4. LAPORAN MAGANG
-
Upload
indra-mangiwa-putra -
Category
Documents
-
view
192 -
download
3
description
Transcript of 4. LAPORAN MAGANG
LAPORAN PRAKTEK PEMAGANGAN PROFESI AKUNTANSI (P3A)
SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN OBAT, BAHAN MEDIS HABIS
PAKAI DAN ALAT MEDIS HABIS PAKAI DI RSA UGM
Disusun oleh :
INDRA MANGIWA PUTRA
12/343919/EE/06385
PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan, baik perusahaan jasa, dagang maupun manufaktur
mempunyai tujuan utama yakni untuk memperoleh laba yang maksimal, agar
pertumbuhan perusahaan dapat berjalan secara terus-menerus hingga masa
yang akan datang. Berkembangnya suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan
keuangannya. Laporan keuangan menyediakan informasi yang sangat banyak
yang dibutuhkan oleh pihak ketiga atau para investor mengenai perubahan-
perubahan kekayaan bersih perusahaan serta dapat membantu para
pemakainya untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban, baik kewajiban dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Pada proses normal, persediaan akan mengalami suatu perubahan
baik dari segi harga, kuantitas, jenis dan kualitas. Perubahan persediaan dapat
diketahui dengan cara pencatatan dan penilaian persediaan agar dapat
menentukan metode harga pokok persediaan yang sesuai, sehingga perusahaan
tidak akan mengalami kerugian. Dalam penyusunan laporan keuangan, nilai
persediaan berpengaruh langsung terhadap neraca dan laporan laba rugi.
Kesalahan dalam pencatatan berakibat fatal bagi perusahaan karena dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan.
Persediaan juga terdapat di dalam Rumah Sakit yaitu persediaan obat-
obatan, persediaan alat kesehatan dan lain-lain. Persediaan obat merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan suatu rumah sakit.
Pencatatan persediaan di Rumah Sakit juga sama halnya dengan perusahaan.
Sistem pencatatan persediaan ada dua sistem yaitu sistem perpetual (nilai
buku), dan sistem periodik. Pencatatan persediaan di rumah sakit mempunyai
metode yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM merupakan rumah sakit
akademik yang didirikan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa
2
UGM. Sebagai institusi kesehatan, rumah sakit ini juga memberikan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum. UGM yang pada tahun 2002
menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN) sekarang
kembali menjadi Perguruan Tinggi Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (PT PK BLU). Pada sistem BLU pendapatan dana masyarakat masuk
ke dalam kas negara sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Sehingga RSA UGM ini menjadi salah satu objek audit Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) merupakan satu-satunya unit di
rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada
pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat atau perbekalan
kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit. Bagian IFRS nantinya
akan memberikan laporan persediaan tentang obat yang masuk dan obat yang
keluar, serta bagaimana cara pencatatannya. Saat ini RSA UGM belum
menerapkan atau mempunyai sistem pencatatan persediaan obat, bahan habis
pakai maupun alat medis habis pakai.
B. Tujuan dan Kegunaan Laporan Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi
(P3A)
1. Mempelajari sistem pencatatan persediaan obat, bahan habis pakai dan alat
medis habis pakai rumah sakit pada umumnya untuk digunakan pada RSA
UGM.
2. Memberikan usulan atau saran terhadap permasalahan yang terjadi di RSA
UGM.
C. Lokasi
Penulis melaksanakan program pemagangan di Bagian IT Rumah Sakit
Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada yang beralamat Jl. Kabupaten
(Ring Road), Kronggahan, Trihanggo, Gamping, Sleman, Yogyakarta.
3
D. Waktu
Pelaksanaan magang dilakukan dari tanggal 4 November 2013 – 31
Desember 2013 dengan pembagian waktu magang menjadi 3 shift dalam 1
hari sesuai dengan kebijakan kepala IT Rumah Sakit sehubungan dengan
jumlah kursi yang kurang memadai dan jumlah mahasiswa magang yang
cukup banyak. Alasan lain yaitu karena waktu pemagangan dengan jadwal
perkuliahaan yang bersamaan, oleh karena itu pihak rumah sakit memberikan
kewenangan kepada mahasiswa magang untuk membagi sendiri dengan
catatan terdapat 2 orang dalam tiap shift tersebut. Waktu pemagangan yaitu
sebagai berikut:
- Shift 1 : 07.00-10.00
- Shift 2 : 10.00-13.00
- Shift 3 : 13.00-16.00
E. Cara Kerja
1. Pembekalan Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi Tahap awal dalam
Pelaksanaan Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi adalah kegiatan
pembekalan. Pada tahap pembekalan ini mahasiswa akan diberikan
pengetahuan dan pengarahan oleh pembicara dari unit kerja bagian
keuangan. Pembekalan mengenai gambaran umum dan praktek terhadap
sistem informasi keuangan yang digunakan bagian keuangan di
Universitas Gadjah Mada seperti SIMKeu agar dalam pelaksanaan
mahasiswa sudah mengetahui sistem-sistem yang digunakan oleh unit
kerja bagian keuangan.
2. Tata Tertib dan Etika yang Harus Diperhatikan Selama Pelaksanaan
Praktek Pemagangan di unit kerja, antara lain :
a. Peserta magang harus berpakaian rapi dan berperilaku sopan santun.
b. Peserta magang wajib mengikuti tata tertib yang sudah ditetapkan oleh
panitia penyelenggara Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi.
c. Peserta magang wajib hadir tepat waktu sesuai dengan waktu
perjanjian kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
4
d. Peserta magang harus bersosialisai dengan para pegawai di lokasi
Praktek Pemagangan.
e. Peserta magang harus bekerja dengan sungguh-sungguh sesuai dengan
prosedur dan aturan di unit kerja Praktek pemagangan.
