Laporan Magang Mizna Sabilla

download Laporan Magang Mizna Sabilla

of 99

Transcript of Laporan Magang Mizna Sabilla

GAMBARAN PENGAWASAN DAN EVALUASI KEGIATAN POS GIZI DI WILAYAH KERJA SUKU DINAS KESEHATAN KOTA JAKARTA SELATAN TAHUN 2012

LAPORAN MAGANG

OLEH : MIZNA SABILLA NIM: 108101000011

PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H / 2012 M

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI Magang, Maret 2012

Mizna Sabilla, NIM: 108101000011

Gambaran Pengawasan dan Evaluasi Kegiatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Tahun 2012 xvi + 78 halaman, 5 tabel, 1 gambar, 1 bagan, 3 lampiran

ABSTRAK Menurut Riskesdas (2010), secara nasional sudah terjadi penurunan pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 % pada tahun 2007 menjadi 4,9 % tahun 2010. Penurunan terutama terjadi pada prevalensi balita pendek yaitu dari 18,0 % tahun 2007 menjadi 17,1 % tahun 2010. Tidak terjadi penurunan pada prevalensi gizi kurang, yaitu tetap 13,0 %. Sedangkan prevalensi balita sangat pendek hanya sedikit menurun yaitu dari 18,8 % tahun 2007 menjadi 18,5 % tahun 2010. Penurunan juga terjadi pada prevalensi anak kurus, dimana prevalensi balita sangat kurus menurun dari 13,6 % tahun 2007 menjadi 13,3 % tahun 2010. Kendati demikian, gizi kurang masih menjadi salah satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia. Hal ini ditandai dengan masih tingginya prevalensi tersebut dari ambang batas masalah kesehatan, yaitu prevalensi balita gizi kurang (underweight) > 10 % dan balita kurus (wasted) > 5 %. Pengawasan dan evaluasi merupakan tahapan manajemen yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap program, karena dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan suatu program. Dengan pengawasan dan evaluasi, dapat dilakukan penilaian apakah program yang dijalankan benar-benar mampu mencapai tujuannya. Karena itu, dengan pengawasan dan evaluasi, konsep dan pelaksanaan suatu program dapat diperbaiki. Kegiatan magang ini dilakukan oleh mahasiwa semester VIII Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam rangka memenuhi kurikulum perkuliahan. Kegiatan

ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2012 dengan tujuan untuk melihat gambaran pengawasan dan evaluasi kegiatan Pos Gizi di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan. Di wilayah Jakarta Selatan terdapat 6 Pos Gizi yang aktif. Pos Gizi dilaksanakan selama 10 hari. Langkah-langkah kegiatan Pos Gizi selama satu hari terdiri dari mengisi daftar hadir, menimbang BB (Berat badan) dan TB (tinggi badan) balita, Ibu/pengasuh balita menyerahkan kontribusi, memasak makanan dengan kader, bermain dan bernyanyi, penyuluhan atau penyampaian pesan kesehatan oleh kader, praktik mencuci tangan, makan bersama, persiapan kontribusi esok hari dan pulang. Pengawasan kegiatan Pos Gizi dilakukan langsung oleh koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan. Setiap ditemukan penyimpangan, pengawas segera memberitahu kader atau petugas gizi Puskesmas kecamatan untuk memperbaikinya. Evaluasi dilakukan setiap setahun sekali terhadap input, proses, output dan dampak kegiatan Pos Gizi. Hasil kegiatan Pos Gizi sudah sesuai yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya Sudinkes menurunkan persentase BGM/D hingga di bawah 0,8 %, yaitu sebesar 0,44 % pada tahun 2011.

Daftar bacaan : 18 (1986-2011)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama Lengkap Tempat, Tanggal Lahir Alamat

: Mizna Sabilla : Jakarta, 30 Juli 1990 : Jln. Abdul Wahab No. 30 Rt. 04 Rw. 08 Kedaung Sawangan Depok 16516

Jenis Kelamin Kewarganegaraan Agama Email Telepon Riwayat Pendidikan 1994 1996 1996 2002 2002 2005 2005 2008 2008 - sekarang

: Perempuan : Indonesia : Islam : [email protected] : 085715610600 :

TK Raudhatul Ilmiyah Jakarta Selatan SDN 04 Jakarta Selatan SLTPN 68 Jakarta SMAN 34 Jakarta Peminatan Gizi - Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi

:

1. Bendahara Ikatan Pemuda Musholla Kedaung 2004 2006 2. Bendahara Karang Taruna Kedaung 2006 2007 3. Staf Ahli ROHIS SMAN 34 Jakarta 2006 2007 4. Staf Ahli Divisi Kesenian dan Olahraga BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat 2009 2010 5. Sekretaris Divisi Kesenian dan Olahraga BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat 2010 2012 6. Sekretaris Karang Taruna Kedaung 2012 sekarang

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warohmatullah Wabarokatuh Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang. Shalawat dan salam senantiasa tecurahkan kepada Rosul tercinta yang telah menjadi suri tauladan bagi umatnya. Dengan bekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh selama perkuliahan dan selama berlangsungnya magang, penulis mencoba menyusun laporan magang mengenai Gambaran Pengawasan dan Evaluasi Kegiatan Pos Gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Tahun 2012. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat. 3. Orang tua penulis, Mama Tri Lestari dan Papa Zunawan, SH tercinta atas doa dan kasih sayang yang tak terhingga kepada ananda, semoga Allah menerima amal kebaikannya dan mengampuni segala dosanya. 4. Ibu Yuli Amran, M.KM, selaku penanggung jawab magang.

5.

Ibu Ratri Ciptaningtyas, S.Sn.Kes selaku dosen pembimbing Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan atas konsultasi, arahan dan bimbingannya selama kegiatan magang berlangsung.

6.

Ibu Riastuti Kusuma Wardhani, SKM, MKM selaku dosen Kesehatan Masyarakat atas diskusi dan masukkannya.

7.

dr. Dyah Ekawati selaku Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan kesempatan penulis untuk magang di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.

8.

Ibu Latifah Hanum S.Gz selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis magang.

9.

Ibu Pri, Ibu Ana, Ibu Nuni, dr. Tuti, dr. Dyah Eko, Ibu Fitri, Ibu Zul, drg. Diani dan Bapak Rusdi selaku staf Seksi Kesehatan Masyarakat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang telah membantu dan menghibur saat magang.

10. TPG dan Kader Puskesmas Kecamatan Jagakarsa atas bantuannya. 11. Kakanda Aby Maulana, SH atas dukungan dan doanya. 12. Teman-teman seperjuangan, Iin, Sherly, Rovita, Ayu Dwi, Rini, Titi H, yang sudah saling membantu, memberi dukungan dan berbagi suka duka saat magang. 13. Teman-teman Kesehatan Masyarakat tahun 2008 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang saling memberi dukungan. 14. Para kakak kelas Kesmas (Kak Arbi, Kak Tamalia, Kak Pipit dan Kak Ayu Pradipta) atas diskusi dan masukkannya. 15. Dan Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar di masa mendatang penulis dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi. Semoga dengan disusunnya laporan ini akan memberikan manfaat bagi banyak pihak, khususnya bagi penulis serta bagi pembaca. Wassalamu Alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Jakarta, 11 Maret 2012

Mizna Sabilla

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ......... PERNYATAAN PERSETUJUAN ... LEMBAR PENGESAHAN ... RIWAYAT HIDUP PENULIS . KATA PENGANTAR DAFTAR ISI .. DAFTAR TABEL .. DAFTAR BAGAN . DAFTAR GAMBAR .. DAFTAR LAMPIRAN .. BAB I PENDAHULUAN . 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan . 1.2.1 Tujuan Umum..... 1.2.2 Tujuan Khusus 1.3 Manfaat .. 1.3.1 Bagi Penulis. 1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 6 i iii iv v vi ix xiii xiv xv xvi 1 1 5 5 5 6 6

Halaman 1.3.3 Bagi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan 1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Magang ..... BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 2.1 Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota . 2.1.1 Pengertian 2.1.2 Tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan .. 2.2 Program Perbaikan Gizi 2.3 Pos Gizi 2.3.1 Definisi Pos Gizi . 2.3.2 Tujuan Pos Gizi ... 2.3.3 Pendekatan Pos Gizi 2.3.4 Indikator Pos Gizi 2.3.5 Langkah-langkah Utama dalam Pendekatan Pos Gizi. 2.3.6 Kegiatan Pos Gizi 2.3.7 Kriteria Kelulusan Peserta 2.3.8 Pengawasan Kegiatan Pos Gizi 2.3.9 Evaluasi Kegiatan Pos Gizi 2.4 Pengawasan .. 2.4.1 Pengertian Pengawasan 2.4.2 Manfaat Pengawasan .. 2.4.3 Objek Pengawasan . 2.4.4 Metode Pengawasan 7 7 9 9 9 10 11 12 12 14 14 16 17 17 22 23 24 26 26 27 27 28

Halaman 2.4.5 Proses Pengawasan 2.5 Evaluasi. 2.5.1 Pengertian Evaluasi . 2.5.2 Tujuan Evaluasi .. 2.5.3 Ruang Lingkup Evaluasi . BAB III ALUR KEGIATAN DAN JADWAL MAGANG ..... 3.1 Alur Kegiatan Magang .. 3.2 Jadwal Kegiatan Magang . BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 4.1 Gambaran Umum Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan .................................................................................... 4.1.1 Visi dan Misi . 4.1.2 Strategi dan Kebijakan ................................................ 4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi ............................................. 4.1.4 Gambaran Wilayah Kerja ............................................ 4.1.5 Struktur Organisasi ...................................................... 4.2 Gambaran Umum Seksi Kesehatan Masyarakat Sudinkes Kota Jakarta Selatan .............................................................. 4.3 Gambaran Umum Kegiatan Pos Gizi .. 4.4 Pengawasan Kegiatan Pos Gizi 4.4.1 Metode Pengawasan 4.4.2 Objek Pengawasan .. 47 49 53 53 54 38 38 39 40 43 46 29 30 30 30 31 32 32 33 38

Halaman 4.5 Evaluasi Kegiatan Pos Gizi 4.5.1 Input .. 4.5.2 Proses 4.5.3 Output ... 4.5.4 Dampak . BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1 Saran .. DAFTAR PUSTAKA . LAMPIRAN 60 60 64 68 72 75 75 76 78

DAFTAR TABEL

No. Tabel 4.1 Jumlah Pos Gizi di Wilayah Kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Tahun 2011 4.2 Daftar Peralatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Tahun 2011 4.3 Hasil Pencapaian Kegiatan Pos Gizi Sudinkes Kota Jakarta Selatan Tahun 2011 4.4 4.5 Contoh Indikator Kegiatan Pos Gizi Persentase BGM/D di Wilayah Kerja Suku Dinas

