LAPORAN AKHIR
GELOMBANG (XXIII)
PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PPTSP) SULAWESI SELATAN PADA
KANTOR BPPMD
NANANG SYAFRUDDIN
A 111 03 047
ILMU EKONOMI
KKN PROFESI
FAKULTAS EKONOMI UNHAS
SEMESTER AWAL 2009-2010
TAHUN 2009
LAPORAN AKHIR
GELOMBANG (XXIII)
PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PPTSP) SULAWESI SELATAN PADA KANTOR BPPMD
NANANG SYAFRUDDIN
A 111 03 047
ILMU EKONOMI
Makassar,16 Desember 2009
Menyetujui
Koordinator KKN-Profesi Pembimbing KKN-Profesi
Asri Usman, SE,M.Si,Ak Prof. DR. Hj. Rahmatiah , MA.
Nip. 19651018 199412 2 001 Nip. 132 205 413
Mengetahui,
Pgs, Pembantu Dekan I
Drs . A. Baso Siswadarma, M. Si.
NIP. 19611018 1987021 001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
inayah-Nya yang memberikan kesehatan, kekuatan dan ketabahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Akhir KKN-Profesi ini. Salam dan salawat penulis haturkan atas Rasulullah
Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat yang senantiasa istiqamah di jalan-Nya.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka tidaklah mungkin
terwujud semua usaha dalam rangka menyelesaikan Laporan Akhir KKN-Profesi ini. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua, saudaraku dan seluruh keluarga, thanks all,..
2. Bapak Prof. DR. Muh. Ali selaku Dekan Fakultas Ekonomi.
3. Bapak Drs. A Baso Siswadarma, Msi selaku Pelaksana harian Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi
4. Ibu DR. H .Rahmatiah, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi sekaligus
selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan arahan dan
bimbingan juga motivasi untuk penulis.
5. Segenap staf akademik Fakultas Ekonomi atas kebijakan, kesabaran, dan bantuannya.
6. Kepala BPPMD Propinsi Sul-Sel beserta stafnya atas bantuannya selama penulis melakukan
penelitian.
7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak
mungkin penulis cantumkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dan keterbatasan dalam Laporan Akhir KKN-
Profesi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat
diharapkan demi penyempurnaannya. Akhir kata, semoga Laporan Akhir KKN-Profesi bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.
Makassar, September 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Gambaran Umum BPPMD................................................................................ 4
BAB II PROGRAM KERJA......................................................................... 17
2.1 Landasan Teori............................................................................................. 17
2.1.1 Defenisi Kelembagaan........................................................................ 17
2.1.2 Biaya Transaksi .................................................................................. 18
2.1.3 Menkonseptualisasikan Pengaruh Reformasi Kelembagaan dalam menarik
investasi .......................................................................................................... 20
BAB III PELAKSANAAN PROGRAM KERJA.......................................... 24
3.1 Pelayanan Satu Pintu dalam Teori dan Praktis.................................................. 24
3.2 Tinjauan Kelembagaan Sistem Pelayanan investasi terpadu yang diterapkan di
Indonesia ..........................................................................................................27
BAB IV PENUTUP........................................................................................ 31
4.1 Kesimpulan Hasil Penelitian................................................................... 31
4.2 Saran/ Rekomendasi............................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam bidang akademik sekarang ini, khususnya di bangku perkuliahan, persentase antara
teori dan praktek sangat jauh . Hal ini akan berdampak langsung terhadap para mahasiswa sebagai
calon sarjana dalam mengaplikasikan ilmunya dalam dunia kerja, karena selama ini persentase
pemberian teori di bangku perkuliahan lebih besar dibandingkan dengan praktek langsung di lapangan.
Oleh karena itu dengan adanya pelaksanaan KKN Profesi ini mampu memberi bekal
pengetahuan dan pengalaman kepada mahasiswa akan dunia kerja yang sesungguhnya untuk
selanjutnya dibandingkan dengan teori-teori yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan atau
dengan kata lain dapat diaplikasikan di dunia kerja.
Dalam bidang investasi, pelaksanaan otonomi daerah mengakibatkan terjadinya birokrasi yang
berbelit-belit. Pelaksanaan otonomi yang terksesan “setengah matang” menciptakan ketidakpastian
biaya dan lamanya waktu berurusan dengan perizinan dan birokrasi. Beberapa studi menunjukkan
bahwa kebijakan otonomi daerah sejak tahun 2001 secara tidak langsung telah memperburuk iklim
investasi di Indonesia ( Hofman, et al.2003; SMERU 2001; Ray, 2003, 2002).
Masalah birokrasi yang pelik ini semakin mengecutkan nyali investor asing maupun dalam
negeri untuk membenamkan modalnya. Bagaimana tidak, jika dirunut maka peringkat Indonesia dalam
hal kemudahan berinvestasi hanya berada pada urutan 135 dari 175 negara, yang menempatkan kita
pada kuartal terakhir. Bahkan jika dibandingkan dengan negara tetangga, untuk kategori Asia Timur
dan Pasifik Indonesia berada pada urutan 20 dari 23, dalam kelompok yang sama dengan Kamboja,
Laos, dan Timor Leste sebagai tempat terburuk melakukan bisnis.
Sebenarnya pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatasi masalah
panjangnya jalur birokrasi investasi ini. Pada tanggal 12 April tahun 2004, Presiden Megawati
Soekarno Putri mengeluarkan Keppres No. 29 tahun 2004 mengenai penyelenggaraan penanaman
modal (PMDN/PMA) melalui sistem pelayanan satu atap (one roof service ). Konsekuensinya dari
keppres ini, penyelenggaraan penanaman modal khususnya yang berkaitan dengan pelayanan
persetujuan, perizinan dan fasilitas penanaman modal dalam rangka PMA dan PMDN dilakukan oleh
BKPM ( Badan Koordinasi Penanaman Modal ). Hal ini berarti Gubernur/Bupati/Walikota sesuai
dengan kewenangannya dapat melimpahkan kewenangan pelayanan persetujuan, perizinan dan fasilitas
penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam kepada BKPM melalui sistem pelayanan satu atap.
Belum tiga tahun peraturan ini berjalan, pemerintah kembali mengeluarkan keputusan baru.
