Kasus Pterigium IKM

31
Klinik Dokter Keluarga FK UNISMA No. RM : Berkas Pembinaan Keluarga Nama pasien : Ny. A PKM Cemoro Donomulyo Nama KK : Tn. J KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. J Alamat lengkap : Desa Mulyosari Rt.03 Rw.7 Bentuk Keluarga : Nuclear Family No Nama Status L/ P Umur Pendidik an Pekerjaa n Pasi en PKM Ket 1 Tn. J Suami (KK) L 30 Th SD Petani T - 2 Ny. A Istri P 27 Th SD Swasta Y Pterigiu m OS 3 An.H Anak 1 L 8 Th SD Pelajar T - 4 An.D Anak 2 P 5 Th - - T - Sumber : Data Primer, 24 Mei 2012 Kesimpulan : Keluarga pasien merupakan nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Pasien adalah Ny. A, umur 27 tahun, 1 Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah

Transcript of Kasus Pterigium IKM

Page 1: Kasus Pterigium IKM

Klinik Dokter Keluarga FK UNISMA No. RM :

Berkas Pembinaan Keluarga Nama pasien : Ny. A

PKM Cemoro Donomulyo Nama KK : Tn. J

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. J

Alamat lengkap : Desa Mulyosari Rt.03 Rw.7

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

No Nama Status L/

P

Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien

PKM

Ket

1 Tn. J Suami

(KK)

L 30 Th SD Petani T -

2 Ny. A Istri P 27 Th SD Swasta Y Pterigium

OS

3 An.H Anak 1 L 8 Th SD Pelajar T -

4 An.D Anak 2 P 5 Th - - T -

Sumber : Data Primer, 24 Mei 2012

Kesimpulan :

Keluarga pasien merupakan nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Pasien

adalah Ny. A, umur 27 tahun, beralamat di Ds. Mulyosari Rt.03, Rw.7. Diagnosa

klinis pasien adalah Pterigium OS. Pasien tinggal bersama dengan Suami (Tn.J 30

Th), serta kedua anaknya (An.H 8 Th) dan (An.D 5 Th).

1

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah

Page 2: Kasus Pterigium IKM

BAB ISTATUS PASIEN

1.1 PENDAHULUAN

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita

pterigium, berjenis kelamin perempuan dan berusia 27 tahun. Mengingat kasus

pterigium masih sering terjadi di masyarakat, beserta permasalahannya seperti

masih kurangnya pengetahuan tentang penanganan yang tepat sehingga dapat

menyebabkan komplikasi. Oleh karena itu, penting kiranya bagi penulis untuk

memperhatikan dan mencermatinya dan kemudian bisa menjadikannya sebagai

pengalaman di lapangan.

1.2 ANAMNESIS

1.2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. A

Umur : 27 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Swasta (Buruh Pabrik)

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Alamat : Ds. Mulyosari Rt.03 Rw.7

Status Perkawinan : Menikah

Suku : Jawa

Tanggal Periksa : 24 Mei 2012

1.2.2 Keluhan utama : Mata Kabur

1.2.3 Riwayat penyakit sekarang :

Penderita datang ke Balai Pengobatan PKM Cemoro Donomulyo

dengan keluhan mata sebelah kiri kabur sejak ± 3 bulan yang lalu dan pada

mata tersebut terlihat seperti ada daging tumbuh. Pasien juga mengeluh

silau dan terkadang mata terasa gatal sehingga pasien sering mengucek-

ngucek matanya.

Pasien mengatakan bahwa 1 tahun yang lalu bekerja di sebuah pabrik

di Kepanjen. Karena jarak rumah dan pekerjaan pasien yang jauh,

2

Page 3: Kasus Pterigium IKM

sehingga pasien sering berkendara motor sendirian ke tempat kerja,

terkadang pasien mengaku menggunakan helm dengan kaca helm yang

sengaja dibuka agar melihat lebih jelas dan tidak menggunakan kaca mata

saat berkendara sehingga mata pasien sering terpapar angin, debu, dan

sinar cahaya matahari.