Halaman 50

62

69

71 74

Kesehatan Kota Jakarta Selatan Tahun 2011

DAFTAR BAGAN

No. Bagan 4.1 Struktur Organisasi Sudinkes Kota Jakarta Selatan

Halaman 47

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan

Halaman 45

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3

Surat Izin Magang Dokumentasi Kegiatan Pos Gizi Contoh Format Pemantauan Bulanan untuk Menyusun Hasil Kegiatan Pos Gizi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Status gizi masyarakat yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan kesehatan dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Hal ini tercemin pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang antara lain dipengaruhi oleh status gizi dan kesehatan penduduk (Depkes, 2010). Tolok ukur yang dapat mencerminkan status gizi masyarakat adalah status gizi pada anak balita yang diukur dengan berat badan dan tinggi badan menurut umur dan dibandingkan dengan standar baku rujukan WHO (2005) (Bappenas, 2011). Menurut Riskesdas (2010), secara nasional sudah terjadi penurunan pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 % pada tahun 2007 menjadi 4,9 % tahun 2010. Penurunan terutama terjadi pada prevalensi balita pendek yaitu dari 18,0 % tahun 2007 menjadi 17,1 % tahun 2010. Tidak terjadi penurunan pada prevalensi gizi kurang, yaitu tetap 13,0 %. Sedangkan prevalensi balita sangat pendek hanya sedikit menurun yaitu dari 18,8 % tahun 2007 menjadi 18,5 % tahun 2010. Penurunan juga terjadi pada prevalensi anak kurus, dimana prevalensi balita sangat kurus menurun dari 13,6 % tahun 2007 menjadi 13,3 % tahun 2010. Kendati demikian, gizi kurang masih menjadi salah satu masalah

gizi utama pada balita di Indonesia. Hal ini ditandai dengan masih tingginya prevalensi tersebut dari ambang batas masalah kesehatan, yaitu prevalensi balita gizi kurang (underweight) > 10 % dan balita kurus (wasted) > 5 %. Data Riskesdas yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2010 secara konsisten menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalori dan protein anak balita masih di bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG). Akibat dari keadaan tersebut, anak balita perempuan dan anak balita laki-laki Indonesia mempunyai rata-rata tinggi badan masing-masing 6,7 cm dan 7,3 cm lebih pendek daripada standar rujukan WHO 2005, bahkan pada kelompok usia 5-19 tahun kondisi ini lebih buruk karena anak perempuan pada kelompok ini tingginya 13,6 cm di bawah standar dan anak laki-laki 10,4 cm di bawah standar WHO. Kelompok ibu pendek juga terbukti melahirkan 46,7 % bayi pendek. Karena itu jelas masalah gizi intergenerasi ini harus mendapat perhatian serius karena telah terbukti akan mempengaruhi kualitas bangsa (Bappenas, 2011). Anak yang memiliki status gizi kurang atau buruk (underweight)

berdasarkan pengukuran berat badan terhadap umur (BB/U) dan pendek atau sangat pendek (stunting) berdasarkan pengukuran tinggi badan terhadap umur (TB/U) yang sangat rendah dibanding standar WHO mempunyai risiko kehilangan tingkat kecerdasan atau intelligence quotient (IQ) sebesar 10-15 poin (Bappenas, 2011). Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun

kualitas,

sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan

kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di

tingkat rumah tangga. Sebagai pokok masalah di masyarakat adalah rendahnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan serta tingkat pendapatan masyarakat (Unicef, 1998 dalam Azwar, 2004). Gizi buruk terjadi akibat dari kekurangan gizi tingkat berat, yang bila tidak ditangani secara cepat, tepat dan komprehensif dapat mengakibatkan kematian (Minarto, 2010). Pos pemulihan gizi atau Pos Gizi merupakan tempat atau rumah yang digunakan untuk mengadakan kegiatan pemulihan dan pendidikan gizi. Pos Gizi merupakan program gizi yang berbasis keluarga dan masyarakat bagi anak yang berisiko kurang energi protein di negara sedang berkembang. Program ini menggunakan pendekatan positive deviance (PD) untuk mengidentifikasi berbagai perilaku tersebut dari ibu atau pengasuh yang memiliki anak bergizi baik tetapi dari keluarga kurang mampu dan menularkan kebiasaan positif

tersebut kepada keluarga yang lain dengan anak kurang gizi di suatu masyarakat (CORE, 2004). Di Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan, pendekatan PD dalam wadah Pos Gizi sudah dilakukan sejak tahun 2008. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai salah satu bentuk intervensi gizi yang bertujuan untuk menurunkan kasus gizi kurang atau gizi buruk secara bertahap. PD merupakan pendekatan yang sarat dengan proses pembelajaran yang menggabungkan perubahan pengetahuan,

sikap dan perilaku dalam satu waktu atau satu tahap kegiatan. Pos gizi dapat dijadikan sebagai instrumen untuk mengawasi perkembangan balita secara langsung. Adapun Jumlah Pos Gizi di Jakarta Selatan sejak tahun 2008 terbentuk sebanyak 27 Pos yang tersebar di Kecamatan Tebet 9 Pos Gizi, Kecamatan Pasar Minggu 5 Pos Gizi, Kecamatan Cilandak 9 Pos Gizi, Kecamatan Jagakarsa 2 Pos Gizi dan Kecamatan Pesanggrahan 2 Pos Gizi (Sudinkes Jaksel, 2011). Dalam melaksanakan programnya, Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan bertekad melaksanakan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian secara profesional agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan perbaikan secara berkesinambungan demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Sudinkes Jaksel, 2011). Pengawasan dan evaluasi merupakan tahapan manajemen yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap program, karena dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan suatu program. Pengawasan dan evaluasi pada umumnya menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Karena pengawasan dan evaluasi dapat menghasilkan informasi yang cepat dan tepat untuk pengambilan keputusan. Keberhasilan suatu program dapat dilihat dari hasil pengawasan dan evaluasi yang dilakukan. Dengan pengawasan dan evaluasi, dapat dilakukan penilaian apakah program yang dijalankan benar-benar mampu mencapai tujuannya. Karena itu, dengan pengawasan dan evaluasi, konsep dan pelaksanaan suatu program dapat diperbaiki.

Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud melaksanakan magang di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan untuk melihat dan mengetahui gambaran pengawasan dan evaluasi kegiatan Pos Gizi di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan tahun 2012.

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Diketahuinya gambaran umum pengawasan dan evaluasi kegiatan Pos Gizi di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan tahun 2012.

1.2. 2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran umum Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan tahun 2012. 2. Diketahuinya gambaran umum Seksi Kesehatan Masyarakat Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan tahun 2012. 3. Diketahuinya gambaran umum kegiatan Pos Gizi di wilayah kerja Suku Dinas Kota Kesehatan Jakarta Selatan tahun 2012. 4. Diketahuinya gambaran pengawasan kegiatan Pos Gizi di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan tahun 2012. 5. Diketahuinya gambaran evaluasi kegiatan Pos Gizi di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan tahun 2012.

1.3 Manfaat 1.3.1 Bagi Penulis 1. Mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu dan teori Manajemen Program Gizi, ilmu Adminsistrasi Kebijakan

Kesehatan serta ilmu lain perkuliahan.

yang telah diperoleh selama

2. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi diri serta adaptasi dunia kerja. 3. Menambah wawasan dan pengalaman mengenai kegiatan Pos Gizi di wilayah kerja Suku Dinas Kota Kesehatan Kota Jakarta Selatan. 4. Mengerti dan memahami berbagai masalah kesehatan masyarakat secara nyata di institusi kerja sebagai bagian dari kesiapan mahasiswa dalam memasuki dunia kerja.

1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Terlaksananya salah satu dari upaya untuk mengimplementasikan Tridharma Perguruan Tingi; yaitu akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat. 2. Terbinanya suatu jaringan kerja sama yang berkelanjutan dengan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan

kompetensi daya manusia yang kompetitif dan dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. 3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan

melibatkan tenaga terampil dari institusi magang.

1.3.3 Bagi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan 1. Sebagai bahan masukan, khususnya dalam meningkatkan kualitas kegiatan Pos Gizi serta menemukan solusi masalah kesehatan masyarakat secara proporsional. 2. Sebagai bahan kepustakaan Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan. 3. Terbinanya suatu jaringan kerja sama yang berkelanjutan dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Kesehatan Masyarakat dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan

kesepadanan antara substansi akademik dengan kompetensi daya manusia yang masyarakat. dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Magang Kegiatan magang ini dilakukan oleh mahasiwa semester VIII Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam rangka memenuhi kurikulum perkuliahan. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2012

dengan tujuan untuk melihat gambaran pengawasan dan evaluasi kegiatan Pos Gizi di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi kegiatan, wawancara mendalam pada petugas kesehatan, studi literatur dan pengambilan data sekunder yang berkaitan kegiatan Pos Gizi di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota 2.1.1 Pengertian Menurut Departemen Kesehatan RI (1999), Dinas Kesehatan daerah kabupaten/kota adalah unsur pelaksana pemerintah daerah

kabupaten/kota yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah kabupaten/kota, bertugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan berperan dalam melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan azas desentralisasi dan asas dekonsentrasi (Depkes, 2004). Fungsi Dinas Kesehatan diantaranya adalah : 1. Perumusan kebijakan teknis dinas di bidang perencanaan,

pelaksanaan, pembinaan, evapor penyelenggara urusan pemerintah daerah serta penyiapan bahan perumusan kebijakan pemerintah daerah di bidang kesehatan. 2. Penyelenggara urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan. 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dinas dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

2.1.2

Tenaga Kesehatan di Dinas Kesehatan Menurut Depkes RI (2008), tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2004, tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan professional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. Jenis tenaga kesehatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. 2. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan. 3. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. 4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh

kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. 5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. 6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.

7. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.

2.2 Program Perbaikan Gizi Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan termasuk gizinya. Hal ini terbukti dari penetapan perbaikan status gizi yang merupakan salah satu prioritas Pembangunan Kesehatan 2010-2014. Tujuannya adalah untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai dengan Deklarasi World Food Summit 1996 yang dituangkan dalam Milenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, yang menyatakan setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi 1990. Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pada Bab VIII tentang Gizi, pasal 141 ayat 1 menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat. Dalam mewujudkan pembangunan kesehatan di era desentralisasi kesehatan yaitu dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan sumber daya kesehatan/ tenaga kesehatan, maka diperlukan dukungan dari berbagai program diantaranya program perbaikan gizi masyarakat. Program perbaikan gizi dilaksanakan untuk meningkatkan status gizi masyarakat terutama ditujukan kepada kelompok rentan ibu hamil, ibu nifas dan menyusui serta balita. Empat program utama yang dilaksanakan yaitu :

1. Program penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP) dan Kurang Energi Kronik (KEK) serta kegemukan. 2. Program penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA) 3. Program Penanggulangan Anemia Gizi Besi (AGB) dan kekurangan zat gizi mikro lain. 4. Program Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY). Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 20102014 terdapat 8 sasaran keluaran Pembinaan Gizi Masyarakat sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. 100 % gizi buruk yang mendapat perawatan 80 % bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif 90 % rumah tangga mengonsumsi garam beryodium 85 % balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A 85 % ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi 100 % kabupaten/kota yang melaksanakan surveilan gizi 85 % balita yang ditimbang berat badannya (D/S) 100 % penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana.