Pada tanggal 6 Juli 2006, Menteri Dalam Negeri, H.Moh Ma’ruf, S.E. mengeluarkan Permendagri
No.24 tahun 2006 mengenai Pedoman Penyelenggaran Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dalam peraturan
ini, pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan oleh Perangkat Daerah
Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yaitu perangkat pemerintah daerah yang
memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola sernua bentuk pelayanan perizinan dan non perizinan di
daerah dengan sistem satu pintu. Pembinaan sistem ini dilakukan secara berjenjang dan
berkesinambungan oleh Menteri Dalam Negeri dan Kepala Daerah sesuai dan kewenangan masing-
masing.
Berangkat dari hal diatas, maka penulis memiliki keinginan untuk mengangkat laporan dengan
tema : ” Perencanaan Program Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) pada Badan Promosi
dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Sulawesi Selatan
Tujuan dan Kegunaan Penulisan Laporan
1. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari laporan ini adalah :
1. untuk mengidentifikasi kinerja kebijakan model pelayanan
investasi, yaitu Model Pelayanan Satu Pintu (one-stop
services).
2. Sebagai bahan kajian dalam meningkatkan pemahaman
terhadap penerapan teori maupun sistem ekonomi pada dunia
kerja.
3. Sebagai syarat kelulusan bagi mahasiswa yang
memprogramkan kuliah Kerja Nyata (KKN) Profesi.
2. Kegunaan
Dengan adanya laporan ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, antara
lain :
1. Bagi pemerintah daerah, laporan ini berguna untuk memberikan gambaran tentang model
pelayanan investasi yang tepat diterapkan di daerah di era otonomi daerah. Hal ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam perumusan dan pengimplementasian kebijakan publik
daerah yang tepat dalam bidang investasi
2. Bagi pihak akademisi, dengan adanya laporan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak
akademisi dalam menambah referensi yang solid dan relevan ataupun tambahan dalam ilmu
pengetahuan yang berkaitan, khususnya untuk Ekonomi Kelembagaan
1.2. Gambaran Umum BPPMD
1.2.1 Sejarah BPPMD
Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Propinsi Sulawesi Selatan dibentuk dengan
Surat Keputusan Presiden RI Nomor 26 Tahun 1980 Tentang pembentukan Badan Promosi dan
Penanaman Modal Daerah dan Surat Keputusan DEPDAGRI Nomor 30 Tahun 1980 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Propinsi Sulawesi
Selatan dan kemudian disingkat BPPMD.
1.2.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi BPPMD
Kedudukan BPPMD
Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Sulawesi Selatan adalah
unsur penunjang Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
Tugas Pokok BPPMD
Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Sulawesi Selatan
mempunyai tugas membantu Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintah Provinsi dalam lingkup
Promosi dan Penanaman Modal Daerah.
Fungsi BPPMD
a. Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang penanaman modal ;
b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum Lintas Kabupaten/Kota
c. Pembinaan teknis di bidang penanaman modal Lintas Kabupaten/ Kota
d. Pelaksanaan kerjasama dalam bidang penanaman modal dengan Kabupaten/Kota
e. Penyusunan rencana penanaman modal Provinsi
f. Pengidentifikasian sumber-sumber potensi daerah secara menyeluruh untuk kepentingan
perencanaan dan pengendalian pembangunan penanaman modal Provinsi secara makro
g. Pengkoordinasian pelaksanaan kegatan promosi penanaman modal
h. Pengawasan atas pelaksanaan penanaman modal di daerah
i. Penyediaaan dukungan penyelenggaraan bimbingan teknis di bidang penanaman modal
j. Penyelenggaraan sistem informasi di bidang penanaman modal
k. Penyusunan perencanaan tata ruang di bidang penanaman modal Provinsi
l. Promosi dan informasi penaman modal
m. Pelaksanaan kerjasama Regional Sulawesi di bidang penanaman modal
n. Promosi bersama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal di Pusat dan Instansi
penanaman modal Provinsi lain
o. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan lain yang ditugaskan oleh Gubernur dalam bidang
penanaman modal
1.2.3 Visi dan Misi BPPMD Provinsi Sulawesi Selatan
a. Visi
Adapun Visi BPPMD yang akan dicapai adalah Provinsi Sulawesi Selatan sepuluh terbaik
pelayanan dan realisasi investasi di Indonesia.
b. Misi
Untuk mewujudkan Visi tersebut, maka disusun Misi BPPMD sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal.
b. Meningkatkan daya tarik dan minat investasi.
c. Mengoptimalkan dukungan inovasi dan infrastruktur investasi.
d. Membangun jaringan investasi yang luas.
1.2.4 Susunan Organisasi
Susunan organisasi Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah terdiri dari :
a. Kepala Badan
b. Sekretariat, terdiri dari :
1) Sub Bagian Keuangan
2) Sub Bagian Kepegawaian
3) Sub Bagian Umum
4) Sub Bagian Program
c. Bidang Promosi Investasi, terdiri dari:
1) Sub Bidang Sarana dan Prasarana
2) Sub Bidang Kerjasama
3) Sub Bidang Pelayanan Informasi
d. Bidang Perizinan, terdiri dari:
1) Sub Bidang Aplikasi Bidang Usaha Industri
2) Sub Bidang Aplikasi Bidang Usaha Non-Industri
3) Sub Bidang Aplikasi Bidang Usaha Jasa dan Tenaga Kerja Asing
e. Bidang Pengembangan Sumber Daya, terdiri dari:
1) Sub Bidang Sumber Daya
2) Sub Bidang Tenaga dan Sarana
3) Sub Bidang Bimbingan dan Penyuluhan
f. Bidang Pengawasan dan Pengendalian, terdiri dari:
1) Sub Bidang Pengkajian
2) Sub Bidang Pengawasan
3) Sub Bidang Pelaporan
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
Gambar Struktur Organisasi Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD)
Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada halaman berikutnya.
1.2.5 Deskripsi jabatan
Untuk mengetahui dengan jelas mengenai tugas dan fungsi Kepala, Sekretariat, Bidang
Promosi Investasi, Bidang Perizinan, Bidang Pengembangan Sumber Daya, Bidang
Pengawasan dan Pengendalian, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kepala Badan
Kepala Badan mempunyai tugas membantu Gubernur dalam menentukan kebijaksanaan
penyelenggaraan Pemerintah Daerah di bidang promosi penanaman modal Daerah.
