tuberkulosis atau TBC

42
BATUK DARAH Seorang laki-laki, 34 thn, datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk darah sebanyak kurang lebih ¼ gelas air mineral setiap kali batuk, dalam sehari pasien batuk lebih kurang 10 kali. Gejala sudah dirasakan oleh pasien sejak tiga bulan yang lalu, berupa batuk berdahak yang disertai demam dan berkeringat terutama malam hari. Riwayat penyakit pada keluarga: istri pasien menderita TBC paru aktif. Pada pemeriksaan fisisk didapatkan: kesadaran komposmentis, lemah, TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/mnt, frekuensi nafas 26x/mnt, suhu 36 0 C, habitus asteniku. Hemitoraks kanan: fremitus taktil dan vokal meningkat, perkusi sonor dan ronkhi basah kasar di apeks paru. Jantung dan abdomen dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium: Hb 11 g/dL, LED 60 mm/jam, Leukosit 9000/ L, BTA sputum (+/+/+). Pemeriksaan rontgen thoraks: infiltrat dan cavitas pada 1/3 atas paru-paru kanan. Dokter meyimpulkan pasien menderita Tuberkulosis Paru dengan Hemoptoe dan akan memberi terapi OAT kategori I sesuai dengan prinsip dasar pengobatan P2M TB di Pusekesmas, karena riwayat alamiah perjalanan penyakit TBC bersifat kronis, maka dokter menganjurkan untuk dilakukan screening pada anak-anaknya. Serta menunjuk anggota keluarganya untuk menjadi pengawas menalan obat (PMO). Skenario II “Batuk Darah” 1

Transcript of tuberkulosis atau TBC

Page 1: tuberkulosis atau TBC

BATUK DARAH

Seorang laki-laki, 34 thn, datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk darah

sebanyak kurang lebih ¼ gelas air mineral setiap kali batuk, dalam sehari pasien batuk

lebih kurang 10 kali. Gejala sudah dirasakan oleh pasien sejak tiga bulan yang lalu,

berupa batuk berdahak yang disertai demam dan berkeringat terutama malam hari.

Riwayat penyakit pada keluarga: istri pasien menderita TBC paru aktif.

Pada pemeriksaan fisisk didapatkan: kesadaran komposmentis, lemah, TD

100/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/mnt, frekuensi nafas 26x/mnt, suhu 360 C, habitus

asteniku. Hemitoraks kanan: fremitus taktil dan vokal meningkat, perkusi sonor dan

ronkhi basah kasar di apeks paru. Jantung dan abdomen dalam batas normal.

Pemeriksaan laboratorium: Hb 11 g/dL, LED 60 mm/jam, Leukosit 9000/ L,

BTA sputum (+/+/+). Pemeriksaan rontgen thoraks: infiltrat dan cavitas pada 1/3 atas

paru-paru kanan. Dokter meyimpulkan pasien menderita Tuberkulosis Paru dengan

Hemoptoe dan akan memberi terapi OAT kategori I sesuai dengan prinsip dasar

pengobatan P2M TB di Pusekesmas, karena riwayat alamiah perjalanan penyakit TBC

bersifat kronis, maka dokter menganjurkan untuk dilakukan screening pada anak-

anaknya. Serta menunjuk anggota keluarganya untuk menjadi pengawas menalan obat

(PMO).

Skenario II “Batuk Darah” 1

Page 2: tuberkulosis atau TBC

SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopik dan Mikroskopik Paru-paru

2. Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Pernafasan

3. Memahami dan menjelaskan Bakteri Mycobacterium tubercolusis

4. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi dan Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit

TBC Paru

5. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis, Morfologi Tuberculosis Paru

6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis, Komplikasi, dan Prognosis TBC Paru

7. Memahami dan Menjelaskan Hukum Merokok Menurut Agama Islam.

Skenario II “Batuk Darah” 2

Page 3: tuberkulosis atau TBC

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopik dan Mikroskopik Paru-paru

Jantung dan Pru-paru tampak dari depan

Mikroskopik lobulus sekunder dari kedalaman paru dan lobulus primer

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari sel-sel

epitel dan dan endotel. O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

Paru-paru dibagi menjadi dua, yakni :

Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru):

o Lobus pulmo dekstra superior

o Lobus medial

o Lobus inferior.

Skenario II “Batuk Darah” 3

Page 4: tuberkulosis atau TBC

Paru-paru kiri, terdiri dari:

o pulmo sinister lobus superior

o pulmosinister lobus inferior.

Tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih kecil (segmentalis):

Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu :

5 buah segment pada lobus superior, dan

5 buah segment pada inferior

Paru-paru kanan mempunyai 10 segmet yakni :

5 buah segment pada lobus inferior

2 buah segment pada lobus medialis

3 buah segment pada lobus inferior

Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama

lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang

berisi pembuluh-pembuluh darah geteh bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus

terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang - cabang banyak

sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir

pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.

Letak paru-paru

Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah rongg

dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau

hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oeh selaput

selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua :

Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung

membungkus paru-paru.

Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding dada.

Skenario II “Batuk Darah” 4

Page 5: tuberkulosis atau TBC

Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.

Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat

berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang 1. Serabut

symphaticus: truncus sympaticus

pandangan dorsal jantung dan paru-paru yang telah dibelah

Paru kanan dan kiri

pleura parietalis berdasarkanletaknya terbagi atas:

a. Pleura costalis

b. Pleura diaphragmtica

c. Pleura mediatinalis

d. Pleura cervicalis

Skenario II “Batuk Darah” 5

Page 6: tuberkulosis atau TBC

Pada hillus terdapat ligamentum pulmonale yng berfungsi untuk mengatur

pergerakan alat dalam hillus selama proses respirasi.

Alat yang masuk pada hillus pulmonalis: (brouncus primer, arteri pulmonalis,

arteri brounchialis, dan syaraf). Alat yang keluar pada hillus pulmonalis: (vena

pulmonalis, vena bronchialis, dan vasa limfatisi)

Persarafan Paru:

Serabut aferrent dan eferrent visceralis berasal dari truncus sympaticus dan

serabut parasympatiscus berasal dari nervus vagus.

1. Serabut symphatis

Truncusympaticus kanan dan kiri memberikan cabang – caang pada paru

membentuk plexus pulmonalis yang terletak didepan dan dibelakang broncus prim.

Fungsi saraf sympatis untuk merelaxasi tunica muscularis dan menghambat sekresi

bron cus.

2. Serabut para sympatikus

Nervus vagus kanan dan kiri juga memberikan cabang – cabang pada plexus

pulmonalis kedepan dan kebelakang. Fungsi saraf parasympaticus untuk konstraksi

tunica muscularis akibatnya lumen menyempit dan merangsang sekresi boncus.

