Laporan Kasus Omsk
-
Upload
shelpi-surisdiani -
Category
Documents
-
view
101 -
download
5
description
Transcript of Laporan Kasus Omsk
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : AN. E F
JenisKelamin : Laki-laki
Umur : 9 Tahun
Alamat : Pasir Kawung Rt ¾ Bojong Picung , Cianjur
No. RM : 548899
Tanggal berobat : 19-09-2015
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Keluar cairan telinga kiri sejak 1 tahun yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh Keluar cairan telinga kiri sejak 1 tahun , Cairan
berwarna putih bening, darah, bau , Berulang > 6x, Batuk dan pilek sering ,
Demam kadang2, rewel dan gelisah (-) , Kurang mendengar sejak keluar
cairan.
3. Riwayat Penakit Dahulu :
ISPA (+)
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluhan yang sama, ibu pasien pernah keluar cairan di telinga.
5. Riwayat Alergi :
Alergi makanan, udara, obat disangkal.
6. Riwayat Pengobatan :
1
Otolin 2 x 1, tetapi tidak konsultasi
C. PemeriksaanFisik
KU : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 22 kg
Tanda vital:
Tekanan Darah : -
Frekuensi Nadi : 80x/menit
Suhu :36,5 oC
Frekuensi Nafas : 20x/menit
1. Status Generalis
Kepala : Normochepal
Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-
Telinga : ( Status lokalis THT)
Hidung : ( Status lokalis THT)
Mulut : Bibir kering (-),pucat (-)
Tenggorokan : ( Status lokalis THT )
Thorax : Bentuk dan gerak simetris
Paru-paru :
Inspeksi : Pergerakan dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus kanan dengan kiri sama
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+ , rhonchi -/- , wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis di ICS V midclavicula sinistra
Perkusi :Batas kanan jantung di parasternal dextra, batas kiri
jantung di midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I & II murni , reguler , murmur (-) , gallop (-)
2
Abdomen :
Inspeksi : Supel
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Timpani 4 kuadran
Ekstremitas :
Atas : Hangat (+/+), edema (-/-), RCT< 2 dtk ,sianosis (-/-)
Bawah : Hangat (+/+), edema (-/-), RCT< 2 dtk ,sianosis (-/-)
D. Status lokalis THT1. TELINGA
Tabel 1.Pemeriksaan Telinga
AD AS
Normotia, Helix sign (-),
Tragus sign (±)
AurikulaNormotia, Helix sign (-),
Tragus sign (±)
Preaurikula appendege(-),
Tanda radang(-), Fistula(-)
Preaurikula
Preaurikula appendege(-),
Tanda radang(-), Fistula(-)
Tenang, udem(-), fistel(-),
sikatriks (-) , nyeri tekan(-)
Retroaurikula
Tenang, udem(-), fistel(-),
sikatriks (-), nyeri tekan( -)
3
Hiperemis (-), udem (-), sekret
(-) , serumen (+), massa (-)MAE
Hiperemis (+), udem(-),
serumen (+), sekret (+),
massa (-)
Hiperemis (-), udem (-), sekret
(-) , serumen (+), massa (-)KAE
Hiperemis (+), udem(-),
serumen (+), sekret (+),
massa (-)
Intak, reflek cahaya(+) (jam 5)
Membran timpani Perforasi sentral (+) , refleks
cahaya (-), hiperemis (+),
sekret (+) purulen
Sulit dinilai Uji Rinne Sulit dinilai
Sulit dinilai Uji Weber Sulit dinilai
Sulit dinilai Uji Schwabach Sulit dinilai
Interpretasi : serumen, sekret, perforasi AS
4
2. HIDUNGa. Rinoskopi Anterior
Tabel 2.Pemeriksaan Hidung
Dextra RHINOSKOPI ANTERIOR Sinistra
Tenang Mukosa Tenang
+ Sekret +
Eutrofi Konka inferior Eutrofi
Deviasi (-) Septum Deviasi (-)
(-) Massa (-)
(+) Passase udara (+)
b. Sinus Paranasal
- Inspeksi : pembengkakan kedua pipi (-), pembengkakan kelopak
mata atas/daerah orboita (-)
- Palpasi : nyeri tekan pipi (-), nyeri ketuk gigi (-), nyeri tekan
medial atap orbita (-), nyeri tekan kantus medius (-)
c. Tes Penciuman
- Kanan : 15 cm menggunakan kopi
- Kiri : 18 cm menggunakan kopi
- Kesan : Normosmia NDS
5
d. Transiluminasi
- Sinus maksilaris : tampak terang sinus kiri dan kanan, seperti bulan
sabit.