2.3 Pos Gizi 2.3.1 Definisi Pos Gizi Positive Deviance dan Pos Gizi merupakan program gizi yang berbasis keluarga dan masyarakat bagi anak yang berisiko kurang energi protein di negara sedang berkembang. Pos Gizi merupakan tempat atau

rumah yang digunakan untuk mengadakan kegiatan pemulihan dan pendidikan gizi. Pendekatan PD dan Pos Gizi memungkinkan ratusan kelompok masyarakat untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya tahun-tahun program tersebut selesai dilaksanakan. PD dan Pos Gizi adalah alat mobilisasi masyarakat yang efektif, menggembleng masyarakat untuk bekerja dengan melibatkan berbagai lapisan sosial di masyarakat tersebut, untuk bekerjasama mengatasi kekurangan gizi setelah

masalah dan menemukan solusi dari dalam masyarakat mereka sendiri. Pendekatan ini menitikberatkan pada upaya memaksimalkan sumber

daya, ketrampilan dan strategi yang ada untuk mengatasi suatu permasalahan dan memanfaatkan metodologi partisipatif secara luas dan proses PLA (Participatory Learning and Action = belajar dan bekerja bersama). PD dan Pos Gizi menggabungkan dua pendekatan yang telah terbukti sukses mengurangi jumlah anak kurang gizi dan mempromosikan perkembangan anak yang normal di tingkat masyarakat (CORE, 2004). Sedangkan menurut McNulty (2005), PD dan Pos Gizi merupakan suatu intervensi intensif untuk merubah perilaku keluarga dengan anakanak yang menderita gizi kurang hingga buruk dengan menggunakan pendekatan positive deviance. Pos Gizi menggabungkan beberapa pendekatan dalam merubah perilaku seperti dukungan dari ibu ke ibu,

konseling, diskusi, prinsip pembelajaran orang dewasa, pengembangan keterampilan, memotivasi melalui hasil nyata dan penggerakkan masyarakat.

2.3.2

Tujuan Pos Gizi Menurut CORE (2004), tujuan PD dan Pos Gizi antara lain: 1. Dengan cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat. 2. Memungkinkan keluarga-keluarga tersebut mempertahankan status gizi baik dari anak tersebut di rumah masing-masing secara mandiri. 3. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam masyarakat tersebut, dengan merubah norma-norma

masyarakat mengenai perilaku-perilaku pengasuhan anak, pemberian makan, dan mencari pelayanan kesehatan.

2.3.3

Pendekatan Pos Gizi Pendekatan PD dalam pembangunan ialah pengembangan yang membantu suatu masyarakat dan anggota-anggotanya dalam menemukan solusi yang sudah ada dan dapat bertahan untuk mengatasi masalah masyarakat dengan cara memahami perilaku dari pelaku PD di dalam masyarakat itu sendiri. Pada pendekatan Pos Gizi, para kader dan ibu balita/pengasuh anak-anak kurang gizi mempraktekkan berbagai perilaku baru dalam hal

memasak, pemberian makan, kebersihan dan pengasuhan anak yang telah terbukti berhasil dalam merehabilitasi anak-anak yang kurang gizi. Berbagai kebiasaan terpilih tersebut berasal dari hasil penemuan penyelidikan PD (Positive Deviance Inquiry, PDI) dan berbagai perilaku kunci yang dikemukakan oleh para ahli kesehatan masyarakat. Para kader secara aktif melibatkan ibu dan anak dalam proses rehabilitasi dan pembelajaran dalam situasi rumah yang nyaman dan bekerja agar keluarga-keluarga tersebut dapat mempertahankan status gizi anak yang sudah baik di rumah. Pendekatan Pos Gizi mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan para ibu balita/pengasuh untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya lokal. Setelah pemberian makanan

tambahan berkalori tinggi selama dua minggu, anak-anak menjadi lebih bertenaga dan nafsu makan merekapun bertambah. Perubahan nyata yang terlihat pada anak, dengan disertai metode belajar sambil bekerja, akan meningkatkan kepercayaan diri dan ketrampilan ibu balita/pengasuh dalam berbagai perilaku pemberian makan, pengasuhan anak, kebersihan, dan mencari pelayanan kesehatan. Adanya perilaku-perilaku yang lebih baik, tanpa memperdulikan latar belakang pendidikan sang ibu, akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendekatan ini telah berhasil mengurangi angka kurang gizi pada kelompok masyarakat sasaran dengan memampukan para anggota masyarakat untuk

menemukan kearifan dari ibu-ibu PD dan mempraktekkan kearifan tersebut dalam kegiatan harian Pos Gizi (CORE, 2004).

2.3.4

Indikator Pos Gizi Penting untuk memilih indikator yang praktis, dapat dipercaya dan objektif untuk mengukur kemajuan program. Indikator-indikator akan bervariasi tergantung pada kebutuhan proyek dan kondisi, tapi perlu ada definisi yang jelas. Jika indikator yang dipilih berguna untuk memberi pedoman bagi proyek, pertahankan dan lanjutkan pengawasan. Bila mereka tidak bermanfaat, lakukan modifikasi atau pilih indikatorindikator lain (CORE, 2004). Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan masih menggunakan pencapaian Program Gizi Masyarakat sebagai Indikator Pos Gizi. Indikator ini merupakan indikator yang diadopsi dari Kementrian Kesehatan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 20112012. Indikator-indikator tersebut ialah: 1. Balita naik berat badannya (N/D) 2. Balita yang ditimbang (D/S) 3. Balita BGM dari yang ditimbang (BGM/D) 4. Balita dapat Vit A 2x / tahun 5. Ibu Hamil dapat 90 tablet Fe 6. Pemberian MP ASI pada baduta Gakin 7. Balita Gizi Buruk dapat perawatan : 85 % : 60 % : < 0,8 % : 95 % : 90 % : 100 % : 100 %

8. ASI Eksklusif 6 bulan 9. Ibu Nifas mendapat vitamin A

: 40 % : 70 %.

2.3.5

Langkah-langkah Utama dalam Pendekatan Pos Gizi Menurut CORE (2004), langkah-langkah utama dalam pendekatan Pos Gizi yang efektif antara lain: 1. Menentukan apakah pendekatan PD dan Pos Gizi layak dilakukan pada masyarakat yang ditargetkan 2. Mulai memobilisasikan masyarakat dan memilih serta melatih nara sumber masyarakat 3. Mempersiapkan Penyelidikan PD 4. Melakukan penyelidikan PD 5. Merancang Kegiatan Pos gizi 6. Melaksanakan kegiatan Pos gizi bagi anak-anak yang mengalami kekurangan gizi serta pengasuh mereka 7. Mendukung perilaku baru melalui kunjungan rumah 8. Mengulangi kegiatan Pos Gizi sesuai kebutuhan 9. Memperluas program PD & Pos Gizi pada masyarakat lain

2.3.6

Kegiatan Pos Gizi Kegiatan Pos Gizi adalah serangkaian kegiatan selama 10 - 12 hari yang diadakan untuk merehabilitasi anak yang mengalami kekurangan gizi serta mengajarkan berbagai kebiasaan dan perilaku

khusus positif. Kegiatan tersebut terdiri dari rehabilitasi dan pendidikan gizi selama periode 12 hari yang diikuti dengan kunjungan para kader ke rumah setiap ibu balita/pengasuh. Berlokasi di sebuah rumah, para ibu balita/pengasuh dan kader menyiapkan makanan atau cemilan tambahan yang mengandung tambahan energi dan kaya/padat kalori untuk memberi makan anak-anak yang kurang gizi. Ibu balita/pengasuh menyiapkan makanan-makanan PD dan mempraktekkan perilaku-perilaku pengasuhan anak yang positif lainnya (CORE, 2004). Kegiatan Pos Gizi biasanya hanya selama dua jam setiap hari. Setiap kegiatan terdiri atas komponen-komponen berikut: a. Menentukan tempat memasak, pemberian makan dan cuci tangan b. Mencuci tangan c. Mempersiapkan makan d. Memberi makan e. Menyatukan berbagai pesan pendidikan kesehatan/gizi

dengan perilaku. Langkah-langkah umum yang dilakukan dalam setiap Sesi Pos Gizi harian adalah: 1. Menyambut kehadiran semua peserta. Mengulang tujuan dari Pos Gizi, agenda hari itu, dan menanggapi bila ada komentar atau pertanyaan dari peserta. Dapat juga mendiskusikan makanan khas

positif dan kontribusi lain yang dibawa pada hari itu, dan juga penyebab-penyebab lambatnya pertumbuhan anak. 2. Tunjukkan pada para peserta dimana mereka dan anaknya dapat mencuci tangan yaitu dengan mendemonstrasikan teknik mencuci tangan yang benar dengan menggunakan sabun dan

menggosokkan kedua tangan paling sedikit tiga kali. (Pada waktu yang sama memeriksa apakah ada tanda-tanda sakit pada anak anak dan merujuk anak-anak yang sakit ke Puskesmas) 3. Membagikan makanan kecil pada anak-anak. Dapat juga mendiskusikan bagaimana makanan kecil dapat meningkatkan asupan kalori, menstimulasi selera makan dan menyediakan waktu bagi para pengasuh untuk memasak makanan utama). 4. Melaksanakan diskusi pendidikan kesehatan mengenai topik kesehatan pada hari itu. 5. Membagi para peserta menjadi beberapa kelompok untuk menyiapan makanan, mengasuh dan stimulasi anak, dan kebersihan. 6. Siapkan dan masak makanan ketika peserta yag lain bermain dengan anak-anak menggunakan lagu-lagu dan permainan. 7. Ulang mencuci tangan dengan para pengasuh dan anak. 8. Mendistribusikan makanan dan mengawasi para pengasuh ketika mereka memberi makan anak-anak mereka (gunakan kesempatan

ini untuk mendemonstrasikan teknik-teknik pemberian makan secara aktif). 9. Bersih-bersih. 10. Ulas kembali pelajaran pada hari itu. 11. Rencanakan menu dan kontribusi makanan untuk hari berikutnya dengan para ibu atau pengasuh lainnya. Selain itu, ada beberapa hari khusus dengan kegiatan-kegiatan khusus yang perlu dimasukkan dalam agenda harian. Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu: Hari pertama dan terakhir: Penimbangan Anak Setiap anak ditimbang pada hari pertama dan hari terakhir sesi Pos Gizi. Bahan-bahan yang diperlukan, yaitu timbangan, buku catatan Pos Gizi dan Kartu Menuju Sehat (dibawa oleh ibu balita/pengasuh untuk tiap anak). Kader menimbang masing-masing anak, mencatat berat mereka dalam buku catatan Pos Gizi dan tunjukkan berat tersebut dalam Kartu Menuju Sehat milik anak. Para ibu balita/pengasuh harus diberitahukan mengenai berat, pertumbuhan dan status

kekurangan gizi anak mereka. Hari ke-7: Hari di Rumah Sendiri Setelah selama enam hari memasak dan memberi makan dengan cara berkelompok, pada hari ketujuh para peserta tinggal di rumah dan mempraktikkan perilaku-perilaku baru. Diskusi pada

Hari ke-8 harus berkisar tentang pengalaman para ibu balita/pengasuh ketika mereka mencobanya di rumah. Bila perilaku tersebut tidak dipraktekkan di rumah, sangatlah penting untuk mengetahui kenapa dan membantu para ibu

balita/pengasuh untuk mengembangkan sebuah strategi. Gunakan teknik-teknik wawancara mendalam untuk mengetahui

hambatan-hambatan apa yang ditemui dalam rumah tangga. Melalui diskusi, para ibu balita/pengasuh dapat berbagi permasalahan dan saling mengusulkan pemecahannya. Satu Hari Sebelum Hari Terakhir Sesi Pos Gizi Pada satu hari sebelum hari terakhir sesi Pos Gizi, para kader meminta tiap keluarga untuk membawa semua bahan-bahan yang diperlukan pada hari terakhir sesi untuk dipersiapkan sebagai makanan yang sehat bagi anak mereka di rumah, untuk dibawa pada sesi terakhir. Mereka juga mengingatkan para ibu balita/pengasuh untuk membawa KMS pada sesi terakhir. Hari Terakhir Sesi Pos Gizi Pada hari terakhir sesi Pos Gizi, para ibu balita/pengasuh mempersiapkan makanan yang mereka harus lakukan di rumah. Sebagai tambahan kegiatan harian rutin, pada sesi Pos Gizi terakhir, anak-anak akan ditimbang. Kader pos Gizi mencatat status anak (apakah ia lulus atau harus mengulang Pos Gizi pada bulan depan) dalam buku catatan Pos Gizi dan mendiskusikan

hasilnya secara pribadi dengan tiap ibu balita/pengasuh (CORE, 2004).

