3. LAPORAN MAGANG

93
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang belum sesuai dengan harapan pasien, diharapkan menjadi suatu masukan bagi organisasi layanan kesehatan agar berupaya memenuhinya. Jika kinerja layanan kesehatan yang diperoleh pasien pada suatu fasilitas layanan kesehatan sesuai dengan harapannya, pasien pasti akan selalu datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Pasien akan selalu mencari pelayanan kesehatan di fasilitas yang kinerja pelayanan kesehatannya dapat memenuhi harapan atau tidak mengecewakan pasien (Pohan, 2002). Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, ditetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Oleh karena itu, pada awal pemerintahan SBY – JK telah diambil kebijakan strategis untuk

Transcript of 3. LAPORAN MAGANG

Page 1: 3. LAPORAN MAGANG

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang belum sesuai dengan harapan pasien, diharapkan

menjadi suatu masukan bagi organisasi layanan kesehatan agar berupaya

memenuhinya. Jika kinerja layanan kesehatan yang diperoleh pasien pada suatu

fasilitas layanan kesehatan sesuai dengan harapannya, pasien pasti akan selalu

datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Pasien akan selalu

mencari pelayanan kesehatan di fasilitas yang kinerja pelayanan kesehatannya

dapat memenuhi harapan atau tidak mengecewakan pasien (Pohan, 2002).

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang

Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, ditetapkan bahwa setiap orang berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan

masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara

bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya

termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Oleh karena itu, pada awal

pemerintahan SBY – JK telah diambil kebijakan strategis untuk menggratiskan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Sejak 1 Januari 2005 program ini

menjadi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Miskin (JPKMM) yang

populer dengan nama Askeskin (Lubis, 2008).

Program ini bertujuan meningkatkan akses pelayanan kesehatan

masyarakat miskin dan tidak mampu. Melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat Miskin ini diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu

melahirkan, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta penurunan angka

kelahiran disamping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan masyarakat

miskin umumnya (KEPMENKES RI, 2008)

Pada awal tahun 2005 sasaran program berjumlah 36,1 juta jiwa penduduk

miskin di seluruh Indonesia. Sejalan dengan usulan Pemerintah Daerah dan

bersamaan dengan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar

Page 2: 3. LAPORAN MAGANG

2

Minyak (PKPS-BBM), mulai pertengahan tahun 2005 sampai tahun 2006 sasaran

disesuiakan dengan jumlah rumah tangga (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa.

Masyarakat miskin memperoleh pelayanan kesehatan secara berjenjang mulai

dari rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas, sampai rujukan rawat spesifikasi

dan rawat inap di kelas tiga rumah sakit (Lubis, 2008).

Pada tahun 2008 program Askeskin ini diubah namanya menjadi Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang tidak mengubah jumlah sasaran.

Program ini bertujuan untuk memberi akses pelayanan kesehatan kepada

masyarakat sangat miskin, miskin dan mendekati miskin berjumlah 76.4 juta

jiwa. Jumlah kuota masyarakat miskin yang ditanggung di provinsi Kalimantan

Timur sebanyak 910.925 jiwa serta khusus untuk Kota Samarinda sebanyak

121.420 jiwa (KEPMENKES RI, 2008).

Puskesmas sebagai wadah pelayanan kesehatan harus mempunyai fungsi

utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan

pemulihan bagi penderita. Sehubungan dengan itu dapatlah dinyatakan

puskesmas adalah sisi pemberi pelayanan kepada masyarakat dengan segala latar

belakang sosial kulturnya, tanpa pandang bulu sebagai sisi yang mengharapkan

akan menerima pelayanan dengan baik. Dalam mendukung pelaksanaan program

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin atau yang sekarang lebih

dikenal dengan Jamkesmas, puskesmas memiliki peranan yang sangat penting.

Peranannya adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang

menjadi pengguna atau peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Miskin.

Di Indonesia Puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan

tingkat pertama. Konsep Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika

dilangsungkannya Rapat Kerja Kesehatan Nasional (RAKERKESNAS) I di

Jakarta. Waktu itu dibicarakan upaya pengorganisasian sistem pelayanan

kesehatan Tanah Air, dimana pada saat itu pelayanan kesehatan tingkat pertama

pada waktu itu dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan

seperti BKIA, BP, P4M dan sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak

Page 3: 3. LAPORAN MAGANG

3

saling berhubungan. Hasil dari RAKERKESNAS tersebut timbullah suatu

gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama kedalam suatu

organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat

(KEPMENKES, 2004)

Puskesmas Pasundan, yang terletak di Kelurahan Jawa Samarinda, sebagai

salah satu puskesmas di Samarinda yang merupakan ujung tombak pembangunan

kesehatan dan tulang punggung upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama

dalam pelaksanaan program-program kesehatan bagi masyarakat, khususnya di

Kecamatan Samarinda Ulu. Wilayah kerja Puskesmas Pasundan meliputi

Kelurahan Teluk Lerong Ilir, Kelurahan Jawa dan Kelurahan Bugis. Puskesmas

Pasundan memiliki tenaga dokter sebanyak 3 orang, tenaga bidan sebanyak 3

orang dan tenaga perawat sebanyak 7 orang (Puskesmas Pasundan, 2010).

Puskesmas Pasundan merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan yang

melaksanakan pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula sebagai

lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Salah satu contoh dari hasil

pembinaan Puskesmas bagi masyarakat adalah terbentuknya Posyandu. Terdapat

43 Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pasundan, diantaranya posyandu

Asparagus, posyandu Cempaka dan posyandu Arjuna serta beberapa posyandu

Lansia. Adapun jumlah kunjungan pasien pada tahun 2010 sebanyak 36.711

orang, dimana 927 orang diantaranya merupakan peserta program Jamkesmas

Miskin yang memanfaatkan fasilitas pelayanan yang diterimanya sebagai peserta

program Jamkesmas Miskin. Namun jumlah kunjungan pasien Jamkesmas

Miskin pada puskesmas ini masih rendah, dimana terdapat 3.661 orang peserta

Jamkesmas Miskin di wilayah kerja Puskesmas Pasundan namun hanya sekitar

25 % saja yang memanfaatkan program Jamkesmas Miskin yang diterimanya

(Puskesmas Pasundan, 2010).

Page 4: 3. LAPORAN MAGANG

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka dapat ditarik suatu

rumusan masalah yaitu “Bagaimana gambaran sistem pelayanan kesehatan

peserta program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di

Puskesmas Pasundan Samarinda?”

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada program magang ini adalah:

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman keterampilan, penyesuaian sikap dan

penghayatan di dunia kerja dalam rangka memperkaya pengetahuan dan

melatih kemampuan bekerja sama serta keterampilan di bidang ilmu

kesehatan masyarakat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi standar operasional prosedur pelayanan kesehatan

peserta program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di

Puskesmas Pasundan Samarinda.

b. Mengidentifikasi alur pelayanan kesehatan bagi peserta program Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di Puskesmas Pasundan

Samarinda

c. Mengidentifikasi masalah teknis pelayanan kesehatan dan prioritas

masalah serta alternatif pemecahan masalah bagi peserta program

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di Puskesmas

Pasundan Samarinda.

Page 5: 3. LAPORAN MAGANG

5

D. Manfaat

Manfaat program magang ini yaitu:

1. Bagi mahasiswa

a. Melatih mahasiswa dalam berfikir, bersikap dan bertanggung jawab.

b. Menambah pengalaman/ wawasan dalam dunia kerja secara langsung

berdasarkan disiplin ilmu kesehatan masyarakat.

c. Meningkatkan keterampilan dan kreativitas mahasiswa.

2. Bagi Instansi

a. Mengetahui permasalahan di dalam instansi khususnya di Puskesmas

Pasundan Samarinda.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pengambilan kebijakan dan

penentuan keputusan di bidang kesehatan masyarakat.

3. Bagi Fakultas

a. Sebagai bahan evaluasi penyempurnaan kurikulum di masa mendatang.

b. Menjembatani antara instansi dengan pihak Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Mulawarman dalam hal kerjasama dalam bidang

kesehatan.

Page 6: 3. LAPORAN MAGANG

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan untuk

melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja

instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan

prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit

kerja yang bersangkutan. Standar operasional prosedur tidak saja bersifat internal

tetapi juga eksternal, karena SOP selain dapat digunakan untuk mengukur kinerja

organisasi publik, juga dapat digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik

di mata masyarakat berupa responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah. Dengan demikian SOP merupakan pedoman atau

acuan untuk menilai pelaksanaan kinerja instansi pemerintah berdasarkan

indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai dengan tata

hubungan kerja dalam organisasi yang bersangkutan (Atmoko, 2009).

Secara umum, SOP merupakan gambaran langkah-langkah kerja (sistem,

mekanisme dan tata kerja internal) yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu

tugas untuk mencapai tujuan instansi pemerintah. SOP sebagai suatu

dokumen/instrumen memuat tentang proses dan prosedur suatu kegiatan yang

bersifat efektif dan efisisen berdasarkan suatu standar yang sudah baku.

Pengembangan instrumen manajemen tersebut dimaksudkan untuk memastikan

bahwa proses pelayanan di seluruh unit kerja pemerintahan dapat terkendali dan

dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Atmoko, 2009).

Sebagai suatu instrumen manajemen, SOP berlandaskan pada sistem

manajemen kualitas (Quality Management System), yakni sekumpulan prosedur

terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang

bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan/atau

jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Sistem manajemen kualitas

berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini mencakup beberapa tingkat

Page 7: 3. LAPORAN MAGANG

7

dokumentasi terhadap standar-standar kerja. Sistem ini berlandaskan pada

pencegahan kesalahan, sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan

yang bersifat reaktif (Atmoko, 2009).

Tahap penting dalam penyusunan Standar operasional prosedur adalah

melakukan analisis sistem dan prosedur kerja, analisis tugas, dan melakukan

analisis prosedur kerja, dapat diketahui sebagai berikut:

1. Analisis sistem dan prosedur kerja

Analisis sistem dan prosedur kerja adalah kegiatan mengidentifikasikan

fungsi-fungsi utama dalam suatu pekerjaan, dan langkah-langkah yang

diperlukan dalam melaksanakan fungsi sistem dan prosedur kerja. Sistem

adalah kesatuan unsur atau unit yang saling berhubungan dan saling

mempengaruhi sedemikian rupa, sehingga muncul dalam bentuk keseluruhan,

bekerja, berfungsi atau bergerak secara harmonis yang ditopang oleh sejumlah

prosedur yang diperlukan, sedang prosedur merupakan urutan kerja atau

kegiatan yang terencana untuk menangani pekerjaan yang berulang dengan

cara seragam dan terpadu.