MIKROSKOPI

Broncus

Broncus extrapulmonal sangat mirip dengan trakea

Tidak terdapat tulang rawberbentuk huruf “C”

Epitel bertingkat torak dengan silia dan sel goblet

Terdapat kelenjar campur

Pada lamina propia terdapat berkas – berkas otot polos.

Mucosa tidak rata, terdapat lipatan longitudinal karena kontraksi otot polos.

Skenario II “Batuk Darah” 6

Page 7: tuberkulosis atau TBC

BRONCHIOLUS

Tidak mempunyai tulang rawan dan pada lamina propia tidak terdapat kelenjar

Lamina propia terdapat otot polos dan serat elastin

Pada bronkiolus besar masih terdapat sel goblet.

Pada bronkiolus kecil, mucosa dilapisi sel – sel kuboid atau toraks renda, terdapat

sel tanpa silia, tidak terdapat sel goblet.

Pada bronkiolus kecil terdapat sel clara yang menghasilkan surfaktan.

BRONCUS TERMINALIS

Mucosa dilapisi oleh selapis sel kuboid.

Pada dinding tidak terdapat alveolus

Pada lamina dapat dilihat serat – serat otot polos

BRONCUS RESPIRATORIUS

Epitel terdiri dari sel torak rendah atau kuboid

Epitel terputus – putus, karena pada dinding terdapat alveolus.

Tidak terdapat sel goblet

Terdapat serat otot polos, kolagen, dan elastin.

DUCTUS ALVEOLARIS

Ductus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, bebentuk kerucut.

Epitel selapis gepeng

Diluar epitel, dindingnya dibentuk oleh jaringan fiboelastis.

Alveoli dipisahkan septum interalveolaris

ATRIA, SACCUS ALVEOLARIS dan ALVEOLI

Ductus alveolaris bermuara keatria.

Alveolus berupa kantung dilapisis epitel selapis epitel selapis gepeng yang sanagt

tipis.

Pada septum interalveolare terdapat serat retikular dan serat elastin.

Tiga jenis sel utama terletak didalam septum alveolaris

Skenario II “Batuk Darah” 7

Page 8: tuberkulosis atau TBC

1. Sel alveolar gepeng 9 tipe 1) atau sel epitel ppermukaan.

Inti sel yang gepeng

Sitoplasmanya sulit dilihat

2. Sel alveolar besar ( tipe II) atau sel septa

Sel ini tampa seperti sendiri – sendiri atau sebagai kelompok – kelompok kecil

Sel Epitel gepeng akan membentuk taut kedap.

Bentuk selnya kubis dan menonjol kedala ruanganalveol tetapi biasanya

terletak di sudut dinding alveol.

Lapisan mengandug surfaktan

Mempunyai kemampuan mitosis

Sel anak dianggap dapat menjadi sel tipe I, jadi dapat merupakan sumber

utama pembentukan sel baru yang melapisi alveoli.

SEL DEBU

Makrofag alveolar atau fagosit, memiliki ciri seperti makrofag di tempat ini.

Fagosit alveolar terdapat dalam jaringan interstisial septa interalveolaris, bebas dalam

rongga alveol. Banyak dari sel tersebut tidak diragukan lagi berasal dari monosit yang

berasal dari sum-sum tulang, tetapi sumbernya tetap dalam perdebatan.beberapa sel

nampaknya bervakuol yaitu bekas tempat lemak pada sitoplasma, mungkin kolestrol,

dan lainnya mengandung karbon yang difagositosis. Salah satu jenis yaitu siderofag atau

sel gagal jantung. Umumnya dijumpai bila ada bendungan aliran darah merah memasuki

alveoli (diapedesis), dalam keadaan ini makrofag memakan sel darah merah sehingga

akan mengandung hemosiderin. Fagosit relatif cepat diganti dan hampir seluruhnya

dikeluarkan kedalam sputum melalui percabangan bronkus. Beberapa sel yang terletak

didalam jaringan ikat septa interalveolaris, didalam pleura, dan sekitar pembuluh darah

serta saluran bronkial, relatif statis.

(buku ajar histologi & Anatomo Kedokteran YARSI)

Skenario II “Batuk Darah” 8

Page 9: tuberkulosis atau TBC

2. Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Pernafasan

Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan externa, oksigen dipungut

melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakheadan

pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler

pulmonaris.

Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen

dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah

merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.

Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingat ini

hemoglobinnya 95% jenuh oksigen.

Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme,

menembus membran alveolar-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui

pipa bronkhial dan trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.

4 proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan

externa:

1) Ventilasi pulmoner, atau gera pernapasan yang menukar udara dalam alveoli

dengan udara luar

2) Arus darah melalui paru-paru

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari

setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh

4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. Karbon

dioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-

paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah

datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah

CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah.

Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan

dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi yang dengan demikian terjadi

mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.

Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan

rendah, yaitu menuruni gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama

proses bernapas dengan mengikuti penurunan gradien tekanan yang berubah

berselang-seling antara alveolus dan atmosfer akibat aktivitas siklik otot-otot

pernapasan. Terdapat 3 tekanan berbeda yang penting pada ventilasi:

Skenario II “Batuk Darah” 9

Page 10: tuberkulosis atau TBC

Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat

udara di atmosfer terhadap benda-benda di permukaan bumi.

Tekanan intra-alveolus (intra-pulmonalis) adalah tekanan di dalam alveolus.

Tekanan intrapleura (tekanan intratoraks) adalah tekanan di dalam kantung

pleura; tekanan yang terjadi di luar paru di dalam rongga toraks. Tekanan

intrapleura biasanya lebih kecil daripada tekanan atmosfer, rata-rata 756 mmHg

saat istirahat.

Karena udara mengalir mengikuti penurunan gradient tekanan, maka tekanan

intra alveolus harus lebih rendah daripada tekanan atmosfer agar udara mengalir

masuk ke paru selama inspirasi. Demikian juga, tekanan intra alveolus harus lenih

besaru daripada tekanan atmosfer agar udara mengalir keluar dari paru selama

ekspirasi. Tekanan intra alveolus dapat diubah dengan mengubah volume paru sesuai

hukum boyle.

Mekanisme inspirasi

Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernapasan melemas, tidak ada udara yang

mengalir, dan tekanan intra alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Pada awitan

inspirasi, otot-otot inspirasi (diaphragma dan otot antariga eksternal) terangsang untuk

berkontraksi, sehingga terjadi pembesaran rongga toraks. Diafragma dipersarafi oleh

saraf frenikus. Diafragma bergerak ke bawah dan memperbesar volume rongga toraks.