2.3.7

Kriteria Kelulusan Peserta Ada dua cara untuk menentukan apakah seorang anak siap untuk lulus dari Pos Gizi atau perlu untuk melanjutkan ke sesi Pos Gizi berikutnya. a. Ketika menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) Kriteria kelulusan adalah berdasarkan perpindahan antara status malnutrisi buruk, sedang, ringan dan normal. Ini adalah metode yang lebih mudah untuk dijelaskan dan digunakan pada anggota masyarakat. Masyarakat dapat memutuskan apakah mereka akan meluluskan anak-anak mereka: Hanya jika mencapai status gizi normal Ketika mereka berpindah kekurangan gizi sedang menjadi kekurangan gizi ringan Ketika mereka berpindah dari kekurangan gizi berat menjadi kekurangan gizi sedang.. b. Ketika menggunakan patokan kenaikan berat badan: Kriteria kelulusan adalah didasarkan pada catch-up growth yang dicapai selama pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Dengan metode ini, anak-anak yang mencapai pertambahan berat badan 400 dan 800 gram dan bertumbuh secepat atau lebih cepat dari

Median Standard Internasional: dianggap telah berhasil baik. Diasumsikan bahwa sekali seorang anak telah mencapai catch-up growth, ia akan terus bertumbuh pada bulan-bulan berikutnya. Bila si anak tidak mengalami pertambahan berat badan, anak tersebut harus dirujuk untuk mendapatkan bantuan kesehatan dan kader atau supervisor harus mengadakan kunjungan rumah untuk memastikan bahwa kurang makan bukanlah kondisi tersebut. Periksalah penyebab

daftar kehadiran si anak dan ibu

balita/pengasuhnya untuk memastikan bahwa mereka hadir secara teratur (kadang ibu balita/pengasuh datang tanpa mengajak anak mereka). Staf juga harus memeriksa menu Pos Gizi untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan protein dan kalori dalam jumlah yang cukup (CORE, 2004).

2.3.8

Pengawasan Kegiatan Pos Gizi Penanggung jawab kegiatan mengawasi para

penyelia/pelatih dan penyelia/pelatih mengawasi para kader Pos Gizi. Pengawasan yang baik pada kedua tingkatan ini memastikan kualitas dalam kegiatan Pos Gizi dan menyediakan umpan balik dan bimbingan yang mendukung untuk mengatasi permasalahanpermasalahan yang mungkin akan muncul. Ketika kegiatan ini dimulai, baik penanggung jawab dan penyelia/pelatih harus berpartisipasi dalam mensupervisi lokasi Pos

Gizi. Karena ini adalah ketrampilan yang perlu dipelajari melalui praktek, maka direkomendasikan agar staf proyek dan

penyelia/pelatih melakukan kunjungan supervisi sesering mungkin. Selama penyelia/pelatih mendapatkan pengalaman, staff proyek dapat setahap demi setahap mengambil alih tugas supervisi lokasi. Penyelia/pelatih harus ada pada awal kegiatan Pos Gizi untuk membantu para kader dalam mengatasi berbagai isu yang mungkin muncul. Hal ini padadasarnya benar karena pada

beberapa hari pertama dari masing-masing sesi Pos Gizi, saat itu mereka mengecek apakah semua bahan makanan yang tepat telah digunakan, bahwa penimbangan dilakukan dengan benar, dan bahwa para kader mendorong para ibu balita/pengasuh dan ibu untuk berpartisipasi. Atur secara bergiliran pada permulaan sesi Pos Gizi supaya dapat memfasilitasi kehadiran tersebut di beberapa hari pertama yang sangat penting ini (CORE, 2004).

2.3.9

Evaluasi Kegiatan Pos Gizi Evaluasi secara harafiah berarti mengkaji nilai dari sesuatu. Adalah langkah yang penting dalam keseluruhan proses,

menyediakan sebuah kesempatan bagi seluruh pihak yang berkepentingan dan pelaku untuk merasa memiliki berbagai prestasi dan kesuksesan proyek tersebut, mengidentifikasi dan melakukan

analisis berbagai masalah, dan memberikan rekomendasi untuk pelaksanaan di masa depan. Keberhasilan program didasarkan pada tujuan awal yang telah ditetapkan. Bila tujuannya adalah untuk merehabilitasi semua anak yang ikut serta dalam Pos Gizi, maka program dinyatakan berhasil ketika berat badan anak-anak telah meningkat. Ketika tujuannya adalah untuk mempertahankan tingkat gizi baik anak untuk jangka waktu tertentu dan/atau mencegah terjadinya kekurangan gizi pada adik-adiknya, keberhasilan akan ditentukan berdasarkan pada hasil yang dikumpulkan selama waktu tertentu melalui monitoring di posyandu. Evaluasi diadakan sekali-sekali, selektif, seringkali setengah kualitatif, penyelidikan atas pertanyaan programatis tertentu, seperti Bagaimana atau mengapa tujuannya (tidak) tercapai?. Dampak dari Pos Gizi harus diukur setelah satu tahun dan pada setiap akhir tahun berikutnya. Pertanyaan-pertanyaan penting yang perlu ditanyakan termasuk diantaranya adalah: 1) Apakah anak terus mengikuti kurva pertumbuhan dan telah mempunyai berat badan sesuai dengan usianya pada saat ini? 2) Apakah anak-anak yang ikut serta dalam Pos Gizi dan lulus, mempertahankan status gizi baik mereka?

3) Apakah mereka akan terus bertumbuh pada tingkatan standar internasional? 4) Apakah kakak dan adik dari anak-anak yang ikut serta juga bergizi Baik? 5) Apakah tingkat kekurangan gizi secara umum di masyarakat telah berhasil dikurangi ? (CORE, 2004).

2.4 Pengawasan 2.4.1 Pengertian Pengawasan Pengawasan ialah suatu proses untuk mengukur penampilan suatu program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai (Azwar, 1996). Terry (1986) menyatakan bahwa pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang

direncanakan. Pengawasan terdapat pada setiap tingkatan manajemen. Koontz dan Donnell dalam Ningrum (2008) menyatakan pengawasan adalah penilaian dan koreksi atas pelaksanaan kerja yang dilakukan bawahan-bawahannya dengan maksud untuk mendapatkan keyakinan (jaminan) bahwa tujuan-tujuan perusahaan dan rencana yang digunakan untuk mencapainya dilaksanakan. rencana-

2.4.2

Manfaat Pengawasan Menurut Muninjaya (2004), manfaat pengawasan adalah: 1. Dapat mengetahui sejauh mana program dilaksanakan oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber dayanya sudah digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat meningkatkan efisiensi program. 2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf melaksanakan tugas tugasnya. 3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien 4. Dapat mengetahui sebab sebab terjadinya penyimpangan 5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan,

dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan.

2.4.3

Objek pengawasan Yang dimaksud dengan objek pengawasan adalah hal-hal yang harus diawasi dalam pelaksanaan suatu rencana kerja (Azwar, 1996). Objek pengawasan ini banyak macamnya, tergantung dari program atau kegiatan yang dilaksanakan. Secara garis besar objek pengawasan dapat dikelompokan menjadi 4, yakni: 1. Kualitas dan kuantitas program, yakni barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan atau program tersebut. Untuk program

kesehatan yang diawasi adalah pelayanan yang diberikan oleh unit kerja tersebut. 2. Biaya program, dengan menggunakan 3 macam standar, yakni modal yang diperoleh dipakai (capital standard), (revenue standard) dan pendapatan yang

harga

program (cost

standard). Dalam bidang kesehatan yang dijadikan ukuran pengawasan adalah pembiayaan kegiatan atau pelayanan, hasil yang diperoleh dari pelayanan dan keuntungan kegiatan atau pelayanan. 3. Pelaksanaan (implementasi) program, yaitu pengawasan

terhadap waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan dan proses pelaksanaan apakah sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan. 4. Hal-hal yang bersifat khusus, yaitu pengawasan yang ditujukan kepada hal-hal khusus yang ditetapkan oleh pimpinan atau manajer.

2.4.4

Metode Pengawasan Metode pengawasan adalah cara melakukan pengawasan terhadap objek pengawasan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996). Metode pengawasan yang dapat dipergunakan antara lain: a. Melalui laporan khusus dan hasil analisa yang dilakukan terhadap laporan khusus tersebut.

b. Melalui data statistik yang dikumpulkan yang menyangkut berbagai aspek kegiatan organisasi. c. Melalui observasi personal yang dilakukan oleh pimpinan atau orang-orang tertentu. d. Melalui internal audit e. Melalui alat elektronik otomatik

2.4.5

Proses Pengawasan Menurut Terry (1986), pengawasan terdiri daripada suatu proses yang dibentuk oleh tiga macam langkah yang bersifat universal, yakni: a. Mengukur hasil pekerjaan b. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan perbedaan (apabila ada perbedaan) c. Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan. Menurut WHO (1999), pengawasan yang baik harus: a. Tepat waktu. Untuk mempertahankan standar kerja, tindakan pengawasan harus dilakukan pada saat yang tepat. b. Sederhana. Tindakan pengawasan harus sederhana; bila tidak, akan memerlukan waktu lama untuk menerapkan dan untuk menghasilkan efek yang diinginkan.

c. Minimal. Pengawasan harus diadakan sesedikit mungkin, yakni sesedikit yang diperlukan untuk menjamin pekerjaan akan diselesaikan dan standar dipertahankan. d. Luwes. Pengawasan yang terlalu kaku dapat menjadi seperti senjata makan tuan: para pekerja akan mencoba

menghindarinya.

2.5 Evaluasi 2.5.1 Pengertian Evaluasi Evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program (The International Clearing House and Adolescent Fertility Control for Population Option dalam Azwar, 1996).

2.5.2

Tujuan Evaluasi Menurut Prayitno (2005), tujuan evaluasi antara lain: a. Sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan perencanaan program yang akan datang. b. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber daya. c. Sebagai alat untuk memperbaiki pelaksanaan suatu kegiatan yang sedang berjalan.

d. Sebagai alat untuk mengadakan perencanaan kembali yang lebih baik dari suatu program.

2.5.3

Ruang Lingkup Evaluasi Menurut Azwar (1996), ruang lingkup evaluasi dibedakan menjadi 4, yaitu: 1. Evaluasi terhadap input, yaitu menyangkut pemanfaatan sumber daya, baik dana, tenaga maupun sarana. 2. Evaluasi proses, yaitu mencakup semua tahap administrasi, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan program. Proses ini dititikberatkan pada pelaksanaan untuk mengetahui apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. 3. Evaluasi terhadap output, yaitu penilaian terhadap hasil yang dicapai dari dilaksanakannya suatu program untuk mengetahui apakah output program sudah sesuai dengan target yang ditetapkan sebelumnya atau tidak. 4. Evaluasi terhadap dampak, yaitu mencakup pengaruh yang

ditimbulkan dari dilaksanakannya suatu program.

