laporan kkn

35
LAPORAN AKHIR GELOMBANG (XXIII) PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PPTSP) SULAWESI SELATAN PADA KANTOR BPPMD NANANG SYAFRUDDIN A 111 03 047 ILMU EKONOMI KKN PROFESI FAKULTAS EKONOMI UNHAS SEMESTER AWAL 2009-2010 TAHUN 2009

description

ekonomi publik sektor..

Transcript of laporan kkn

Page 1: laporan kkn

LAPORAN AKHIR

GELOMBANG (XXIII)

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PPTSP) SULAWESI SELATAN PADA

KANTOR BPPMD

NANANG SYAFRUDDIN

A 111 03 047

ILMU EKONOMI

KKN PROFESI

FAKULTAS EKONOMI UNHAS

SEMESTER AWAL 2009-2010

TAHUN 2009

Page 2: laporan kkn

LAPORAN AKHIR

GELOMBANG (XXIII)

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PPTSP) SULAWESI SELATAN PADA KANTOR BPPMD

NANANG SYAFRUDDIN

A 111 03 047

ILMU EKONOMI

Makassar,16 Desember 2009

Menyetujui

Koordinator KKN-Profesi Pembimbing KKN-Profesi

Asri Usman, SE,M.Si,Ak Prof. DR. Hj. Rahmatiah , MA.

Nip. 19651018 199412 2 001 Nip. 132 205 413

Mengetahui,

Pgs, Pembantu Dekan I

Drs . A. Baso Siswadarma, M. Si.

NIP. 19611018 1987021 001

Page 3: laporan kkn

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan

inayah-Nya yang memberikan kesehatan, kekuatan dan ketabahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Akhir KKN-Profesi ini. Salam dan salawat penulis haturkan atas Rasulullah

Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat yang senantiasa istiqamah di jalan-Nya.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka tidaklah mungkin

terwujud semua usaha dalam rangka menyelesaikan Laporan Akhir KKN-Profesi ini. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua, saudaraku dan seluruh keluarga, thanks all,..

2. Bapak Prof. DR. Muh. Ali selaku Dekan Fakultas Ekonomi.

3. Bapak Drs. A Baso Siswadarma, Msi selaku Pelaksana harian Pembantu Dekan I Fakultas

Ekonomi

4. Ibu DR. H .Rahmatiah, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi sekaligus

selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan arahan dan

bimbingan juga motivasi untuk penulis.

5. Segenap staf akademik Fakultas Ekonomi atas kebijakan, kesabaran, dan bantuannya.

6. Kepala BPPMD Propinsi Sul-Sel beserta stafnya atas bantuannya selama penulis melakukan

penelitian.

7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak

mungkin penulis cantumkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dan keterbatasan dalam Laporan Akhir KKN-

Profesi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat

diharapkan demi penyempurnaannya. Akhir kata, semoga Laporan Akhir KKN-Profesi bermanfaat bagi

para pembaca pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.

Makassar, September 2009

Penulis

Page 4: laporan kkn

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1

1.2 Gambaran Umum BPPMD................................................................................ 4

BAB II PROGRAM KERJA......................................................................... 17

2.1 Landasan Teori............................................................................................. 17

2.1.1 Defenisi Kelembagaan........................................................................ 17

2.1.2 Biaya Transaksi .................................................................................. 18

2.1.3 Menkonseptualisasikan Pengaruh Reformasi Kelembagaan dalam menarik

investasi .......................................................................................................... 20

BAB III PELAKSANAAN PROGRAM KERJA.......................................... 24

3.1 Pelayanan Satu Pintu dalam Teori dan Praktis.................................................. 24

3.2 Tinjauan Kelembagaan Sistem Pelayanan investasi terpadu yang diterapkan di

Indonesia ..........................................................................................................27

Page 5: laporan kkn

BAB IV PENUTUP........................................................................................ 31

4.1 Kesimpulan Hasil Penelitian................................................................... 31

4.2 Saran/ Rekomendasi............................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 6: laporan kkn

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam bidang akademik sekarang ini, khususnya di bangku perkuliahan, persentase antara

teori dan praktek sangat jauh . Hal ini akan berdampak langsung terhadap para mahasiswa sebagai

calon sarjana dalam mengaplikasikan ilmunya dalam dunia kerja, karena selama ini persentase

pemberian teori di bangku perkuliahan lebih besar dibandingkan dengan praktek langsung di lapangan.

Oleh karena itu dengan adanya pelaksanaan KKN Profesi ini mampu memberi bekal

pengetahuan dan pengalaman kepada mahasiswa akan dunia kerja yang sesungguhnya untuk

selanjutnya dibandingkan dengan teori-teori yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan atau

dengan kata lain dapat diaplikasikan di dunia kerja.

Dalam bidang investasi, pelaksanaan otonomi daerah mengakibatkan terjadinya birokrasi yang

berbelit-belit. Pelaksanaan otonomi yang terksesan “setengah matang” menciptakan ketidakpastian

biaya dan lamanya waktu berurusan dengan perizinan dan birokrasi. Beberapa studi menunjukkan

bahwa kebijakan otonomi daerah sejak tahun 2001 secara tidak langsung telah memperburuk iklim

investasi di Indonesia ( Hofman, et al.2003; SMERU 2001; Ray, 2003, 2002).

Masalah birokrasi yang pelik ini semakin mengecutkan nyali investor asing maupun dalam

negeri untuk membenamkan modalnya. Bagaimana tidak, jika dirunut maka peringkat Indonesia dalam

hal kemudahan berinvestasi hanya berada pada urutan 135 dari 175 negara, yang menempatkan kita

pada kuartal terakhir. Bahkan jika dibandingkan dengan negara tetangga, untuk kategori Asia Timur

dan Pasifik Indonesia berada pada urutan 20 dari 23, dalam kelompok yang sama dengan Kamboja,

Laos, dan Timor Leste sebagai tempat terburuk melakukan bisnis.

Page 7: laporan kkn

Sebenarnya pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatasi masalah

panjangnya jalur birokrasi investasi ini. Pada tanggal 12 April tahun 2004, Presiden Megawati

Soekarno Putri mengeluarkan Keppres No. 29 tahun 2004 mengenai penyelenggaraan penanaman

modal (PMDN/PMA) melalui sistem pelayanan satu atap (one roof service ). Konsekuensinya dari

keppres ini, penyelenggaraan penanaman modal khususnya yang berkaitan dengan pelayanan

persetujuan, perizinan dan fasilitas penanaman modal dalam rangka PMA dan PMDN dilakukan oleh

BKPM ( Badan Koordinasi Penanaman Modal ). Hal ini berarti Gubernur/Bupati/Walikota sesuai

dengan kewenangannya dapat melimpahkan kewenangan pelayanan persetujuan, perizinan dan fasilitas

penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam kepada BKPM melalui sistem pelayanan satu atap.