- Sinus frontalis : tampak terang sinus kiri dan kanan, seperti sarang
tawon.
Kesan : Normal
3. TENGGOROKa. Nasofaring
Tabel 3.Pemeriksaan Nasofaring
Nasofaring (Rinoskopi Posterior)
Konka superior Tidak dilakukan
Torus tubarius Tidak dilakukan
Fossa Rossenmuller Tidak dilakukan
Plika salfingofaringeal Tidak dilakukan
b. Orofaring
Tabel4.Pemeriksaan Orofaring
Dextra Pemeriksaan OROFARING
Sinistra
Mulut
Tenang Mukosa mulut Tenang
Bersih, basah
Lidah Bersih, basah
Tenang Palatum molle Tenang
6
Caries (+) Gigi geligi Caries (+)
Simetris Uvula Simetris
Tonsil
Tenang Mukosa Tenang
TI, Hiperemis
Besar TI, Hiperemis
tidak melebar
Kripta tidak melebar
- Detritus -
- Perlengketan -
Faring
Tenang Mukosa Tenang
- Granula -
- Post nasal drip -
Tes Pengecapan
Manis Normal
Asin Normal
Asam Normal
Pahit Normal
7
c. Laringofaring
Laringofaring (Laringoskopi Indirect)
Epiglotis Tidak dilakukan
Plika ariepiglotika Tidak dilakukan
Plika ventrikularis Tidak dilakukan
Plika vokalis Tidak dilakukan
Rima glotis Tidak dilakukan
4. MAKSILOFASIAL
Dekstra Nervus Sinistra
+
I. Olfaktorius
Penciuman +
+
+
II. Optikus
Daya penglihatan
Refleks pupil
+
+
+
+
+
+
+
III. Okulomotorius
Membuka kelopak mata
Gerakan bola mata ke
superior
Gerakan bola mata ke inferior
Gerakan bola mata ke medial
Gerakan bola mata ke
laterosuperior
+
+
+
+
+
+
IV. Troklearis
Gerakan bola mata ke lateroinferior +
+
V. Trigeminal
Tes sensoris
– Cabang oftalmikus (V1) +
8
+
+
– Cabang maksila (V2)
– Cabang mandibula (V3)
+
+
+
VI. Abdusen
Gerakan bola mata ke lateral +
+
+
+
+
VII. Fasial
Mengangkat alis
Kerutan dahi
Menunjukkan gigi
Daya kecap lidah 2/3 anterior
+
+
+
+
+
VIII.Akustikus
Tes garpu tala +
+
+
IX. Glossofaringeal
Refleks muntah
Daya kecap lidah 1/3 posterior
+
+
+
-
+
X. Vagus
Refleks muntah dan menelan
Deviasi uvula
Pergerakan palatum
+
+
+
+
+
XI. Assesorius
Memalingkan kepala
Kekuatan bahu
+
+
-
-
XII. Hipoglossus
Tremor lidah
Deviasi lidah
-
-
9
5. LEHER
Dekstra Pemeriksaan Sinistra
Pembesaran (-) Tiroid Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar submental Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar submandibula Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis superior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis media Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar jugularis inferior Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar suprasternal Pembesaran (-)
Pembesaran (-) Kelenjar supraklavikularis Pembesaran (-)
E. Resume
Anak Perempuan 5 tahun, Otore purulen telinga kiri 1 tahun, Pendengaran berkurang, Riwayat ISPA (+), MAE sinistra hiperemis, sekret purulen, membran timpani perforasi sentral.
F. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
• Darah rutin (Hb, Hematokrit, Trombosit, Leukosit)
• Kultur dan uji resistensi sekret telinga yang sakit
• Foto mastoid
• Audiologi khusus
10
G. Diagnosis Banding
1. Otitis media supuratif kronis perforasi sentral AS
2. Otitis media akut stadium perforasi (sentral) AS
H. DiagnosaKerja
Otitis media supuratif kronis perforasi sentral AS
I. Terapi
Non- Medikamentosa :
• Hindari telinga kemasukan air
• Menutup telinga dengan kapas saat mandi
• Mencegah kekambuhan ISPA
Medikamentosa :
• Clavamox 2 dd 1 cth
• Sol H2O2 1% 3 dd III gtt
• Ambroxol tab 3 dd ½ tab
• Paracetamol 3 dd 1 tab
11
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI
Gambar. Anatomi Telinga Manusia
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari auricula atau daun telinga dan meatus acusticus
externus atau liang telinga sampai membrana timpani.