Kepala Badan mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan promosi potensi dan peluang penanaman modal di Daerah.
b. Pengkoordinasian kegiatan Badan.
c. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan promosi hasil pengolahan sumber daya alam
Daerah.
d. Pelaksanaan huungan dan kerjasama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) propinsi lain serta
Kabupaten/Kota untuk promosi bersama.
e. Pelaksanaan kerjasama dengan Assosiasi Dunia Usaha.
f. Pemberian bimbingan dan pembinaan kemitraan usaha bagi penanaman modal.
g. Pemberian pelayanan perizinan dan fasilitas penanaman modal dalam rangka tugas
Desentralisasi dan Dekonsentrasi.
h. Penyelenggaraan bimbingan teknis penanaman modal.
i. Penyampaian laporan secara berkala tentang pelaksanaan penanaman modal kepada
Gubernur dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
2. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang mempunyai tugas memberikan pelayanan
teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkup Badan, yang dalam
pelaksanaan tugasnya berada di bawah dan bertnaggung jawab kepada Kepala Badan.
Sekretariat mempunyai tugas:
a. Penyelenggaraan administrasi surat menyurat, perlengkapan, urusan rumah tangga,
kehumasan, protocol, perpustakaan dan perjalanan dinas.
b. Pengurusan, pemeliharaan barang inventaris kantor, kendaraan dinas.
c. Penyelenggaran administrasi kepegawaian badan meliputi kenaikan gaji berkala, usul
promosi kenaikan pangkat, cuti pensiun dan kesejahteraan pegawai dan keluarganya.
d. Penyusunan anggaran, perubahan anggaran, pembukuan pembuatan daftar gaji
tunjangan dan laporan pertanggungjawaban.
e. Penyelenggaraan penyusunan RTBU, DKB, pengadaan dan inventarisasi.
f. Pengkoordinasian penyusunan rencana program masing-masing bidang dalam lingkup
Badan.
3. Bidang Promosi Investasi
Bidang Promosi Investasi dipimpin oleh seorang kepala bidang yang mempunyai tugas
melakukan koordinasi dengan Kabupaten/Kota dan Lembaga lainnya secara terpadu untuk
kegiatan promosi dan komunikasi yang transparan bagi dunia usaha serta
mentransformasikan Sumber Daya Alam Daerah menjadi kekuatan ekonomi dengan
melakukan promosi potensi dan peluang penanaman modal.
Fungsi Bidang Promosi Investasi
a. Penyiapan usul rencana pembangunan sarana dan prasarana pendukung penanaman
modal
b. Pengkoordinasian Perencanaan Penanaman Modal Kabupaten/Kota yang diprioritaskan
untuk dikembangkan dan prosfektif untuk dipromosikan.
c. Penyusunan profil penanaman modal, peta penanaman modal, profil proyek investasi
dan bahan promosi lainnya.
d. Pelaksanaan koordinasi lintas Instansi dan Dunia Usaha untuk penyelenggaraan promosi
secara bersamaan dan terpadu.
e. Penyelenggaraan kerjasama Sub Regional ASEAN, BIMP-EAGA, AIDA, dan Badan-
badan Internasional lainnya.
f. Pengkoordinasian pengusaha, usaha kecil dan menengah dan koperasi dalam rangka
kemitraan usaha dengan pengusaha penanaman modal.
g. Pemilihan Negara sasaran promosi penanaman modal yang tepat dan prospekif
meningkatkan ekspor dan alih teknologi.
h. Pemberian pelayanan informasi tata cara penanaman modal kepada calon-calon investor.
i. Pemberian pelayanan informasi kebijaksanaan penanaman modal
j. Pelaksanaan temu usaha dan seminar penanaman modal.
4. Bidang Perizinan
Bidang Perizinan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas melakukan
penelitian dan penilaian terhadap aplikasi penanaman modal dalam rangka penyelesaian
penerbitan Surat Persetujuan Penanaman Modal, melakukan koordinasi penilaian
permohonan fasilitas penanaman modal, memberikan pelayanan kepada Dunia Usaha
mengenai Fasilitas yang diperlukan bagi kelancaran kegiatan penanaman modal dan
melakukan penelitian/penilaian terhadap permohonan Izin Kerja Tenaga Asing.
Fungsi Bidang Perizinan adalah sebagai berikut:
a. Penerbitan Surat Persetujuan Penanaman Modal Baru PMDN/PMA lintas
Kabupaten/Kota.
b. Penerbitan Surat Persetujuan Izin Usaha Tetap (UIT) PMDN/PMA yang surat
persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau
Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.
c. Penerbitan Surat Perpanjangan Waktu Penyelesaian Proyek PMDN/PMA yang Surat
Persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau
Badan Koordinasi Penanaman Daerah (BKPMD) Propinsi.
d. Penerbitan Surat Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT).
e. Penerbitan Surat Persetujuan Pengimporan Barang Modal PMDN/PMA.
f. Penerbitan Surat Persetujuan Pengimporan Bahan Baku/Penolong.
g. Penerbitan Surat Keputusan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) dan
perpanjangannya bagi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Badan
Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.
h. Pemberian Rekomendasi untuk memperoleh Visa Tinggal untuk maksud kerja (TA.01)
bagi PMDN/PMA.
i. Penerbitan Izin Kerja Tenaga Asing (IKTA) bagi PMDN/PMA.
j. Pemberian Rekomendasi Perpanjangan Izin Tinggal untuk maksud kerja (TA.02),
Persetujuan Pindah Jabatan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP)
dan Izin Kerja Tenaga Asing Sementara (TA.04) bagi PMDN/PMA.
k. Pemberian Surat Penagihan/Perintah Membayar Dana Pengembangan Keahlian dan
Keterampilan bagi PMDN/PMA.
5. Bidang Pengembangan Sumber Daya
Bidang Pengembangan Sumber Daya dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
mempunyai tugas melakukan pengembangan sumber daya perusahaan untuk
mengoptimalkan pengolahan potensi penanaman modal Daerah.