BAB III ALUR KEGIATAN DAN JADWAL MAGANG

3.1 Alur Kegiatan Magang Alur kegiatan magang di Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan adalah sebagai berikut:

Persiapan Pengajuan surat magang, Konfirmasi surat magang, Penyusunan proposal magang, Konsultasi dan revisi proposal magang, Sosialisasi dengan pihak Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan

Pelaksanaan

Pembuatan Laporan

Pelaksanaan kegiatan magang, Observasi lapangan, Wawancara dengan bagian gizi, Pengolahan dan analisa data, Bimbingan dengan pembimbing fakultas dan pembimbing lapangan

Pembuatan laporan magang, Konsultasi dengan pembimbing fakultas dan lapangan, Presentasi laporan magang, Revisi laporan magang

3.2 Jadwal Kegiatan Magang Kegiatan - Fiksasi magang dan perkenalan dengan pihak Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, khususnya pembimbing lapangan dan Seksi Kesehatan Masyarakat. - Menginput data kohort balita gizi buruk tahun 2011. - Menginput dala LB3 ke web gizi depkes. Suku Dinas - Berdiskusi dengan pembimbing lapangan mengenai program perbaikan gizi di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan untuk mencari alternatif topik magang. - Menginput dala LB3 ke web gizi depkes. - Membantu merekap data LB3 gizi. Kesehatan Kota Jakarta Selatan Tempat Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan

No.

Hari, Tanggal

1.

Rabu, 1 Februari 2012

2.

Kamis, 2 Februari 2012

-Suku Dinas - Menginput dala LB3 ke web gizi depkes. - Membantu merekap data LB3 gizi. Kesehatan Kota Jakarta Selatan

3.

Jumat, 3 Februari 2012

- Bimbingan magang dengan pembimbing fakultas.

-FKIK UIN

No. - Menginput dala LB3 ke web gizi depkes. - Membantu merekap data LB3 gizi. - Mewawancarai koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan. - Bimbingan magang dengan pembimbing lapangan. - Merekap data cakupan vitamin A pada balita tahun 2011. - Merekap data anggota Persagi. Melakukan monitoring kegiatan Pos Gizi bersama pemegang program gizi Sudinkes Jaksel dan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Merekap data cakupan vitamin A pada ibu nifas, pemberian TTD pada ibu hamil, dan cakupan ASI Eksklusif tahun 2011.

Hari, Tanggal

Kegiatan

Tempat Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan

4.

Senin, 6 Februari 2012

Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Pos Gizi Kecamatan Jagakarsa Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Pos Gizi Kecamatan Jagakarsa

5.

Selasa, 7 Februari 2012

6.

Rabu, 8 Februari 2012

7.

Kamis, 9 Februari 2012

8.

Jumat, 10 Februari 2012

Mengobservasi kegiatan Pos Gizi di Kecamatan Jagakarsa.

- Melaporkan hasil monitoring kegiatan Pos Gizi pada pemegang program gizi Sudinkes Jaksel. - Merevisi data cakupan Vitamin A . - Merekap data TPG Puskesmas tiap Kecamatan.

Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan

9.

Senin, 13 Februari 2012

No. Menginput data Konfirmasi BGM dan Kohort Gizi Buruk Bulan Januari 2012.

Hari, Tanggal

Kegiatan

Tempat Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan FKIK UIN

10.

Selasa, 14 Februari 2012

11. Kecamatan Tebet bulan Januari 2012 .

Rabu, 15 Februari 2012

Menginput data LB3, Konfirmasi BGM dan Kohort Gizi buruk

12. Menyusun laporan magang.

Kamis, 16 Februari 2012

-

Menginput data Perkesmas tahun 2011.

13.

Jumat, 17 Februari 2012

Mencai referensi terkait topik magang dan menyusun laporan magang. - Menginput data LB3, Konfirmasi BGM dan Kohort Gizi buruk Kecamatan Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru. - Menginput data LB3 ke web gizi Depkes.

Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan -FKIK UIN

14.

Senin, 20 Februari 2012

15.

Selasa, 21 Februari 2012

Bimbingan dengan pembimbing fakultas dan lapangan terkait topik magang dan skripsi.

-Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan

No. - Merekapitulasi data Kohort Gizi Buruk dan Konfirmasi BGM. - Menginput data LB3 bulan Januari 2012.

Hari, Tanggal

Kegiatan

Tempat Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Suku Dinas

16.

Rabu, 22 Februari 2012

17.

Kamis, 23 Februari 2012

Merevisi data Kohort Gizi Buruk tahun 2011.

Kesehatan Kota Jakarta Selatan Suku Dinas

18.

Jumat, 24 Februari 2012

Merevisi data di web gizi Depkes.

Kesehatan Kota Jakarta Selatan

19. - Merevisi data di web gizi Depkes.

Senin, 27 Februari 2012

- Merevisi data cakupan Fe Ibu Hamil, Vitamin A balita dan Ibu Nifas.

Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Suku Dinas

20.

Selasa, 28 Februari 2012

Merevisi data kohort gizi buruk tahun 2011.

Kesehatan Kota Jakarta Selatan

21.

Rabu, 29 Februari 2012

Merevisi laporan magang setelah bimbingan dengan pembimbing lapangan dan fakultas.

Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan

No. - Mewawancarai koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan. - Merevisi cakupan LB3 tahun 2011. - Bimbingan magang dengan pembimbing fakultas via e-mail. - Merevisi cakupan vitamin A balita, ibu nifas, Fe 1 dan 3 Ibu hamil tahun 2011. - Melengkapi data yang kurang untuk pembuatan laporan magang. - Merekapitulasi data LB3 KIA dan Pos Gizi tahun 2011.

Hari, Tanggal

Kegiatan

Tempat Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan

22.

Kamis, 1 Maret 2012

23.

Jumat, 2 Maret 2012

24.

Senin, 5 Maret 2012

25.

Selasa, 6 Maret 2012

- Membuat frafik PWS KIA tahun 2011 - Bimbingan magang dengan pembimbing lapangan. - Membuat grafik cakupan program gizi tahun 2011. - Berpamitan dengan seluruh staf kesehatan masyarakat Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan.

26.

Rabu, 7 Maret 2012

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan 4.1.1 Visi dan Misi a. Visi Jakarta Selatan Sehat Untuk Semua. Adapun visi tersebut mengandung makna terwujudnya Jakarta Selatan: 1. dihuni oleh penduduk yang memiliki kesadaran dan kemandirian hidup sehat 2. 3. mempunyai akses pelayanan perorangan dan masyarakat. meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan untuk keluarga miskin 4. 5. 6. 7. terkendalinya penyakit menular terkendalinya penyakit degeneratif gizi yang seimbang meningkatnya kualitas dan respon time pelayanan kesehatan gawat darurat dan bencana. 8. meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih dan terkendalinya pencemaran lingkungan.

38

39

b. Misi Dalam menjalankan visi, perlu dijabarkan lagi dalam misi yaitu : 1. menyelenggarakan pembangunan kesehatan dengan kaidahkaidah good governance. 2. Meningkatkan pelayanan kesehatan perorangan, kesehatan masyarakat dan kegawatdaruratan kesehatan dengan prinsip pelayanan kesehatan prima. 3. mengendalikan dan menanggulangi gizi buruk, penyakit menular, penyakit tidak menular, dan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan. 4. 5. menyelenggarakan peningkatan manajemen kesehatan. menggalang kemitraan dengan berbagai sektor dan seluruh potensi yang ada di masyarakat.

4.1.2

Strategi dan Kebijakan a. Strategi Untuk menjalankan program dan kegiatan demi mencapai visi dan misi, maka dibuatlah strategi dan kebijakan. Strategi yang dibuat yaitu: 1. pengembangan SDM 2. penyempurnaan sistem manajemen 3. peningkatan promosi dan informasi kesehatan 4. peningkatan kualitas kesehatan masyarakat

40

5. pengembangan sarana dan prasarana

b. Kebijakan Kebijakan mengacu pada kebijakan dan program pembangunan kesehatan di wilayah DKI Jakarta yang meliputi: 1. peningkatan kualitas pelayanan kesehatan 2. peningkatan kualitas upaya kesehatan masyarakat untuk melindungi masyarakat dari resiko dan penyakit 3. pengembangan kesehatan 4. peningkatan kemandirian masyarakat dalam pembangunan kesehatan 5. peningkatan profesionalisme bidang kesehatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sistem informasi dan pemasaran sosial

4.1.3

Tugas Pokok dan Fungsi a. Tugas Pokok Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan

pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan pun bertekad melaksanakan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian secara profesional agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan perbaikan

41

secara berkesinambungan demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta no. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi & Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (pasal 36), Suku Dinas Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas untuk melaksanakan perencanaan, pengendalian dan penilaian program kesehatan masyarakat yang meliputi pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat dan narkotik, psikotropika, zat adiktif lainnya (NAPZA) serta gizi dan pembinaan peran serta masyarakat di Kotamadya. Dari uraian di atas, secara umum tugas suku dinas kesehatan Jakarta Selatan adalah binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian). Kegiatan binwasdal yaitu mencakup supervisi, rapat koordinasi, monitoring dan evaluasi. Supervisi dilakukan untuk mencari penyimpangan dalam pelaksanaan perbaikan gizi. Setiap wilayah dipantau dan jika terjadi penyimpangan dilakukan perbaikan dan evaluasi. Rapat koordinasi dilakukan dengan menggabungkan semua sektor yang terkait untuk bersama-sama membicarakan masalah yang ada. Rapat koordinasi juga merupakan wadah masyarakat untuk menyampaikan

aspirasinya kepada pemerintah, sehingga pemerintah tahu apa yang

42

dibutuhkan oleh warganya. Monitoring dan evaluasi dilakukan kepada puskesmas-puskesmas yang berada di wilayah Jakarta pemaparan tentang

Selatan. Setiap puskesmas akan melakukan

kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dan juga hasil yang telah dicapai dari kegiatan tersebut. b. Fungsi Untuk menyelenggarakan tugas yang diemban, Suku Dinas Kesehatan Masyarakat mempunyai fungsi: 1. Perencanaan program dan rencana operasional pelayanan kesehatan masyarakat di Jakarta Selatan, 2. Sosialisasi peraturan perundangan tentang pelayanan

kesehatan masyarakat, 3. Program dan rencana operasional Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Selatan, 4. Pengendalian pelaksanaan operasional program kegiatan Kesehatan Masyarakat di Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Selatan, 5. Penilaian efektifitas hasil pelaksanaan program Kegiatan Kesehatan Masyarakat di Lingkungan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Selatan.

43

4.1.4

Gambaran Wilayah Kerja a. Keadaan Geografis Kota Administrasi Jakarta Selatan merupakan salah satu dari 5 (lima) wilayah kota administrasi yang ada di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI

Jakarta nomor 1815 Tahun 1989 Luas Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah 145,73 km2 yang berada pada posisi 06 15 40,8 Lintang Selatan dan 106 45 0,00 Bujur Timur, dan berada pada ketinggian 26,2 meter di atas permukaan laut. Jakarta Selatan bercirikan daerah yang beriklim khas tropis dengan temperatur udara sekitar 27,5 Celcius dan kelembaban

udara rata-rata 76,30%, yang disapu angin dengan kecepatan sekitar 3 knot sepanjang tahun. Kota Administrasi Jakarta Selatan terdiri dari 10 kecamatan, 65 kelurahan, 578 RW dengan daerah terluas kecamatan Jagakarsa yaitu 21.36 km2 dan terkecil kecamatan Mampang Prapatan yaitu 7.73 km2. Di Jakarta Selatan terdapat Rawa/Situ (Situ Babakan), wilayah ini cocok untuk daerah resapan air dengan iklimnya yang sejuk sehingga ideal dikembangkan sebagai wilayah pengembangan pemukiman secara terbatas. Daerah Jakarta Selatan juga banyak terdapat kegiatan usaha dan perkantoran sebagai sentra bisnis.

