laporan kunjungan perusahaan+keselamatan FIX

26
WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN PT. MARTINA BERTO TBK 22 JANUARI 2015 KESELAMATAN KERJA Kelomo! III Boy Sandy Sunardhi S. Ked Marelno Zakanito S. Ked Reinita Arlin Puspita S. Ked Savitri Sirait S. Ked Anna Kautsaria Putri S. Ked Gadista P. Annisa S. Ked Katherine Rinova S. Ked Indah Realita S. Ked Firisha Virgidei ! S. Ked Petrus Philipus Mekas S. Ked PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA PERIODE 1" JANUARI # 2$ JANUARI 2015 JAKARTA

description

tes

Transcript of laporan kunjungan perusahaan+keselamatan FIX

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. MARTINA BERTO TBK 22 JANUARI 2015

KESELAMATAN KERJA

Kelompok IIIBoy Sandy Sunardhi S. Ked

Marelno Zakanito S. Ked

Reinita Arlin Puspita S. Ked

Savitri Sirait S. Ked

Anna Kautsaria Putri S. Ked

Gadista P. Annisa S. Ked

Katherine Rinova S. Ked

Indah Realita S. Ked

Firisha Virgidewi W S. Ked

Petrus Philipus Mekas S. Ked

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN INDONESIAPERIODE 19 JANUARI 26 JANUARI 2015JAKARTA

BAB IPENDAHULUAN

I. Latar BelakangPerkembangan nasional disektor industri sekarang ini berkembang semakin pesat sejalan dengan kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi ini telah mendorong meningkatnya penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan teknologi ini telah mendorong meningkatnya penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan teknologi modren dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi. Di satu pihak perkembangan industri ini memberikan dampak yang positif dengan terciptanya lapangan pekerjaan yang lebih luas. Namun, akibat percepatan proses industrialisasi dengan sendirinya akan memperbesar resikonya bahaya yang terkandung dalam industri, timbulnya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan potensi kecelakaan kerja semakin besar.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar kerja yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan guna menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif dengan mengendalikan berbagai resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Ruang lingkup K3 terdiri dari aspek tenaga kerja, sistem kerja, sarana dan prasarana perusahaan. Sistem manajemen K3 (SMK3) wajib diterapkan oleh perusahaan di Indonesia dan memiliki landasan hukum yang diatur dalam UUD 45 pasal 27 ayat 2, Undang-undang No.1 tahun 1970, Undang-undang No.13 tahun 2003 dan Permenaker No. 05/Men/1996. Berbagai macam permasalahan di bidang K3 masih banyak ditemukan terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Masalah yang masih ditemukan antara lain kurangnya perhatian dari semua pihak akan pentingnya keselamatan kerja, masih tingginya angka kecelakaan kerja dan rendahnya komitmen dari pemilik dan pengelola usaha. Hal ini juga berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing secara global.Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh Pusat K3 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah melakukan kunjungan ke perusahaan PT. Martina Berto Tbk yang memiliki jenis usaha dalam bidang kosmetik. Melalui laporan ini kami menyampaikan hasil inspeksi secara obyektif dan subyektif pada PT. Martina Berto Tbk beserta hasil analisa data dan pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan SMK3 di perusahaan tersebut.

II.Dasar Hukum

1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

3. UU Uap tahun 1930.

4. Peraturan Uap tahun 1930.

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980 tentang keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada konstruksi bangunan.

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.

7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982 tentang bejana tekanan.

8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan produksi.

9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang pesawat angkat-angkut.

10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi penyalur petir.

11. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang penanggulangan kebakaran di tempat kerja.

12. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya.

13. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan SNI No SNI 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja.

14. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor 113 ahun 2006 tentang pedoman dna pembinaan teknis petugas K3 ruang terbatas

15. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor 45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja bekerja pada ketinggian dengan menggunakan akses tali (rope access).III. Profil Perusahaan

a. Sejarah perusahaan

PT. Martina Berto Tbk merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1977 oleh Dr HC. Martha Tilaar, (alm) Pranata Bernard, dan Theresa Bu Harsini Setiady. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Pulokambing II no.1, kawasan Industri Pulogadung. Perusahaan ini bergerak di bidang barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan pemasaran serta perdagangan kosmetik, perawatan kecantikan dan barang-barang obat tradisional. Selain itu, perusahaan memiliki dukungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan oleh anak perusahaannya, PT Cedefindo, yang merupakan kosmetik manufaktur kontrak atau makloon dengan kering, semi-padat, cairan, dan aerosol. Pada tahun 1981 perusahaan ini mendirikan pabrik di kawasan industri Pulogadung dengan partnership Grup Kalbe. Setelah dua tahun kemudian, mendirikan pabrik keduanya PT. Sari Ayu Indonesia untuk mendukung distribusin kosmetik. Dari tahun 1988 - 1995 mereka melakukan konsolidasi dari beberapa bisnis yang diperoleh oleh Martha Tilaar Group menjadi PT. Martina Berto. Pada tahun 1999 PT. Martino Berto resmi menjadi perusahaan keluarga Martha Tilaar.