Otot-otot antariga diaktifkan oleh saraf interkostalis.

Pada saat rongga toraks mengembang, paru juga dipaksa mengembang untuk

mengisi rongga toraks yang membesar. Sewaktu paru mengembang, tekanan intra

alveolus menurun karena molekul dalam jumlah yang sama kini menempati volume

paru yang lebih besar. Karena tekanan intra alveolus sekarang lebih rendah daripada

tekanan atmosfer, uadar mengalir masuk ke paru mengikuti penurunan gradient

tekanan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Udara terus mengalir sampai tidak ada

lagi gradient.

Mekanisme ekspirasi

Pada akhir inspirasi, otot-otot inspirasi melemas. Saat melemas, diafragma

kembali ke bentuknya, sewaktu otot antariga melemas, sangkar iga yang terangkat

turun, dan dinding dada dan paru yang teregang kembali menciut ke ukuran inspirasi

karena adanya sifat elastic.

Skenario II “Batuk Darah” 10

Page 11: tuberkulosis atau TBC

Sewaktu paru menciut dan berkurang volumenya, tekanan intra alveolus

meningkat, karena jumlah molekul udara yang lebih besar yang terkandung di dalam

volume paru yang besar pada akhir inspirasi sekarang terkompresi ke dalam volume

yang lebih kecil. Udara sekarang keluar paru mengikuti penurunan gradient tekanan

dari tekanan alveolus yang tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih rendah. Aliran keluar

udara berhenti jika tekanan intra alveolus menjadi sama dengan tekanan atmosfer dan

tidak lagi terdapat gradient tekanan.

Dalam keadaan normal, ekspirasi adalah suatu proses pasif karena terjadi akibat

penciutan elastic paru saat otot-otot inspirasi melemas tanpa memerlukan kontraksi

otot atau pengeluaran energi.

Volume paru dan kapasitas paru dapat ditentukan oleh:

Isi Alun Nafas / tidal volume/ volume pasang surut:

adalah udara yg keluar dan masuk paru pada pernafasan biasa. Pada keadaan

istirahat besarnya 500 cc.

Volume Cadangan Inspirasi /Inspiratory reserve volum /IRV

adalah volume udara yg masih dapat masuk kedalam paru pada inspirasi

maksimal, setelah inspirasi biasa. Pria :3.300 cc, Wanita :1.900 cc

Volume Cadangan Ekspirasi /Expiratory Reserve Volume/ERV

Adalah : jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru

melalui kontraksi otot otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. P 1.000 cc dan W:

700 cc

Volume Residu/ Residual Volume/ RV adalah udara yg masih tersisa dalam

paru setelah ekspirasi maksimal. Pria :1.200 cc Wanita :1.100 cc

Volume residu tidak dapat diukur secara langsung dgn spirometer karena

udara ini tidak keluar masuk paru,pengukuran dengan difusi gas.

Dapat dibagi dua :

Volume kollaps , udara yg masih dapat keluar dari paru ,setelah ekspirasi

maksimal dan hanya mungkin terjadi bila paru mengalami kollaps.

Volume minimal , udara yg masih tertinggal dalam paru setelah paru

kollaps dan tidak dapat dikeluarkan dgn cara apapun.

Skenario II “Batuk Darah” 11

Page 12: tuberkulosis atau TBC

Kapasitas Inspirasi / CI:

Jumlah udara maksimal yg dapat dimasukkan kedalam paru setelah akhir

ekspirasi biasa. CI = IRV + TV

Kapasitas Residu Fungsional /FRC, Jumlah udara didalam paru pada akhir

ekspirasi biasa. FRC = ERV + RV

Bermakna dalam mempertahankan kadar O2 dan CO2 yg relatif stabil dlm

alveol pada saat inspirasi dan ekspirasi.

Kapasitas Vital / Vital Capacity

VC adalah volume udara maksimal yg dapat keluar masuk paru selama satu

siklus pernafasan yaitu setelah inspirasi maksimal sampai ekspirasi maksimal.

VC = IRV + TV + ERV . Kemampuan pengembangan paru dan dada dan

dipengaruhi kebugaran seseorang.

Kapasitas Paru Total / Total Lung Capacity / TLC:

Jumlah udara maksimal yg dapat ditampung paru.

TLC = VC + RV Pria =6000 cc Wanita =4.200 cc

volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (forced expiratory volume, FEV1).

Volume udara yang dapat diekspirasi selama detik pertama ekspirasi pada

penentuan KV. Biasanya FEV1 adalah 80 % yaitu, dalam keadaan normal 80 %

udara yang dapat dipaksa keluar dari paru yang mengembang maksimum

dapat dikeluarkan dalam satu detik pertama.

VentPulmonal =TV X Frek nafas

Vent Pulm (ml/menit),TV (ml/nafas),Frek nafas (nafas/mnt)

[Lauralee Sherwood]

Skenario II “Batuk Darah” 12

Page 13: tuberkulosis atau TBC

3. Memahami dan Menjelaskan Bakteri Mycobacterium tubercolusis

Bentuk.

berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan ukuran 0,2- 0,4 x 1-4 um.

Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk identifikasi bakteri tahan

asam.

Tidak dapat digolongkan gram negatif atau gram positif

Biakan

Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu

bahkan kadangkadangsetelah 6-8 minggu.

Suhu optimum 37°C, tidak tumbuh pada suhu 25°C atau lebihdari 40°C.

Medium padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-Jensen. PH

optimum 6,4-7,0.

Terdapat 3 formulasi umu yang dapat di gunakan;

1. medium agar semi sintetik

medium ini mengandung garam, vitamin, kofaktor, asam oleat, albumin,

katalase, gliserol, glukosa, dan malakit hijau. Medium ini digunakan

untuk mengobservasi morfologi koloni, untuk uji sensitifitas, dan

menambahkan antibiotik sebagai medium selektif.

2. medium telur inspissated

medium ini mengandung garam, gliserol, dan substansi organik

kompleks. Medium ini digunakan sebagai medium selektif dengan

menambahkan antibiotik

3. medium kaldu

medium ini mendorong prolifersi inokulum kecil.

Sifat-sifat.

Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6°C selama 15-20 menit.

Biakan dapatmati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam.

Dalam dahak dapat bertahan 20-30p jam.

Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari.

Biakan basil inidalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan

dalam lemari dengan suhu20°C selama 2 tahun.

Myko bakteri tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektanantara lain

phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%.

Basil ini dihancurkanoleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 %

akan hancur dalam 2-10 menit.

