skenario TBC

of 32 /32
SASARAN BELAJAR 1) ANATOMI PULMO DAN FISIOLOGI PERNAFASAN 2) EFUSI PLEURA 3) TUBERCULOSIS PARU 4) DIAGNOSIS BANDING: BRONKIEKTASIS DAN CA PARU 5) SINDROM MEIGS 1. ANATOMI PULMO DAN FISIOLOGI PERNAFASAN ANATOMI PULMO (1). PLEURA - Pleura merupakan lapisan yang meliputi pulmo - Pleura terdiri atas 2 bagian: a. Pleura parietal: melekat pada dinding thorax. Meliputi dinding thorax, permukaan thoracal diaphragma, lateral mediastinum, pangkal leher. Pleura parietal peka terhadap nyeri, suhu, raba dan tekanan. b. Pleura visceral: meliputi seluruh permukaan luar paru dan meluas ke dalam fissura interlobaris. Berhubungan dengan pleura parietalis di hilus pulmonalis. Pleura visceral peka terhadaptarikan namun tidak peka terhadap rangsang nyeri dan raba. - Diantara pleura visceralis dan parietalis ada celah yang disebut sebagai rongga pleura atau cavum pleura. Pada cavum ini terdapat celah yang akan menghilang pada pemeriksaan radiologis jika terjadi

Embed Size (px)

Transcript of skenario TBC

SASARAN BELAJAR 1) 2) 3) 4) 5) 1. ANATOMI PULMO (1). PLEURA a. Pleura merupakan lapisan yang meliputi pulmo Pleura terdiri atas 2 bagian: Pleura parietal: melekat pada dinding thorax. Meliputi dinding thorax, permukaan thoracal diaphragma, lateral mediastinum, pangkal leher. Pleura parietal peka terhadap nyeri, suhu, raba dan tekanan. b. Pleura visceral: meliputi seluruh permukaan luar paru dan meluas ke dalam fissura interlobaris. Berhubungan dengan pleura parietalis di hilus pulmonalis. Pleura visceral peka terhadaptarikan namun tidak peka terhadap rangsang nyeri dan raba. Diantara pleura visceralis dan parietalis ada celah yang disebut sebagai rongga pleura atau cavum pleura. Pada cavum ini terdapat celah yang akan menghilang pada pemeriksaan radiologis jika terjadi efusi pleura yaitu recessus costodiaphragmaticus dan recessus costomediastinalis. Persarafan : pleura parietal (cabang interkosta, nervus frenikus) pleura Pendarahan : pleura parietal (sirkulasi sistemik) pleura visceralis (sirkulasi pulmonal) (2). PULMO Pulmo dexter memiliki 3 lobus yang masing-masing dipisahkan oleh fissura obliqua dan fissura horizontalis. Sedangkan pulmo sinister memiliki 2 lobus yang dipisahkan oleh fissura obliqua. Masing masing pulmo memiliki 10 segmenta bronkopulmonalis. visceralis (persarafan otonom). ANATOMI PULMO DAN FISIOLOGI PERNAFASAN EFUSI PLEURA TUBERCULOSIS PARU DIAGNOSIS BANDING: BRONKIEKTASIS DAN CA PARU SINDROM MEIGS ANATOMI PULMO DAN FISIOLOGI PERNAFASAN

a.

Paru memiliki bagian-bagian : Apex pulmonis, tumpul

menonjol ke atas ke dalam leher sekitar 1 inchi di atas klavikula. b. Basis pulmonis, yang

konkaf tempat terdapat diafragma. c. konkaf. d. fascies mediastinalis, konkaf yang merupakan cetakan fascies costalis, konveks

disebabkan oleh dinding thorak yang

perikardium dan struktur mediastinum lainnya.

