Laporan Kasus Pterigium
-
Upload
ezra-toreh -
Category
Documents
-
view
222 -
download
4
description
Transcript of Laporan Kasus Pterigium
PENDAHULUAN
Pterigium adalah penyakit mata umum eksternal yang sering terlihat di
daerah tropis juga subtropis disebabkan karena paparan sinar ultraviolet dari
matahari.1 Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva
yang berbentuk segitiga dengan puncak di daerah kornea dengan basisnya terletak
pada celah kelopak (fissura palpebra) bagian nasal ataupun temporal dari
konjungtiva.2,3,4 Presentasi terbesar pterigium terdapat pada bagian nasal daripada
temporal.5
Prevalensi pterigium lebih banyak di daerah iklim panas dan kering
walaupun tersebar diseluruh dunia, juga tinggi didaerah berdebu dan kering.
Daerah yang terletak kurang 370 Lintang Utara dan Selatan dari ekuator
merupakan salah satu faktornya juga. Insiden pterigium cukup tinggi di
Indonesia yang terletak di daerah ekuator, yaitu 13,1%.6
Lingkungan, radiasi matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara
dan faktor herediter merupakan faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya
pterigium. Selain itu mereka yang sering terpapar dengan debu, angin, udara yang
panas seperti petani, pelaut, buruh pelabuhan, pekerja bangunan, atau orang yang
sering bekerja di luar ruangan dapat beresiko untuk terkena pterigium.3,4 Insidens
pterigium paling tinggi pada pasien berusia 20-40 tahun, ditemukan lebih banyak
pada pria daripada wanita.7
Etiologi pterigium belum diketahui dengan jelas, namun ada beberapa
teori yang mengatakan bahwa paparan terhadap matahari (ultraviolet), daerah
kering, inflamasi, daerah angin kencang dan debu atau faktor iritan lainnya
merupakan faktor-faktor yang mungkin bisa menyebabkan pterigium. Hal ini
didukung oleh banyaknya kasus pterigium yang ditemui di daerah tropis dan
subtropis dibanding daerah lainnya. 5
Gejala klinik dari pterigium bervariasi mulai dari asimtomatik sampai
timbulnya gejala berupa mata merah, perih, gatal, panas, merasa seperti ada yang
1
mengganjal pada bola mata, sering keluar air mata dan dapat terjadi gangguan
ketajaman penglihatan atau suatu astigmatisma akibat pterigium yang meluas ke
dalam kornea terlebih pupil.2,4,7,8
Penanganan pterigium dapat berupa konservatif atau operatif. Secara
konservatif dapat dilakukan dengan melindungi mata dari iritasi sinar matahari,
debu dan udara panas dengan kacamata pelindung. Pemberian air mata buatan
juga dapat diberikan bila perlu dan apabila meradang dapat diberikan steroid
topikal. Pembedahan dilakukan apabila terjadi gangguan penglihatan akibat
astigmatisma ireguler, bersifat progresif, menyebabkan gangguan pergerakan bola
mata, mendahului suatu operasi besar dan alasan kosmetik.2,4
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosa pterigium
stadium III okulus dextra sinistra pada pasien yang datang berobat ke Poliklinik
Mata RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : E. B
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Pensiunan
Tanggal Pemeriksaan : 29 Oktober 2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Kedua mata terasa gatal
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan kedua mata terasa gatal dialami penderita sejak ± 4 bulan yang
lalu dan sifatnya hilang timbul. Rasa gatal ini timbul terutama bila mata penderita
terkena cahaya matahari, debu, atau angin. Penderita juga merasakan seperti ada
sesuatu yang mengganjal ketika menutup mata kanannya. Keluhan ini disertai
dengan rasa nyeri dan mata berair. Penderita sehari-hari banyak beraktivitas diluar
rumah dan jarang sekali memakai kacamata pelindung dalam beraktivitas
sehingga sering terpapar sinar matahari dan debu. Riwayat trauma pada mata
disangkal. Riwayat penyakit mata lainnya disangkal penderita.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Penderita baru kali ini menderita sakit seperti ini. Riwayat Hipertensi sejak
lebih dari 10 tahun yang lalu dan Diabetes Melitus disangkal penderita.
Riwayat Penyakit Keluarga :
3
Hanya penderita yang sakit seperti ini di keluarga.
