Laporan magang

40
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Dengan pola hidup yang sehat seseorang dapat menjalani dan melakukan aktivitasnya dengan baik. Selain oleh diri sendiri, upaya meningkatkan kesehatan dapat ditunjang dengan bantuan pelayanan kesehatan diantaranya Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Puskesmas, Posyandu, Apotek dan lain-lain. Apotek merupakan salah satu sarana yang diperlukan dalam menunjang upaya pelayanan kesehatan. Apotek adalah suatu media praktek kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Perbekalan kesehatan lainnya yakni berupa semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Farmasis adalah tenaga ahli yang mempunyai kewenangan dibidang kefarmasian melalui keahlian yang diperolehnya selama pendidikan. Sifat yang berlandaskan ilmu pengetahuan ini memberikan semacam otoritas dalam berbagai aspek obat atau proses kefarmasian yang tidak dimiliki oleh tenaga kesehatan lainnya.

description

laporan

Transcript of Laporan magang

Page 1: Laporan magang

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan oleh

masyarakat. Dengan pola hidup yang sehat seseorang dapat menjalani dan

melakukan aktivitasnya dengan baik. Selain oleh diri sendiri, upaya

meningkatkan kesehatan dapat ditunjang dengan bantuan pelayanan

kesehatan diantaranya Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Puskesmas,

Posyandu, Apotek dan lain-lain.

Apotek merupakan salah satu sarana yang diperlukan dalam

menunjang upaya pelayanan kesehatan. Apotek adalah suatu media praktek

kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi. Sediaan farmasi adalah obat,

bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Perbekalan kesehatan lainnya

yakni berupa semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan.

Farmasis adalah tenaga ahli yang mempunyai kewenangan dibidang

kefarmasian melalui keahlian yang diperolehnya selama pendidikan. Sifat

yang berlandaskan ilmu pengetahuan ini memberikan semacam otoritas

dalam berbagai aspek obat atau proses kefarmasian yang tidak dimiliki oleh

tenaga kesehatan lainnya.

Seorang farmasis memegang peranan yang sangat penting dalam

peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada pasien

(Patient Oriented). Peningkatan mutu pelayanan ini dapat dilakukan melalui

suatu proses pelayanan kefarmasian.

Oleh karena itu seorang tenaga kerja kefarmasian harus memiliki

pengetahuan mendalam tentang obat, terlatih dan memiliki keterampilan

dalam hal berkomunikasi serta dapat mengembangkan diri sebagai tenaga

kesehatan yang profesional berdasarkan nilai – nilai yang dapat menunjang

upaya pembangunan kesehatan.

Kegiatan magang ini dilaksanakan untuk dapat mengasah pengetahuan

mahasiswa/mahasiswi farmasi dalam proses pelayanan kefarmasian kepada

masyarakat.

Page 2: Laporan magang

2

I.2 Maksud Pelaksanaan Magang

Maksud dilaksanakannya kegiatan magang ini agar mahasiswa dapat

mengetahui secara langsung proses pelayanan kefarmasian di apotek dan

menyelaraskan pendidikan dengan kebutuhan tenaga kesehatan dibidang

farmasi.

I.3 Tujuan Pelaksanaan Magang

Memahami sistem manajemen Apotek Afiah Farma

Mengetehui pelaksanaan pelayanan kefarmasian khususnya konsultasi

dan konseling di Apotek Afiah Farma

Mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di Apotek Afiah

Farma.

Page 3: Laporan magang

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Apotek

Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada

masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2002). Menurut PP No.51 Tahun

2009, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya

praktek kefarmasian oleh Apoteker. Dalam hal ini seorang apoteker

bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaan suatu apotek. Supaya

pelayanan terhadap obat-obatan dalam masyarakat lebih terjamin baik dalam

segi keamanan maupun dalam segi kualitas dan kuantitasnya.

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi

dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu

kehidupan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan meliputi

pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,

pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi

obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

II.2 Peraturan dan Perundang-undangan Tentang Apotek/Tenaga

Kesehatan

Pada peraturan ini mengalami beberapa kali perubahan, yang pertama

kali berlaku adalah perundang-undangan pada zaman Belanda (DVG

Regleme) pasal 58 dan seterusnya. Pada tahun 1963 Pemerintah Indonesia

menerbitkan UU No.7 Tahun 1965 mengenai pengelolaan dan perizinan

Apotek dan kemudian peraturan ini disempurnakan oleh PP No. 25 tahun

1980 beserta petunjuk pelaksanaan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

278 tahun 1981 tentang persyaratan Apotek No. 279 tahun 1981 tentang

ketentuan dan tatacara pengelolaan Apotek, SK Menkes RI No. 1332/

Menkes/ SK/ 2002, kemudian peraturan yang dipakai sampai saat ini adalah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 pada Tahun 2009.