2. Analisis Tugas

Analisis tugas merupakan proses manajemen yang merupakan

penelaahan yang mendalam dan teratur terhadap suatu pekerjaan, karena itu

analisa tugas diperlukan dalam setiap perencanaan dan perbaikan organisasi.

Analisa tugas diharapkan dapat memberikan keterangan mengenai pekerjaan,

sifat pekerjaan, syarat pejabat, dan tanggung jawab pejabat. Di bidang

manajemen dikenal sedikitnya 5 aspek yang berkaitan langsung dengan

analisis tugas yaitu :

a. Analisa tugas, merupakan penghimpunan informasi dengan sistematis dan

penetapan seluruh unsur yang tercakup dalam pelaksanaan tugas khusus.

b. Deskripsi tugas, merupakan garis besar data informasi yang dihimpun dari

analisa tugas, disajikan dalam bentuk terorganisasi yang

mengidentifikasikan dan menjelaskan isi tugas atau jabatan tertentu.

Deskripsi tugas harus disusun berdasarkan fungsi atau posisi, bukan

Page 8: 3. LAPORAN MAGANG

8

individual; merupakan dokumen umum apabila terdapat sejumlah personel

memiliki fungsi yang sama; dan mengidentifikasikan individual dan

persyaratan kualifikasi untuk mereka serta harus dipastikan bahwa mereka

memahami dan menyetujui terhadap wewenang dan tanggung jawab yang

didefinisikan itu.

c. Spesifikasi tugas berisi catatan-catatan terperinci mengenai kemampuan

pekerja untuk tugas spesifik

d. Penilaian tugas, berupa prosedur penggolongan dan penentuan kualitas

tugas untuk menetapkan serangkaian nilai moneter untuk setiap tugas

spesifik dalam hubungannya dengan tugas lain

e. Pengukuran kerja dan penentuan standar tugas merupakan prosedur

penetapan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas dan

menetapkan ukuran yang dipergunakan untuk menghitung tingkat

pelaksanaan pekerjaan. Melalui analisa tugas ini tugas-tugas dapat

dibakukan, sehingga dapat dibuat pelaksanaan tugas yang baku.

Setidaknya ada dua manfaat analisis tugas dalam penyusunan standar

operasional prosedur yaitu membuat penggolongan pekerjaan yang

direncanakan dan dilaksanakan serta menetapkan hubungan kerja dengan

sistematis.

3. Analisis prosedur kerja

Analisis prosedur kerja adalah kegiatan untuk mengidentifikasi urutan

langkah-langkah pekerjaan yang berhubungan apa yang dilakukan, bagaimana

hal tersebut dilakukan, bilamana hal tersebut dilakukan, dimana hal tersebut

dilakukan, dan siapa yang melakukannya. Prosedur diperoleh dengan

merencanakan terlebih dahulu bermacam-macam langkah yang dianggap

perlu untuk melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian prosedur kerja dapat

dirumuskan sebagai serangkaian langkah pekerjaan yang berhubungan,

biasanya dilaksanakan oleh lebih dari satu orang, yang membentuk suatu cara

tertentu dan dianggap baik untuk melakukan suatu keseluruhan tahap yang

penting. Analisis terhadap prosedur kerja akan menghasilkan suatu diagram

Page 9: 3. LAPORAN MAGANG

9

alur (flow chart) dari aktivitas organisasi dan menentukan hal-hal kritis yang

akan mempengaruhi keberhasilan organisasi. Aktivitas-aktivitas kritis ini

perlu didokumetasikan dalam bentuk prosedur-prosedur dan selanjutnya

memastikan bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas itu dikendalikan oleh prosedur-

prosedur kerja yang telah terstandarisasi. Prosedur kerja merupakan salah satu

komponen penting dalam pelaksanaan tujuan organisasi sebab prosedur

memberikan beberapa keuntungan antara lain memberikan pengawasan yang

lebih baik mengenai apa yang dilakukan dan bagaimana hal tersebut

dilakukan; mengakibatkan penghematan dalam biaya tetap dan biaya

tambahan; dan membuat koordinasi yang lebih baik di antara bagian-bagian

yang berlainan (Atmoko, 2009).

B. Sistem Pelayanan Kesehatan

Sehat adalah keadaan sejahtera baik dari segi badan, mental spiritual

(dirinya sendiri) maupun dari segi social budaya (lingkungannya). Sehat

merupakan kehendak semua pihak, tidak hanya perorangan, tetapi oleh keluarga,

kelompok dan masyarakat. Keadaan sehat membutuhkan banyak hal, salah satu

diantaranya adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat (Leevey dan

Loomba, 1973 dalam Azwar 1996).

Dalam Notoatmodjo (2003) sistem adalah suatu kesatuan yang utuh,

terpadu yang terdiri dari berbagai elemen (subsistem) yang saling berhubungan di

dalam suatu proses atau struktur dalam upaya menghasilkan sesuatu atau

mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh sebab itu kalau berbicara tentang sistem

pelayanan kesehatan adalah struktur atau gabungan dari subsistem di dalam suatu

unit atau di dalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan

masyarakat baik preventif, kuratif, promotif maupun rehabilitative. Sehingga

sistem pelayanan kesehatan ini dapat berbentuk Puskesmas, Rumah Sakit,

Page 10: 3. LAPORAN MAGANG

10

Balkesmas dan unit-unit atau organisasi-organisasi lain yang mengupayakan

peningkatan kesehatan.

Lebih lanjut dalam Notoatmodjo (2003) sistem pelayanan kesehatan

mencakup pelayanan kedokteran (medical services) dan pelayanan kesehatan

masyarakat (public health services). Secara umum pelayanan kesehatan

masyarakat adalah merupakan subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan

utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan

kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Terdapat tiga strata pelayanan kesehatan

di Indonesia, yaitu:

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)

Pelayanan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan

masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi

kesehatan. Oleh karena itu jumlah kelompok ini di dalam suatu populasi

sangat besar (lebih kurang 80%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok

ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic helath services), juga

merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care).

Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas Pembantu,

Puskesmas Keliling dan Balkesmas.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health care)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat

yang memerluka perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh

pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanann ini misalnya Rumah Sakit

tipe C dan D, dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau

pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.

Pelayanan sudah komplek dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis.

Contoh di Indonesia Rumah Sakit tipe A dan B.

Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan

tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri, namun berada di dalam suatu sistem, dan

Page 11: 3. LAPORAN MAGANG

11

saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan

tindakan medis tingkat primer, maka ia menyerahnkan tanggung jawab tersebut

ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Penyerahan tanggung

jawab dari satu pelayanan ke pelayanan kesehatan yang lain disebut “rujukan”.

C. Puskesmas

Menurut Azwar, Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah

suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan

secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam

bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Puskesmas adalah suatu unit pelaksana

fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat

pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara

menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang

bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar, 1996).

Menurut Depkes RI (1991) Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi

kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan

masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Effendi, 1998).

Dari berbagai referensi definisi Puskesmas maka dapat diambil sebuah

makna yang lebih mendalam, yang menunjukkan bahwa Puskesmas mempunyai

wewenang dan tangguang jawab yang sangat besar dalam memelihara kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan status kesehatan

masyarakat seoptimal mungkin. Dengan demikian Puskesmas harus lebih aktif

terjun kemasyarakat karena Puskesmas dituntut untuk lebih mengutamakan

tindakan pencegahan (preventif) dibandingkan tindakan pengobatan (kuratif).

Puskesmas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan

posyandu di wilayahnya masing-masing (Notoatmodjo, 2005).

Adapun struktur organisasi puskesmas, sebagai berikut:

Page 12: 3. LAPORAN MAGANG

12

1. Susunan Organisasi Puskesmas

a. Unsur Pimpinan : Kepala Puskesmas

b. Unsur Pembantu Pimpinan : Urusan Tata Usaha

c. Unsur Pelaksana : Unit I s/d Unit VII

2. Tugas Pokok

a. Kepala Puskesmas

Mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan

kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan

jabatan fungsional.

b. Kepala Urusan Tata Usaha

Mempunyai tugas dibidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan,

dan surat menyurat serta pencatatan dan laporan.

c. Unit I

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan

anak, keluarga berencana dan perbaikan gizi.

d. Unit II

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan

pemberantasan penyakit, khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan, dan

laboratorium sederhana.

e. Unit III

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan

mulut, kesehatan tenaga kerja dan manula.

f. Unit IV

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan

masyarakat, kesehatan sekoalah dan olahraga, kesehatan jiwa,kesehatan

mata dan kesehatan khusus lainnya.

g. Unit V

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan

pengembangan upaya kesehatan masyarakat dan penyuluhan kesehatan

masyarakat, kesehatan remaja dan dana sehat.

Page 13: 3. LAPORAN MAGANG

13

h. Unit VI

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan

dan rawat inap.

i. Unit VII

Melaksanakan tugas kefarmasian.

Bagan 1. Struktur Organisasi Puskesmas

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan

perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang keduanya jika ditinjau dari

sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni :

1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya Kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta yang mempunyai

daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya

kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di

wilayah Indonesia. Upaya kesehatan Wajib tersebut adalah :

Kepala Puskesmas

Tata Usaha

1 2 3 4 5

IIIIII IV V VI VII

Puskesmas Pembantu

Page 14: 3. LAPORAN MAGANG

14

a. Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)

Tujuan umum :

1) Menurunkan kematian (mortality) dan kejadian sakit (morbility)

dikalangan Ibu.

2) Kegiatan pokok ini ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu selama

kehamilan, pada saat bersalin dan saat ibu menyusui.

3) Meningkatkan derajat kesehatan anak, melalui pemantauan status

gizi dan pencagahan sedini mungkin berbagai penyakit menular

yang bisa dicegah dengan imunisasi dasar sehingga anak dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal.

