Laporan-Kasus ITP

download Laporan-Kasus ITP

of 42

description

pediatric

Transcript of Laporan-Kasus ITP

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    1/42

    1

    Laporan Kasus

    Purpura Trombositopenia Idiopatik Akut

    Oleh :

    Azizah Asmar

    NIM. I1A007038

    Pembimbing

    Dr. Edi Hartoyo, Sp.A

    BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK

    FK UNLAMRSUD ULIN

    BANJARMASIN

    November, 2011

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    2/42

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    ITP (idiophatic thrombocytopenic purpura) adalah kelainan akibat trombositopenia

    yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), tetapi sekarang diketahui bahwa sebagian

    besar kelainan ini disebabkan oleh proses imun karena itu disebut juga sebagai autoimmune

    thrombocytopenic purpura (1,2). The American Society of Hematology 2011

    mendefinisikan ITP sebagai kelainan autoimun yang dicirikan dengan destruksi

    immunologis terhadap trombosit normal yang biasanya terjadi terhadap stimulus yang tidak

    diketahui (2). ITP dicirikan dengan trombositopenia persisten (trombosit < 150 x 109/ L)

    (4). Kelainan ini dahulu dianggap merupakan suatu golongan penyakit dan disebut dengan

    berbagai nama misalnya morbus makulosus Werlhofi, sindrom hemogenik, purpura

    trombositolitik. Disebut idiopatik ialah untuk membedakan dengan kelainan hematologis

    lain seperti misalnya anemia, kelainan leukosit. Pada ITP biasanya tidak disertai anemia

    atau kelainan lainnya kecuali bila banyak darah yang hilang karena perdarahan (5).

    ITP lebih sering dijumpai pada anak dan dewasa muda. Pada anak yang tersering

    ialah di antara umur 2-8 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki

    (perbandingan berkisar di antara 4:3 dan 2:1 serta akan menjadi lebih nyata setelah pubertas

    (5).

    Etilologi ITP belum diketahui secara pasti, tetapi ditemukan berbagai kemungkinan

    di antaranya ialah hipersplenisme, infeksi virus (demam berdarah, morbili, varisela, dan

    sebagainya), intoksikasi makanan atau obat (asetosal, PAS, fenilbutazon, diamox, kina,

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    3/42

    3

    sedormid) atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan faktor pematangan

    (misalnya malnutrisi), DIC (misalnya pada DSS, leukimia, ARDS pada bayi) (5).

    Awitan PTI biasanya akut dengan gambaran ekimosis, petekie, epistaksis, atau

    gejala perdarahan lain. Biasanya secara klinis tidak dijumpai kelainan lain (6). Sering

    terjadi 1-3 minggu setelah infeksi saluran nafas atas. Timbul becak petekie yang tersebar

    luas, kemudian berkembang menjadi titik-titik purpura kecil. Mungkin terdapat perdarahan

    dari hidung atau dalam membran mukosa. Jarang didapatkan perdarahan intrakranial yang

    serius (7). Kelainan pada kulit tidak disertai eritema, pembengkakan, atau peradangan (5).

    Perjalanan penyakit ITP dapat bersifat akut dan kemudian menghilang sendiri (self

    limited) atau menahun dengan atau tanpa remisi dan kambuh (5). Umumnya penyembuhan

    penyakit ini baik. Tujuh puluh lima persen anak mengalami penyembuhan sempurna dalam

    satu bulan. Transfusi trombosit dan darah jarang diperlukan. Kortikosteroid mengurangi

    risiko perdarahan masif. Splenektomi dilakukan pada sejumlah kecil anak yang mengalami

    trombositopenia persisten atau berulang (7).

    Pada laporan kasus ini, akan dibahas tentang ITP yang ditemukan pada seorang bayi

    perempuan berusia 4,5 bulan, yang dirawat di Ruang Anak RSUD Ulin Banjarmasin dari

    tanggal 5 November 2010 sampai12 November 2011.