Belum tiga tahun peraturan ini berjalan, pemerintah kembali mengeluarkan keputusan baru.

Pada tanggal 6 Juli 2006, Menteri Dalam Negeri, H.Moh Ma’ruf, S.E. mengeluarkan Permendagri

No.24 tahun 2006 mengenai Pedoman Penyelenggaran Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dalam peraturan

ini, pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan oleh Perangkat Daerah

Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yaitu perangkat pemerintah daerah yang

memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola sernua bentuk pelayanan perizinan dan non perizinan di

daerah dengan sistem satu pintu. Pembinaan sistem ini dilakukan secara berjenjang dan

berkesinambungan oleh Menteri Dalam Negeri dan Kepala Daerah sesuai dan kewenangan masing-

masing.

Berangkat dari hal diatas, maka penulis memiliki keinginan untuk mengangkat laporan dengan

tema : ” Perencanaan Program Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) pada Badan Promosi

dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Sulawesi Selatan

Tujuan dan Kegunaan Penulisan Laporan

Page 8: laporan kkn

1. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari laporan ini adalah :

1. untuk mengidentifikasi kinerja kebijakan model pelayanan

investasi, yaitu Model Pelayanan Satu Pintu (one-stop

services).

2. Sebagai bahan kajian dalam meningkatkan pemahaman

terhadap penerapan teori maupun sistem ekonomi pada dunia

kerja.

3. Sebagai syarat kelulusan bagi mahasiswa yang

memprogramkan kuliah Kerja Nyata (KKN) Profesi.

2. Kegunaan

Dengan adanya laporan ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, antara

lain :

1. Bagi pemerintah daerah, laporan ini berguna untuk memberikan gambaran tentang model

pelayanan investasi yang tepat diterapkan di daerah di era otonomi daerah. Hal ini dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam perumusan dan pengimplementasian kebijakan publik

daerah yang tepat dalam bidang investasi

2. Bagi pihak akademisi, dengan adanya laporan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak

akademisi dalam menambah referensi yang solid dan relevan ataupun tambahan dalam ilmu

pengetahuan yang berkaitan, khususnya untuk Ekonomi Kelembagaan

1.2. Gambaran Umum BPPMD

1.2.1 Sejarah BPPMD

Page 9: laporan kkn

Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Propinsi Sulawesi Selatan dibentuk dengan

Surat Keputusan Presiden RI Nomor 26 Tahun 1980 Tentang pembentukan Badan Promosi dan

Penanaman Modal Daerah dan Surat Keputusan DEPDAGRI Nomor 30 Tahun 1980 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Propinsi Sulawesi

Selatan dan kemudian disingkat BPPMD.

1.2.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi BPPMD

Kedudukan BPPMD

Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Sulawesi Selatan adalah

unsur penunjang Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

Tugas Pokok BPPMD

Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Sulawesi Selatan

mempunyai tugas membantu Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintah Provinsi dalam lingkup

Promosi dan Penanaman Modal Daerah.

Fungsi BPPMD

a. Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang penanaman modal ;

b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum Lintas Kabupaten/Kota

c. Pembinaan teknis di bidang penanaman modal Lintas Kabupaten/ Kota

d. Pelaksanaan kerjasama dalam bidang penanaman modal dengan Kabupaten/Kota

e. Penyusunan rencana penanaman modal Provinsi

f. Pengidentifikasian sumber-sumber potensi daerah secara menyeluruh untuk kepentingan

perencanaan dan pengendalian pembangunan penanaman modal Provinsi secara makro

Page 10: laporan kkn

g. Pengkoordinasian pelaksanaan kegatan promosi penanaman modal

h. Pengawasan atas pelaksanaan penanaman modal di daerah

i. Penyediaaan dukungan penyelenggaraan bimbingan teknis di bidang penanaman modal

j. Penyelenggaraan sistem informasi di bidang penanaman modal

k. Penyusunan perencanaan tata ruang di bidang penanaman modal Provinsi

l. Promosi dan informasi penaman modal

m. Pelaksanaan kerjasama Regional Sulawesi di bidang penanaman modal

n. Promosi bersama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal di Pusat dan Instansi

penanaman modal Provinsi lain

o. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan lain yang ditugaskan oleh Gubernur dalam bidang

penanaman modal

1.2.3 Visi dan Misi BPPMD Provinsi Sulawesi Selatan

a. Visi

Adapun Visi BPPMD yang akan dicapai adalah Provinsi Sulawesi Selatan sepuluh terbaik

pelayanan dan realisasi investasi di Indonesia.

b. Misi

Untuk mewujudkan Visi tersebut, maka disusun Misi BPPMD sebagai berikut :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal.

b. Meningkatkan daya tarik dan minat investasi.

c. Mengoptimalkan dukungan inovasi dan infrastruktur investasi.

d. Membangun jaringan investasi yang luas.

Page 11: laporan kkn

1.2.4 Susunan Organisasi

Susunan organisasi Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah terdiri dari :

a. Kepala Badan

b. Sekretariat, terdiri dari :

1) Sub Bagian Keuangan

2) Sub Bagian Kepegawaian

3) Sub Bagian Umum

4) Sub Bagian Program

c. Bidang Promosi Investasi, terdiri dari:

1) Sub Bidang Sarana dan Prasarana

2) Sub Bidang Kerjasama

3) Sub Bidang Pelayanan Informasi

d. Bidang Perizinan, terdiri dari:

1) Sub Bidang Aplikasi Bidang Usaha Industri

2) Sub Bidang Aplikasi Bidang Usaha Non-Industri

3) Sub Bidang Aplikasi Bidang Usaha Jasa dan Tenaga Kerja Asing

e. Bidang Pengembangan Sumber Daya, terdiri dari:

1) Sub Bidang Sumber Daya

Page 12: laporan kkn

2) Sub Bidang Tenaga dan Sarana

3) Sub Bidang Bimbingan dan Penyuluhan

f. Bidang Pengawasan dan Pengendalian, terdiri dari:

1) Sub Bidang Pengkajian

2) Sub Bidang Pengawasan

3) Sub Bidang Pelaporan

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Gambar Struktur Organisasi Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD)

Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada halaman berikutnya.