Page 4: Laporan magang

4

Berikut peraturan perundang-undangan mengenai Apotek dan Tenaga

Teknis Kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 51 tahun 2009 :

Pasal 33

Tenaga Kefarmasian terdiri atas :

1. Apoteker, dan

2. Tenaga Teknis Kefarmasian

      Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat  (1)

huruf b terdiri dari Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis

Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

Pasal 34

1. Tenaga Kefarmasian melaksanakan pekerjaan Kefarmasian pada :

Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi berupa Industri Farmasi Obat,

Industri Bahan Baku Obat, Industri Obat Tradisional, Pabrik

Kosmetika dan Pabrik lain yang memerlukan Tenaga

Kefarmasian untuk menjalankan tugas dan fungsi produksi serta

pengawasan mutu.

Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi dan alat

kesehatan melalui Pedagang Besar Farmasi, penyalur alat

kesehatan, instalasi sediaan farmasi dan alat kesehatan milik

pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah

kabupaten/kota, dan/atau

Fasilitas pelayanan kefarmasian melalui praktek di Apotek,

instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Toko Obat,

dan Praktek Bersama.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 35

1. Tenaga Kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 harus

memiliki keahlian dan kewenangan dalam melaksanakan pekerjaan

kefarmasian.

Page 5: Laporan magang

5

2. Keahlian dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

dilaksanakan dengan menerapkan Standar Profesi.

3. Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) harus didasarkan pada Standar Kefarmasian, dan Standar Prosedur

Operasional yang berlaku sesuai fasilitas kesehatan dimana Pekerjaan

Kefarmasian dilakukan.

4. Standar Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 38

1. Standar pendidikan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi

ketentuan perundang-undangan yang berlaku di bidang pendidikan.

2. Peserta didik Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) untuk dapat menjalankan Pekerjaan Kefarmasian harus

memiliki Ijazah dari Institusi Pendidikan sesuai peraturan perundang-

undangan.

3. Untuk dapat menjalankan Pekerjaan Kefarmasian sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), peserta didik yang telah memiliki ijazah

wajib memperoleh rekomendasi dari Apoteker yang memiliki STRA

di tempat yang bersangkutan bekerja.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51,

Pasal 5 tahun 2009, tentang Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian

meliputi:

a) Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;

b) Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi;

c) Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan

Farmasi.

d) Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.

Page 6: Laporan magang

6

II.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Tugas dan Fungsi Apotek menurut Peraturan Pemerintah No. 25

Tahun 1980 pasal 2 berbunyi :

1) Tempat Pengabdian Profesi Apoteker atau Ahli Madya Farmasi yang

telah mengucapkan Sumpah Jabatannya dan yang telah memiliki Surat

Izin Kerja.

2) Sarana Farmasi yang melaksanakan peracikan, perubahan bentuk dan

penyerahan obat ataupun bahan obat.

3) Sarana penyaluran pembekalan farmasi yang harus menyebarkan obat

secara luas dan merata kepada masyarakat.

II.4 Persyaratan Pendirian Apotek dan Pencabutan Izin Apotek

1. Persyaratan utama untuk mendapatkan Izin Apotek

A. Bangunan Apotek

1) Bangunan Apotek sekurang-kurangnya memiliki ruangan

untuk penerimaan resep dan penyerahan obat, ruang racik,

ruang administrasi dan ruang kerja Apoteker, ruang tempat

pencucian alat/wastafel, WC.

2) Kelengkapan Bangunan Apotek terdiri atas sumber air : bisa

berasal dari sumur/PAM/sumur pompa

B. Perlengkapan Apotek

1) Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan terdiri dari mortir,

timbangan, termometer, gelas ukur, erlemeyer, gelas piala,

corong, cawan, dan lain-lain.

2) Perlengkapan dan alat pembekalan farmasi terdiri dari lemari

pendingin, rak obat, botol, pot salep, dan lain-lain.

2. Pencabutan Izin Apotek

Surat Izin Apotek dapat dicabut oleh Kepala Kantor Wilayah apabila :

a) Apoteker tidak dapat lagi memenuhi persyaratan sebagai Apoteker

Pengelola Apotek.

b) Apoteker tersebut tidak memenuhi kewajibannya dalam hal

penyediaan, penyimpanan, dan penyerahan semua pembekalan

farmasi.