3. Kegiatan yang Dilaksanakan Selama Pelaksanaan Praktek Pemagangan di
unit kerja, Antara lain :
a. Memperhatikan dan mempelajari tata tertib yang berlaku di unit kerja
Praktek Pemagangan.
b. Memahami dengan benar deskripsi kerja yang diberikan pembimbing
Praktek Pemagangan kepada peserta Praktek pemagangan.
c. Memahami budaya kerja di unit kerja Praktek Pemagangan.
d. Membantu merekonsiliasi transaksi yang tercatat dalam sistem dengan
bukti(kwitansi) yang telah dikumpulkan oleh bagian administrasi dan
keuangan.
e. Membuat laporan Praktek Pemagangan Profesi Akuntansi sesuai
dengan yang ditetapkan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan
berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau
upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan (Siregar, 2004).
2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau unit
atau bagian di suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan seorang
apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi
persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten
secara profesional, dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan
yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri
(Siregar dan Amalia, 2004).
Kegiatan pada instalasi ini terdiri dari pelayanan farmasi minimal
yang meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan perbekalan farmasi,
6
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan rawat
jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi pelayanan umum dan
spesialis, pelayanan langsung pada pasien serta pelayanan klinis yang
merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar dan Amalia,
2004). Menurut Kepmenkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004 fungsi Instalasi
Farmasi rumah sakit adalah sebagai tempat pengelolaan perbekalan
farmasi serta memberikan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat
dan alat kesehatan.
2.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus
kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Kepmenkes No.
1197/Menkes/SK/X/2004). Tujuan kegiatan ini adalah:
a. mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
b. menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan.
c. meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi.
d. mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat
guna.
e. melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
2.2 Pelayanan Kefarmasian Dalam Penggunaan Obat, BMHP, AMHP
Pelayanan ini adalah pendekatan profesional yang bertanggung
jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan
pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker serta
7
bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. Kegiatan
ini meliputi:
a. mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
b. mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan.
c. mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan.
d. memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
e. memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
f. memberi konseling kepada pasien/keluarga.
g. melakukan pencampuran obat suntik.
h. melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
i. melakukan penanganan obat kanker.
j. melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
k. melakukan pencatatan setiap kegiatan.
l. melaporkan setiap kegiatan.
3. Obat
Menurut SK Menteri Kesehatan. No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9
Juni 1971, yang disebut dengan obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-
bahan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau
bagian badan manusia. Menurut undang-undang farmasi obat adalah suatu
8
bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan dan
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka, ataupun kelainan
badaniah, rohaniah pada manusia ataupun hewan.
4. Alat Medis Habis Pakai dan Bahan Medis Habis Pakai
Definisi operasional Alat Medis Habis Pakai menurut departemen
kesehatan yaitu alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali
pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam perundangan.
Contoh alat medis habis pakai adalah suntik, botol infuse, abboqath,
kateter urine dan urine bag. Sedangkan contoh Bahan Medis Habis Pakai
yaitu berupa darah.
5. Persediaan
Menurut SAK 2012 persediaan adalah aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa
b. Dalam proses produksi utnuk penjualan tersebut; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva
yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk
dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang
yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan
bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
6. Pencatatan Persediaan
Dalam sistem akuntansi berbasis kas, pencatatan persediaan hanya
terjadi ketika rumah sakit membeli persediaan, dan langsung diakui
sebagai biaya persediaan pada saat terjadi pembelian. Dalam sistem
akuntansi berbasis akrual, pencatatan persediaan dilakukan pada saat
pembelian dan pemakaian persediaan atau berkurangnya persediaan.
9
Dalam PP nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi
pemerintahan dan KMK nomor 1981 tahun 2010 tentang Pedoman
Akuntansi BLU rumah sakit, ditegaskan bahwa metode pencatatan
persediaan dalam organisasi pemerintah dan BLU rumah sakit harus
dilakukan dengan menggunakan metode perpetual. Oleh karena itu rumah
sakit yang menjadi BLU harus melakukan pencatatan persediaan dengan
metode perpetual. Metode perpetual, menentukan nilai persediaan dengan
memperhitungakan aliran biaya persediaan setiap saat. Penyajian nilai
persediaan akhir pada neraca dalam metode perpetual dapat menggunakan
beberapa pendekatan yaitu:
(1) FIFO (First in First Out)
(2) LIFO (Last In First Out)
(3) Metode Rata-rata (Average)
7. Formularium
Formularium adalah himpunan obat yang diterima dan disetujui
oleh PFT untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap
batas waktu yang ditentukan (Kepmenkes No.1197/Menkes/SK/X/2004).
Formularium selalu diperbaharui secara terus menerus, yang berisi
sediaan-sediaan obat yang terpilih dan informasi tambahan penting lainnya
yang merefleksikan pertimbangan klinik mutakhir staf medik rumah sakit.