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    4/42

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. ITPDefinisi

    Purpura trombositopenia idiopatik ialah suatu keadaan perdarahan berupa petekie

    atau ekimosis di kulit ataupun selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan

    jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. PTI pada anak yang tersering terjadi

    antara umur 2-8 tahun, lebih sering pada wanita (7). Kelainan ini dahulu dianggap

    merupakan suatu golongan penyakit dan disebut dengan berbagai nama misalnya morbus

    makulosus Werlhofi, sindrom hemogenik, purpura trombositolitik. Disebut idiopatik ialah

    untuk membedakan dengan kelainan hematologis lain seperti misalnya anemia, kelainan

    leukosit. Pada ITP biasanya tidak disertai anemia atau kelainan lainnya kecuali bila banyak

    darah yang hilang karena perdarahan (5).

    ITP lebih sering dijumpai pada anak dan dewasa muda. Pada anak yang tersering

    ialah di antara umur 2-8 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki

    (perbandingan berkisar di antara 4:3 dan 2:1 serta akan menjadi lebih nyata setelah pubertas

    (5).

    Etiologi

    Etilologi ITP belum diketahui secara pasti, tetapi ditemukan berbagai kemungkinan

    di antaranya ialah hipersplenisme, infeksi virus (demam berdarah, morbili, varisela, dan

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    5/42

    5

    sebagainya), intoksikasi makanan atau obat (asetosal, PAS, fenilbutazon, diamox, kina,

    sedormid) atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi, panas), kekurangan faktor pematangan

    (misalnya malnutrisi), DIC (misalnya pada DSS, leukimia, ARDS pada bayi) (5).

    Hal ini diketahui dengan ditemukannya zat anti terhadap trombosit dalam darah

    penderita. Pada neonates kadang-kadang ditemukan trombositopenia neonatal yang

    disebabkan inkompatibilitas golongan darah trombosit antara ibu dan bayi ( isoimunisasi).

    Prinsip patogenesisnya sama dengan inkompatibilitas rhesus atau ABO (5).

    Jenis antibodi trombosit yang sering ditemukan pada kasus yang mempunyai dasar

    imunologis ialah anti P1E1 dan anti P1E2. Mencari kemungkinan penyebab ITP ini penting

    untuk menentukan pengobatan, penilaian pengobatan dan prognosis (5).

    Dalam Guidline 2011 dari American Society of Hematology disebutkan (4):

    Klasifikasi

    Secara klinik dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan durasi trombositopenia, yaitu

    (1, 2):

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    6/42

    6

    - ITP akutITP akut jika tidak lebih dari enam bulan (2). ITP akut lebih sering terjadi pada

    anak, setelah infeksi virus akut atau vaksinasi, sebagian besar sembuh spontan,

    tetapi 5-10 % berkembang menjadi kronik (berlangsung lebih dari 6 bulan).

    Diagnosis sebagian besar melalui ekslusi. Jika trombosit lebih dari 20 x 109/l tidak

    diperlukan terapi khusus. Jika trombosit kurang dari 20 x 109/l dapat diberikan

    steroid atau immunoglobulin intravena.

    - ITP kronikITP kronik terutama dijumpai pada wanita umur 15-50 tahun. Perjalanan penyakit

    bersifat kronik, hilang timbul berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Jarang

    mengalami kesembuhan spontan.

    Distribusi

    Lebih sering dijumpai pada anak dan dewasa muda. Pada anak yang tersering ialah

    di antara umur 2-8 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki (perbandingan

    berkisar di antara 4:3 dan 2:1 serta akan menjadi lebih nyata setelah pubertas) (5).