Page 7: Laporan magang

7

c) Apoteker Pengelola Apotek berhalangan dalam melakukan

tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus.

d) Terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan

yang berlaku tentang Narkotika, Obat Keras, dan ketentuan

perundang-undangan lainnya yang terjadi di Apotek.

e) Surat Izin Apoteker Pengelola Apotek dicabut oleh pihak yang

berwenang.

f) Pemilik Sarana Apotek terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan di bidang obat.

g) Apotek yang dikelola tidak lagi memenuhi ataupun tidak bisa

mencukupi semua persyaratan apotek.

 Pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah adanya peringatan

tertulis sebanyak tiga kali berturut-turut selama 6 bulan setelah

penetapan pembakuan izin Apotek. Pembakuan ini dapat dicairkan lagi

setelah Apotek dapat menyelesaikan seluruh persyaratan yang telah

ditentukan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan

pelaksanaan Pemberian Izin, Pencairan Izin, Pencabutan Izin Apotek

sekali setahun kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Apabila surat izin ini dicabut Apoteker Pengelola Apotek ataupun

Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya,

mengamankan tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Melakukan investigasi terhadap semua persediaan Narkotika, Obat

Keras Tertentu (OKT), dan obat-obat lainnya beserta seluruh resep

yang ada di Apotek.

2. Untuk Narkotika, Psikotropika, dan semua resep disimpan pada

satu tempat yang aman, tertutup rapat dan terkunci.

3. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau kepada

Petugas yang diberikan wewenang tentang penghentian kegiatan

yang disertai laporan investigasi.

Page 8: Laporan magang

8

II.5 Peran dan Fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian/Asisten Apoteker di

Apotek

Asisten Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) yang

dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang menjadi salah satu tenaga

kefarmasian yang selalu bekerja dibawah pengawasan seorang Apoteker.

Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker dan Asisten

Apoteker di Apotek haruslah sesuai dengan Standar Profesi yang

dimilikinya dimana seorang Apoteker dan Asisten Apoteker dituntut oleh

masyarakat/pasien harus bersifat profesional dan ramah.

Tugas Asisten Apoteker menurut keputusan Menteri Kesehatan R.I

No.1332/MenKes/SK/2002 sebagai berikut :

1. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar

profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta melayani

penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter.

2. Memberi informasi :

a. Yang berkaitan dengan penggunaan/pemakaian obat yang

diserahkan kepada pasien.

b. Penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan

masyarakat.

c. Dilakukan dengan benar, jelas, dan mudah dimengerti.

d. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan, selektif, etika, bijaksana, dan

hati-hati.

3. Informasi yang diberikan kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi :

a. Cara pemakaian dan penggunaan obat

b. Cara penyimpanan

c. Jangka waktu pemakaian obat

d. Hal-hal yang perlu dilakukan dan dihindari selama pemakaian obat

dan informasi lain yang diperlukan.

Page 9: Laporan magang

9

Hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang Asisten Apoteker :

a) Menghormati hak pasien dan menjaga kerahasiaan identitas serta

data kesehatan pribadi pasien.

b) Melakukan pengelolaan Apotek meliputi :

c) Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat dan bahan obat.

d) Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan sediaan

farmasi lainnya.

e) Pelayanan farmasi mengenai sediaan farmasi.

II.6 Pengelolaan Apotek

Pengelolaan Apotek meliputi hal-hal sebagai berikut :

Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,

penyimpanan, dan penyerahan obat dan bahan obat.

Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan sediaan farmasi

lainnya.

Pelayanan farmasi mengenai informasi sediaan farmasi berdasarkan

kemampuan dan kebutuhan masyarakat.

Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan,

bahaya, dan mutu dari obat dan produk farmasi lainnya.

Dan disamping itu semua produk farmasi yang sudah tidak dapat

digunakan lagi dilarang untuk digunakan (kadaluwarsa) harus dimusnahkan

dengan cara dibakar atau dengan cara yang telah ditetapkan oleh Badan

POM. Pemusnahan ini dilakukan langsung oleh Apoteker dan dibantu

sekurang-kurangnya oleh karyawan Apotek dan wajib dibuat daftar berita

acara pemusnahan.

II.7 Jenis-jenis Pajak di Apotek

Jenis-jenis pajak yang dikenakan kepada Apotek :

1. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah :

Pajak Reklame/Iklan dan Papan Nama Apotek

Surat Keterangan Izin Tempat Usaha (SKITU)

Pajak Kendaraan Dinas Apotek

Pajak Parkir Lokasi Apotek

Page 10: Laporan magang

10

2. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat :

Materai

Pajak Bumi Dan Bangunan

Pajak Perseroan

Pajak Pendapatan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Atas Bunga, Deviden, dan Royalty (PDBR)

II.8 Personalia Apotek

Sikap karyawan yang baik, ramah dan cepat melayani pembeli,

mengenal pasien di daerah sekeliling apotek sebanyak mungkin dapat

membangkitkan kesan baik, sehingga peran karyawan sangat penting dalam

laba yang diinginkan atau direncakan. Untuk mendapatkan karyawan yang

baik di dalam apotek, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan :

a.    Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan

b.    Mendorong para karyawan untuk bekerja lebih giat

c.    Memberi dan menempatkan mereka sesuai dengan pendidikannya

d.   Merekrut calon karyawan dan mendidik sebagai calon pengganti yang

tua.