1.2.5 Deskripsi jabatan

Untuk mengetahui dengan jelas mengenai tugas dan fungsi Kepala, Sekretariat, Bidang

Promosi Investasi, Bidang Perizinan, Bidang Pengembangan Sumber Daya, Bidang

Pengawasan dan Pengendalian, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kepala Badan

Kepala Badan mempunyai tugas membantu Gubernur dalam menentukan kebijaksanaan

penyelenggaraan Pemerintah Daerah di bidang promosi penanaman modal Daerah.

Kepala Badan mempunyai fungsi:

a. Pelaksanaan promosi potensi dan peluang penanaman modal di Daerah.

b. Pengkoordinasian kegiatan Badan.

c. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan promosi hasil pengolahan sumber daya alam

Page 13: laporan kkn

Daerah.

d. Pelaksanaan huungan dan kerjasama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) propinsi lain serta

Kabupaten/Kota untuk promosi bersama.

e. Pelaksanaan kerjasama dengan Assosiasi Dunia Usaha.

f. Pemberian bimbingan dan pembinaan kemitraan usaha bagi penanaman modal.

g. Pemberian pelayanan perizinan dan fasilitas penanaman modal dalam rangka tugas

Desentralisasi dan Dekonsentrasi.

h. Penyelenggaraan bimbingan teknis penanaman modal.

i. Penyampaian laporan secara berkala tentang pelaksanaan penanaman modal kepada

Gubernur dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang mempunyai tugas memberikan pelayanan

teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkup Badan, yang dalam

pelaksanaan tugasnya berada di bawah dan bertnaggung jawab kepada Kepala Badan.

Sekretariat mempunyai tugas:

a. Penyelenggaraan administrasi surat menyurat, perlengkapan, urusan rumah tangga,

kehumasan, protocol, perpustakaan dan perjalanan dinas.

b. Pengurusan, pemeliharaan barang inventaris kantor, kendaraan dinas.

c. Penyelenggaran administrasi kepegawaian badan meliputi kenaikan gaji berkala, usul

promosi kenaikan pangkat, cuti pensiun dan kesejahteraan pegawai dan keluarganya.

Page 14: laporan kkn

d. Penyusunan anggaran, perubahan anggaran, pembukuan pembuatan daftar gaji

tunjangan dan laporan pertanggungjawaban.

e. Penyelenggaraan penyusunan RTBU, DKB, pengadaan dan inventarisasi.

f. Pengkoordinasian penyusunan rencana program masing-masing bidang dalam lingkup

Badan.

3. Bidang Promosi Investasi

Bidang Promosi Investasi dipimpin oleh seorang kepala bidang yang mempunyai tugas

melakukan koordinasi dengan Kabupaten/Kota dan Lembaga lainnya secara terpadu untuk

kegiatan promosi dan komunikasi yang transparan bagi dunia usaha serta

mentransformasikan Sumber Daya Alam Daerah menjadi kekuatan ekonomi dengan

melakukan promosi potensi dan peluang penanaman modal.

Fungsi Bidang Promosi Investasi

a. Penyiapan usul rencana pembangunan sarana dan prasarana pendukung penanaman

modal

b. Pengkoordinasian Perencanaan Penanaman Modal Kabupaten/Kota yang diprioritaskan

untuk dikembangkan dan prosfektif untuk dipromosikan.

c. Penyusunan profil penanaman modal, peta penanaman modal, profil proyek investasi

dan bahan promosi lainnya.

d. Pelaksanaan koordinasi lintas Instansi dan Dunia Usaha untuk penyelenggaraan promosi

secara bersamaan dan terpadu.

e. Penyelenggaraan kerjasama Sub Regional ASEAN, BIMP-EAGA, AIDA, dan Badan-

badan Internasional lainnya.

Page 15: laporan kkn

f. Pengkoordinasian pengusaha, usaha kecil dan menengah dan koperasi dalam rangka

kemitraan usaha dengan pengusaha penanaman modal.

g. Pemilihan Negara sasaran promosi penanaman modal yang tepat dan prospekif

meningkatkan ekspor dan alih teknologi.

h. Pemberian pelayanan informasi tata cara penanaman modal kepada calon-calon investor.

i. Pemberian pelayanan informasi kebijaksanaan penanaman modal

j. Pelaksanaan temu usaha dan seminar penanaman modal.

4. Bidang Perizinan

Bidang Perizinan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas melakukan

penelitian dan penilaian terhadap aplikasi penanaman modal dalam rangka penyelesaian

penerbitan Surat Persetujuan Penanaman Modal, melakukan koordinasi penilaian

permohonan fasilitas penanaman modal, memberikan pelayanan kepada Dunia Usaha

mengenai Fasilitas yang diperlukan bagi kelancaran kegiatan penanaman modal dan

melakukan penelitian/penilaian terhadap permohonan Izin Kerja Tenaga Asing.

Fungsi Bidang Perizinan adalah sebagai berikut:

a. Penerbitan Surat Persetujuan Penanaman Modal Baru PMDN/PMA lintas

Kabupaten/Kota.

b. Penerbitan Surat Persetujuan Izin Usaha Tetap (UIT) PMDN/PMA yang surat

persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau

Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.

c. Penerbitan Surat Perpanjangan Waktu Penyelesaian Proyek PMDN/PMA yang Surat

Persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau

Page 16: laporan kkn

Badan Koordinasi Penanaman Daerah (BKPMD) Propinsi.

d. Penerbitan Surat Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT).

e. Penerbitan Surat Persetujuan Pengimporan Barang Modal PMDN/PMA.

f. Penerbitan Surat Persetujuan Pengimporan Bahan Baku/Penolong.

g. Penerbitan Surat Keputusan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) dan

perpanjangannya bagi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Badan

Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.

h. Pemberian Rekomendasi untuk memperoleh Visa Tinggal untuk maksud kerja (TA.01)

bagi PMDN/PMA.

i. Penerbitan Izin Kerja Tenaga Asing (IKTA) bagi PMDN/PMA.

j. Pemberian Rekomendasi Perpanjangan Izin Tinggal untuk maksud kerja (TA.02),

Persetujuan Pindah Jabatan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP)

dan Izin Kerja Tenaga Asing Sementara (TA.04) bagi PMDN/PMA.

k. Pemberian Surat Penagihan/Perintah Membayar Dana Pengembangan Keahlian dan

Keterampilan bagi PMDN/PMA.