Fungsi Bidang Pengembangan Sumber Daya adalah:
a. Penyusunan rencana peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam menunjang
pelaksanaan penanaman modal.
b. Pelaksanaan sosialisasi kebijaksanaan yang berkaitan dengan penanaman modal.
c. Penginventarisasian potensi sumber daya perusahaan untuk meningkatkan pelaksanaan
penanaman modal.
d. Pelaksanaan kebijaksanaan pengembangan sumber daya perusahaan untuk mencapai
hasil yang maksimal.
e. Pelaksanaan penilaian terhadap recana penggunaan tenaga kerja perusahaan
PMDN/PMA.
f. Pemberian pembinaan pemberdayaan Assosiasi tenaga kerja.
g. Pemantauan jaminan dan keselamatan kerja.
h. Pengevaluasian kebutuhan peningkatan sarana dalam pelaksanaan penanaman modal.
i. Penyusunan rencana bimbingan teknis penanaman modal terhadap para pengusaha.
j. Pelaksanaan penyuluhan tentang kebijaksanaan penanaman modal dan penyuluhan tata
cara bagi pelaksanaan penanaman modal.
6. Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Bidang Pengawasan dan Pengendalian dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
mempunyai tugas melakukan Pengendalian, Pengawasan dan Pengkajian tehadap
pelaksanaan penanaman modal, serta penggunaan fasilitas dan penilaian atas laporan
kegiatan penanaman Daerah.
Fungsi Bidang Pengawasan dan Pengendalian adalah:
a. Pengidentifikasian pendataan tentang perusahaan PMDN/PMA yang Surat
Persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau
Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.
b. Pengkajian dan penelitian tentang PMDN/PMA yang mengalami masalah (macet) yang
Surat Pertsetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
atau Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.
c. Pelaksanaan koordinasi dengan Instansi teknis terkait dalam hal pengkajian
kebijaksanaan penanaman modal.
d. Pelaksanaan pengkajian dampak sosial PMDN/PMA terhadap masyarakat.
e. Pengawasan terhadap pelaksanaan PMDN/PMA yang Surat Persetujuannya diterbitkan
oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.
f. Pengawasan tentang penggunaan fasilitas (mesin dan peralatan) yang digunakan bagi
penananaman modal yang Surat Persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) atau Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
(BKPMD) Propinsi.
g. Pengendalian terhadap terjadinya pencemaran/limbah industry PMDN/PMA yang Surat
Persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau
Badan Kordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.
h. Pengendalian/Pengawasan tentang pelaksanaan usaha patungan dan perubahan
pemilikan saham bagi PMDN/PMA yang Surat Persetujuannnya diterbitkan oleh Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Badan Koordinasi Penanaman Modal
Daerah (BKPMD) Propinsi.
i. Pengawasan/Pengendalian terhadap penggunaan Tenaga Kerja Asing/Tenaga Kerja
Indonesia bagi PMDN/PMA yang Surat Persetujuannya diterbitkan oleh Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Badan Koordinasi Penanaman Modal
Daerah (BKPMD) Propinsi.
j. Penyusunan laporan perkembangan kegiatan penanaman modal PMDN/PMA yang Surat
Persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau
Badan Kordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.
k. Pelaksanaan evaluasi dan penilaian laporan kegiatan penanaman modal bagi
PMDN/PMA yang Surat Persetujuannya diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) atau Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Propinsi.
l. Penyusunan/merkapitulasi laporan pelaksanaan penanaman modal setiap periode
laporan PMDN/PMA.
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis sesuai
bidang keahlian masing-masing. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga
dalam jenjang Jabatan Fungsional yang dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior
selaku Ketua Kelompok yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Badan.
BAB II
PROGRAM KERJA
2.1 Landasan teori
” ….Bagaimanapun, tingkat biaya transaksi akan tergantung pada institusi-institusi dalam suatu
negara, baik sistem hukum, sistem politik, budaya dan sebagainya. Hal ini menjadi alasan pentingnya
memasukkan pengaruh institusi-institusi tersebut dalam studi mengenai sistem perekonomian”
– Ronald Coase (1998)-
2.1.1 Defenisi kelembagaan
Menurut Douglas North, Shaffer (1995) and Coase, Institusi adalah peraturan formal dan
informal yang mengatur atau mempengaruhi perilaku masyarakat seiring interaksi mereka dalam
aktivitas politik dan ekonomi.
Institusi adalah produk dari aksi kolektif. Keduanya membatasi dan membebaskan perilaku dan
dapat menyebabkan kerjasama maupun konflik. Suatu bentuk kelas dari institusi-institusi menghasilkan
keteraturan ( order ) dalam setiap kepentingan setiap orang dengan sedikit maupun tanpa pengaruh dari
distribusi keuntungan dan biaya-biaya. Salah satu dari fungsi umum yang penting dalam institusi
adalah membuat perilaku lebih terprediksi dan mengurangi kesalahan dan konflik yang muncul dari
perilaku tersebut. Banyak dari aturan tentang pasar, misalnya, mengatur perdagangan yang saling
menguntungkan kedua pihak. Pada saat yang sama, hal-hal yang mendefinisikan aturan pasar- aturan
yang mendefenisikan apa yang harus diperhitungkan dalam aktivitas ekonomi- bukan saja
mempengaruhi organisasi ekonomi secara luas, namun juga distribusi keuntungan dan biaya dari
ekonomi tersebut.
Analisis institusional berhubungan dengan efek dari perilaku insitusi yang ada maupun yang
belum ada. Analisis ini semakin rumit disebabkan karena pengaruh matriks institusi, sebagian formal
maupun non-formal. Perubahan peraturan formal yang diharapkan dapat mengubah perilaku tertentu
dapat gagal untuk menghasilkan hasil yang diharapkan karena adanya institusi informal dalam matriks
tersebut. Hal yang umum tejadi adalah proses politik lebih mamu mengubah hukum dan regulasi
daripada memaksa atau menciptakan kebiasaan-kebiasan dan perilaku-perilaku yang baru.
Paradigma dasar dari analisis institusi adalah insitusi-institusi tersebut harus memiliki pengaruh
yang kuat pada perilaku seseorang dan perilaku yang terbentuk memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kondisi perekonomian. Lebih khusus lagi, seseorang harus menghadapi dan merespons terhadap suatu
set perubahan kesempatan , bersamaan dengan institusi yang penting dalam menyusun kesempatan
tersebut. Performa sangat dipengaruhi oleh jumlah dari interaksi dan respons tiap pelaku. Paradigma ini
menjadi dinamis apabila perubhan dalam kesempatan dan pembelajaran diperhitungkan sebagai
konsekuensi dari pola perilaku sebelumnya.