Tahun 2006 - 2008 meluncurkan produk dalam keindahan dan segmen perawatan pribadi. Jaringan ekspornya semakin meluas ke pasar Eropa (Yunani dan Ukraina) dan Asia (Jepang, Hongkong, dan Taiwan).

Tahun 2010, meluncurkan toko ritel baru. Martha Tilaar Shop (MTS), di luar Indonesia untuk meraih pangsa pasar Internasional.b. Visi dan misi perusahaan

VisiUntuk menjadi salah satu perusahaan terkemuka dunia dalam perawatan kecantikan dan industri spa dengan nuansa alam dan nilai timur, melalui teknologi modern, penelitian dan pengembangan untuk mengoptimalkan nilai tambah kepada konsumen dan stakeholder lainnya. Misi Untuk mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan produk-produk perawatan kecantikan dan spa dengan nuansa alam & timur dan standar kualitas internasional untuk memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai segmen pasar dengan portofolio yang sehat mampu mencapai peringkat tiga besar di setiap segmen di Indonesia.

Untuk menyediakan layanan pelanggan yang sangat baik untuk semua pelanggan dalam proporsi seimbang, termasuk pelanggan konsumen dan perdagangan;

Untuk menjaga kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan yang berkelanjutan;

Untuk merekrut, melatih, dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan produktif sebagai bagian dari aktiva Perusahaan;

Untuk mempertahankan metode yang efisien dan efektif operasi, sistem, dan teknologi di seluruh organisasi dan unit bisnis;

Untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten untuk kepentingan semua stakeholder;

Untuk memberikan return atas investasi yang adil untuk dia pemegang saham;

Untuk memperluas pasar internasional pada kosmetik dan produk herbal dengan fokus jangka menengah pada kawasan Asia Pasifik dan fokus jangka panjang di pasar global dengan produk yang dipilih dan merek. c. Jumlah pegawai perusahaan

Jumlah pekerja sebanyak 1100 orang pekerja. Jam kerja pegawai dibagi menjadi 2 shift utama. d. Sektor usaha

Perusahaan ini bergerak di bidang barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan pemasaran serta perdagangan kosmetik, perawatan kecantikan dan barang-barang obat tradisional.1. Segment A Plus

Dewi Sri Spa Martha Tilaar, PAC Martha Tilaar, Martha Tilaar Solutions, Jamu Garden Martha Tilaar

2. Segment A

Biokos Martha Tilaar, Rudi Hadisuwarno Martha Tilaar

3. Segment B

Sariayu Tilaar Martha, Martha Tilaar Caring Colours, Belia Martha Tilaar

4. Segment C

Mirabella, Cempaka,Pesona, Martina. Currently, Pesona and Martina products have been sold in Malaysia through direct selling. e. Jam kerja

Factory : Jam Kerja: 07.30 14.30Shfit Idan Shift II 15.30 22.00Office: Jam Kerja : 08.00- 16.30f. Asuransi

Karyawan TetapProvider Asuransi AVIVA sesuai plafon KaryawanBPJS Kesehatan : Karyawan KontrakDalam menangani kasus emergensi perusahaan bekerjasama dengan RS Antam, RS Jayakarta dan RS Persahabatan. g. Sertifikasi perusahaan

Pada tahun 1996 menjadi pabrik kosmetik pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat ISO 9001. Tahun 2000 menjadi satusatunya pendiri UN Global Compact dari Asia, mendapatkan sertifikat ISO 14001 dan sertifikat GMP: CPKB (Cara Produksi Kosmetika yang Baik) dan CPOTB (Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik). h. Kelembagaan P2K3

Total P2k3: 56 Orang

Pertugas K3: 20 Orang

Pelatihan: Tanggap Darurat untuk DAMKAR

Emergency Respond Kecelakaan Kerja

Sertifikasi P3k : PMI dan Disnakertrans

Prose Kerjanya :Standby di masing masing Bagian

Bekerja sesuai kejadian darurat

PJK3: Sesuai kualifikasinya masing :

AK3 Umum

AK 3 Kimia, DAMKAR

IV.Alur Produksi

Rencana produksi bulanan dihitung oleh bagian PPIC. Dari rencana produksi ini bagian produksi akan menghitung jumlah jam orang yang diperlukan berdasarkan standar jam orang yang telah ditetapkan oleh bagian IE (Industrial Engineering). Jam orang adalah jumlah jam produksi dikali dengan jumlah orang yang diperlukan melaksanakan produksi tersebut. Hal ini berkaitan dengan efisiensi dan produktifitas perusahaan.