II.9 Pengertian Obat

1. Obat Bebas

Obat Bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada

kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna

hijau. Dalam kemasan obat disertakan brosur yang berisi nama obat,

nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, aturan pakai, efek

samping ,nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik, serta

cara penyimpanannya. penandaan akan berubah pada produk obat bebas

terbatas.

Page 11: Laporan magang

11

Contoh Obat Bebas adalah Paracetamol, Aspirin, Promethazine,

Guafenesin, Bromhexin HCL, Chlorpheniramine maleate (CTM),

Dextromethorphan, Zn Sulfate, Proliver, Tripid, Gasflat, Librozym

(penyebutan merk dagang, karena obat tersebut dalam kombinasi)

2. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk

mengobatipenyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri.

Obat bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang

digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan lingkaran

hitam mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan No.6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5

November 1975, disertai tanda peringatan P. No.1 sampai P. No. 6 dan

harus ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat

yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan,

nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat

produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian, peringatan

serta kontra indikasi.

Khusus untuk obat bebas terbatas, selain terdapat tanda khusus

lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai obat,

karena hanya dengan takaran dan kemasan tertentu obat ini aman

digunakan untuk pengobatan sendiri.

Page 12: Laporan magang

12

Tanda peringatan tersebut berupa empat persegi panjang dengan

huruf putih pada dasar hitam yang terdiri dari 6 macam yaitu P No. 1, P

No. 2, P No. 3, P No. 4, P No. 5, dan P No. 6 sebagai berikut :

Contoh Obat Bebas Terbatas : Theophiline, Allerin, Pseudoefedrin

HCL, Tilomix, Tremenza, Bodrex extra, Lactobion, Antasida plus,

Dexanta, asam acetylsalisil, Asmadex, ephedrin HCL, Dextromethorphan

dll (penyebutan merk karena obat kombinasi)

3. Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep

dokter, dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan

lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat huruf

“K” yang menyentuh garis tepi.

Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat yang

dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik

dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan

merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam

kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia serta obat-obat

yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan Menteri kesehatan

Republik Indonesia. diperlukan informasi lengkap terkait penggunaan

obat ini karena jika tidak digunakan secara tepat dapat menimbulkan efek

Page 13: Laporan magang

13

samping yang tidak baik bagi tubuh sebaiknya konsultasikan kepada

Apoteker jika anda mendapatkan obat-obat berlabel obat keras dari resep

dokter, penggunaan obat yang terpat akan meningkatkan efektivitas obat

terhadap penyakit dan meminimalkan efek sampingnya.

Contoh Obat Keras : Loratadine, Pseudoefedrin, Bromhexin HCL,

Alprazolam, Clobazam, Chlordiazepokside, Amitriptyline, Lorazepam,

Nitrazepam, Midazolam, Estrazolam, Fluoxetine, Sertraline HCL,

Carbamazepin, Haloperidol, phenytoin, Levodopa, Benzeraside,

Ibuprofen, Ketoprofen.

4. Obat Narkotika

Obat narkotik adalah obat yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran warna putih

dan tanda palang merah, garis tepi warna hitam. 

Kemasan obat golongan ini ditandai dengan lingkaran yang di

dalamnya terdapat palang (+) berwarna merah. Obat narkotika bersifat

adiksi dan penggunaannya diawasi dengan ketat, sehingga obat golongan

narkotika hanya dapat diperoleh dengan resep dokter yang asli (tidak

dapat menggunakan kopi resep). Contoh dari obat narkotika antara lain:

Opium, coca, ganja/marijuana, morfin, heroin. Dalam bidang kedokteran,

obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan

analgetika/obat penghilang rasa sakit.

Page 14: Laporan magang

14

5. Psikotropik

Obat Psikotropik adalah obat yang secara efektif dapat

mempengaruhi susunan saraf pusat dan akan mempengaruhi tingkah laku

dan aktivitas.

Menurut UU No.5 Tahun 1997 tentang psikotropika pasal 2 ayat (2),

psikotropika digolongkan menjadi :

1) Psikotropika golongan I, contohnya antara lain : lisergida

(LSD/extasy), MDMA (Metilen Dioksi Meth Amfetamin),

meskalina, psilosibina, katinona.