2.1.2 Biaya Transaksi
Menurut Pass et al (2000: 523), biaya transaksi merupakan biaya yang terjadi karena pertukaran
input, barang, jasa maupun asset antara dua individu atau lebih maupun perusahaan. Transaksi dapat
terjadi melalui pasar, yang mana meliputi, pembelian dan penjualan menggunakan sistem harga.
Transaksi dapat diinternalisasi melalui berbagai departemen, sering kali menggunakan transfer pricing
yang sifatnya internal.
Coase (1998), mengutip Adam Smith, menyatakan bahwa semakin rendah biaya transaksi akan
berakibat semakin tinggi spesialisasi, semakin besar produktivitas ekonomi dan semakin tinggi
standard hidup orang dalam perekonomian tersebut. Tingkat biaya transaksi sangat tergantung pada
institusi dalam suatu negara, sistem hokum dan politik, budaya dan sebagainya.
Hambatan-hambatan yang menghalangi pembentukan pasar yang efisien berarti menyiakan
kesempatan orang untuk meningkatkan standard hidupnya. Hambatan-hambatan ini meliputi upaya
penegakan ikatan kontrak dan hukum yang lemah, hak kepimilikan yang tidak sepenuhnya aman ,
birokrasi yang korup dan tidak efisien, norma-norma social yang menghambat kerjasama. Semua ini
berakibat pada biaya transaksi yang tinggi, yang mengurangi frekuensi pertukaran ekonomi,
pertumbuhan lapangan kerja dan sector real.
- Semakin banyak prosedur perizinan semakin besar penundaan dan korupsi-
Sources : World Bank (2004b) and Kaufmann, Kraay, and Mastruzzi (2003)
Biaya transaksi yang tinggi sulit untuk diatasi. Peraturan dan norma yang berlaku sering
membiarkan mereka yang berkepentingan buruk untuk mempertahankan biaya tinggi ini menggagalkan
reformasi. Bahkan tanpa perlawanan yang aktif terhadap perubahan, kebiasaan-kebiasaan dan pola
kerjasama yang berlaku menghambat usaha-usaha untuk mengurangi biaya-biaya transaksi.
Menurut Ronald Coase Institute, bentuk kelembagaan seperti undang-undang, kebiasaan dan norma
social memiliki pengaruh besar terhadap tingkat biaya transaksi. Institusi-institusi ini bervariasi dari
satu negara dengan negara lainnya.
2.1.3 Menkonseptualisasikan Pengaruh Reformasi Kelembagaan dalam menarik investasi
Kelembagaan dalam bentuk aturan formal, ikatan informal dan tata hukum memiliki pengaruh
yang positif dan negative terhadap perilaku. Kelembagaan mengatur dan mempengaruhi perilaku dalam
aktivitas ekonomi. Mereka akan menyatakan hal apa yang adil, benar, layak, benar maupun salah dalam
masyarakat. Kelembagaan memberi kebebasan bagi perilaku dan menyediakan tata laku dalam
perekonomian. Mereka membuat perilaku antar pihak dalam transaksi dapat diperkirakan sehingga
mengurangi kesalahan, konflik dan biaya transaksi. Lembaga yang ada maupun belum ada dapat
menyebabkan efek yang hebat dalam performa perekonomian. Perubahan dalam peraturan, undang-
undang dan regulasi (perubahan institusi) diharapkan untuk mempengaruhi tata laku. Perubahan
kelembagaan diharapkan untuk menghasilkan kesempatan dan agen-agen dalam perekonomian
diharapkan untuk merespons secara positif terhadap refromasi ini sehingga memaksimalkan
kesempatan yang terbuka.
Reformasi kelembagaan mengakibatkan perubahan hukum, peraturan dan regulasi yang
mengatur dan mempengaruhi. Peraturan baru, hukum maupun regulasi diharapkan dapat menciptakan
iklim investasi yang lebih baik dalam perekonomian dengan mengurangi biaya-biaya transaksi. Mereka
menciptakan kesempatan baru yang belum dapat disediakan oleh lembaga yang lama. Kebanyakan
reformasi kelembagaan yang bertujuan untuk menarik lebih banyak investasi dilakukan dengan
mengurangi biaya transaksi yang dihadapi investor, baik dalam negeri maupun asing. Investor yang
rasional tentu sangat sadar dengan biaya-biaya yang dihadapinya. Hal ini terjadi kerena mereka
merupakan agen perekonomian yang bertujuan memaksimalkan keuntungan. Oleh karena itu,
kelembagaan merupakan faktor penentu investasi yang penting dalam perekonomian. Untuk menarik
lebih banyak investasi, diperlukan perubahan kelembagaan sehingga mereka dapat merefleksikan
kebutuhan investor, keadaan sosial, politik, perekonomian dan teknologi yang ada. Perubahan-
perubahan harus terlebih dahulu mengurangi biaya transaksi investor, mengingat mereka harus
beroperasi dalam pasar global yang amat kompetitif sekarang ini.
Reformasi baik itu bersifat sosial, politis, struktural, maupun ekonomis harus ditujukan untuk
menghasilkan, menjaga, dan meningkatkan lingkungan usaha yang menggairahkan. Elemen-elemen
perubahan ekonomi yang ditujukan untuk menarik lebih banyak investasi, dapat berwujud pelonggaran
larangan masuk dalam berbagai sektor, deregulasi industri, pembebasan kontrol harga, privatisasi,
kemandirian bank sentral, penghampusan lisensi impor, penghapusan tingkat suku bunga asing dan
pengaturan tingkat bunga, penyederhanaa aturan merger dan akuisisi serta kebijakan perdagangan.