5. Bidang Pengembangan Sumber Daya

Bidang Pengembangan Sumber Daya dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang

mempunyai tugas melakukan pengembangan sumber daya perusahaan untuk

mengoptimalkan pengolahan potensi penanaman modal Daerah.

Fungsi Bidang Pengembangan Sumber Daya adalah:

Page 17: laporan kkn

a. Penyusunan rencana peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam menunjang

pelaksanaan penanaman modal.

b. Pelaksanaan sosialisasi kebijaksanaan yang berkaitan dengan penanaman modal.

c. Penginventarisasian potensi sumber daya perusahaan untuk meningkatkan pelaksanaan

penanaman modal.

d. Pelaksanaan kebijaksanaan pengembangan sumber daya perusahaan untuk mencapai

hasil yang maksimal.

e. Pelaksanaan penilaian terhadap recana penggunaan tenaga kerja perusahaan

PMDN/PMA.

f. Pemberian pembinaan pemberdayaan Assosiasi tenaga kerja.

g. Pemantauan jaminan dan keselamatan kerja.

h. Pengevaluasian kebutuhan peningkatan sarana dalam pelaksanaan penanaman modal.

i. Penyusunan rencana bimbingan teknis penanaman modal terhadap para pengusaha.

j. Pelaksanaan penyuluhan tentang kebijaksanaan penanaman modal dan penyuluhan tata

cara bagi pelaksanaan penanaman modal.

6. Bidang Pengawasan dan Pengendalian

Bidang Pengawasan dan Pengendalian dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang

mempunyai tugas melakukan Pengendalian, Pengawasan dan Pengkajian tehadap

pelaksanaan penanaman modal, serta penggunaan fasilitas dan penilaian atas laporan

kegiatan penanaman Daerah.

Fungsi Bidang Pengawasan dan Pengendalian adalah:

Page 18: laporan kkn

a. Pengidentifikasian pendataan tentang perusahaan PMDN/PMA yang Surat

Persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau

Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.

b. Pengkajian dan penelitian tentang PMDN/PMA yang mengalami masalah (macet) yang

Surat Pertsetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

atau Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.

c. Pelaksanaan koordinasi dengan Instansi teknis terkait dalam hal pengkajian

kebijaksanaan penanaman modal.

d. Pelaksanaan pengkajian dampak sosial PMDN/PMA terhadap masyarakat.

e. Pengawasan terhadap pelaksanaan PMDN/PMA yang Surat Persetujuannya diterbitkan

oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Badan Koordinasi Penanaman

Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.

f. Pengawasan tentang penggunaan fasilitas (mesin dan peralatan) yang digunakan bagi

penananaman modal yang Surat Persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM) atau Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah

(BKPMD) Propinsi.

g. Pengendalian terhadap terjadinya pencemaran/limbah industry PMDN/PMA yang Surat

Persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau

Badan Kordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.

h. Pengendalian/Pengawasan tentang pelaksanaan usaha patungan dan perubahan

pemilikan saham bagi PMDN/PMA yang Surat Persetujuannnya diterbitkan oleh Badan

Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Badan Koordinasi Penanaman Modal

Page 19: laporan kkn

Daerah (BKPMD) Propinsi.

i. Pengawasan/Pengendalian terhadap penggunaan Tenaga Kerja Asing/Tenaga Kerja

Indonesia bagi PMDN/PMA yang Surat Persetujuannya diterbitkan oleh Badan

Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Badan Koordinasi Penanaman Modal

Daerah (BKPMD) Propinsi.

j. Penyusunan laporan perkembangan kegiatan penanaman modal PMDN/PMA yang Surat

Persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau

Badan Kordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.

k. Pelaksanaan evaluasi dan penilaian laporan kegiatan penanaman modal bagi

PMDN/PMA yang Surat Persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM) atau Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.

l. Penyusunan/merkapitulasi laporan pelaksanaan penanaman modal setiap periode

laporan PMDN/PMA.

7. Kelompok Jabatan Fungsional.

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis sesuai

bidang keahlian masing-masing. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga

dalam jenjang Jabatan Fungsional yang dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior

selaku Ketua Kelompok yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Badan.

Page 20: laporan kkn

BAB II

PROGRAM KERJA

2.1 Landasan teori

” ….Bagaimanapun, tingkat biaya transaksi akan tergantung pada institusi-institusi dalam suatu

negara, baik sistem hukum, sistem politik, budaya dan sebagainya. Hal ini menjadi alasan pentingnya

memasukkan pengaruh institusi-institusi tersebut dalam studi mengenai sistem perekonomian”

– Ronald Coase (1998)-

2.1.1 Defenisi kelembagaan

Menurut Douglas North, Shaffer (1995) and Coase, Institusi adalah peraturan formal dan

informal yang mengatur atau mempengaruhi perilaku masyarakat seiring interaksi mereka dalam

aktivitas politik dan ekonomi.

Institusi adalah produk dari aksi kolektif. Keduanya membatasi dan membebaskan perilaku dan

dapat menyebabkan kerjasama maupun konflik. Suatu bentuk kelas dari institusi-institusi menghasilkan

keteraturan ( order ) dalam setiap kepentingan setiap orang dengan sedikit maupun tanpa pengaruh dari

distribusi keuntungan dan biaya-biaya. Salah satu dari fungsi umum yang penting dalam institusi

adalah membuat perilaku lebih terprediksi dan mengurangi kesalahan dan konflik yang muncul dari

perilaku tersebut. Banyak dari aturan tentang pasar, misalnya, mengatur perdagangan yang saling

menguntungkan kedua pihak. Pada saat yang sama, hal-hal yang mendefinisikan aturan pasar- aturan

yang mendefenisikan apa yang harus diperhitungkan dalam aktivitas ekonomi- bukan saja

mempengaruhi organisasi ekonomi secara luas, namun juga distribusi keuntungan dan biaya dari

ekonomi tersebut.

Analisis institusional berhubungan dengan efek dari perilaku insitusi yang ada maupun yang

belum ada. Analisis ini semakin rumit disebabkan karena pengaruh matriks institusi, sebagian formal

Page 21: laporan kkn

maupun non-formal. Perubahan peraturan formal yang diharapkan dapat mengubah perilaku tertentu

dapat gagal untuk menghasilkan hasil yang diharapkan karena adanya institusi informal dalam matriks

tersebut. Hal yang umum tejadi adalah proses politik lebih mamu mengubah hukum dan regulasi

daripada memaksa atau menciptakan kebiasaan-kebiasan dan perilaku-perilaku yang baru.