12
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.Liang telinga berbentuk
huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga
bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm.Pada
sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen(modifikasi
kelenjar keringat = kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada
seluruh kulit liang telinga.Pada duapertiga bagian dalamnya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.
Membrana timpani adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan
puncaknya, umbo, mengarah ke medial. Membrana timpani umumnya bulat. Penting
untuk disadari bahwa bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanum yang
mengandung korpus maleus dan inkus, meluas melampauibatas atas membrana
timpani, dan bahwa ada bagian hipo timpanum yang meluas melampaui batas bawah
membrana timpani. Membrana timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian
luar, lapisan fibrosa di bagian tengah di mana tangkai maleus dilekatkan dan lapisan
mukosa bagian dalamlapisan fibrosa tidak terdapat diatas prosesus lateralis maleus dan
ini menyebabkan bagian membrana timpani yang disebut membrana Shrapnell menjadi
lemas (flaksid).
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut
sebagai umbo.Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) kearah bawah,
yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani
kanan.Refleks cahaya ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran
timpani.Pada membrane timpani terdapat 2 macam serabut, yaitu sirkuler dan
radier.Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut.
Gambar. Membran timpani
13
Telinga Tengah (Auris Media)
Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan
enam isi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak
tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke arah
umbo dari membran timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah.
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
Batas luar : membran timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang: auditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Batas atas : tegmen timpani (meningen/ otak)
Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah, kanalis semi sirkularis horizontal,
kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round
window), dan promontorium.
Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fossa kranii media.
Pada dinding bagian atas dinding posterior terdapat auditus ad antrum tulang mastoid
dan dibawahnya adalah saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis
dan tendonnya menembus melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf
korda timpani timbul dari saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral depan
menuju inkus tetapi di medial maleus, untuk keluar dari telinga tengah lewat sutura
petrotimpanika. Korda timpani kemudian bergabung dengan saraf lingualis dan
menghantarkan serabut-serabut sekretomotorik ke ganglion submandibularis dan
serabut-serabut pengecap dari duapertiga anterior lidah.
Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang berada di sebelah
superolateral menjadi sinus sigmoideus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus.
Keduanya adalah aliran vena utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf vagus
masuk ke telinga tengah dari dasarnya. Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis
karotikus. Di atas kanalis tersebut, muara tuba eustakius dan otot tensor timpani yang
menmpati daerah superior tuba kemudian membalik, melingkari prosesus
kokleariformis dan berinsersi pada leher maleus.
Bangunan yang paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium
yang menutup lingkaran koklea yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintas
14
promontorium. Kanalis falopii bertulang yang dilalui saraf fasialis terletak di atas
fenestra ovalis mulai dari prosesus kokleariformis di anterior hingga piramid stapedius
di posterior.
Rongga mastoid berbentuk seperti piramid dengan puncak mengarah ke kaudal.
Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fossa
kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah dura mater pada daerah tersebut.
pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis semi
sirkularis lateralis menonjol ke dalam antrum. Di bawah ke dua patokan ini berjalan
saraf fasialis dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui
foramen stilomastoideus di ujung anterior krista yang dibentuk oleh insersio otot
digastrikus. Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat
dipalpasi di posterior aurikula.
Tuba eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.
Bagian lateral tuba eustakius adalah bagian yang bertulang. Sementara duapertiga
bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas
15
bagian bertulang, sementara kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya. Bagian
bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas otot
levator palatinum dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi pleksus faringeal
dan saraf mandibularis. Tuba eustakius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan
udara pada kedua sisi membrana timpani.
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari: Labyrinthus oseus (labirin tulang) koklea( rumah
siput ) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah
kanalis semisirkularis). Dan Labyrinthus membranaseus (labirin membran) terdiri
dari utrikulus dan sakulus, 3 duktus semisirkularis dan duktus koklearis.Ujung atau
puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan
skala vestibuli.
Gambar. Labirin
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap.Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule di
sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis)
diantaranya.Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media
berisi endolimfa.Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan
endolimfa.Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibule disebut sebagai
membranevestibule ( Reissner’s membrane ) sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis. Pada membrane ini terletak organ corti.