Dalam pelaksanaanya, produksi akan meminta bahan baku ke gudang bahan baku menggunakan dokumen PWO (Proccess Work Order). Gudang akan menyiapkan kebutuhan sesuai dengan PWO dan hasil penimbangan akan diperiksa ulang oleh produksi. Jika semua bahan telah siap, produksi akan mengolah bahan tersebut sesuai dengan LPP (Lembar Petunjuk Proses). Tiap langkah LPP yang telah dilaksanakan kemudian diparaf oleh operator dan pengawas yang bersangkutan dan setiap penyimpangan, adjusting, atau segala perbaikan yang tidak tertera di LPP akan dicatat sebagai pedoman pemeriksaan dan penelusuran jika terjadi kesalahan. Proses pencucian dan sanitasi mesin produksi dilakukan setiap pergantian batch ataupun pergantian produk dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Selama proses hingga dihasilkan produk ruahan, dibagian produksi terdapat tim dari QC untuk melakukan pengawasan mutu pada tiap akhir proses sebelum pengemasan. QC akan memeriksa kesesuain spesifikasi produk tersebut dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika telah memenuhi spesifikasi tersebut dapat diteruskan untuk pengemasan dan jika kurang memenuhi, bagian produksi akan melakukan adjusting. Segala perbaikan yang dilakukan terhadap produk harus dicatat LPP dan didokumentasikan. Produk ruahan yang telah dinyatakan lulus oleh QC kemudian akan dikemas. Permintaan bahan kemas ke gudang menggunakan dokumen PCO (Packing Order) dan pengemasan dilakukan berdasarkan prosedur pengemasan dari R&D yang disebut LPK (Lembar Petunjuk Kemas).

Secara umum produksi kosmetik yang dilakukan di PT Martina Berto Tbk. ada 4 macam yaitu produksi liquid, lipstik, make-up base, dan dekoratif. Masing- masing produksi tersebut memiliki supervisor yang bertanggung jawab secara langsung pada manager produksi.

Gambar. Alur produksi PT Martina Berto Tbk

V.Landasan Teori

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata safety dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya. Sedangkan pendapat Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara (2000:161) bahwa istilah keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko keseamatan dan resiko kesehatan. Dalam kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan.Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian terutama untuk para pekerja konstruksi. Agar kondisi ini tercapai di tempat kerja maka diperlukan adanya keselamatan kerja. Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Purnama, 2010).Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat berjalan dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerja secara maksimal dan semangat.Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja (Simanjuntak, 1994). Menurut Sumamur pada tahun 1993 keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Kemudian pada tahun 2001 Sumamur memperbaharui pengertian dari keselamatan kerja yaitu rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.Pengertian di atas hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh Mangkunegara (2002), bahwa secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi. Slamet (2012) juga mendefinisikan tentang keselamatan kerja. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja, karena tidak yang menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia ini. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut: a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja. c) Teliti dalam bekerjad)Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti pernyataan Jackson (1999) bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.Dalam melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:1. Identifikasi potensi bahayaMerupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh dan mendetail mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan konsekuensi dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat. Pada tahap ini harus dapat mengidentifikasi hazard yang dapat diramalkan (foreseeable) yang timbul dari semua kegiatan yang berpotensi membahayakan kesehatan dan keselamatan terhadap:

1. Karyawan

2. Orang lain yg berada ditempat kerja

3. Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya

Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :

1. Kerugian harta benda (Property Loss)

2. Kerugian masyarakat

3. Kerugian lingkungan

Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Apa Yang Terjadi Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang komprehensif tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap elemen. 2. Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi Setelah mengidentifikasi daftar kejadian sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-penyebab yang mungkin ada/terjadi. 3. Alat dan Tehnik Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko antara lain adalah: a. Inspeksi b. Check list c. Hazops (Hazard and Operability Studies) d. What if e. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) f. Audits g. Critical Incident Analysis h. Fault Tree Analysis i. Event Tree Analysis j. Dll Dalam memilih metode yang digunakan tergantung pada type dan ukuran risiko.

2. Penilaian Risiko Terdapat 3 ( tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko di tempat kerja yaitu untuk : a. mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja; b. menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja; c. melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada. d. mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan penanggulangan yang telah diambil;

3. Pengendalian Risiko

Pengendalian dapat dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko sebagai berikut: 1. Eliminasi Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya 2. Substitusi a. Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta b. Proses menyapu diganti dengan vakum c. Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen d. Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan 3. Rekayasa Teknik a. Pemasangan alat pelindung mesin (mechin guarding) b. Pemasangan general dan local ventilation c. Pemasangan alat sensor otomatis 4. Pengendalian Administratif a. Pemisahan lokasi b. Pergantian shift kerja c. Pembentukan sistem kerja d. Pelatihan karyawan 5. Alat Pelindung Diri

BAB II

PELAKSANAAN

II. ITanggal dan waktu

Kunjungan perusahaan ke PT Martina Berto Tbk ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 22 Januari 2014 pukul 14.00-17.00.II.IILokasi pengamatanPT Martina Berto Plant I, Jalan Pulokambing II no.1, kawasan Industri Pulogadung.