2) Psikotropika golongan II, contohnya antara lain : amfetamin,

metamfetamin (sabu-sabu), metakualon, sekobarbital, fenmetrazin.

3) Psikotropika golongan III, contohnya antara lain  penthobarbital,

amobarbital, siklobarbital.

4) Psikotropika golongan IV, contohnya antara lain : diazepam,

allobarbital, barbital. bromazepam, klobazam, klordiazepoksida,

meprobamat, nitrazepam, triazolam, alprazolam.

6. Obat generik berlogo

Obat esensial yang mutunya terjamin karena diproduksi sesuai

dengan persyaratan CPOB dan diuji ulang oleh PPOM

7. Obat asli

Obat yang didapat langsung dari bahan alamiah Indonesia, terolah

secara sederhana atas dasar pengalaman dan digunakan dalam

pengobatan tradisional

8. Obat Generik

Obat Generik adalah obat dengan nama INN (International Non Pro

Prientary) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat

berkhasiat yang dikandungnya.

Page 15: Laporan magang

15

Pengelolaan Resep : Penyimpanan obat generik disimpan dalam

lemari khusus generik yang terdapat diruang racikan dan disusun

menurut abjad.

9. Obat tradisional

Obat jadi/obat berbungkus yg berasal dari bahan tumbuhan, hewan,

mineral atau sediaan galenik atau campuran bahan tsb yg usaha

pengobatannya berdasarkan pengalaman.

10 . Obat Wajib Apotek (OWA)

Adalah obat keras yang dapat di serahkan oleh apoteker di Apotek

tanpa resep dari dokter. Penyerahan Obat Wajib Apotek (OWA) oleh

apoteker terdapat kewajiban – kewajiban sebagai berikut :

1. Memenuhi batas dan ketentuan setiap jenis obat per pasien yang

disebutkan dalam Obat Wajib Apotek yang bersangkutan

2. Memuat catatan pasien serta obat yang diserahkan

3. Memberikan informasi tentang obat.

a) Oral kontrasepsi baik tunggal maupun kombinasi untuk satu

siklus

b) Obat saluran cerna yang terdiri dari:

Antasid+antispasmodik+sedatif.

Antispasmodik (papaverin, hioscin, atropin).

Analgetik + antispasmodik.

4. Pemberian maksimal 20 tablet.

5. Obat mulut dan tenggorokan, maksimal 1 botol.

6. Obat saluran nafas yang terdiri dari obat asmatablet atau mukolitik,

maksimal 20 tablet.

7. Obat yang mempengaruhi sistem neumuskular yang terdiri dari:

a) Analgetik

Antalgin, asammefenamat, glavenin, antalgin + diazepam, atau

derivatnya. Maksimal 20 tablet

b) Antihistamin, maksimal 20 tablet

8. Antiparasit yang terdiri dari obat cacing, maksimal 6 tablet.

Page 16: Laporan magang

16

9. Obat kulit topikal yang terdiri dari:

a) Semua salep atau cream antibiotik.

b) Semua salep atau cream kortikosteroid.

c) Semua salep atau cream antifungi.

d) Antiseptik lokal.

e) Enzim antiradang topikal.

f) Pemutih salep, maksimal 1 tube.

11. Obat Prekusor

Zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan

dalam pembuatan narkotika dan psikotropika. Undang-undang prekusor

Peraturan pemerintah RI No 44 tahun 2010 tentang prekusor pasal 2.

Obat prekusor tidak dapat diserahkan kepada pasien tanpa adanya resep

dari dokter.

Pengelolaan Obat Prekusor

Penyimpanan obat prekusor harus di lemari khusus untuk obat

prekusor terbuat dari bahan yang kuat (tidak boleh terbuat dari kaca).

Contoh Obat Prekusor :

Metilat

Cafergot

Pk Kristal

Metil Erigotritomesin

Efedrin

12. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat

disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah

terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada

manusia dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang telah

disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat

pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan uji klinik akanlebih

meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di

saranapelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk

Page 17: Laporan magang

17

menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian

secara ilimiah.

Adapun masyarakat menggunakan bahan alam yang ada di sekitar

lingkungan tempat tinggalnya menggunkan sebagai obat tradisional maka

dari itu isi makalah ini membahas tentang resep obat tradisional dan bukti

penggunaannya di masyarakat. 

Fitofarmaka dapat dikatakan sebagai obat herbal tertinggi dari Jamu

dan Herbal Terstandar karena proses pembuatannya sudah mengadopsi

CPOB dan sampai uji klinik pada manusia.