1.2.4 Riwayat penyakit Dahulu

- Riwayat sakit serupa : disangkal

- Riwayat mondok : disangkal

- Riwayat diabetes : disangkal

- Riwayat hipertensi : disangkal

1.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga sakit serupa : disangkal

- Riwayat diabetes : disangkal

- Riwayat hipertensi : disangkal

1.2.6 Riwayat kebiasaan

- Riwayat olahraga : disangkal

- Riwayat pengisian waktu luang : istirahat drumah

1.2.7 Riwayat sosial ekonomi

Penghasilan keluarga relatif cukup. Penghasilan didapat dari suami yang

bekerja sebagai petani maupun dari pasien yang bekerja sebagai buruh pabriki.

Keluarga Ny.A memiliki hubungan sosial dengan tetangga yang cukup bagus,

meskipun Ny.A dan suami bekerja, tetapi mereka saling mendukung dan

saling memperhatikan.

Pasien adalah seorang Perempuan berusia 27 tahun. Pasien bekerja sebagai

buruh pabrik. saat ini pasien tinggal di rumah dengan suami dan kedua

anaknya. Saat ini kebutuhan sehari-hari penderita ditanggung oleh suami dan

penderita sendiri.

Hubungan Ny.A, suami, dan anak pasien nampak saling mendukung,

karena suami maupun kedua anak pasien tampak menemani saat pasien

berobat di PKM Cemoro.

3

Page 4: Kasus Pterigium IKM

1.2.8 Riwayat Gizi :

Pasien makan sehari-hari biasanya 3 kali/hari. Berupa nasi sepiring, sayur,

dan lauk pauk. Terkadang dengan telur, tahu, tempe, ayam dan daging. Sering

makan buah-buahan seperti jeruk dan pisang dan minum susu. Minum air

putih ± 2 liter.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : tampak sehat

Derajat kesadaran : Compos mentis

Tanda vital

T : 110/70 mmHg

Nadi : 82 x/menit, regular, isi tegangan cukup

RR : 18 x/ menit, kedalaman cukup, reguler

Suhu : 36 0C peraksila

BB : 58 kg

TB : 157 cm

- Kulit

Kulit sawo matang, ikterik (-), venektasi (-), spider nevi (-).

- Kepala

Bentuk Normocephal, luka (-), makula (-), papula (-), nodul (-), bells palsy (-).

- Mata

konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor

(3mm/3mm), tampak lipatan segitiga pada celah kelopak bagian nasal

konjungtiva pada mata kiri yang meluas ke kornea < 2 mm.

- Hidung

Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-)

- Mulut

bibir pucat (-), sianosis (-),

- Telinga

Daun telinga bentuk normal, sekret (-/-)

- Tenggorok

Uvula di tengah, faring hiperemis (-), tonsil T1 - T1.

4

Page 5: Kasus Pterigium IKM

- Leher

Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak

membesar.

- Thoraks

Bentuk : normochest, retraksi (-/-)

Cor :

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis teraba di SIC V LMCS, tidak kuat angkat

Perkusi :

Batas kiri atas : SIC II Linea parasternalis Sinistra

Batas kiri bawah : SIC IV Linea Mid clavicularis sinistra

Batas kanan atas : SIC II Linea parasternalis Dextra

Batas kanan bawah : SIC IV Linea parasternalis Dextra

Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo :

Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : fremitus raba sulit dievaluasi

Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

- Abdomen

Inspeksi : dinding perut lebih cembung daripada dinding dada, caput

medusae (-)

Auskultasi : bising usus (+) N

Perkusi : pekak

Palpasi : supel, nyeri tekan (-)

- Ekstremitas

Akral Dingin

- -

- -

Capillary refill time < 2 detik

Arteri dorsalis pedis teraba kuat

5

Oedem

- -

- -

Page 6: Kasus Pterigium IKM

Status Oftalmicus:

OD OS

AV - -

Tanpa koreksi - -

Dengan koreksi - -

TIO

Kedudukan Simetris Simetris

Pergerakan membuka dan menutup mata (+),

tertinggal (-)

membuka dan menutup mata (+),

tertinggal (-)

