Laporan Kasus Tuberkulosis (TBC) Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga
Click here to load reader
-
Upload
ahmad-azroei-yusup -
Category
Documents
-
view
292 -
download
39
description
Transcript of Laporan Kasus Tuberkulosis (TBC) Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga
Laporan Kasus Tuberkulosis (TBC) Dengan
Pendekatan Kedokteran Keluarga
Wan Ahmad Amin Bin Wan Ali
10-2007-219
Tanggal: 29 JULI 2010
Laporan Kasus Tuberkulosis (TBC) Dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga
Oleh Wan Ahmad Amin Bin Wan Ali (10-2007-219)
Pendahuluan
Dokter keluarga adalah dokter yang berprofesi khusus sebagai Dokter Praktik Umum yang
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama (pelayanan kesehatan primer) dengan
menerapkan prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga. Sasaran dari dokter keluarga bukan hanya
pelayanan kesehatan perorangan, ia juga berusaha meniadakan sumber penularan penyakit.
Dengan melakukan kunjugan ke rumah pasien, tujuan dari kedokteran keluarga dapat
disempurnakan.
Tujuan dan manfaat kunjungan rumah
Manfaat kunjungan rumah antara lain adalah untuk meningkatkan pemahaman dokter tentang
pasien, meningkatkan hubungan dokter pasien, menjamin terpenuhinya tuntutan dan kebutuhan
kesehatan pasien.
Masalah
Masalah TBC di Indonesia bukan hanya sebagai masalah kesehatan semata-mata, namun juga
berkaitan dengan masalah sosial dan ekonomi. Diperkirakan, seorang penderita TBC positif akan
menularkan kepada 10-15 orang penduduk setiap tahun. Oleh itu, tindakan penanggulangan
secara optimal, terpadu dan menyeluruh adalah sangat perlu bagi memberantas TBC di
Indonesia.
Materi/metode
Wawancara dengan pasien dan pengamatan dari data yang didapatkan menerusi perangkat
kuesioner.
Pembahasan
Pasien
Identitas
Seorang wanita bernama Halimah, berusia 48 tahun merupakan seorang suri rumah yang kini
menetap di rumah kosan beralamat Jalan Tomang Tinggi I, RT 01/02. Taraf pendidikan yang
beliau tamatkan adalah sekolah dasar (SD). Beliau kini adalah antara pasien rutin di Puskesmas
Tomang dengan nomor register 1035/7. Sekitar 4 bulan sebelumnya, beliau mengeluh batuk yang
tidak sembuh. Pasien baru menerima pengobatan TBC sejak 2 bulan yang lalu dari Puskesmas
Tomang dan kini sedang megkonsumsi obat anti TBC fixed-dose combination (OAT-FDC)
adalah tablet yang berisikombinasi beberapa jenis obat anti TBC dengan dosis tetap.
Anamnesis
Dari anamnesis yang dilakukan, selain keluhan di atas, pasien turut menderita penyakit diabetes
mellitus (DM) dan pasien sering kontrol ke pukesmas untuk memantau kadar gula darahnya.
penyakit ini mula dideteksi beberapa tahun sebelumnya secara kebetulan karena pasien
mengalami infeksi yang sukar sembuh pada tangan. Infeksi ini timbul akibat dari tabiat suka
menusuk sekitar sisi kuku jari tangan dengan benda tajam untuk menghilangkan keluhan gatal.
Kesan dari infeksi tersebut, beberapa jari tangan pasien kaku. Walaubagaimanapun, tabiat ini
telah dihindari.
Pasien stress karena khuatir jiran tetangga mengetahui akan kondisi kesehatannya. Beliau khuatir
jiran tetangga akan mejauhinya jika penyakitnya sampai diketahui orang. Pasien sering mengeluh
pusing setiap kali memikirkan hal tersebut. Keluhan ini telah membawa pasien untuk berobat ke
puskesmas sehingga pasien didapati turut menderita hipertensi. Kini pasien sering kontrol ke
puskesmas untuk ketiga-tiga penyakitnya.
Pemeriksaan
Keluhan penyakit pasien seperti TBC, DM dan hipertensi dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan ini penting bagi menegakkan diagnosis. Untuk penyakit TBC,
pemeriksaan yang merupakan gold standard adalah pemeriksaan kultur sputum. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengkultur kuman Mycobacterium tuberculosis yang merupakan agen dari
penyakit TBC. Selain pemeriksaan sputum, tes Mantoux dan radiologi turut dapat membantu
diagnosis. Pada panyakit DM, terdapat pelbagai kaedah untuk memantau kadar gula darah.
Antara pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan kadar glukosa urin, kadar glukosa
dalam darah dan tes HbA1C. Pemeriksaan untuk tensi darah dapat digunakan alat
sphygmomanometer.