Sasarannya yaitu ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak sampai

dengan umur 5 tahun. Kelompok-kelompok masyarakat ini adalah

sasaran primer program. Sasaran sekunder adalah dukun bersalin dan

kader kesehatan (Dainur, 1995).

b. Keluarga Berencana (KB)

Program ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

kepedulian dan peran serta masyarakat terhadap pendewasaan usia

perkawinan, penurunan angka kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,

dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut,

dilaksanakan kegiatan-kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi

(KIE), pelayanan keluarga berencana, pembangunan keluarga sejahtera,

pemantapan pelembagaan program, pendidikan dan pelatihan, pelaporan

dan penelitian. Upaya-upaya tersebut telah meningkatkan jumlah peserta

KB, meningkatkan kesejahteraan keluarga, dan mengajak masyarakat

melaksanakan KB secara mandiri (www.bappenas.go.id).

c. Usaha Kesehatan Gizi

Program perbaikan gizi ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi

konsumsi pangan sehingga berdampak pada perbaikan keadaan gizi

masyarakat. Kegiatan utama program ini meliputi penyuluhan gizi

masyarakat, usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), upaya perbaikan gizi

Page 15: 3. LAPORAN MAGANG

15

institusi, fortifikasi pangan, dan peningkatan penerapan sistem

kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG). Pelayanan gizi di posyandu,

terutama ditujukan kepada kelompok masyarakat yang rawan gizi yaitu

wanita pranikah, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita. Posyandu

merupakan ujung tombak dalam penanggulangan masalah gizi kurang

seperti kurang vitamin A (KVA), gangguan akibat kurang iodium

(GAKI), anemia gizi besi (AGB) dan kurang energi protein (KEP).

Kegiatan pemantauan pelayanan gizi di posyandu antara lain meliputi

pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, pemberian paket

pelayanan gizi, pemberian makanan tambahan dan pemantauan dini

terhadap perkembangan kehamilan (www.bapennas.go.id).

d. Kesehatan Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah wawasan lingkungan fisik, biologis,

sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia dimana

lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang

merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Pentingnya lingkungan sehat ini

telah dibuktikan oleh WHO, dimana dari penyelidikan-penyelidikan di

seluruh dunia didapatkan hasil bahwa angka kematian (mortalitas), angka

perbandingan orang sakit (morbidity) yang tinggi serta seringnya terjadi

epidemi terdapat di tempat-tempat yang higiene dan sanitasi

lingkungannya buruk, yaitu di tempat-tempat dimana terdapat banyak

lalat dan nyamuk, seperti pembuangan kotoran dan sampah yang tidak

teratur, air rumah tangga yang buruk, perumahan yang terlalu sesak dan

keadaan sosial ekonomi yang buruk. Terbukti bahwa di tempat-tempat

dimana higiene dan sanitasi lingkungan diperbaiki, mortality dan

morbidity menurun dan wabah berkurang dengan sendirinya (Entjang,

2000).

Page 16: 3. LAPORAN MAGANG

16

Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang dilakukan staf

puskesmas adalah:

1) Penyehatan air bersih

2) Penyehatan pembuangan kotoran

3) Penyehatan lingkungan perumahan

4) Penyehatan air buangan/limbah

5) Pengawasan sanitasi tempat umum

6) Penyehatan makanan dan minuman

7) Pelaksanaan peraturan perundangan

e. Pencegahan Penyakit Menular ( P2M )

Bertujuan menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin dan

mengurangi berbagai faktor resiko lingkungan masyarakat untuk

memudahkan terjadinya penyebaran suatu penyakit menular. Dengan

sasaran ibu hamil, balita dan anak-anak sekolah untuk kegiatan imunisasi.

Sasaran sekunder adalah lingkungan pemukiman masyarakat. Untuk

pemberantasan penyakit menular tertentu (misal, penyakit kelamin),

kelompok-kelompok tertentu masyarakat yang berperilaku resiko tinggi

juga perlu dijadikan sasaran kegiatan P2M. Penyakit menular adalah

penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang atau hewan sakit, dan

reservoir ataupun dari benda-benda yang mengandung bibit penyakit

lainnya kepada manusia-manusia sehat (Efendi, 1998).

Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakaan

terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah

untuk pencegahan, haruslah didasarkan pada data / keterangan yang

bersumber pada hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan /

penelitian epidemiologi (Entjang, 2000).

f. Pengobatan

Bertujuan memberi pengobatan dan perawatan di puskesmas

(khusus untuk puskesmas perawatan). Dengan sasaran masyarakat yang

Page 17: 3. LAPORAN MAGANG

17

mengunjungi puskesmas yang mencari pengobatan. Upaya yang dapat

dilakukan:

1) Melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui:

a) mendapatkan riwayat penyakit

b) mengadaan pemeriksaan fisik

c) mengadaan pemeriksaaan laboratorium

2) Membuat diagnosa

3) Melaksanakan tindakan pengobatan.

4) Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut

dapat berupa :

a) rujukan diagnostik

b) rujukan pengobatan/rehabilitasi

c) rujukan lain

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya Kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang

ditetapkan berdasarkan permasalahan Kesehatan yang ditemukan di

masyarakat yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya

kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok

Puskesmas yang telah ada yakni :

a. Upaya Kesehatan sekolah

b. Upaya Kesehatan Olahraga

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

d. Upaya Kesehatan Kerja

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata

h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (KEPMENKES RI, 2004).

Page 18: 3. LAPORAN MAGANG

18

Lebih lanjut dalam Effendy (1998), ada 3 fungsi pokok puskesmas yaitu:

1. Sebagian pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya.

Menurut Effendy (1998) puskesmas memiliki proses dalam melaksanakan

fungsinya, dilakukan dengan cara:

1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan dalam rangka

menolong dirinya sendiri.

2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan

menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.

3. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis

maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan

tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

4. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan

program puskesmas.

Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang

sangat vital sebagai intitusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan

manajerial dan wawasan jauh kedepan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan

kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realisize,

tatalaksana kegiatan yang disusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan

yang akurat. Rangkaian manajerial diatas bermanfaat dalam penentuan skala

prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam menentukan RAPBD yang

berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Adapun kedepan, puskesmas juga

dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya

peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.

Page 19: 3. LAPORAN MAGANG

19

Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang secara sistematik

untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Ada tiga fungsi

manajemen Puskesmas yang dikenal yakni Perencanaan, Pelaksanaan, dan

pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Semua fungsi

Manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan

(KEPMENKES RI, 2004).

Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia,

pengelolaan program kerja puskesmas berpedoman pada empat asas pokok

yakni:

1. Asas pertanggung jawaban wilayah

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus

melaksanakan pertanggung jawaban wilayah kerja. Dalam arti puskesmas

bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

bertempat tinggal di wilayah kerjanya (KEPMENKES RI, 2004).

Karena adanya asas yang seperti ini, maka program kerja puskesmas

tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya menanti kunjungan

masyarakat ke puskesmas, melainkan harus secara aktif yakni memberikan

pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan masyarakat. Lebih dari pada

itu, karena karena puskesmas bertanggung jawab atas semua kesehatan yang

terjadi di wilayah kerjanya, maka banyak dilakukan berbagai program

pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit yang merupakan bagian

dari pelayanan kesehatan masyarakat (Azwar,1999).

2. Asas peran serta masyarakat

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus

melaksanakan asas peran serta masyarakat. Dalam arti Puskesmas wajib

memeberdayakan perorangan, keluarga, dan masyarakat, agar berperan aktif

dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (KEPMENKES RI, 2004).

Bentuk peran serta masyarakat dalam pelayanan masyarakat banyak

macamnya. Di Indonesia dikenal dengan nama Pos Pelayanan Terpadu

(Azwar, 1999).

Page 20: 3. LAPORAN MAGANG

20

3. Asas Keterpaduan

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas harus

melaksanakan asas keterpaduan. Artinya, berupaya memadukan kegiatan

tersebut bukan saja dengan program kesehatan lain (lintas program) tetapi

juga dengan sektor lain (lintas sektor).

a. Keterpaduan lintas program.

Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan

penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab

Puskesmas (KEPMENKES RI, 2004).

b. Keterpaduan lintas sektor

Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan

penyelenggaraan upaya Puskesmas (wajib, pengemabangan dan inovasi)

dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk

organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha (KEPMENKES RI, 2004).

Dengan dilaksanakannya keterpaduan ini, berbagai manfaat akan di dapat

diperoleh. Bagi puskesmas dapat menghemat sumber daya, sedangkan

bagi masyarakat, lebih mudah memperoleh pelayanan kesehatan (Azwar,

1999).

c. Asas rujukan

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atau

kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara

timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari atau satu strata sarana

pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana

pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar

strata sarana pelayanan kesehatan yang sama (KEPMENKES RI, 2004).

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus

melaksanakan asas rujukan. Artinya, jika tidak mampu menangani suatau

masalah kesehatan harus merujuknya ke sarana kesehatan yang lebih

mampu. Untuk pelayanan ke dokter jalur rujukannya adalah Rumah Sakit.

Page 21: 3. LAPORAN MAGANG

Puskesmas/Puskesmas Pembantu

Departemen Kesehatan

Kantor Wilayah/Dinas Kesehatan Propinsi

Kantor Departemen/Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya

Rumah Sakit Kelas B

Rumah Sakit Kelas A

Rumah Sakit Kelas C

Rujukan Kesehatan Rujukan Medis

21

Sedangkan untuk jalur rujukannya adalah sebagai ”Kantor” kesehatan

( Azwar, 1999).

Bagan 2. Rujukan Pelayanan Puskesmas

D. Jamkesmas

Jamkesmas merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat dan

merupakan bagian dari pengentasan kemiskinan yang bertujuan agar akses dan

mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dapat ditingkatkan sehingga

tidak ada lagi Maskin (Masyarakiat Miskin) yang kesulitan memperoleh

pelayanan kesehatan karena alasan biaya (Lubis, 2008).

Tujuan dari Jamkesmas yaitu:

1. Tujuan Umum

Meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin

dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal

secara efektif dan efisien.

Page 22: 3. LAPORAN MAGANG

22

2. Tujuan Khusus

a) Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu mendapat

pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan Rumah Sakit.

b) Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

c) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh

Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai

jaminan kesehatan lainnya.

Adapun kebijakan operasional Jamkesmas yaitu:

1. Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara

nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan

kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.

2. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi

tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Pemerintah Propinsi/ Kabupaten/ Kota berkewajiban

memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal.

3. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin mengacu pada

prinsip-prinsip:

a. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata

peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin.

b. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang

“cost effective” dan rasional.

c. Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan Portabilitas dan ekuitas.

d. Transparan dan akuntabel (Mukti dan Moertjahjo, 2008).

Page 23: 3. LAPORAN MAGANG

PT. ASKES

PUSATREGIONALCABANG

AAM

DEPKESTim Pengelola:

PengarahKetua

SekretarisPelaksana

DINKESPROVINSI

Tim Pengelola

DINKESKEB/ KOTA

Tim Pengelola

Puskesmas

Rumah Sakit

PPATRS

VerifikatorIndependen

23

Bagan 3. Struktur Organisasi Jamkesmas

TIM KOORD PUSAT

TIM KOORD PROV

TIM KOORD KAB/ KOTA

Page 24: 3. LAPORAN MAGANG

24

E. Metode Penentuan dan Penyelesaian Masalah

1. Penentuan Identifikasi Masalah

a. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data

yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan

menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok.

Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok

berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.

FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari

seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

b. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara

yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan

sosial yang relatif lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat

mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara,

sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam

mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu

autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden)

dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips

saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah,

mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan

menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali

Page 25: 3. LAPORAN MAGANG

25

jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi

negatif.

c. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah

ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau

peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi

adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk

menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan

untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu

melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian

kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan

observasi kelompok tidak terstruktur. Observasi partisipasi (participant

observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana

observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.

Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa

menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat

harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati

suatu objek. Sedangkan observasi kelompok adalah observasi yang

dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek

sekaligus.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah

topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus

kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku

(www.blog.unila.ac.id)

d. Curah Pendapat (Brainstorming)

Curah pendapat adalah teknik mengembangkan ide dalam waktu

singkat. Alat tersebut digunakan untuk mengenali adanya masalah, baik

yang telah terjadi maupun potensial terjadi, menyusun daftar masalah,

Page 26: 3. LAPORAN MAGANG

ManMachineMethodTime

Market Material Money

26

menyusun alternatif pemecahan masalah, menetapkan kriteria untuk

monitoring, mengembangkan kreativitas dan menggambarkan aspek-aspek

yang perlu dianalisis dari suatu pokok bahasan.

Hasil curah pendapat dapat berupa daftar masalah. Daftar pendapat

dari anggota tersebut ditulis di papan tulis. Pendapat yang sama

dikelompokan menjadi satu dan kepada setiap anggota diberikan

kesempatan untuk meminta penjelasan terhadap apa yang disampaikan

oleh anggota kelompok (Koentjoro, 2007).

e. Fishbone

Penyelesaian sebuah masalah akan efektif dan efisien jika yang

diselesaikan adalah penyebab masalah yang utama. Penyebab masalah

yang utama dapat diselesaikan dengan metode fishbone (metode tulang

ikan) (Subirman, 2008).

Diagram tulang ikan digunakan untuk memberikan gambatan umum

suatu masalah dan penyebabnya. Diagram tersebut memfasilitasi tim

untuk mengidentifikasi sebab masalah sebagai langkah awal untuk

menentukan fokus perbaikan, mengembangkan ide pengumpulan data

dan/atau mengembangkan solusi, mengenali penyebab terjadinya variasi

proses, dan menganalisis masalah (Koentjoro, 2007)

Bagan 4. Metode Fishbone

Masalah

Page 27: 3. LAPORAN MAGANG

27

Langkah-langkah:

a. Penyebab utama paling dekat dengan kepala ikan

b. Penyebab merupakan sumber daya (6M+1T)

c. Panah-panah kecil merupakan penyebab dari (6M+1T)

(Subirman, 2008)

2. Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode CARL

Dalam menentukan prioritas masalah dapat dilakukan dengan metode

CARL. Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan.

Metode CARL juga di dasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi

skor 1-5. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:

C : Capability

Ketersediaan sumber daya (dana dan sarana/peralatan)

A : Accesibility

Kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahan

dapat didasarkan pada ketersediaan metode/ cara/ teknologi serta

penunjang pelaksanaan seperti juklak/ peraturan.

R : Readiness

Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti

keahlian/ kemampuan dan motivasi.

L : Leverage

Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam

pemecahan yang dibahas.

Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi,

kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya, bila ada beberapa

pendapat tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan

hasil perkalian: C x A x R x L (Subirman, 2008).

3. Alternatif Pemecahan Masalah

Apabila prioritas masalah telah ditetapkan, langkah selanjutnya yang

dilakukan adalah menetapkan prioritas jalan keluar.

Page 28: 3. LAPORAN MAGANG

28

a. Menyusun alternatif jalan keluar

1) Menentukan berbagai penyebab masalah. Untuk dapat menentukan

berbagai penyebab masalah, lakukan curah pendapat (brainstorming)

dengan membahas data yang telah dikumpulkan. Gunakan alat bantu

diagram hubungan sebab akibat (cause-effect diagram) atau popular

pula dengan sebutan diagram tulang ikan (fish bone diagram).

2) Memeriksa kebenaran penyebab masalah. Karena daftar penyebab

masalah yang disusun baru bersifat teoritis, perlu dilakukan

pemeriksaan tentang kebenaran penyebab masalah (confirmation).

3) Mengubah penyebab masalah kedalam bentuk kegiatan. Apabila daftar

penyebab masalah yang hasil uji statistiknya telah berhasil disusun,

lanjutkan dengan mengubah daftar penyebab masalah tersebut

kedalam bentuk kegiatan.

b. Memilih prioritas jalan keluar

1) Efektivitas jalan keluar

a) Besarnya masalah yang dapat diselesaikan

b) Pentingnya jalan keluar

c) Sensitvitas jalan keluar

2) Efisiensi jalan keluar

c. Melakukan uji lapangan

Untuk menilai berbagai faktor penopang dan faktor penghambat yang

kiranya akan ditemukan, apabila jalan keluar tersebut dilaksanakan.

d. Memperbaiki prioritas jalan keluar

Memanfaatkan berbagai faktor penopang, dan bersama dengan itu

meniadakan berbagai faktor penghambat yang ditemukan pada uji

lapangan.

e. Menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar

Kegiatan terakhir yang harus dilaksanakan pada penetapan prioritas

jalan keluar adalah menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar

selengkapnya (Azwar, 1996).

Page 29: 3. LAPORAN MAGANG

29

BAB III

METODE KEGIATAN MAGANG

A. Tempat

Program magang akan dilaksanakan di Puskesmas Pasundan, Kelurahan

Jawa, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda.

B. Waktu

Waktu pelaksanaan program magang akan dilaksanakan selama 1 bulan,

tepatnya mulai tanggal 2 Maret 2011 – 2 April 2011.

C. Jadwal Kegiatan

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Magang

No. KegiatanWaktu

Minggu I

Minggu II

Minggu III

Minggu IV

1. Pengenalan lingkungan2. Identifikasi masalah3. Pengumpulan dan

Penyusunan data4. Prioritas masalah

Page 30: 3. LAPORAN MAGANG

30

Tabel 2. Planning Of Action (POA)

No. Kegiatan Tujuan SasaranTarget

Metode Pelaksana PJSumber Biaya

Tempat IndikatorWaktu Pelaksanaan

1. Perkenalan dengan pihak Puskesmas Pasundan

Mahasiswa dapat mengenal dan mempererat hubungan dengan pihak puskesmas

Seluruh petugas kesehatan di Puskesmas Pasundan

100%

Wawancara, Observasi

Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Puskesmas Pasundan

Dari hasil orientasi mahasiswa dapat mengenal kondisi puskesmas.

Minggu I

2. Mengidentifi-kasi standar operasional prosedur pelayanan peserta program Jamkesmas miskin

Mahasiswa dapat meng-identifikasi standar operasional prosedur pelayanan peserta program Jamkesmas miskin

Petugas puskesmas

100%

Brainstorming

Mahasiswa dan petugas Puskesmas Pasundan

Mahasiswa Mahasiswa dan pihak puskesmas

Puskesmas Pasundan

80%, mahasiswa dapat mengidentifikasi standar operasional prosedur pelayanan peserta program Jamkesmas miskin

Minggu II

3. Mengidentifi-kasi alur pelayanan bagi peserta

Mahasiswa dapat mengidentifikasi alur

Petugas puskesmas

100%

Brainstorming dan observasi

Mahasiswa dan petugas Puskesmas Pasundan

Mahasiswa Mahasiswa dan pihak puskesmas

Puskesmas Pasundan

80%, mahasiswa dapat mengetahui

Minggu II

Page 31: 3. LAPORAN MAGANG

31

program Jamkesmas miskin

pelayanan bagi peserta program Jamkesmas miskin

alur pelayanan dari peserta program Jamkesmas miskin, masuk sampai keluar puskesmas

4. Mengumpul-kan data struktur organisasi, fungsi dan tugas di unit tempat magang

Mahasiswa dapat mengetahui struktur organisasi, fungsi dan tugas di unit tempat magang

Seluruh petugas kesehatan di Puskesmas Pasundan

100%

Observasi Mahasiswa dan petugas Puskesmas Pasundan

Mahasiswa Mahasiswa dan pihak puskesmas

Puskesmas Pasundan

100%, mahasiswa mengetahui struktur organisasi, fungsi dan tugas petugas di unit tersebut

Minggu III

5. Menentukan prioritas masalah yang ada dan alternatif pemecahan-nya

Mahasiswa dapat menentukan prioritas masalah dan alternatif pemecahannya

Seluruh petugas kesehatan di Puskesmas Pasundan

100%

Fishbone & CARL

Mahasiswa dan petugas Puskesmas Pasundan

Mahasiswa Mahasiswa dan pihak puskesmas

Puskesmas Pasundan

80%, mahasiswa dapat menemukan masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah

Minggu IV

Page 32: 3. LAPORAN MAGANG

32

BAB IV

HASIL KEGIATAN

A. Gambaran Instansi, Struktur Organisasi, Fungsi dan Tugas di Puskesmas

Pasundan

1. Gambaran Umum Puskesmas Pasundan

Puskesmas Pasundan berlokasi di Jalan Pasundan, Kelurahan Jawa,

Kecamatan Samarinda Ulu. Puskesmas Pasundan berbatasan langsung

dengan wilayah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sidodadi

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan sungai Mahakam

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bugis

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Teluk Lerong Ilir.

Puskesmas Pasundan merupakan Puskesmas Induk dengan wilayah

kerja meliputi tiga kelurahan yaitu:

a. Kelurahan Jawa, terdiri dari 40 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah

penduduk sebanyak 11.970 jiwa atau sebanyak 3.071 Kepala Keluarga

(KK). Adapun jumlah penduduk miskin di kelurahan ini sebanyak 1.170

jiwa atau sebanyak 341 Kepala Keluarga (KK).

b. Kelurahan Bugis, terdiri dari 19 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah

penduduk sebanyak 4.758 jiwa atau sebanyak 1.344 Kepala Keluarga (KK).