Skenario II “Batuk Darah” 13

Page 14: tuberkulosis atau TBC

Bersifat aerob obligat

(Mikrobiologi Kedokteran Jawet)

Skenario II “Batuk Darah” 14

Page 15: tuberkulosis atau TBC

4. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi dan Riwayat Alamiah Perjalanan TBC Paru

Faktor risiko Tuberkulosis:

1. Infeksi Tuberkulosis

Orang-orang yang lahir di negara asing dari negara-negara yang

berinsiden tinggi

Orang-orang miskin dan sangat miskin, terutama di kota-kota besar

Penghuni penjara sekarang atau sebelumnya

Orang tunawisma

Pengguna obat injeksi

Pekerja perawat kesehatan yang merawat penderita berisiko tinggi

Anak yang terpajan pada orang dewasa berisiko tinggi

2. Penyakit Tuberkulosis bila Terinfeksi

Koinfeksi dengan virus imunodefisiensi manusia (HIV)

Penyakit gangguan imun lain, terutama keganasan

Pengobatan imunosupresif

Bayi dan anak ≤ 3 tahun

[Nelson]

Epidemiologi Global

Pada bulan Maret 1993, WHO mendeklarasikan TB sebagai global health

emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih

kurang 1/4 penduduk dunia terinfeksi oleh mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada

4.617.047 kasus TB yang tercatat di seluruh dunia.

Sebagian besar kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di Negara-

negara yang sedang berkembang. Di antara mereka 75% berada pada usia produktif

yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih

dari 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul terjadi di Asia.

Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban TB global ini antara lain

disebabkan: 1. kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada Negara yang

sedang berkembang tetapi juga pada penduduk perkotaan tertentu di Negara maju. 2.

adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan perubahan

dari struktur usia manusia yang hidup. 3. perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi

pada penduduk di kelompok yang rentan terutama di negeri-negeri miskin. 4. tidak

memadainya pendidikan mengenai TB di antara para dokter. 5. terlantar dan kurangnya

biaya untuk obat, sarana diagnostic, dan pengawasan khusus TB dimana terjadi deteksi

Skenario II “Batuk Darah” 15

Page 16: tuberkulosis atau TBC

dan tatalaksana kasus yang tidak adekuat. 6. adanya epidemic HIV terutama di Afrika

dan Asia.

Epidemiologi TB di Indonesia

Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah

China dan India. Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif di Indonesia adalah

266.000 tahun 1998. berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1985 dan

survey kesehatan nasional 2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab

kematian tertinggi di Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan

0,24%. Sampai sekarang angka kejadian TB di Indonesia relative terlepas dari angka

pandemic infeksi HIV karena masih relative rendahnya infeksi HIV, tapi hal ini mungkin

akan berubah di masa dating melihat semakin meningkatnya laporan infeksi HIV dari

tahun ketahun.

Cara penularan TB

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi M. tuberculosis biasanya secara

inhalasi, sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering disbanding

organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang

mengandung droplet nuclei, khusunya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk

berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA).

[IPD II]

Cara mencegah TB:

1. sinar ultraviolet embasmi bakteri, bias digunakan di tempat-tempat dimana

sekumpulan orang dengan berbagai penyakit harus duduk bersama-sama selama

beberapa jam (misalnya di rumah sakit, ruang tunggu gawat darurat). Sinar ini bias

membunuh bakteri yang terdapat di dalam udara.

2. Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan risiko tinggi

tuberculosis, misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes tuberculin positif, tetapi

hasil roentgen tidak menunjukkan adanya penyakit. Isoniazid diminum setiap hari

selama 6-9 bulan.

Skenario II “Batuk Darah” 16

Page 17: tuberkulosis atau TBC

3. penderita tuberculosis pulmoner yang sedang menjalani pengobatan tidak perlu

diisolasi lebih dari beberapa hari karena obatnya bekerja secara cepat sehingga

mengurangi kemungkinan terjadinya penularan. Tetapi penderita yang mengalami

batuk dan tidak menjalani pengobatan secara teratur, perlu diisolasi lebih lama

karena bias menularkan penyakitnya. Penderita biasanya tidak lagi dapat

menularkan penyakitnya setelah menjalani pengobatan selama 10-14 hari.

4. Di Negara-negara berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah infeksi oleh

Mycobacterium tuberculosis.

PMO (Pengawas Menelan Obat)

1. Persyaratan PMO

Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh petugas

kesehatan maupun penderita.

Disegani dan dihormati oleh penderita.

Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita.

Bersedia membantu penderita dengan sukarela.

Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan

penderita.

2. Siapa yang bisa jadi PMO?

Sebaiknya adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat,

pekarya sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas

kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan,

guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota

keluarga.

3. Tugas seorang PMO

Mengawasi penderita TBC agar menelan obat secara teratur sampai

selesai pengobatan.

Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur.

Mengingatkan penderita untuk pemeriksaan ulang dahak pada

waktu yang telah ditentukan.

Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TBC yang

mempunyai gejala-gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan

diri ke unit pelayanan kesehatan.

[www.medicastore.com]

Skenario II “Batuk Darah” 17

Page 18: tuberkulosis atau TBC

5. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis, Morfologi TBC Paru

PATOGENESIS

Jalan masuk awal bagi basilus tuberkel ke dalam paru atau tempat Iainnya pada

individu yang sebelumnya sehat menimbulkan respons peradangan akut nonspesifik

yang jarang diperhatikan dan biasanya disertai dengan sedikit atau sama sekali tanpa

gejala. Basilus kemudian ditelan oleh makrofag dan diangkut ke kelenjar limfe regional.

Bila penyebaran organisme tidak terjadi pada tingkat kelenjar Iimfe regional, lalu

basilus tuberkel lalu mencapai aliran darah dan terjadi diseminata yang Iuas.

Kebanyakan lesi tuberkulosis diseminata menyembuh, sebagaimana lesi paru primer,

walaupun tetap ada fokus potensial untuk reaktivasi selanjutnya. Diseminasi dapat

mengakibatkan tuberkulosis meningeal atau miliaris, yaitu penyakit dengan potensial

terjadinya morbiditas dan mortalitas yang utama, terutama pada bayi dan anak kecil.

Selama 2 hingga 8 minggu setelah infeksi primer, saat basilus terus berkembang

biak di lingkungan intraselulernya, timbul hipersensitivitas pada pejamu yang terinfeksi.

Limfosit yang cakap secara imunologik memasuki daerah infeksi, di situ limfosit

menguraikan faktor kemotaktik, interleukin dan limfokin. Sebagai responsnya, monosit

masuk ke daerah tersebut dan mengalami perubahan bentuk menjadi makrofag dan

selanjutnya menjadi sel histiosit yang khusus, yang tersusun menjadi granuloma.

