4. LAPORAN MAGANG

34
LAPORAN PRAKTEK PEMAGANGAN PROFESI AKUNTANSI (P3A) SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN OBAT, BAHAN MEDIS HABIS PAKAI DAN ALAT MEDIS HABIS PAKAI DI RSA UGM Disusun oleh : INDRA MANGIWA PUTRA 12/343919/EE/06385 PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

description

magang

Transcript of 4. LAPORAN MAGANG

Page 1: 4. LAPORAN MAGANG

LAPORAN PRAKTEK PEMAGANGAN PROFESI AKUNTANSI (P3A)

SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN OBAT, BAHAN MEDIS HABIS

PAKAI DAN ALAT MEDIS HABIS PAKAI DI RSA UGM

Disusun oleh :

INDRA MANGIWA PUTRA

12/343919/EE/06385

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: 4. LAPORAN MAGANG

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan, baik perusahaan jasa, dagang maupun manufaktur

mempunyai tujuan utama yakni untuk memperoleh laba yang maksimal, agar

pertumbuhan perusahaan dapat berjalan secara terus-menerus hingga masa

yang akan datang. Berkembangnya suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan

keuangannya. Laporan keuangan menyediakan informasi yang sangat banyak

yang dibutuhkan oleh pihak ketiga atau para investor mengenai perubahan-

perubahan kekayaan bersih perusahaan serta dapat membantu para

pemakainya untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban-kewajiban, baik kewajiban dalam jangka pendek maupun jangka

panjang. Pada proses normal, persediaan akan mengalami suatu perubahan

baik dari segi harga, kuantitas, jenis dan kualitas. Perubahan persediaan dapat

diketahui dengan cara pencatatan dan penilaian persediaan agar dapat

menentukan metode harga pokok persediaan yang sesuai, sehingga perusahaan

tidak akan mengalami kerugian. Dalam penyusunan laporan keuangan, nilai

persediaan berpengaruh langsung terhadap neraca dan laporan laba rugi.

Kesalahan dalam pencatatan berakibat fatal bagi perusahaan karena dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan.

Persediaan juga terdapat di dalam Rumah Sakit yaitu persediaan obat-

obatan, persediaan alat kesehatan dan lain-lain. Persediaan obat merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan suatu rumah sakit.

Pencatatan persediaan di Rumah Sakit juga sama halnya dengan perusahaan.

Sistem pencatatan persediaan ada dua sistem yaitu sistem perpetual (nilai

buku), dan sistem periodik. Pencatatan persediaan di rumah sakit mempunyai

metode yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM merupakan rumah sakit

akademik yang didirikan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa

Page 3: 4. LAPORAN MAGANG

2

UGM. Sebagai institusi kesehatan, rumah sakit ini juga memberikan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum. UGM yang pada tahun 2002

menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN) sekarang

kembali menjadi Perguruan Tinggi Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum (PT PK BLU). Pada sistem BLU pendapatan dana masyarakat masuk

ke dalam kas negara sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Sehingga RSA UGM ini menjadi salah satu objek audit Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK).

Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) merupakan satu-satunya unit di

rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada

pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat atau perbekalan

kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit. Bagian IFRS nantinya

akan memberikan laporan persediaan tentang obat yang masuk dan obat yang

keluar, serta bagaimana cara pencatatannya. Saat ini RSA UGM belum

menerapkan atau mempunyai sistem pencatatan persediaan obat, bahan habis

pakai maupun alat medis habis pakai.

B. Tujuan dan Kegunaan Laporan Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi

(P3A)

1. Mempelajari sistem pencatatan persediaan obat, bahan habis pakai dan alat

medis habis pakai rumah sakit pada umumnya untuk digunakan pada RSA

UGM.

2. Memberikan usulan atau saran terhadap permasalahan yang terjadi di RSA

UGM.

C. Lokasi

Penulis melaksanakan program pemagangan di Bagian IT Rumah Sakit

Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada yang beralamat Jl. Kabupaten

(Ring Road), Kronggahan, Trihanggo, Gamping, Sleman, Yogyakarta.

Page 4: 4. LAPORAN MAGANG

3

D. Waktu

Pelaksanaan magang dilakukan dari tanggal 4 November 2013 – 31

Desember 2013 dengan pembagian waktu magang menjadi 3 shift dalam 1

hari sesuai dengan kebijakan kepala IT Rumah Sakit sehubungan dengan

jumlah kursi yang kurang memadai dan jumlah mahasiswa magang yang

cukup banyak. Alasan lain yaitu karena waktu pemagangan dengan jadwal

perkuliahaan yang bersamaan, oleh karena itu pihak rumah sakit memberikan

kewenangan kepada mahasiswa magang untuk membagi sendiri dengan

catatan terdapat 2 orang dalam tiap shift tersebut. Waktu pemagangan yaitu

sebagai berikut:

- Shift 1 : 07.00-10.00

- Shift 2 : 10.00-13.00

- Shift 3 : 13.00-16.00

E. Cara Kerja

1. Pembekalan Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi Tahap awal dalam

Pelaksanaan Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi adalah kegiatan

pembekalan. Pada tahap pembekalan ini mahasiswa akan diberikan

pengetahuan dan pengarahan oleh pembicara dari unit kerja bagian

keuangan. Pembekalan mengenai gambaran umum dan praktek terhadap

sistem informasi keuangan yang digunakan bagian keuangan di

Universitas Gadjah Mada seperti SIMKeu agar dalam pelaksanaan

mahasiswa sudah mengetahui sistem-sistem yang digunakan oleh unit

kerja bagian keuangan.