Paradigma dasar dari analisis institusi adalah insitusi-institusi tersebut harus memiliki pengaruh

yang kuat pada perilaku seseorang dan perilaku yang terbentuk memiliki pengaruh yang kuat terhadap

kondisi perekonomian. Lebih khusus lagi, seseorang harus menghadapi dan merespons terhadap suatu

set perubahan kesempatan , bersamaan dengan institusi yang penting dalam menyusun kesempatan

tersebut. Performa sangat dipengaruhi oleh jumlah dari interaksi dan respons tiap pelaku. Paradigma ini

menjadi dinamis apabila perubhan dalam kesempatan dan pembelajaran diperhitungkan sebagai

konsekuensi dari pola perilaku sebelumnya.

2.1.2 Biaya Transaksi

Menurut Pass et al (2000: 523), biaya transaksi merupakan biaya yang terjadi karena pertukaran

input, barang, jasa maupun asset antara dua individu atau lebih maupun perusahaan. Transaksi dapat

terjadi melalui pasar, yang mana meliputi, pembelian dan penjualan menggunakan sistem harga.

Transaksi dapat diinternalisasi melalui berbagai departemen, sering kali menggunakan transfer pricing

yang sifatnya internal.

Coase (1998), mengutip Adam Smith, menyatakan bahwa semakin rendah biaya transaksi akan

berakibat semakin tinggi spesialisasi, semakin besar produktivitas ekonomi dan semakin tinggi

standard hidup orang dalam perekonomian tersebut. Tingkat biaya transaksi sangat tergantung pada

institusi dalam suatu negara, sistem hokum dan politik, budaya dan sebagainya.

Hambatan-hambatan yang menghalangi pembentukan pasar yang efisien berarti menyiakan

kesempatan orang untuk meningkatkan standard hidupnya. Hambatan-hambatan ini meliputi upaya

Page 22: laporan kkn

penegakan ikatan kontrak dan hukum yang lemah, hak kepimilikan yang tidak sepenuhnya aman ,

birokrasi yang korup dan tidak efisien, norma-norma social yang menghambat kerjasama. Semua ini

berakibat pada biaya transaksi yang tinggi, yang mengurangi frekuensi pertukaran ekonomi,

pertumbuhan lapangan kerja dan sector real.

- Semakin banyak prosedur perizinan semakin besar penundaan dan korupsi-

Sources : World Bank (2004b) and Kaufmann, Kraay, and Mastruzzi (2003)

Biaya transaksi yang tinggi sulit untuk diatasi. Peraturan dan norma yang berlaku sering

membiarkan mereka yang berkepentingan buruk untuk mempertahankan biaya tinggi ini menggagalkan

reformasi. Bahkan tanpa perlawanan yang aktif terhadap perubahan, kebiasaan-kebiasaan dan pola

kerjasama yang berlaku menghambat usaha-usaha untuk mengurangi biaya-biaya transaksi.

Menurut Ronald Coase Institute, bentuk kelembagaan seperti undang-undang, kebiasaan dan norma

social memiliki pengaruh besar terhadap tingkat biaya transaksi. Institusi-institusi ini bervariasi dari

satu negara dengan negara lainnya.

2.1.3 Menkonseptualisasikan Pengaruh Reformasi Kelembagaan dalam menarik investasi

Kelembagaan dalam bentuk aturan formal, ikatan informal dan tata hukum memiliki pengaruh

yang positif dan negative terhadap perilaku. Kelembagaan mengatur dan mempengaruhi perilaku dalam

aktivitas ekonomi. Mereka akan menyatakan hal apa yang adil, benar, layak, benar maupun salah dalam

masyarakat. Kelembagaan memberi kebebasan bagi perilaku dan menyediakan tata laku dalam

perekonomian. Mereka membuat perilaku antar pihak dalam transaksi dapat diperkirakan sehingga

mengurangi kesalahan, konflik dan biaya transaksi. Lembaga yang ada maupun belum ada dapat

menyebabkan efek yang hebat dalam performa perekonomian. Perubahan dalam peraturan, undang-

undang dan regulasi (perubahan institusi) diharapkan untuk mempengaruhi tata laku. Perubahan

Page 23: laporan kkn

kelembagaan diharapkan untuk menghasilkan kesempatan dan agen-agen dalam perekonomian

diharapkan untuk merespons secara positif terhadap refromasi ini sehingga memaksimalkan

kesempatan yang terbuka.

Reformasi kelembagaan mengakibatkan perubahan hukum, peraturan dan regulasi yang

mengatur dan mempengaruhi. Peraturan baru, hukum maupun regulasi diharapkan dapat menciptakan

iklim investasi yang lebih baik dalam perekonomian dengan mengurangi biaya-biaya transaksi. Mereka

menciptakan kesempatan baru yang belum dapat disediakan oleh lembaga yang lama. Kebanyakan

reformasi kelembagaan yang bertujuan untuk menarik lebih banyak investasi dilakukan dengan

mengurangi biaya transaksi yang dihadapi investor, baik dalam negeri maupun asing. Investor yang

rasional tentu sangat sadar dengan biaya-biaya yang dihadapinya. Hal ini terjadi kerena mereka

merupakan agen perekonomian yang bertujuan memaksimalkan keuntungan. Oleh karena itu,

kelembagaan merupakan faktor penentu investasi yang penting dalam perekonomian. Untuk menarik

lebih banyak investasi, diperlukan perubahan kelembagaan sehingga mereka dapat merefleksikan

kebutuhan investor, keadaan sosial, politik, perekonomian dan teknologi yang ada. Perubahan-

perubahan harus terlebih dahulu mengurangi biaya transaksi investor, mengingat mereka harus

beroperasi dalam pasar global yang amat kompetitif sekarang ini.

Reformasi baik itu bersifat sosial, politis, struktural, maupun ekonomis harus ditujukan untuk

menghasilkan, menjaga, dan meningkatkan lingkungan usaha yang menggairahkan. Elemen-elemen

perubahan ekonomi yang ditujukan untuk menarik lebih banyak investasi, dapat berwujud pelonggaran

larangan masuk dalam berbagai sektor, deregulasi industri, pembebasan kontrol harga, privatisasi,

kemandirian bank sentral, penghampusan lisensi impor, penghapusan tingkat suku bunga asing dan

pengaturan tingkat bunga, penyederhanaa aturan merger dan akuisisi serta kebijakan perdagangan.

