Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

37
Penanganan Terkini Tuberkulosis atau TB (TBC) Pada Anak Widodo Judarwanto, Children Grow Up Clinic Jakarta Indonesia Tuberkulosis atau TB (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleksMycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus. Namun dibalik bahaya TB tersebut, seringkali banyak kasus pada anak dan dewasa sering terjadi underdiagnosis dan paling sering adalah overdiagnosis karena dalam menegakkan diagnosis tidak mudah. Overdiagnosis artinya tidak mengalami infeksi TB tetapi didiagniosis dan diobati sebagai TB. Bila diagnosis meragukan sebaiknya lakukan second opinion ke dokter anak lainnya atau ke dokter ahli paru anak. Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mikobakterium tuberkulosis yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis 1

Transcript of Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Page 1: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Penanganan Terkini Tuberkulosis atau TB (TBC) Pada Anak

Widodo Judarwanto, Children Grow Up Clinic Jakarta Indonesia

Tuberkulosis atau TB (TBC) adalah

penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini

paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ

tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang

diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang

disebabkan oleh kompleksMycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat,

praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian

dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus. Namun dibalik bahaya TB

tersebut, seringkali banyak kasus pada anak dan dewasa sering terjadi underdiagnosis

dan paling sering adalah overdiagnosis karena dalam menegakkan diagnosis tidak

mudah. Overdiagnosis artinya tidak mengalami infeksi TB tetapi didiagniosis dan

diobati sebagai TB. Bila diagnosis meragukan sebaiknya lakukan second opinion ke

dokter anak lainnya atau ke dokter ahli paru anak.

Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mikobakterium tuberkulosis yang bersifat

sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di

paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Pada tahun 1992 WHO telah

mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004

menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga

penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah

terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.

1

Page 2: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap

tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus tahun

yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.

Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia.

Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan

mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya

pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.

Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan

selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan

yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan

secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan

kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya

berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam

berobat setiap waktu demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia

Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai “Hari TBC” oleh sebab pada 24 Maret 1882 di

Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab tuberkulosis

yang ditemukannya.

Klasifikasi

Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis

Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis

Tuberkulosis pada sistem saraf

Tuberkulosis pada organ-organ lainnya

Tuberkulosis millier

Patofisiologi

Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria

termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales.

kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M.

microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis

yang terpenting dan paling sering dijumpai.

M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk

spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri

2

Page 3: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh

pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu,

maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme

lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia,Rhodococcus, Legionella

micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak

berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini

menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.

Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam

interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di

dalam makrofaga.

Penularan TBC terjadi karena menghirup udara yang mengandung Mikobakterium

tuberkulosis (M.Tb), di alveolus M.Tb akan difagositosis oleh makrofag alveolus dan

dibunuh. Tetapi bila M.Tb yang dihirup virulen dan makrofag alveolus lemah maka M.Tb

akan berkembang biak dan menghancurkan makrofag. Monosit dan makrofag dari darah akan

ditarik secara kemotaksis ke arah  M.Tb berada, kemudian memfagositosis M.Tb tetapi tidak

dapat membunuhnya. Makrofag dan M.Tb membentuk tuberkel yang mengandung sel-sel

epiteloid, makrofag yang menyatu (sel raksasa Langhans) dan limfosit. Tuberkel akan

menjadi tuberkuloma dengan nekrosis dan fibrosis di dalamnya dan mungkin juga terjadi

kalsifikasi. Lesi pertama di alveolus (fokus primer) menjalar ke kelenjar limfe hilus dan

terjadi infeksi kelenjar limfe, yang bersama-sama dengan limfangitis akan membentuk

kompleks primer. Dari kelenjar limfe M.Tb dapat langsung menyebabkan penyakit di organ-

organ tersebut atau hidup dorman dalam makrofag jaringan dan dapat aktif kembali bertahun-

tahun kemudian. Tuberkel dapat hilang dengan  resolusi atau terjadi kalsifikasi atau terjadi

nekrosis dengan masa keju yang dibentuk oleh makrofag. Masa keju dapat mencair dan M.Tb

dapat berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi

pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap

menyebabkan lesi di organ-organ lainnya .

Penularan

Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin

atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak anak sering mendapatkan

penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti

kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini masyarakat

di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi

dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan

sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue.

3

Page 4: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Dalam memerangi penyebaran Tuberkulosis terutama pada anak anak yang masih rentan

daya tahan tubuhnya maka pemerintah Indonesia telah memasukkan Imunisasi Tuberkulosis

pada anak anak yang disebut sebagai Imunisasi BCG sebagai salah satu program prioritas

imunisasi wajib nasonal beserta dengan 4 jenis imunisasi wajib lainnya yaitu hepatitis B,

Polio, DPT dan campak, jadwalnya ada di Jadwal imunisasi

Diagnosis

Manifestasi klinis

Diagnosa tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan jasmani,

pemeriksaan bakteriologi , radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala

sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori

atau gejala gejala yang erat hubungannya dengan organ pernapasan ( sedang gejala lokal

lain sesuai akan sesuai dengan organ yang terlibat )

Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah. Bisa juga nyeri

dada dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut sebagai Gejala sistemis antara

lain Demam , badan lemah yang disebut sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan

berat badan menurun menjadi semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari

mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga

pada kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui

dirinya terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check up

DIAGNOSIS

Diagnosis paling tepat adalah ditemukannya basil Tb dari bahan yang diambil dari pasien

misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang

didapat, sehingga sebagian besar diagnosis Tb anak didasarkan gambaran klinis, gambaran

radiologis, dan uji tuberkulin.

Untuk itu penting memikirkan adanya Tb pada anak kalau terdapat keadaan atau tanda-tanda

yang mencurigakan seperti dibawah ini :

Pada anak harus dicurigai menderita Tb kalau :

Kontak erat (serumah) dengan penderita Tb dengan sputum BTA (+)

Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam 3-7 hari.

Terdapat gejala umum

4

Page 5: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Gejala-gejala yang harus dicurigai Tb

Gejala umum/tidak spesifik

Berat badan turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan

dengan penanganan gizi.

Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik

(failure to thrive) dengan adekuat.

Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran

nafas akut), dapat disertai keringat malam.

Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multiple, paling sering

di daerah leher, axilla dan inguinal.

Gejala-gejala respiratorik :

batuk lama lebih dari 3 minggu

tanda cairan di dada, nyeri dada

Gejala gastrointestinal

diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare

benjolan/massa di abdomen

tanda-tanda cairan dalam abdomen

Gejala Spesifik

1. Tb kulit/skrofuloderma

2. Tb tulang dan sendi

Tulang punggung (spondilitis)     : gibbus

Tulang panggul (koksitis)           : pincang

Tulang lutut                               : pincang dan/atau bengkak

Tulang kaki dan tangan

3. Tb Otak dan Saraf

Meningitis dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun

4. Gejala mata : Conjungtivitis phlyctenularis, Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan

funduskopi)

Uji tuberculin (Mantoux) Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan

intrakutan). Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU atau

PPD-S kekuatan 5 TU. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur

diameter tranversal dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam mm, dikatakan

positif bila indurasi : > 10 mm.

5

Page 6: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Reaksi cepat BCG Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat berupa kemerahan

dan indurasi > 5  mm (dalam 3-7 hari) maka dicurigai telah terinfeksiMycobacterium

tuberculosis.

Foto Rontgen Paru : seringkali tidak khas Pembacaan sulit, hati-hati

kemungkinanoverdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan

infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.

Gambaran rontgen paru pada Tb dapat berupa : Milier, Atelektasis, Infiltrat ,

pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi pleura dan/atau

efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Diskongkruensi antara

gambaran klinis dan gambaran radiologis, harus dicurigai Tb. Foto Rontgen paru

sebaiknya dilakukan PA dan lateral serta dibaca oleh ahlinya.

Pemeriksaan mikrobiologi : pemeriksaan langsung BTA (mikroskopis)  dan kultur dari

sputum (pada anak bilasan lambung karena sputum sulit didapat ).

Pemeriksaan serologi (ELISA, PAP, Mycodot, dll) masih memerlukan penelitian  lebih

lanjut.

Pemeriksaan patologi anatomi.

Respon terhadap pengobatan OAT. Kalau dalam 2 bulan terdapat perbaikan klinis nyata,

akan menunjang atau memperkuat diagnosis TBC.

OVERDIAGNOSIS TBC

Penyakit TBC sering dianggap biang keladi penyebab utama batuk berkepanjangan, kesulitan

makan dan gangguan kenaikkan Berat Badan pada anak. Padahal justru penyebab utama

6

Page 7: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

batuk berkepanjangan, kesulitan makan dan gangguan kenaikkan Berat Badan pada anak

yang utama bukan karena infeksi Tuberkulosis. .Diagnosis pasti TBC anak sulit oleh karena

penemuan kuman Micobacterium TBC (M.TBC) pada anak tidak mudah. Cara-cara lain

untuk pemeriksaan laboratorium darah secara bakteriologis atau serologis masih memerlukan

penelitian lebih lanjut untuk dapat dipakai secara praktis – klinis.

Karena kesulitan diagnosis tersebut sering terjadi overdiagnosis atau underdiagnosis.

Overdiagnosis artinya diagnosis TBC yang diberikan pada anak oleh dokter terlalu berlebihan

atau terlalu cepat mendiagnosis dengan data yang minimal walaupun anak belum tentu

menderita TBC. Apabila terjadi overdiagnosis TBC pada anak terdapat konsekuensi yang

tidak ringan dihadapi oleh si anak, karena anak harus mengkonsumsi 2 atau 3 obat sekaligus

minimal 6 bulan. Bahkan kadangkala diberikan lebih lama apabila dokter menemukan tidak

ada perbaikan klinis. Padahal obat TBC dalam jangka waktu lama beresiko mengganggu

fungsi hati,persyarafan telinga dan organ tubuh lainnya.