Palpebra edema (-), hiperemi (-), hematom

(-), benjolan-benjolan (-)

edema (-), hiperemi (-), hematom

(-), benjolan-benjolan (-)

Konjungtiva warna pink, edema (-), pelebaran

pembuluh darah (-), secret (-)

warna (keruh) sebagian, edema

(-), tampak lipatan segitiga pada

celah kelopak bagian nasal

konjungtiva yang meluas ke

kornea sampai pupil (OD),

pelebaran pembuluh daran (+),

secret (-)

Kornea Sebagian tertutup oleh lipatan

segitiga konjungtiva

Sebagian tertutup oleh lipatan

segitiga konjungtiva

Bilik mata depan jernih (+) jernih (+)

Iris/pupil reflek pupil (+), bulat (3-4mm),

central (+), jernih (+)

reflek pupil (+), bulat (3-4mm),

central (+), sebagian tertutup

lipatan segitiga konjungtiva

Lensa Keruh Sedikit keruh

Vitreus Sde sde

Retina Sde sde

1.4 RESUME

Ny.A, umur 27 tahun, datang ke Balai Pengobatan PKM Cemoro Donomulyo

dengan keluhan mata sebelah kiri kabur sejak ± 3 bulan yang lalu dan pada mata

6

Page 7: Kasus Pterigium IKM

tersebut terlihat seperti ada daging tumbuh. Pasien juga mengeluh silau dan

terkadang mata terasa gatal sehingga pasien sering mengucek-ngucek matanya.

Pasien mengatakan bahwa 1 tahun yang lalu mulai bekerja di sebuah pabrik

di Malang. Karena jarak rumah dan pekerjaan pasien yang jauh, sehingga pasien

sering berkendara motor sendirian ke tempat kerja, terkadang pasien mengaku

tanpa menggunakan helm ataupun kaca mata saat berkendara sehingga mata

pasien sering terpapar angin, debu, dan cahaya matahari.

Pemeriksaan fisik didapatkan KU: tampak sehat, CM, Tanda vital: T: 110/70

mmHg, Nadi: 82 x/menit, RR: 18 x/menit, Suhu: 36,1 0C. Mata: tampak lipatan

segitiga pada celah kelopak bagian nasal konjungtiva pada mata kiri yang meluas

ke kornea < 2 mm.

1.5 DAFTAR MASALAH

1. Mata kiri kabur

2. Mata kiri Gatal

3. Mata kiri silau

4. Pemeriksaan fisik Mata: tampak lipatan segitiga pada celah kelopak

bagian nasal konjungtiva pada mata kiri yang meluas ke kornea < 2 mm.

1.6 DIAGNOSIS HOLISTIK

Ny. A, 27 Th, dengan mata kiri kabur dengan keluarga yang saling

memperhatikan, serta saling mendukung.

1.6.1 Diagnosis Biologis

OS Pterygium derajat II

1.6.2 Diagnosis Psikologis

Hubungan antar anggota keluarga cukup baik. Dapat dilihat dari suami

yang sangat memperhatikan kesehatan pasien.

1.6.3 Diagnosis Sosial Ekonomi

Keluarga Ny.A memiliki hubungan sosial dengan tetangga yang cukup

bagus. Status ekonomi Penghasilan keluarga relatif cukup. Penghasilan

didapat dari suami yang bekerja sebagai petani maupun dari pasien sendiri

yang bekerja di sebuah pabrik di Malang.

7

Page 8: Kasus Pterigium IKM

1.7 PENATALAKSANAAN

1.7.1 Non Medika mentosa

Kurangi pajanan debu dan sinar matahari dengan menggunakan helm atau kacamata anti ultraviolet

Kontrol ke rumah sakit1.7.2 Medikamentosa

Immatrol Ed 4 dd gtt 1 ODS

Ctm 2x1 tab

1.7.3 KIE

Menggunakan topi lebar sehingga sinar matahari tidak dapat langsung

terkena wajah

Menggunakan kacamata anti UV: Selain untuk mencegah sinar matahari

masuk ke mata, dapat sekaligus mencegah partikel debu dan kotoran serta

angin masuk ke mata

Jika mata terasa gatal jangan mengucek-ngucek mata dengan tangan, tetapi

dapat menggunakan tisue basah tanpa kandungan alkohol ataupun tisue

kering, supaya kotoran yang menempel dimata tidak menggesek-gesek

kornea mata dan mencegah bakteri dari tangan masuk menyebar ke mata.