Diagnosis
Diagnosis bagi pasien ini adalah penyakit TBC yang diperberat dengan penyakit DM. Penyakit
TBC ini merupakan sejenis penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC yaitu
Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
Terapi
Dalam menerapkan terapi yang efektif, penyuluhan haruslah diberikan kepada pasien. Tujuan
dari penyuluhan ini adalah bagi mengurangkan angka putus obat kurang dari 10%. Penyuluhan
dapat dilakukan pada setiap kesempatan seperti waktu pemberian obat, waktu pemeriksaan
dahak, pada waktu kunjungan rumah atau pada kegiatan lain. Sasaran dari penuluhan adalah
penderita TBC, keluarga penderita dan masyarakat.
Pengobatan pasien TBC haruslah dimulai dengan menjelaskan tentang pengobatan yang harus
dijalaninya. Penjelasan ini perlulah terdiri dari tatacara konsumsi obat, lama pengobatan, efek
samping obat dan perlunya pengobatan secara tekun dan teratur tanpa putus. Hal ini perlu
dilakukan agar pasien tahu akan tanggungjawabnya serta tidak terjadi penularan kepada orang
lain.
Kepatuhan pasien dapat diterapkan dengan megajukan jadwal konsumsi obat yang melibatkan
pasien dan pengawas pengobatan (salah satu keluarga pasien) yang telah disepakati bersama,
baik jadwal konsumsi obat harian untuk bulan pertama maupun jadwal konsumsi obat 2 kali
seminggu untuk bulan kedua sampai bulan keenam. Rifampicin dianjurkan diminum ½ jam
sebelum makan atau 2 jam setelah perut kosong untuk menjamin absorpsi maksimal oleh
lambung atau usus.
Keluhan mual, pusing dan muntah setelah minum obat jangka pendek dapat ditempuh beberapa
cara untuk mengatasinya yaitu minum obat pada malam hari sebelum tidur, minum obat sesudah
makan, dosis obat dibagi dua, setengah dosis pada siang hari, setengah dosis pada malam hari
atau paduan obat jangka pendek dapat diberikan kepada ibu hamil dan ibu menyusui. Bagi
wanita yang sedang menggunakan obat kjangka pendek agar tidak menggunakan pil suntikan
atau susuk KB karena keampuhan kontrasepsi tersebut akan berkurang. Dianjurkan
menggunakan metode KB lain. Efek samping rifampisin akan menyebabkan air liur, air mata dan
urin berwarna merah.
Pengobatan harus segera diberhentikan apabila diketahui penderita megalami gannguan fungsi
hati yang dapat diketahui dengan munculnya ikterus dan bila ibu hamil dalam pengobatan.
Prognosis
Prognosis Nyonya Halimah adalah dubia ad bonam. Dengan kepatuhan beliau mengkonsumsi
obat ditambah motivasi untuk membesarkan anak-anaknya, membuatkan beliau berusaha untuk
sembuh dari penyakit TBC yang dideritainya.
Keluarga pasien/ pasien sendiri
Keadaan biologis
kedaan biologis dinilai dari jumlah anggota keluarga, keadaan kesehatan sekarang, kebersihan
perorangan, penyakit keturunan, kecacatan anggota keluarga, pola makan dan pola istirahat.
Keluarga Nyonya Halimah terdiri dari empat ahli yaitu Tuan Samaun (50 tahun) sebagai ketua
keluarga, Nyonya Halimah (48 tahun) sebagai isteri, Nur Anissa (15 tahun) sebagai anak sulung
dan Fajar Sidik Maulana (8 tahun) sebagai anak bongsu. Ketika kunjungan dilakukan, didapati
kesehatan pasien adalah baik. Menurut pasien sendiri, beliau berada dalam keadaan sehat. Dari
pemerhatian, didapati kebersihan diri pasien cukup baik, pasien kelihatan terurus. Tentang
penyakit keturunan beliau, faktor genetik diduga turut menyumbang kepada DM yang dideritai
pasien. Hal ini disokong oleh riwayat kakak pasien yang turut menderita DM. namun begitu,
riwayat DM pada orang tua pasien tidak dapat dipastikan karena kurangnya maklumat.
Kecacatan yang terdapat pada pasien hanya kekakuan beberapa jari tangan pasien sesuai
penjelasan yang terdapat di atas dan tidak didaptkan kecacatan lain dalam anggota keluarga
pasien. Dari anamnesis, didapatkan pola makan pasien adalah baik. Menurut pasien, beliau sudah
sering membatasi konsumsi gula bagi mengawal kadar gula dalam darahnya. Pola istirahat
pasien juga baik dan teratur.