2. Tata Tertib dan Etika yang Harus Diperhatikan Selama Pelaksanaan

Praktek Pemagangan di unit kerja, antara lain :

a. Peserta magang harus berpakaian rapi dan berperilaku sopan santun.

b. Peserta magang wajib mengikuti tata tertib yang sudah ditetapkan oleh

panitia penyelenggara Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi.

c. Peserta magang wajib hadir tepat waktu sesuai dengan waktu

perjanjian kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 5: 4. LAPORAN MAGANG

4

d. Peserta magang harus bersosialisai dengan para pegawai di lokasi

Praktek Pemagangan.

e. Peserta magang harus bekerja dengan sungguh-sungguh sesuai dengan

prosedur dan aturan di unit kerja Praktek pemagangan.

3. Kegiatan yang Dilaksanakan Selama Pelaksanaan Praktek Pemagangan di

unit kerja, Antara lain :

a. Memperhatikan dan mempelajari tata tertib yang berlaku di unit kerja

Praktek Pemagangan.

b. Memahami dengan benar deskripsi kerja yang diberikan pembimbing

Praktek Pemagangan kepada peserta Praktek pemagangan.

c. Memahami budaya kerja di unit kerja Praktek Pemagangan.

d. Membantu merekonsiliasi transaksi yang tercatat dalam sistem dengan

bukti(kwitansi) yang telah dikumpulkan oleh bagian administrasi dan

keuangan.

e. Membuat laporan Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi sesuai

dengan yang ditetapkan.

Page 6: 4. LAPORAN MAGANG

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai

kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani

masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan

berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau

upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan

pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan

kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu

dan berkesinambungan (Siregar, 2004).

2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau unit

atau bagian di suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan seorang

apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi

persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten

secara profesional, dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan

yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan

kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri

(Siregar dan Amalia, 2004).

Kegiatan pada instalasi ini terdiri dari pelayanan farmasi minimal

yang meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan perbekalan farmasi,

Page 7: 4. LAPORAN MAGANG

6

dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan rawat

jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi pelayanan umum dan

spesialis, pelayanan langsung pada pasien serta pelayanan klinis yang

merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar dan Amalia,

2004). Menurut Kepmenkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004 fungsi Instalasi

Farmasi rumah sakit adalah sebagai tempat pengelolaan perbekalan

farmasi serta memberikan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat

dan alat kesehatan.

2.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus

kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,

penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang

diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Kepmenkes No.

1197/Menkes/SK/X/2004). Tujuan kegiatan ini adalah:

a. mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

b. menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan.

c. meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi.

d. mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat

guna.

e. melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.

2.2 Pelayanan Kefarmasian Dalam Penggunaan Obat, BMHP, AMHP

Pelayanan ini adalah pendekatan profesional yang bertanggung

jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai

indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan

pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker serta

Page 8: 4. LAPORAN MAGANG

7

bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. Kegiatan

ini meliputi:

a. mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.

b. mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat

dan alat kesehatan.

c. mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan

alat kesehatan.

d. memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan.

e. memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.

f. memberi konseling kepada pasien/keluarga.

g. melakukan pencampuran obat suntik.

h. melakukan penyiapan nutrisi parenteral.

i. melakukan penanganan obat kanker.

j. melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

k. melakukan pencatatan setiap kegiatan.

l. melaporkan setiap kegiatan.

3. Obat

Menurut SK Menteri Kesehatan. No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9

Juni 1971, yang disebut dengan obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-

bahan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,

mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan

badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau

bagian badan manusia. Menurut undang-undang farmasi obat adalah suatu

Page 9: 4. LAPORAN MAGANG

8

bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan dan

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka, ataupun kelainan

badaniah, rohaniah pada manusia ataupun hewan.

4. Alat Medis Habis Pakai dan Bahan Medis Habis Pakai

Definisi operasional Alat Medis Habis Pakai menurut departemen

kesehatan yaitu alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali

pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam perundangan.

Contoh alat medis habis pakai adalah suntik, botol infuse, abboqath,

kateter urine dan urine bag. Sedangkan contoh Bahan Medis Habis Pakai

yaitu berupa darah.

5. Persediaan

Menurut SAK 2012 persediaan adalah aset:

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa

b. Dalam proses produksi utnuk penjualan tersebut; atau

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses

produksi atau pemberian jasa.

Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva

yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk

dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang

yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan

bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.

6. Pencatatan Persediaan

Dalam sistem akuntansi berbasis kas, pencatatan persediaan hanya

terjadi ketika rumah sakit membeli persediaan, dan langsung diakui

sebagai biaya persediaan pada saat terjadi pembelian. Dalam sistem

akuntansi berbasis akrual, pencatatan persediaan dilakukan pada saat

pembelian dan pemakaian persediaan atau berkurangnya persediaan.

Page 10: 4. LAPORAN MAGANG

9

Dalam PP nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi

pemerintahan dan KMK nomor 1981 tahun 2010 tentang Pedoman

Akuntansi BLU rumah sakit, ditegaskan bahwa metode pencatatan

persediaan dalam organisasi pemerintah dan BLU rumah sakit harus

dilakukan dengan menggunakan metode perpetual. Oleh karena itu rumah

sakit yang menjadi BLU harus melakukan pencatatan persediaan dengan

metode perpetual. Metode perpetual, menentukan nilai persediaan dengan

memperhitungakan aliran biaya persediaan setiap saat. Penyajian nilai

persediaan akhir pada neraca dalam metode perpetual dapat menggunakan

beberapa pendekatan yaitu:

(1) FIFO (First in First Out)

(2) LIFO (Last In First Out)

(3) Metode Rata-rata (Average)

7. Formularium

Formularium adalah himpunan obat yang diterima dan disetujui

oleh PFT untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap

batas waktu yang ditentukan (Kepmenkes No.1197/Menkes/SK/X/2004).