Perubahan yang lambat dalam meningkat iklim investasi merupakan tantangan yang muncul

ketika pemerintah hanya melihat sebagian permasalahan saja. Perusahaan memang merupakan sumber

Page 24: laporan kkn

kekayaan yang utama, dan iklim investasi yang baik akan membantu mereka. Namun iklim investasi

yang baik juga harus memperhatikan masyarakat secara menyeluruh, tidak hanya perusahann, dan

kepentingan keduanya saling bertentangan. Selain itu, dapat pulat terjadi perbedaan antara kepentingak

kebijakan dengan prioritas antara dan di dalam perusahaan. Merespons pada permasalahan yang

muncul dapat memunculkan empat tantangan utama, dan cara pemerintah merespons terhadap

tantangan tersebut memiliki dampak yang besar terhadap iklim investasi, pertumbuhan ekonomi, dan

angka kemiskinan :

- mencegah praktek pungli

Kebijakan iklim investsi merupakan target yang menarik bagi pegawai pemerintahan,

perusahaan dan pihak berkepentingan lainnya. Korupsi dapat meningkatkan biaya melakukan usaha-

dan ketika hal ini merambat hingga pegawai tertinggi pemerintahan dapat menyebabkan distorsi dalam

kebijakan. Kolusi, Nepotisme merupakan penyebab distorsi utama, mengorbankan kepentingan lainnya

demi kelompok tertentu.

- membangun kredibilitas

Ketidak pastian akan masa depan mempengaruhi apakah perusahaan akan memilih untuk

berinvestasi atau tidak. Pemerintah perlu menyediakan aturan main yang jelas, sebab pendekatan yang

kurang kredible akan gagal dalam menghasilkan respons investasi yang diinginkan, tidak perduli

seberapa baik peraturan atau seberapa baik kebijakan itu dihasilkan.

- mempercepat kepercayaan publik dan legitimasi

Perusahaan dan pemerintah tidak berinteraksi dalam ruang hampa. Kepercayaan antara pelaku

pasar menghasilkan pertukaran yang produktif dan mengurangi beban regulasi dan beban kontrak.

Kepercayaan publik dan kepercayaan diri dalam pasar serta perusahaan akan mempengaruhi tidak

Page 25: laporan kkn

hanya keberhasilan reformasi, namun, melalui pengaruhnya terhadap sustainability kebijakan, dan

kredibilitas juga mempengaruhi respons perusahaan.

- memastikan bahwa respons kebijakan memunculkan bentuk kelembagaan yang baik

(institutional fit)

Design kebijakan iklim investasi perlu memperhitungkan sumber kesalahan pemerintah dan

perbedaan dalam kondisi lokal. Pertimbangan yang tidak cukup akan bentuk kelembagaan yang baik

dapat memberikan hasil yang buruk dan tidak memuaskan.

Page 26: laporan kkn

BAB III

PELAKSANAAN PROGRAM KERJA

3.1 Pelayanan Satu Pintu dalam Teori dan Praktis.

Dalam menghadapi proyek investasi dan mengoperasikannya, investor cenderung menghadapi

berbagai langkah-langkah dimana mereka harus berinteraksi dengan berbagai agen pemerintah untuk

memperoleh bermacam perizininan yang diperlukan, license, pembebasan. Sebagai langkah pertama,

calon investor asing, misalnya, memerlukan visa untuk menjelajahi suatu negara dan mencari daerah

calon investasi. Setelah mengembangkan proyek investasi yang menarik, perizinan investasi asing dan

atau perizininan industri umum diperlukan. Perizinan sektoral atau industri spesifik umumnya

diperlukan sebelum operasi dapat dimulai. Perusahaan baru diperlukan untuk didaftarkan. Modal yang

dibayarkan perlu dinilai dalam sertifikasi ( in-kind an certified ).

Otoritas perpajakan perlu mendaftarkan perusahan. Prosedur Pendaftaran dan Perizinan perlu

dilengkapi dengan otoritas keuangan, perbankan dan perdagangan dalam kasus yang meliputi

pertukaran asing dan transaksi ekspor/ impor. Otoritas pusat, regional dan lokal perlu memiliki akses

langsung terhadap tanah dan memberi perizinan tehadap konstruksi dan pemberlakuan fasilitas

produksi. Untuk merekrut pekerja domestik maupun asing, perizinan perlu diperoleh dari kantor tenaga

kerja dan imigrasi. Perizinan dan Pemeriksaan diperlukan dari berbagai otoritas, termasuk lingkungan,

kesehatan, keamanan dan tenaga kerja. Secara singkat, investor harus tetap berhubungan langsung

dengan berbagai macam otoritas pemerintahan yang berbeda dan melewati prosedur administrasi

mereka sebelum operasi dapat dimulai. Penundaan dalam langkah-langkah ini dapat diartikan sebagai

tambahan biaya dan pendapatan yang hilang, dan perizinan apa pun, perizinan yang tidak dapat

dihasilkan dalam waktu singkat dapat membatalkan semua rencana proyek.

Melihat kompleksitas proses ini, konsep OSS ( One-Stop Shop ) kelihatan sangat menjanjikan.

Page 27: laporan kkn

Idea dasarnya adalah investor hanya akan berhadapan dengan satu entitas / lembaga untuk memperoleh

semua administrasi yang diperlukan, di dalam suatu proses yang terkoordinasi dan efektif ( streamlined

), dibanding harus melalui labirin dari berbagai badan pemerintah yang berbeda. Dalam prakteknya

mekanisme semacam itu berjalan di banyak negara di dunia ini.

Dalam pengertian sempit, OSS dapat berarti sebagai satu agen pemerintah yang memiliki semua

otoritas yang diperlukan untuk memberi berbagai perizinan (licenses, permits, approvals dan

clearances). Tanpa otoritas yang mampu menangani semua urusan tersebut, agen pemerintah tidak

dapat mengatur berbagai pengaturan selama proses. Oleh sebab itu, dalam hal ini agen tersebut tidak

dapat menyediakan semua bentuk perizinan yang diperlukan dalam berbagai tingkat administrasi,

sehingga harus bergantung pada otoritas lain.

Dalam prakteknya, pemikiran ideal mengenai OSS terbukti tidak realistis. Banyak pemerintah

yang mencoba mengimplementasikan bentuk OSS harus berhadapan dengan penolakan yang besar dari

setiap agen pemerintahan yang bertanggung jawab terhadap berbagai prosedur administrasi yang

berbeda. Hal yang terlebih penting, departmen dan agen yang lain merasa khawatir bahwa

pembentukan OSS semacam itu dapat menghentikan otoritas dan mandataris mereka, sehingga

menyebabkan pertarungan kekuasaan yang keras antar birokrasi pemerintahan.