Sering terjadi anak dengan keluhan alergi pernapasan atau gangguan pencernaan kronis

(seperti coeliac dsbnya) yang disertai berat badan yang kurang dan sulit makan diobati

sebagai penyakit Tuberkulosis (TBC) paru yang harus minum obat selama 6 bulan hingga 1

tahun. Padahal belum tentu anak tersebut mengidap penyakit tuberculosis. Bahkan orang tua

heran saat anaknya divonis dokter mengidap penyakit TBC padahal tidak ada seorangpun di

rumah yang mengalami penyakit TBC. Overdiagnosis dan overtreatment pada anak dengan

gejala alergi tersebut sering terjadi karena keluhan alergi dan TBC hampir sama, sementara

mendiagnosis penyakit TBC tidaklah mudah.

Diagnosis Tuberkulosis anak menurut Pertemuan Dokter Anak pulmunologi tahun 2000

harus dengan pengamatan seksama tentang adanya : Gejala klinis, kontak erat serumah

penderita TBC (dipastikan dengan dengan pemeriksaan dahak positif), pemeriksaan yang

harus dilakukan adalah Foto polos dada (roentgen), tes mantouxt (positif : > 15mm bila sudah

BCG, Positif > 10 mm bila belum BCG). Sering terjadi hanya dengan melakukan

pemeriksaan satu jenis pemeriksaan saja, anak sudah divonis dengan penyakit TBC.

Seharusnya pemeriksaan harus dilakukan secara lengkap dan teliti seperti di atas. Karena

sulitnya mendiagnosis TBC pada anak dan kosekuensi lamanya pengobatan maka bila

meragukan lebih baik dikonsultasikan atau dikonfirmasikan ke Dokter Spesialis Paru Anak

(Pulmonologi Anak). Ciri lain yang menunjukkan kemungkinan anak sudah mengalami

gangguan saluran cerna secara genetik atau sejak lahir dan bhuka penyakit TBC adalah anak

7

Page 8: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

sejak lahir beratnya tidak pernah optimal dan biasanya salah satu orangtuanya mempunyai

berat badan yang kurus saat usia anak.

Dengan penanganan kesulitan makan dan gagal tumbuh pada anak yang optimal diharapkan

dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak

Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi mendatang khususnya. Tumbuh

kembang dalam usia anak sangat menentukan kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya.

Diagnosis pasti TB anak sulit oleh karena penemuan Micobacterium TBC (M.TBC) sebagai

penyebab TB pada anak tidak mudah. Sehingga sering terjadi kesalahan diagnosis baik

berupa underdiagnosis dan overdiagnosis dalam penegakkan diagnosis TB pada anak.

Overdiagnosis atau diagnosis TB yang diberikan terlalu berlebihan padahal anak belum tentu

mengalami infeksi TB. Konsekuensi yang harus dihadapi adalah pemberian multidrug (2 atau

3 jenis antibiotika) dalam jangka waktu 6 bulan. Pemberian obat anti TB pada anak yang

tidak menderita TB selain mengakibatkan pengeluaran biaya yang tidak diperlukan, juga

resiko efek samping pemberian obat tersebut seperti gangguan hati, persarafan telinga,

gangguan darah dan sebagainya. Di lingkungan Puskesmas khususnya daerah pedesaan juga

membuat berkurangnya persediaan obat untuk penderita TB yang benar-benar

memerlukannya. Di kalangan masyarakat bahkan sebagian klinisi terdapat kecenderungan

tanda dan gejala TB yang tidak spesifik pada anak sering dipakai dasar untuk memberikan

pengobatan TB pada anak. Padahal banyak penyakit lainnya yang mempunyai gejala tersebut.

Gagal tumbuh atau berat badan tidak naik, kesulitan makan, demam berulang, sering batuk

atau pembesaran kelenjar di sekitar leher dan belakang kepala merupakan gejala yang tidak

spesifik pada anak. Tetapi tampaknya dalam praktek sehari-hari gangguan ini sering langsung

dicurigai sebagai gejala TB. Seharusnya gejala tersebut dapat disebabkan oleh beberapa

penyakit lainnya. Gangguan-gangguan tersebut juga sering dialami oleh penderita alergi,

asma, gangguan saluran cerna dan gangguan lainnya pada anak.

OVERDIAGNOSIS PADA GANGGUAN LAIN

Tanda dan gejala TB yang tidak spesifik sangat mirip dengan penyakit lainnya. Gangguan

gagal tumbuh dan gangguan saluran napas non spesifik sering mengalami overdiagnosis

tuberkulosis. Penyakit alergi atau asma dan penderita gagal tumbuh yang disertai kesulitan

makan paling sering dianggap penyakit TB karena gejalanya sama. Penelitian yang dilakukan

penulis didapatkan fakta yang patut disimak. Sebanyak 34(12%) anak mengalami

overdiagnosis di anatara 226 anak dengan gangguan napas nonspesifik seperti alergi atau

asma yang berobat jalan di Klinik Alergi Anak Rumah Sakit Bunda Jakarta. Penelitian lain

8

Page 9: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

didapatkan hasil yang mengejutkan, overdiagnosis ditemukan lebih besar lagi, yaitu 42 (22%)

anak pada 210 anak dengan gangguan kesulitan makan disertai gagal tumbuh yang berobat

jalan di Picky Eaters Clinic Jakarta. Overdiagnosis tersebut sering terjadi karena tidak sesuai

dengan panduan diagnosis yang ada atau kesalahan dalam menginterpretasikan gejala klinis,

kontak dan pemeriksaan penunjang khususnya tes mantoux dan foto polos paru.

PERMASALAHAN DIAGNOSIS TB

Gejala khas TB biasanya muncul tergantung dari bagian tubuh mana yang terserang,

misalnya: TB kulit atau skrofuloderma, TB tulang dan sendi: tulang punggung

(spondilitis): gibbus tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul, tulang

lutut pincang atau bengkak, tulang kaki dan tangan, TB otak dan saraf : meningitis:

dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun. Gejala mata

berupa konjungtifitis phlyctenularis, tuberkel koroid , kelainan ini hanya terlihat dengan

alat funduskopi.

Pada pertemuan para ahli pulmonologi anak di Jakarta 26 Agustus 2000 telah dibuat suatu

kesepakatan bersama yang berupa Konsensus Nasional TB anak. Diagnosis paling tepat

adalah ditemukannya basil TB dari bahan yang diambil dari pasien misalnya sputum,

bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga

sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan gambaran klinis, kontak, gambaran

radiologis, dan uji tuberculin.

Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya dilakukan dari

bilasan lambung karena dahak sulit didapat. Pemeriksaan BTA secara biakan (kultur)

memerlukan waktu yang lama. Cara baru untuk mendeteksi kuman TB dengan PCR

(Polymery Chain Reaction) atau Bactec masih belum banyak dipakai dalam klinis praktis.

Demikian juga pemeriksaan darah serologis seperti ELISA, PAP, Mycodot dan lain-lain,

masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis.

Beberapa pemeriksaan tersebut spesifitas dan sensitifitasnya tidak lebih baik dari uji

tuberkulin atau tes mantoux.

KESALAHAN DIAGNOSIS

Overdiagnosis sering terjadi karena karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang

ada atau kesalahan dalam menginterpretasikan gejala klinis, kontak dan pemeriksaan

penunjang khususnya tes mantoux dan foto polos paru. Pada kasus di atas sebagian besar

overdiagnosis TB ditegakkan hanya karena hasil foto rontgen. Tanpa pengamatan adanya

kontak dan uji tuberkulin (test mantouxt) sudah terlalu cepat diberikan pengobatan TB.

Sering terjadi hasil rontgen adalah infiltrat (flek) di paru sudah dianggap sebagai TB.

9

Page 10: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Padahal gambaran ini bukan gambaran TB dan ternyata bisa didapatkan pada penyakit

alergi, asma dan penyakit coeliac (gangguan saluran cerna dan berat badan kurus).

Sedangkan gambaran röntgen TB paru pada anak tidak khas. Gambaran TB yang

ditemukan adalah pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal, milier,atelektasis,

kolaps, konsolidasi, infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal,

konsolidasi (lobus), cairan paru. kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas dan destroyed lung

(paru rusak). Sering kali terjadi interpretasi dokter radiologi hanya karena ditemukan

infiltrat (flek) tanpa pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal sudah dicurigai

atau dianggap TB. Sedangkan dokter yang merawat penderita langsung memberikan

pengobatan TB tanpa konfirmasi data lainnya.

Menentukan sumber penularan atau kontak TB adalah adanya kontak erat dan lama

dengan penderita TB yang dipastikan dengan pemeriksaan dahak yang positif. Kesalahan

yang sering terjadi bahwa kontak TB itu adalah saudara yang hanya pernah bertemu

sesekali. Kesalahan lainnya kontak TB sering dianggap bahwa orang yang sering batuk

atau kurus padahal belum tentu bila belum terbukti pemeriksaan dahak atau sputum

positif. Anak yang mengalami gagal tumbuh dengan kesulitan makan ternyata sekitar

75% salah satu orang tuanya juga mengalami gangguan kenaikkan berat badan. Penderita

alergi atau asma juga sebagian besar salah satu orang tuanya juga mengalami batuk lama

yang terlalu cepat dianggap sebagai kontak TB.

Di dalam masyarakat batuk lama atau Batuk Kronis Berulang (BKB) tampaknya lebih

sering dikawatirkan sebagai TB. Padahal batuk adalah bukan merupakan keluhan utama

penyakit TB pada anak. BKB adalah batuk yang berlangsung lebih dari 2 minggu atau

berulang 3 kali atau lebih dalam 3 bulan. Diagnosis banding pertama pada BKB adalah

asma atau alergi. Menurut pedoman Nasional Tuberkulosis Anak bila ditemui keluhan

BKB harus disingkirkan dulu diagnosis banding lain seperti alergi atau asma sebelum

diagnosis TBC dicari. Kesalahan membaca tes mantouxt sering terjadi dalam

overdiagnosis TB. Hasil tes Mantoux yang besar langsung dicurigai sebagai TB. Padahal

tes Mantoux dikatakan positif bila indurasi harus lebih 10 mm bila bekas luka imunisasi

BCG negatif (imunisasi tidak jadi). Bila bekas luka imunisasi BCG ada (imunisasi BCG

jadi) harus lebih 15 mm. Kesalahan lain yang sering terjadi adalah penilaian tes mantoux

adalah lebar peninggian kemerahan kulit bukan kemerahan pada kulit.