Formularium selalu diperbaharui secara terus menerus, yang berisi

sediaan-sediaan obat yang terpilih dan informasi tambahan penting lainnya

yang merefleksikan pertimbangan klinik mutakhir staf medik rumah sakit.

Formularium rumah sakit merupakan penerapan konsep obat esensial di

rumah sakit yang berisi daftar obat dan informasi penggunaannya. Obat

yang termasuk dalam daftar formularium merupakan obat pilihan utama

(drug of choice) dan obat-obat alternatifnya. Dasar-dasar pemilihan obat-

obat alternatif tetap harus mengindahkan prinsip manajemen dan criteria

mayor yaitu berdasarkan pada : pola penyakit yang berkembang didaerah

tersebut, efficacy, efektivitas, keamanan, kualitas, biaya, dan dapat

Page 11: 4. LAPORAN MAGANG

10

dikelola oleh sumber daya dan keuangan rumah sakit (Departemen

kesehatan).

Kebijakan dan Prosedur Formularium:

◦ Masa berlakunya, tatalaksana dalam penulisan resep, prosedur

pelayanan, kebijakan obat generik.

◦ Prosedur pengusulan obat yang ditambahkan, dihapuskan.

◦ SK tentang KFT.

◦ Kebijakan dan prosedur substitusi generik dan terapetik, penghentian

permintaan otomatis, permintaan obat lisan, obat yang dibawa pasien

ke RS, konsumsi sendiri oleh pasien, penggunaan obat sampel,

permintaan obat Cito, standar waktu, MESO.

◦ Kebijakan penulisan resep Rawat Jalan.

Page 12: 4. LAPORAN MAGANG

11

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Tempat Magang

1. Sejarah RSA UGM

Rumah Sakit Umum Pusat dr. Sardjito merupakan rumah sakit

yang didirikan melalui gagasan Prof. dr. Sardjito. Resmi berdiri pada

tanggal 8 Februari 1982, RSUP dr. Sardjito terbentuk dari gabungan

beberapa rumah sakit Universitas Gadjah Mada yang tersebar di kota

Yogyakarta. Tujuan dari terbentuknya RSUP dr. Sardjito selain untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat sekaligus sebagai lokasi

mendidik calon dokter dan calon dokter spesialis UGM.

Dengan modal awal berupa peralatan serta SDM dari RS UGM,

RSUP dr. Sardjito memperoleh pembiayaan dari dana APBN Depkes RI

dan menjadi Rumah Sakit Pendidikan utama bagi Fakultas Kedokteran

UGM dengan semua Bagian Klinik Fakultas Kedokteran UGM.

Saat ini RSUP dr. Sardjito telah berkembang pesat menjadi rumah

sakit kelas A, dengan lebih dari 750 tempat tidur dan 3000 karyawan, serta

menjadi RS untuk pendidikan dokter, dokter spesialis, dan sub

spesialis/spesialis konsultan, ners, dietisien, apoteker dan lain-lain. Dari

perkembangan tersebut menyebabkan tidak mencukupinya tempat

memperoleh keterampilan klinis terutama bagi calon dokter (mahasiswa

profesi kedokteran).

Agar dapat menjaga mutu lulusan bidang profesi kedokteran dan

kesehatan UGM yang dapat mendukung visi UGM sebagai World Class

Research University maka UGM memutuskan untuk melakukan

penambahan rumah sakit. Rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi satu

kesatuan rumah sakit yang unggul baik di bidang pelayanan, pendidikan

maupun riset sesuai dengan visi UGM.

Page 13: 4. LAPORAN MAGANG

12

Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM dibangun dengan dana

APBN Kemendikbud secara bertahap. Konsep dari RSA UGM adalah

pelayanan kesehatan terpadu dan terintegrasi dalam klaster-klaster dengan

multiprofessional team work dan sistem pendidikan klinik

“interprofessional and transprofessional“.

Berikut merupakan tahapan-tahapan pembangunan RSA UGM:

Tahap 1 meliputi klaster pelayanan kesehatan primer dan spesialistik

rawat jalan, gawatdarurat, laboratorium, radiologi, farmasi dan

penunjang non-medik.

Tahap 2 meliputi pembangunan lanjutan rawat jalan dan rawat inap

untuk seluruh klaster sehingga pada saat gedung sudah selesai

seluruhnya maka layanan rawat jalan spesialistik terpadu dapat

dipindahkan ke klaster masing-masing untuk menghasilkan pelayanan

yang lebih nyata terintegrasi.

Tahap 3 meliputi pengembangan untuk pendidikan dan riset yang

canggih dari dasar sampai komunitas,serta fasilitas penunjang lainnya

seperti wisma untuk keluarga pasien dan sebagainya.

Tahun 2012 lalu, RS Akademik UGM telah beroperasional dengan

100 tempat tidur serta berharap dalam kurun waktu 2-3 tahun lagi dapat

beroperasional sebagai rumah sakit pendidikan penuh sesuai rencana

strategi pengembangan RS Akademik UGM ini.

2. Visi, Misi, Tugas, Motto dan Kebijakan Mutu

2.1 Visi

Menjadi rumah sakit akademik yang melaksanakan pelayanan,

pendidikan dan riset yang unggul, berkelas dunia, mandiri, bermartabat

dan mengabdi kepada kepentingan masyarakat.