Tetapi lebih dari apakah bentuk OSS seperti itu memungkinkan secara politis merupakan suatu

pertanyaan apakah suatu agen tunggal harus memiliki otoritas dan kekuasaan sebesar itu. Hal ini

penting mengingat kebanyakan agen dan proses administrasi dapat dihasilkan dalam menghasilkan

berbagai kebijakan yang penting bagi pemerintah. Apakah itu terkait dengan imigrasi , degradasi

lingkungan , maupun penghindaran pajak , kesehatan dan permasalahan keamanan, setiap agen

mencoba untuk menyelesaikan masalah tertentu dengan staff dan proses yang khusus. Setiap OSS yang

hendak menyediakan otoritas dalam bidang-bidang tersebut, akan harus membangun kembali struktur

yang mirip secara internal ( in-house ). Jika tidak perizinan seperti Analisis Dampak Lingkungan

Page 28: laporan kkn

(AMDAL), pembayaran kembali VAT (Value-Added Tax) atau sertifikasi kesehatan dan keamanan

tidak akan memenuhi tujuan kebijakan yang ditetapkan. Namun dengan menghasilkan kapasitas

administratif semacam itu akan mengubah OSS menjadi super agen yang sangat birokratis dengan

banyak sekali staff dan keperluan sumber daya. Tidak mungkin agen semacam itu dapat menghasilkan

pelayanan yang cepat dan berorientasi konsumen terhadap sektor swasta.

Pemerintah oleh sebab itu umumnya mencoba untuk tidak membentuk badan pelayanan terpadu

atau OSS ( One-Stop Shop ) dalam pengertian yang sempit. Sebaliknya mereka cenderung untuk

menggunakan suatu bentuk mekanisme koordinasi dimana berbagai otoritas mempertahankan

mandataris dan tanggung jawab mereka.Struktur umum dari mekanisme terkoordinasi tersebut terdiri

dari berbagai delegasi staff dari berbagai departemen dan agen untuk membangun kantor mereka dalam

lokasi yang sama, umumnya berupa Agen Promosi Investasi atau IPA ( Investment Promotion

Agencies ).

Beberapa contoh yang luar biasa dan terkenal adalah kantor pelayanan investasi yang bekerja

dengan sukses seperti Economic Development Board (EDB) di Singapore, Malaysian Industrial

Development Authority (MIDA) dan Industrial Development Authority (IDA) di Irlandia. Pada ketiga

kasus ini, investor dapat bergantung pada agen pemerintah untuk menyediakan hampir semua perizinan

yang diperlukan. EDB dan IDA pada dasarnya mampu mengatur secara langsung berbagai prosedur

perizinan sehingga investor hanya perlu berhadapan dengan jumlah otoritas yang sedikit, bahkan dalam

kasus-kasus tersebut, kedua agen cenderung sangat efektif dalam memastikan kerjasama. MIDA, dalam

hal lain, mulai sebagai mekanisme koordinasi yang murni dan mengalami masalah-masalah untuk

memulai sebagai kantor pelayanan terpadu. Namun dengan dukungan yang kuat dari perdanan menteri

secara langsung, keterlibatan MIDA sebagai wakil investor dapat menjamin secara efektif perizinannya

tanpa kesulitan.

3.2 Tinjauan Kelembagaan Sistem Pelayanan investasi terpadu yang diterapkan di Indonesia.

Page 29: laporan kkn

3.2.1 Sistem Pelayanan Satu Pintu

Dasar Hukum :

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 tahun 2006

Secara khusus, pemerintah melihat perlunya perubahan dalam pelayanan OSS terutama bagi

PMDN ( Penanaman Modal Dalam Negeri ). Oleh sebab itu, dalam rangka mendorong pertumbuhan

ekonomi melalui peningkatan investasi dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada peran

usaha mikro, kecil dan menengah, pemerintah melakukan penyederhanaan penyelengaraan pelayanan

terpadu melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 tahun 2006. Melalui peraturan ini dibentuk

pedoman pelayanan satu pintu yang diharapkan mampu mewujudkan pelayanan publik yang cepat,

murah, mudah transparan pasti dan terjangkau.

Signifikansi Reformasi Sistem Pelayanan Satu Pintu

Beberapa penyederhanaan yang dilakukan melaui sistem ini, yaitu :

• pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan oleh Perangkat Daerah

Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yaitu perangkat pemerintah daerah yang

memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola semua bentuk pelayanan perizinan dan non

perizinana di daerah dengan sistem satu pintu.

• percepatan waktu proses penyelesaian elayanan tidak melebihi standar waktu yang telah

ditetapkan dalam peraturan daerah;

• kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan

daerah;

• kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan proses pemberian

Page 30: laporan kkn

perizinan dan non perizinan sesuai dengan urutan prosedurnya;

• mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama untuk dua atau Lebih

permohonan perizinan;

• pembebasan biaya perizinan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ingin memulai

usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku; dan

• pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan

penyelenggaraan pelayanan.

b. 1. Perbaikan dalam Aspek Kelembagaan :

• Aspek Regulatif

Sistem OSS dalam bentuk pelayanan satu pintu dibentuk selaras dengan UU No. 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah. Dalam hal ini, sistem pelaynan satu pintu mengandung implementasi

yang berfokus pada desentralisasi dan mendukung otonomi daerah. Dapat dilihat bahwa pemerintah

Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota dan perangkat daerah) diberikan mandat yang lebih luas untuk

mengelola perizinan investasi di daerahnya masing-masing.

• Aspek Koordinatif

Untuk menghindari tumpang tindih kelembagaan, sistem pelayanan satu pintu mengatur juga

tentang pembinaan atas penyelengaraan OSS oleh Menteri Dalam Negari dan Kepala Daerah dalam

rangka mempertahankan mutu pelayanan perizinan dan non perizinan.

Dalam kerangka pengembangan PPTSP di propinsi, ada koordinasi yang jelas antara Pemerintah

Propinsi dengan Kabupaten Kota. Hal ini dapat dilihat dengan penentuan adanya daerah percontohan

dan proses sosialisasi di kabupaten/kota yang dilakuakan di bawah pengawasan langsung Gubernur.

Page 31: laporan kkn

• Aspek Sumber Daya Manusia

Berdasarkan aturan yang ada, bahwa pegawai yang ditugaskan di lingkungan PPTSP diutamakan

yang mempunyai kompetensi di bidangnnya. dan memperoleh tunjangan khusus sesuai dengan

kemampuan keuangan daerah.