    Patogenesis

    Purpura trombositopenik autoimun masa kanak-kanak (ITP masa kanak-kanak)

    merupakan kelainan yang lazim pada anak yang biasanya menyertai infeksi virus akut. ITP

    pada masa kanak-kanak disebabkan oleh antibodi (IgG atau IgM) yang melekat pada

    membran trombosit. Keadaan ini menyebabkan destruksi trombosit yang diselubungi

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    7/42

    7

    antibodi dalam limpa. Kadang-kadang, ITP dapat merupakan gejala yang muncul pada

    penyakit autoimun seperti SLE. Sekitar 80% anak mengalami penyembuhan ITP secara

    spontan dalam 6 bulan sesudah diagnosis. Anak kecil secara khas menunjukkan keadaan ini

    dalam 1-4 minggu sesudah penyakit virus, dengan petekie, purpura, dan epistaksis yang

    mulai mendadak. Trombositopenia biasanya berat. Adenopati atau hepatosplenomegali

    yang bermakna tidak biasa terjadi, dan jumlah eritrosit serta leukosit tetap normal.

    Diagnosis ITP biasanya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang. Namun, jika

    terdapat temuan-temuan atipik, pemeriksaan sumsum tulang diindikasikan untuk

    mengesampingkan kelainan infiltrat (misalnya, leukemia) atau proses aplastik (misalnya,

    anemia aplastik). Pada ITP, pemeriksaan sumsum tulang menunjukkan peningkatan

    megakariosit dengan elemen eritroid serta mieloid normal (6).

    Perdarahan serius, terutama perdarahan intracranial, terjadi pada kurang dari 1%

    pasien dengan ITP. Tetapi jarang diindikasikan untuk hitung trombosit diatas 30.000/mm

    3

    .

    Tetapi tidak memengaruhi keluaran ITP jangka panjang, tetapi dimaksudkan untuk

    meningkatkan jumlah trombosit secara cepat. Untuk perdarahan klinis atau trombositopenia

    berat (hitung trombosit

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    8/42

    8

    Pada ITP jumlah trombosit menurun disebabkan oleh trombosit diikat oleh antibodi,

    terutama IgG. Antibodi terutama ditujukan terhadap gpIIb-IIIa atau Ib. Trombosit yang

    diselimuti antibodi kemudian difagositir oleh makrofag dalam RES terutama lien, akibatnya

    akan terjadi trombositopenia. Keadaan ini menyebabkan kompensasi dalam bentuk

    peningkatan megakariosit dalam sumsum tulang (1).

    Anemia hemolitik mikroangiopati (microangiopathic hemolytic anemia [MAHA])

    biasanya dikaitkan dengan trombositopenia, anemia sekunder akibat destruksi eritrosit

    intravascular, dan pengosongan faktor pembekuan. Anak dengan MAHA biasanya cukup

    parah. Pada anak dengan DIC, endapan benang-benang fibrin dalam pembuluh darah dan

    aktivasi thrombin maupun plasmin menyebabkan kelainan hemostasis dalam cakupan-luas

    disertai aktivasi dan pembersihan trombosit. Sindrom hemolitik-uremik terjadi akibat

    pemajanan terhadap toksin yang merangsang terjadinya jejas endotel, pengendapan fibrin,

    dan aktivasi serta pembersihan trombosit. Pada purpura trombositopenik trombotik,

    konsumsi trombosit yang dipercepat atau diperberat oleh faktor plasma atau kekurangan

    faktor penghambat muncul sebagai proses primer, dengan endapan fibrin sedang dan

    destruksi eritrosit (6).

    Telah lama diduga bahwa ITP diperantarai oleh autoantibodi, sejak trombositopenia

    transien terjadi pada neonatus mempengaruhi wanita, kecurigaan ini dikonfirmasi8 dengan

    perkembanagn dasar trombositopenia transien pada resipien sehat setelah transfer plasma

    pasif, termasuk fraksi kaya-IgG, dari pasien dengan ITP. Trombosit dilingkupi dengan

    autoantibodi Ig-G sepanjang reseptor Fc yang diekspresikan oleh jaringan makrofag,

    umumnya paling banyak di hati dan lien. Sebagai kompensasi terjadi peningkatan jumlah

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    9/42

    9

    trombosit yang terjadi pad sebagian besar pasien. Produksi trombosit muncul sebagai hasil

    destruksi intrameduller trombosit yang dilingkupi antibodi oleh makrofag atau inhibisi

    megakariositpoesis. Jumlah trombopoetin tidak meningkat, gambaran dari megakariosit

    normal (8).