TB adalah penyakit yang harus diwaspadai tetapi jangan terlalu kawatir berlebihan.

Dalam menegakkan diagnosis harus dilakukan secara cermat dan lengkap melalui

anamnesa kontak TB, tanda dan gejala TB, pemeriksaan foto polos paru dan uji

tuberkulin. Sebaiknya tidak terlalu cepat memvonis diagnosis TB bila data yang didapat

10

Page 11: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

belum optimal. Bila meragukan sebaiknya dilakukan penanganan multidisiplin ilmu

kesehatan anak seperti dokter pulmonologi anak, gastroenterologi anak, endokrinologi

anak atau alergi anak. Karena bila sudah didiagnosis TB maka konsekuensi penggunaan

obat-obatan dalam jangka waktu lama dan resiko efek samping yang ditimbulkan.

TATALAKSANA

Obat harus diminum teratur, setiap hari, dan dalam waktu yang cukup lama. Dosis obat

harus disesuaikan dengan berat badan.

Secara garis besar dapat dibagi menjadi tata laksana untuk :

1. TBC paru tidak berat   Pada TBC paru yang tidak berat cukup diberikan 3 jenis obat

anti tuberkulosis (OAT) dengan jangka waktu terapi 6 bulan. Tahap intensif terdiri dari

isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pyraninamid (Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari

(2HRZ). Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)  selama 4 bulan

diberikan setiap hari (4HR).

2. TBC paru berat atau TBC ekstrapulmonal   Pada TBC berat (TBC milier, meningitis,

dan TBC tulang) maka juga diberikan Streptomisin atau Etambutol pada permulaan

pengobatan. Jadi pada TBC berat biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5

obat selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan Isoniazid dan Rifampisin selama 10

bulan lagi atau lebih, sesuai dengan perkembangan klinisnya. Kalau ada kegagalan karena

resistensi obat, maka obat diganti sesuai dengan hasil uji resistensi, atau tambah dan ubah

kombinasi OAT.

Obat anti tuberkulosis yang digunakan adalah :

Isoniazid (INH) : selama 6-12 bulan

1. Dosis terapi                  : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari

2. Dosis profilaksis           : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari

3. Dosis maksimum           : 300 mg/hari

Rifampisin ( R ) : selama 6-12 bulan

1. Dosis                            : 10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari

2. Dosis maksimum           : 600 mg/hari

Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama

1. Dosis                            : 25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari

2. Dosis maksimum           : 2 gram/hari

Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama

1. Dosis                            : 15-20 mg/kgBB/hari  diberikan sekali atau 2 kali sehari

2. Dosis maksimum           : 1250 mg/hari

Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama

11

Page 12: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

1. Dosis                            :  15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra muskular

2. Dosis maksimum           : 1 gram/hari

Kortikosteroid diberikan pada keadaan khusus seperti : Tb milier, meningitis Tb,

endobronkial Tb, pleuritis Tb,  perikarditis Tb, peritonitis Tb.

Boleh diberikan prednison 1-2 mg/kg BB/hari selama 1-2 bulan

PENGHENTIAN PENGOBATAN

Bila setelah 6 bulan evaluasi membaik : batuk menghilang, klinis membaik, anak menjadi

lebih aktif, berat badan meningkat, foto thorax membaik, penurunan LED

Bila setelah 6 bulan tidak ada perbaikan, kemungkinan :

1. Kepatuhan minum obat yang kurang

2. MDR (Multi Drug Resisten)

3. Diagnosis bukan TBC

OBAT PENCEGAHAN DENGAN INH : 5-10 mg/kg BB/hari diberikan pada :

Profilaksis primer : anak yang kontak erat dengan penderita TB menular (BTA positip,

tetapi belum terinfeksi).

Profilaksis sekunder : anak dengan infeksi TB yaitu tuberkulin positip dan klinis baik,

dengan faktor resiko yang memungkinkan menjadi TB aktif.

1.  umur dibawah 5 tahun

2. menderita penyakit infeksi (morbili, varicella)

3. mendapat obat imunosupresif (sitostatik, steroid, dll)

4. umur akil balik

5. \kalau ada infeksi HIV

KOMPLIKASI

Pada anak komplikasi biasanya terjadi pada 5 tahun pertama setelah infeksi terutama 1 tahun

pertama. Penyebaran limfohematogen menjadi Tb milier atau meningitis Tb atau efusi pleura

biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. Tb tulang dan sendi terbanyak terjadi dalam

3 tahun pertama, dan Tb ginjal dan kulit terbanyak setelah 5 tahun dari infeksi primer.

12

Page 13: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

SISTEM SKORING DIAGNOSIS TUBERKULOSIS ANAK

Paramet

er 0 1 2 3

Kontak

Tb Tidak jelas

Laporan

keluarga,

BTA (-)

atau

tidak

tahu

Kavitas (+), BTA

tidak jelas BTA (+)

Uji

Tuberkuli

n Negatif

Positif ( ≥ 10 mm atau ≥ 5 mm

pada keadaan imunosupresi)

Berat

badan/ke

adaan

gizi

BB/TB <

90% atau

BB/U <

80%

Klinis gizi buruk

atau BB/TB<

70%atau BB/U <

60%

Demam

tanpa

sebab

jelas

≥ 2

minggu

Batuk

≥ 3

minggu

Pembesar

an

kelenjar

limfe

kolli,

aksila,

inguinal

≥ 1cm,

jumlah

>1, tidak

nyeri

Pembeng

kakan

Ada

pembeng

13

Page 14: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

tulang/se

ndi

panggul,

lutut,

falang kakan

Foto

Rontgen

toraks

Normal/tidak

jelas

Infiltr

at

Pemb

esara

n

kelen

jar

Kons

olidas

i

segm

ental/

lobar

atelek

tasis

k

al

si

fi

k

as

i

+

in

fil

tr

at

p

14

Page 15: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

e

m

b

es

ar

a

n

k

el

e

nj

ar

+

in

fil

tr

at

Catatan :

Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter

Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis

Berat badan dinilai saat datang (moment opname)

Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku

Foto rontgen toraks bukan alat diagnostik utama pada Tb anak

Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring Tb anak

Didiagnosis Tb jika skor ≥ 6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih bersifat

tentatif/sementara, nilai definitif menunggu hasil penelitian yang sedang dilaksanakan.

Referensi

Core Curriculum on Tuberculosis: What the Clinician Should Know, 4th edition (2000).

Division of Tuberculosis Elimination, Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society. Control and prevention of

tuberculosis in the United Kingdom: Code of Practice 2000. Thorax 2000;55:887-901

Thomas Dormandy (1999). The White Death: A History of Tuberculosis.

Mountains Beyond Mountains: The Quest of Dr. Paul Farmer, a Man Who Would Cure

the World. Tracy Kidder, Random House 2000.

15

Page 16: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Ha SJ, Jeon BY, Youn JI, Kim SC, Cho SN, Sung YC. Protective effect of DNA vaccine

during chemotherapy on reactivation and reinfection of Mycobacterium tuberculosis.

Gene Ther. 2005 Feb 03;

Tuberkulosis – Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan

Dokter Paru Indonesia 2006.

Munoz FM, Starke JR. Tuberculosis. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB,

penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders, 

2003 : 958-71.

Crofton SJ, Horne N, Miller F. Clinical Tuberculosis. Edisi ke-1. London: The Mac

Millan Press, 1992.

Rahajoe N, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB. Pedoman Nasional Tuberkulosis

Anak. UKK Pulmonologi : PP IDAI, 2005

Flek Paru Pada Anak

Posted by Ummu Kautsar pada 7 November 2008

Flek paru biasanya ditandai dengan panas tinggi dan batuk-batuk. Penyakit ini muncul

akibat tertular dari orang lain.

Tidak nyaman rasanya, kalau kita terserang batuk yang tak henti. Apalagi bila yang

terserang batuk adalah si kecil. Batuk, merupakan indikasi dari berbagai penyakit yang

bisa dialami oleh anak. Tetapi bila batuk disertai dengan gejala sesak nafas, bisa jadi

ini pertanda ia terkena flek paru.

Istilah Vlek , sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yang berarti bercak. Secara

medis, istilah ini umum digunakan dokter untuk menunjukkan kelainan yang terlihat

pada hasil foto rontgen. Istilah flek paru biasanya digunakan sebagian dokter untuk

memperhalus istilah TBC. Menurut literatur, bercak ini sendiri dapat disebabkan oleh

16

Page 17: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

berbagai hal, misalnya lendir karena infeksi atau alergi, proses radang seperti pada

infeksi akibat TBC atau kuman yang lainnya.

Hindari Penderita TBC

Menurut Dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A. MTroPaed., flek di paru-paru, yang

belakangan ini banyak sekali menimpa bayi dan balita, umumnya karena tertular orang.

“Penyebab flek di paru-paru adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis . Bakteri ini

ditularkan melalui percikan ludah, batuk, bersin, udara pernapasan dari penderita

tuberkulosis (TBC) kepada bayi ataupun balita,” jelas dokter anak dari RSUPN Cipto

Mangunkusumo ini.

Tuberculosis merupakan bakteri infeksi menular. Ia dapat menyerang anak-anak di

bawah usia 2 tahun, orang dewasa, orang-orang dengan sistem imunitas yang sangat

rendah dan mereka yang hidup dilingkungan orang-orang yang terinfeksi bakteri ini.

Jika anak tertular TBC paru, gejala yang dapat dilihat awam adalah serangan demam

yang tak begitu tinggi selama 3 bulan berturut-turut. Namun, demam ini tidak turun

meski bayi diberi obat penurun panas.