Page 14: 4. LAPORAN MAGANG

13

2.2 Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan terpadu yang

bermutu dengan mengutamakan aspek pendidikan berbasis riset

2. Melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna berdasarkan

evidence dan riset IPTEKDOK

3. Menyelenggarakan riset klinik dan non klinik yang berwawasan

global

4. Melaksanakan pengabdian kepada kepentingan kesehatan

masyarakat

5. Meningkatkan kemandirian Rumah Sakit Akademik dan

kesejahteraan karyawan

2.3 Tugas RS Akademik UGM

1. Memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

2. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian yang

terkait dengan bidang kesehatan secara terpadu (multi dan/atau

inter disiplin)

3. Melaksanakan pengamatan dan analisis data pelayanan medic yang

strategis, serta menghasilkan rekomendasi dari hasil analisis dan

4. Menyelenggarakan tata-kelola kinerja yang sesuai dengan

peraturan yang berlaku

2.4 Motto RS Akademik UGM

Motto RS Akademik UGM adalah “friendly and caring

hospital (ramah dan peduli)”, dimana institusi ini berkomitmen

mewujudkan rumah sakit yang benar-benar nyaman, sejuk, penuh

keramahan dalam pelayanan serta menghadirkan nuansa yang

meunjang kesembuhan pasien.

Page 15: 4. LAPORAN MAGANG

14

2.5 Kebijakan Mutu RS Akademik UGM

RS Akademik UGM memiliki kebijakan mutu yang terangkum

dalam nilai RSA, yang berarti:

R: Response to change: selalu tanggap terhadap perubahan. Perubahan

dan perkembangan pelayanan kesehatan yang dinamis menuntut

adanya daya tanggap dan daya saing. manajemen dan karyawan

terus berusaha untuk tanggap dan meningkatkan kompetensi agar

bisa menjadi yang terbaik dalam pelayanan dan menjadi pilihan

masyarakat luas serta berdaya jangkau jauh ke depan.

S: Service excellence: berorientasi pada pelayanan prima, bermutu,

dan aman (quality and safety) serta kepuasan pelanggan dengan

mengutamakan kerja tim.

A: Academic environment: memberikan pelayanan dan pendidikan

selalu dalam timbangan menghargai setiap profesi dan

kompetensinya. Nuansa pendidikan yang ramah (friendly), disiplin,

jujur, dan bertanggungjawab. Sehingga membangkitkan

kepercayaan masyarakat terhadap landasan ilmiah yang melandasi

pelayanan di rumah sakit.

3. Manajemen RSA UGM

Sesuai dengan Peraturan Rektor UGM No. 245/P/SK/HT/2011

tanggal 1 Maret 2011 tentang RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM,

struktur organisasi RS Akademik UGM adalah:

A. Dewan Penyantun

B. Dewan Pembina

C. Dewan Pengawas

D. Direksi

Page 16: 4. LAPORAN MAGANG

15

1. Direktur Utama: Prof. dr. H. Arif faisal, Sp.Rad(K), DHSM

2. Direktur Pelayanan Medik, Penunjang Medik, dan Keperawatan:

Prof. dr. Sunartini Hapsara, Sp. A(K), Ph. D.

3. Direktur Umum, SDM, Penunjang Non-Medik, Akademik dan Riset:

DR. drg. Julita Hendrartini, M. Kes.

4. Direktur Keuangan dan Asset: DR. Setiyono, Ak. MBA.

E. Komite-komite Rumah Sakit

B. Pembahasan Masalah

1. Instalasi Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Sub Instalasi Perbekalan Farmasi merupakan bagian dari Instalasi

Farmasi di rumah sakit yang bertanggung jawab dalam pengelolaan obat,

bahan baku, Alat Medis Habis Pakai (AMHP), dan Bahan Medis Habis

Pakai (BMHP). Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Gudang IFRS

secara umum dipimpin oleh seorang Apoteker dan dibantu oleh Asisten

Apoteker, tenaga administrasi, dan tenaga transportasi perbekalan.

Sub Instalasi Perbekalan mempunyai tugas pokok mengkoordinasi

kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Farmasis

berperan dalam pengelolaan perbekalan farmasi yang diperlukan bagi

kegiatan pelayanan meliputi seleksi, perencanaan dan pengadaan,

pendistribusian, dan penggunaan termasuk evaluasi sampai pelaporan.

Proses tersebut difasilitasi oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) yang

berperan dalam menentukan formularium obat yang digunakan rumah

sakit. Dokter yang mewakili masing-masing satuan medis fungsional

(SMF) memberikan usulan obat yang digunakan di Rumah sakit. PFT

kemudian mendiskusikan dan menyeleksi usulan obat yang ada untuk

Page 17: 4. LAPORAN MAGANG

16

menghasilkan formularium obat yang akan menjadi dasar pengadaan obat

di Rumah sakit.

1. Selection

Seleksi merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau

masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan

terapi, bentuk dan dosis obat, menentukan kriteria pemilihan dengan

memprioritaskan obat esensial, standarisasi, sampai menjaga dan

memperbaharui standar obat. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

mempunyai peran aktif dalam penentuan seleksi obat di rumah sakit

untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna

transaksi pembelian. Seleksi obat dilakukan berdasarkan kebutuhan

obat masing-masing SMF yang disesuaikan dengan siklus penyakit

yang biasa ditangani oleh rumah sakit. Dimana masing-masing SMF

mengusulkan kebutuhan obat ke PFT, kemudian diseleksi oleh PFT

untuk menyusun atau merevisi formularium dan tata laksana

penggunaannya di rumah sakit. Penyusunan formularium di rumah

sakit dilakukan dengan metode bottom up. Metode bottom up memiliki

kekurangan yaitu waktu penyusunan yang relatif lama, tetapi memiliki

keuntungan dalam hal kepatuhan dokter dalam menggunakan obat-

obat di formularium sangat tinggi. Contoh formularium :

KLS TERAPI

& KAT FDA

NO.URUT

OBAT NAMA GENERIK

BENTUK SEDIAAN &

KEKUATAN

DOSIS &

KETERANGAN

1.1

C

1 Analgetika narkotika

Fentanil

0,05 mg/ml, TTS 25

mcg/jam. 50 mcg/jam, inj,

patch

Page 18: 4. LAPORAN MAGANG

17

2. Pengadaan

Merupakan proses kegiatan yang meliputi perencanaan dan

pengadaan perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan

metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar

perencanaan yang telah ditentukan merupakan proses perencanaan.

a. Perencanaan

Dalam melaksanakan suatu kegiatan, perlu dilakukan

perencanaan tentang kebutuhan obat, bahan baku, dan perbekalan

farmasi lainnya. Perencanaan dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan efisiensi pengadaan barang dan tercipta

keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Perencanaan

perbekalan farmasi menjadi salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan pelayanan farmasi. Perencanaan perbekalan farmasi

merupakan proses kegiatan pemilihan jenis, jumlah dan harga

perbekalan farmasi dengan tujuan untuk mendapatkan jumlah yang

sesuai dengan kebutuhan anggaran serta menghindari kekosongan.