    Metode yang digunakan sebelumnya untuk menterapi ITP ditinjau dari berbagai

    aspek berbeda pada siklus produksi antibodi dan sensitisasi trombosit, pemebersihan, dan

    produksi. Skema patogenesis dan titik tangkap masing-masing terapi pada ITP dapat dilihat

    pada skema berikut (8).

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    10/42

    10

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    11/42

    11

    Gejala

    Dapat timbul mendadak, terutama pada anak, tetapi dapat pula hanya berupa

    kebiruan atau epistaksis selama jangka waktu yang berbeda-beda. Tidak jarang terjadi

    gejala timbul setelah suatu peradangan atau infeksi saluran nafas bagian atas akut (5).

    Kelainan yang paling sering ditemukan ialah petekie dan kemudian ekimosis yang

    dapat tersebar di seluruh tubuh. Keadaan ini kadang-kadang dapat dijumpai pada selaput

    lender terutama hidung dan mulut sehingga dapat terjadi epistaksis dan perdarahan gusi dan

    bahkan dapat timbul tanpa kelainan kulit (5).

    Pada ITP akut dan berat dapat timbul pula pada selaput lender yang berisi darah

    (bula hemoragik). Gejala lainnya ialah perdarahan traktus genitourinarius (menoragia,

    hematuria); traktus digestivus (hematemesis, melena), pada mata (konjungtiva, retina) dan

    yang terberat namun agak jarang terjadi ialah perdarahan pada SSP (perdarahan subdural

    dan lain-lain). Pada pemeriksaan fisis umumnya tidak banyak dijumpai kelainan kecuali

    adanya petekie dan ekimosis. Pada kira-kira seperlima kasus dapat dijumpai splenomegali

    ringan (terutama pada hipersplenisme). Mungkin pula ditemukan demam ringan bila

    terdapat perdarahan berat atau perdarahan traktus gastrointestinalis. Renjatan (shock) dapat

    terjadi bila kehilangan darah banyak (5).

    Pada ITP menahun, umumnya hanya ditemukan kebiruan atau perdarahan abnormal

    lain dengan remisi spontan dan eksaserbasi. Remisi yang terjadi umumnya tidaklah

    sempurna. Harus waspada terhadap kemungkinan ITP menahun sebagai gejala stadium

    praleukemia (5).

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    12/42

    12

    Pemeriksaan laboratorium

    Yang khas ialah trombositopenia. Jumlah trombosit dapat mencapai nol. Anemia

    biasanya normositik dan sesuai dengan jumlah darah yang hilang. Bila telah berlangsung

    lama maka dapat berjenis mikrositik hipokromik. Bila sebelumnya terdapat perdarahan

    yang cukup hebat, dapat terjadi anemia mikrositik. Leukosit biasanya normal, tetapi bila

    terdapat perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis ringan dengan pergeseran ke kiri. Pada

    keadaan yang lama dapat ditemukan limfositosis relatif atau bahkan leucopenia ringan (5).

    Sumsum tulang biasanya memberikan gambaran yang normal, tetapi jumlah dapat

    pula bertambah, banyak dijumpai megakariosit muda berinti metamegalialuariosit satu,

    sitoplasma lebar dan granulasi sedikit (megakariosit yang mengandung trombosit) jarang

    ditemukan, sehingga terdapat maturation arrestpada stadium megakariosit (5).

    Sistem lain biasanya normal, kecuali bila terdapat perdarahan hebat maka akan

    ditemukan hiperaktif sistem eritropoetik. Beberapa penyelidik beranggapan bahwa

    ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak (lebih dari normal) merupakan petunjuk

    bahwa prognosis penyakit baik (5).