Formularium rumah sakit merupakan penerapan konsep obat esensial di
rumah sakit yang berisi daftar obat dan informasi penggunaannya. Obat
yang termasuk dalam daftar formularium merupakan obat pilihan utama
(drug of choice) dan obat-obat alternatifnya. Dasar-dasar pemilihan obat-
obat alternatif tetap harus mengindahkan prinsip manajemen dan criteria
mayor yaitu berdasarkan pada : pola penyakit yang berkembang didaerah
tersebut, efficacy, efektivitas, keamanan, kualitas, biaya, dan dapat
10
dikelola oleh sumber daya dan keuangan rumah sakit (Departemen
kesehatan).
Kebijakan dan Prosedur Formularium:
◦ Masa berlakunya, tatalaksana dalam penulisan resep, prosedur
pelayanan, kebijakan obat generik.
◦ Prosedur pengusulan obat yang ditambahkan, dihapuskan.
◦ SK tentang KFT.
◦ Kebijakan dan prosedur substitusi generik dan terapetik, penghentian
permintaan otomatis, permintaan obat lisan, obat yang dibawa pasien
ke RS, konsumsi sendiri oleh pasien, penggunaan obat sampel,
permintaan obat Cito, standar waktu, MESO.
◦ Kebijakan penulisan resep Rawat Jalan.
11
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Tempat Magang
1. Sejarah RSA UGM
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Sardjito merupakan rumah sakit
yang didirikan melalui gagasan Prof. dr. Sardjito. Resmi berdiri pada
tanggal 8 Februari 1982, RSUP dr. Sardjito terbentuk dari gabungan
beberapa rumah sakit Universitas Gadjah Mada yang tersebar di kota
Yogyakarta. Tujuan dari terbentuknya RSUP dr. Sardjito selain untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat sekaligus sebagai lokasi
mendidik calon dokter dan calon dokter spesialis UGM.
Dengan modal awal berupa peralatan serta SDM dari RS UGM,
RSUP dr. Sardjito memperoleh pembiayaan dari dana APBN Depkes RI
dan menjadi Rumah Sakit Pendidikan utama bagi Fakultas Kedokteran
UGM dengan semua Bagian Klinik Fakultas Kedokteran UGM.
Saat ini RSUP dr. Sardjito telah berkembang pesat menjadi rumah
sakit kelas A, dengan lebih dari 750 tempat tidur dan 3000 karyawan, serta
menjadi RS untuk pendidikan dokter, dokter spesialis, dan sub
spesialis/spesialis konsultan, ners, dietisien, apoteker dan lain-lain. Dari
perkembangan tersebut menyebabkan tidak mencukupinya tempat
memperoleh keterampilan klinis terutama bagi calon dokter (mahasiswa
profesi kedokteran).
Agar dapat menjaga mutu lulusan bidang profesi kedokteran dan
kesehatan UGM yang dapat mendukung visi UGM sebagai World Class
Research University maka UGM memutuskan untuk melakukan
penambahan rumah sakit. Rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi satu
kesatuan rumah sakit yang unggul baik di bidang pelayanan, pendidikan
maupun riset sesuai dengan visi UGM.
12
Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM dibangun dengan dana
APBN Kemendikbud secara bertahap. Konsep dari RSA UGM adalah
pelayanan kesehatan terpadu dan terintegrasi dalam klaster-klaster dengan
multiprofessional team work dan sistem pendidikan klinik
“interprofessional and transprofessional“.
Berikut merupakan tahapan-tahapan pembangunan RSA UGM:
Tahap 1 meliputi klaster pelayanan kesehatan primer dan spesialistik
rawat jalan, gawatdarurat, laboratorium, radiologi, farmasi dan
penunjang non-medik.
Tahap 2 meliputi pembangunan lanjutan rawat jalan dan rawat inap
untuk seluruh klaster sehingga pada saat gedung sudah selesai
seluruhnya maka layanan rawat jalan spesialistik terpadu dapat
dipindahkan ke klaster masing-masing untuk menghasilkan pelayanan
yang lebih nyata terintegrasi.
Tahap 3 meliputi pengembangan untuk pendidikan dan riset yang
canggih dari dasar sampai komunitas,serta fasilitas penunjang lainnya
seperti wisma untuk keluarga pasien dan sebagainya.
Tahun 2012 lalu, RS Akademik UGM telah beroperasional dengan
100 tempat tidur serta berharap dalam kurun waktu 2-3 tahun lagi dapat
beroperasional sebagai rumah sakit pendidikan penuh sesuai rencana
strategi pengembangan RS Akademik UGM ini.
2. Visi, Misi, Tugas, Motto dan Kebijakan Mutu
2.1 Visi
Menjadi rumah sakit akademik yang melaksanakan pelayanan,
pendidikan dan riset yang unggul, berkelas dunia, mandiri, bermartabat
dan mengabdi kepada kepentingan masyarakat.
13
2.2 Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan terpadu yang
bermutu dengan mengutamakan aspek pendidikan berbasis riset
2. Melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna berdasarkan
evidence dan riset IPTEKDOK
3. Menyelenggarakan riset klinik dan non klinik yang berwawasan
global
4. Melaksanakan pengabdian kepada kepentingan kesehatan
masyarakat
5. Meningkatkan kemandirian Rumah Sakit Akademik dan
kesejahteraan karyawan
2.3 Tugas RS Akademik UGM
1. Memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
2. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian yang
terkait dengan bidang kesehatan secara terpadu (multi dan/atau
inter disiplin)
3. Melaksanakan pengamatan dan analisis data pelayanan medic yang
strategis, serta menghasilkan rekomendasi dari hasil analisis dan
4. Menyelenggarakan tata-kelola kinerja yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku
2.4 Motto RS Akademik UGM
Motto RS Akademik UGM adalah “friendly and caring
hospital (ramah dan peduli)”, dimana institusi ini berkomitmen
mewujudkan rumah sakit yang benar-benar nyaman, sejuk, penuh
keramahan dalam pelayanan serta menghadirkan nuansa yang
meunjang kesembuhan pasien.