Perencanaan di rumah sakit dilakukan oleh suatu tim

perencanaan yang dipimpin Kepala Instalasi Farmasi. Perencanaan

perbekalan farmasi rumah sakit menggunakan metode konsumsi

dan epidemiologi. Metode ini berdasarkan pada data konsumsi

bulan sebelumnya. Untuk melaksanakan metode ini maka data

yang diperlukan adalah daftar obat, stok awal, stok akhir, jumlah

penerimaan, jumlah pengeluaran, rata-rata pemakaian tiap bulan,

waktu kekosongan barang, stok pengaman, waktu tunggu,

pemakaiaan nyata per tahun, serta dana yang tersedia. Perencanaan

yang telah dibuat perlu dievaluasi sebelum diusulkan oleh panitia

perencanaan ke bagian perencanaan rumah sakit. Untuk pengadaan

dilakukan oleh tim / panitia pengadaan rumah sakit yang

Page 19: 4. LAPORAN MAGANG

18

mengadakan kebutuhan berdasarkan pada rencana yang telah

disetujui oleh Direktur Rumah Sakit.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit

dapat dilakukan secara produksi, pembelian, Dropping atau

bantuan. Pembelian sendiri dapat dilakukan secara tunai (cash)

atau kredit tergantung kesepakatan dengan distributor terkait.

Pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit akademik berbentuk

Badan Layanan Umum (BLU) pendanaannya bersumber dari

pemerintah (APBN dan PNBP). Sistem pengadaan untuk obat-

obatan dan alat kesehatan di rumah sakit dilakukan dengan cara

pembelian baik kredit, tunai, maupun konsiyasi. Selain itu ada

beberapa perbekalan farmasi yang merupakan bantuan/hibah dari

instansi lain.

Prosedur pengadaan Obat dan Alkes di gudang IFRS rumah

sakit adalah sebagai berikut :

Gudang mengajukan usulan tentang perencanaan kebutuhan

sisa barang, obat dan alat berdasarkan permintaan depo-depo

farmasi setiap minggu kepada Kepala Instalasi Farmasi.

Instalasi Farmasi menyampaikan surat pemesanan melalui PPK

sesuai rencana kebutuhan yang telah ditetapkan.

Dengan persetujuan PPK maka obat dan BHP (bahan habis

Pakai) kebutuhan farmasi diadakan oleh ketua panitia

pengadaan Rumah Sakit. Ketua panitia pengadaan ini

merencanakan tentang kebutuhan Obat dan Alkes yang akan

dipesan serta menunjuk distributor yang sesuai dengan kriteria.

Selanjutnya bagian gudang IFRS (dalam hal ini apoteker

sebagai penanggung jawab gudang IFRS) melakukan

pemesanan Obat dan Alkes kepada distributor yang ditunjuk.

Page 20: 4. LAPORAN MAGANG

19

Distributor yang ditunjuk selanjutnya mengirimkan barang ke

Rumah Sakit kemudian diterima bendahara barang medis,

dicek kesesuaiannya, kelengkapannya seperti pemeriksaan

kondisi barang (kemasan barang baik atau rusak), tanggal

kadaluarsa, jumlah dan jenisnya.

Faktur asli yang menyertai barang selanjutnya dikembalikan

kepada distributor untuk kepentingan penagihan dan salinanya

disimpan di gudang sebagai arsip dan diberi nomor daftar

penerimaan barang.

Sebelum barang disimpan di ruang penyimpanan terlebih

dahulu dicatat di buku penerimaan barang dan kartu stok.

Barang yang diterima selanjutnya disimpan sesuai dengan jenis

barang serta peruntukkannya dan dilengkapi dokumen

administrasinya.

Gudang IFRS rumah sakit mendistribusikan barang ke tiap

depo farmasi berdasarkan permintaan depo melalui buku

defecta.

Penerimaan dan pemeriksaan barang merupakan proses

lanjutan setelah pengadaan. Rekanan mengirimkan barang yang

telah dipesan selanjutnya diterima oleh bagian gudang dan

dilakukan pemeriksaan barang. Pemeriksaan barang bertujuan

untuk mengetahui kesesuaian barang yang diterima (sesuai dengan

spesifikasi obat) dengan SP. Selain itu dengan pemeriksaan dapat

diketahui kondisi barang yang diterima dan batas tanggal

kadaluarsa. Prosedur penerimaan barang :

Barang yang telah dikirim oleh rekanan atau distributor

diterima dan dicocokkan kesesuaian antara faktur barang

dengan SP mengenai jumlah, jenis, dan keterangan lain yang

menyertai. Setelah sesuai dibuat Berita Acara Penerimaan

Page 21: 4. LAPORAN MAGANG

20

Barang (BAPB) yang diketahui dan disetujui oleh Direktur

Rumah sakit.

Barang yang telah diterima diserahkan ke gudang perbekalan

farmasi disertai dengan berita acara serah terima barang yang

disetujui oleh Kepala Gudang dan Bendahara Material Bahan

Medis yang diketahui oleh Kepala Instalasi Farmasi dan Kuasa

barang rumah sakit. Faktur asli diserahkan kepada rekanan

untuk penagihan ke kasir sentral dan salinannya disimpan

digudang sebagai arsip setelah dilegalisir dan diberi nomor

daftar penerimaan barang.