Keadaan psikologis
Kedaan psikologis dinilai dari kebiasaan buruk, pengambilan keputusan, ketergantungan obat,
tempat mencari pelayanan kesehatan dan pola rekreasi. Dari pemerhatian sepanjang kunjungan
dilakukan, didapati pasien tidak mempunyai kebiasaan buruk. Dari anamnesis, pasien
menjelaskan bahawa suaminya mempunyai tabiat merokok di luar rumah. Anggota keluarga
yang lain didapati tidak mempunyai kebiasaan buruk. Dalam keluarga pasien, yang mengambil
keputusan adalan suami pasien. Dari wawancara dengan pasien, masalah ketergantungan obat
disangkal baik untuk diri pasien maupun ahli keluarga pasien. Ketika ditanyakan pada
pasiententang tempat untuk medapatkan rawatan sekiranya ada masalah kesehatan, menurut
pasien, beliau akan segera berkunjung ke puskesmas atau praktek. Disamping itu, didapati pola
rekreasi bersama antara ahli keluarga pasien adalah kurang.
Keadaan sosiologis
Keadaan sosiologis diperhatikan dari tingkat pendidikan, hubungan antar anggota keluarga,
hubungan dengan orang lain dan kegiatan organisasi sosial.
Tingkat pendidikan suami pasien adalah sampai SD, tingkat pendidikan pasien juga sampai SD,
pendidikan anak sulung pasien sampai SMP dan anak bongsu sedang menerima pendidikan SD.
Hubungan antar keluarga adalah baik dan hubungan dengan orang lain sperti jiran juga baik.
Walaupun begitu, didapati kegiatan organisasi sosial adalah sedang.
Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi keluarga adalah baik memandangkan suami pasien masih bekerja sebagai
buruh dan ditambah dengan anak sulung yang bekerja sebagai tukang cuci.
Kedaan kebudayaan
Tuan Samaun dan nyonya Halimah keduanya berasal dari suku Sunda. Amalan atau adat yang
masih diikuti disangkal. Menurut beliau, pasien dan keluarganya menjalani kehidupan sesuai
masyarakat sekeliling.
Keadaan rumah dan lingkungan
Kedaan rumah dan lingkungan dinilai dari jenis bagunan, lantai rumah, luas rumah, penerangan
kebersihan, ventilasi udara, dapur, jamban keluarga dan sumber air minum. Bagunan tempat
tinggal pasien dan keluarganya adalah rumah kos dan merupakan bagunan permanen. Jenis lantai
rumah adalah keramik. Luas rumah kurang lebih 6 X 4 m2. Penerangan kawasan rumah adalah
pada tahap sedang. Kebersihan rumah adalah baik. Tidak didapatkan sampah yang tidak terurus
maupun serangga yang berkeliaran. Keadaan ventilasi udara kawasan rumah adalah kurang.
Keadaan ini sedikit sebanyak dapat menyumbang kepada masalah kesehatan pasien dan ahli
keluarganya. Dapur dan jamban keluarga tersedia. Sumber air minum adalah dari air sumur
(pompa).
Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia
menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India
dan China. Penyakit ini sangat mudah menular sehingga tindakan efektif yang segera perlu
diambil. Penanganan yang diambil pula perlulah mencakup dari segi host, lingkungan dan agen.
Dengan meningkatnya taraf kesehatan host, perbaikan lingkungan yang lebih menguntungkan
host dan pemutusan rantai penularan agen, diharap penyakit TBC ini dapat diberantas secara
tuntas sehingga masyarakat Indonesia tidak lagi dibelenggu masalah yang sama.
Saran
Promotif
Penyuluhan tentang pola hidup yang sehat, konsumsi makanan bergizi, meninggalkan kebiasaan
buruk, perbaikan lingkungan agar lebih aman untuk didiami, kepatuhan konsumsi obat dan
memberi penjelasan tentang punca penyakit, gejala penyakit, patogenesa penyakit dan
bagaimana menghindari penyakit.
Preventif
TBC:
1. Aspek pasien: tidak menularkan penyakit ini kepada orang lain. Pengobatan yang benar
sehingga sembuh.
2. Aspek keluarga : menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan. Elakkan kontak yang
erat dengan pasien selama pengobatan. Mendukung pasien dalam pengobatan.
Mendapatkan imunisasi untuk TB.
3. Aspek masyarkat: Perlu dilakukan bebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan
penderita dan juga masyarakat tentang penyakit tuberculosis paru. Dalam hal ini peranan
dan kemampuan petugas kesehatan dan juga kader kesehatan harus senantiasa digiatkan
dan ditingkatkan. Kerjasama dengan media massa juga perlu dibina.
Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC)
dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada,
radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian
INH 5–10 mg/kgbb/hari.
1. Pencegahan (profilaksis) primer
Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).
INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-).
Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber
penularan TB aktif sudah tidak ada.
2. Pencegahan (profilaksis) sekunder
Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC.
Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.
Kuratif
Pengobatan TBC pada orang dewasa
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari
(tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam
seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
o Penderita baru TBC paru BTA positif.
o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
2. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
o Penderita kambuh.
o Penderita gagal terapi.
o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif
Lampiran
Kartu Keluarga