14
2.5 Kebijakan Mutu RS Akademik UGM
RS Akademik UGM memiliki kebijakan mutu yang terangkum
dalam nilai RSA, yang berarti:
R: Response to change: selalu tanggap terhadap perubahan. Perubahan
dan perkembangan pelayanan kesehatan yang dinamis menuntut
adanya daya tanggap dan daya saing. manajemen dan karyawan
terus berusaha untuk tanggap dan meningkatkan kompetensi agar
bisa menjadi yang terbaik dalam pelayanan dan menjadi pilihan
masyarakat luas serta berdaya jangkau jauh ke depan.
S: Service excellence: berorientasi pada pelayanan prima, bermutu,
dan aman (quality and safety) serta kepuasan pelanggan dengan
mengutamakan kerja tim.
A: Academic environment: memberikan pelayanan dan pendidikan
selalu dalam timbangan menghargai setiap profesi dan
kompetensinya. Nuansa pendidikan yang ramah (friendly), disiplin,
jujur, dan bertanggungjawab. Sehingga membangkitkan
kepercayaan masyarakat terhadap landasan ilmiah yang melandasi
pelayanan di rumah sakit.
3. Manajemen RSA UGM
Sesuai dengan Peraturan Rektor UGM No. 245/P/SK/HT/2011
tanggal 1 Maret 2011 tentang RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM,
struktur organisasi RS Akademik UGM adalah:
A. Dewan Penyantun
B. Dewan Pembina
C. Dewan Pengawas
D. Direksi
15
1. Direktur Utama: Prof. dr. H. Arif faisal, Sp.Rad(K), DHSM
2. Direktur Pelayanan Medik, Penunjang Medik, dan Keperawatan:
Prof. dr. Sunartini Hapsara, Sp. A(K), Ph. D.
3. Direktur Umum, SDM, Penunjang Non-Medik, Akademik dan Riset:
DR. drg. Julita Hendrartini, M. Kes.
4. Direktur Keuangan dan Asset: DR. Setiyono, Ak. MBA.
E. Komite-komite Rumah Sakit
B. Pembahasan Masalah
1. Instalasi Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Sub Instalasi Perbekalan Farmasi merupakan bagian dari Instalasi
Farmasi di rumah sakit yang bertanggung jawab dalam pengelolaan obat,
bahan baku, Alat Medis Habis Pakai (AMHP), dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP). Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Gudang IFRS
secara umum dipimpin oleh seorang Apoteker dan dibantu oleh Asisten
Apoteker, tenaga administrasi, dan tenaga transportasi perbekalan.
Sub Instalasi Perbekalan mempunyai tugas pokok mengkoordinasi
kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Farmasis
berperan dalam pengelolaan perbekalan farmasi yang diperlukan bagi
kegiatan pelayanan meliputi seleksi, perencanaan dan pengadaan,
pendistribusian, dan penggunaan termasuk evaluasi sampai pelaporan.
Proses tersebut difasilitasi oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) yang
berperan dalam menentukan formularium obat yang digunakan rumah
sakit. Dokter yang mewakili masing-masing satuan medis fungsional
(SMF) memberikan usulan obat yang digunakan di Rumah sakit. PFT
kemudian mendiskusikan dan menyeleksi usulan obat yang ada untuk
16
menghasilkan formularium obat yang akan menjadi dasar pengadaan obat
di Rumah sakit.
1. Selection
Seleksi merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau
masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan
terapi, bentuk dan dosis obat, menentukan kriteria pemilihan dengan
memprioritaskan obat esensial, standarisasi, sampai menjaga dan
memperbaharui standar obat. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
mempunyai peran aktif dalam penentuan seleksi obat di rumah sakit
untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna
transaksi pembelian. Seleksi obat dilakukan berdasarkan kebutuhan
obat masing-masing SMF yang disesuaikan dengan siklus penyakit
yang biasa ditangani oleh rumah sakit. Dimana masing-masing SMF
mengusulkan kebutuhan obat ke PFT, kemudian diseleksi oleh PFT
untuk menyusun atau merevisi formularium dan tata laksana
penggunaannya di rumah sakit. Penyusunan formularium di rumah
sakit dilakukan dengan metode bottom up. Metode bottom up memiliki
kekurangan yaitu waktu penyusunan yang relatif lama, tetapi memiliki
keuntungan dalam hal kepatuhan dokter dalam menggunakan obat-
obat di formularium sangat tinggi. Contoh formularium :
KLS TERAPI
& KAT FDA
NO.URUT
OBAT NAMA GENERIK
BENTUK SEDIAAN &
KEKUATAN
DOSIS &
KETERANGAN
1.1
C
1 Analgetika narkotika
Fentanil
0,05 mg/ml, TTS 25
mcg/jam. 50 mcg/jam, inj,
patch
17
2. Pengadaan
Merupakan proses kegiatan yang meliputi perencanaan dan
pengadaan perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan
metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan merupakan proses perencanaan.
a. Perencanaan
Dalam melaksanakan suatu kegiatan, perlu dilakukan
perencanaan tentang kebutuhan obat, bahan baku, dan perbekalan
farmasi lainnya. Perencanaan dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan efisiensi pengadaan barang dan tercipta
keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Perencanaan
perbekalan farmasi menjadi salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan pelayanan farmasi. Perencanaan perbekalan farmasi
merupakan proses kegiatan pemilihan jenis, jumlah dan harga
perbekalan farmasi dengan tujuan untuk mendapatkan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan anggaran serta menghindari kekosongan.