Page 18: Laporan magang

18

BAB III

TINJAUAN APOTEK

III.1 Sejarah Apotek Afiah Farma

Pada tahun 2004 Apotek Afiah pertama didirikan di Jalan Palu.

Semula apotek ini hanya memiliki dua orang karyawan dan satu apoteker,

dimana apoteker tersebut adalah pemilik dari apotek Afiah.

Satu tahun kemudian apotek Afiah dipindahkan di jalan Agusalim

dekat RS Islam. Hal ini dikarenakan lokasi apotek pertama yang tidak

strategis dan tidak berada di dekat jalan raya yang memungkinkan

kurangnya konsumen. Setelah itu apotek Afiah telah berkembang, dimana

obat-obatannya sudah mulai lengkap terutama sedian obat bentuk injeksi

yang kebanyakan dibutuhkan oleh pasien yang menginap di Rumah Sakit

Islam yang berada tepat disamping apotek. Selain itu juga obat-obat bebas

tingkat pembeliannya cukup naik dikarenakan keberadaan apotek Afiah

telah banyak diketahui masyarakat.

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya permintaan akan

obat-obatan serta banyaknya pesaing apotek-apotek lain, sehingga apotek

Afiah membuat cabang apotek baru di jalan Sultan Botutihe no.43 yang

diberi nama Apotek Afiah Farma tepatnya pada tahun 2009. Semenjak

didirikannya apotek baru ini telah banyak inovasi-inovasi yang dibuat

apoteker selaku pemilik apotek ini, seperti telah bekerja sama dengan

dokter spesialis dan dokter umum dimana dengan menyediakan ruangan

prakter dokter masing-masing. Selain itu kelengkapan obat-obatan

disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dokter. Fasilitas lainnya

yang berada di apotek ini yaitu adanya swalayan, ruang tunggu bagi pasien

yang ditata rapi sedemikian rupa dan dilengkapi dengan sebuah televisi,

dan memiliki toilet yang bersih. Dengan majunya apotek ini serta

ditunjang dengan banyaknya fasilitas maka apotek Afiah Farma yang

berada dijalan Sultan Botutihe dijadikan sentral apotek. Dimana semua

pemesanan obat melalui PBF semuanya masuk di apotek Afiah Farma

yang selanjutnya disalurkan ke apotek Afiah yang berada di agusalim.

Page 19: Laporan magang

19

III.2 Lokasi Apotek Afiah Farma

Apotek ini berlokasi di Jalan Sultan Botutihe No. 43, Telp/fax

(0435) 821795, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

III.3 Tata Ruang Aptek Afiah Farma

Di apotek Afiah Farma ruang-ruangan ditata sedemikian rupa

sehingga dapat membuat pengunjung ataupun pasien menjadi nyaman

selama memperoleh pelayanan ataupun sedang mengantri menunggu

giliran untu diperiksa oleh dokter. Dimana untuk pasien disediakan ruang

tunggu yang dilengkapi dengan sebuah televisi dan swalayan kecil yang

menyediakan minuman dingin dan makanan ringan. Ruangan dokter

dilengkapi dengan segala fasilitas yang menunjang sehingga dokter-dokter

dapat memeriksa penyakit ataupun keluhan pasien tanpa ada kendala dari

fasilitas, karena telah dilengkapi dengan alat-alat kesehatan yang cangkih.

Selain itu, apotek ini juga memiliki toilet yang bersih.

Untuk penempatan rak-rak obat diatur dengan berdasarkan

kebutuhan yaitu untuk obat-obat bebas, bebas terbatas, jamu, dll diletakkan

tepat didepan sehingga pengunjung yang ingin membeli dapat melihat

langsung obat apa yang mereka akan beli. Dan untuk obat-obat keras,

seperti obat generik, paten, generik berlogo, narkotika, psikotropika

diberikan tempat yang sulit untuk dijangkau oleh pasien atau berada tepat

di ruang racik. Hal ini disebabkan karena obat-obatan tersebut tidak bisa

dijual bebas tanpa ada resep ataupun persetujuan dari apoteker ataupun

asisten apoteker.

Selain itu apotek afiah juga memiliki tempat parkiran yang luas

sehingga pengunjung ataupun pasien dapat memarkirkan kenderaan

pribadi mereka tanpa harus menganggu lalu lintas di jalan sebab apotek ini

berada tepat di depan jalan raya yang setiap harinya ramai dengan

pengendara yang lalu-lalang.