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu Badan : 36,80 C
Jantung dan paru : Dalam batas normal
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal, Hepar/lien tidak
teraba
Ekstremitas : Akral Hangat
Status Psikiatri
Sikap : Kooperatif
Ekspresi Wajah : Wajar
Respons : Baik
Status Neurologis
Motoris : Normal
Sensoris : Normal
Refleks : Normal
PEMERIKSAAN KHUSUS/ STATUS OFTALMOLOGIS
Pemeriksaan Subjektif
4
Dengan Snellen chart didapatkan visus okulus dekstra : 6/30 dan visus okulus
sinistra 6/30, Penglihatan jauh : add S +3.00.
Pemeriksaan Objektif
Jenis Pemeriksaan OD OS
Segmen Anterior
Palpebra Normal Normal
Konjungtiva
Hiperemis, injeksi
konjungtiva (+),
permukaan bagian
nasal bulbi tidak rata
ditutupi membran
berbentuk segitiga yang
puncaknya melewati
setengah jarak antara
limbus dan pupil tetapi
belum melewati pupil
Hiperemis, injeksi
konjungtiva (+),
permukaan bagian
nasal bulbi tidak rata
ditutupi membran
berbentuk segitiga
yang puncaknya
melewati setengah
jarak antara limbus
dan pupil tetapi belum
melewati pupil
Kornea Jernih Jernih
COA Cukup dalam Cukup dalam
Pupil Bulat Bulat
Iris Normal Normal
Lensa Jernih Jernih
Segmen Posterior
Badan Kaca Jernih, normal Jernih, normal
Refleks Fundus + uniform, + uniform,
Pembuluh Darah
RetinaPerdarahan (-) Perdarahan (-)
Papil Normal Normal
Makula Lutea Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
5
Tensi Okuli Schiotz 13,0 mmHg 10,0 mmHg
RESUME
Seorang laki-laki, 65 tahun datang ke Poliklinik Mata RSU Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado dengan keluhan utama kedua mata gatal dan terasa seperti
terganjal sesuatu sejak ± 4 bulan lalu. Keluhan ini disertai dengan nyeri dan mata
berair, serta mata tampak merah.
Status Oftalmologis:
VOD : 6/12 dan VOS : 6/30 add S+3.00
TIOD : 13 mmHg, TIOS : 10 mmHg
Segmen anterior ODS:
Konjungtiva: Hiperemis, injeksi konjungtiva (+), permukaan bagian nasal bulbi
tidak rata ditutupi membran berbentuk segitiga yang puncaknya melewati
setengah jarak antara limbus dan pupil tetapi belum melewati pupil, Kornea:
jernih, COA: cukup dalam, iris & pupil: dalam batas normal, lensa: jernih
Segmen posterior ODS :
Dalam batas normal
Diagnosa
Pterigium Stadium III ODS bagian nasal
Penanganan
Tetes mata kortikosteroid.
Direncanakan ekstirpasi Pterigium
Prognosa
Dubia ad bonam.
Preventif
6
Pasien dianjurkan memakai kacamata atau topi pelindung bila sedang beraktivitas
di luar rumah.
DISKUSI
Diagnosis pterigium pada penderita ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan oftalmologis. Pada anamnesis didapatkan
keluhan berupa mata gatal dan terasa ada sesuatu yang mengganjal bila menutup
mata, disertai gejala mata merah, perih, keluar air mata yang berlebihan dan
gangguan penglihatan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan
bahwa keluhan subjektif penderita pterigium bervariasi mulai dari tanpa keluhan
sampai timbulnya gejala berupa adanya sesuatu yang mengganjal, mata merah,
perih, gatal, panas, sering keluar air mata dan menurunnya ketajaman penglihatan.
Mata merah, gatal, atau perih dapat terjadi bila terdapat iritasi pada pterigium.
Penglihatan kabur disebabkan oleh karena pterigium yang berada di kornea dapat
mempengaruhi visus sehingga dapat menimbulkan astigmatisma ireguler.2,4,7
Penyebab pterigium yang pasti sampai saat ini belum jelas, tetapi diduga
disebabkan oleh iritasi faktor eksternal, yaitu sinar ultraviolet (UV-A dan UV-B)
atau inframerah, disamping debu, angin, dan udara panas.9 Hal inilah yang dapat
menerangkan mengapa pterigium lebih banyak ditemukan di daerah ekuator atau
tropis, termasuk Indonesia. Mereka yang beresiko terkena penyakit ini adalah
mereka yang sering beraktifitas di luar rumah dimana paparan terhadap sinar
matahari langsung dan debu serta angin sangat memungkinkan untuk terjadi.3,4
Dari anamnesa diketahui bahwa penderita sering beraktifitas di luar rumah tanpa
menggunakan kacamata pelindung sehingga matanya sering terkena debu dan juga
sering terpapar sinar matahari yang memberikan resiko timbulnya pterigium.