Barang yang diterima di bagian gudang diperiksa kembali

kesesuaiannya, kemudian dicatat pada buku penerimaan, kartu

stok, dan kemudian disimpan (sesuai dengan kriteria

peruntukan yaitu askes, reguler, dan maskin).

Barang yang telah diterima dan diserahkan ke Gudang

Perbekalan Farmasi selanjutnya disimpan sesuai dengan

ketentuan dan aturan penyimpanan. Tujuan penyimpanan

adalah memelihara mutu barang, menjaga kelangsungan

persediaan, memudahkan pencarian, dan pengawasan serta

menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.

Kegiatan-kegiatan penyimpanan meliputi pengaturan tata

ruang dan penyusunan stok, pengamanan mutu obat, pencatatan

mutu obat, dan ED. Tata ruang merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi efisiensi dan efektifitas kegiatan-kegiatan di

Gudang Perbekalan Farmasi.

Page 22: 4. LAPORAN MAGANG

21

Alur Pengadaan

- Bagian Sub Perbekalan Farmasi

Perencanaan

Pengadaan

Rekanan

Panitia pemeriksa barang Gudang farmasi

Daftar kebutuhan

SP

Sisa Stok

SP + faktur +

barang

SP

Faktur +

Barang

Page 23: 4. LAPORAN MAGANG

22

- Bagian Gudang Farmasi

Laporan

Laporan

- Bagian Sub Pelayanan Farmasi

Laporan sisa stok

3. Distribution

Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan oleh gudang

farmasi. Pengeluaran perbekalan farmasi dilakukan gudang dengan

sistem FIFO (first in first out) yaitu barang yang masuk paling awal

Gudang

Stok akhir

Perencanaan

Pengadaan

Input

Order

Barang

Gudang Penyerahan

Barang

Barang +

Print Out

Apotek

Pelayanan

Apotek

Page 24: 4. LAPORAN MAGANG

23

dikeluarkan terlebih dahulu. Sistem lain yang digunakan yaitu

berdasarkan pertimbangan waktu kadaluwarsa atau dikenal dengan

sistem FEFO (first expired date first out).

Pendistribusian barang-barang dari gudang perbekalan farmasi

dilakukan berdasarkan permintaan dari depo farmasi (rawat jalan,

rawat inap, jamkesmas, operasi dan gawat darurat), laboratorium

klinik, dan ruangan/poliklinik. Setiap permintaan yang masuk harus

menggunakan buku permintaan barang (buku de fecta) diserta bukti

pengeluaran barang gudang dan barang-barang yang keluar dicatat

dalam buku rekap pengeluaran barang.

Perbekalan farmasi di rumah sakit dapat didistribusikan melalui

dua metode yaitu distribusi dari gudang ke masing-masing depo dan

dispensing dari tiap depo ke pasien. Distribusi dari gudang ke depo

dilaksanakan berdasarkan permintaan dari tiap depo yang diajukan

melalui buku de fecta. Dispensing dari depo pelayanan farmasi yang

ada di rumah sakit ke pasien dilaksanakan sesuai dengan aturan depo

yang melayaninya.

4. Use

Bagian dari penggunaan obat pada pasien adalah dispensing

dan Drug Utility Review. Dispensing merupakan kegiatan pelayanan

yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan atau

meracik obat, memberikan label atau etiket, penyerahan obat dengan

pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.

Pada proses dispensing inilah yang merupakan kegiatan pelayanan

farmasi pada pasien. Dispensing di rumah sakit dilakukan oleh

Apoteker yang didelegasikan pada Asisten Apoteker (AA). Apoteker

bertugas memantau pelaksanaan proses dispensing tersebut. Setelah

beberapa kurun waktu, pemakaian obat pasien perlu dilakukan evaluasi

(Drug Utility Review). DUR adalah suatu kegiatan pengkajian

Page 25: 4. LAPORAN MAGANG

24

penggunaan obat dalam suatu periode dengan tujuan mengetahui

efektifitas terapi yang telah diberikan pada pasien. Pengkajian

penggunaan obat di rumah sakit dilakukan melalui diskusi antara

farmasis dengan tenaga kesehatan lainnya. Diskusi dapat berupa studi

kasus mengenai suatu penyakit yang diderita pasien khususnya pasien

rawat inap.

2. Gudang Farmasi

Gudang Farmasi Rumah Sakit merupakan suatu bagian di rumah

sakit yang kegiatannya dibawah manajemen departemen Instalasi Farmasi.

Gudang farmasi mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan yang

merupakan kegiatan dan usaha untuk mengelola barang persediaan farmasi

yang dilakukan sedemikian rupa agar kualitas dapat diperhatikan, barang

terhindar dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan cepat, barang

aman dari pencuri dan mempermudah pengawasan stok. Gudang farmasi

berperan sebagai jantung dari menjemen logistik karena sangat

menentukan kelancaran dari pendistribusian. Oleh karena itu, maka

metode pengendalian persediaan atau inventory control diperlukan,

dipahami dan diketahui secara baik.

Depo Gudang Farmasi rumah sakit merupakan depo yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan perbekalan farmasi baik berupa alat

kesehatan, barang habis pakai (BHP) maupun obat-obatan, dimana

kegiatan pengelolaannya meliputi dari penerimaan, penyimpanan,

pemusnahan dan pendistribusian. Alat kesehatan (AMHP), BMHP dan

Obat-obatan di Depo Gudang Farmasi dibedakan berdasarkan status pasien

antara lain Regular, Askes, dan JAMKESMAS. Depo Gudang Farmasi

sendiri terbagi atas dua yaitu Gudang 1 khusus untuk Alkes dan BMHP,

dan Gudang 2 untuk Obat-obatan.