Perencanaan di rumah sakit dilakukan oleh suatu tim
perencanaan yang dipimpin Kepala Instalasi Farmasi. Perencanaan
perbekalan farmasi rumah sakit menggunakan metode konsumsi
dan epidemiologi. Metode ini berdasarkan pada data konsumsi
bulan sebelumnya. Untuk melaksanakan metode ini maka data
yang diperlukan adalah daftar obat, stok awal, stok akhir, jumlah
penerimaan, jumlah pengeluaran, rata-rata pemakaian tiap bulan,
waktu kekosongan barang, stok pengaman, waktu tunggu,
pemakaiaan nyata per tahun, serta dana yang tersedia. Perencanaan
yang telah dibuat perlu dievaluasi sebelum diusulkan oleh panitia
perencanaan ke bagian perencanaan rumah sakit. Untuk pengadaan
dilakukan oleh tim / panitia pengadaan rumah sakit yang
18
mengadakan kebutuhan berdasarkan pada rencana yang telah
disetujui oleh Direktur Rumah Sakit.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit
dapat dilakukan secara produksi, pembelian, Dropping atau
bantuan. Pembelian sendiri dapat dilakukan secara tunai (cash)
atau kredit tergantung kesepakatan dengan distributor terkait.
Pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit akademik berbentuk
Badan Layanan Umum (BLU) pendanaannya bersumber dari
pemerintah (APBN dan PNBP). Sistem pengadaan untuk obat-
obatan dan alat kesehatan di rumah sakit dilakukan dengan cara
pembelian baik kredit, tunai, maupun konsiyasi. Selain itu ada
beberapa perbekalan farmasi yang merupakan bantuan/hibah dari
instansi lain.
Prosedur pengadaan Obat dan Alkes di gudang IFRS rumah
sakit adalah sebagai berikut :
Gudang mengajukan usulan tentang perencanaan kebutuhan
sisa barang, obat dan alat berdasarkan permintaan depo-depo
farmasi setiap minggu kepada Kepala Instalasi Farmasi.
Instalasi Farmasi menyampaikan surat pemesanan melalui PPK
sesuai rencana kebutuhan yang telah ditetapkan.
Dengan persetujuan PPK maka obat dan BHP (bahan habis
Pakai) kebutuhan farmasi diadakan oleh ketua panitia
pengadaan Rumah Sakit. Ketua panitia pengadaan ini
merencanakan tentang kebutuhan Obat dan Alkes yang akan
dipesan serta menunjuk distributor yang sesuai dengan kriteria.
Selanjutnya bagian gudang IFRS (dalam hal ini apoteker
sebagai penanggung jawab gudang IFRS) melakukan
pemesanan Obat dan Alkes kepada distributor yang ditunjuk.
19
Distributor yang ditunjuk selanjutnya mengirimkan barang ke
Rumah Sakit kemudian diterima bendahara barang medis,
dicek kesesuaiannya, kelengkapannya seperti pemeriksaan
kondisi barang (kemasan barang baik atau rusak), tanggal
kadaluarsa, jumlah dan jenisnya.
Faktur asli yang menyertai barang selanjutnya dikembalikan
kepada distributor untuk kepentingan penagihan dan salinanya
disimpan di gudang sebagai arsip dan diberi nomor daftar
penerimaan barang.
Sebelum barang disimpan di ruang penyimpanan terlebih
dahulu dicatat di buku penerimaan barang dan kartu stok.
Barang yang diterima selanjutnya disimpan sesuai dengan jenis
barang serta peruntukkannya dan dilengkapi dokumen
administrasinya.
Gudang IFRS rumah sakit mendistribusikan barang ke tiap
depo farmasi berdasarkan permintaan depo melalui buku
defecta.
Penerimaan dan pemeriksaan barang merupakan proses
lanjutan setelah pengadaan. Rekanan mengirimkan barang yang
telah dipesan selanjutnya diterima oleh bagian gudang dan
dilakukan pemeriksaan barang. Pemeriksaan barang bertujuan
untuk mengetahui kesesuaian barang yang diterima (sesuai dengan
spesifikasi obat) dengan SP. Selain itu dengan pemeriksaan dapat
diketahui kondisi barang yang diterima dan batas tanggal
kadaluarsa. Prosedur penerimaan barang :
Barang yang telah dikirim oleh rekanan atau distributor
diterima dan dicocokkan kesesuaian antara faktur barang
dengan SP mengenai jumlah, jenis, dan keterangan lain yang
menyertai. Setelah sesuai dibuat Berita Acara Penerimaan
20
Barang (BAPB) yang diketahui dan disetujui oleh Direktur
Rumah sakit.
Barang yang telah diterima diserahkan ke gudang perbekalan
farmasi disertai dengan berita acara serah terima barang yang
disetujui oleh Kepala Gudang dan Bendahara Material Bahan
Medis yang diketahui oleh Kepala Instalasi Farmasi dan Kuasa
barang rumah sakit. Faktur asli diserahkan kepada rekanan
untuk penagihan ke kasir sentral dan salinannya disimpan
digudang sebagai arsip setelah dilegalisir dan diberi nomor
daftar penerimaan barang.