Page 20: Laporan magang

20

III.4 Struktur Organisasi Apotek Afiah Farma

STRUKTUR ORGANISASI APOTEK

III.5 Kegiatan di apotek Afiah Farma

Kegiatan kami di apotek ini sebagai berikut :

1. Pelayanan resep

2. Meracik obat

3. Pelayanan informasi obat dengan dibantu oleh karyawan apotek

4. Pelayan pembelian obat-obat bebas

Muhammad. Kasim, S.Si,M.Si.Apt

Apoteker Penanggung Jawab Apotik

1. Hendrik Amd.Farm2. Muslimin amin Amd. Farm

Asisten Apoteker

1. Femmy Pakaya2. Hendrik Amd.Farm3. Novi

Bagian penjualan

Femmy Pakaya

Bagian keuangan

Femmy Pakaya

Bagian pembukuan

Page 21: Laporan magang

21

BAB IV

HASIL KEGIATAN

IV.1 Tinjauan Mengenai Apotek Afiah Farma

1. Lokasi Apotek

Apotek ini berlokasi di Jalan Sultan Botutihe No. 43, Telp/fax

(0435) 821795, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

2. Bangunan Apotek

Bangunan Apotek Afiah Farma memiliki tempat praktek dokter,

dan pada bangunan Apotek Afiah Farma sendiri terbagi atas beberapa

ruangan. Berikut gambaran denah bangunan Apotek Afiah Farma :

Page 22: Laporan magang

22

Keterangan Gambar :

Loket pendaftaran Pasien

Tempat obat

Etalase

Kasir

Ruangan praktek dokter

Ruangan operasi dokter spesialis bedah

Toilet

Tenaga kerja dokter :

1. dr. J. Novita I. A, Sp.S, M.Kes

2. dr. Romy Abdul, Sp.B

3. dr. Irfandy Husa

3. Perlengkapan Apotek Afiah Farma

a. Memiliki perlengkapan meracik obat seperti mortar, stamper,

cangkang kapsul, kertas perkamen dan sudip.

b. Perlengkapan dan perbekalan farmasi seperti lemari dan rak

penyimpanan obat, lemari besi untuk menyimpan obat-obat

narkotika dan psikotropika dan lemari pendingin

c. Wadah pengemas seperti plastik obat berbagai ukuran, etiket, dan

pot salep

Page 23: Laporan magang

23

d. Alat administrasi seperti kartu stok obat, salinan/copy resep,

kwitansi, nota penjualan, buku pembelian dan buku penjualan obat,

buku pengeluaran dan pemasukan apotek serta cap apotek.

e. Buku pedoman seperti ISO dan buku-buku lainnya.

IV.2 Struktur Organisasi Apotek

Dalam menjalankan apotek tidak ada struktur organisasi khusus yang

dibentuk untuk menjalankannya, semua anggota hanya bertugas sesuai

dengan yang diamanahkan oleh apoteker dan pemilik apotek. Karyawan

apotek terdiri dari 5 orang termasuk asisten apoteker. Ke 5 karyawan

tersebut memiliki tugas dan wewenang masing-masing. Dimana 1 orang

karyawan bertugas dalam proses pembelian dan pemesanan barang, 3

orang bertugas dalam bagian penjualan obat, melayani resep,meracik obat

dan menyerahkan obat kepada pasien. Sedangkan 2 orang lainnya bertugas

dalam bagian administrasi dalam hal ini bidang keuangan dan pembukuan.

IV.3 Kegiatan Mahasiswa Di Apotek Afiah Farma

1. Kegiatan Managerial

Apotek Afiah Farma merupakan salah satu apotek yang dimana

pemiliki apotek merangkap sebagai apotekernya. Kegiatan managerial

di apotek ini dilakukan langsung oleh pihak apotek terutama pemilik

apotek sekaligus sebagai apotekernya tanpa ada campur tangan dari

karyawan dan mahasiswa magang. Kegiatan manegerial seperti

pengadaan obat yang dilakukan langsung oleh pemilik apoteknya sesuai

laporan dari karayawannya yang mengetahui keberadaan jumlah obat

yang stok obatnya mulai habis. Selain itu perencanaan dan pengadaan

obat di apotek disesuaikan dengan permintaan dari dokter-dokter yang

bekerja sama dengan apotek ini, seperti menyediakan obat-obatan yang

diperlukan oleh para dokter tersebut untuk mengobati pasien sesuai

dengan keluahan yang pasien alami. Namun yang berbeda dengan

apotek ini yaitu pada saat penerimaan obat yang datang dari PBF dan

supplier dilakukan oleh asisten apoteker maupun karyawan karena

apotekernya banyak memiliki kegiatan lain di luar apotek sehingga

kebanyakan kegiatan penerimaan stok obat dilakukan oleh karyawan

Page 24: Laporan magang

24

ataupun asisten apoteker. Dan untuk pencatatan keuangan serta

perbekalan farmasi dilakukan langsung oleh apotekernya sendiri yang

sekaligus sebagai pemilik apotek.