Page 26: 4. LAPORAN MAGANG

25

Kegiatan depo Gudang farmasi antara lain :

1. Penerimaan

Penerimaan obat di Gudang Farmasi hampir setiap hari

dilakukan. Dimana, penerimaan sendiri dilakukan oleh Bendaharawan

Barang Medis (BBM) sebagai yang bertanggungjawab atas penyerahan

perbekalan farmasi dari distributor kepada Instalasi Farmasi.

Penerimaan perbekalan sendiri harus sesuai prosedur untuk menjamin

ketertiban administrasi penerimaan barang dan menjamin jenis dan

jumlah, serta mutu barang yang diterima. Prosedur tetap (PROTAP)

penerimaan obat di gudang farmasi adalah sebagai berikut.

a. Perbekalan farmasi yang datang diterima oleh BBM dan dilakukan

pengecekan secara fisik.

b. Pastikan kesesuaian antara pesanan dengan barang yang meliputi:

- Kebenaran jumlah kemasan

- Kebenaran jumlah satuan dalam kemasan

- Kebenaran jenis barang yang diterima

- Kebenaran identitas produk

- Kebenaran kondisi kemasan seperti yang disarankan

c. Pastikan ketiadaan hal-hal sebagai berikut :

- Tanda-tanda kerusakan

- Kelainan warna, bentuk dan kerusakan

- Terlihat partikel/benda asing dalam cairan/kemasan

- Terlihat kebocoran

d. Waktu kadaluarsa memadai

e. Pastikan adanya dokumen-dokumen penerimaan, meliputi :

- Faktur/surat penyerahan barang

- Kartu stok

Page 27: 4. LAPORAN MAGANG

26

Contoh kartu stok

Artikel :

Merek : Satuan :

TGL KEPERLUAN PENERIMAAN PENGELUARAN SISA KET

- Buku pembelian

- Pengarsipan faktur

f. Tim pemeriksa barang melakukan recek perbekalan farmasi yang

datang.

Pemeriksaan barang bertujuan untuk mengetahui

kesesuaian barang yang diterima (sesuai dengan spesifikasi obat)

dengan SP. Selain itu dengan pemeriksaan dapat diketahui kondisi

barang yang diterima dan batas expired date (ED).

2. Penyimpanan

Penyimpanan perbekalan farmasi di depo Gudang Farmasi

dilakukan sesuai prosedur untuk menjamin mutu obat dan pelayanan

yang optimal. Adapun protap perbekalan farmasi yaitu:

Page 28: 4. LAPORAN MAGANG

27

1. Barang datang setelah dilakukan recek oleh BBM, kemudian

disimpan ditempatnya masing-masing, disertai dengan pencatatan

penerimaan pada kartu stok meliputi tanggal, jumlah serta nama

distributor yang mengirim.

2. Alat kesehatan, reagen dan BMHP disimpan di gudang 1

3. Obat askes, jamkesmas, reguler disimpan di gudang 2

4. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam almari tersendiri.

5. Semua barang disusun berdasarkan urutan nama alphabetisnya.

6. Obat yang perlu suhu 2-8oC, disimpan pada lemari es.

7. Semua barang yang ditata dicatat pada pada kartu stok dan kartu

diletakkan disamping barang.

8. Alur keluar masuknya barang harus dicatat pada kartu stok

Barang yang telah diterima dan diserahkan ke Gudang Farmasi

selanjutnya disimpan sesuai dengan ketentuan dan aturan

penyimpanan. Tujuan penyimpanan adalah memelihara mutu barang,

menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan

pengawasan serta menghindari penggunaan yang tidak bertanggung

jawab. Kegiatan-kegiatan penyimpanan meliputi pengaturan tata ruang

dan penyusunan stok, pengamanan mutu obat, pencatatan mutu obat,

dan ED.

Penyimpanan perbekalan farmasi di depo gudang farmasi

khusus obat-obatan ditata berdasarkan bentuk sediaan dan juga secara

alphabetis. Sedangkan untuk obat-obatan askes dilakukan penataan

secara alphabetis pada kadungan zat berkhasiatnya.

3. Pemusnahan

Untuk kegiatan pemusnahan pada depo gudang farmasi obat-

obatan, BMHP dan AMHP yang telah kadaluwarsa dari setiap depo

maupun gudang sendiri dikumpulkan untuk selanjutnya dilakukan

pemusnahan.

Page 29: 4. LAPORAN MAGANG

28

4. Pendistribusian

Distribusi perbekalan farmasi dilakukan secara sentralisasi dari

gudang farmasi untuk menjamin tercapainya layanan farmasi yang

optimal. Gudang Farmasi rumah sakit melayani permintaan obat dan

alat-alat kesehatan dari berbagai depo farmasi yang ada di rumah sakit.

Pelayanan dilakukan sesuai dengan permintaan masing-masing depo

farmasi melalui buku defecta yang dikirim ke gudang farmasi. Obat

yang diserahkan dibedakan sesuai dengan status pasien

(reguler/umum, askes, dan jamkesmas).