Barang yang diterima di bagian gudang diperiksa kembali
kesesuaiannya, kemudian dicatat pada buku penerimaan, kartu
stok, dan kemudian disimpan (sesuai dengan kriteria
peruntukan yaitu askes, reguler, dan maskin).
Barang yang telah diterima dan diserahkan ke Gudang
Perbekalan Farmasi selanjutnya disimpan sesuai dengan
ketentuan dan aturan penyimpanan. Tujuan penyimpanan
adalah memelihara mutu barang, menjaga kelangsungan
persediaan, memudahkan pencarian, dan pengawasan serta
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
Kegiatan-kegiatan penyimpanan meliputi pengaturan tata
ruang dan penyusunan stok, pengamanan mutu obat, pencatatan
mutu obat, dan ED. Tata ruang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efisiensi dan efektifitas kegiatan-kegiatan di
Gudang Perbekalan Farmasi.
21
Alur Pengadaan
- Bagian Sub Perbekalan Farmasi
Perencanaan
Pengadaan
Rekanan
Panitia pemeriksa barang Gudang farmasi
Daftar kebutuhan
SP
Sisa Stok
SP + faktur +
barang
SP
Faktur +
Barang
22
- Bagian Gudang Farmasi
Laporan
Laporan
- Bagian Sub Pelayanan Farmasi
Laporan sisa stok
3. Distribution
Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan oleh gudang
farmasi. Pengeluaran perbekalan farmasi dilakukan gudang dengan
sistem FIFO (first in first out) yaitu barang yang masuk paling awal
Gudang
Stok akhir
Perencanaan
Pengadaan
Input
Order
Barang
Gudang Penyerahan
Barang
Barang +
Print Out
Apotek
Pelayanan
Apotek
23
dikeluarkan terlebih dahulu. Sistem lain yang digunakan yaitu
berdasarkan pertimbangan waktu kadaluwarsa atau dikenal dengan
sistem FEFO (first expired date first out).
Pendistribusian barang-barang dari gudang perbekalan farmasi
dilakukan berdasarkan permintaan dari depo farmasi (rawat jalan,
rawat inap, jamkesmas, operasi dan gawat darurat), laboratorium
klinik, dan ruangan/poliklinik. Setiap permintaan yang masuk harus
menggunakan buku permintaan barang (buku de fecta) diserta bukti
pengeluaran barang gudang dan barang-barang yang keluar dicatat
dalam buku rekap pengeluaran barang.
Perbekalan farmasi di rumah sakit dapat didistribusikan melalui
dua metode yaitu distribusi dari gudang ke masing-masing depo dan
dispensing dari tiap depo ke pasien. Distribusi dari gudang ke depo
dilaksanakan berdasarkan permintaan dari tiap depo yang diajukan
melalui buku de fecta. Dispensing dari depo pelayanan farmasi yang
ada di rumah sakit ke pasien dilaksanakan sesuai dengan aturan depo
yang melayaninya.
4. Use
Bagian dari penggunaan obat pada pasien adalah dispensing
dan Drug Utility Review. Dispensing merupakan kegiatan pelayanan
yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan atau
meracik obat, memberikan label atau etiket, penyerahan obat dengan
pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.
Pada proses dispensing inilah yang merupakan kegiatan pelayanan
farmasi pada pasien. Dispensing di rumah sakit dilakukan oleh
Apoteker yang didelegasikan pada Asisten Apoteker (AA). Apoteker
bertugas memantau pelaksanaan proses dispensing tersebut. Setelah
beberapa kurun waktu, pemakaian obat pasien perlu dilakukan evaluasi
(Drug Utility Review). DUR adalah suatu kegiatan pengkajian
24
penggunaan obat dalam suatu periode dengan tujuan mengetahui
efektifitas terapi yang telah diberikan pada pasien. Pengkajian
penggunaan obat di rumah sakit dilakukan melalui diskusi antara
farmasis dengan tenaga kesehatan lainnya. Diskusi dapat berupa studi
kasus mengenai suatu penyakit yang diderita pasien khususnya pasien
rawat inap.
2. Gudang Farmasi
Gudang Farmasi Rumah Sakit merupakan suatu bagian di rumah
sakit yang kegiatannya dibawah manajemen departemen Instalasi Farmasi.
Gudang farmasi mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan yang
merupakan kegiatan dan usaha untuk mengelola barang persediaan farmasi
yang dilakukan sedemikian rupa agar kualitas dapat diperhatikan, barang
terhindar dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan cepat, barang
aman dari pencuri dan mempermudah pengawasan stok. Gudang farmasi
berperan sebagai jantung dari menjemen logistik karena sangat
menentukan kelancaran dari pendistribusian. Oleh karena itu, maka
metode pengendalian persediaan atau inventory control diperlukan,
dipahami dan diketahui secara baik.
Depo Gudang Farmasi rumah sakit merupakan depo yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan perbekalan farmasi baik berupa alat
kesehatan, barang habis pakai (BHP) maupun obat-obatan, dimana
kegiatan pengelolaannya meliputi dari penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan dan pendistribusian. Alat kesehatan (AMHP), BMHP dan
Obat-obatan di Depo Gudang Farmasi dibedakan berdasarkan status pasien
antara lain Regular, Askes, dan JAMKESMAS. Depo Gudang Farmasi
sendiri terbagi atas dua yaitu Gudang 1 khusus untuk Alkes dan BMHP,
dan Gudang 2 untuk Obat-obatan.