    Selain kelainan hematologis di atas, mekanisme pembekuan memberikan kelainan

    berupa masa perdarahan memanjang. Rumpel-Leede umumnya positif, tetapi masa

    pembekuan normal, retraksi bekuan abnormal dan prothrombin consumption time

    memendek. Pemeriksaan lainnya normal (5).

    Pengobatan

    1. ITP akut (5)

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    13/42

    13

    a. Tanpa pengobatan, karena dapat sembuh secara spontan.b.

    Pada keadaan yang berat dapat diberikan kortikosteroid (prednisone) peroral

    dengan atau tanpa transfusi darah.

    Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan belum terlihat tanda kenaikan jumlah

    trombosit, dapat dianjurkan pemberian kortikosteroid karena biasanya

    perjalanan penyakit sudah menjurus kepada ITP menahun

    c. Pada trombositopenia yang disebabkan oleh DIC, dapat diberikan heparinintravena. Pada pemberian heparin ini sebaiknya selalu disiapkan antidotumnya

    yakni protamin sulfat.

    d. Bila keadaan sangat gawat (perdarahan otak) hendaknya diberikan transfusesuspense trombosit.

    2. ITP menahun (5)a.

    Kortikosteroid, diberikan selama 6 bulan.

    b. Obat imunosupresif (missal 6-merkaptopurin, azatioprin, siklofosfamid).Pemberian obat golongan ini didasarkan atas adanya peranan proses imunologis

    pada ITP menahun.

    c. Splenektomi dianjurkan bila tidak diperoleh hasil dengan penambahan obatimunosupresif selama 2-3 bulan. Kasus seperti ini dianggap telah resisten

    terhadap prednison dan obat imunosupresif, sebagai akibat produksi

    antiboditerhadap trombosit yang berlebihan oleh limpa. Splenektomi seharusnya

    dikerjakan dalam waktu 1 tahun sejak permulaan timbulnya penyakit, karena

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    14/42

    14

    akan memberikan angka remisi sebesar 60-80%. Splenektomi yang dilakukan

    terlambat hanya memberikan angka remisi sebesar 50% (2).

    Indikasi splenektomi (5):

    - Resisten setelah pemberoan kombinasi kortikosteroid dan obatimunosupresif selama 2-3 bulan.

    - Remisis spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroidsaja dengan gambaran klinis sedang sampai berat.

    - Penderita yang menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namunmemerlukan dosis yang tinggi untuk mempertahankan keadaan klinis yang

    baik tanpa adanya perdarahan.

    Indikasi kontra splenektomi (5)

    Sebaiknya splenektomi dilakukan setelah anak berumur lebih dari 2

    tahun, kerna sebelum umur 2 tahun fungsi limpa terhadap infeksi belum

    dapat diambil alih oleh alat tubuh yang lain (hati, kelenjar getah bening,

    timus). Hal ini hendaknya diperhatikan, terutama di negeri yang sedang

    berkembang karena mortalitas dan morbiditas akibat infeksi masih tinggi.

    Dosis obat yang dipakai

    Prednison: 2-5 mg/kgBB/hari peroral. Hati-hati terhadap akibat samping karena

    pemberian yang lama (tuberkulosis, penambahan kalium dan pengurangan natrium dalam

    diet, pemberian ACTH pada waktu tertentu) (5).

    - Merkaptopurin: 2,5-5 mg/kgBB/hari peroral

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    15/42

    15

    - Azatioprin (imuran): 2-4 mg/kgBB/hari peroral-

    Siklofosfamid (Endoxan): 2 mg/kgBB/hari peroral

    - Heparin: 1 mg/kgBB intravena, dilanjutkan dengan dosis 1 mg/kgBB perinfus setiap4 jam sampai tercapai masa pembekuan lebih dari 30 menit (1 mg ekuivalen dengan

    100 U).

    - Protamin sulfat: dosis sama banyaknya dengan jumlah mg heparin yang telahdiberikan. Pemberiannya secara intravena.