1.8 PROGNOSIS

Dubia ad Bonam

8

Page 9: Kasus Pterigium IKM

BAB IIIDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

2.1 FUNGSI HOLISTIK

2.1.1 Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari Suami (Tn.J 30 Th), Istri (Ny.A 27 Th), dan kedua

anaknya (An.H 8 Th), dan (An.D 5 Th).

2.1.2 Fungsi Psikologis

Penderita tinggal bersama suami, dan kedua anaknya. Ny.A adalah

seorang istri yang bekerja sebagai buruh pabrik. Hubungan Ny.A dan

keluarga cukup terjalin dengan baik dan saling memperhatikan, walaupun

Ny.A, suami dan anak kedua kesehariannya sibuk bekerja, tetapi selalu

bertemu setiap hari saat malam hari. Hal ini terbukti pada saat pasien

berobat, suami dan anak pasien menemani pasien saat berobat.

2.1.3 Fungsi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga Ny.A hanya sebagai anggota

masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam

masyarakat. Dalam kehidupan sosial Ny.A kurang berperan aktif dalam

kegiatan kemasyarakatan, dikarenakan sibuk dengan pekerjaan.

2.1.4 Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan Ny.A yang bekerja sebagai

buruh pabrik dan suami yang bekerja sebagai petani. Untuk biaya hidup sehari-

hari seperti makan, minum, atau iuran membayar listrik mengandalkan uang yang

ada.

Kesimpulan :

Dari poin satu sampai empat dari fungsi holistik keluarga kesimpulannya

adalah Keluarga Ny.A umur 28 tahun dengan Pterygium OS, fungsi psikologis

dan fungsi sosial ekonomi cukup baik.

2.2 FUNGSI FISIOLOGIS

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score

adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut

9

Page 10: Kasus Pterigium IKM

pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga

yang lain. APGAR score meliputi :

1. Adaptasi

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga

yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang

lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota

keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan

anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu

yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup

dan 8-10 adalah baik.

Tabel 3. APGAR score Ny.A =

APGAR Ny.A Terhadap Keluarga Sering/Selalu

Kadang-kadang

Jarang/Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

   

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

 

10

Page 11: Kasus Pterigium IKM

Untuk Ny.A APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Saat Ny.A sedang memiliki masalah biasanya tidak ditanggung

sendiri dan bisa berbagi dengan keluarga karena kedekatan Ny.A dengan

keluarga.

Score : 2

Partnership : Pekerjaan Ny.A sebagai buruh pabrik tidak menyebabkan hambatan

dalam berbagi masalah yang dihadapi sehari-hari dengan keluarga.

Score : 2

Growth : Ny.A jarang berkumpul dengan keluarga dan berkomunikasi, karena

Ny.A dan suami bekerja hingga sore hari.

Score : 1

Affection : Ny.A jarang mengekspresikan perhatian terhadap keluarga secara

langsung.

Score : 1

Resolve : Waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga kurang.

Score : 1

Tabel 4. APGAR score Tn.J. =

APGAR Tn.J Terhadap Keluarga Sering/Selalu

Kadang-kadang

Jarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah.

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya.

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Tn.J APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

11

Page 12: Kasus Pterigium IKM

Adaptation : Saat Tn.J sedang memiliki masalah biasanya tidak ditanggung

sendiri dan bisa berbagi dengan keluarga karena kedekatan Tn.J dengan

keluarga.

Score : 2

Partnership : Pekerjaan Tn.J sebagai petani tidak menyebabkan hambatan dalam

berbagi masalah yang dihadapi sehari-hari dengan keluarga.