Anak yang kurus atau berat badannya tidak naik-naik seiring usianya yang bertambah

(meski Anda telah memberinya banyak makanan bergizi), juga mesti diwaspadai telah

terjangkit. “Diare kronik, meski tak tergolong berat, tetapi berlangsung terus-menerus

dan tak dapat diobati dengan obat diare biasa, juga bisa merupakan pertanda bayi

terjangkit TBC paru. Segeralah periksa ke dokter,” tutur Hindra.

Dokter biasanya akan melakukan tes Mantoux , rontgen, dan darah untuk mengetahui

apakah ada kemungkinan TBC atau tidak. Kemudian dokter juga akan menentukan

pengobatannya. Perlu diketahui, meskipun si kecil positif terinfeksi TBC, namun bukan

berarti bakteri tersebut sudah berkembang menjadi penyakit TBC atau TB aktif. Hanya

sekitar 10% saja, anak-anak yang terinfeksi TBC akan terjangkit penyakit ini.

Menghindari kontak fisik dengan penderita TBC ataupun yang sedang dalam taraf

pengobatan, lanjut Hindra, adalah cara yang paling aman agar anak terhindar dari

penyakit ini. “Ini karena penularan bakteri TBC paru mudah sekali. Bisa lewat udara.

Karena itu bayi memang harus dijauhkan dari orang dewasa yang kita tahu mengidap

TBC,” ujarnya lagi, seraya menambahkan pemberian imunisasi BCG juga wajib

hukumnya agar bayi memiliki imun (pertahanan) terhadap serangan bakteri ini.

TBC Terselubung dan Aktif

17

Page 18: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Bakteri TBC termasuk bakteri yang pertumbuhannya termasuk lamban, dan biasanya

bakteri ini hanya menyerang pada area tubuh yang mempunyai banyak pasokan

oksigen dan aliran darah, seperti pada paru-paru. Di Amerika, hampir sebanyak 85%

penderita TBC, merupakan TBC paru. Secara medis, TBC dibagi dalam dua jenis, yaitu

infeksi TBC laten dan TBC aktif.

Infeksi TBC yang bersifat laten, muncul saat bakteri TBC masuk ke dalam tubuh, namun

tidak disertai dengan gejala atau tanda-tanda yang mengindikasikan adanya TBC. Saat

bakteri masuk ke paru-paru, sistem imunitas tubuh akan melawan adanya infeksi

dengan mengisolasi bakteri ke dalam kapsul kecil yang disebut tubercles . Hampir 90%

orang yang terinfeksi bakteri TBC, berhasil dilawan oleh imunitas tubuh tanpa sempat

memunculkan gejalanya.

Meskipun telah terinfeksi, namun orang tersebut tidak akan mampu menyebarkan

bakteri TBC ke orang lain yang ada disekitarnya. Sayangnya, karena bakteri tersebut

telah ada di dalam tubuh, ada kemungkinan bakteri tersebut akan berkembang menjadi

penyakit TBC aktif. Keberadaan bakteri yang terselubung inipun, hanya bisa diketahui

bila kita melakukan tes kulit.

Sedangkan TBC aktif, biasanya akan langsung terlihat dari gejala-gejala yang timbul.

Sekitar 10% orang yang terinfeksi bakteri TBC, akan berkembang menjadi pengidap TBC

aktif. Mereka juga akan dengan mudah menulari orang-orang dilingkungan sekitarnya,

jika tidak mendapatkan perawatan yang baik, pengidap TBC aktif mengalami kerusakan

pada paru-paru atau organ lainnya, dan juga bisa membahayakan jiwa.

Lebih Berat Pada Bayi

Lantaran kondisi tubuh bayi yang masih rentan, akibat kekebalan tubuh alaminya

belum sempurna, jika terjangkit TBC risikonya lebih berat dibanding orang dewasa.

“Umumnya TB pada orang dewasa akan terlokalisasi hanya di paru-paru, karena tubuh

orang dewasa telah memiliki kekebalan penuh. Sedang pada bayi dan anak-anak,

penyebaran bakteri tak hanya di paru-paru, tapi juga ke seluruh tubuh melalui aliran

darah. “Itulah sebabnya pada bayi dan anak-anak, kita bisa menjumpai kasus TB

tulang, TB hati dan limfa, TB selaput otak atau meningitis,” ungkap Hindra.

Dengan alasan itulah, TB paru pada bayi harus segera diobati setelah terdeteksi.

Pengobatan biasanya berupa oral (obat yang dimakan) menggunakan obat anti-TB atau

obat kombinasi selama 6 bulan, atau 9-12 bulan bagi TBC paru berat yang sudah

menjalar ke otak hingga mengakibatkan meningitis.

18

Page 19: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Agar bayi tak terkena TBC paru, pencegahan memang penting. Yang juga penting

adalah memberi bayi zat-zat kekebalan tubuh sejak lahir, seperti zat-zat yang

terkandung dalam ASI dan makanan bergizi lainnya. “Tak semua bayi yang menderita

TBC akan jatuh sakit. Ini tergantung pada daya tahan tubuhnya juga. Bisa saja bayi

terjangkit bakteri TB tetapi basil itu mati atau hanya bersarang di dalam tubuh, tidak

aktif dan tidak mengganggu,” demikian Hindra.

Menangani TBC Pada Anak

Jika anak Anda terinfeksi, namun belum berkembang menjadi pengidap TBC aktif, ia

akan diberikan obat antibiotik, seperti isoniazid . Obat ini biasanya harus di minum

setiap hari selama 6-9 bulan untuk mencegah berkembangnya bakteri TBC menjadi

aktif. Penderita TBC terselubung, kerap harus mengkonsumsi lebih dari satu antibiotik.

Umumnya, mereka akan bisa disembuhkan.

Penanganan penderita TBC aktif, juga akan diberikan tiga sampai empat obat yang

harus diminum setiap hari selama 6 bulan, atau tergantung pada seberapa serius sakit

yang dialami. Selain itu diperlukan juga pemeriksaan lanjutan, untuk melihat berapa

besar keberhasilan pengobatan yang diberikan, juga untuk mengetahui efek samping

dari obat tersebut, yang kerap menyertai.

Meskipun setelah beberapa minggu mengkonsumsi obat-obatan tersebut, si kecil akan

terlihat lebih baik dan gejala-gejala yang timbul perlahan menghilang, namun sangat

penting bila obat yang diberikan dokter diminum hingga habis. Karena jika tidak,

bakteri akan kembali aktif dan malah berkembang menjadi kebal dengan obat-obatan

yang diberikan.

Bila memang anak sudah terinfeksi bakteri TBC, vaksinasi mungkin sudah tidak mampu

bekerja menahan bakteri ini. Meski demikian, The Centers for Disease Control and

Prevention , Amerika menyarankan vaksinasi diberikan pada kondisi tertentu saja.

Misalnya, bila memang dilingkungan rumah ada orang yang telah positif mengidap TBC

aktif, dan belum mendapatkan pengobatan yang seharusnya, maka si kecil harus diberi

vaksinasi TB.

Penularan TBC Melalui Udara

TBC merupakan penyakit yang mudah menular melalui udara, namun begitu, biasanya

penyakit ini akan menjangkiti lingkungannya, apabila:

1. Orang-orang yang tinggal di tempat yang kondisinya ramai. Orang yang terlalu sering terinfeksi bakteri TBC, dan tinggal di tempat yang ramai, seperti tempat

19

Page 20: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

penitipan anak, rumah sakit, rumah singgah, sekolah, barak militer dan penjara, merupakan tempat yang beresiko bisa menularkan penyakit TBC.

2. Orang-orang yang tinggal di satu rumah dengan penderita TBC aktif. Keadaan ini akan meningkatkan kemungkinan seseorang tertular bakteri TBC dan sangat besar kemungkinannya untuk berkembang menjadi infeksi.

Komplikasi Akibat TBC

Para penderita TBC aktif, harus segera mendapatkan perawatan. Jika tidak, bakteri TBC

aktif akan berkembang dan menyebabkan terjadinya komplikasi serius, seperti:

1. Kerusakan paru-paru yang bisa membuat paru-paru berlubang dan menderita cavities . Area yang rusak, mungkin juga akan menyebabkan terjadinya pendarahan di paru-paru atau terinfeksi bakteri lainnya dan kemungkinan besar terjadi abscess .

2. Berlubangnya saluran pernafasan di paru-paru.3. Terblokirnya aliran udara di dalam paru-paru.

 

TBC Pada Anak

Posted by Ummu Kautsar pada 1 Mei 2010

Di Indonesia, penyakit TBC memang masih menjadi momok. Maklum saja, karena negara kita

tercinta ini termasuk daerah endemis TBC.   Anak kurus, susah/tidak mau makan, berat badan

seret naik atau malah tidak naik-naik, acapkali dicurigai mengidap TBC.  Orangtua manasih, yang

tidak gelisah ketika berat badan anaknya yang masih batita, stagnan di kilogram tertentu.

Dapat dimaklumi kalau orangtua sangat menaruh perhatian (malah kadang berlebihan) pada hal

yang satu ini, karena kenaikan berat badan merupakan salah satu indikator tumbuh kembang

anak, utamanya balita.

20

Page 21: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Tetapi penyebab mandeknya kenaikan berat badan anak bukan monopoli TBC, lho!  Ada banyak

penyakit selain TBC, yang menyebabkan berat badan anak terganggu.

Sedihnya, masih banyak anak di republik ini yang ’didiagnosis’ sakit TBC padahal penyakit

sebenarnya bukan itu.  Akibatnya, anak jadi memperoleh pengobatan yang salah.  Tentu kita tidak

mau dong, hal itu terjadi pada si kecil.  Karena itu, ngga ada salahnya orangtua belajar untuk

mengenal serba-serbi penyakit ini.  Bukan untuk berlagak atau sok-sokan menjadi dokter, lho……

Tetapi menambah pengetahuan merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesehatan diri dan

keluarga.

What is TBC?