Penataan ruangan dan penyimpanan obat dilakukan oleh pegawai

apotek, karena apotek ini memiliki cabang yang berada di jalan

Agussalim sehingga stok obat-obatan dibagi dua untuk disalurkan ke

apotek cabangnya. Kegiatan pencatatan pengeluaran obat-obat tertentu

seperti obat yang sering diresepkan sebagian dilakukan oleh mahasiswa

magang.

2. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian

A. Pelayanan Non Resep

Pelayanan non resep atau pelayan obat ataupun alkes tanpa

resep dokter dilakukan oleh karyawan dan mahasiswa magang.

Obat-obat yang dapat dijual bebas seperti multivitamin, suplemen,

jamu dan obat-obat lainnya yang bisa dijual tanpa harus ada resep

dokter sesuai aturan permenkes No.919/Menkes/per/X/1993.

B. Pelayanan Resep

Pada kegiatan pelayanan resep dokter, sebagian dilakukan

langsung oleh mahasiswa magang namun tetap dalam pengawasan

dari apoteker maupun asisten apoteker untuk menjaga agar tidak

terjadinya kekeliruan dalam pembacaaan resep maupun pada saat

peracikan sampai pada penyerahan obat ke pasien. Alur pelayanan

resep in yaitu pertama penerimaan resep dari pasien, kemudian

diserahkan kepada karyawan ataupu asisten apoteker untuk

dihitung harga obat sesuai kebutuhan pasienyang tertulis dalam

resep. Setelah itu dilakukannya peracikan obat yang dilakukan oleh

mahasiswa namun dalam pengawasan asisten apoteker ataupun

apoteker. Setelah obat selesai diracik, sedian obat tersebut

kemudian diserahkan kepada pasien. Namun sebelum diserahkan

obat racikan tersebut pasien haruslah membayar dengan hraga yang

telah ditentukan. Pada saat penyerahan obat racikan diselingi

dengan informasi kepada pasien tentang waktu konsumsi obat, cara

Page 25: Laporan magang

25

penggunaan dan informasi lainnya yang patut diketahui oleh pasien

agar tidak terjadi kesalahan penggunaan obat. Bentuk sediaan yang

sering dibuat yaitu kapsul, puyer, suspensi, dan banyak juga sedian

obat yang tidak perlu diracik.

C. Pelayanan Konseling

Pelayaanan konseling merupakan salah satu tugas dari seorang

farmasis, kegiatan ini juga dilakukan oleh mahasiswa magang

dengan menyampaikan aturan pakai dan informasi lainnya yang

perlu diketahui oleh pasien pada saat penerimaan resep. Apabila

pasien memerlukan informasi lebih lanjut maka pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan oleh pasien akan dijawab langsung oleh

apoteker penanggungjawab apotek ataupun asisten apoteker.

Page 26: Laporan magang

26

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari hasil magang mahasiswa S1 Farmasi Universitas Negeri

Gorontalo di Apotek Afiah Farma, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

Kegiatan magang sangat bermanfaat bagi mahasiswa S1 Farmasi,

karena dapat menambah keterampilan, pengetahuan dan wawasan para

mahasiswa di bidang pelayanan, khususnya di Apotek.

Apotek Afiah Farma merupakan salah satu Apotek yang cukup

strategis untuk usaha perapotekan, karena lokasinya yang juga merupakan

tempat praktek dokter. Selain itu, jalur lalu lintas kendaraan umum maupun

pribadi juga ramai, sehingga memudahkan transportasi bagi para pasien atau

konsumen.

Sistem organisasi, administrasi keuangan dan kepegawaian di Apotek

Afiah Farma telah berjalan dengan cukup profesional.

V.2 Saran

Bagi Apotek Afiah Farma, kami sebagai mahasiswa S1 farmasi dapat

menyarankan agar :

Pemakaian komputer untuk memudahkan dan mengefektifkan dalam

pencatatan dan pelaporan Apotek.

Meningkatkan ketersediaan perbekalan farmasi.

Meningkatkan pelayanan terhadap pemberian informasi obat dan

konseling kepada pasien (konsumen)

Page 27: Laporan magang

27

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Laporan PKL . (online) (available : as http : // gudang -

laporan.blogspot.com/ laporan – pkl -apotek.html. Diakses tanggal 13 Juli

2014).

Depkes RI. 2002. Keputusan Menkes No. 1332 / Menkes / SK / X / 2002 /

Pengertian Apotek,Wewenang Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Ratna, A. 2008. Laporan Praktek Kerja Profesi Framasi. (online). (available : as

https : // www.google.com/ = laporan+magang+apotek.pdf. Diakses 13

Juli 2014).