Perubahan yang lambat dalam meningkat iklim investasi merupakan tantangan yang muncul
ketika pemerintah hanya melihat sebagian permasalahan saja. Perusahaan memang merupakan sumber
kekayaan yang utama, dan iklim investasi yang baik akan membantu mereka. Namun iklim investasi
yang baik juga harus memperhatikan masyarakat secara menyeluruh, tidak hanya perusahann, dan
kepentingan keduanya saling bertentangan. Selain itu, dapat pulat terjadi perbedaan antara kepentingak
kebijakan dengan prioritas antara dan di dalam perusahaan. Merespons pada permasalahan yang
muncul dapat memunculkan empat tantangan utama, dan cara pemerintah merespons terhadap
tantangan tersebut memiliki dampak yang besar terhadap iklim investasi, pertumbuhan ekonomi, dan
angka kemiskinan :
- mencegah praktek pungli
Kebijakan iklim investsi merupakan target yang menarik bagi pegawai pemerintahan,
perusahaan dan pihak berkepentingan lainnya. Korupsi dapat meningkatkan biaya melakukan usaha-
dan ketika hal ini merambat hingga pegawai tertinggi pemerintahan dapat menyebabkan distorsi dalam
kebijakan. Kolusi, Nepotisme merupakan penyebab distorsi utama, mengorbankan kepentingan lainnya
demi kelompok tertentu.
- membangun kredibilitas
Ketidak pastian akan masa depan mempengaruhi apakah perusahaan akan memilih untuk
berinvestasi atau tidak. Pemerintah perlu menyediakan aturan main yang jelas, sebab pendekatan yang
kurang kredible akan gagal dalam menghasilkan respons investasi yang diinginkan, tidak perduli
seberapa baik peraturan atau seberapa baik kebijakan itu dihasilkan.
- mempercepat kepercayaan publik dan legitimasi
Perusahaan dan pemerintah tidak berinteraksi dalam ruang hampa. Kepercayaan antara pelaku
pasar menghasilkan pertukaran yang produktif dan mengurangi beban regulasi dan beban kontrak.
Kepercayaan publik dan kepercayaan diri dalam pasar serta perusahaan akan mempengaruhi tidak
hanya keberhasilan reformasi, namun, melalui pengaruhnya terhadap sustainability kebijakan, dan
kredibilitas juga mempengaruhi respons perusahaan.
- memastikan bahwa respons kebijakan memunculkan bentuk kelembagaan yang baik
(institutional fit)
Design kebijakan iklim investasi perlu memperhitungkan sumber kesalahan pemerintah dan
perbedaan dalam kondisi lokal. Pertimbangan yang tidak cukup akan bentuk kelembagaan yang baik
dapat memberikan hasil yang buruk dan tidak memuaskan.
BAB III
PELAKSANAAN PROGRAM KERJA
3.1 Pelayanan Satu Pintu dalam Teori dan Praktis.
Dalam menghadapi proyek investasi dan mengoperasikannya, investor cenderung menghadapi
berbagai langkah-langkah dimana mereka harus berinteraksi dengan berbagai agen pemerintah untuk
memperoleh bermacam perizininan yang diperlukan, license, pembebasan. Sebagai langkah pertama,
calon investor asing, misalnya, memerlukan visa untuk menjelajahi suatu negara dan mencari daerah
calon investasi. Setelah mengembangkan proyek investasi yang menarik, perizinan investasi asing dan
atau perizininan industri umum diperlukan. Perizinan sektoral atau industri spesifik umumnya
diperlukan sebelum operasi dapat dimulai. Perusahaan baru diperlukan untuk didaftarkan. Modal yang
dibayarkan perlu dinilai dalam sertifikasi ( in-kind an certified ).
Otoritas perpajakan perlu mendaftarkan perusahan. Prosedur Pendaftaran dan Perizinan perlu
dilengkapi dengan otoritas keuangan, perbankan dan perdagangan dalam kasus yang meliputi
pertukaran asing dan transaksi ekspor/ impor. Otoritas pusat, regional dan lokal perlu memiliki akses
langsung terhadap tanah dan memberi perizinan tehadap konstruksi dan pemberlakuan fasilitas
produksi. Untuk merekrut pekerja domestik maupun asing, perizinan perlu diperoleh dari kantor tenaga
kerja dan imigrasi. Perizinan dan Pemeriksaan diperlukan dari berbagai otoritas, termasuk lingkungan,
kesehatan, keamanan dan tenaga kerja. Secara singkat, investor harus tetap berhubungan langsung
dengan berbagai macam otoritas pemerintahan yang berbeda dan melewati prosedur administrasi
mereka sebelum operasi dapat dimulai. Penundaan dalam langkah-langkah ini dapat diartikan sebagai
tambahan biaya dan pendapatan yang hilang, dan perizinan apa pun, perizinan yang tidak dapat
dihasilkan dalam waktu singkat dapat membatalkan semua rencana proyek.
Melihat kompleksitas proses ini, konsep OSS ( One-Stop Shop ) kelihatan sangat menjanjikan.
Idea dasarnya adalah investor hanya akan berhadapan dengan satu entitas / lembaga untuk memperoleh
semua administrasi yang diperlukan, di dalam suatu proses yang terkoordinasi dan efektif ( streamlined
), dibanding harus melalui labirin dari berbagai badan pemerintah yang berbeda. Dalam prakteknya
mekanisme semacam itu berjalan di banyak negara di dunia ini.
Dalam pengertian sempit, OSS dapat berarti sebagai satu agen pemerintah yang memiliki semua
otoritas yang diperlukan untuk memberi berbagai perizinan (licenses, permits, approvals dan
clearances). Tanpa otoritas yang mampu menangani semua urusan tersebut, agen pemerintah tidak
dapat mengatur berbagai pengaturan selama proses. Oleh sebab itu, dalam hal ini agen tersebut tidak
dapat menyediakan semua bentuk perizinan yang diperlukan dalam berbagai tingkat administrasi,
sehingga harus bergantung pada otoritas lain.
Dalam prakteknya, pemikiran ideal mengenai OSS terbukti tidak realistis. Banyak pemerintah
yang mencoba mengimplementasikan bentuk OSS harus berhadapan dengan penolakan yang besar dari
setiap agen pemerintahan yang bertanggung jawab terhadap berbagai prosedur administrasi yang
berbeda. Hal yang terlebih penting, departmen dan agen yang lain merasa khawatir bahwa
pembentukan OSS semacam itu dapat menghentikan otoritas dan mandataris mereka, sehingga
menyebabkan pertarungan kekuasaan yang keras antar birokrasi pemerintahan.