BAB III

HASIL PENGAMATAN

A. Mesin, pesawat, dan alat kerja yang digunakanMesin mesin: Conveyor, videojet, Driling,

Kontruksi: Bangunan sesuai kontruksi Factory

Perseonnel: K 3 Kontruksi

Maintenance: Sesuai prosedur pemeliharaan dan Perwatan

DataPesawat Angkat / Lift Barang dan Alat yang digunakanLift Barang / Chain Hoist

Data umum

Nama dan alamat PerusahaanPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta TimurPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur

Jenis pesawat Angkat dan Transport Lift barang / traksiChain Hoist

Daerah pemasangan/penggunaanPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta TimurPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur

Ijin/pengesahan pemakaianSI.362/W.26-06/II/K/M/1995SI.418/W.26-06/VIII/K/M/1994

Jenis pemeriksaan Berkala / UlangBerkala / Ulang

Pelaksaan pemeriksaan dan pengujian 23 Agustus 201323 Agustus 2013

Data teknis

Merk/buatan Bonfiglioli / Elektris ItalyPT.Karya Meta Taruna

No.SerirASP.8003962233673007 2 FH

Kapasitas angkut2.000 kg1.000 kg

Tahun pembuatan19931993

Kecepatan angkat11m/dtk4m/dtk

Tiggi angkat-6m

Tanggal Pemeriksaan 10 November 201410 November 2014

DataPesawat Angkat Jenis Traksi / Lift BarangPesawat Angkut / Lift Barang

Data umum

Nama dan alamat PerusahaanPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta TimurPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur

Jenis pesawat Angkat dan Transport Lift barang / traksiLift barang / traksi

Daerah pemasangan/penggunaanPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta TimurPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur

Ijin/pengesahan pemakaianSI.361/W.26-06/VIII/K/M/1996SI.421/W.26-06/VIII/K/M/1994

Jenis pemeriksaan Berkala / UlangBerkala / Ulang

Pelaksaan pemeriksaan dan pengujian 23 Agustus 201323 Agustus 2013

Data teknis

Merk/buatan Bonfiglioli / Elektris ItalyPT.Karya Meta Taruna

No.SerirASP.8003961C.123 No.512374

Kapasitas angkut2.000 kg1.000 kg

Tahun pembuatan19931999

Kecepatan angkat11m/dtk12m/dtk

Tiggi angkat--

Tanggal Pemeriksaan 10 November 201410 November 2014

DataPesawat Angkat Jenis Chain HoistPesawat Angkut Jenis Forklift

Data umum

Nama dan alamat PerusahaanPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta TimurPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur

Jenis pesawat Angkat dan Transport Chain HoistForklift

Daerah pemasangan/penggunaanPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta TimurPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur

Ijin/pengesahan pemakaianSI.260/W.26-06/VIII/K/M/1994SI.03/DTKT/II/K/PL/2002

Jenis pemeriksaan Berkala / UlangBerkala / Ulang

Pelaksaan pemeriksaan dan pengujian 23 Agustus 201323 Agustus 2013

Data teknis

Merk/buatan Hitachi, JepangTCM Jepang

No.SerirA.233673007N-27 F6 2986

Kapasitas angkut2.000 kg2.500 kg

Tahun pembuatan19991996

Kecepatan angkat4m/dtk-

Tiggi angkat6m-

Tanggal Pemeriksaan 11 November 201410 November 2014

DataPesawat Angkat Jenis ForkliftKetel UAP

Data umum

Nama dan alamat PerusahaanPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta TimurPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur

Jenis pesawat Angkat dan Transport ForkliftKetel Uap

Daerah pemasangan/penggunaanPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta TimurPT Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/I KIP Jakarta Timur

Ijin/pengesahan pemakaianSI.417/W.26-06/VIII/K/M/19944598/2012

Jenis pemeriksaan Berkala / UlangBerkala / Ulang

Pelaksaan pemeriksaan dan pengujian 23 Agustus 201317 Desember 2014

Data teknis

Merk/buatan TCM JepangMiura Co, Ltd Jepang

No.SerirN-24L.47558IDK 6000-4403

Kapasitas angkut2.500 kg2.500 kg

Tahun pembuatan19852011

Kecepatan angkat--

Tiggi angkat6m-

Luas pemanasan-7,6 m2

Tekanan kerja-10kg/cm2

Tanggal Pemeriksaan 10 November 201410 November 2014

Pengadaan mesin telah sesuai dengan standar perusahaan.B. Bahan dan proses kerja terkait K3

Bahan baku terkait K3 terdapat terdapat 1000 jenis bahan baku yg telah tersertifikasi oleh dinas kesehatan. Namun rincian bahan baku tersebut tidak dapat diuraikan oleh pihak perusahaan dikarenakan membutuhkan waktu satu minggu untuk mendapatkan data-data tersebut.

Proses kerja

Dari hasil pengamatan sudah sesuai dengan yang dijelaskan dari system kerja perusahaan tersebut.

