaran. Perusahaan hanya memiliki cerobong yang terpasang

di atas ruang produksi sebagai sistem pengendali asap pada saat terjadi

kebakaran.

6. PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Perkebunan Goalpara sudah pernah

mendapatkan simulasi kebakaran yang diadakan oleh Dinas Ketenagakerjaan

Kabupaten. Dalam simulasi tersebut diajarkan cara menggunakan Alat

Pemadam Api Ringan (APAR) yang benar, sekaligus paraktek langsung oleh

karyawan. Selain simulasi tersebut, PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero)

Perkebunan Goalpara juga telah melakukan simulasi internal pada pekerja

mengenai kebakaran setiap setahun sekali. Simulasi internal ini lebih

mengutamakan pada aspek penyelamatan diri.

Page 80: Laporan Magang Ommi Amalia

80

5.2. SARAN

1. Perlu dibentuk sebuah tim khusus atau organisasi penyelamatan kebakaran

yang berada dibawah naungan organisasi K3 perusahaan yang berfungsi

untuk mengatasi dan mengendalikan masalah kebakaran yang sewaktu-waktu

bisa terjadi. Jadi, sebelum membentuk organisasi penyelamatan kebakaran,

perusahaan harus terlebih dahulu membentuk organisasi K3 secara struktural.

2. Langsung memanggil petugas pemadam kebakaran pada saat sudah diketahui

bahwa kebakaran yang terjadi dalam skala sedang atau besar.

3. Mengganti sistem alarm yang sudah ada dengan sistem alarm automatik

dengan menambahkan alat pendeteksi yaitu detektor kebakaran berupa

detektor asap yang dapat secara otomatis memberikan tanda apabila detektor

mendeteksi adanya asap.

4. Memasang sebuah instalasi pemercik air (sprinkler) untuk proteksi

pamadaman api lebih awal.

5. Alat Pemadam Api Portable (APAP) berupa APAR dan APAB harus

difungsikan dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan dijangkau agar

alat tersebut dapat berfungsi dengan maksimal.

6. Melengkapi komponen-komponen hidran yang belum ada agar hidran bisa

berfungsi maksimal.

7. Pintu darurat ditambahkan panic handle, untuk memudahkan pekerja

membuka pintu pada saat terjadi kebakaran.

8. Tangga darurat yang terbuat dari papan kayu harus diganti dengan besi atau

bahan yang tidak mudah terbakar agar tidak mudah dimakan api.

Page 81: Laporan Magang Ommi Amalia

81

9. Untuk mencegah kerugian dan untuk menambah pengetahuan pekerja,

sebaiknya perusahaan lebih sering memberikan pelatihan dan pendidikan

yang berhubungan dengan kebakaran, minimal 3 kali dalam setahun.

10. Mengganti metode pelatihan dengan pelatihan yang bersifat rahasia tanpa

pemberitahuan pada pekerja. Metode ini adalah cara yang lebih efektif untuk

menambah pengetahuan pekerja. Dengan metode ini pekerja akan lebih

serius menanggapi adanya tanda bahaya karena pekerja menganggap itu

adalah bahaya yang sebenarnya.

Page 82: Laporan Magang Ommi Amalia

82

DAFTAR PUSTAKA

Dewan K3 Nasional Indonesia. 1981. Himpunan Pedoman K3 Bidang Penanggulangan

Kebakaran dan Konstruksi Bangunan. Depnaker. Jakarta.

Dinas Kebakaran DKI Jakarta. 1992. Teori Dasar Penanggulangan Bahaya Kebakaran.

Jakarta.

International Labour Office. 1989. Encyclopedia of Occupational Health and Safety,

Third Impression, Vol. 1. Geneva.

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan

Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan.

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan

Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, Lingkungan dan

Bangunan Gedung.

Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya

Kebakaran Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Peraturan Menteri Negara Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 04/MEN/1980 tentang

Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR.

Praptono, Kartoatmojo. 1989. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada

Bangunan-bangunan. Jakarta.

Sanusi, AR. 1998. Sistim Proteksi Kebakaran. Dalam : Lokakarya Pengamanan

Bangunan dan Strategi Evakuasi pada Bangunan Tinggi. Hotel Wisata. Jakarta.

Soedharto, Gatot. 1984. Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran. PT.

Grafindo Utama. Jakarta.

Page 83: Laporan Magang Ommi Amalia

83

Suardi, Rudi. 2005. Sistem Manajemen Kesehatah dan Keselamatan Kerja. Jakarta :

Penerbit PPM.

Sugiharto. 1983. Penanggulangan Bahaya Kebakaran Ditinjau Dalam Lingkup Makro.

Dalam : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Kumpulan Hasil

Seminar). Yayasan K3. Jakarta.

Suma’mur, PK, Dr, M. Sc. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.

Jakarta.

UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.