16
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane
tektoria, dan pada membrane basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.
2.2Definisi OMSK
Otitis Media
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis
media supuratif dan otitis media nonsupuratif (otitis media serosa, otitis media
sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME).
“Skema pembagian otitis media”
Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media
supuratif akut (otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK/
OMP). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut
(barotrauma = aerotitis) dan media serosa kronis. Selain itu terdapat pula otitis media
spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang
lain ialah otitis media adhesiva.
Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut Otitis Media Perforata
(OMP) atau dalam sebutan sehari-hari adalah congek. Otitis Media Supuratif Kronik
ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer
atau kental, bening atau berupa nanah.
17
Otitis media akut
Telinga tengah biasanya steril, meskipuun terdapat mikroba di nasofaring dan
faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknnya mikroba ke dalam
telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi.
Otitis media akut (OMA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini
terganggu.Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis
media.Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman kedalam
telinga tengah dan terjadi peradangan.Selain itu pencetus terjadinya OMA adalah
infeksi saluran pernapasan atas.
Pada anak, makin sering anak terserang ISPA maka makin besar kemungkinan
terjadinya OMA.Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba eustachius
yang pendek, lebar dan letaknya agak horizontal.
Patologi
Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik seperti Sreptokokus
Hemolitikus, S. Aureus, Pnemokokus, selain itu kadang-kadang ditemukan juga
H.Influenza, E.Coli, streptokokus anhemolitikus, Proteus Vulgaris, dan Pseudomonas
Aurugenosa. H.infuenza sering ditemukan pada anak dibawah usia 5 tahun.
Stadium OMA
Perubahan mukosa telinga tengah, akibat infeksi dapat dibagi dalam 5
stadium.1.Stadium oklusi Eustachius, 2. Stad.hiperemis, 3.Stad.Supurasi, 4.perforasi,
5.Resolusi.keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani.
- Stadium Oklusi Tuba Eustachius.
Tanda adanya oklusi Tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif dalam telinga tengah, akibat absorbsi udara.Kadang-
kadang membran timpani (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat.Efusi
mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi.Stadium ini sukar dibedakan dengan
otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
18
- Stadium Hiperemis (pre supurasi).
Pada stadium hiperemis tampak pembuluh darah yang melebar dimembran
timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemisatau edema.Sekret yang telah
terbentuk mungkin bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
- Stadium supurasi.
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen ducavum timpani, menyebabkan
membran timpani menonjol (bulging) kearah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien
tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri ditelinga bertambah
berat.
Apabila tekanan pus dicavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia
akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil
dan nekrosis mukosa dan submukosa.Nekrosis ini pada membran timpani terlihat
sebagai daerah yang lembek dan berwarna kekuningan. Ditempat ini akan terjadi
ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini,
maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar. Dengan
miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan bila ruptur maka perforasi
tidak mudah menutup kembali.
- Stadium perforasi.
Karena beberapa sebab sseperti terlambatnya pemberian antibiotika atau
virulensi kuman yang tinggi maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah
keluar dari telinga tengahke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah menjadi
tenang dan suhu badan turun.Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium
perforasi.
- Stadium resolusi.
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-
lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang
dan kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi
19
akan terjadi meskipun tanpa pengobatan. OMA berubak menjadi OMSK bila perforasi
menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat
menimbulkan gejala sisa atau sequele berupa otitis media serosa jika sekret menetap
dicavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
Gejala klinik OMA :
Bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah
dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di telinga, keluhan disamping suhu
tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang
lebih besar atau orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran
berupa rasa penuh ditelinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala
khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5 C ( pasa stadium supurasi),
anak gelisah dan sukar tidur, tiba tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang kejang
dan kadang kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran
timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur
tenang.
Terapi
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.
Pada stadium oklusi, pengobatan terutama untuk membuka kembali tuba
eustachius, sehingga tekanan negatif ditelinga tengah hilang.Untuk ini diberikan obat
tetes hidung. HCL efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCL
efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk yang berumur diatas 12 tahun dan pada
orang dewasa. Selain itu sumber infeksi harus diobati.Antibiotikka diberikan apabila
penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi.
Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan
analgetika.Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau
ampisilim.Terapi awal diberikan penisilin intamuskular agar didapatkan konsentrasi
yang adekuat didalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,
ganggguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.Antibiotik dianjurkan
20
diberikan minimal selama 7 hari.Bila pasien alergi penisilin maka diberikan
eritromisin.