Tuberculosis – yang disingkat TBC atau TB – adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis.  Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga disebut

dengan Pulmonary TB.  Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian/organ lain dalam tubuh,

dan TB jenis ini lebih berbahaya dari pulmonary TB.  Bila kuman TB menyerang otak dan sistem

saraf pusat, akan menyebabkan meningeal TB.  Bila (kuman TB) menginfeksi hampir seluruh organ

tubuh, seperti ginjal, jantung, saluran kencing, tulang, sendi, otot, usus, kulit, disebutmiliary

TB atau extrapulmonary TB.

Kuman TB berbentuk batang dan memiliki sifat khusus, yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, sehingga sering disebut juga sebagai Basil/bakteri Tahan Asam (BTA).  Bakteri TB akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung. Tetapi dalam tempat yang lembab, gelap, dan pada suhu kamar, kuman dapat bertahan hidup selama beberapa jam.  Dalam tubuh, kuman ini dapat tertidur lama (dorman) selama beberapa tahun.

Bagaimana TB Menular?

Bakteri TB menyebar bila orang dewasa penderita TB aktif yang tidak tertangani dengan baik

(baca: memperoleh pengobatan), bersin atau batuk sehingga mengeluarkan sputum

droplet (percikan dahak) yang mengandung kuman TB.  Bila kuman terhirup oleh orang dewasa

lain, anak atau bayi yang sehat, menyebabkan mereka terinfeksi M. tuberculosis.  Secara umum,

hanya TBC paru-paru (pulmonary TB) yang menular.  Namun orang yang tertular tidak selalu akan

sakit TBC paru-paru juga, tergantung bagian tubuh (organ) mana yang diserang oleh bakteri TB. 

Selain dari droplet dahak penderita TBC aktif, kuman TB juga dapat masuk ke tubuh manusia dari

susu sapi murni yang tidak diolah (dimasak) dengan sempurna.

Meskipun menular, tetapi orang tertular tuberculosis tidak semudah tertular flu.  Penularan penyakit ini memerlukan waktu pemaparan yang cukup lama dan intensif dengan sumber penyakit (penular).  Menurut Mayoclinic, seseorang yang kesehatan fisiknya baik, memerlukan kontak dengan penderita TB aktif setidaknya 8 jam sehari selama 6 bulan, untuk dapat terinfeksi.  Sementara masa inkubasi TB sendiri, yaitu waktu yang diperlukan dari mula terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TB, lalu menjadi sakit TB.  Menurut TB/HIV Clinical Manual hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi, berlanjut menjadi penderita TB (TB aktif).  Kelompok yang paling rawan terinfeksi bakteri TB adalah bayi dan anak usia kurang dari 1 tahun.  Setelah itu, tingkat kerawanannya menurun.  Bahkan pada kisaran usia 5-9 tahun, anak-anak memiliki tingkat resiko terinfeksi yang paling rendah. Usia 10 tahun ke atas, tingkat kerawanan

21

Page 22: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

infeksi itu kemudian akan meningkat kembali, meskipun tidak setinggi kelompok usia 0-1 tahun.Anak-anak yang sakit TBC tidak dapat menularkan kuman TB ke anak lain atau ke orang dewasa.  Sebab, pada anak biasanya TB bersifat tertutup.  Kalaupun ada sekresi dahak, konsentrasi atau jumlah bakteri dalam droplet cenderung sedikit.  Jadi kalau ada anak yang terinfeksi TBC, sudah pasti sumber penularnya adalah orang dewasa yang ’dekat’ dengannya.

Orang dewasa penderita TB aktif yang telah menjalani pengobatan selama 2 minggu juga sudah

aman.  Dalam arti, ia sudah tidak menularkan kuman TB lagi.  Meski demikian, yang bersangkutan

tetap harus meneruskan terapi obatnya hingga selesai, untuk menghindari MDR (multi-drugs

resistant) TB atau kuman TB yang resisten terhadap obat anti TB.

Bagaimana Mendiagnosa TB Pada Anak ?

Sesungguhnya mendiagnosa tuberculosis pada anak, terlebih pada anak-anak yang masih sangat

kecil, sangat sulit.  Diagnosa tepat TBC tak lain dan tak bukan adalah dengan menemukan

adanya Mycobacterium tuberculosis yang hidup dan aktif dalam tubuh suspect TB atau orang yang

diduga TBC.  Caranya? Yang paling mudah adalah dengan melakukan tes dahak.  Pada orang

dewasa, hal ini tak sulit dilakukan.  Tapi lain ceritanya, pada anak-anak karena mereka, apalagi

yang masih usia balita, belum mampu mengeluarkan dahak.  Karenanya, diperlukan alternatif lain

untuk mendiagnosa TB pada anak.

Kesulitan lainnya, tanda-tanda dan gejala TB pada anak seringkali tidak spesifik (khas).  Cukup

banyak anak yang overdiagnosed sebagai pengidap TB, padahal sebenarnya tidak. 

Atau underdiagnosed, maksudnya terinfeksi atau malah sakit TB tetapi tidak terdeteksi sehingga

tidak memperoleh penanganan yang tepat.  Diagnosa TBC pada anak tidak dapat ditegakkan

hanya dengan 1 atau 2 tes saja, melainkan harus komprehensif.

dr. Davide Manissero dari WHO Indonesia (pada seminar PESAT 5 Jakarta, 4 Maret 2006)

mengibaratkan diagnosa TBC itu bagaikan menggambar sekuntum bunga.  Penyakit TBC

diibaratkan sebagai putik bunga, sementara 4 mahkota bunga yang melingkupi putik adalah

riwayat kontak/pemaparan dengan penderita TB aktif, gejala, tes Mantoux (uji Tuberkulin), dan foto

rontgen.  Kemudian, jika memungkinkan dilakukan uji bakteriologi (yang dilambangkan sebagai

tangkai bunga) untuk menemukan ’biang keladinya’ alias kuman TBC.

Menurut dr. Bambang Supriyatno, SpAK dalam seminar Tuberculosis (24 Juni 2006), untuk

memastikan apakah anak benar sakit TBC, dokter memerlukan satu alat diagnostik gabungan,

yaitu sistem pembobotan (scoring).  Ikatan Dokter Anak Indonesia telah mengeluarkan standar

untuk sistem scoring ini.  Memang hanya dokter yang berwenang untuk melakukan pembobotan

(scoring).  Namun demi kepentingan anak, sebaiknya orangtua juga proaktif berdiskusi dengan

sang dokter dan membekali diri dengan pengetahuan tentang penyakit ini.

1.  Riwayat Kontak atau Pemaparan

22

Page 23: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Penyakit TBC adalah penyakit infeksi.  Artinya, pasti ada sumber penularnya.  Karena penularan TB

memerlukan waktu pemaparan (exposure) yang cukup lama, maka apabila anak menderita TBC

pastilah ’sumbernya’ adalah orang yang sehari-hari dekat dengannya.  Entah itu ayah, ibu, kakek,

nenek, pengasuh, atau orang lain yang tinggal satu rumah dengan anak dalam waktu yang cukup

lama.  Maka dari itu, ketika seorang anak/bayi diduga menderita TB, semua orang yang sehari-hari

dekat dengan si kecil harus dipastikan mengidap TBC atau tidak.

Tingginya prevalensi (angka kejadian) TBC di Indonesia, menyebabkan uji Tuberkulin (Mantoux

test) tak lagi efektif untuk mendiagnosa TBC pada orang dewasa karena sebagian besar orang

dewasa yang tinggal dan hidup di sini sudah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.  Pada orang

dewasa, diagnosis TB dapat dilakukan melalui uji dahak (sputum test) dan foto rontgen paru-paru. 

Uji dahak dilakukan untuk mengetahui keberadaan BTA dalam dahak. Tempat yang tepat (dan

murah) untuk melakukan uji ini adalah Puskesmas.  Foto rontgen paru-paru dari orang dewasa

yang mengidap TB aktif, memberikan gambaran yang sangat khas.  Walaupun anak tak tampak

sakit tapi bila terbukti ada orang dewasa (yang dekat dengan anak) yang sakit TBC, maka

orangtua ’harus’ curiga anak terinfeksi TB dan membawanya ke dokter/RS/puskesmas agar anak

mendapatkan penanganan yang tepat, untuk mencegahnya menjadi sakit TB.

Oleh sebab itu, sebelum mempekerjakan orang di rumah (pembantu rumah tangga, pengasuh

anak, supir keluarga), sebaiknya orangtua memastikan lebih dulu kondisi kesehatan orang-orang

tersebut.  Karena mereka lah yang lebih banyak berada di sekitar anak, apalagi bila kedua

orangtua (ayah dan ibu) bekerja penuh waktu.

2.  Gejala

Tuberculosis pada anak-anak seringkali tidak menimbulkan gejala khusus.  Gejala utama TB pada

orang dewasa adalah batuk berdahak yang terus menerus selama 3 minggu atau lebih. 

Sayangnya, pada anak-anak, umumnya batuk lama bukan gejala utama TB.  Batuk lama, juga bisa

manifestasi dari alergi.

Menurut Pedoman Nasional Tuberkulosis (2002), gejala umum TB pada anak-anak adalah sebagai berikut :

Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun  sudah dengan penanganan gizi yang baik.

Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.

Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas,  setelah disingkirkan kemungkinan penyebab lainnya (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut). Dapat juga disertai keringat malam.

Pembesaran kelenjar getah bening yang tidak sakit, di leher, ketiak dan lipatan paha. Gejala –gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah

disingkirkan sebab lain dari batuk), nyeri dada ketika bernafas atau batuk.