C. Landasan kerja, SOP kerja

Perusahaan dalam mencapai komitment dan tekat dimaksud, Manajemen terus menerus meningkatkan kinerja Perusahaan dengan menerapkan sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berbasis SMK3 sesuai dengan Kepmenaker 05 tahun 1996 dan Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 serta OHSAS 18001 secara konsisten dan berkesinambungan, oleh karena itu Perusahaan berkomitment untuk :

1. Menjamin keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seluruh karyawan termasuk orang lain (Kontraktor, Supplier, Pengunjung dan Tamu) di tempat kerja.

2. Menjamin pengendalian dampak lingkungan operasional.

3. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan K3.

4. Melakukan perbaikan berkelanjutan guna meningkatkan K3 Perusahaan.

Dalam mencapai komitment tersebut kami akan :

1. Menyusun dan memelihara Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berkelanjutan.

2. Membentuk Organisasi / Unit K3 dalam lingkungan Manajemen Perusahaan.

3. Mengidentifikasi dan mengendalikan semua sumber bahaya dan aspek lingkungan operasi Perusahaan.

4. Memberikan pelathan pelatihan K3 bagi karyawan untuk meningkatkan Budaya K3 Perusahaan.

5. Mengajak seluruh Karyawan untuk berperan serta meningkatkan K3 Perusahaan.

Kebijakan K3 ini akan ditinjai ulang minimal 1 tahun sekali mengikuti tinjauan SMK3.

D. Instalasi listrik, prasarana kerja lainnya seperti lift, penangkal petir VITRISaranaTangga: untuk orangGenset: 1 Buah berkapasitas5000 kvaLift: Barang ada 7 LiftMaintenance: Reguler setiap mingguIntstalasi listrik1. Jenis instalasi listrik : 3 phase ; 50 Hz ; 220/380 volt

2. Sumber tenaga listrik :

- PLN dengan daya : 1200 KVA

- Untuk 2 motor Diesel : 1200 KVA

Motor DieselData Umum :

1. Nama dan alamat perusahaan/ Gedung : PT.Martina Berto

Jl. Pulo kambing II/1 KIP Jakarta Timur

2. Jenis pesawat tenaga dan produksi : Motor Diesel Pembangkit Tenaga Listrik

3. Ijin/pengesahan pemakaian

: SI.767/W.26-06/XII/K/M/93

4. Jenis pemeriksaan

: Berkala/Ulang

5. Pelaksaan pemeriksaan dan pengujian : 23 Agustus 2013

Data Teknis :1. Jenis pesawat tenaga dan produksi : Motor Diesel Pembangkit Tenaga Listrik

2. Nama pabrik pembuat/tahun

: Cummins, USA Tahun 1992

3. Nomor seri/type

: D 920463122

4. Kapasitas / daya

: 750 HP

5. Penggunaan

: Back up/Spare power PLN

Tanggal pemeriksaan

: 10 November 2014Lift

Terdapat pesawat angkat (lift barang), pesawat angkut barang, lift barang, pesawat angkat jenis chain hoist, pesawat angkat jenis traksi yang masih dalam keadaan baik, spesifikasi alat terdapat dalam pembahasan di bagian mesin.Instalasi Penyalur PetirData Teknis :

1. Jenis/Type

: Electrostatic

2. Luas bangunan

: -M2

3. Tinggi bangunan

: 16 m

4. Luas Penampang Hantaran : Coaxcial Cable 50 mm2

5. Tinggi Penerima

: kurang lebih 7 m

6. Jumlah penerima

: 1 buah

7. Jumlah Hantaran Penyalur : 1 buah

8. Sambungan Ukur/Joint Test : 1 buah

9. Jumlah Elektroda Tanah : 1 buah

10. Tahanan sebaran tanah : < 5 ohm

11. Pelaksana pemasang : -

12. Pelaksaan Pemeriksaan dan Pengujian : Desember2014Pada saat kunjungan terlihat semua mesin dapat menyala dan mempunyai penerangan yang baik. Tidak terdapat permasalahan dalam hal listrik. Walaupun begitu, PT. Martina Berto tetap menyediakan Generator Set (Genset)/motor diesel yang berjumlah satu buah berkapasitas 5000 kva. Sehingga dalam segi listrik, PT. Martina Berto tidak ada permasalahan.

Selain itu, PT. Martina Berto mempunyai prasarana lift pengangkut barang berjumlah 7 buah yang mampu mengangkut lebih dari 8000 kg barang. Data tersebut diambil dari sumber informasi terpercaya disana, karena kami tidak sempat untuk melihat lift tersebut. Selama ini, lift tersebut tidak ada masalah dan dirawat secara berkala.