Adapun jumlah penduduk miskin di kelurahan ini sebanyak 452 jiwa atau

sebanyak 148 Kepala Keluarga (KK).

c. Kelurahan Teluk Lerong Ilir, terdiri dari 30 Rukun Tetangga (RT) dengan

jumlah penduduk sebanyak 11.635 jiwa atau sebanyak 3.558 Kepala

Keluarga (KK). Adapun jumlah penduduk miskin di kelurahan ini sebanyak

1.015 jiwa atau sebanyak 319 Kepala Keluarga (KK). Puskesmas Pasundan

memiliki satu Puskesmas Pembantu yang terletak di Kelurahan Teluk

Lerong Ilir.

Page 33: 3. LAPORAN MAGANG

33

2. Data Tenaga Puskesmas Pasundan

Tabel 3. Jumlah Tenaga Puskesmas Pasundan

No. Jenis TenagaJumlah(orang)

1. Dokter Umum 22. Dokter Gigi 13. Bidan 34. Perawat 65. Perawat Gigi 16. Asisten Apoteker 17. Gizi 18. Sanitarian 29. Analis 110. Sarjana Kesehatan 111. Administrasi 612. Wakar 113. Honorer 6

TOTAL 32Sumber : Data Sekunder, 2011

3. Visi, Misi, Nilai serta Strategi Utama Puskesmas Pasundan

Adapun Visi, Misi, Nilai serta Strategi Utama yang dimiliki

Puskesmas Pasundan untuk peningkatan derajat kesehatan yaitu:

a. Visi

“Mewujudkan keluarga sehat dan mandiri di wilayah kerja Puskesmas

Pasundan”

b. Misi

1) Mendorong prilaku hidup sehat dan bersih

2) Mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi

3) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu

c. Nilai

1) Tanggung Jawab

2) Kerjasama

Page 34: 3. LAPORAN MAGANG

34

3) Professional

d. Strategi Utama

1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat

dan mandiri

2) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan

3) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau

4) Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan

5) Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mewujudkan keluarga

sadar mandiri.

4. Struktur Organisasi Puskesmas Pasundan

Puskesmas Pasundan terdiri dari:

a. Kepala Puskesmas

b. Kepala Tata Usaha

1) Data dan Informasi

2) Perencanaan dan Penilaian

3) Keuangan

4) Umum dan Kepegawaian

5) Inventaris Barang

c. Promosi Kesehatan

d. Kesehatan Ibu dan Anak

1) Anak

2) Ibu Hamil

3) Keluarga Berencana (KB)

e. P2P

f. Gizi

g. Kesehatan Lingkungan

h. Pengobatan

1) Kusta

2) TB Paru

Page 35: 3. LAPORAN MAGANG

35

i. Gigi dan Mulut

j. UKS

k. PHN

l. Usila

m. Laboratorium

n. Apotik

o. Puskesmas Pembantu

5. Fungsi dan Tugas Unit di Puskesmas Pasundan

Setiap unit maupun jabatan di dalam suatu puskesmas memiliki tugas

dan fungsi masing-masing dalam agar dapat terlaksana sebuah kegiatan.

Tugas yang dimiliki masing-masing unit antara lain:

a. Kepala Puskesmas

Mengatur serta mengkoordinasikan semua kegiatan usaha kesehatan

baik itu di dalam lingkup puskesmas yang dipimpinnya maupun integrasi

program-program kesehatan dari stakeholder seperti Dinas Kesehatan

Kota maupun Dinas Kesehatan Provinsi.

b. Tata Usaha

Tugas pokok dari tata usaha yaitu menghimpun dan menyusun

semua laporan kagiatan puskesmas, dimana dalam fungsinya membantu

dokter dalam melaksanakan ketata usahaan puskesmas. Kegiatan pokok

tata usaha yaitu:

1) Mengumpulkan laporan berkala setiap petugas puskesmas untuk

disusun menjadi laporan Puskesmas sesuai dengan form yang telah

ditentukan.

2) Membuat surat-surat dan menyimpan arsip masuk

Kegiatan lain tata usaha yaitu:

1) Tata usaha Rumah Tangga Puskesmas

2) Tata usaha kepegawaian Puskesmas

3) Tata usaha keuangan Puskesmas

Page 36: 3. LAPORAN MAGANG

36

4) Menerima pembayaran uang di loket

5) Mempersiapkan/ menyediakan kartu-kartu penderita

6) Pengetikan laporan maupun surat

c. Poli Kartu

Melayani proses administrasi pasien masuk, memberikan kartu

pengobatan, memberikan kartu pengenal pada pasien baru serta

pemberian kertas resep baik itu untuk pasien yang membayar secara

pribadi maupun pasien dari peserta program asuransi kesehatan seperti

Jamkesmas, ASMARA dan ASKES.

d. Poli Umum

Tugas pokok dokter dan perawat di bagian ini yaitu mengusahakan

agar fungsi puskesmas diselenggarakan dengan baik. Memberikan

pelayanan kesehatan berupa kuratif, rujukan serta konsultasi kesehatan,

berkoordinasi dengan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.

e. Poli KIA

Melaksanakan bimbingan teknis bagi program PWS, KB,

Imunisasi, DDK dan MTBS. Poli ini juga memberikan pelayanan

promotif, preventif dan kuratif kepada anak dan ibu hamil. Poli KIA

berfungsi mengkoordinasi dan memonitor serta mengevaluasi

berjalannya program-program KIA baik di internal puskesmas maupun

eksternal puskesmas seperti posyandu.

f. Poli Gigi

Poli gigi memiliki tugas pokok untuk dokter dan perawat gigi agar

mengusahakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja

puskesmas dapat berjalan dengan baik, dimana dalam fungsinya

mengawasi pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas.

Kegiatan pokok di poli gigi yaitu member pelayanan kesehatan gigi dan

mulut diwilayah kerja puskesmas secara teratur. Kegiatan lainnya adalah

memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat

di wilayah kerjanya.

Page 37: 3. LAPORAN MAGANG

37

g. Poli Gizi

Memiliki tugas melaksanakan kegiatan perbaikan gizi di wilayah

kerjanya, dimana dalam fungsinya membantu kepala puskesmas

melaksanakan kegiatan-kegiatan puskesmas. Kegiatan pokok di unit ini

yaitu:

1) Penyuluhan gizi dan melatih kader gizi dan menggerakkan

masyarakat untuk mengadakan taman gizi

2) Demontrasi makanan sehat

3) Cara pemberian makanan tambahan

4) Pemberian vitamin A konsentrasi tinggi pada anak-anak balita

5) Pengisian dan penggunaan KMS oleh ibu-ibu PKK dan kader gizi

Adapun kegiatan lain untuk poli gizi antara lain membantu

surveillance penyakit menular dan imunisasi, pencatatan dan pelaporan

kegiatan, mengembangkan PMKD dan membina kader gizi.

h. Laboratorium

Memiliki tugas menegakkan diagnosa penyakit dengan

melaksanakan pemeriksaan specimen.

i. Apotek

Dalam unit ini pengatur obat memiliki tugas pokok mengelola obat-

obatan yang ada di puskesmas, dengan fungsi membantu dokter untuk

melaksanakan kegiatan, kegiatan di puskesmas. Dimana kegiatan

pokoknya yaitu:

1) Mempersiapkan pengadaan obat di puskesmas

2) Mengatur penyimpanan obat dan alat kesehatan di puskesmas

3) Mengatur administrasi obat di puskesmas

4) Meracik obat-obatan untuk diberikan kepada penderita sesuai perintah

dokter

5) Membuat zat reagens untuk laboratorium

6) Mengatur distribusi obat sederhana untuk UKS dan KIA/ KB

Page 38: 3. LAPORAN MAGANG

38

7) Menyediakan obat untuk puskesmas keliling dan puskesmas

pembantu

Kegiatan lain yaitu:

1) Penyuluhan kesehatan terutama dalam bidang penggunaan obat keras

dan bahaya narkotika

2) Pencatatan dan pelaporan kegiatan yang dilakukan

3) Membantu pelaksanaan fungsi manajemen

4) Pemegang inventaris peralatan medis puskesmas

Adapun tugas pokok juru obat dimana juru obat membantu meracik

obat dan membungkusnya serta dalam fungsinya membantu

melaksanakan kegiatan pengatur obat. Kegiatan pokok juru obat yaitu:

1) Membantu dalam menyimpan obat dan administrasi obat

2) Membatu meracik dan membungkus obat

3) Membantu kegiatan distribusi obat untuk kader UKS serta

menyediakan obat untuk puskesmas keliling

4) Membantu administrasi obat-obat yang bersumber khusus, antara lain:

obat ASKES, obat P3M, vaksin, obat KB dan lain-lain

Kegiatan lain juru obat yaitu:

1) Membantu kebersihan dan kerapihan kamar obat dan gudang obat

2) Membantu menyimpan administrasi makanan tambahan

3) Membantu inventarisasi semua peralatan medis puskesmas

j. Sanitarian

Tugas pokok sanitarian yaitu merubah, mengendalikan atau

menghilangkan semua unsur fisik dan lingkungan yang member

pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat. Kegiatan pokok

sanitarian antara lain:

1) Penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan air bersih,

jamban keluarga, rumah sakit, kebersihan lingkungan serta

penanaman pekarangan

Page 39: 3. LAPORAN MAGANG

39

2) Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata

air, penampungan air hujan dan sebagainya serta melatih pembuatan

leher angsa untuk jamban keluarga

3) Pengawasan hygiene perusahaan di tempat-tempat umum

k. Puskesmas Pembantu

Puskesmas pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang

sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu pelaksanaan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup

wilayah yang lebih kecil. Puskesmas pembantu juga merupaka bagian

integral dari puskesmas, dengan kata lain satu puskesmas meliputi juga

seluruh puskesmas pembantu yang ada di wilayah kerjanya.

6. Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengevaluasian Program di Puskesmas

Pasundan

a. Perencanaan

Perencanaan mikro tingkat puskesmas atau microplannning adalah

penyusunan rencana di tingkat puskesmas untuk 5 (lima ) tahun,

termasuk rincian tahapan tiap tahunnya. Dimana perencanaan memiliki:

1) Tujuan umum

Meningkatkan cakupan pelayanan program prioritas sesuai

dengan masalah yang dihadapi puskesmas, sehingga dapat

meningkatkan fungsi puskesmas

2) Tujuan khusus

a) Tersusunnya rencana kerja puskesmas untuk jangka waktu 5

tahun secara tertulis

b) Tersusunnya rencana kerja tahunan puskesmas, sebagai jabaran

rencana kerja 5 tahunan tersebut secara tertulis

Langkah-langkah penyusunan rencana

1) Identifikasi keadaan dan masalah, langkah ini akan menghasilkan

suatu rumusan tentang keadaan dan prioritas masalah yang dihadapi

puskesmas serta alternatif permasalahannya

Page 40: 3. LAPORAN MAGANG

40

2) Penyusunan rencana, menyusun sistematiak tujuan dan sasaran,

kebijaksanaan dan langkah-langkah, kegiatan serta sumber daya

3) Penyusunan POA, dimana dilakukan penjadwalan, alokasi sumber

daya serta pelaksanaan kegiatan

4) Penulisan naskah rencana

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan program dilakukan sesuai jadwal dan target dari POA.