Apabila bakteri TB menyebar ke organ-organ tubuh yang lain, gejala yang ditimbulkan akan berbeda-beda.  Misalnya;

23

Page 24: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Kaku kuduk, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran pada TBC otak & saraf (meningitis TB)

Gibbus, pembengkakan tulang pinggul, lutut, kaki dan tangan, pada TBC tulang & sendi

Namun harus dicermati pula bahwa gejala-gejala di atas bukan monopoli TBC, karena banyak juga jenis penyakit lain yang menimbulkan gejala serupa.  Meski begitu, bila anak mengalami gejala-gejala seperti tersebut di atas, sah-sah saja bila orangtua curiga.  Tetapi kecurigaan ini harus dimanisfestasikan secara rasional, dengan cara memastikan dengan sebenar-benarnya apakah anak mengidap TBC atau tidak.  Terlebih bila ada orang dewasa (yang sehari-hari bergaul dekat dengan anak) yang sakit TBC, maka orangtua ’wajib’ memeriksakan kondisi kesehatan anak.Berat badan tidak naik-naik misalnya, juga bisa disebabkan oleh banyak penyakit selain TBC.  Antara lain gangguan pencernaan, infeksi saluran kemih (ISK), penyakit jantung bawaan (PJB), refluks, gangguan tiroid, atau lainnya.  Karena itu, sebelum terburu-buru menduga anak mengidap TB, pastikan terlebih dahulu kemungkinan penyakit lain.  Dibarengi dengan upaya perbaikan gizi selama 1 bulan.  Bila setelah itu berat badan anak meningkat, berarti kemungkinan anak tidak mengidap TB.  Namun apabila setelah upaya tersebut, berat badan anak tidak meningkat atau malah semakin turun dan terbukti tidak disebabkan oleh penyakit lain, maka orangtua ’wajib’ untuk curiga.Juga harus dibedakan antara susah makan dengan kehilangan nafsu makan.  Memang ada masanya dimana anak jadi susah makan, dan itu normal.  Tetapi bila tiba-tiba anak sampai tidak mau makan sama sekali (anorexia) dan hal itu berlangsung lama, atau bahkan makin memburuk, maka orangtua harus ’khawatir’.  Anak-anak usia balita juga seringkali mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di bagian belakang telinga.  Karena hal itu menunjukkan sistem imun tubuhnya sedang ’dilatih’ menghadapi serangan mikroorganisme.  Orangtua baru harus khawatir bila pembengkakan terjadi di leher (bukan bagian belakang telinga), ketiak dan paha, dan bengkaknya berukuran besar (diameternya lebih dari 1 cm).Batuk lama. Orangtua harus benar-benar memastikan, apakah batuk anak berlangsung dalam waktu lama (tanpa jeda) ataukah berulang?  Sebab, menurut dr. Bambang Supriyatno, SpAK dalam seminar Tuberkulosis (24 Juni 2006), jika anak menderita batuk berulang, maka orangtua harus ’mencurigai’ penyakit lain; seperti asma, atau sinusitis untuk anak usia di atas 5 tahun.  Begitu pula dengan demam.  Demam yang perlu dicurigai TB adalah demam tingkat rendah atau sumeng yang berlangsung lebih dari 2 minggu dan bukan disebabkan oleh tifus, ISK, malaria atau penyakit lain selain TBC.Selain gejala-gejala tersebut di atas, orangtua juga harus mengamati perilaku sehari-hari anak.  Anak-anak cenderung belum bisa menceritakan dengan jelas apa yang mereka rasakan.  Rasa tidak enak badan, sakit, atau ketidaknyamanan yang mereka rasakan, cenderung dimanifestasikan melalui perubahan sikap, misalnya tiba-tiba rewel terus menerus, menjadi cengeng atau gampang marah.3.  Tes Mantoux atau Uji TuberkulinKarena tanda-tanda dan gejala TB pada anak sangat sulit dideteksi, satu-satunya cara untuk memastikan anak terinfeksi oleh kuman TB, adalah melalui uji Tuberkulin (tes Mantoux). Tes Mantoux ini hanya menunjukkan apakah seseorang terinfeksi Mycobacterium tuberculosisatau tidak, dan sama sekali bukan untuk menegakkan diagnosa atas penyakit TB.  Sebab, tidak semua orang yang terinfeksi kuman TB lalu menjadi sakit TB.Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB, kira-kira 2-8 minggu setelah terinfeksi.  Pada kurun waktu inilah tes Mantoux mulai bereaksi.  Ketika pada saat terinfeksi daya tahan tubuh orang tersebut sangat baik, bakteri akan mati dan tidak ada lagi infeksi dalam tubuh.  Namun pada orang lain, yang terjadi adalah bakteri tidak aktif tetapi bertahan lama di dalam tubuh dan sama sekali tidak menimbulkan gejala.  Atau pada orang lainnya lagi, bakteri tetap aktif dan orang tersebut menjadi sakit TB.Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml) kuman TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan dermis) kulit pada lengan bawah.  Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga medis harus melihat hasilnya untuk diukur.  Yang diukur adalah indurasi (tonjolan keras tapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna kemerahannya (erythema).  Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan centimeter.  Bahkan bila ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis sebagai 0 mm.Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila diameter indurasi berukuran sama dengan atau lebih dari 10 mm.  Namun, untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun yang tanpa faktor resiko TB, dikatakan positif bila indurasinya berdiameter 15 mm atau lebih.  Hal ini dikarenakan pengaruh vaksin BCG yang diperolehnya ketika baru lahir, masih kuat.  Pengecualian lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau anak dengan HIV, sudah dianggap positif bila diameter indurasinya 5 mm atau lebih.Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif palsu (anergi), artinya hasil negatif  padahal sesungguhnya terinfeksi kuman TB.  Anergi dapat terjadi apabila anak mengalami malnutrisi berat atau gizi buruk (gizi kurang tidak menyebabkan anergi), sistem imun tubuhnya sedang sangat menurun akibat mengkonsumsi obat-obat tertentu, baru saja divaksinasi dengan

24

Page 25: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

virus hidup, sedang terkena infeksi virus, baru saja terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes Mantoux yang kurang benar.  Apabila dicurigai terjadi anergi, maka tes harus diulang.4.  Foto RontgenUntuk memperkuat diagnosis, diperlukan foto rontgen paru-paru.  Tapi masalahnya, gambar rontgen dari TBC paru pada anak umumnya tidak khas sehingga menyulitkan interpretasi foto.  Diperlukan orang yang benar-benar ahli, untuk menghindari terjadinya overdiagnosis atauunderdiagnosis.Pada orang dewasa, kuman TBC membangun sarangnya pada paru-paru bagian atas, sehingga pada gambar rontgennya akan terlihat adanya infiltrat pada daerah tersebut.  Sedangkan pada anak-anak, kuman TB membangun sarang di kelenjar getah bening yang lokasinya berdekatan dengan jantung.  Jika hanya difoto dari depan akan sulit melihat adanya infiltrat, karena terutup oleh bayangan jantung.  Oleh karena itu, untuk memperkuat diagnosis, foto rontgen juga harus dilakukan dari arah samping.Dengan begitu, gambaran paru-paru tidak ’diganggu’ oleh bayangan jantung. Tetapi, lagi-lagi keberadaan infiltrat bukan mutlak menunjukkan anak mengidap TBC.  Anak yang sedang batuk dengan dahak yang banyak, meski tidak mengidap TB bila difoto rontgen dadanya, bisa memberikan gambaran infiltrat.  Oleh karenanya, foto rontgen harus dilakukan pada saat anak dalam kondisi terbaik.  Paling baik memang setelah anak sembuh dari batuknya.  Bila tidak memungkinkan, pilih waktu ketika batuknya minimal.  Sekali lagi, foto rontgen saja tidak dapat digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis TBC.5.  Uji BakteriologiUji bakteriologi yang umum dilakukan adalah melalui pemeriksaan sampel dahak (tes dahak atau sputum test).  Bila ditemukan adanya bakteri TB di dalam 2 sampel dari 3 sampel dahak seseorang, berarti orang tersebut dikatakan positif mengidap TBC paru aktif.  Pendambilan sampel dilakukan secara SPS, maksudnya Sewaktu kunjungan pertama, esok Paginya, dan Sewaktu kunjungan berikut (kedua).  Selain diperiksa melalui mikroskop, sampel dahak juga dapat diperiksa dengan cara dibiakkan dalam medium tertentu (tes kultur dahak).  Tetapi tes ini memakan waktu yang lama, sementara tes dahak yang biasa hanya memakan waktu beberapa jam saja untuk mendapatkan hasilnya.Namun tes dahak sangat sulit dilakukan pada anak-anak, karena mereka cenderung menelan dahaknya.  Kalaupun ingin melakukan pemeriksaan mikroskopis BTA pada anak, caranya dengan menggunakan bilasan lambung anak.  Tetapi cara ini dinilai menyakitkan bagi anak, sehingga tidak digunakan untuk deteksi dini.  Bagi anak yang sudah mampu mengeluarkan dahaknya, maka tes dahak menjadi satu keharusan.6.  Tes DarahBiasanya, parameter yang diuji pada pemeriksaan darah adalah LED (laju endap darah) dan kadar limfosit.  Tetapi keduanya ini nilai diagnostiknya bahkan lebih rendah daripada foto rontgen, sehingga hanya dapat digunakan sebagai data pendukung.  Nilai LED dan limfosit yang tinggi (di atas kadar normal) hanya menunjukkan terjadinya infeksi di dalam tubuh.  Akan tetapi, semua jenis infeksi juga dapat meningkatkan nilai LED dan limfosit dalam darah.Pengobatan TBCBila anak positif sakit TBC, maka harus diobati sampai benar-benar sembuh.  Kombinasi obat anti TBC (OAT) untuk anak adalah Isoniasid (INH), Rifampisin, dan Pirazinamid.  Ketiga obat tersebut diberikan selama 2 bulan pertama, lalu setelah itu, yaitu mulai bukan ketiga sampai keenam (4 bulan berikutnya) hanya diberikan kombinasi INH dan Rifampisin.  Untuk bisa sembuh, anak (dan orang dewasa) penderita TB harus mengkonsumsi OAT secara teratur, setiap hari, dan dalam jangka waktu lama.  Bakteri TB ini ’mati’ secara sangat perlahan.  Butuh waktu minimal 6 bulan untuk ’membunuh’ semua bakteri Tb dalam tubuh.  Setelah mengkonsumsi OAT selama 2 minggu, anak mungkin akan merasa lebih baik dan tampak sehat.  Tetapi ia tetap harus mengonsumsi OAT sampai selesai masa pengobatannya, karena pada saat itu belum semua bakteri TB mati.Pada anak, lamanya pengobatan TB ini tergantung dari jenis TB yang diderita.  Untuk TB paru-paru (pulmonary TB), lama pengobatan cukup 6 bulan saja.  Alasannya, kuman TB yang ’hidup’ dalam tubuh anak penderita TB aktif, jumlahnya jauh lebih sedikit daripada kuman yang ada dalam orang dewasa penderita TB aktif.  Kenapa bisa begitu? Ini adalah berkat ’perlindungan’ dari imunisasi BCG.  Sisa kuman yang masih ada setelah terapi pengobatan selesai, sudah tidak dapat berkembang biak lagi sehingga tidak berbahaya.  Namun, untuk jenis TB yang lebih berat, yakni meningeal TB dan miliary TB, lamanya pengobatan setidaknya 9 bulan.Bagaimana bila anak melewatkan dosis OAT-nya? Menurut dr. Davide dari WHO Indonesia pada seminar PESAT 5 (4 Maret 2006), apabila anak penderita TBC aktif melewatkan dosis OAT sampai maksimal 7 dosis (berarti 1 minggu), ia tidak perlu mengulang dari awal lagi, cukup meneruskan saja sisa masa terapinya.  Karena jumlah kuman TB dalam tubuh anak jauh lebih sedikit daripada yang ada dalam tubuh orang dewasa, sehingga resistensi kuman juga menjadi jauh lebih rendah.  Tetapi bila lewat lebih dari 1 minggu dan atau hal itu terjadi berulangkali, orangtua harus segera berkonsultasi dengan petugas kesehatan (dokter) yang berwenang.Efek Samping OAT