Secara garis besar alur distribusi depo gudang farmasi dapat

dilihat prosedur tetap distribusi berikut ini.

a. Petugas gudang mencatat kebutuhan masing-masing unit layanan

berdasarkan permintaan sesuai ketersediaan barang di gudang

b. Perbekalan farmasi yang tidak ada ketersediaanya di gudang,

direncanakan untuk pembelian secara UP/tunai tergantung

kebutuhan (mendesak atau tidak). Perbekalan farmasi yang sudah

disiapkan, dicatat pada masing-masing pada buku bon permintaan

unit layanan sesuai keperuntukkannya.

c. Pendistibusian perbekalan farmasi harus dalam kemasan primerya,

kecuali bila permintaan kurang dari isi perkamen

d. Perbekalan farmasi yang perlu penanganan khusus harus

diserahkan dalam keadaan yang terkondisikan

e. Perbekalan farmasi yang akan didistribusikan ke unit layanan

dengan menyertakan buku permintaan untuk ditandatangani.

f. Pendistribusian juga mengacu pada FEFO (first expired date first

out).

g. Pengeluaran barang dari gudang harus selalu dicatat pada kartu

stok

Page 30: 4. LAPORAN MAGANG

29

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan perbekalan

farmasi antara lain penulisan kartu stok tiap masing-masing obat/alat

kesehatan setelah diambil, pencatatan perbekalan farmasi di buku

penerimaan obat dan alat kesehatan, dan pengecekan ulang kesesuaian

pengambilan obat/alat kesehatan dengan buku defecta dari tiap-tiap

depo farmasi. Tiap 3 bulan dilakukan pemeriksaan Stock Opname

untuk mengetahui sisa stok obat dan alkes yang ada di rumah sakit.

Hal ini penting untuk proses pengadaan obat dan alkes periode

berikutnya.

C. Kegiatan Kerja di Tempat Magang

Kegiatan praktek pemagangan di Rumah Sakit Akademik UGM dibagi

menjadi 3 bagian, yaitu bagian Keuangan, bagian Farmasi dan bagian IT.

Penulis melaksanakan praktek pemagangan di bagian IT yang dilaksanakan

dari tanggal 4 November-31 Desember. Pada awal pelaksanaan pemagangan,

penulis mempelajari tentang Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) bagian IT

Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM). Dalam

pelaksanaan praktek kerja tersebut tugas utama penulis adalah melakukan

rekonsiliasi antara transaksi yang tercatat dalam sistem dengan bukti

(kwitansi) yang telah diberikan oleh bagian administrasi dan keuangan. Selain

itu, penulis membantu beberapa kegiatan terkait dengan sistem akuntansi yang

telah dilaksanakan oleh staf IT.

D. Evaluasi Tempat Magang

Bagian Informasi Teknologi (IT) RSA UGM mempunyai 7 tenaga

kerja yang terdiri dari 1 kepala IT dan 6 karyawan. tetapi pada sistem

akuntansi hanya terdapat 1 orang yang melakukan pekerjaan tersebut dengan

basic bukan akuntansi. Sedangkan tugas yang harus dikerjakan masih sangat

banyak mengingat pekerjaan tersebut harus dapat selesai sebelum pelaporan

keuangan pada akhir tahun. Oleh karena itu mahasiswa magang sangat

dibutuhkan dan diharapkan dapat membantu menyelesaikan pekerjaan

Page 31: 4. LAPORAN MAGANG

30

tersebut. Namun hingga saat ini perkerjaaan tersebut belum dapat

terselesaikan akibat waktu yang kurang memungkinkan untuk menyelesaikan

pekerjaaan yang cukup banyak tersebut. Sistem akuntansi pada bagian IT juga

masih dalam tahap penyempurnaan. Dalam sistem ini baru terdapat beberapa

akun saja seperti akun kas, akun pendapatan dan piutang.

Page 32: 4. LAPORAN MAGANG

31

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada, merupakan

rumah sakit milik UGM yang berdiri tahun 2012. Latar belakang dibangunnya

RSA UGM karena saat ini tidak tercukupinya tempat memperoleh

keterampilan klinis terutama bagi calon dokter (mahasiswa profesi

kedokteran) pada RSUP dr. Sardjito.

RSA UGM dibangun dengan harapan dapat menjaga mutu lulusan

bidang profesi kedokteran dan kesehatan UGM yang dapat mendukung visi

UGM sebagai World Class Research University. RSA UGM diharapkan dapat

menjadi satu kesatuan rumah sakit yang unggul baik di bidang pelayanan,

pendidikan maupun riset sesuai dengan visi UGM.

RSA UGM sampai saat ini masih dalam proses pengembangan,

sehingga dalam proses pengembangannya RSA UGM memiliki beberapa

kekurangan, antara lain :

1. RSA UGM belum memiliki sistem dan metode pencatatan persediaan

apakah menggunakan LIFO, FIFO atau Average.

2. Tidak adanya SOP yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan pada

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).

3. Sistem akuntansi atau Electronic Health Record (EHR) yang masih dalam

tahap penyempurnaan.

4. Laporan keuangan belum tersusun dengan baik dan benar.

B. Saran

1. Pencatatan persediaan menggunakan sistem perpetual dengan metode

FIFO (first in first out) yaitu barang yang masuk paling awal dikeluarkan

terlebih dahulu.

Page 33: 4. LAPORAN MAGANG

32

2. Sistem lain yang digunakan yaitu berdasarkan pertimbangan waktu

kadarluarsa atau dikenal dengan metode FEFO (first expired date first

out).

3. Membuat SOP (Standard Operating Procedure) terkait dengan persediaan.

Page 34: 4. LAPORAN MAGANG

33

DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Ch. J.P., dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Teori dan

Penerapan, 25 – 49, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Standar Pelayanan Farmasi di

Rumah Sakit, 1, 5, 14-17, Jakarta.

Standar akuntansi keuangan per 1 juni 2012

http://www.depkes.go.id/

PP nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan

http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-persediaan-dalam-akuntansi/

rsa.ugm.ac.id

http://sebuahsejuk.wordpress.com/2011/09/09/obat-adalah/

http://rhyerhiathy.wordpress.com/2012/12/25/formulariumrumahsakit/

http://herusasongko.staff.mipa.uns.ac.id/2012/04/23/alat-kesehatan-volume-1/

KMK no.1981 tahun 2010 tentang Pedoman Akuntansi BLU rumah sakit