Mikobakterium dapat bertahan dalam makrofag selama bertahun-tahun walaupun

terjadi peningkatan pembentukan lisozim dalam sel ini, namun multiplikasi dan

penyebaran selanjutnya biasanya terbatas. Kemudian terjadi penyembuhan, seringkali

dengan kalsifikasi granuloma yang lambat yang kadang meninggalkan lesi sisa yang

tampak pada foto rontgen paru. Kombinasi lesi paru perifer terkalsifikasi dan kelenjar

limfe hilus yang terkalsifikasi dikenal sebagai kompleks Ghon.

Tuberkulosis—sebagai penyakit klinis—timbul pada sebagian kecil individu

yang tidak mengalami infeksi primer. Pada beberapa individu, tuberkulosis timbul

dalam beberapa minggu setelah infeksi primer; pada kebanyakan orang, organisme

tetap dormant selama bertahun-tahun sebelum memasuki fase multiplikasi

eksponensial yang menyebabkan penyakit. Di antara banyak keadaan, usia dapat

dianggap sebagai faktor bermakna yang menentukan jalannya penyakit tuberkulosis.

Pada bayi, infeksi tuberkulosis seringkali cepat berkembang menjadi penyakit, dan

berisiko tinggi menderita penyakit diseminata, antara lain meningitis dan tuberkulosis

Skenario II “Batuk Darah” 18

Page 19: tuberkulosis atau TBC

miliaris. Pada anak di atas usia 1 atau 2 tahun sampai sekitar usia pubertas, lesi

tuberkulosis primer hampir selalu menyembuh; sebagian besar akan menjadi

tuberkulosis pada masa akil balig atau dewasa muda. Individu yang terinfeksi pada masa

dewasa memiliki resiko terbesar untuk terjadinya tuberkulosis dalam waktu sekitar 3

tahun setelah infeksi. Penyakit tuberkulosis lebih sering pada perempuan dewasa muda,

sementara pada laki-laki lebih sering pada usia yang lebih tua.

http://medis.web.id/penyakit-dalam/tuberkulosis-paru.html

Skenario II “Batuk Darah” 19

Page 20: tuberkulosis atau TBC

6. Memahami dan Mejelaskan Diagnosis, Komplikasi, dan Prognosis TBC Paru

DIAGNOSIS

Gejala klinis:

Demam. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian

dapat timbul kembali.

Batuk / batuk darah. Batuk terjadi karena adanya iritasi bronkus. Batuk darah

karena terdapat pembuluh darah yang pecah.

Sesak napas

Nyeri dada

Malaise (anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus, sakit kepala,

meriang, nyeri otot, keringat malam, dll.)

Pemeriksaan Fisis

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan

konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan

kurus atau berat badan menurun. Secara anamnesis dan pemeriksaan fisis, TB paru sulit

dibedakan dengan pneumonia biasa. Dalam penampilan klinis, TB paru sering

asimptomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis

dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif.

Pemeriksaan Radiologis

Pada awal penyakit, lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran

berupa bercak-bercak seperti awan dengan batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah

diliputi jaringan ikat, bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas tegas

(tuberkuloma). Pada cavitas, bayangan berupa cincin, mula-mula berdinding tipis, lama-

lama dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal. Pada kalsifikasi, bayangan tampak

bercak-bercak padat dengan densitas tinggi. Gambaran radiologis lain yang sering

menyertai adalah penebalan pleura, efusi pleura (empiema), pneumotoraks.

Pemeriksaan radiologis lain adalah bronkografi, CT scan, dan MRI.

Skenario II “Batuk Darah” 20

Page 21: tuberkulosis atau TBC

Pemeriksaan Laboratorium

Darah. Pada saat tuberkulosis baru mulai akan didapatkan jumlah leukosit yang

sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di

bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh,

jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah

mulai turun ke arah normal lagi.

Sputum. Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman

BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Dalam hal ini dianjurkan satu

hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak + 2 liter

dan ajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan tambahan

obat-obat mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik

selama 20-30 menit. Bila masih sulit,sputum masih dapat diperoleh dengan cara

bronkoskopi. BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan lambung. Hal

ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya.

Sputum yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin. Pemeriksaan sputum

dilakukan dengan menggunakan metode pewarnaan Ziehl-Neelsen. Penderita yang

dicurigai TB paru, harus melakukan pemeriksaan sputum S (sewaktu), P (pagi), S

(sewaktu).

Tes Tuberkulin. Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu

menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya

dipakai tes Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberculin P.P.D (Purified

Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5 intermediet strength. Tes tuberkulin

hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami

infeksi M. Tuberculosis, M. Bovis, vaksinasi BCG dan Mycobacterium patogen

lainnya. Dasar tes tuberkulin ini adalah reaksi berupa alergi tipe lambat. Setelah 48-

72 jam disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari

limfosit, yakni reaksi persenyawaan antara antibody seluler dengan antigen

tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi persenyawaan antara antibody seluler dan

antigen tuberculin amat dipengaruhi oleh antibody humoral, makin besar pengaruh

antibody humoral, makin kecil indurasi yang ditimbulkan. Hasil tes Mantoux:

o Indurasi 0-5 mm: Mantoux negatif = golongan no sensitivity. Di sini peran

antibody paling menonjol.

o Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Di sini

peran antibody humoral masih menonjol.

o Indurasi 10-15 mm: Mantoux positif = golongan normal sensitivity. Di sini peran

kedua antibody seimbang.

Skenario II “Batuk Darah” 21

Page 22: tuberkulosis atau TBC

o Indurasi > 15 mm: Mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity. Di sini

peran antibody seluler paling menonjol.

[IPD II]

KOMPLIKASI

Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, laringitis, usus, Poncet’s arthropathy

Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas -> SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat -> SOPT / fibrosis paru, kor pulmonal,

amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB.

[IPD II]

PROGNOSIS

Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika disebabkan

oleh strain resisten obat atau terjadi pada pasien berusia lanjut, dengan debilitas, atau

mengalami gangguan kekebalan, yang berisiko tinggi menderita tuberkulosis milier

[Patologi vol. 2, Robbins, dkk]

Skenario II “Batuk Darah” 22

Page 23: tuberkulosis atau TBC

7. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan TBC Paru

Tujuan pengobatan pada TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah

kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata

rantai penularan.

Pengobatan Tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sbb:

OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat. Tidak OAT

tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih

menguntungkan dan sangat dianjurkan.

Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif (2-3 bulan) dan

lanjutan (4-7 bulan)

Tahap intensif: obat diberikan setiap hari,dan diawasi langsung untuk

mencegah resistensi obat. Jika diberikan secara tepat, yang awalnya menular

bisa men jadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar TB

BTA positif menjadi BTA negatif dalam 2 bulan

Tahap lanjutan: diberikan obat lebih sedikit dengan jangka waktu yang lama.

Tahap ini penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

kekambuhan.

Jenis OAT SifatDosis yang Direkomendasikan (mg/kg)

Harian 3x seminggu

Isoniazid (H) Bakterisid 5 (4-6) 10 (8-12)

Rifampicin (R) Bakterisid 10 (8-12) 10 (8-12)

Pyrazinamid (Z) Bakterisid 25 (20-30) 35 (30-40)

Streptomycin (S) Bakterisid 15 (12-18) 15 (12-18)

Ethambutol (E) Bakteriostatik 15 (15-20) 30 (20-35)

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok, yaitu:

Obat primer / Lini pertama: Isoniazid (INH), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,

Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih

dapat ditolerir, sebagian besar dapat dipisahkan dengan obat-obatan ini.

Obat sekunder / Lini kedua: Etionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,

Kapreomisin, Kanamisin.

Skenario II “Batuk Darah” 23

Page 24: tuberkulosis atau TBC

Isoniazid (INH)

Efek antibakteri: bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid. Efek bakterisidnya hanya

terlihat pada kuman yang sedang tumbuh aktif. Isoniazid dapat menembus ke dalam sel

dengan mudah.

Mekanisme kerja: menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan

unsur penting dinding sel mikobakterium.

Farmakokinetik: mudah diabsorbsi pada pemberian oral maupun parenteral. Mudah

berdifusi ke dalam sel dan semua cairan tubuh. Antar 75-95% diekskresikan melalui

urin dalam waktu 24 jam dan hampir seluruhnya dalam bentuk metabolit.

Efek samping: reaksi hipersensitivitas menyebabkan demam, berbagai kelainan kulit.

Neuritis perifer paling banyak terjadi. Mulut terasa kering, rasa tertekan pada ulu hati,

methemoglobinemia, tinnitus, dan retensi urin.

Sediaan dan posologi: terdapat dalam bentuk tablet 50, 100, 300, dan 400 mg serta sirup

10 mg/mL. Dalam tablet kadang-kadang telah ditambahkan B6. biasanya diberikan

dalam dosis tunggal per orang tiap hari. Dosis biasa 5 mg/kgBB, maksimum 300

mg/hari. Untuk TB berat dapat diberikan 10mg/kgBB, maksimum 600 mg/hari, tetapi

tidak ada bukti bahwa dosis demikian besar lbih efektif. Anak < 4 tahun dosisnya

10mg/kgBB/hari. Isoniazid juga dapat diberikan secara intermiten 2 kali seminggu

dengan dosis 15 mg/kgBB/hari.

Rifampisin

Aktivitas antibakteri: menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram-positif dan

gram-negatif.

Mekanisme kerja: terutama aktif terhadap sel yang sedang tumbuh. Kerjanya

menghambat DNA-dependent RNA polymerase dari mikrobakteria dan mikroorganisme

lain dengan menekan mula terbentuknya (bukan pemanjangan) rantai dalam sintesis

RNA.

Farmakokinetik: pemberian per oral menghasilakn kadar puncak dalam plasma setelah

2-4 jam. Setelah diserap dari saluran cerna, obat ini cepat diekskresi melalui empedu

dan kemudian mengalami sirkulasi enterohepatik. Penyerapannya dihambat oleh

makanan. Didistribusi ke seluruh tubuh. Kadar efektif dicapai dalam berbagai organ dan

cairan tubuh, termasuk cairan otak, yang tercermin dengan warna merah jingga pada

urin, tinja, ludah, sputum, air mata, dan keringat.

Efek samping: jarang menimbulkan efek yang tidak diingini. Yang paling sering ialah

ruam kulit, demam, mual, dan muntah.

Skenario II “Batuk Darah” 24

Page 25: tuberkulosis atau TBC

Sediaan dan posologi: tersedia dalam bentuk kapsul 150 mg dan 300 mg. Terdapat pula

tablet 450 mg dan 600 mg serta suspensi yang mengandung 100 mg/5mL rifampisin.

Beberapa sediaan telah dikombinasi dengan isoniazid. Biasanya diberikan sehari sekali

sebaiknya 1 jam sebelum makan atau dua jam setelah makan. Dosis untuk orang dewasa

dengan berat badan kurang dari 50 kg ialah 450 mg/hari dan untuk berat badan lebih

dari 50 kg ialah 60 mg/hari. Untuk anak-anak dosisnya 10-20 mg/kgBB/hari dengan

dosis maksimum 600 mg/hari.

Etambutol

Aktivitas antibakteri: menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel

terhambat dan sel mati. Hanya aktif terhadap sel yang tumbuh dengan khasiat

tuberkulostatik.

Farmakokinetik: pada pemberian oral sekitar 75-80% diserap dari saluran cerna. Tidak

dapat ditembus sawar darah otak, tetapi pada meningitis tuberkulosa dapat ditemukan

kadar terapi dalam cairan otak.

Efek samping: jarang. Efek samping yang paling penting ialah gangguan penglihatan,

biasanya bilateral, yang merupakan neuritis retrobulbar yaitu berupa turunnya

ketajaman penglihatan, hilangnya kemampuan membedakan warna, mengecilnya

lapangan pandang, dan skotom sentral maupun lateral. Menyebabkan peningkatan

kadar asam urat darah pada 50% pasien.

Sediaan dan posologi: tablet 250 mg dan 500 mg. Ada pula sediaan yang telah dicampur

dengan isoniazid dalam bentuk kombinasi tetap. Dosis biasanya 15 mg/kgBB, diberikan

sekali sehari, ada pula yang menggunakan dosis 25 mg/kgBB selama 60 hari pertama,

kemudian turun menjadi 15 mg/kgBB.

Pirazinamid

Aktivitas antibakteri: mekanisme kerja belum diketahui.

Farmakokinetik: mudah diserap usus dan tersebar luas ke seluruh tubuh. Ekskresinya

terutama melalui filtrasi glomerulus.

Efek samping: yang paling umum dan serius adalah kelainan hati. Menghambat ekskresi

asam urat. Efek samping lainnya ialah artralgia, anoreksia, mual, dan muntah, juga

disuria, malaise, dan demam.

Sediaan dan posologi: bentuk tablet 250 mg dan 500 mg. Dosis oral 20-35 mg/kgBB

sehari (maksimum 3 g), diberikan dalam satu atau beberapa kali sehari.