Pulmo dexter Lobus superior 1. segmentum apicale 2. segmentum posterius 3. segmentum Lobus media anterius 4. segmentum laterale 5. segmentum mediale Lobus inferior 6. segmentum superius 7. segmentum basale mediale 8. segmentum basale 9. segmentum basale laterale Lobus inferior Lobus superior

Pulmo sinister 1. 2. m anterius 3. 4. 5. m superius 6. 7. 8. 9. basal 10. ro-basal poste segmentu segmentu segmentu segm segm segm segm m lingulare superius m lingulare inferius segmentu segmentu m apicoposterius

entum basale mediale entum basale anterius entum basale laterale entum basale posterius,

10.segmentum basaleposterius

-

Vascularisasi a. bronchi, jaringan ikat paru, pleura visceralis divascularisasi oleh a bronchilalis. b. v bronchiales v pulmonales v azygos & v hemiazygos c. aa pulmonales alveoli vv pulmonales (4) atrium sinister simpatis. Innervasi Plexus pulmonalis yang memberi persarafan parasimpatis dari n vagus dan

FISIOLOGI Inspirasi terjadi bila ada impuls dari medulla oblongata yang disalurkan melalui saraf spinalis ke otot penafasan yaitu otot diafragma dan otot /muskulus interkostalis. Otot diafragma yang mendapat rangsang berkontraksi menjadi datar. Begitu pula dengan muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah menerima rangsangan kemudian berkontraksi dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak

antara sternum (taju pedang) dan kosta makin datar dan rongga dada meluas dan tekanan udara dalam rongga dada menjadi kecil dan udara dari luar masuk ke rongga dada Ekspirasi terjadi ketika otot pernafasan mengendor/ dilatasi (otot diafragma menjadi cekung, otot interkostalis miring lagi) dan rongga dada mengecil dan tekanan udara menjadi tinggi sehingga udara terdorong keluar. Sehingga proses respirasi atau inspirasi dan ekspirasi terjadi karena perbedaan tekanan antara rongga pleura /rongga dada dan pulmo

Aktifitas respirasi pada tubuh manusia terdiri dari : 1. 2. Ventilasi yaitu gerakan pernafasan yang menukar udara Difusi yaitu Gerakan O dan Co antara udara didalam dalam alveoli dengan udara luar alveolus dan darah didalam kapiler sekitar alveolus. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ketebalan membrane pernafasan, luas permukaan membrane pernafasan, koefisien difusi, perbedaan tekanan 3. 4. Transportasi yaitu Pengangkutan O dan Co oleh darah Metabolisme Jaringan yaitu Pertukaran O dan Co

antara antara darah dan jaringan Selain dipengaruhi oleh saraf yaitu medulla oblongata dan korteks cerebri, gerakan pernafasan juga dipengaruhi secara kimia oleh CO2 (karbondioksida). Pada saat terjadi peningkatan CO2 dan penurun PH darah, akan terjadi rangsangan ke korteks cerebri yang akan menggerakkan otot pernafasan.

Berdasarkan difusi yang terjadi pernafasan terdiri dari:-

Pernafasan external : difusi O2 & CO2 melalui membran antara kapiler alveolus Pernafasan Internal : Proses transfer O2 & CO2 antara kapiler kapiler dan sel

tubuh

2.

EFUSI PLEURA Efusi pleural adalah pengumpulan cairan berlebih dalam ruang pleura yang

terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. Cairan pleura yang normal memiliki ciri-ciri : Jernih Ph 7.60-7,64 Kandungan proteinnya < 2 % (1-2 g/dl) Kandungan eritrositnya 10 cm dengan komponen myxoid sampai struma. Mekanisme lain yang diajukan adalah tekanan langsung pada aliran limfe atau vena, stimulasi hormonal, dan torsi tumor. Terjadinya ascites dapat juga disebabklan oleh pelepasan mediator-mediator (seperti activated complements histamine fibrin degradation products) dari tumor, menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. b. Efusi pleura Teori dari Efskind dan Terade dkk mengatakan bahwa cairan ascites berpindah melalui transdiaphragmatic lympathic channels. Besarnya efusi pleura sebanding dengan jumlahnya ascites. Cairan ascites dan efusi pleura pada Meigs Sindrom dapat berupa transudat atau eksudat. Meigs melakukan elektroforesis pada beberapa kasus dan menemukan bahwa pada dasarnya cairan pleura dan cairan ascites mempunyai sifat yang sama. c. Fibroma Ovarium Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma tetapi tidak semua ganas meskipun semuanya mempunyai potensi maligna. Frekwensi fibroma ovarium 5 % dari semua neoplasma ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita dalam masa menopause dan sesudahnya. Gambaran klinik tumor dapat mencapai diameter 2-30 cm, dan beratnya dapat mencapai 20 kg dengan 90 % unilateral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras, warna merah jambu keabu-abuan. GEJALA KLINIK Pasien dengan Meigs Sindrom mempunyai keluarga dengan riwayat kanker ovarium. Keluhan utama tidak jelas dan terjadi sepanjang waktu. Kelelahan Peningkatan lingkar perut Penurunan berat badan Batuk yang tidak produktif Bengkak (Udem) Amenorea pada wanita premenopause Menstruasi yang tidak teratur