25

Page 26: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Ketiga obat anti TBC tersebut sebenarnya bersifat racun bagi hati, apalagi karena harus dikonsumsi dalam jangka panjang.  Oleh karena, setelah selesai masa pengobatan, biasanya dokter memeriksa fungsi kerja hati (SGOT/SGPT).  Isoniazid atau INH juga dapat menimbulkan reaksi negatif berupa kesemutan, nyeri otot, bahkan gangguan kesadaran.  Untuk mengurangi efek tersebut, diberikan suplemen vitamin B6 (piridoxin) selama masa pengobatan.Obat anti TBC untuk orang dewasa, selain INH, Rifampisin dan Pirazinamid, juga ada satu jenis obat lagi yaitu etambutol. Tetapi, jenis obat yang satu ini tidak diberikan untuk anak-anak yang ’hanya’ sakit TB paru-paru.  Karena efek samping etambutol pada anak berusia kurang dari 8 tahun adalah buta warna dan/atau pandangan terbatas (seperti memakai kacamata kuda).  Meski demikian, pada anak dengan kasus sakit TB yang berat (TB meningitis atau milier), ’terpaksa’ harus menggunakan etambutol, dengan catatan dosisnya harus tepat.Mengingat demikian beratnya efek samping OAT, sudah seharusnya bila orangtua benar-benar memastikan apakah anak sakit TB atau tidak.  TB/HIV Clinical Manual yang diterbitkan oleh WHO menyebutkan bahwa inisiasi (pemulaian) pengobatan TBC pada anak merupakan proses aktif.  Apabila secara umum anak tidak tampak ’sakit’, tak perlu terburu-buru untuk memulainya! Alih-alih demikian, sebaiknya orangtua bersama-sama dengan dokter yang menangani anak, melakukan pengamatan yang lebih mendalam lagi tentang kondisi anak.  Ini karena kerja TBC pada anak tidak sama seperti TBC pada orang dewasa.  Jumlah kuman TBC yang ada dalam tubuh anak jauh lebih sedikit dari jumlah yang ada dalam tubuh orang dewasa, dengan sendirinya perkembangan penyakit itu juga lebih lambat pada anak.  Tapi lain ceritanya, bila kondisi anak terlihat parah – sampai tidak dapat bangun, misalnya – atau usia anak masih sangat muda (di bawah 1 tahun).  Pada kondisi-kondisi tersebut, pengobatan mau tidak mau harus segera dimulai.TB Laten.  Apakah Itu?Istilah laten TB atau TB laten ini sering kita temui di internet.  Sesungguhnya, yang dimaksud dengan TB laten adalah orang yang terinfeksi bakteri TB tetapi tidak menjadi sakit TB (mengidap TB aktif).  Dengan kata lain TB laten adalah infeksi TB.  Dikatakan laten karena kuman TB tidak aktif tetapi juga tidak mati, melainkan tidur lama (dorman).  TB pada kondisi ini tidak menular.Orang dengan infeksi ini, tidak menunjukkan gejala-gejala TB dan sama sekali tidak merasa sakit.  Bahkan foto rontgen paru-parunya normal dan bila dites dahaknya pun akan negatif.  Keberadaan TB laten atau infeksi TB ini hanya bisa dideteksi melalui uji tuberkulin atau pemeriksaan darah khusus TB.Karena sistem imun tubuhnya memang belum sempurna, maka anak-anak balita adalah kelompok yang paling rentan terinfeksi kuman TB.  Tetapi berkat vaksin BCG yang diberikan segera setelah bayi lahir, membuat anak tidak berkembang menjadi sakit TB.  Anak yang terinfeksi TB ini ibarat bom waktu, yang akan ’meledak’ sewaktu-waktu bila kondisinya tepat.  Yang dimaksud dengan kondisi yang tepat adalah pada saat daya tahan tubuh anak sedang menurun karena sedang sakit berat (karena penyakit lain), atau bisa juga penyakit TBC-nya muncul setelah si anak tumbuh dewasa atau berusia lanjut.Karenanya, apabila anak positif terinfeksi TB, walaupun tidak berkembang menjadi sakit TB, tetap perlu diberi pengobatan pencegahan (profilaksis).  Jumlah bakteri TB dalam infeksi TB lebih sedikit dari TB aktif, sehingga penanganannya pun lebih mudah, cukup dengan satu jenis obat saja, yaitu INH (isoniazid).  Lama pengobatan pencegahan ini, menurut Pedoman Nasional Tuberkulosis, berlangsung selama 6 bulan saja, tidak lebih!  Akan tetapi, profilaksis hanya efektif bila anak berusia < 5 tahun. Pengobatan pencegahan TBC untuk orang dewasa yang tinggal di Indonesia, sama sekali tidak efektif alias percuma.  Mengapa demikian? Karena negara Indonesia ini bisa dibaratkan sebagaireservoir besar kuman TB, sehingga bisa dikatakan sebagian besar orang dewasa di Indonesia sudah terinfeksi kuman TB.Pencegahan TuberculosisKarena sumber penularan TB adalah orang-orang dewasa yang sehari-hari dekat dengan anak, maka mereka lah yang harus ditangani dengan baik dan benar.  Jika orangtua mencurigai dirinya atau anggota keluarga (yang serumah) lain memiliki gejala-gejala TBC, segera periksakan ke dokter untuk memastikan apakah menderita TBC aktif atau tidak.  Jika ternyata ada yang positif mengidap TBC aktif, tentunya anak harus diberi profilaksis INH, dan  orang-orang lain yang tinggal serumah juga harus segera diperiksa kondisi kesehatannya.  Sedangkan orang yang positif mengidap TBC aktif harus dipastikan mengkonsumsi OAT-nya secara teratur sampai masa pengobatannya selesai.  Akan lebih baik apabila screening ini dilakukan sebelum bayi lahir atau bahkan sebelum ibu hamil.Imunisasi dengan vaksin BCG sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit TBC.  Vaksin ini akan memberi tubuh kekebalan aktif terhadap penyakit TBC.  Vaksin ini hanya perlu diberikan sekali seumur hidup, karena pemberian lebih dari sekali pun tidak berpengaruh.  Tetapi imunisasi BCG juga tidak sepenuhnya dapat melindungi manusia dari serangan TBC.  Tingkat efektivitas vaksin BCG memang ’hanya’  70-80 %.  Beberapa negara maju menetapkan kebijakan tidak perlu imunisasi BCG, cukup mengawasi dengan ketat kelompok yang beresiko tinggi.  Tetapi untuk Indonesia, vaksin ini masih sangat dibutuhkan, mengingat posisi Indonesia yang no 3 di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita TBC terbanyak.

26

Page 27: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Vaksin BCG akan sangat efektif bila diberikan segera setelah lahir atau paling lambat 2 bulan setelah lahir (dengan catatan selama itu bayi tidak kontak dengan pengidap TB aktif).  Meskipun BCG tidak dapat 100% mencegah TBC paru-paru, tetapi pemberian vaksin ini akan melindungi anak dari bentuk-bentuk TBC yang lebih ganas (meningeal TB dan miliary TB).  Anak yang sudah diimunisasi BCG, lalu terinfeksi kuman TB, umumnya tidak berkembang menjadi sakit.  Kalaupun sampai berkembang menjadi TB aktif, biasanya perkembangbiakan kuman akan terlokalisir di paru-paru saja (pulmonary TB). Selain imunisasi, orangtua juga harus memperhatikan asupan gizi anak.  Asupan gizi yang baik ditambah imunisasi BCG, diharapkan cukup ampuh menangkal serangan bakteri TB.  Kalaupun anak sampai terinfeksi, dampaknya akan lebih ringan.  (EG-index)Daftar Kepustakaan :

Konsultasi dengan dr. Purnamawati S. Pujiarto, SpAK, MMPed dalam Cyberwoman tanggal 22 Februari 2005

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis.  2002.  Departemen Kesehatan RI. Tuberculosis dalam www.infeksi.com Tuberculosis dalam www.mayoclinic.com , www.aap.org Tuberculosis dalam www.cdc.gov Latent TB Infection dalam www.cdc.com Tuberkulin Skin Testing dalam www.cdc.gov TBC Anak oleh dr. Davide Manissero (WHO Indonesia).  Materi Seminar Program Edukasi

Orangtua Sehat ke-5, 4 Maret 2006.  Jakarta Tuberculosis oleh Gendi Jatikusumah.  Materi Seminar Program Edukasi Orangtua Sehat ke-

5 pada tanggal 4 Maret 2006.  Jakarta. ”Flek Paru yang Mengecoh” dalam Intisari Edisi April 2005. Tuberkulosis Anak oleh dr. Bambang Supriyatno, SpAK.  Makalah Seminar Tuberkulosis 24

Juni 2006. Jakarta. TBC di Indonesia oleh dr. Carmelia Basri.  Makalah Seminar Tuberkulosis 24 Juni 2006. 