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB per hari, dibagi dalam 4
dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis atau eritromisin 40
mg/kgBB/hari.
Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai
dengan miringotomi, bila membran timpani masih utuh.Dengan miringotomi gejala
klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.
Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang sekret
keluar secara berdenyut (pulsasi).Pengobatan yang diberikan adalah oabt cuci telinga
H2O2 adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup kembali
dalamwaktu 7-10 hari.
Pada stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir diliang telinga luar
melalui perforasi membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya
edema mukosa telinga tengah.Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan
sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak,
kemungkinan telah terjadi mastoiditis.Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari
telinga tengah lebih 3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut
Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulanatau dua
bulan,maka keadaan ini otitis media supuratif kronis (OMSK).
Komplikasi
Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses
sub-periosteal sampai komplikasi yang berat (meningitits dan abses otak).Sekarang
dengan antibiotika, komplikasi jenis itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari
OMSK.
2.3 Letak Perforasi
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/jenis
OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau
atik. Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi
perforasi masih ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi
21
perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sakulus timpanikum. Perforasi atik
ialah perforasi yang terletak di pars flaksida.Jenis-Jenis Perforasi dapat dibagi menjadi
a. Perforasi Sentral kecil b. Perforasi Sentral (Sub Total)
c. Perforasi Atik d. Perforasi Postero Superior/ Marginal
2.4 Klasifikasi OMSK
Jenis OMSK terbagi atas 2 jenis:
1. OMSK tipe Benigna
Proses peradangannya terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai
tulang.Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatoma.
2. OMSK tipe Maligna
Merupakan OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah
suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Kolesteatom dapat dibagi
atas 2 tipe yaitu kongenital dan didapat.OMSK tipe maligna dikenal juga dengan
OMSK tipe berbahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe maligna
letaknya di atik atau marginal, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK
dengan perforasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna.
22
2.5 Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi kondisi sosial,
ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, higienis dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan
prevalensi OMSK dilaporkan pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom,
tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data
yang tersedia.
2.6 Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa.Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius.
2.7 Patogenesis dan Patologi
23
Karena OMSK didahului OMA, maka penjelasan tentang patofisiologi OMSK,
akan dijelaskan dengan patofisiologi terjadinya OMA. OMA biasanya disebabkan oleh
Infeksi di Saluran Nafas Atas (ISPA), umumnya terjadi pada anak karena keadaan tuba
eustakius , yang sangat berperan penting dalam patofisiologi OMA pada anak berbeda
dengan orang dewasa. Tuba eustakius pada anak lebih pendek, lebih horizontal dan
relatif lebih lebar daripada dewasa.
2.8 Gejala Klinis
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan.Pada
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering
kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi.Keluarnya sekret biasanya hilang timbul.Pada OMSK stadium inaktif tidak
dijumpai adannya sekret telinga.Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara
luas.Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan
polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.Suatu sekret
yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.Pada OMSK tipe maligna
biasanya didapat tuli konduktif berat.
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.Nyeri
dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses
otak.Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis,
subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
24
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat
terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin
lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum.
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna yang perlu diperhatikan mengingat
OMSK tipe ini seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu
ditegakkan diagnosis dini yang menjadi pedoman yaitu adanya perforasi pada marginal
atau pada atik.Sedangkan pada kasus yang lanjut dapat terlihat adanya Abses atau fistel
retroaurikular, jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum
timpani, pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom) dan foto rontgen
mastoid adanya gambaran kolesteatom.
2.8 Diagnosis OMSK
1. Anamnesis
Gejala yang dikeluhkan diantaranya adalah otorrhoe dan supurasi kronik telinga
tengah yang umumnya bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan
encer). Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan
kolesteatoma dan produk degenerasinya. Bakteri penginfasi sekunder, seperti
stafilokokus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aeruginosa, serta sejumlah bakteri
anaerob yang merupakan bagian dari flora campuran, selalu ditemukan dalam sekret
telinga kronik. Jika sekret encer berbau busuk dan bercampur darah, maka perlu
dipertimbangkan kemungkinan keganasan.
Gejala penting lainnya adalah gangguan pendengaran, yang biasanya konduktif
namun dapat pula bersifat campuran. Nyeri tidak lazim dikeluhkan, namun jika ada
mungkin akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya duramater, atau dinding sinus
lateralis atau adanya pembentukan abses otak.