44

b. Batas Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan berbatasan dengan dua propinsi dan dua kotamadya di Propinsi DKI Jakarta. Kedua propinsi tersebut adalah Jawa Barat di selatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dan Propinsi Banten di barat Kota Administrasi Jakarta Selatan. Batas-batas wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan secara lebih rinci adalah sebagai berikut: Utara : Banjir Kanal, Jl.Jend.Sudirman, Kecamatan Tanah Abang dan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Selatan Barat Timur : Kec. Sawangan & Kotif Depok Kabupaten Bogor. : Kec. Ciputat & Ciledug Kabupaten Tangerang. : Kali Ciliwung Jakarta Timur.

45

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan

Sumber: Sudinkes Kota Jakarta Selatan, 2011

c. Wilayah Kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan yang beralamat di Jl. Radio I No.8 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, membina 10 Puskesmas Kecamatan yaitu: 1. Puskemas Kecamatan Tebet 2. Puskesmas Kecamatan Setiabudi 3. Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan 4. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu

46

5. Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru 6. Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama 7. Puskesmas Kecamatan Cilandak 8. Puskesmas Kecamatan Pancoran 9. Puskesmas Kecamatan Jagakarsa 10. Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

4.1.5

Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan bahwa Kota Administrasi atau Kabupaten Administrasi dibentuk Suku Dinas Kesehatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas Kesehatan yang secara teknis dan administrasi berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan, serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Suku Dinas Kesehatan terdiri dari 1 (satu) Sub Bagian yaitu Tata Usaha, dan 4 (empat) seksi, yaitu: Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK), Seksi Pelayanan Kesehatan, dan Seksi Penanggulangan Masalah Kesehatan (PEMKES). Struktur organisasinya Sudinkes Kota Jakarta Selatan dapat tergambar pada bagan 4.1.

47

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Sudinkes Kota Jakarta Selatan Kepala Sudinkes Kota Jakarta Selatan

Subbag Tata Usaha

Seksi Kesehatan Masyarakat

Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi Pelayanan Kesehatan

Seksi Penanggulangan Masalah Kesehatan

Sumber: Sudinkes Kota Jakarta Selatan Tahun 2011

4.2 Gambaran Umum Seksi Kesehatan Masyarakat Sudinkes Kota Jakarta Selatan Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu seksi yang berada langsung di bawah wewenang Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan. Seksi Kesehatan Masyarakat bertanggung jawab untuk melaksanakan program-program kesehatan masyarakat seperti Program Gizi, Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Sistem Informasi Kesehatan (SIK), Promosi Kesehatan (Promkes), Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), Peran Serta Masyarakat (PSM) dan Program Kesehatan Lansia.

48

Sesuai dengan masing-masing tugas tersebut, maka struktur organisasi Seksi Kesehatan Masyarakat Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Tahun 2012 adalah sebagai berikut: a. Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat: dr. Hj. Dyah Ekawati b. Bagian Gizi c. Bagian UKGS d. Bagian UKS e. Bagian SP2TP f. Bagian KIA g. Bagian SIK h. Bagian Promkes i. Bagian Perawat Kesmas j. Bagian PSM k. Bagian Lansia : Latifah Hanum S.Gz : drg. Widyastuti, Sp.KgA : drg. Diani Gayatri : Fitriyati, Am.Keb : Zulmainar, SSiT MKM : Indrati Wahyuni,S.Kom M.Kes : Prihastri Indrawati : M. Rusdi, SKM : Sriana Tampubolon : dr. Diah Eko

Berdasarkan struktur organisasi tersebut dapat diketahui bahwa pembagian tugas dan wewenang oleh Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat pada koordinator tiap program cukup baik, karena telah sesuai dengan keahlian di bidang masing-masing. Jabatan Koordinator program gizi diduduki oleh lulusan bidang gizi akan tetapi masih belum terdapat staf gizi untuk membantu karena baru dilakukan mutasi. Kendati demikian program-program yang dilakukan Seksi Kesehatan Masyarakat masih dapat berjalan dengan baik karena dapat dibantu oleh tenaga lainnya.

49

4.3 Gambaran Umum Kegiatan Pos Gizi Salah satu bentuk intervensi gizi yang saat ini sedang dilaksanakan terus oleh Sudin Kesehatan Masyarakat adalah apa yang sering disebut dengan Positive Deviance atau Penyimpangan Positif. Kegiatan PD diterapkan pada satu wadah yang disebut dengan POS GIZI. PD/Pos Gizi adalah satu bentuk intervensi gizi yang bertujuan untuk menurunkan angka kasus gizi kurang atau gizi buruk secara bertahap, yaitu balita yang berat badannya di bawah garis merah. Pos Gizi diselenggarakan agar orang tua balita dapat mandiri dalam menangani gizi kurang dengan memberikan ilmu gizi dan kesehatan serta mengajarkan menu makanan dari keluarga penyimpang positif. PD merupakan pendekatan yang syarat dengan proses pembelajaran yang menggabungkan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam satu waktu atau satu tahap kegiatan. Melihat dampaknya yang positif terhadap perubahan perilaku sehat yang mendukung perbaikan gizi balita baik gizi kurang maupun gizi buruk, maka sejak tahun 2008 program PD telah melatih Petugas Gizi Kelurahan dan kader dengan tujuan semua kelurahan yang dilatih akan mengembangkan Program PD di masing-masing wilayah kerjanya. Adapun jumlah Pos Gizi yang aktif di Jakarta Selatan pada tahun 2011 ialah sebanyak 6 Pos yang tersebar di 3 Kecamatan, seperti tertera dalam tabel 4.1.

50

Tabel 4.1 Jumlah Pos Gizi di Wilayah Kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Tahun 2012 No. 1 2 3 Tebet Jagakarsa Pesanggrahan Kecamatan Jumlah Pos Gizi 3 1 2

Sumber: Sudinkes Kota Jakarta Selatan Tahun 2011 Pos Gizi di suatu wilayah dapat dibentuk jika jumlah balita gizi kurang dalam satu Kecamatan melebihi 20 % dan terdapat minimal 5 orang kader aktif terlatih dan siap melaksanakan Pos Gizi. Oleh sebab itu, sebelum Pos Gizi diselenggarakan, terlebih dahulu dilakukan pelatihan terhadap kader dari setiap Kecamatan. Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Sudinkes, khususnya Koordinator program gizi. Dalam pelatihan tersebut para kader diberi informasi seputar kegiatan Pos Gizi mulai dari penentuan peserta, pelaksanaan kegiatan hingga pemantauan dan evaluasi. Pelatihan tersebut dilakukan 1 minggu sebelum dilaksanakan kegiatan Pos Gizi. Kegiatan Pos Gizi dilaksanakan di salah satu rumah kader atau tempat lain yang disepakati kader. Setiap balita harus didampingi oleh

ibu/pengasuhnya. Hal ini dikarenakan kegiatan Pos Gizi menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat untuk memperbaiki perilaku kesehatan masyarakat, khususnya perilaku pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan pola asuh anak yang baik. Perilaku tersebut dibentuk guna meningkatkan status gizi balita.

51

Langkah-langkah kegiatan selama satu hari pelaksanaan Pos Gizi ialah: 1. Mengisi daftar hadir 2. Penimbangan BB (Berat badan) dan TB (tinggi badan) balita 3. Ibu/pengasuh balita menyerahkan kontribusi 4. Ibu/pengasuh balita memasak makanan dengan dibantu kader 5. Bermain dan bernyanyi 6. Penyuluhan atau penyampaian pesan kesehatan oleh kader 7. Praktik mencuci tangan 8. Makan bersama 9. Persiapan kontribusi esok hari 10. Pulang Satu sesi Pos Gizi berlangsung selama 10 hari. Pada hari pertama dilakukan penimbangan berat dan tinggi badan semua balita yang ikut dalam kegiatan Pos Gizi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran berat badan dan status gizi balita sebelum diintervensi. Begitu pula pada hari terakhir Pos Gizi, penimbangan berat dan tinggi badan juga dilakukan untuk mengetahui gambaran perubahan status gizi balita, terutama kenaikan berat badan balita. Data tersebut digunakan untuk menyatakan lulus tidaknya para peserta kegiatan Pos Gizi yang menjadi salah satu indikator keberhasilan Pos Gizi. Penimbangan berat badan dilakukan dengan menggunakan dacin. Sedangkan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise yang dipasang di dinding ataupun tiang. Penimbangan ini dilakukan oleh kader yang dibantu oleh

52

ibu/pengasuh balita untuk menenangkan balita saat ditimbang agar data yang diperoleh akurat dan valid. Pelaksanaan Pos Gizi di setiap kecamatan tidak semua berjalan dalam waktu yang bersamaan. Begitu pula dengan jumlah sesi yang dilaksanakan, tidak semua Pos Gizi dapat bertahan dan berjalan secara kontinyu setiap bulannya. Hal tersebut dapat disebabkan banyak hal seperti pendanaan, kesiapan kader, partisipasi warga, jumlah balita BGM dan lain-lain. Akan tetapi pada dasarnya kegiatan Pos Gizi bukanlah suatu kegiatan yang harus terus dipertahankan keberlangsungannya. Justru yang harus dipertahankan adalah dampak dari kegiatan tersebut, yaitu masyarakat yang mandiri dalam berperilaku sehat dan menurunnya angka gizi kurang di wilayah setempat. Salah satu alasan untuk melakukan kegiatan Pos Gizi sebagai kegiatan yang non-permanen, adalah bahwa kegiatan yang berpindah-pindah

dimaksudkan untuk memastikan bahwa kuncinya terletak pada perubahan perilaku di rumah dan bukannya penciptaan ketergantungan pada proses rehabilitasi di luar rumah. Baik pada tingkat keluarga mampu kelompok masyarakat, perilaku-perilaku baru diadopsi dan diinternalisasi untuk mempertahankan status gizi baik dari anak dan mencegah kekurangan gizi bagi semua anak pada masa yang akan datang (CORE, 2004).

53

4.4 Pengawasan Kegiatan Pos Gizi 4.4.1 Metode Pengawasan Pengawasan merupakan salah satu tugas pokok Sudinkes. Pengawasan dilakukan langsung oleh Koordinator program gizi. Selain itu, pengawasan juga dibantu oleh TPG Kecamatan dan Kelurahan. Terdapat beberapa metode dalam pengawasan kegiatan Pos Gizi. Metode yang digunakan koordinator program gizi dalam melakukan pengawasan kegiatan Pos Gizi antara lain: 1) Observasi secara langsung pada saat kegiatan Pos Gizi berlangsung di lapangan. Pengawas dapat langsung datang ke tempat pelaksanaan Pos Gizi di setiap Kecamatan. Pengawas dapat melakukan observasi pada berbagai hari Pos Gizi dalam satu sesi. Akan tetapi alangkah baiknya pada awal atau akhir sesi Pos Gizi sebab pada hari-hari tersebut dilakukan penimbangan balita sehingga pengawas dapat melakukan pengawasan status gizi balita secara langsung. Observasi langsung dapat memberikan informasi lebih banyak, sebab pengawas juga sekaligus dapat melakukan wawancara mendalam pada kader ataupun ibu/pengasuh balita untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi. Setelah

menemukan penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan, maka pengawas dapat langsung memberikan saran dan perbaikan pada kader terkait penyimpangan yang terjadi. Begitu pula setelah

54

memperoleh informasi mengenai kendala atau masalah yang terjadi, maka pengawas dapat memberikan solusi dari masalah tersebut. 2) Melalui laporan-laporan gizi yang masuk setiap bulannya. Laporanlaporan gizi yang dapat dijadikan alat pengawasan antara lain: laporan LB3, Konfirmasi BGM dan Kohort Gizi Buruk. Dari laporan-laporan tersebut dapat diketahui apakah pelaksanaan kegiatan Pos Gizi sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 3) Melalui alat elektronik. Jika pengawas tidak dapat berkunjung langsung ke lapangan, maka pengawas dapat melakukan

pengawasan melalui alat elektronik seperti telepon dan surat elektronik (e-mail). Pengawas dapat menanyakan gambaran pelaksanaan hingga pencapaian kegiatan Pos Gizi. Jika dari hasil laporan secara lisan tersebut terdapat penyimpangan, maka pengawas dapat segera melakukan perbaikan dengan memberikan saran pada TPG Kecamatan atau Kelurahan yang nantinya disampaikan ke para kader.