Jakarta

Penyakit TBC Perlu Dikenali Bukan Ditakuti

Posted by Ummu Kautsar pada 9 Februari 2008

1. Apakah tanda-tanda bahwa seseorang terkena penyakit TBC?

Tanda-tanda orang yang dicurigai terkena penyakit TBC yaitu secara umum dapat dilihat dari

gejalanya terlebih dahulu yaitu, demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya

dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza

dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih

dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah. Dan untuk

memberikan kepastian maka orang tersebut harus diperiksa lebih lanjut, jadi tidak selalu bahwa

orang batuk-batuk lama pasti menderita TBC, harus dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium

dan foto rontgen.

Apakah setiap orang yang mengalami batuk berdarah berarti menderita TBC?

Belum tentu, karena batuk berdarah dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab, bisa karena

penyakit paru-paru lainnya, karena adanya perdarahan di daerah hidung bagian belakang yang

27

Page 28: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

tertelan dan pada saat batuk keluar dari mulut atau karena anak batuk terlalu keras sehingga

menyebabkan lukanya saluran nafas sehingga mengeluarkan darah.

TBC menular melalui media apa saja? Dan rata-rata berapa lama gejala timbul setelah orang terpapar kuman TBC?

Pada umumnya adalah melalui percikan dahak penderita yang keluar saat batuk (beberapa ahli

mengatakan bahwa air ludah juga bisa menjadi media perantara), bisa juga melalui debu, alat

makan/minum yang mengandung kuman TBC. Kuman yang masuk dalam tubuh akan

berkembangbiak, lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dapat

berbulan-bulan sampai tahunan.

Apakah kena udara pagi terus menerus dan merokok dapat menyebabkan TBC?

Kena udara pagi terus menerus tidak terlalu bermasalah dalam hal penularan TBC, sedangkan

merokok dapat menurunkan daya tahan dari paru-paru, sehingga relatif akan mempermudah

terkena TBC.

Apakah penyakit TBC itu diwariskan secara genetik?

Penyakit TBC tidak diwariskan secara genetik, karena penyakit TBC bukanlah penyakit turunan.

Hanya karena penularannya adalah melalui percikan dahak yang mengandung kuman TBC, maka

orang yang hidup dekat dengan penderita TBC dapat tertular.

Mengapa pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama?

Karena bakteri TBC dapat hidup berbulan-bulan walaupun sudah terkena antibiotika (bakteri TBC

memiliki daya tahan yang kuat), sehingga pengobatan TBC memerlukan waktu antara 6 sampai 9

bulan. Walaupun gejala penyakit TBC sudah hilang, pengobatan tetap harus dilakukan sampai

tuntas, karena bakteri TBC sebenarnya masih berada dalam keadaan aktif dan siap membentuk

resistensi terhadap obat. Kombinasi beberapa obat TBC diperlukan karena untuk menghadapi

kuman TBC yang berada dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan yang cepat.

Bagaimana bila penderita TBC tidak mengkonsumsi obat secara teratur?

Hal ini akan menyebabkan tidak tuntasnya penyembuhan, sehingga dikhawatirkan akan timbul

resistensi bakteri TBC terhadap antibiotika sehingga pengobatan akan semakin sulit dan mahal.

Bisakah penyakit TBC disembuhkan secara tuntas? Bagaimana caranya?

Penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila penderita mengikuti anjuran tenaga

kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan, serta

mengkonsumsi makanan yang bergizi cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.

28

Page 29: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

Apakah orang yang telah sembuh dari penyakit TBC dapat terjangkit kembali?

Dapat, karena setelah sembuh dari penyakit TBC tidak ada kekebalan seumur hidup. Jadi bila

telah sembuh dari penyakit TBC kemudian tertular kembali oleh kuman TBC, maka orang

tersebut dapat terjangkit kembali.

Apakah flek kecil di paru-paru pada anak balita sudah dapat dikatakan TBC?

Flek kecil di paru-paru balita pada umumnya memang disebabkan oleh TBC. Oleh karena itu perlu

diteliti apakah ada gejala-gejala klinis penyakit TBC atau tidak. Bila tidak ada berarti pernah

tertular penyakit TBC tapi karena daya tahan tubuhnya tinggi sehingga tidak bergejala. Atau saat

ini anak tersebut sudah sembuh dari penyakit TBC dan hanya meninggalkan bekasnya saja di

paru-paru.

Mungkinkah terkena penyakit TBC bila kita hidup di lingkungan yang bersih?

Kemungkinan kita tertular akan tetap ada, karena kita hidup tidak hanya di lingkungan sekitar

rumah kita saja, bisa saja suatu saat kita berada di sekolahan, bioskop, kantor, bus yang belum

tentu terbebas dari kuman TBC. Hidup di lingkungan yang bersih memang akan memperkecil

risiko terjangkit TBC.

Bagaimana efek terhadap janin bila ibu hamil sedang mengidap penyakit TBC?

Biasanya keadaan gizi penderita TBC kurang baik, sehingga hal ini dapat mempengaruhi

perkembangan bagi janin dalam kandungan. Ibu hamil tetap harus diberikan terapi dengan obat

TBC dengan dosis efektif terendah. Obat TBC yang diminum oleh ibu dapat melewati plasenta dan

masuk ke janin dan berdasarkan beberapa kepustakaan disebutkan tidak memberikan efek yang

terlampau berbahaya, akan tetapi pemantauan ketat pada perkembangan janin harus tetap

dilakukan. Setelah bayi dilahirkan dapat dipisahkan terlebih dahulu dari ibu selama TBC masih

aktif.

Bagaimana sikap kita bila di rumah terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit TBC?

Bawa pasien ke dokter untuk mendapatkan pengobatan secara teratur, awasi minum obat secara

ketat dan beri makanan bergizi. Sirkulasi udara dan sinar matahari di rumah harus baik.

Hindarkan kontak dengan percikan batuk penderita, jangan menggunakan alat-alat

makan/minum/mandi bersamaan.

Pola hidup bagaimana yang harus kita miliki agar terhindar dari penyakit TBC?

Pola hidup sehat adalah kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan

kuman TBC. Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk

memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC tidak akan

29

Page 30: Penanganan terkini tuberkulosis atau tb

timbul gejala. Pola hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, selalu

menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup kita, rumah harus mendapatkan sinar matahari

yang cukup (tidak lembab), dll. Selain itu hindari terkena percikan batuk dari penderita TBC.

Kenali TBC Pada Usia Dini

Gejala yang bisa menjadi pertanda seorang anak menderita TBC adalah tidak hanya batuk saja, tapi juga disertai dengan demam dandiare. Untuk mengetahui si anak menderita TBC atau tidak, anak tersebut minimal harus memiliki tiga dari sepuluh gejala TBC yang harus dicurigai, antara lain:

Batuk tiga minggu atau lebih yang bukan karena asma atau gangguan pernafasan lainnya Demam yang lama Berat badan tidak naik atau bahkan turun Tes Mantoux positif Hasil foto rontgen menunjukkan tanda-tanda TBC Setelah divaksinasi BCG dalam waktu 3-7 hari, timbul reaksi hebat misalnya di tempat suntikan

menjadi kemerah-merahan Ibu memiliki tes BTA (basil tahan asam) yang positif Adanya scrophuloderma atau TBC kulit (seperti koreng yang kronik dan tak kunjung sembuh) Adanya phlycternular conjungtivitis (kadang di mata ada merah, lalu ada bintik putih) Adanya specific lymphadenopathy (pembesaran kelenjar getah bening di leher) Pada TBC, biasanya kelenjar yang membesar akan berderet atau lebih dari satu

Perlu diketahui, kasus TBC pada anak di Indonesia cukup banyak yaitu sekitar 20% dari seluruh kasus TBC. Diperkirakan terdapat 583.000 kasus baru TBC setiap tahunnya. Di seluruh dunia, TBC dapat membunuh 100.000 anak setiap tahunnya. Anak-anak juga paling rentan menderita TBC berat, yang menyerang otak dan medula spinalis. Mungkin karena sulit terdeteksi, kasus TBC pada anak seringkali tidak diperhatikan. Anak penderita TBC yang datang ke rumah sakit umumnya sudah mengalami TBC yang berat, meluas, dan sudah menyerang ke selaput otak (meningitis).

Untuk mencegah TBC pada anak, perlu dilakukan vaksinasi BCG sejak bayi. Namun, apabila vakinasi itu dilakukan ketika si anak masih berusia 2-3 bulan maka harus dilakukan tes Mantoux terlebih dahulu. Jika tes Mantoux itu hasilnya negatif, baru boleh diberikan vaksinasi BCG. Kalau si anak ternyata positif TBC dan kemudian diberikan vaksinasi BCG, hal itu justru akan memberatkan penyakitnya. Namun, vaksin BCG tidak menjamin 100% si anak akan terhindar dari penyakit TBC. Hal itu disebabkan karena kasus TBC di Indonesia masih banyak sehingga kuman penyebab TBC, yaitu Micobacterium tuberkulosis, banyak tersebar di mana-mana. 

Selain itu, tes Mantoux yang positif juga bukan jaminan bahwa si anak menderita TBC. Jika tes Mantoux positif namun tidak disertai dengan minimal dua gejala lainnya, belum tentu anak tersebut menderita TBC aktif. Selain itu, anak yang tes Mantoux-nya positif menunjukkan bahwa ia sudah terpapar basil Tuberculosis, tapi kadang-kadang kondisi klinisnya baik. Pengobatan TBC pada anak adalah sekitar enam bulan sama seperti halnya TBC pada orang dewasa. Biasanya hasilnya sudah terlihat setelah si anak minum obat selama dua bulan. Namun, pengobatan TBC harus tetap dikonsultasikan pada dokter spesialis agar diperoleh hasil pengobatan yang tepat dan benar.

30