Pada pemeriksaan visus didapatkan visus OD: 6/12 OS: 6/30, add S +3.00 .
Penurunan ketajaman penglihatan pada okulus dextra sinistra disebabkan oleh
pterigium yang telah meluas sampai ke kornea yang menyebabkan suatu
astigmatisma ireguler. Tetapi pasien belum/tidak pernah memakai kacamata.
Disamping itu hal lain juga yang dapat terjadi pada pasien ini yaitu adanya
7
gangguan refraksi berupa presbiopi. 2
Pada pemeriksaan objektif secara inspeksi pada konjungtiva ODS tampak
hiperemis, pada bagian nasal terdapat membran berbentuk segitiga dengan
puncaknya melewati setengah jarak antara limbus dan pupil tetapi belum melewati
pupil. Sklera tampak hiperemis di sekitar lipatan konjungtiva bulbi, kornea jernih,
permukaan sebelah nasal tidak rata, ditutupi oleh membran yang berbentuk
segitiga. Hal inilah yang memperkuat penegakan diagnosa pterigium. Pada
kepustakaan pterigium didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan fibrovaskuler
konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif yang berbentuk suatu membran
segitiga dengan dasar pada konjungtiva bulbi dan puncak di daerah kornea.2,3 Pada
awalnya pterigium tampak sebagai suatu jaringan dengan banyak pembuluh darah
sehingga warnanya merah, yang kemudian menjadi suatu membran tipis dan
berwarna putih. Bagian sentral yang melekat pada kornea dapat tumbuh memasuki
kornea dan menggantikan epitel, juga membran Bowman dengan jaringan elastis
dan hialin. Pertumbuhan ini berlanjut dan mendekati pupil, yang dapat
memperparah gangguan penglihatan pada seorang dengan pterigium.4 Pada
pemeriksaan dengan menggunakan slit lamp didapatkan pada ODS : kornea
jernih, permukaan tidak rata ditutupi oleh membran berbentuk segitiga yang
puncaknya melewati setengah jarak antara limbus dan pupil tetapi belum melewati
pupil, COA cukup dalam dan lensa jernih. Berdasarkan kepustakaan,
pemeriksaan-pemeriksaan diatas yang mencakup observasi eksternal dan
pemeriksaan dengan instrumen yaitu slit lamp, sudah memenuhi syarat dalam
mendiagnosis suatu pterigium.
Pterigium terbagi atas 4 stadium, yaitu:9,10
Stadium I : puncak pada konjungtiva bulbi.
Stadium II : puncak lewat limbus tapi belum melewati setengah jarak antara
limbus dan pupil.
Stadium III : puncak melewati setengah jarak antara limbus dan pupil tetapi
belum melewati pupil.
Stadium IV : puncak sudah melewati pupil.
8
Pada penderita ini didiagnosa pterigium stadium III okulus dextra sinistra bagian
nasal, karena pterigium berada di bagian nasal dengan puncaknya melewati
setengah jarak antara limbus dan pupil tetapi belum melewati pupil.
Pada pasien ini tidak didiagnosa banding dengan penyakit mata lainnya
karena dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan oftalmologis sudah
mendukung penegakan diagnosis pterigium.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat pterigium meliputi: menurunnya
ketajaman penglihatan, iritasi mata yang berat, terbentuk jaringan ikat yang
bersifat kronik pada konjungtiva dan kornea dan pada keadaan lanjut motilitas
mata menjadi terbatas karena terbentuk jaringan ikat yang membungkus muskulus
ekstraokuler.6 Pada pasien ini ditemukan komplikasi berupa menurunnya
ketajaman penglihatan ODS (VOD = 6/12, VOS = 6/30) karena sebelumnya
pasien belum/tidak pernah memakai kacamata dan iritasi yang mengganggu
pasien.
Penanganan yang diberikan pada penderita ini meliputi pemberian
kortikosteroid topikal (Dexametazon 3 x 1 tetes per hari) untuk mengurangi atau
menenangkan proses inflamasi jaringan pterigium.7 Selain itu juga direncanakan
pembedahan yaitu dengan ekstirpasi pterigium dengan alasan pterigium sudah
sangat mengganggu pasien dan juga sudah menyebabkan gangguan penglihatan
akibat terjadi astigmatisma ireguler. Berdasarkan kepustakaan suatu pterigium
ditangani dengan pembedahan apabila menyebabkan gangguan visus, bersifat
progresif, menyebabkan gangguan pergerakan bola mata dan bila ada alasan
kosmetik.4 Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan di antaranya adalah :5,6,11,12
Bare sclera : bertujuan untuk menyatukan kembali konjungtiva dengan
permukaan sklera. Kerugian dari teknik ini adalah tingginya tingkat rekurensi
pasca pembedahan yang dapat mencapai 40-75%.