Pelaksanaan kegiatan dalam bentuk aktivitas nyata menentukan tingkat

keberhasilan dari suatu puskesmas di setiap perencanaan yang dilakukan.

c. Pengevaluasian

Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap

pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan

digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan

pelaksanaan program ke depannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih

bersifat melihat ke depan dari pada melihat kesalahankesalahan dimasa

lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan demi

keberhasilan program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah

perbaikan atau penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara

objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya,

dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk

perencanaan yang akan dilakukan di depan (www.repository.usu).

Adapun program Jamkesmas Miskin di Puskesmas Pasundan yang

telah dievaluasi yaitu perencanaan pada tahun 2010, dimana perencanaan

serta pelaksanaan kegiatan telah bejalan sesuai target dan Standar

Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.

Page 41: 3. LAPORAN MAGANG

41

Tabel 4. POA Jamkesmas Puskesmas Pasundan

No. Kegiatan Sasaran Target

1. Pertemuan kader posyandu lansia

Kader posyandu lansia

100 %

2. Senam lansia di posyandu lansia

Anggota posyandu lansia

100 %

3. Kunjungan rumah ibu hamil

Ibu hamil miskin 100 %

4. Pertolongan persalinan Ibu hamil miskin 100 %5. Kunjungan balita Balita 100 %6. Revitalisasi posyandu Posyandu 100 %7. Penyuluhan tentang

makanan bergizi30 Posyandu 100 %

8. Pelayanan kesehatan Masyarakat miskin

100 %

9. Operasional dan manajemen

Manajemen 100 %

11. Penyegaran kader DDTK

Kader 100 %

Sumber: Data Sekunder, 2010

B. Identifikasi Sistem Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Miskin

1. Identifikasi Standar Operasional Prosedur Pelayanan Kesehatan Peserta

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di

Puskesmas Pasundan

Tabel 5. Jumlah Peserta Program Jamkesmas Miskin di Wilayah Kerja

Puskesmas Pasundan tahun 2008

Wilayah Jumlah Peserta (orang)Kelurahan Teluk Lerong Ilir 1.015

Kelurahan Jawa 1.184Kelurahan Bugis 452

Jumlah 3.661Sumber: Data Sekunder, 2008

Page 42: 3. LAPORAN MAGANG

42

Tabel 6. Jumlah Kunjungan Peserta Program Jamkesmas Miskin

di Puskesmas Pasundan Tahun 2010

Bulan Jumlah Kunjungan (orang)Januari 53Februari 86Maret 61April 103Mei 101Juni 67Juli 106

Agustus 96September 62Oktober 60

November 60Desember 72

Jumlah 927Sumber: Data Sekunder, 2010

Tabel 7. Jumlah Kunjungan Peserta Program Jamkesmas Miskin

di Puskesmas Pasundan Periode Maret-April Tahun 2011

Bulan Jumlah Kunjungan (orang)Januari 78Februari 89Maret 97Jumlah 264

Sumber: Data Sekunder, 2011

Adapun prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta,

sebagai berikut:

a. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke

Puskesmas dan jaringannya

b. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan

kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar masyarakat

miskin yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat. Penggunaan

SKTM hanya berlaku untuk setiap kali pelayanan kecuali pada kondisi

pelayanan lanjutan terkait dengan penyakitnya

Page 43: 3. LAPORAN MAGANG

43

c. Apabila peserta JAMKESMAS memerlukan pelayanan kesehatan rujukan,

maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan

disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal

sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali pada kasus

emergency

d. Pelayanan rujukan sebagaimana butir c diatas meliputi :

1) Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit, BKMM/

BBKPM/BKPM/BP4/BKIM.

2) Pelayanan Rawat Inap kelas III di Rumah Sakit

3) Pelayanan obat-obatan

4) Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostic

Puskesmas Pasundan menetapkan aturan dimana pasien harus membawa

kartu Jamkesmas Miskin yang berisikan pula nomor kartu pengobatan, yang

berisikan rekam medis pasien pelayanan umum, anak, KB maupun hamil.

Adapun Standar Operasional Pelayanan (SOP) yang ditetapkan oleh

pemerintah telah sesuai dengan pelayanan peserta Jamkesmas Miskin di

Puskesmas Pasundan.

Beberapa peserta program Jamkesmas Miskin mengeluhkan

ketidaktahuan mereka akan informasi pemanfaatan Jamkesmas Miskin sendiri,

dimana seringkali mereka memiliki kartu Jamkesmas Miskin namun mereka

tidak tahu bagaimana memanfaatkan jaminan kesehatan tersebut. Adapula

pasien yang tidak membawa persyaratan untuk berobat karena lupa atau tidak

tahu, mengeluhkan pembayaran yang harus dibayar jika berobat. Kemudian

untuk pasien yang kartu Jamkesmas Miskinnya berasal dari luar wilayah kerja

Puskesmas Pasundan, maka akan dikelompokkan sebagai pasien umum dan

diarahkan untuk ke puskesmas yang sesuai dengan wilayah domisilinya.

Page 44: 3. LAPORAN MAGANG

44

2. Identifikasi Alur Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di Puskesmas Pasundan

Samarinda

Dari hasil identifikasi alur pelayanan kesehatan terutama untuk peserta

program Jamkesmas Miskin di Puskesmas Pasundan, yang dilaksanakan sesuai

Planning Of Action (POA), didapatkan alur sebagai berikut

Bagan 5. Alur Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Program Jamkesmas Miskin

Puskesmas Pasundan

Pasien (peserta program Jamkesmas) datang dengan membawa kartu

Jamkesmas Miskin masuk ke ruang loket dan mengambil nomor antrian.

Setelah nomor antrian dipanggil, pasien akan mendapatkan lembar registrasi

berupa kertas resep dan kartu pengobatan yang berisi rekam medis pasien

selama berobat di Puskesmas Pasundan. Setelah proses registrasi selesai,

pasien masuk ke ruang pemeriksaan (poli) yang dituju untuk mendapatkan

Pasien

Puskesmas

Registrasi

Pemeriksaan

Pelayanan obat

Rujuk Rumah Sakit

Pasien pulang

Page 45: 3. LAPORAN MAGANG

45

pelayanan rawat jalan tingkat pertama, setelah itu dipersilahkan ke pelayanan

obat (apotik) dan pulang.

Alur pelayanan peserta program Jamkesmas miskin di Puskesmas

Pasundan ini telah sesuai dengan alur pelayanan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah. Namun ada beberapa kendala dalam hal alur pelayanan kesehatan

Jamkesmas miskin ini, dimana mayoritas peserta yang akan mendapatkan

pelayanan kesehatan belum mengetahui alur pelayanan. Bagan alur yang

tertempel didalam puskesmas kurang terlihat oleh pasien.

3. Identifikasi Masalah Teknis Pelayanan Kesehatan dan Prioritas Masalah

serta Alternatif Pemecahan Masalah bagi Peserta Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di Puskesmas Pasundan

Samarinda

a. Penentuan Identifikasi Masalah

1) Tujuan Kegiatan

Kegiatan identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui

masalah yang berkaitan dengan teknis pelayanan bagi peserta program

Jamkesmas Miskin yang berkaitan pula dengan mutu pelayaan

kesehatan yang diberikan Puskesmas Pasundan kepada pasiennya.

2) Metode Kegiatan

Dari hasil brainstorming, observasi serta wawancara yang

dilakukan pada sejumlah petugas puskesmas serta peserta program

Jamkesmas Miskin yang akan berobat di Puskesmas Pasundan.

Adapun pada identifikasi penyebab masalah menggunakan metode

fishbone atau diagram tulang ikan yang digunakan untuk memberikan

gambaran umum suatu masalah.

3) Proses Kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan pada minggu ke 2.

Page 46: 3. LAPORAN MAGANG

ManMachineMethodTime

Market Material Money

46

4) Hasil Kegiatan

Penyebab masalah yang telah diidentifikasi melalui 6M + 1 T

yaitu man, money, machine, material, method, market dan time dapat

diketahui sebagai berikut:

a) Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara pemanfaatan

program Jamkesmas Miskin

Bagan 6. Analisa Penyebab Masalah Kurangnya Pengetahuan

Masyarakat Cara Pemanfaatan Program Jamkesmas Miskin

Masalah

Man : Kurangnya informasi yang diterima masyarakat

mengenai alur pelayanan dan bagaimana cara

memanfaatkan pelayanan kesehatan dari program

Jamkesmas Miskin.

Money : -

Machine : -

Material : Papan alur pelayanan yang kurang terlihat oleh pasien

yang akan berobat karena terletak di dalam bangunan

puskesmas.

Methode : Sosialisasi yang tidak merata.

Market : Tidak tepatnya sasaran yang mendapatkan Jamkesmas

Miskin.

Time : Pasien yang terburu-buru sehingga lupa atau tidak

membawa kartu Jamkesmas Miskin.

Page 47: 3. LAPORAN MAGANG

ManMachineMethodTime

Market Material Money

ManMachineMethodTime

Market Material Money

47

b) Kurangnya tenaga kesehatan di Puskesmas Pasundan

Bagan 7. Analisa Penyebab Masalah Kurangnya Tenaga Kesehatan

di Puskesmas Pasundan

Masalah

Man : Pembagian job description yang tidak merata.

Money : -

Machine : -

Material : -

Methode : Belum ada pembahasan tupoksi masing-masing

jabatan pada petugas Puskesmas Pasundan secara lebih

lanjut.

Market : -

Time : Kurang efektif dan efisiennya pelayanan dikarenakan

tupoksi yang tidak sesuai.

c) Kurang efisiennya waktu pelayanan di loket pembayaran

Bagan 8. Analisa Penyebab Masalah Kurang Efisiennya Waktu

Pelayanan di Loket Pembayaran

Masalah

Page 48: 3. LAPORAN MAGANG

48

Man : Terbatasnya sumber daya manusia.

Money : Biaya untuk menerapkan sistem online cukup mahal.

Machine : Belum diterapkannya sistem komputerisasi secara

online dari tiap unit.

Material : Beberapa komputer rusak sehingga menghambat

penginputan data.