25
Vertigo juga merupakan gejala serius pada OMSK. Memberi kesan adanya
fistula, akibat erosi pada labirin tulang paling sering pada kanalis semisirkularis
horizontal.
Pedoman klinik OMSK tipe bahaya adalah perforasi pada marginal atau pada
atik. Sedangkan pada kasus lanjut dapat terlihat, abses atau fistel retroaurikuler, polip
atau jaringan granulasi diliang telinga luar yang berasal dari dalam serta terlihat
kolesteatoma pada telinga tengah.
2. Pemeriksaan otoskopi
Ototskopi dilakukan untuk melihat perforasi, letaknya dan jenisnya, sekret yang keluar,
serta ada tidaknya komplikasi kolesteatoma.
3. Pemeriksaan audiologi
Untuk memeriksa fungsi pendengaran yakni dengan : (1) tes penala, (2) tes berbisik, (3)
Audiometri nada murni.
4. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk melihat
struktur-struktur telinga tengah. Dan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif
menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.
26
2.9 Penatalaksanaan
Terapi OMSK
Terapi OMSK sering memerlukan waktu yang lama serta harus berulang-ulang,
karena sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini
antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu:
a. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar.
b. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.
c. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.
d. Gizi dan higiene yang kurang.
Tipe Benigna
Prinsip terapinya ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret
yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3
% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan
memeberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid.
Karena semua obat tetes yang mengandung antibiotik bersifat ototoksik. Sehingga
dianjurkan penggunaan obat tetes telinga jangan diberikan terus menerus lebih dari 1
atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika
dari golongan ampisilin, atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap penisilin). Pada
infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resistensi terhadap ampisilin, dapat
diberikan ampisilin asam klavulat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah observasi selama 2
bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan
untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang
perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih
berat, serta memperbaiki pendengaran.
27
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga
perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.
Tipe Maligna
Prinsip terapi ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi
sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal
retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian
dilakukan mastoidektomi.
Jenis Pembedahan pada OMSK
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronik, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:
a. Mastoidektomi sederhana
Indikasi : Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid
dari jaringan patologik. Tujuan : Agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada
operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
b. Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah
meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua
jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan
rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu
ruangan.
Tujuan operasi ini ialah membuang semua jaringan patologik dan mencegah
komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya.
Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali.
28
c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak
kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga
direndahkan. Tujuan operasi ialah membuang semua jaringan patologik dari rongga
mastoid, dan mempertahankan pendengaranyang masih ada.
d. Miringoplasti
Merupakan jenis operasi timpanoplasti paling ringan, dikenal juga dengan nama
timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuannya
adalah mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan
perforasi menetap. Dilakukan pada OMSK benigna yang sudah tenang dengan ketulian
ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.
Komplikasi : Infeksi, Kegagalan graft, Kondroitis, Trauma nervus korda timpani, Tuli
sensorineural dan vertigo, Peningkatan tuli konduksi, Stenosis kanal auditori eksternal.
e. Timpanoplasti
Indikasi : Dilakukan pada OMSK benigna dengan kerusakan lebih berat atau OMSK
benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.
Tujuan : Untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi
ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi
tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang
dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan, lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani
dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak
jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 sampai
dengan 12 bulan.
f. Timpanoplasti dengan Pendekatan ganda (Combined approach tympanoplasty)
Merupakan teknik operasi yang dilakukan pada kasus Maligna dan Benigna dengan
jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa
meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
29
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan
melalui dua jalan (cobined approach), yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid
dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini dilakukan pada OMSK
maligna belum disepakati oleh para ahli, karena sering terjadi kekambuhan
kolesteatoma.
Komplikasi operasi pada mastoidektomi dan timpanoplasti dibagi berdasarkan
komplikasi segera dan komplikasi lambat. Komplikasi segera termasuk parese nervus
fasialis, kerusakan korda timpani, tuli saraf, gangguan keseimbangan, fistel labirin,
trauma pada sinus sigmoid, bulbus jugularis, likuor serebrospinal.Infeksi pasca-operasi
juga dapat dimasukkan sebagai komplikasi segera.
Komplikasi lambat termasuk kolesteatoma rekuren, reperforasi, lateralisasi
tandur, stenosis liangg telinga luar, displasi atau lepasnya prostesis tulang pendengaran
yang dipasang.Pada kebanyakan, kasus trauma nervus fasialis tidak disadari pada waktu
operasi.