25
Kegiatan depo Gudang farmasi antara lain :
1. Penerimaan
Penerimaan obat di Gudang Farmasi hampir setiap hari
dilakukan. Dimana, penerimaan sendiri dilakukan oleh Bendaharawan
Barang Medis (BBM) sebagai yang bertanggungjawab atas penyerahan
perbekalan farmasi dari distributor kepada Instalasi Farmasi.
Penerimaan perbekalan sendiri harus sesuai prosedur untuk menjamin
ketertiban administrasi penerimaan barang dan menjamin jenis dan
jumlah, serta mutu barang yang diterima. Prosedur tetap (PROTAP)
penerimaan obat di gudang farmasi adalah sebagai berikut.
a. Perbekalan farmasi yang datang diterima oleh BBM dan dilakukan
pengecekan secara fisik.
b. Pastikan kesesuaian antara pesanan dengan barang yang meliputi:
- Kebenaran jumlah kemasan
- Kebenaran jumlah satuan dalam kemasan
- Kebenaran jenis barang yang diterima
- Kebenaran identitas produk
- Kebenaran kondisi kemasan seperti yang disarankan
c. Pastikan ketiadaan hal-hal sebagai berikut :
- Tanda-tanda kerusakan
- Kelainan warna, bentuk dan kerusakan
- Terlihat partikel/benda asing dalam cairan/kemasan
- Terlihat kebocoran
d. Waktu kadaluarsa memadai
e. Pastikan adanya dokumen-dokumen penerimaan, meliputi :
- Faktur/surat penyerahan barang
- Kartu stok
26
Contoh kartu stok
Artikel :
Merek : Satuan :
TGL KEPERLUAN PENERIMAAN PENGELUARAN SISA KET
- Buku pembelian
- Pengarsipan faktur
f. Tim pemeriksa barang melakukan recek perbekalan farmasi yang
datang.
Pemeriksaan barang bertujuan untuk mengetahui
kesesuaian barang yang diterima (sesuai dengan spesifikasi obat)
dengan SP. Selain itu dengan pemeriksaan dapat diketahui kondisi
barang yang diterima dan batas expired date (ED).
2. Penyimpanan
Penyimpanan perbekalan farmasi di depo Gudang Farmasi
dilakukan sesuai prosedur untuk menjamin mutu obat dan pelayanan
yang optimal. Adapun protap perbekalan farmasi yaitu:
27
1. Barang datang setelah dilakukan recek oleh BBM, kemudian
disimpan ditempatnya masing-masing, disertai dengan pencatatan
penerimaan pada kartu stok meliputi tanggal, jumlah serta nama
distributor yang mengirim.
2. Alat kesehatan, reagen dan BMHP disimpan di gudang 1
3. Obat askes, jamkesmas, reguler disimpan di gudang 2
4. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam almari tersendiri.
5. Semua barang disusun berdasarkan urutan nama alphabetisnya.
6. Obat yang perlu suhu 2-8oC, disimpan pada lemari es.
7. Semua barang yang ditata dicatat pada pada kartu stok dan kartu
diletakkan disamping barang.
8. Alur keluar masuknya barang harus dicatat pada kartu stok
Barang yang telah diterima dan diserahkan ke Gudang Farmasi
selanjutnya disimpan sesuai dengan ketentuan dan aturan
penyimpanan. Tujuan penyimpanan adalah memelihara mutu barang,
menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan
pengawasan serta menghindari penggunaan yang tidak bertanggung
jawab. Kegiatan-kegiatan penyimpanan meliputi pengaturan tata ruang
dan penyusunan stok, pengamanan mutu obat, pencatatan mutu obat,
dan ED.
Penyimpanan perbekalan farmasi di depo gudang farmasi
khusus obat-obatan ditata berdasarkan bentuk sediaan dan juga secara
alphabetis. Sedangkan untuk obat-obatan askes dilakukan penataan
secara alphabetis pada kadungan zat berkhasiatnya.
3. Pemusnahan
Untuk kegiatan pemusnahan pada depo gudang farmasi obat-
obatan, BMHP dan AMHP yang telah kadaluwarsa dari setiap depo
maupun gudang sendiri dikumpulkan untuk selanjutnya dilakukan
pemusnahan.
28
4. Pendistribusian
Distribusi perbekalan farmasi dilakukan secara sentralisasi dari
gudang farmasi untuk menjamin tercapainya layanan farmasi yang
optimal. Gudang Farmasi rumah sakit melayani permintaan obat dan
alat-alat kesehatan dari berbagai depo farmasi yang ada di rumah sakit.
Pelayanan dilakukan sesuai dengan permintaan masing-masing depo
farmasi melalui buku defecta yang dikirim ke gudang farmasi. Obat
yang diserahkan dibedakan sesuai dengan status pasien
(reguler/umum, askes, dan jamkesmas).