Cuaca yang tidak diprediksi seperti akhir-akhir ini mempunyai resiko untuk terkena sambaran petir. Tetapi PT. Martina Berto sudah memikirkan ini sebelumnya dan sudah membuat instalasi penyalur petir, sehingga tidak ada kejadian tersambar petir di PT tersebut. Kami tidak sempat melihat instalasi penyalur petir tersebut, tetapi kami mendapatkan informasi terpercaya dari perwakilan PT. Martina Berto tersebut.Dari peninjauan kami ke PT. Martina Berto, kami dapat menyimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan mengenai Instalasi listrik, instalasi penyalur petir dan lift barang pada perusahaan tersebut.E. Konstruksi tempat kerja

Akses keluar-masuk ruangan terdiri dari 1 (satu) lobi utama dan 2 (satu) pintu. Pada lobi utama terdapat akses pintu manual. Penerangan pada tempat kerja dan lingkungan kerja telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tempat-tempat kerja ini terdiri dari tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-gang tempat orang bekerja atau yang sering dilalui, telah dilengkapi dengan penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tempat kerja pada bagian produksi tidak memiliki akses ventilasi ke ruang terbuka, tetapi tempat kerja telah dilengkapi dengan exhaust internal yang dianggap cukup sehingga dapat mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya lainnya. Filter yang berfungsi menyaring debu yang mengganggu. Filter ini kemudian di ganti setiap 2 jam sekali yaitu setiap perputaran shift pekerja. Gedung memiliki tata ruang yang tidak berantakan dan rapi tidak ada barang barang yang berantakan menghalangi akses jalan. Tidak didapatkan informasi akan adanya jaminan keselamatan peralatan, bahan, dan benda-benda dalama ruangan. Tampak tanda-tanda peringatan pada tempat-tempat tertentu yang merupakan tempat dengan resiko tinggi. Tanda peringatan juga terdapat pada alat-alat yang dapat memberi resiko bahaya tertentu. Tidak dapat dilakukan penilaian mengenai perancah karena sedang tidak dibuat.F. Sarana penanggulangan kebakaranPada PT. Martina Berto tbk. terdapat beberapa alat pemadan api ringan (APAR) yaitu alat pemadam api berbentuk tabung (berat maksimal 16kg) yang mudah dilayani atau dioperasikan oleh satu orang untuk pemadam api pada awal terjadi kebakaran dan juga terdapat beberapa Hydrant yaitu suatu system pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan, yang dialirkan melaui pipa-pipa dan slang kebakaran, inti dari keduanya berfungsi sebagai upaya pencegahan dan penangulangan kebakaran di area PT. Martina Berto tbk. Alat pemadam api ringan (APAR) pada PT. Martino Berto tbk ini adalah tipe Tabung Gas yaitu pemadam yang bahan pemadamnya didorong keluar oleh gas bertekanan yang dilepas dari tabung gas dan termasuk jenis Busa (foam). Seperti yang telah diketahui pemasangan dan pemeliharaan dari alat pemadam api ringan (APAR) telah ditentukan oleh peraturan mentri tenaga kerja dan transmigrasi, pemasangan dari alat pemadam api ringan (APAR) pada PT. Martino Berto tbk. telah sesuai dengan peraturan tersebut misalnya, pemadam api ringan telah ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dijangkau menggantung pada tembok, tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut tidak melebihi 125cm dari dasar lantai, jarak antara pemasangan satu dan lainnya sekitar kurang lebih 15m, semua tabung alat berwarna merah, bentuk dari tabung tersebut tidak berlubang ataupun cacat. Namun adapun yang belum sesuai dengan peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi tersebut, salah satunya adalah tidak terdapat adanya lemari atau peti untuk penyimpan tabung tersebut. Seperti peraturan mentri tenaga kerja dan transmigrasi tentang pemeliharaan dari pemadam api ringan dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan dalam jangka waktu 6 bulan dan 12 bulan. Pada PT. Martina Berto tbk. ini telah sesuai dengan peraturan tersebut yaitu dilakukan pemeriksaan setiap 12 bulan diperiksa isi, pipa, tabung, dll. Namun berdasarkan pengamatan pada kunjungan kami, masih kami temukan adanya tabung yang telah kadarluarsa yaitu pada bulan desember 2014 sebanyak 2 buah.Berdasarkan jenis dan lokasi penempatan, Hydrant pada PT. Martino Berto tbk ini termasuk Hydrant Gedung dan berdasarkan ukuran pipa termasuk Hydrant kelas II dengan diameter selang 1,5inch. Hydrant itu sendiri diletakkan pada setiap 1000m2 berjumlah 1 buah, sumber persediaan air berasal dari PDAM, sumber tenaga listrik untuk pompa berasal dari PLN. Selain dari alat pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant, PT. Martina Berto tbk. ini juga memiliki alat detektor asap pada setiap bagian ruangannya. Alat detektor asap tersebut berfungsi untuk memberikan peringatan dini dan pelindungi para pekerja dari bahaya kebakaran sebab sebagian besar bahaya kebakaran berasal dari asap.Pekerja dari PT. Martina Berto tbk. hampir seluruhnya telah mengetahui letak dari alat pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant oleh karena telah diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dan dicapai juga berwarna merah. G. Alat pelindung diri

Pada saat masuk ke bagian produksi perusahaan dapat dilihat bahwa alat pelindung diri yang dipakai tenaga kerja berupa:

1. Penutup kepala

Penutup kepala yang digunakan terbuat dari kain, dan tidak semua tenaga kerja menggunakan penutup kepala tersebut.