Trauma nervus fasialis yang paling sering terjadi adalah pada pars vertikalis
waktu melakukan mastoidektomi, bisa juga terjadi pada pars horizontal waktu
manipulasi daerah di dekat stapes atau mengorek daerah bawah inkus baik dari arah
mastoid ataupun dari arah kavum timpani. Trauma dapat lebih mudah terjadi bila
tpografi daerah sekitarnya sudah tidakdikenali dengan baik, misalnya pada kelainan
letak kongenital, jaringan parut karena operasisebelumnya, destruksi kanalis fasialis
karean kolesteatoma.
Derajat parese harus ditentukan, paling sederhana adalah menurut klasifikasi
House- Bregmann.Sebaiknya dilakukan pemeriksaan EMG untuk melihat derajat
kerusakan padasaraf dan menentukan prognosis penyembuhan spontan.
Trauma operasi terhadap labirin sukar diketahui dengan segera, sebab vertigo
pascaoperasidapat terjadi hanya karena iritasi selam operasi, belum tentu karena cedera
operasi.Trauma terhadap labirin bisa menyebabkan tuli saraf total.Manipulasi di daerah
aditus adantrum dan sekitarnya pada lapangan operasi yang ditutupi oleh jaringa
kolesteatoma danmatriks koleteatoma dapat menyebabkan fistel labirin.
Trauma terhadap tulang pendengaran diperkirakan akan memperbuuk sistem
konduksitelinga tengah sedapat mungkin langsung rekonstruksi. Trauma terhadap
dinding sinus danduramater sehingga terjadi perdarahan dan bocornya cairan otak, bila 30
tidak luas dapatditungggu sebentar dan langsung ditutup dengan tandu komposit
sampai kebocoran berhenti.Trauma pada sinus lateralis, sinus sigmoid, bulbus jugularis,
dan vena emissari dapatmenyebabkan perdarahan besar.
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar darah pertahanan telinga tengah
yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke seluruh struktus
disekitarnya.Pertahanan pertama ini ialah mukosa kavum timpani yang juga seperti
mukosa seperti mukosa saluran napas, mampu menglokalisasi infeksi.Bila sawar ini
runtuh, masih ada sawar kedua, yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid.
Bilasawar ini runtuh, maka struktur lunakdisekitarnya akan terkena. Runtuhnya
periostium akan menyebabkan terjadinya abses periosteal, suatu komplkasi yang relatif
tidak berbahaya. Apabila infeksi mengarah kedalam, ke tulang temporal, maka akan
menyebabkan parese n.fasialis atau labirinitis. Bila kearah kranial, akan menyebabkan
abses ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis dan abses otak.
Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu
terbentuknya jaringan granulasi.Pada otitis media supuratif akut atau eksaserbasi akut
penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen).Sedangkan pada kasus
yang kronis, penyabaran terjadi melalui erosi tulang.Cara penyebaran lalainnya ialah
toksi masuk melalui jalan yang sudah ada, misalnya melalui fenestra rotundum, meatus
akustikus internus, duktus perilimfatik dan duktus endolimfatik.Dari gejala dan tanda
yang ditemukan, dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu infeksi telinga tengah ke
intrakranial.
2.10 KOMPLIKASI
Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena
komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan kematian.Tendensi
otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang
menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang
efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan
pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi
akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan
komplikasi.31
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut
dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.Adams dkk (1989) mengemukakan
klasifikasi sebagai berikut :
1. Komplikasi telinga tengah
a. Perforasi persisten membrane timpani
b. Erosi tulang pendengaran
c. Paralisis nervus fasial
2. Komplikasi telinga dalam
a. Fistel labirin
b. Labirinitis supuratif
c. Tuli saraf ( sensorineural)
3. Komplikasi ekstradural
a. Abses ekstradural
b. Trombosis sinus lateralis
c. Petrositis
4. Komplikasi ke susunan saraf pusat
a. Meningitis
b. Abses otak
c. Hindrosefalus otitis
32
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Boies, Higler.Boies Buku Ajar Penyakit THT.Edisi 6.Jakarta: EGC.
1997.
Helmi.Otitis Media Supuratif Kronis. Edisi Pertama. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2005.
Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit Telinga Tengah Dan Mastoid.
Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta: EGC. 1997.
Soepardi, Efiaty Arsyad dkk.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher edisi 6.Jakarta: FKUI. 2007.
33