Skenario II “Batuk Darah” 25

Page 26: tuberkulosis atau TBC

Streptomisin

Aktivitas antibakteri: bersifat bakteriostatik dan bakterisid terhadap kuman TB. Mudah

masuk kavitas, tetapi relatif sukar berdifusi ke cairan intrasel.

Farmakokinetik: setelah diserap dari tempat suntikan, hampir semua streptomisin

berada dalam plasma. Hanya sedikit sekali yang masuk ke dalam eritrosit. Kemudian

menyebar ke seluruh cairan ekstrasel. Diekskresi melalui filtrasi glomerulus.

Efek samping: umumnya dapat diterima dengan baik. Kadang-kadang terjadi sakit

kepala sebentar atau malaise. Bersifat nefrotoksik. Ototoksisitas lebih sering terjadi

pada pasien yang fungsi ginjalnya terganggu.

Sediaan dan posologi: bubuk injeksi dalam vial 1 dan 5 gram. Dosisnya 20 mg/kgBB

secara IM, maksimum 1 gr/hari selama 2 sampai 3 minggu. Kemudian frekuensi

berkurang menjadi 2-3 kali seminggu.

Etionamid

Aktivitas antibakteri: in vitro, menghambat pertumbuhan M. tuberculosis jenis human

pada kadar 0.9-2.5 g/mL.

Farmakokinetik: pemberian per oral mudah di absorpsi. Kadar puncak 3 jam dan kadar

terapi bertahan 12 jam. Distribusi cepat, luas, dan merata ke cairan dan jaringan.

Ekskresi cepat dalam bentuk utama metabolit 1% aktif.

Efek samping: paling sering anoreksia, mual da muntah. Sering terjadi hipotensi

postural, depresi mental, mengantuk dan asthenia.

Sediaan dan posologi: dalam bentuk tablet 250 mg. Dosis awaln 250 mg sehari, lalu

dinaikan setiap 5 hari dengan dosis 125 mg – 1 g/hr. Dikonsumsi waktu makan untuk

mengurangi iritasi lambung.

Paraaminosalisilat

Aktivitas bakteri: in vitro, sebagian besar strain M. tuberculosis sensitif dengan kadar 1

g/mL.

Farmakokinetik: mudah diserap melalui saluran cerna. Masa paruh 1 jam. Diekskresi

80% di ginjal dan 50% dalam bentuk asetilasi.

Efek samping: gejala yang menonjol mual dan gangguan saluran cerna. Dan kelianan

darah antara lain leukopenia, agranulositopenia, eosinofilia, limfositosis, sindrom

mononukleosis atipik, trombositopenia.

Sediaan dan posologi: dalam bentuk tablet 500 mg dengan dosis oral 8-12 g sehari.

Skenario II “Batuk Darah” 26

Page 27: tuberkulosis atau TBC

Sikloserin

Aktifitas bakteri: in vitro, menghambat M.TB pada kadar 5-20 g/mL dengan

menghambat sintesis dinding sel.

Farmakokinetik: baik dalam pemberian oral. Kadar puncak setelah pemberian obat 4-8

jam. Ditribusi dan difusi ke seluruh cairan dan jaringan baik. Ekskresi maksimal dalam

2-6 jam, 50% melalui urin dalam bentuk utuh.

Efek samping: SSP biasanya dalam 2 minggu pertama, dengan gejala somnolen, sakit

kepala, tremor, vertigo, konvulsi, dll.

Sediaan dan posologi: bentu kapsul 250 mg, diberikan 2 kali sehari. Hasil terapi paling

baik dalam plasma 25-30 g/mL.

Kanamisin dan Amikasin

Menghambat sintesis protein bakteri. Efek pada M. tb hanya bersifat supresif.

Farmakokinetik: melalu suntikan intramuskular dosis 500 mg/12 jam (15mg/kgBB/hr,

atau dengan intravena selama 5 hr/mgg selama 2 bulan,dan dilanjutkan dengan 1-1.5

mg 2 atau 3 kali/mgg selama 4 bulan.

Kapreomisin

Efek samping: nefrotoksisitas dengan tanda nnaiknya BUN, menurunnya klirens

kreatinin dan albuminuria. Selain itu bisa terjadi hipokalemia, uji fungsi hati buruk,

eosinogilia, leukositosis, leukopenia, dan trombositopenia.

Efek samping ringan OAT

Efek Samping Penyebab PenatalaksanaanTidak nafsu makan, mual, sakit perut

Rifampisin Semua OAT diminum malam sebelum tidur

Nyeri sendi Pirasinamid Beri AspirinKesemutan s/d rasa terbakar pada kaki

INHBeri Vitamin B6 (Piridoxin) 100mg/hr

Kemerahan pada air seni Rifampisin Perlu penjelasan ke pasien

Skenario II “Batuk Darah” 27

Page 28: tuberkulosis atau TBC

Efek samping berat OAT

Efek Samping Penyebab PenatalaksanaanGatal dan Kemerahan Semua jenis OAT Ikuti petunjuk pelaksanaanTuli streptomisin Hentikan,ganti dengan EtambutolGangguan Keseimbangan streptomisin Hentikan,ganti dengan EtambutolIkterus tanpa sebab lain Hampir semua OAT Hentikan,sampai menghilangBingung dan muntah-muntah

Hampir semua OATHentikan,segera tes fungsi hati

Gangguan Penglihatan Etambutol HentikanPurpura dan renjatan (syok) Rifampisin Hentikan

a) OAT kategori 1 (2HRZE/ 4H3R3)

Panduan OAT ini diberikan untuk:

o Pasien baru TB paru BTA positif

o Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

o Pasien TB ekstra paru

Dosis panduan OAT-KDT kategori 1

Berat BadanTahap intensif tiap hari selama Tahap lanjutan 3 kali seminggu56 hari RHZE (150/75/400/275) selama 16 minggu RH (150/150)

30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT≥70 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Dosis panduan OAT-Kombipak kategori 1

Tahap pengobatan

Lama pengobatan

Dosis /hr/kaliTablet Isoniazid @300mgr

Kaplet Rifampisin @450mgr

Tablet Pirazinamid @500mgr

Tablet Etambutol @250mgr

Intensif 2 bulan 1 1 3 3Lanjutan 4 bulan 2 1 - -

b) OAT kategori 2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)

Panduan OAT ini diberikan untuk BTA positif yang telah diobati sebelumnya:

o Kambuh

o Gagal

o Dengan pengobatan setelah putus berobat

Skenario II “Batuk Darah” 28

Page 29: tuberkulosis atau TBC

Dosis panduan OAT-KDT kategori 2

BBTahap intensif tiap hari RHZE

(150/75/400/275)+STahap lanjutan 3 x smgg RH

(150/150)+E(400)56 hari 28 hari 20 mgg

30-37 kg 2 tab 4KDT+750mg streptomisin inj.