2. Jas laboratorium (seragam perbagian)

Penggunaan jas laboratorium ataupun seragam berkancing ini memang digunakan oleh semua tenaga kerja, tapi kebanyak dari mereka tidak dikancing. Hal ini bisa saja menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan akrena baju mereka terkait ataupun mengenai mesin dan bahan produksi yang digunakan.

3. Masker

Masker yang digunakan tenaga kerja terbuat dari kain, tidak semua tenaga kerja mennggunakan masker tersebut, cara pemakaiannyapun masih belum sesuai standar.

4. Sarung tangan

Tenaga kerja menggunakan sarung tangan sebatas pergelangan tangan ,apdahal tenaga kerja tersebut ada beberapa yang memasukan bahan produksi dengna menggunakan sarung tangan dan tangan tersebut masuk kea lat pencampur bahan produksi.

5. Sepatu

Sepatu yang digunakan tenaga kerja sepertinya terbuat dari kain dengan sedikit bagian karet dibawahnya.

H. Tanggap darurat dan jalur evakuasiSistemdi semua ruangan: Fire Alarm, Emergency Lamp

Jalur evakuasi: Disetiap ruanngan sdh dibuat routemap evakuasi

: Petujuk Evakuasi

: Tempat berkumpul Titik Point 3 tempat

: Petugasnya: 20 Orang dan 31 Petugas Security

Kejadian Darurat; Sesuai prosedur tanggap darurat

Di setiap ruangan yang kami kunjungi di PT. Martina Berto terdapat jalur jalur evakuasi yang terdiri dari tangga darurat dan tangga umum. Untuk tangga darurat, terdapat pintu pintu jalur evakuasi yang yang dilengkapi dengan rambu rambu yang cukup jelas. Pintu pintu jalur evakuasi terdapat ditempat tempat yang mudah terlihat dan semuanya tidak ada yang ditemui dalam keadaan terkunci. Rambu rambu yang menunjukan lokasi jalur evakuasi cukup jelas, berwarna hijau dengan kondisi yang cukup baik. Hanya saja rambu rambu ini kurang besar, letaknya terlalu tinggi sehingga dapat tertutup asap saat terjadi kebakaran. Selain itu, tulisan yang terdapat pada rambu rambu ditulis dalam 2 bahasa yaitu bahasa inggris dengan ukuran tulisan yang besar dan bahasa Indonesia dengan ukuran tulisan yang kecil. Jalur evakuasinya sendiri terawat dengan baik, terbuka, tidak terdapat benda yang membahayakan disekitar area evakuasi, cukup lebar, dan untuk menuju titik area evakuasi dapat menggunakan jalur yang sudah ditandai dengan garis- garis kuning.

Gambar. Peta jalur evakuasi

Setiap bagian / divisi di PT. Martina Berto memiliki tim yang bertanggung jawab dalam keadaan darurat. Tim ini dilengkapi dengan HT, peralatan P3K, absensi pekerja, dan bertugas untuk menyisir bagian / divisi masing masing untuk keluar dari gedung serta mengevakuasi dokumen dokumen penting saat terjadi keadaan darurat dan memastikan tidak adanya pekerja yang tertinggal. Tim ini juga yang bertugas untuk segera melakukan absen di titik area evakuasi yang terdapat di luar gedung. Seluruh Tim tanggap darurat rutin diberi pelatihan K3 dan pelatihan keadaan darurat sekali dalam setahun, sedangkan pekerja lainnya, dilakukan pelatihan keadaan darurat secara bergiliran setiap tahunnya. Selain itu Tanggap darurat juga dilengkapi dengan telepon internal.I. Kejadian kecelakaan keerja

PT. Martina Berto Tbk mengaku bahwa angka kejadian kecelakaan kerja sangan sedikit. Hal ini dapat terjadi dikarenakan para pegawai perusahaan yang taat terhadap peraturan yang berkaitan dengan keselamatan kerja sebagai salah satu contohnya yaitu penggunaan alat pelindung diri. Sehingga tidak didapatkan data yang menggambarkan tingkat angka kejadian kecelakaan di perusahaan tersebut.setelah dilakukan kunjungan perusahaan, kami menilai dan melihat bahwa memang sudah dipasang spanduk-spanduk tentang keselamatan kerja dan juga peraturan tentang penggunaan alat pelindung diri di setiap bidang perusahaan. Namun, dilihat dari tata cara penggunaan alat pelindung diri, masih banyak pegawai yang belum tepat menggunakannya sehingga memungkinan resiko terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan tersebut. Sehingga menurut kami, perlu dilakukan penyuluhan atau tata cara penggunaan alat pelindung diri yang baik dan benar sehingga tidak terjadi kecelakaan kerja baik yang ringan maupun yang beratJ. Personil keselamatan kerja

Pada perusahaan ini personil keselamatan kerja dibuat dalam bentuk panitia yang di sebut dengan P2K3 yaitu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Panitia ini memiliki spesifisikasi seperti berikut ini: Total P2k3