Napas yang pendek

PEMERIKSAAN FISIK Tanda positif seperti : Tanda vital : Takipneu, takikardi Paru-paru : pada perkusi terdengar hamper hilang (tumpul), menurunnya taktil

fremitus, penurunan vocal resonance, penurunan bunyi pernapasan, menunjukkan dugaan efusi pleura. Efusi pleura sebagian besar didapatkan pada paru kanan, tetapi dapat juga ditemukan pada paru kiri. Abdomen : Pada pemeriksaan didapatkan massa yang kecil ataupun besar pada pelvis, atau massa tidak dapat dirasakan. Ditemukan ascites, dengan shifting dullness dan atau fluid thrill. Pelvis : ditemukan adanya massa (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, mobil/immobil) PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Laboratorium Anemia pada pasien dengan Meigs Sindrom merupakan anemia defisiensi besi. Anemia dapat dikoreksi dengan transfusi darah emergensi selama pasien menjalani operasi untuk Meigs Sindrom. Anemia post operasi dapat diatasi dengan suplemen zat besi. b. Protrombin Time diperiksa sebelum operasi. Jika meningkat, Tumor marker CA-125 dapat meningkat pada pasien Meigs Radiologi Gambaran foto toraks menunjukkan adanya efusi pleura USG abdomen dan pelvis menunjukkan adanya massa pada ovarium disertai ascites CT scan abdomen dan pelvis : 1) CT scan mengkonfirmasikan adanya ascites dan ovarian, uterus, tuba fallopi, atau broad ligament mass 2) Tidak ditemukan adanya tanda-tanda metastase jauh. c. Tes lain Tes Papanicolau normal menjadi tanda adanya koagulopati. Sindrom, tetapi derajat peningkatannya tidak sebanding dengan keganasannya.

TERAPI 1) Perawatan Medis Perawatan pada pasien Meigs Sindrom dimaksudkan untuk mengurangi gejala dari ascites dan efusi pleura dengan cara parasintesis dan torakosintesis. 2) Tindakan Bedah Laparatomi eksplorasi dengan staging operasi adalah pilihan utama Pada wanita usia produktif dilakukan salpingoophorektomi unilateral Pada wanita post menopause dilakukan salpingoopheroktomi Pada gadis prepubertas dilakukan reseksi iris pada ovarium dan Dibutuhkan perawatan yang baik setelah semua tindakan operasi

bilateral dengan histeroktomi total unilateral salpingoopheroktomi tersebut dan kekambuhan jarang terjadi PROGNOSIS Harapan hidup pada pasien dengan Meigs Sindrom mencerminkan seluruh populasi setelah operasi. Pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.

DAFTAR PUSTAKA

-

Snell, Ricard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran edisi 6. Jakarta: EGC. Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC. Sudoyo, Aru W dkk. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: EGC. Patrick Davey. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: EGC. Ward, Jeremy PT dkk. 2008. At a Glance Respirasi Ed 2. Jakarta: EMS.Meigs Syndrome : Article by Klaus-Dieter Lessnau : Article Last Updated : Oct 9, 2008. Prawirohardjo, Sarwono dkk. 1991. Tumor-tumor jinak pada alat genitalia dalam Ilmu Kandungan. Cetakan ke V Bagian Kebidanan dan Kandungan. Jakarta: FKUI.

-

-

Meigs Syndrome : Joe Vincent Meigs : www.whonamedit.com : last update : April 12,2007.

-

Mansjoer, Arif ,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI Media Aescullapius. Price, Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit , Edisi 6.Jakarta:EGC