Simple closure : menyatukan langsung sisi konjungtiva yang terbuka, dimana
teknik ini dilakukan bila luka pada konjungtiva relatif kecil.
Sliding flap : dibuat insisi berbentuk huruf L disekitar luka bekas eksisi untuk
memungkinkan dilakukannya penempatan flap.
Rotational flap : dibuat insisi berbentuk huruf U di sekitar luka bekas eksisi untuk
9
membentuk seperti lidah pada konjungtiva yang kemudian diletakkan pada bekas
eksisi.
Conjungtival graft : menggunakan free graft yang biasanya diambil dari
konjungtiva bulbi bagian superior, dieksisi sesuai dengan ukuran luka kemudian
dipindahkan dan dijahit atau difiksasi dengan bahan perekat jaringan.
Amniotic membrane transplantation : teknik grafting dengan menggunakan
membrane amnion, yang merupakan lapisan paling dalam dari plasenta yang
mengandung membrane basalis yang tebal dan matriks stromal avaskular. Dalam
dunia oftalmologi, membrane amnion ini digunakan sebagai draft dan dressing
untuk infeksi kornea, sterile melts, dan untuk merekonstruksi permukaan okuler
untuk berbagai macam prosedur.
Prognosa pada penderita ini adalah dubia ad bonam. Menurut kepustakaan
umumnya pterigium bertumbuh secara perlahan dan jarang sekali menyebabkan
kerusakan yang bermakna, karena itu prognosanya adalah baik.7
Pada penderita ini dianjurkan untuk selalu memakai kacamata pelindung atau topi
pelindung bila keluar rumah. Selain itu juga diharapkan agar penderita sedapat
mungkin menghindari faktor pencetus timbulnya pterigium seperti sinar matahari
dan debu serta rajin merawat dan menjaga kebersihan kedua mata. Hal ini sesuai
kepustakaan bahwa untuk mencegah pterigium terutama bagi mereka yang sering
beraktifitas di luar rumah dapat menggunakan kacamata atau topi pelindung untuk
menghindari kontak dengan sinar matahari, debu, udara panas dan angin.2
10
DAFTAR PUSTAKA
Zaki,A. Emerah,S, Ramzy.M, Labib.M. 2011. Management of Recurrent Pterygia.
Journalof American Science 7(1): 230-234.
Ilyas S. Pterigium. Dalam: Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kedua. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2003 : 119-20.
Mary P, Coday. Pterygium. Dalam: Digital Journal of Ophtalmology. Available on:
http://www.djo.harvard.edu.
Wijaya N. Kelainan Konjungtiva. Dalam: Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan
keenam. Jakarta. 1989.
Khan N, Ahmad M, Baseer A, Kundi NK. To Compare the Recurrence Rate of
Pterygium Excision with Bare-sclera, Free Conjunctival Auto Graft and Amniotic
Membrane Grafts. Pak J Ophthalmol 2010 26(3) : 138-142.
Leonard PK, Jocelyn C, Donald T. Current Concept and techniques in Pterygium
Treatment. Current Opinion in Ophtalmology 2007, 18: 308-312.
Fisher J. Pterygium. Last update: November 11th, 2011. Available on :
http://www.emedicine.com.
Aminlari A, Singh R, Liang D. Management of Pterygium. Available on :
http://www.aao.org/publications/eyenet/201011/upload/Pearls-Nov-Dec-2010.pdf.
Williams W. Corneal and Refractive Surgery. Dalam: Wright K, Head MD, editor.
Textbook Of Ophthalomology. Waverly company. London, 1997: 767-8.
Liesegang TJ, Deutsch AT, Grand GM. Pterygium. Dalam: External Diseases and
Cornea. Basic and Clinical Science Course. Section 8. The Foundation of
American Academy of Ophthalmology. USA.2001: 339-41, 394.
Kanski J, Bowling B. Clinical Ophtalmology:A Systematic Approach 7 th ed.
Elsevier Saunders 2011; p.163.
Ehlers JP, Shah CP. The Wills Eye Manual:Office and Emergency Room
Diagnosis and Treatment of Eye Disease 5th ed. Lippincott William&Wilkins
2008; p.59-60.
11