: 56 Orang

Petugas P3K

: 20 Orang

Pelatihan

: Tanggap Darurat untuk DAMKAR (Pemadam Kebakaran) Emergency Respond Kecelakaan Kerja Sertifikasi P3K: PMI dan Disnakertrans Prose Kerjanya : Standby di masing masing Bagian Bekerja sesuai kejadaian darurat PJK3

: Sesuai kualifikasinya masing : AK3 Umum AK 3 Kimia, DAMKARBAB IV

PEMECAHAN MASALAH

NoUnit KerjaPermasalahanDasar hukumSaran

1Konstruksi tempat kerja

Dari segi keselamatan konstruksi semuanya sudah baik, namun masih belum terdapat adanya informasi mengenai keselamatan peralatan, bahan, dan benda-benda dalama ruangan.

Undang-undang dasar no 1 tahun 1970, undang-undang no 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksiDitambahkan adanya informasi keselamatan peralatan, bahan, dan benda-benda dalama ruangan.

2Sarana penanggulangan kebakaran

Tidak semua pekerja dari PT. Martina Berto tbk. tersebut mengetahui cara penggunaan alat-alat penanggualangan kebakaran, dan masih terdapat APAR yang kadaluarsa.Permenakertrans No 4/MEN/tahun 1980Dilakukannya sosialisasi dari perusahaan terhadap para perkerja tentang penaggulangan kebakaran dan cara penggunaan alat pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant.

Selain itu alangkah lebih baik lagi apabila APAR yang telah kadaluarsa diganti dengan yang baru.

3Alat pelindung diri

Dari perusahaan tersebut belum ditemukan dokumen tertulis (tertulis dalam SOP) standar APD yang digunakan untuk masing-masing pekerjaan., belum ada penjelasan (briefing) mengenai APDPeraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri

Perusahaan bersedia menyediakan APD yang sesuai dengan standard an hazard yang ada di lingkungan tempat kerja. Selain itu lebih baik lagi apabila sebelum memulai pekerjaan diberikan suatu briefing singkat mengenai pentingnya APD dan cara penggunaan APD yang baik dan benar.

4Tanggap darurat dan jalur evakuasi

Secara umum untuk jalur dan rambu evakuasi di PT. Martina berto sudah cukup baik. Hanya saja, akan lebih baik jika rambu yang tersedia tidak hanya diletakkan diatas pintu atau tempat yang tinggi karena kemungkinan akan tertutup asap jika terjadi kebakaran. Undang-undang no 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi

Undang-undang dasar no 1 tahun 1970

Undang-undang No 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung.Posisi rambu-rambu diletakan secara teratur agar tetap terlihat pada saat terjadi kebakaran.

Selain itu lebih baik menggunakan kata kata KELUAR daripada EXIT .

5Personil keselamatan kerja Personil Keselamatan kerja pada persuhaan ini sudah tergolong baik, namun belum ada data mengenai latihan yang diadakan oleh personil keselamatan kerja. peraturan perundangan UU No. 1 tahun 1970 (Pasal 10 ayat 1, 2) yang mewajibkan perusahaan untuk membentuk P2Kmasukan untuk perusahaan yang terkait dengan masalah personil keselamatan kerja ini yaitu diharapkan bagian personil ini lebih sering mengadakan evaluasi (siding-sidang) yang terkait dengan masalah keselamatan kerja atau program keselamatan kerja dan juga lebih meningkatkan upaya-upaya promosi tentang keselamatan kerja pada tenaga-tenaga kerja di perusahaan tersebut.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Secara umum penatalaksanaan sistem K3 di PT.Martina Berto Tbk dari penilaian keselamatan kerja sudah berjalan cukup baik, namun masih ada beberapa hal yang masih harus diperbaiki lagi. Antara lain:1. Belum tersedia SOP yang memadai untuk mencegah kecelakaan kerja dari masing-masing kegiatan kerja

2. Tidak dilakukan briefing rutin sebelum melakukan kerja yang mengingatkan tentang pentingnya perhatian dan kehati-hatian setiap pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja (safety induction)

3. Dari segi keselamatan konstruksi semuanya sudah baik, namun alangkah lebih baiknya apabila ditambahkan adanya informasi keselamatan peralatan, bahan, dan benda-benda dalama ruangan.4. Tidak semua pekerja dari PT. Martina Berto tbk. tersebut mengetahui cara penggunaan alat-alat penanggualangan kebakaran. B. SARAN 5. Menyediakan SOP yang memadai untuk mencegah kecelakaan kerja dari masing-masing kegiatan kerja

6. Melakukan briefing rutin sebelum melakukan kerja yang mengingatkan tentang pentingnya perhatian dan kehati-hatian setiap pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja (safety induction)7. Ditambahkan adanya informasi keselamatan peralatan, bahan, dan benda-benda dalama ruangan.8. Jadwal rutin pelatihan penggunaan APAR dan evakuasi

BAB VI

PENUTUP

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.PAGE 27