Tetapi lebih dari apakah bentuk OSS seperti itu memungkinkan secara politis merupakan suatu
pertanyaan apakah suatu agen tunggal harus memiliki otoritas dan kekuasaan sebesar itu. Hal ini
penting mengingat kebanyakan agen dan proses administrasi dapat dihasilkan dalam menghasilkan
berbagai kebijakan yang penting bagi pemerintah. Apakah itu terkait dengan imigrasi , degradasi
lingkungan , maupun penghindaran pajak , kesehatan dan permasalahan keamanan, setiap agen
mencoba untuk menyelesaikan masalah tertentu dengan staff dan proses yang khusus. Setiap OSS yang
hendak menyediakan otoritas dalam bidang-bidang tersebut, akan harus membangun kembali struktur
yang mirip secara internal ( in-house ). Jika tidak perizinan seperti Analisis Dampak Lingkungan
(AMDAL), pembayaran kembali VAT (Value-Added Tax) atau sertifikasi kesehatan dan keamanan
tidak akan memenuhi tujuan kebijakan yang ditetapkan. Namun dengan menghasilkan kapasitas
administratif semacam itu akan mengubah OSS menjadi super agen yang sangat birokratis dengan
banyak sekali staff dan keperluan sumber daya. Tidak mungkin agen semacam itu dapat menghasilkan
pelayanan yang cepat dan berorientasi konsumen terhadap sektor swasta.
Pemerintah oleh sebab itu umumnya mencoba untuk tidak membentuk badan pelayanan terpadu
atau OSS ( One-Stop Shop ) dalam pengertian yang sempit. Sebaliknya mereka cenderung untuk
menggunakan suatu bentuk mekanisme koordinasi dimana berbagai otoritas mempertahankan
mandataris dan tanggung jawab mereka.Struktur umum dari mekanisme terkoordinasi tersebut terdiri
dari berbagai delegasi staff dari berbagai departemen dan agen untuk membangun kantor mereka dalam
lokasi yang sama, umumnya berupa Agen Promosi Investasi atau IPA ( Investment Promotion
Agencies ).
Beberapa contoh yang luar biasa dan terkenal adalah kantor pelayanan investasi yang bekerja
dengan sukses seperti Economic Development Board (EDB) di Singapore, Malaysian Industrial
Development Authority (MIDA) dan Industrial Development Authority (IDA) di Irlandia. Pada ketiga
kasus ini, investor dapat bergantung pada agen pemerintah untuk menyediakan hampir semua perizinan
yang diperlukan. EDB dan IDA pada dasarnya mampu mengatur secara langsung berbagai prosedur
perizinan sehingga investor hanya perlu berhadapan dengan jumlah otoritas yang sedikit, bahkan dalam
kasus-kasus tersebut, kedua agen cenderung sangat efektif dalam memastikan kerjasama. MIDA, dalam
hal lain, mulai sebagai mekanisme koordinasi yang murni dan mengalami masalah-masalah untuk
memulai sebagai kantor pelayanan terpadu. Namun dengan dukungan yang kuat dari perdanan menteri
secara langsung, keterlibatan MIDA sebagai wakil investor dapat menjamin secara efektif perizinannya
tanpa kesulitan.
3.2 Tinjauan Kelembagaan Sistem Pelayanan investasi terpadu yang diterapkan di Indonesia.
3.2.1 Sistem Pelayanan Satu Pintu
Dasar Hukum :
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 tahun 2006
Secara khusus, pemerintah melihat perlunya perubahan dalam pelayanan OSS terutama bagi
PMDN ( Penanaman Modal Dalam Negeri ). Oleh sebab itu, dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi melalui peningkatan investasi dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada peran
usaha mikro, kecil dan menengah, pemerintah melakukan penyederhanaan penyelengaraan pelayanan
terpadu melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 tahun 2006. Melalui peraturan ini dibentuk
pedoman pelayanan satu pintu yang diharapkan mampu mewujudkan pelayanan publik yang cepat,
murah, mudah transparan pasti dan terjangkau.
Signifikansi Reformasi Sistem Pelayanan Satu Pintu
Beberapa penyederhanaan yang dilakukan melaui sistem ini, yaitu :
• pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan oleh Perangkat Daerah
Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yaitu perangkat pemerintah daerah yang
memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola semua bentuk pelayanan perizinan dan non
perizinana di daerah dengan sistem satu pintu.
• percepatan waktu proses penyelesaian elayanan tidak melebihi standar waktu yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah;
• kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan
daerah;
• kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan proses pemberian
perizinan dan non perizinan sesuai dengan urutan prosedurnya;
• mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama untuk dua atau Lebih
permohonan perizinan;
• pembebasan biaya perizinan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ingin memulai
usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku; dan
• pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan pelayanan.
b. 1. Perbaikan dalam Aspek Kelembagaan :
• Aspek Regulatif
Sistem OSS dalam bentuk pelayanan satu pintu dibentuk selaras dengan UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Dalam hal ini, sistem pelaynan satu pintu mengandung implementasi
yang berfokus pada desentralisasi dan mendukung otonomi daerah. Dapat dilihat bahwa pemerintah
Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota dan perangkat daerah) diberikan mandat yang lebih luas untuk
mengelola perizinan investasi di daerahnya masing-masing.
• Aspek Koordinatif
Untuk menghindari tumpang tindih kelembagaan, sistem pelayanan satu pintu mengatur juga
tentang pembinaan atas penyelengaraan OSS oleh Menteri Dalam Negari dan Kepala Daerah dalam
rangka mempertahankan mutu pelayanan perizinan dan non perizinan.
Dalam kerangka pengembangan PPTSP di propinsi, ada koordinasi yang jelas antara Pemerintah
Propinsi dengan Kabupaten Kota. Hal ini dapat dilihat dengan penentuan adanya daerah percontohan
dan proses sosialisasi di kabupaten/kota yang dilakuakan di bawah pengawasan langsung Gubernur.
• Aspek Sumber Daya Manusia
Berdasarkan aturan yang ada, bahwa pegawai yang ditugaskan di lingkungan PPTSP diutamakan
yang mempunyai kompetensi di bidangnnya. dan memperoleh tunjangan khusus sesuai dengan
kemampuan keuangan daerah.