4.4.2

Objek Pengawasan Beberapa hal yang dipantau dalam kegiatan Pos Gizi antara lain: 1. Jumlah peserta dan kehadiran peserta Untuk mengawasi Jumlah peserta dan kehadiran peserta , Koordinator gizi selaku pengawas melihat langsung daftar hadir

55

peserta yang dibuat oleh kader. Biasanya daftar hadir tersebut dipasang di dinding tempat pelaksanaan Pos Gizi. Namun daftar hadir tersebut juga dicatat dalam dokumen Pos Gizi. Selain itu pengawas juga melakukan wawancara langsung pada kader mengenai kehadiran tiap peserta. Jika terdapat peserta yang kehadirannya tidak lengkap, maka dilakukan wawancara mendalam pada kader dan ibu balita mengenai peserta tersebut, seperti menanyakan tentang kondisi keluarganya dan lokasi rumahnya. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui penyebab rendahnya tingkat kehadiran peserta. 2. Cara penimbangan Penimbangan berat dan tinggi badan balita dilakukan pada hari pertama dan terakhir dalam setiap sesi kegiatan Pos Gizi. Penimbangan dilakukan oleh kader. Pada saat pengawasan, koordinator gizi mengawasi kader dalam melakukan penimbangan. Pada saat pengawasan, ternyata masih ditemukan kader Pos Gizi yang kurang tepat dalam melakukan penimbangan, seperti tidak melepas jepitan rambut balita saat pengukuran tinggi badan. Oleh sebab itu, koordinator gizi segera memberi tahu agar kader tidak mengulangi kesalahannya. Hal tersebut dilakukan karena penimbangan yang salah akan menyebabkan data balita menjadi tidak valid, sehingga mengakibatkan kesalahan dalam menentukan apakah balita tersebut sudah masuk kriteria lulus atau belum.

56

3. Cara penyampaian pesan kesehatan Dalam kegiatan Pos Gizi, setiap harinya dilakukan penyuluhan oleh para kader setempat. Koordinator gizi mengawasi cara penyuluhan tersebut dengan melihat cara penyuluhan dan siapa yang melakukannya. Sebenarnya pendidikan kesehatan selama kegiatan Pos Gizi tidak dapat dilakukan dengan gaya perkuliahan. Sebaiknya lebih merupakan belajar melalui praktek selama kegitan Pos Gizi, tanya-jawab dan diskusi kelompok, yang semuanya itu akan dilanjutkan di rumah ketika mereka mempraktikkan perilaku pengolahan makanan dan pemberian makan yang baru di dapur mereka masing-masing. Akan tetapi, pelaksanaan penyuluhan oleh kader di Pos Gizi masih menggunakan metode perkuliahan, dimana kader hanya menjelaskan mengenai pesan kesehatan yang diangkat dan tidak disertakan diskusi atau tanya jawab. Bisa juga ditanyakan pada kader apakah semua kader dapat melakukan penyuluhan, karena sebaiknya semua kader dapat melakukan penyuluhan secara bergantian. Dengan demikian dapat meningkatkan keterampilan semua kader. 4. Pesan kesehatan yang disampaikan Setiap hari dalam kegiatan Pos Gizi terdapat satu pesan kesehatan yang disampaikan oleh kader kepada para ibu/pengasuh

57

balita. Dengan berkonsentrasi hanya pada satu tema pesan kesehatan setiap hari mencegah membebani para ibu dengan informasi baru. Pesan-pesan kesehatan sebaiknya fokus pada perilaku

pemberian makan, kebersihan, pengasuhan anak dan berbagai perilaku penting dalam menjaga kesehatan, termasuk perawatan bagi anak yang sakit dirumah. Walaupun banyak pesan-pesan kesehatan telah didemonstrasikan dalam proses pelaksanaan kegiatan Pos Gizi (seperti praktik mencuci tangan dan pemberian makan secara aktif), pesan-pesan yang langsung mencerminkan perilaku-perilaku yang teridentifikasi dalam penyelidikan PD perlu diperjelas dan ditekankan (CORE, 2004). Di lapangan, semua tema pesan-pesan kesehatan tersebut dipasang di dinding tempat pelaksanaan Pos Gizi. Dengan demikian Koordinator gizi Sudinkes dapat melihat apa saja pesan kesehatan yang disampaikan. Pada saat pengawasan, ternyata masih terdapat pesan kesehatan yang terlalu rumit dan kurang berkaitan dengan tujuan Pos Gizi. Oleh sebab itu, Koordinator gizi Sudinkes langsung memberitahukan bahwa sebaiknya pesan kesehatan yang disampaikan berkaitan dengan gizi, tumbuh kembang anak, dan PHBS. Selain itu juga memberi masukkan alternatif tema pesan kesehatan lain yang dapat digunakan pada kader.

58

5. Menu makanan yang disajikan Pengawasan terhadap menu makanan dilakukan dengan melihat daftar menu makanan yang disajikan oleh kader setiap hari dalam 1 sesi kegiatan Pos Gizi. Daftar menu makanan tersebut biasanya dicatat dan dipasang di dinding bersama dengan pesan kesehatan dan langkah-langkah kegiatan Pos Gizi. Selain itu, daftar menu tersebut juga dicatat di dokumen Pos Gizi. Dari daftar menu makanan tersebut dapat diketahui menu yang dibuat sudah baik atau belum, dan menu yang baik haruslah: a. Terdiri dari makanan kecil yang bergizi, tidak

mengenyangkan untuk anak-anak selama mereka menunggu para ibu dan pengasuhnya memasak. b. Ikut sertakan makanan-makanan PD (misalnya buah-buahan, sayuran, udang, minyak atau kacang-kacangan) c. d. Sediakan beragam cara menyiapkan makanan Gunakan bahan yang tersedia secara lokal, sesuai musim dan terjangkau. e. Gunakan makanan-makanan yang kaya Vitamin A, besi, dan mikronutrien lain, bila tersedia. f. Gunakan produk-produk hewani dan minyak atau lemak bila mungkin

59

g.

Pastikan bahwa semua kelompok makanan ada dalam tiap hidangan makan sehingga anak-anak mendapatkan makanan yang seimbang (CORE, 2004). Pada saat pengawasan, ternyata diketahui bahwa menu

makanan yang dibuat kader masih kurang beragam dan menarik. Oleh sebab itu, koordinator gizi Sudinkes dapat langsung memberi alternatif menu yang beragam pada kader. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan keterampilan ibu dalam memasak dan meningkatkan selera makan anak. 6. Kontribusi dari ibu balita Ibu/pengasuh dari balita yang hadir diharapkan turut membawa kontribusi. Kontribusi yang diberikan berupa bahan makanan, misalnya tempe 100 gr, telur 2 butir, dan lain-lain. Kontribusi ini dilakukan bergantian sehingga tidak memberatkan ibu/pengasuh balita. Diharapkan semua ibu/pengasuh balita yang bertugas membawa kontribusi dapat memberikannya sesuai dengan

kesepakatan bersama antara kader dengan ibu/pengasuh balita pada hari sebelumnya. 7. Status gizi peserta Setelah dilakukan penimbangan berat dan tinggi badan, dapat diketahui status gizi balita setelah mengikuti 1 sesi kegiatan Pos Gizi. Koordinator gizi melihat status gizi tersebut melalui data yang telah dicatat oleh kader. Dari data tersebut dapat diketahui kenaikan berat

60

badan yang terjadi. Kenaikkan berat badan yang diharapkan dalam 1 sesi kegiatan Pos Gizi adalah 400 gr (CORE, 2004). Pada saat pengawasan, masih ditemukan beberapa balita yang tidak mengalami kenaikan atau bahkan penurunan. Oleh sebab itu, koordinator gizi menanyakan pada kader seputar kondisi balita dan keluarga balita tersebut untuk mengetahui akar masalahnya. Selain itu juga menyarankan pada ibu balita agar mengikuti sesi Pos Gizi berikutnya.

4.5 Evaluasi Kegiatan Pos Gizi 4.5.1 Input Evaluasi terhadap input, yaitu menyangkut pemanfaatan sumber daya, baik dana, tenaga maupun sarana (Azwar, 1996). a. Sumber daya manusia Tenaga pelaksana gizi di Kota Administrasi Jakarta Selatan mulai dari tingkat Kodya sampai dengan Puskesmas Kelurahan pada tahun 2011 tercatat sebanyak 30 orang. Secara keseluruhan, masih terdapat kebutuhan tenaga pelaksana gizi sebanyak 61 orang, Kecamatan Pancoran membutuhkan 8 tenaga ahli madya gizi, Puskesmas Tebet dan Kebayoran Lama masing-masing

membutuhkan 7 tenaga ahli madya gizi. Puskesmas Cilandak membutuhkan 6 tenaga ahli madya gizi, Puskesmas Pesanggrahan membutuhkan 5 tenaga ahli madya gizi, Puskesmas Kebayoran Baru

61

membutuhkan 10 tenaga ahli madya gizi, Puskesmas Setiabudi membutuhkan 8 tenaga ahli madya gizi, Puskesmas Jagakarsa membutuhkan 6 tenaga ahli madya gizi, Puskesmas Mampang

Prapatan membutuhkan 4 tenaga ahli madya gizi dan Puskesmas Pasar Minggu membutuhkan 7 tenaga ahli madya gizi. Adapun jenis pendidikan yang dimiliki beragam, yaitu 6 orang (33,3 %) berpendidikan S-1, 18 orang (60 %) berpendidikan D3, dan 2 orang (6,6 %) berpendidikan D-1 Gizi/SPAG. Sedangkan untuk tenaga pelaksana gizi khususnya di Puskesmas Kelurahan, terbanyak adalah tenaga dengan latar belakang pendidikan Bidan. Hal ini disebabkan perekrutan tenaga gizi yang baru untuk petugas gizi Kelurahan tidak dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas tetapi melalui proses perekrutan pegawai negeri oleh pemerintah. Dengan tenaga gizi yang berlatar belakang Bidan, maka seringkali terdapat kendala dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Oleh sebab itu, melihat kondisi ketenagaan tersebut, sangat perlu dilaksanakan pelatihan-pelatihan gizi untuk meningkatkan kompetensinya di bidang gizi dan pemahamannya terhadap program gizi. b. Dana Dana yang digunakan untuk kegiatan Pos Gizi bersumber dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), dana dari masing-masing Puskesmas Kecamatan dan swadaya masyarakat setempat. Dana yang bersumber dari APBD, perencanaan dan