Methode : - Pencatatan data pasien yang masih manual.

- Rak kartu pengobatan yang tidak terurut.

Market : -

Time : Antrian pasien yang cukup panjang ketika menunggu

proses pembayaran, pendaftaran serta mengambil kartu

pengobatan.

b. Penentuan Prioritas Masalah

1) Tujuan Kegiatan

Kegiatan prioritas masalah bertujuan untuk memprioritaskan

masalah yang berkaitan dengan teknis pelayanan bagi peserta program

Jamkesmas Miskin, dimana hasil dari prioritas masalah akan

menentukan permasalahan apa yang mendasari dalam teknis pelayanan

Jamkesmas serta alternatif pemecahannya.

2) Metode Kegiatan

Pada penentuan prioritas masalah yang menggunakan metode

CARL dimana metode ini di dasarkan pada serangkaian kriteria yang

harus diberi skor 1-5. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:

C : Capability

Ketersediaan sumber daya (dana dan sarana/peralatan)

A : Accesibility

Kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.

Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/ cara/

Page 49: 3. LAPORAN MAGANG

49

teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti juklak/

peraturan.

R : Readiness

Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran,

seperti keahlian/ kemampuan dan motivasi.

L : Leverage

Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain

dalam pemecahan yang dibahas.

3) Proses Kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan pada minggu ke 2.

4) Hasil Kegiatan

Tabel 8. Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode CARL

No. PermasalahanKriteria Penilaian Total

SkorPrioritas

C A R L1. Kurangnya

pengetahuan masyarakat mengenai cara pemanfaatan program Jamkesmas Miskin

4 5 4 3 240 I

2. Kurangnya tenaga kesehatan di Puskesmas Pasundan

3 3 4 4 144 II

3. Kurang efisiennya waktu pelayanan di loket pembayaran

2 4 3 4 96 III

Dari hasil prioritas masalah di dapatkan prioritas masalah yang

selanjutnya akan diberikan suatu rekomendasi alternatif pemecahan

masalah.

Page 50: 3. LAPORAN MAGANG

50

c. Alternatif Pemecahan Masalah

1) Tujuan Kegiatan

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi alternatif

pemecahan masalah yang berkaitan dengan teknis pelayanan bagi

peserta program Jamkesmas Miskin yang harapannya dapat menjadi

masukan atau penentu kebijakan dalam pengembangan Puskesmas

Pasundan ke depannya.

2) Metode Kegiatan

Pada alternatif pemecahan masalah, metode yang dipakai adalah

penyusunan alternatif pemecahan masalah.

3) Proses Kegiatan

Kegiatan yang dilaksanakan pada minggu ke 2.

4) Hasil Kegiatan

Didapatkan sejumlah alternatif pemecahan masalah yang dapat

direkomendasikan sebagai upaya penyelesaian atau solusi bagi

permasalahan yang ada dalam sistem pelayanan Jamkesmas Miskin di

Puskesmas Pasundan. Adapun rekomendasi alternatif pemecahan

masalah, yaitu:

Tabel 9. Alternatif Pemecahan Masalah

No. Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah1. Kurangnya pengetahuan

masyarakat mengenai cara pemanfaatan program Jamkesmas Miskin

1. Memindahkan papan alur pelayanan kesehatan yang ada di dalam gedung

2. Sosialisasi tentang pemanfaatan Jamkesmas

3. Pembuatan leaflet dan poster mengenai Jamkesmas

2. Kurangnya tenaga kesehatan di Puskesmas Pasundan

1. Mengadakan pertemuan curah pendapat (brainstorming)

2. Pembahasan tupoksi tiap unit maupun jabatan

3. Advokasi dengan stakeholder terkait

Page 51: 3. LAPORAN MAGANG

51

No. Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah3. Kurang efisiennya waktu

pelayanan di loket pembayaran

1. Perbaikan sistem registrasi2. Pembenahan di rak kartu

pengobatan3. Penerapan sistem

komputerisasi online4. Perbaikan komputer

C. Kegiatan Partisipasi yang Dilakukan di Lokasi Magang

Adapun kegiatan lapangan yang pernah dilakukan di lokasi magang yaitu:

1. Mengikuti kegiatan posyandu bayi/ balita di wilayah kerja Puskesmas

Pasundan.

2. Mengikuti kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Pasundan.

3. Mengikuti kegiatan puskesmas pembantu di Kelurahan Teluk Lerong Ilir.

4. Berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan peningkatan gizi bayi/ balita.

Page 52: 3. LAPORAN MAGANG

52

BAB V

PEMBAHASAN

A. Standar Operasional Prosedur Pelayanan Kesehatan Peserta Program

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di Puskesmas

Pasundan

Program Jamkesmas Miskin yang berasal dari permasalahan kesehatan

masyarakat Indonesia dimana derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah,

hal ini tergambarkan dari angka kematian bayi kelompok masyarakat miskin tiga

setengah sampai dengan empat kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak

miskin. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi

penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih

masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan

pendidikan yang umumnya masih rendah. Derajat kesehatan masyarakat miskin

berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu

(AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000

kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur

Harapan Hidup 70,5 Tahun (KEPMENKES RI, 2008)

Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut

diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses

pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan

secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Peningkatan biaya

kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit,

perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan

berbasis pembayaran out of pocket, kondisi geografis yang sulit untuk

menjangkau sarana kesehatan. Derajat kesehatan yang rendah berpengaruh

terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban

masyarakat dan pemerintah (KEPMENKES RI, 2008).

Page 53: 3. LAPORAN MAGANG

53

Maka, SOP (Standar Operasional Prosedur) yang menurut Atmoko (2009)

merupakan gambaran langkah-langkah kerja (sistem, mekanisme dan tata kerja

internal) yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu tugas untuk mencapai tujuan

instansi pemerintah. SOP sebagai suatu dokumen/instrumen memuat tentang

proses dan prosedur suatu kegiatan yang bersifat efektif dan efisien berdasarkan

suatu standar yang sudah baku. Dimana Puskesmas Pasundan sebagai salah satu

instansi pemerintah Kota Samarinda, turut menerapkan SOP untuk pelayanan

program Jamkesmas Miskin sebagai upaya untuk meningkatkan serta menjaga

mutu layanan yang diberikan kepada peserta program Jamkesmas Miskin.

Walaupun pelayanan ini diberikan kepada masyarakat miskin pada umumnya,

namun mutu pelayanan harus tetap dipertahankan.

Puskesmas Pasundan menetapkan aturan dimana pasien harus membawa

kartu Jamkesmas Miskin yang berisikan pula nomor kartu pengobatan, yang

berisikan rekam medis pasien pelayanan umum, anak, KB maupun hamil.

Beberapa peserta program Jamkesmas Miskin mengeluhkan ketidaktahuan

mereka akan informasi pemanfaatan Jamkesmas Miskin sendiri, dimana

seringkali mereka memiliki kartu Jamkesmas Miskin namun mereka tidak tahu

bagaimana memanfaatkan jaminan kesehatan tersebut. Adapula pasien yang tidak

membawa persyaratan untuk berobat karena lupa atau tidak tahu, mengeluhkan

pembayaran yang harus dibayar jika berobat. Kemudian untuk pasien yang kartu

Jamkesmas Miskinnya berasal dari luar wilayah kerja Puskesmas Pasundan, maka

akan dikelompokkan sebagai pasien umum dan diarahkan untuk ke puskesmas

yang sesuai dengan wilayah domisilinya.

Pada tahun 2010 kunjungan pasien peserta program jumlah kunjungan

pasien Jamkesmas Miskin pada puskesmas ini masih rendah. Terdapat 3.661

orang peserta program Jamkesmas Miskin yang berdomisili di wilayah kerja

Puskesmas Pasundan namun pada jumlah peserta Jamkesmas di wilayah ini,

namun hanya sekitar 25 % saja yang memanfaatkan program Jamkesmas Miskin

yang diterimanya. Pada dasarnya manfaat yang disediakan untuk masyarakat

miskin bersifat komprehensif sesuai indikasi medis, kecuali beberapa hal yang

Page 54: 3. LAPORAN MAGANG

54

dibatasi dan tidak dijamin. Pelayanan kesehatan komprehensif pada pelayanan

kesehatan program Jamkesmas Miskin di Puskesmas dan Jaringannya Rawat

Jalan Tingkat Pertama (RJTP), dilaksanakan pada Puskesmas dan jaringannya

baik dalam maupun luar gedung meliputi pelayanan :

1. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan

2. Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin)

3. Tindakan medis kecil

4. Pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut/ tambal

5. Pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita

6. Pelayanan KB dan penanganan efek samping

7. Pemberian obat (KEPMENKES RI, 2008)

B. Alur Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Program Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) Miskin di Puskesmas Pasundan Samarinda

Menurut KEPMENKES RI Tahun 2008 administrasi kepesertaan

Jamkesmas Miskin meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian Kartu

sampai ke Peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero)

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh

PT. Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota.

2. Entry data setiap peserta meliputi nomor kartu, nama peserta, jenis kelamin,

tempat dan tanggal lahir/umur dan alamat

3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan

sampai ke peserta.

4. PT Askes (Persero) menyerahkan Kartu peserta kepada yang berhak,

mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang

ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta.

5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada

Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan R.I, Dinas Kesehatan

Propinsi dan Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit setempat.

Page 55: 3. LAPORAN MAGANG

55

Lebih lanjut dalam KEPMENKES RI Tahun 2008, disebutkan bahwa

setiap peserta Jamkesmas Miskin mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan

dasar meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta

pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap

tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat. Pelayanan kesehatan dalam

program ini menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan. Pelayanan

rawat jalan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan jaringannya. Pelayanan

rawat jalan lanjutan diberikan di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan

Rumah Sakit. Pelayanan rawat inap diberikan di Puskesmas Perawatan dan ruang

rawat inap kelas III (tiga) di RS Pemerintah termasuk RS Khusus, RS

TNI/POLRI dan RS Swasta yang bekerjasama dengan Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas nama

Menteri Kesehatan membuat perjanjian kerjasama (PKS) dengan RS setempat

yang diketahui kepala dinas kesehatan Propinsi meliputi berbagai aspek

pengaturan. Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh Pemberi Pelayanan

Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta walaupun tidak

memiliki perjanjian kerjasama.

Sedangkan untuk alur pelayanan kesehatan bagi peserta program

Jamkesmas Miskin yang akan berobat ke Puskesmas Pasundan, sebagai berikut:

1. Pasien (peserta program Jamkesmas) datang dengan membawa kartu

Jamkesmas Miskin masuk ke ruang loket dan mengambil nomor antrian.