Score : 2

Growth : Tn.J jarang berkumpul dengan keluarga dan berkomunikasi, karena

Tn.K bekerja hingga sore hari.

Score : 1

Affection : Tn.J jarang mengekspresikan perhatian terhadap keluarga secara

langsung.

Score : 1

Resolve : Waktu yang tersedia untuk berkumpul dengan keluarga kurang.

Score : 1

APGAR score keluarga Ny.A = (7+7) : 2 = 7

Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Ny.A adalah cukup.

2.3 FUNGSI PATOLOGIS

Fungsi patologis dari keluarga Ny.A dinilai dengan menggunakan alat

S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

Tabel 6. SCREEM keluarga pasien

SUMBER PATOLOGIS KETSocial Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya -

CultureKepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat pada pergaulan mereka yang masih menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari.

-

Religious Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam ketaatannya dalam beribadah.

+

Economic Penghasilan keluarga yang relatif stabil -

EducationalTingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini kurang, dimana Ny.P berpendidikan sampai SMP, dan Tn.K hanya lulusan SD

+

MedicalKeluarga ini cukup mampu membiayai pelayanan kesehatan, namun jika tidak cukup parah tidak akan dibawa kerumah sakit +

Kesimpulan

12

Page 13: Kasus Pterigium IKM

Tn. J, 30 th

Ny. A, 28 th An. D, 5 thAn. H, 8 th

Keluarga Ny.A mempunyai fungsi patologis di bidang religious, educational dan

medical.

2.4 POLA INTERAKSI KELUARGA

Diagram 1. Pola interaksi keluarga Ny.A

Keterangan :

Hubungan baik

Hubungan tidak baik

Kesimpulan : Hubungan antara Ny.A dengan keluarga baik

2.5 GENOGRAM KELUARGA

Alamat lengkap :Ds, Mulyosari Rt.03, Rw.07

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Diagram 2. Genogram keluarga Ny.A

Kesimpulan:

• Riwayat Pterygium tidak ditemukan pada anggota keluarga lainnya.

13

Ny. ATn. K

An.DAn.H

Page 14: Kasus Pterigium IKM

Keluarga Ny. A

Pengetahuan :Keluarga kurang mengetahui penyakit pasien

Pelayanan Kesehatan:Jika sakit Ny. A berobat ke bidan

Sikap:Keluarga cukup memperhatikan penyakit pasien

Lingkungan:Keluarga cukup memahami pentingnya kebersihan lingkungan terhadap kesehatan pasien

BAB IIIIDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

3.1 Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

3.1.1 Faktor Perilaku Keluarga

Ny.A adalah seorang perempuan mengeluh mata sebelah kiri kabur sejak ±

3 bulan yang lalu dan pada mata tersebut terlihat seperti ada daging tumbuh,

pasien kemudian berobat ke PKM Cemoro Donomulyo. Suami dan kedua

anaknya belum banyak memiliki pengetahuan tentang kesehatan khususnya

komplikasi yang ditimbulkan oleh Pterygium.

Dari luar, rumah tampak bagus, perabot rumah tertata rapi. Keluarga Ny.A

mempunyai sejumlah hewan peliharaan, yaitu ayam yang kandangannya berada

dibelakang rumah.

3.1.2 Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga

berkecukupan. Sumber penghasilan berasal dari suami dan pasien sendiri.

Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai, karena cukup memenuhi

standar kesehatan. Pencahayaan ruangan cukup, ventilasi cukup, fasilitas WC dan

kamar mandi yang cukup bersih. Dapur memiliki akses udara yang bebas dan

pencahayaannya cukup. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga

ini jika sakit adalah bidan.

Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

14

Page 15: Kasus Pterigium IKM

Kmr Tidur

Ruang Santai

Kmr Mandi

R. Makan

5 m

B

7 m

Bagian Depan

Bagian Belakang

Kmr TidurRuang Tamu

Dapur

Teras

Kandang Ayam

3.2 Identifikasi Lingkungan Rumah

3.2.1 Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang berdempetan dengan rumah

tetangganya. Memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari

ruang tamu dan ruang keluarga, satu kamar tidur, satu dapur,dan memiliki

fasilitas jamban keluarga. Pintu masuk dan keluar ada dua, di bagian depan

rumah dan di belakang. Jendela kaca ada. Lantai rumah sebagian sudah

memakai ubin, sebagian berbahan tanah. Ventilasi dan penerangan rumah

cukup. Perabotan rumah tangga cukup. Secara keseluruhan kebersihan rumah

sudah cukup.

3.2.2 Denah Rumah

Kesimpulan :Lingkungan rumah cukup memenuhi syarat kesehatan,

namun kesehatan lingkungan kurang terjaga.

15

Page 16: Kasus Pterigium IKM

BAB IVDAFTAR MASALAH

4.1 MASALAH MEDIS :

1. Pterygium OS

4.2 MASALAH NON MEDIS :

1. Tingkat pengetahuan keluarga Ny.A tentang kesehatan kurang.

4.3 PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada

dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Diagram 5. Permasalahan Ny.A

4.4 MATRIKULASI MASALAH

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)

Tabel 7. Matrikulasi masalah

No Daftar Masalah I T R Jumlah

IxTxRP S SB Mn Mo Ma

1. Tingkat pengetahuan

keluarga Ny.A tentang

kesehatan kurang

5 5 4 2 4 3 4 9.600

Keterangan :

I : Importancy (pentingnya masalah)

P : Prevalence (besarnya masalah)

S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

T : Technology (teknologi yang tersedia)

R : Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn: Man (tenaga yang tersedia)

Mo: Money (sarana yang tersedia)

Ma : Material (pentingnya masalah)

16

Ny.A 27 thPterygium OS

Tingkat pengetahuan keluarga Ny. A tentang kesehatan kurang

Page 17: Kasus Pterigium IKM

Kriteria penilaian :

1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat penting

4.5 PRIORITAS MASALAH

Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga

Ny.A adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan keluarga Ny.A tentang kesehatan kurang.

Kesimpulan :

Prioritas masalah yang diambil adalah tingkat pengetahuan keluarga Ny.A

tentang kesehatan kurang, sehingga mempengaruhi kondisi kesehatannya.

17

Page 18: Kasus Pterigium IKM

BAB V PENATALAKSANAAN HEPATOMA

Pilihan manajemen secara klinis pada bisa menjadi kompleks. Keluhan ringan

pterygium berupa fotofobia dan mata sering di atasi dengan cara menghindari asap

dan debu. Beberapa obat topikal seperti lubrikan, vasokonstriktor atau

kortikosteroid digunakan secara aman untuk menghilangkan gejala jika digunakan

secara benar terutama pada derajat 1 dan 2 atau tipe 1. Untuk mencegah

progresivitas beberapa peneliti menganjurkan penggunaan kacamata pelindung

UV.

Indikasi eksisi untuk pterygium termasuk ketidaknyamanan yang menetap,

gangguan penglihatan, ukuran > 3-4 mm dan pertumbuhan yang progresif menuju

tengah kornea atau visual aksis dan adanya gangguan pergerakan bola mata.

Eksisi pterygium bertujuan untuk mencapai keadaan normal gambaran permukaan

bola mata yang licin. Teknik bedah yang sering digunakan untuk mengangkat

pterygium adalah menggunakan pisau yang datar untuk mendiseksi pterygium ke

arah limbus.

18

Page 19: Kasus Pterigium IKM

BAB VI

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN HEPATOMA

Pterygium merupakan penebalan berupa lipatan berbentuk segitiga yang

tumbuh menjalar ke tengah bola mata. Paparan sinar matahari merupakan faktor

yang penting dalam perkembangan terjadinya pterigium. Hal ini menjelaskan

mengapa insidennya sangat tinggi pada populasi yang berada pada daerah dekat

equator dan pada orang –orang yang menghabiskan banyak waktu di lapangan.