• Aspek Transparansi / partisipasi masyarakat
Dalam sistem OSS pelayanan satu pintu, dirinci mengenai kewajiban PPTSP untuk menyediakan
informasi berkatian dengan jenis pelayanan dan persyaratan teknis, mekanisme penelusruan posisi
dokumen pda setiap proses, biaya dan waktu perizinan, serta tata cara pengaduan yang dilakuakn secar
jelas melalui berbagai media yang mudah diakses dan diketahui oleh masyarakat.
Selain itu untuk menjamin kualitas pelayanan, PPTSP juga wajib melakukan penelitian kepuasan
masyarakat secara berkala sesuai peraturan perundang-undangan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan Hasil Penelitian
Dari hasil tinjauan di atas, dapat dilihat bahwa melalui initiatif OSS (One-Stop Shop),
pemerintah pusat maupun daerah memperoleh pengalaman pembelajaran (learning experience) yang
lebih cepat dalam membenahi bidang-bidang yang berhubungan dengan dengan perizinan investasi.
Sebelum adanya peraturan ini pada tahun 2004, pemerintah mengalami stagnansi dalam perbaikan
sistem perizinan sejak dimulainya otonomi daerah.
Menurut World Bank, Pengalaman menunjukkan bahwa dalam kondisi terbaik sekalipun,
pembentukan OSS tidak akan secara otomoatis menghasilkan proses yang efisien dan disederhanakan
(streamlined) dalam melaksanakan proyek investasi. Jelas sekali bahwa tidak ada agen yang dapat
memimpin berbagai produser administratif dan mengurangi waktu serta langkah prosedural yang
dilaksanakan dalam sekejap. Sebaliknya OSS akan harus bekerja sama dengan erat dengan semua
otoritas untuk mengatur secara hati-hati dan membangun proses perorangan yang lebih tidak
memberatkan bagi investor tanpa mengkompromasikan tujuan kebijakan lain.
Ini merupakan proses politik yang memakan waktu yang tidak dapat dicapai dalam waktu
sekejap. Bagaimanapun, lembaga OSS yang kuat dapat melayani sebagai katalis kunci dalam proses
reformasi kebijakan. Dengan dorongan politik yang cukup dari pemerintahan atas, berbagai otoritas
tidak dapat hanya diyakinkan untuk membantu implementasi proyek investasi perorangan, tetapi
sebaliknya bekerja sama secara serius dalam meninjau dan mereformasi prosedur mereka. Tetapi agar
ini dapat terjadi manajemen kantor pelayanan terpadu (OSS) perlu untuk bersiap dengan hati-hati.
Sebagai langkah pertama, manajemen OSS perlu mengembangkan hubungan kerja yang dekat
dan profesional dengan petugas perwakilan dari berbagai agen pemerintah dengan membuat mereka
merasa sebagai bagian dari usaha yang menyeluruh dalam mengundang investasi. Hanya dengan
begitu, petugas ini akan melaksanakan tugas administratifnya sehingga berkontribusi terhadap tujuan
keseluruhan dari menjaga aplikasi investor dengan secepat mungkin. Tetapi cara penyederhanaan
semacam itu tidak dapat membantu kelemahan struktural dalam proses tertentu yang mungkin
membutuhkan reformasi mendasar.
Untuk membangun opsi reformasi yang memungkinkan, manajemen harus menunjukkan bahwa
mereka benar-benar ingin mendapatkan pengertian yang terinci mengenai berbagai proses dan tujuan
kebijakan yang ada. Dalam kolaborasi yang dekat dengan petugas yang berwenang sebagaimana
dengan otoritas itu sendiri, manajemen harus mencoba untuk merancang alternatif yang dapat
memenuhi tujuan investor maupun pemerintah dalam cara yang lebih baik. Umumnya, tidak semua
reformasi dapat selalu ditempatkan dalam lingkungan yang mendukung dan baik. Dalam situasi dimana
bagian lain dari pemerintah tidak ingin bekerja sama, OSS akan membutuhkan dorongan politik yang
kuat untuk memaksa terbentuknya perubahan yang diperlukan. Dalam jangka panjang, hal ini akan
menghasilkan lingkungan investasi yang lebih menarik secara struktural.
Secara keseluruhan, fungsi utama dari OSS tidak sepenuhnya terletak dalam membangun
mekanisme yang mempermudah investor untuk mengatasi permasalahan administratif. Kekuatan utama
dari OSS terletak pada kemungkinan untuk mengidentifikasi kelembahan dari implementasi
administratif dalm kebijakan investasi suatu negara dan membuang segala permasalahan ini. Hal ini
berarti, kunci dari kantor pelayan terpadu atau OSS terletak pada reformasi kebijakan dan bukan pada
solusi sementara dan jangka pendek terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi investor
4.2 Saran/ Rekomendasi
Penerapan OSS sebagai motor reformasi kebijakan jangka panjang dapat terlaksana ketika
pemerintah menyadari pentingnya aspek sistem kelembagaan dalam implementasi OSS. Dengan
memperhatikan segi kelembagaan, maka diharapkan sisi operasional dapat berjalan baik dengan
sendirinya.
Berdasarkan hal itu, beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam implementasi sistem OSS di
indonesia adalah sebagai berikut :
Pertama, perlunya memastikan keikutsertaan departemen yang berkaitan beserta pucuk
pimpinan daerah (Bupati/ Walikota) untuk memberikan pelayanan yang baik dan melakukan perubahan
yang diperlukan, secara khusus pada awal kebijakan
Kedua, menyempurnakan peraturan-peraturan pusat maupun daerah yang terkait dengan
perizinan sehingga dapat dilakukan pemrosesan perizinan secara terpadu.
Ketiga, merubah kebiasaan kerja dari agen pemerintah yang mengurus OSS dengan melakukan
pelatihan secara terus menerus, motivasi dan insentif berbasis performa
DAFTAR PUSTAKA
1. Komaruddin, Drs, 1980. Persoalan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Alumni, Jakarta.
2. Syarifuddin. Prof, DR, 2007. Ekonomi Kelembagaan ; Sebuah Analisis Masalah Kelembagaan
Ekonomi Indonesia. Rajawali Press, Jakarta
3. Bornstein David, 2006. Mengubah Dunia : Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan Gagasan
Baru. Insist Press-Nurani Dunia
Top Related