Secara garis besar alur distribusi depo gudang farmasi dapat
dilihat prosedur tetap distribusi berikut ini.
a. Petugas gudang mencatat kebutuhan masing-masing unit layanan
berdasarkan permintaan sesuai ketersediaan barang di gudang
b. Perbekalan farmasi yang tidak ada ketersediaanya di gudang,
direncanakan untuk pembelian secara UP/tunai tergantung
kebutuhan (mendesak atau tidak). Perbekalan farmasi yang sudah
disiapkan, dicatat pada masing-masing pada buku bon permintaan
unit layanan sesuai keperuntukkannya.
c. Pendistibusian perbekalan farmasi harus dalam kemasan primerya,
kecuali bila permintaan kurang dari isi perkamen
d. Perbekalan farmasi yang perlu penanganan khusus harus
diserahkan dalam keadaan yang terkondisikan
e. Perbekalan farmasi yang akan didistribusikan ke unit layanan
dengan menyertakan buku permintaan untuk ditandatangani.
f. Pendistribusian juga mengacu pada FEFO (first expired date first
out).
g. Pengeluaran barang dari gudang harus selalu dicatat pada kartu
stok
29
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelayanan perbekalan
farmasi antara lain penulisan kartu stok tiap masing-masing obat/alat
kesehatan setelah diambil, pencatatan perbekalan farmasi di buku
penerimaan obat dan alat kesehatan, dan pengecekan ulang kesesuaian
pengambilan obat/alat kesehatan dengan buku defecta dari tiap-tiap
depo farmasi. Tiap 3 bulan dilakukan pemeriksaan Stock Opname
untuk mengetahui sisa stok obat dan alkes yang ada di rumah sakit.
Hal ini penting untuk proses pengadaan obat dan alkes periode
berikutnya.
C. Kegiatan Kerja di Tempat Magang
Kegiatan praktek pemagangan di Rumah Sakit Akademik UGM dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu bagian Keuangan, bagian Farmasi dan bagian IT.
Penulis melaksanakan praktek pemagangan di bagian IT yang dilaksanakan
dari tanggal 4 November-31 Desember. Pada awal pelaksanaan pemagangan,
penulis mempelajari tentang Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) bagian IT
Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM). Dalam
pelaksanaan praktek kerja tersebut tugas utama penulis adalah melakukan
rekonsiliasi antara transaksi yang tercatat dalam sistem dengan bukti
(kwitansi) yang telah diberikan oleh bagian administrasi dan keuangan. Selain
itu, penulis membantu beberapa kegiatan terkait dengan sistem akuntansi yang
telah dilaksanakan oleh staf IT.
D. Evaluasi Tempat Magang
Bagian Informasi Teknologi (IT) RSA UGM mempunyai 7 tenaga
kerja yang terdiri dari 1 kepala IT dan 6 karyawan. tetapi pada sistem
akuntansi hanya terdapat 1 orang yang melakukan pekerjaan tersebut dengan
basic bukan akuntansi. Sedangkan tugas yang harus dikerjakan masih sangat
banyak mengingat pekerjaan tersebut harus dapat selesai sebelum pelaporan
keuangan pada akhir tahun. Oleh karena itu mahasiswa magang sangat
dibutuhkan dan diharapkan dapat membantu menyelesaikan pekerjaan
30
tersebut. Namun hingga saat ini perkerjaaan tersebut belum dapat
terselesaikan akibat waktu yang kurang memungkinkan untuk menyelesaikan
pekerjaaan yang cukup banyak tersebut. Sistem akuntansi pada bagian IT juga
masih dalam tahap penyempurnaan. Dalam sistem ini baru terdapat beberapa
akun saja seperti akun kas, akun pendapatan dan piutang.
31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada, merupakan
rumah sakit milik UGM yang berdiri tahun 2012. Latar belakang dibangunnya
RSA UGM karena saat ini tidak tercukupinya tempat memperoleh
keterampilan klinis terutama bagi calon dokter (mahasiswa profesi
kedokteran) pada RSUP dr. Sardjito.
RSA UGM dibangun dengan harapan dapat menjaga mutu lulusan
bidang profesi kedokteran dan kesehatan UGM yang dapat mendukung visi
UGM sebagai World Class Research University. RSA UGM diharapkan dapat
menjadi satu kesatuan rumah sakit yang unggul baik di bidang pelayanan,
pendidikan maupun riset sesuai dengan visi UGM.
RSA UGM sampai saat ini masih dalam proses pengembangan,
sehingga dalam proses pengembangannya RSA UGM memiliki beberapa
kekurangan, antara lain :
1. RSA UGM belum memiliki sistem dan metode pencatatan persediaan
apakah menggunakan LIFO, FIFO atau Average.
2. Tidak adanya SOP yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan pada
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).
3. Sistem akuntansi atau Electronic Health Record (EHR) yang masih dalam
tahap penyempurnaan.
4. Laporan keuangan belum tersusun dengan baik dan benar.
B. Saran
1. Pencatatan persediaan menggunakan sistem perpetual dengan metode
FIFO (first in first out) yaitu barang yang masuk paling awal dikeluarkan
terlebih dahulu.
32
2. Sistem lain yang digunakan yaitu berdasarkan pertimbangan waktu
kadarluarsa atau dikenal dengan metode FEFO (first expired date first
out).
3. Membuat SOP (Standard Operating Procedure) terkait dengan persediaan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Ch. J.P., dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Teori dan
Penerapan, 25 – 49, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit, 1, 5, 14-17, Jakarta.
Standar akuntansi keuangan per 1 juni 2012
http://www.depkes.go.id/
PP nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan
http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-persediaan-dalam-akuntansi/
rsa.ugm.ac.id
http://sebuahsejuk.wordpress.com/2011/09/09/obat-adalah/
http://rhyerhiathy.wordpress.com/2012/12/25/formulariumrumahsakit/
http://herusasongko.staff.mipa.uns.ac.id/2012/04/23/alat-kesehatan-volume-1/
KMK no.1981 tahun 2010 tentang Pedoman Akuntansi BLU rumah sakit