Faktor lainnya yang berperan dalam terbentuknya pterigium adalah alergen, bahan

kimia berbahaya, dan bahan iritan (angin, debu, polutan). Keluhan subjektif dapat

berupa rasa panas, gatal, ada yang mengganjal.

Keluhan ringan pterygium berupa fotofobia dan mata sering di atasi

dengan cara menghindari asap dan debu. Komplikasi dari pterigium meliputi

sebagai berikut: Gangguan penglihatan, Kemerahan, Iritasi, Gangguan pergerakan

bola mata. Tindakan operasi pada pterigium pada penglihatan dan kosmetik

adalah baik. Prosedur yang baik dapat ditolerir pasien dan disamping itu pada

beberapa hari setelah operasi pasien akan merasa tidak nyaman, kebanyakan

setelah 48 jam pasca operasi pasien bisa memulai aktivitasnya. Bagaimanapun

juga, pada beberapa kasus terdapat kekambuhan, ini biasanya karena pasien yang

terus terpapar radiasi sinar matahari, juga beratnya atau derajat pterigium. Pasien

dengan pterygium yang kambuh lagi dapat mengulangi tindakan pembedahan.

Sinar matahari terutama UV B adalah merupakan paparan yang primer,

sehingga perlu dilakukan perlindungan mata dari paparan secara langsung. Sinar

matahari merupakan sumber UV yang paling besar sehingga hindari bekerja di

tempat yang terbuka, pembatasan lama paparan pada radiasi ultraviolet dan jika

diperlukan gunakan topi yang berdiameter besar dan kacamata anti UV, juga

perhatikan faktor- faktor yang dapat mempengaruhinya juga seperti penggunaan

kacamata untuk menghindari paparan angin secara langsung, dan kurangi paparan

terhadap paparan bahan kimia baik yang berbentuk partikel debu.

19

Page 20: Kasus Pterigium IKM

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Diagnosis Holistik :

Ny.A 27 tahun, dengan Pterygium OS dengan hubungan antar anggota

keluarga cukup baik. Dapat dilihat dari suami dan anak-anak pasien yang

sangat memperhatikan kesehatan pasien.

1. Segi Biologis

Pterygium OS

2. Segi Psikologis

Penderita tinggal bersama suami, dan kedua anaknya. Ny.A adalah

seorang istri yang bekerja sebagai buruh pabrik. Hubungan Ny.A dan

keluarga cukup terjalin dengan baik dan saling memperhatikan,

walaupun Ny.A, suami dan anak kedua kesehariannya sibuk bekerja,

tetapi selalu bertemu setiap hari saat malam hari. Hal ini terbukti pada

saat pasien berobat, suami dan anak pasien menemani pasien saat

berobat.

3. Segi Sosial Ekonomi dan Budaya

a. Status ekonomi mencukupi kebutuhan

b. Penyakit Ny.A mengganggu aktifitas sehari-hari.

c.Kondisi lingkungan dan rumah yang cukup memenuhi standar kesehatan.

d. Kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

7.2 SARAN

Memberikan pengertian kepada keluarga pasien mengenai pentingnya berobat

secara teratur untuk mencegah komplikasi dari penyakit Ny.A agar dapat

ditangani secepat mungkin penyakit yang diderita, serta edukasi kepada keluarga

perilaku hidup bersih sehat.

20

Page 21: Kasus Pterigium IKM

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, edisi kedua. Jakarta: Balai Penelitian FKUI,2003.

119-120

2. Hamurwono GD, Nainggolan SH, Soekraningsih. Buku Pedoman Kesehatan Mata

dan Pencegahan Kebutaan Untuk Puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Puskesmas Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen

Kesehatan, 1984. 14-17

3. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), Editor Tahjono.

Dalam panduan manajermen klinik PERDAMI. CV Ondo Jakarta; 2006. 56 – 58

4. Tan D T.H Ocular Surface Diseases Medical and Surgical Management. New

York: Springer, 2002. 65 – 83

5. Raihana. Karakteristik penderita pterygium dipoliklinik mata RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru Periode Januari 2003 – Desember 2005. Pekanbaru ; FK

UNRI, 2007

21