Kunjungan Biogas
-
Upload
sabar-supendi -
Category
Documents
-
view
293 -
download
40
description
Transcript of Kunjungan Biogas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia.
Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan
menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil
memberikan tekanan kepada setiap Negara untuk segera memproduksi dan menggunakan
energi terbaharukan. Selain itu, peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 100 U$
per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara didunia terutama
Indonesia.
Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang dengan produksinya
yang nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui
impor.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah
menerbitkan Peraturan presiden RI No. 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk
mengembangkan sumber energi alternatif sebagai bahan bakar minyak. kebijakan tersebut
menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai alternatif pengganti bahan
bakar minyak.
Salah satu sumber energi altrnatif adalah Biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam
limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfatkan
menjadi energi. Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi alternatif
sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi nilai mata kuliah
Produksi Bersih sedangkan manfaat kunjungan ini adalah untuk menambah pengetahuan
tentang Biogas.
1.3 Lokasi Kunjungan
Kunjungan dilakukan pada hari Kamis, tanggal 24 Oktober 2013 yaitu di Dusun
Simpang, Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jabar.
BAB II
PEMBAHASAN
Awal Mula Biogas di Desa Haurngombong
Pemanfaatan kotoran sapi menjadi pupuk organik, memang belum dilakukan secara
meluas di Sumedang. Namun, mengolah kotoran ternak menjadi sumber energi gas sudah
dilakukan penduduk di Haurngombong. Desa ini bahkan mempunyai julukan desa mandiri
energi karena sudah mampu menghasilkan energi alam atau biogas yang terbuat dari kotoran
sapi.
Berdasarkan narasumber yaitu Pak Komar, bahwa biogas telah ditekuninya dari tahun
2003. Awalnya Pak Komar berprofesi sebagai peternak sapi tetapi dikarenakan
penghasilannya yang tak seberapa hingga Pak Komar bekerja serabutan dan juga melihat
bahwa kotoran sapi sangat mengganggu, sehingga sering kali mendapat protes dari tetangga
dikarenakan bau kotoran sapinya.
Pada tahun 2003 Pak Komar melihat di tv bahwa kotoran sapi dapat diubah menjadi
biogas. Dari sana Pak Komar belajar mengenai biogas dan membuat instalasi yang sederhana,
reaktor awal dibuat dari bahan plastik dengan bermodalkan 2 ekor sapi. Reaktor awal baru
jalan setelah 2 bulan.
Pada tahun 2003 – 2006 biogas hanya di satu desa saja, tahun 2007 dikarenakan
sedang terjadi krisis minyak tanah baru warga melirik biogas milik Pak Komar. Hingga kini
reaktor Pak Komar tetap jalan, sekarang reaktor Pak Komar terbuat dari bahan beton
dikarenakan mendapatkan bantuan.
Biogas milik Pak Komar dipergunakannya bukan hanya untuk memasak tetapi juga
untuk penerangan. Dengan menggunakan biogas Pak Komar dapat menghemat listrik sampai
50 % dan juga tidak pernah membeli gas.
Proses Pembuatan Biogas
Bahan utama yang digunakan untuk biogas relatif sederhana yaitu:
1. Kotoran Sapi
2. Air
Kotoran sapi ini dicampur dengan air dengan perbandingan 1:1 kemudian disalurkan
ke pipa penyaluran reaktor. Tidak ada ketentuan dalam pemilihan pipanya asalkan pipa inlet
lebih besar dari pipa outlet, misalkan pipa inlet berukuran 3 inchi maka pipa outlet harus
lebih besar dibandingkan pipa inlet yaitu sebesar 4 inchi.
Gambar 1. Saluran yang menuju ke Reaktor
Dari saluran langsung menuju ke pipa inlet kemudian langsung disalurkan ke reaktor.
Gambar 2. Pipa Inlet
Saluran yang menuju ke reaktor
Pipa Inlet
Di dalam reaktor terjadi proses fermentasi sehingga menghasilkan gas methane.
Reaktor akan akan berjalan dengan baik bila reaktornya tidak bocor, reaktor berjalan secara
kontinyu. Lahan yang digunakan untuk reaktor yaitu 3 meter yang berukuran 6 kubik.
Reaktor terdapat dua macam yaitu reaktor yang tanpa penampung dengan reaktor yang
terdapat penampung. Perbedaannya yaitu bila tanpa penampung berarti gas dan kotoran
disatukan tetapi tekanan tinggi dan juga cadangan gas terbatas, sedangkan reaktor yang
terdapat penampung tekanan yang dihasilkannya rendah tetapi dapat menampung banyak gas.
Gas yang dihasilkan dari fermentasi itu disebut gas methane, gas ini akan disalurkan
melalui pipa ke penampungan gas.
Gambar 3. Reaktor
Gambar 4. Pipa Gas
Pipa Gas
Gas tersebut kemudian dialirkan pada penampungan gas.
Gambar 5. Penampungan Gas
Untuk melihat kadar gas methane yang dihasilkan harus di uji lab. Biasanya bila sapi
yang diberi pakan rumput kadar methanenya rendah, sedangkan bila sapi diberi pakan ampas
tahu maka kadar methanenya tinggi.
Penampungan Gas
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil kunjungan dapat menyimpulkan bahwa biogas yang dihasilkan dari kotoran
sapi kira – kira 3 kubik, bila mempunyai 4 sapi perah dapat menghasilkan 50 kubik. Dua ekor
sapi cukup untuk 1 KK, tetapi biasanya satu instalasi dapat memuat 4 KK. Maksimal 20 kilo
kotoran sapi dapat menghasilkan 1 kubik yaitu dapat menyalakan kompor selama 1 jam.
Sedangkan untuk penggunaan genset yang 500 watt dapat bertahan sampai 1,5 jam.
Reaktor dapat berbahan fiber, beton, ataupun plastik. Cara kerja reaktor dari bahan
apapun sama hanya saja bila ingin reaktor berjalan dengan biak maka harus sering rajin
mengisi reaktor dan usahakan agar tidak bocor.
Sedangkan kelebihan biogas yang disampaikan oleh Pak Komar yaitu kandang selalu
bersih, mempunyai gas, dan punya pupuk. Pupuk yang dihasilkan lebih bagus dari pada
pupuk fermentasi, untuk gas methane bila digunakan untuk memasak lebih aman
dibandingkan menggunakan gas elpiji.