• Aspek Transparansi / partisipasi masyarakat

Dalam sistem OSS pelayanan satu pintu, dirinci mengenai kewajiban PPTSP untuk menyediakan

informasi berkatian dengan jenis pelayanan dan persyaratan teknis, mekanisme penelusruan posisi

dokumen pda setiap proses, biaya dan waktu perizinan, serta tata cara pengaduan yang dilakuakn secar

jelas melalui berbagai media yang mudah diakses dan diketahui oleh masyarakat.

Selain itu untuk menjamin kualitas pelayanan, PPTSP juga wajib melakukan penelitian kepuasan

masyarakat secara berkala sesuai peraturan perundang-undangan.

Page 32: laporan kkn

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan Hasil Penelitian

Dari hasil tinjauan di atas, dapat dilihat bahwa melalui initiatif OSS (One-Stop Shop),

pemerintah pusat maupun daerah memperoleh pengalaman pembelajaran (learning experience) yang

lebih cepat dalam membenahi bidang-bidang yang berhubungan dengan dengan perizinan investasi.

Sebelum adanya peraturan ini pada tahun 2004, pemerintah mengalami stagnansi dalam perbaikan

sistem perizinan sejak dimulainya otonomi daerah.

Menurut World Bank, Pengalaman menunjukkan bahwa dalam kondisi terbaik sekalipun,

pembentukan OSS tidak akan secara otomoatis menghasilkan proses yang efisien dan disederhanakan

(streamlined) dalam melaksanakan proyek investasi. Jelas sekali bahwa tidak ada agen yang dapat

memimpin berbagai produser administratif dan mengurangi waktu serta langkah prosedural yang

dilaksanakan dalam sekejap. Sebaliknya OSS akan harus bekerja sama dengan erat dengan semua

otoritas untuk mengatur secara hati-hati dan membangun proses perorangan yang lebih tidak

memberatkan bagi investor tanpa mengkompromasikan tujuan kebijakan lain.

Ini merupakan proses politik yang memakan waktu yang tidak dapat dicapai dalam waktu

sekejap. Bagaimanapun, lembaga OSS yang kuat dapat melayani sebagai katalis kunci dalam proses

reformasi kebijakan. Dengan dorongan politik yang cukup dari pemerintahan atas, berbagai otoritas

tidak dapat hanya diyakinkan untuk membantu implementasi proyek investasi perorangan, tetapi

sebaliknya bekerja sama secara serius dalam meninjau dan mereformasi prosedur mereka. Tetapi agar

ini dapat terjadi manajemen kantor pelayanan terpadu (OSS) perlu untuk bersiap dengan hati-hati.

Sebagai langkah pertama, manajemen OSS perlu mengembangkan hubungan kerja yang dekat

dan profesional dengan petugas perwakilan dari berbagai agen pemerintah dengan membuat mereka

Page 33: laporan kkn

merasa sebagai bagian dari usaha yang menyeluruh dalam mengundang investasi. Hanya dengan

begitu, petugas ini akan melaksanakan tugas administratifnya sehingga berkontribusi terhadap tujuan

keseluruhan dari menjaga aplikasi investor dengan secepat mungkin. Tetapi cara penyederhanaan

semacam itu tidak dapat membantu kelemahan struktural dalam proses tertentu yang mungkin

membutuhkan reformasi mendasar.

Untuk membangun opsi reformasi yang memungkinkan, manajemen harus menunjukkan bahwa

mereka benar-benar ingin mendapatkan pengertian yang terinci mengenai berbagai proses dan tujuan

kebijakan yang ada. Dalam kolaborasi yang dekat dengan petugas yang berwenang sebagaimana

dengan otoritas itu sendiri, manajemen harus mencoba untuk merancang alternatif yang dapat

memenuhi tujuan investor maupun pemerintah dalam cara yang lebih baik. Umumnya, tidak semua

reformasi dapat selalu ditempatkan dalam lingkungan yang mendukung dan baik. Dalam situasi dimana

bagian lain dari pemerintah tidak ingin bekerja sama, OSS akan membutuhkan dorongan politik yang

kuat untuk memaksa terbentuknya perubahan yang diperlukan. Dalam jangka panjang, hal ini akan

menghasilkan lingkungan investasi yang lebih menarik secara struktural.

Secara keseluruhan, fungsi utama dari OSS tidak sepenuhnya terletak dalam membangun

mekanisme yang mempermudah investor untuk mengatasi permasalahan administratif. Kekuatan utama

dari OSS terletak pada kemungkinan untuk mengidentifikasi kelembahan dari implementasi

administratif dalm kebijakan investasi suatu negara dan membuang segala permasalahan ini. Hal ini

berarti, kunci dari kantor pelayan terpadu atau OSS terletak pada reformasi kebijakan dan bukan pada

solusi sementara dan jangka pendek terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi investor

4.2 Saran/ Rekomendasi

Penerapan OSS sebagai motor reformasi kebijakan jangka panjang dapat terlaksana ketika

pemerintah menyadari pentingnya aspek sistem kelembagaan dalam implementasi OSS. Dengan

Page 34: laporan kkn

memperhatikan segi kelembagaan, maka diharapkan sisi operasional dapat berjalan baik dengan

sendirinya.

Berdasarkan hal itu, beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam implementasi sistem OSS di

indonesia adalah sebagai berikut :

Pertama, perlunya memastikan keikutsertaan departemen yang berkaitan beserta pucuk

pimpinan daerah (Bupati/ Walikota) untuk memberikan pelayanan yang baik dan melakukan perubahan

yang diperlukan, secara khusus pada awal kebijakan

Kedua, menyempurnakan peraturan-peraturan pusat maupun daerah yang terkait dengan

perizinan sehingga dapat dilakukan pemrosesan perizinan secara terpadu.

Ketiga, merubah kebiasaan kerja dari agen pemerintah yang mengurus OSS dengan melakukan

pelatihan secara terus menerus, motivasi dan insentif berbasis performa

Page 35: laporan kkn

DAFTAR PUSTAKA

1. Komaruddin, Drs, 1980. Persoalan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Alumni, Jakarta.

2. Syarifuddin. Prof, DR, 2007. Ekonomi Kelembagaan ; Sebuah Analisis Masalah Kelembagaan

Ekonomi Indonesia. Rajawali Press, Jakarta

3. Bornstein David, 2006. Mengubah Dunia : Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan Gagasan

Baru. Insist Press-Nurani Dunia