62

pengajuannya dilakukan oleh Koordinator Gizi Sudinkes Kota Jakarta Selatan. Dana tersebut digunakan untuk pembiayaan sarana dan pelatihan kader sebelum kegiatan Pos Gizi. Sedangkan dana dari Puskesmas Kecamatan dan swadaya masyarakat dipergunakan untuk operasional kegiatan Pos Gizi, seperti untuk membeli bahan makanan dan keperluan Pos Gizi lainnya. c. Sarana Untuk Kegiatan Pos Gizi, pada tahun 2011 lalu Sudinkes Kota Jakarta Selatan menyediakan 1 paket peralatan Pos Gizi. Satu paket peralatan Pos Gizi terdiri dari beberapa jenis peralatan untuk memasak dan makan yang tertera dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Daftar Peralatan Pos Gizi di Wilayah Kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan Tahun 2011 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jenis Barang Piring makan Gelas minum Sendok makan Mangkuk sayur Pemasak nasi Penggorengan Sodet Panci masak Kompor Jumlah 1 lusin 1 lusin 1 lusin 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

Sumber: Sudinkes Kota Jakarta Selatan Tahun 2011

63

Peralatan tersebut diberikan oleh Koordinator Gizi Sudinkes pada setiap Puskesmas Kecamatan yang menyelenggarakan Pos Gizi. Setelah itu Koordinator gizi Puskesmas Kecamatan yang

membagikan pada Pos Gizi di wilayahnya masing-masing. Namun, karena peralatan ini terbatas, maka tidak semua Pos Gizi berkesempatan memperoleh 1 set peralatan ini. Puskesmas

Kecamatan yang akan menentukan pembagian peralatan tersebut sesuai kondisi Pos Gizi di wilayah kerjanya. Pemberian 1 set peralatan Pos Gizi untuk satu kecamatan memang sangat kurang memenuhi kebutuhan, karena dalam 1 kecamatan tidak hanya terdapat 1 Pos Gizi. Oleh sebab itu, jika ada dana tambahan, terkadang Sudinkes memperoleh sarana Pos Gizi lebih banyak yang dapat dialokasikan untuk seluruh Pos Gizi. Pemanfaatan peralatan ini dapat diketahui saat koordinator gizi melakukan pengawasan ke Pos Gizi atau dengan menanyakan langsung pada tenaga gizi di Puskesmas Kecamatan. d. Metode Metode evaluasi yang digunakan oleh Koordinator Gizi Sudinkes Kota Jakarta Selatan ialah menganalisis data dari laporanlaporan gizi yang diterima dari setiap Puskesmas Kecamatan. Laporan-laporan tersebut adalah laporan LB3, Konfirmasi BGM, Kohort Gizi Buruk dan laporan tahunan gizi Puskesmas. Perangkat

64

yang digunakan untuk mengevaluasi setiap indikator program gizi ialah Microsoft excel dan Microsoft word. Selain itu, Koordinator Gizi Sudinkes Kota Jakarta Selatan juga menyelenggarakan pertemuan dengan para TPG Puskesmas Kecamatan untuk mengevaluasi program gizi. Pada rapat tersebut setiap perwakilan Puskesmas Kecamatan memaparkan hasil yang dicapai beserta permasalahan yang ditemui. Setelah itu, laporan tersebut didiskusikan dan dicari jalan keluar yang bijaksana demi keberlangsungan program gizi, khususnya kegiatan Pos Gizi. e. Waktu Koordinator Gizi Sudinkes Kota Jakarta Selatan melakukan evaluasi kegiatan Pos Gizi setiap setahun sekali. Hal ini dikarenakan setiap bulannya sudah dilakukan pemantauan terhadap program gizi yang sedang berjalan, yang salah satunya adalah Pos Gizi.

4.5.2

Proses Evaluasi proses yaitu mencakup evaluasi terhadap tahapan administrasi. Proses ini dititikberatkan pada pelaksanaan untuk

mengetahui apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak (Azwar, 1996). Pada saat evaluasi proses kegiatan Pos Gizi, dilakukan penilaian terhadap setiap langkah pelaksanaan kegiatan tersebut. Penilaian

65

dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan yang sudah direncanakan atau tidak. Selain langkah-langkah pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, hal yang juga dievaluasi dalam proses kegiatan Pos Gizi adalah sasaran atau peserta yang dapat mengikuti Pos Gizi. Peserta yang dapat mengikuti Pos Gizi dapat dilihat dari hasil penimbangan rutin di Posyandu. Balita yang menjadi sasaran adalah yang berada di bawah garis merah (BGM) dan garis kuning dalam KMS-nya. Terkadang ada beberapa ibu yang turut membawa kakak dari balita (peserta) dalam Pos Gizi. Hal ini tidak menjadi masalah karena semakin banyak anggota keluarga yang terpapar dengan pesan-pesan Pos Gizi, semakin tinggi dukungan yang didapat untuk mengadopsi perilaku-perilaku baru tersebut di rumah. Sebaiknya bila ada kakak yang ikut serta, cari cara untuk melibatkan ia dalam membantu praktek mencuci tangan dan kebersihan, makanan kecil, permainan dan diskusi. Bila ibu balita/pengasuh membawa beberapa anak yang terlalu tua untuk ikut Pos Gizi, tapi masih memerlukan perhatian, mungkin salah satu anak paling besar dari yang hadir dapat diberi tugas untuk membawa mereka keluar bermain sehingga para ibu tidak teralihkan perhatiannya dan tingkat kebisingan selama penyiapan makanan dan pemberian makan bisa dikurangi (CORE, 2004). Selain itu juga dilakukan identifikasi kendala-kendala yang terjadi saat pelaksanaan. Kendala-kendala tersebut dijadikan bahan pembelajaran dalam pelaksanaan program atau kegiatan pada periode berikutnya.

66

Dalam proses evaluasi, seringkali terjadi beberapa kendala, diantaranya adalah: 1. Keterlambatan penyerahan laporan gizi Sudinkes memberikan interval waktu penyerahan laporan pada Puskesmas Kecamatan selama 6 hari kerja, yaitu mulai tanggal 10 hingga 15. Akan tetapi, meskipun sudah diperingatkan berkali-kali, masih terdapat Puskesmas

Kecamatan yang menyerahkan laporan melebihi batas waktu yang ditetapkan. Sehingga membuat Koordinator gizi Sudinkes menelepon langsung ke Puskesmas Kecamatan mengenai hal tersebut. Keterlambatan ini disebabkan

kelalaian petugas di Kecamatan yang lambat dalam membuat laporan. Menurut Azwar (1996), agar seseorang mau dan bersedia melakukan seperti yang diharapkan kadangkala perlu

disediakan perangsang. Perangsang ini diberikan untuk memotivasi pakerja agar mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam motivasi perangsang ini dibedakan menjadi dua macam, yakni perangsang positif seperti hadiah (reward), dan perangsang negatif seperti hukuman (punishment).

67

Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah keterlambatan pelaporan ini sebaiknya diberlakukan pemberian reward atau hadiah, seperti piagam dan pengharagaan lainnya kepada Puskesmas Kecamatan yang paling tepat waktu dalam mengirimkan laporan. Hal ini diberlakukan guna

meningkatkan motivasi para TPG dalam menyerahkan laporan tepat waktu. 2. Ketidaksesuaian data yang dilaporkan

membuat dan

Dari beberapa laporan, terkadang masih ditemukan data yang tidak sesuai antara yang satu dengan yang lain. Misalnya terdapat perbedaan angka BGM di laporan LB3 dengan laporan Konfirmasi BGM. Hal ini disebabkan kekeliruan

petugas dalam memasukkan data. Kekeliruan tersebut disebabkan stres kerja petugas gizi di Puskesmas karena beban kerja ganda yang diembannya, yaitu selain menjadi petugas gizi, TPG juga merangkap menjadi bidan. Menurut Azwar (1996), jika pemenuhan kebutuhan organisasi tidak sesuai dengan pemenuhan kebutuhan karyawan, maka dapat menimbulkan ketegangan dalam diri karyawan. Salah satu keadaan yang tidak menguntungkan tersebut adalah frustasi yang pada gilirannya dapat

menghambat tercapainya tujuan.

68

Ketidaksesuaian data ini sering membuat Koordinator gizi Sudinkes menelepon langsung ke Puskesmas Kecamatan untuk menanyakan tentang ketidaksesuaian tersebut. Beliau juga meminta koordinator gizi Puskesmas Kecamatan untuk mengkroscek kembali data tersebut. Oleh sebab itu, untuk mengurangi kesalahan tersebut kembali, selain pemberian motivasi pada petugas gizi, sangat perlu dilakukan

pemeriksaan data kembali oleh petugas lain sebelum dilaporkan ke Sudinkes.

4.5.3

Output Evaluasi terhadap output, yaitu penilaian terhadap hasil yang dicapai dari dilaksanakannya suatu program untuk mengetahui apakah output program sudah sesuai dengan target yang ditetapkan sebelumnya atau tidak (Azwar, 1996). Saat ini Sudinkes Kota Jakarta Selatan belum mempunyai indikator keberhasilan dan target pencapaian yang absolut terkait kegiatan Pos Gizi. Beberapa indikator yang diperhatikan Koordinator gizi Sudinkes dalam mengevaluasi keberhasilan kegiatan pos Gizi antara lain: 1. Kehadiran peserta Pos Gizi. Kendati tidak ada target pencapaian khusus atau angka mutlak yang harus dipenuhi, diharapkan kehadiran semua peserta adalah sebesar 100 %.

69

2. Jumlah peserta yang lulus. Indikator ini dinyatakan dengan kenaikan berat badan yang terjadi. Diharapkan semua peserta mengalami kenaikan berat badan sebesar 400 gr setelah mengikuti 1 sesi Pos Gizi. Akan tetapi tidak ada target pencapaian yang spesifik mengenai jumlah peserta yang harus mengalami kenaikan. Tabel 4.3 Hasil Pencapaian Kegiatan Pos Gizi Sudinkes Jakarta Selatan Tahun 2011 No. Kecamatan Pos Gizi yang Aktif Jumlah Peserta Jumlah Peserta yang DO 1 Tebet Manggarai Menteng Dalam Kebun Baru 2 Pesanggrahan Petukangan Selatan Ulujami 3 Jagakarsa Jumlah Sumber: Sudinkes Kota Jakarta Selatan, 2011 Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa persentase peserta yang lulus dalam kegiatan Pos Gizi ialah sebesar 93,59 %. Dengan demikian, Sudinkes telah berhasil mengurangi angka gizi kurang di wilayahnya. Selain itu, jumlah peserta yang DO hanya 1 orang, sehingga dapat dikatakan bahwa antusias peserta Pos Gizi yang dilihat dari jumlah kehadiran peserta masih cukup baik. Penentuan berhasil tidaknya dalam Cipedak 10 10 78 0 1 1 10 7 73 100 70 93,59 26 12 10 10 0 0 0 0 Peserta yang Lulus Jumlah 26 10 10 10 % 100 83,33 100 100

70

mengevaluasi indikator output ini sebenarnya masih belum sepenuhnya dapat dilakukan sebab belum ada target pencapaian mutlak yang harus dicapai. Belum adanya indikator-indikator ini disebabkan oleh belum adanya pedoman pelaksanaan kegiatan Pos Gizi di Jakarta Selatan. Menurut Muninjaya (2004), Dinkes Kabupaten/Kota secara rutin men