2. Nomor antrian dipanggil dan pasien akan mendapatkan lembar registrasi

berupa kertas resep dan kartu pengobatan yang berisi rekam medis pasien

selama berobat di Puskesmas Pasundan.

3. Setelah proses registrasi selesai, pasien masuk ke ruang pemeriksaan (poli)

yang dituju untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan tingkat pertama.

4. Pasien dipersilahkan ke pelayanan obat (apotik)

5. Pasien pulang.

Page 56: 3. LAPORAN MAGANG

56

Alur pelayanan peserta program Jamkesmas Miskin di Puskesmas

Pasundan ini telah sesuai dengan alur pelayanan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah. Namun ada beberapa kendala dalam hal alur pelayanan kesehatan

Jamkesmas miskin ini, dimana mayoritas peserta yang akan mendapatkan

pelayanan kesehatan belum mengetahui alur pelayanan. Bagan alur yang

tertempel didalam puskesmas kurang terlihat oleh pasien.

Alur pada sistem pelayanan program Jamkesmas Miskin untuk rujukan

puskesmas ke rumah sakit mengalami beberapa kendala dimana puskesmas yang

pada dasarnya merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health

care), tidak diketahui oleh pasien. Pelayanan kesehatan tingkat pertama

diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk

meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena itu jumlah

kelompok ini di dalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 80%), pelayanan

yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic

helath services). Namun karena informasi yang dirasakan kurang, beberapa pasien

Jamkesmas Miskin, terkadang langsung berobat ke rumah sakit. Sehingga

terdapat kerugian dimana pasien harus bolak-balik ke puskesmas maupun rumah

sakit.

C. Masalah Teknis Pelayanan Kesehatan dan Prioritas Masalah serta Alternatif

Pemecahan Masalah bagi Peserta Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) Miskin di Puskesmas Pasundan Samarinda

Pada kegiatan identifikasi masalah yang bertujuan untuk mengetahui

masalah yang berkaitan dengan teknis pelayanan bagi peserta program

Jamkesmas Miskin yang berkaitan pula dengan mutu pelayanan kesehatan yang

diberikan Puskesmas Pasundan kepada pasiennya. Dari hasil brainstorming,

observasi serta wawancara yang dilakukan pada sejumlah petugas puskesmas

serta peserta program Jamkesmas Miskin yang akan berobat di Puskesmas

Pasundan. Pada hasil kegiatan, didapatkan sejumlah masalah kemudian

Page 57: 3. LAPORAN MAGANG

57

identifikasi penyebab masalahnya yang menggunakan metode fishbone yang akan

diprioritaskan menggunakan metode CARL, sebagai berikut:

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara pemanfaatan program

Jamkesmas Miskin. Permasalahan lain muncul ketika ada pasien yang ingin

memanfaatkan Jamkesmas, padahal pasien tersebut tidak tergolong dalam

kategori miskin. Dimana informasi yang diterima masyarakat cukup kurang

mengenai alur pelayanan dan bagaimana cara memanfaatkan pelayanan

kesehatan dari program Jamkesmas Miskin serta siapa sebenarnya sasaran dari

program Jamkesmas Miskin ini sendiri. Tercatat dari dari 3.661 peserta

Jamkesmas Miskin yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Pasundan

hanya 927 orang pada tahun 2010 yang memanfaatkan fasilitas ini. Selain itu

papan alur pelayanan yang kurang terlihat oleh pasien yang akan berobat

karena terletak di dalam bangunan puskesmas.

2. Kurangnya tenaga kesehatan di Puskesmas Pasundan yang mengakibatkan

pembagian job description yang tidak merata. Adapun dampak lainnya yaitu

Kurang efektif dan efisiennya pelayanan dikarenakan tupoksi yang tidak

sesuai. Misalnya satu orang petugas yang tidak sesuai kompetensinya sebagai

tenaga administrasi namun ia harus menjalankan tugas administrasi, sehingga

tidak focus pada tupoksinya sendiri. Namun, belum ada pembahasan tupoksi

masing-masing jabatan pada petugas Puskesmas Pasundan secara lebih lanjut.

3. Kurang efisiennya waktu pelayanan di loket pembayaran. Pencatatan register

pasien yang masih manual mengakibatkan antrian pasien yang cukup panjang

ketika menunggu proses pembayaran, pendaftaran serta mengambil kartu

pengobatan. Salah satu penyebabnya yaitu belum diterapkannya sistem

komputerisasi secara online dari tiap unit, dikarenakan terbatasnya sumber

daya manusia yang berkompeten di bidang sistem informasi puskesmas

(SIMPUS). Selain itu biaya untuk menerapkan sistem online cukup mahal.

Maka, dengan metode penyusunan alternatif masalah, diberikanlah

beberapa alternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan teknis pelayanan

bagi peserta program Jamkesmas Miskin yang harapannya dapat menjadi

Page 58: 3. LAPORAN MAGANG

58

masukan atau penentu kebijakan dalam pengembangan Puskesmas Pasundan ke

depannya. Didapatkan sejumlah alternatif pemecahan masalah, yaitu:

1. Masalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara pemanfaatan

program Jamkesmas Miskin

Alternatif pemecahan masalah ini yaitu dengan memindahkan papan

alur pelayanan kesehatan yang ada di dalam gedung sehingga pasien yang

sedang menunggu nomor antrian dapat melihat alur pelayanan. Sosialisasi

tentang pemanfaatan Jamkesmas Miskin juga sangat penting dilakukan,

dimana seharusnya masyarakat tahu siapa sasaran Jamkesmas Miskin,

persyaratan apa yang harus dibawa jika hendak berobat dan bagaimana

proses alur pelayanan kesehatan jika harus dirujuk ke rumah sakit. Sosialisasi

dapat melalui penyuluhan, leaflet dan poster.

2. Kurangnya tenaga kesehatan di Puskesmas Pasundan.

Alternatif pemecahan masalah yang dapat diberikan untuk permasalahan

ketenagaan di Puskesmas Pasundan yaitu dengan mengadakan suatu

pertemuan curah pendapat (brainstorming) serta pembahasan ulang mengenai

tupoksi masing-masing unit serta jabatan sehingga job description tiap

petugas menjadi terarah sesuai kompetensinya. Advokasi terhadap

stakeholder terkait juga perlu dilakukan misalnya Badan Kepegawaian

Daerah, guna penambahan Sumber Daya Manusia (SDM)

3. Kurang efisiennya waktu pelayanan di loket pembayaran

Alternatif pemecahan masalah untuk kurang efisiennya waktu pelayanan

diloket pembayaran yaitu dengan menerapkan sistem online. Perbaikan

sistem registrasi serta pembenahan di rak kartu pengobatan juga perlu

dilakukan, dimana kartu pengobatan seharusnya diurutkan sesuai nomor

registrasi. Alternatif pemecahan masalah yang terakhir yaitu sangat

diperlukannya perbaikan komputer, dimana terdapat kerusakan pada 3

komputer, terutama pada komputer di ruang registrasi.

Page 59: 3. LAPORAN MAGANG

59

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil identifikasi dan observasi pada saat pelaksanaan kegiatan

magang yang berlokasi di Puskesmas Pasundan, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota

Samarinda Tahun 2011, dapat disimpulkan:

1. Puskesmas Pasundan menerapkan SOP untuk pelayanan program Jamkesmas

Miskin sebagai upaya untuk meningkatkan serta menjaga mutu layanan yang

diberikan kepada peserta program Jamkesmas Miskin.

2. Alur pelayanan peserta program Jamkesmas Miskin di Puskesmas Pasundan

telah sesuai dengan alur pelayanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Namun ada beberapa kendala dalam hal alur pelayanan kesehatan Jamkesmas

miskin ini, dimana mayoritas peserta yang akan mendapatkan pelayanan

kesehatan belum mengetahui alur pelayanan.

3. Pada kegiatan identifikasi masalah yang bertujuan untuk mengetahui masalah

yang berkaitan dengan teknis pelayanan bagi peserta program Jamkesmas

Miskin yang berkaitan pula dengan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan

Puskesmas Pasundan kepada pasiennya. Didapatkan sejumlah masalah

kemudian diidentifikasi penyebab masalahnya yang menggunakan metode fish

bone serta diprioritaskan menggunakan metode CARL. Masalah pada prioritas

pertama yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara pemanfaatan

program Jamkesmas Miskin.

4. Beberapa rekomendasi sebagai alternatif pemecahan masalah yang berkaitan

dengan teknis pelayanan bagi peserta program Jamkesmas Miskin. Pada

masalah kurangnya pengetahuan masyarakat diberikan rekomendasi untuk

memindahkan papan alur pelayanan kesehatan yang ada di dalam gedung dan

sosialisasi tentang pemanfaatan Jamkesmas Miskin. Pada masalah kurangnya

tenaga kesehatan diberikan rekomendasi untuk mengadakan suatu pertemuan

curah pendapat (brainstorming) serta pembahasan ulang mengenai tupoksi

Page 60: 3. LAPORAN MAGANG

60

masing-masing unit serta jabatan. Pada masalah kurang efisiennya waktu

pelayanan di loket pembayaran dapat diatasi dengan menerapkan sistem

online, perbaikan sistem registrasi serta pembenahan di rak kartu pengobatan

serta perbaikan komputer yang rusak.

B. Saran

Setelah kegiatan magang yang berlokasi di Puskesmas Pasundan maka

saran yang dapat diberikan sebagai rekomendasi dalam rangka meningkatkan

kinerja dan mutu pada sistem pelayanan kesehatan peserta program Jamkesmas

Miskin, adalah sebagai berikut:

1. Pemindahan papan alur pelayanan kesehatan yang ada di dalam gedung

sehingga pasien yang sedang menunggu nomor antrian dapat melihat alur

pelayanan serta sosialisasi tentang pemanfaatan Jamkesmas Miskin melalui

penyuluhan, leaflet dan poster.

2. Mengadakan suatu pertemuan curah pendapat (brainstorming) serta

pembahasan ulang mengenai tupoksi masing-masing unit serta jabatan

sehingga job description tiap petugas menjadi terarah sesuai kompetensinya.

3. Perbaikan sistem registrasi serta pembenahan di rak kartu pengobatan juga

perlu dilakukan, dimana kartu pengobatan seharusnya diurutkan sesuai nomor

registrasi. Penerapan sistem terkomputerisasi yang terintegrasi dengan jaringan

internet dapat direncananakan untuk perbaikan sistem informasi puskesmas

kedepannya serta perbaikan bagi beberapa komputer yang rusak.