2 tab 4KDT 2 tab 2KDT+2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tab 4KDT+500mg streptomisin inj.

3 tab 4KDT 3 tab 2KDT+3 tab Etambutol

55-70 kg 4 tab 4KDT+1000mg streptomisin inj.

4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab Etambutol

≥71 kg5 tab 4KDT+ 1000mg

streptomisin inj.5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab Etambutol

Dosis panduan OAT-Kombipak kategori 2

Tahap peng-

obatan

Lama Peng-

obatan

Tablet Iso

niazid @300mgr

Kaplet Rifampisin

@450mgr

Tablet Pirazinamid @500mgr

Etambutol Streptomisin injeksi

jmlh hr/X menelan

obat

Tablet @250mgr

Tablet @400mgr

Intensif (Dosis harian)

2 bulan 1 1 3 3 - 0,75 gr 56

1 bulan 1 1 3 3 - - 28

Lanjutan (Dosis

3x smgg)

4 bulan 2 1 - 1 2 - 60

(Farmakologi dan Terapi UI; Kuliah Farmako UI)

Skenario II “Batuk Darah” 29

Page 30: tuberkulosis atau TBC

8. Memahami dan Menjelaskan Hukum Merokok Menurut Agama Islama. Merokok itu sesuatu yang khobits (buruk).

(Sudah kami jelaskan di atas dari segi kedokteran dan ilmu pengetahuan, dan akan kami jelaskan dari segi Islam di bawah) Sedangkan Robb-mu di dalam Al Quran mengatakan : ”Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” {QS Al-A’raaf: 157).

b. Merokok termasuk perbuatan mubadzir.

Sedang Rabb-mu subhanahu wataala telah berfirman : ”Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabb-nya.” {QS Al-Israa’: 26-27).

c. Merokok adalah perbuatan yang berlebih-lebihan / melampaui batas.

Sedangkan Alloh subhanahu wataala berfirman : ”Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” {QS Al-’Araaf: 31}

d. Merokok sama saja bunuh diri.

(Merokok meningkatkan risiko keseluruhan kematian sebesar 70% dibandingkan kepada bukan perokok, dan perokok meninggal 5-8 tahun lebih awal dibandingkan bukan perokok).

Sedangkan Alloh tabaroka wa ta’ala berfirman : ”Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Alloh adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukannya ke dalam neraka, Yang demikian itu adalah mudah bagi Alloh.” {QS An-Nisa’: 29-30}

e. Merokok sama saja melemparkan diri dalam jurang kebinasaan.

Padahal Alloh subhanahu wata’ala berfirman : ”Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang berbuat baik.” {QS Al-Baqoroh: 195}

f. Merokok dapat menimbulkan bahaya.

Sedangkan Rosululloh bersabda : ”Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain.” {HR Malik dalam ”Al-Muwatho” Kitabul Aqdliyah, Kitabul Qodla’ fil Mirfaq (31), Ibnu Majah (2/75-85) dishohihkan dan disepakati oleh Adz-Dzahabi}

g. Kemudian wahai saudaraku tercinta, bagaimana kamu menyenangkan dirimu dengan cara mengganggu hamba-hamba Alloh tatkala Anda merokok, Engkau cemari udara, Engkau lukai perasaan orang lain, Engkau ganggu mereka dengan bau tidak sedap, Engkau bahayakan mereka dengan asap rokok-mu bahkan dua kali lebih berisiko terkena penyakit, terlebih lagi kalau Anda merokok di tempat umum.

Skenario II “Batuk Darah” 30

Page 31: tuberkulosis atau TBC

Apakah Anda belum pernah mendengar firman Alloh tabaroka wata’ala : ”Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” {QS Al Ahzab: 58}

h. Istri anda yang tercinta yang telah mempersembahkan cinta sucinya kepada Anda, harus menanggung akibatnya sehingga dia tidak bisa mendapatkan nafkah biologis (maaf, karena mungkin Anda impotensi), begitu juga dia tercemari bau yang tidak sedap dari Anda.

Apakah Anda belum mendengar firman Alloh subhanahu wata’ala : ”Dan para wanita itu mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” {QS Al-Baqoroh: 228}

i. Anak adalah dambaan setiap orang tua, memiliki keturunan akan selalu diusahakan oleh orang-orang yang berakal. Namun, Anda telah memutus keberadaan mereka, bahkan rokok dapat merusak kehamilan.

j. Kesehatan anak merupakan kenikmatan yang sangat nampak dan pemberian yang sangat agung. Apabila mereka sehat, maka menjadi sebab kebahagian bagi orang tuanya.

Tapi apa yang Engkau lakukan, Engkau menjadi sebab timbulnya penyakit pada diri-diri mereka.

k. Kehidupan sangatlah berharga. Kehidupan itu sendiri amatlah singkat. Namun, Engkau mengurangi waktu kehidupan yang singkat tersebut. Orang yang tidak merokok lebih panjang umurnya dari pada perokok.

Ada pertanyaan : Bagaimana mungkin rokok bisa mengurangi umur padahal Alloh telah menentukan dan mencatat takdir seluruh makhluk sebelum Alloh menciptakan langit dan bumi. Lalu bagaimana dengan firman Alloh : ”Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu (aja); maka apabila telah datang waktunya (ajalnya), mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat pula memajukannya?

Maka jawabannya : Asy Syaikh Muhammad bin Ibrohim Al-Hamd menjawab, tidak ada pertentangan dalam masalah ini. Sebagaimana Alloh subhanahu wata’ala telah menetukan dan menulis takdir seluruh makhluk, yang diantaranya Alloh mentakdirkan ajal mereka dengan waktu dan umur tertentu. Maka demikian juga Alloh mengaitkan antara sebab dan akibatnya.

Sebagaimana sehat, bagusnya makanan dan udara, serta mengkonsumsi barang-barang yang bisa menguatkan badan dan hati termasuk sebab yang bisa memanjangkan umur. Maka demikian pula hal yang berkebalikan dari hal tersebut. Termasuk di dalamnya merokok yang tergolong sebagai sebab yang bisa mengurangi umur. Dengan demikian tidak ada pertentangan antara takdir Alloh yang telah mendahului dengan hubungan antara akibat dan sebab.Bahkan disana ada beberapa perkara robbaniah maknawiah yang dengannya bisa bertambah umur seseorang, seperti silaturrohmi, istighfar, dan amalan-amalan secara umum

(http://ackogtg.wordpress.com/2009/02/19/merokok-dilihat-dari-sudut-pandang-kedokteran-dan-islam/)

Skenario II “Batuk Darah” 31