    - Transfusi darah: umumnya 10-15ml/kgBB/hari. Dapat diberikan lebih banyak padaperdarahan yang massif.

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    16/42

    16

    Di bawah ini disajikan tabel ringkasan rekomendasi berdasarkan American

    Society of Hematology 2011 (4):

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    17/42

    17

    Berikut ini respon pengobatan pada pasien ITP (4):

    Prognosis

    Pada ITP akut bergantung kepada penyakit primernya. Bila penyakit primernya

    ringan, 90% akan sembuh secara spontan. Prognosis ITP menahun kurang baik, terutama

    bila merupakan stadium praleukemia karena akan berakibat fatal. Pada ITP menahun yang

    bukan merupakan stadium praleukemia, bila dilakukan splenektomi pada waktunya akan

    didapatkan angka remisi sekitar 90% (5).

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    18/42

    18

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    I. IDENTITAS1. Identitas penderita

    Nama penderita : By. Ny. Ernawati

    Jenis kelamin : Perempuan

    Umur : 4,5 bulan

    2. Identitas orang tua/waliAYAH : Nama : Tn. Karnadi

    Pendidikan : SD

    Pekerjaan : Petani

    Alamat : Jalan Anjir Subarjo RT.21 Desa Jelapat 1

    IBU : Nama : Ny. Ernawati

    Pendidikan : SMP

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Alamat : Jalan Anjir Subarjo RT.21 Desa Jelapat 1

    II. ANAMNESISKiriman dari : Sendiri

    Dengan diagnosa :-

    Aloanamnesis dengan : Ibu dan bapak kandung pasien

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    19/42

    19

    Tanggal : 5 November 2011

    1.

    Keluhan Utama : Bintik merah

    2. Riwayat penyakit sekarang :Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, muncul bintik-bintik merah di tangan

    pasien. Anak kemudian dibawa ke puskesmas dan dikatakan tidak ada masalah

    dan kemudian anak dibawa pulang tanpa mendapatkan pengobatan. Bintik-bintik

    merah kemudian menyebar ke lengan, leher, muka, badan, dan kaki pasien dalam

    waktu beberapa jam. Anak kemudian dibawa orangtua ke RSUD ULIN karena

    bintik tersebar di seluruh tubuh. Anak tidak ada mengalami demam, mimisan,

    ataupun perdarahan di tempat lain. Anak juga tidak ada pilek dan batuk.

    3. Riwayat penyakit dahulu :Anak tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya. Anak ada riwayat batuk

    dan pilek sejak 1 bulan yang lalu kambuh-kambuhan tetapi tidak ada dibawa

    berobat. Dalam 1 bulan terakhir anak juga ada riwayat demam tidak terlalu tinggi

    hilang timbul.

    4. Riwayat kehamilan dan persalinan :Riwayat Antenatal :

    Ibu tidak rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan, ibu tidak pernah

    mendapatkan suntikan TT, vitamin dan tambahan zat besi dari bidan. Selama

    hamil ibu tidak pernah sakit.

    Riwayat Natal :

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    20/42

    20

    Spontan/tidak spontan : Spontan

    Nilai APGAR : Setelah dilahirkan bayi tidak langsung menangis

    sekitar + 5 menit, dan kulit kemerahan

    Berat badan lahir : 2800 gram

    Panjang badan lahir : Ibu lupa

    Lingkar kepala : Ibu tidak tahu

    Penolong : Perawat

    Tempat : Rumah

    Riwayat Neonatal :

    Anak lahir langsung menangis, anak menangis + 5 menit setelh dilahirkan, tidak

    ada kebiruan pada bibir, kuku dan badan anak. Tidak ada kuning pada badan anak.

    Anak tidak ada sakit pada 1 bulan pertama kehidupannya.

    5.

    Riwayat perkembangan :

    Tiarap : mulai bisa tetapi dibantu

    Merangkak : belum bisa

    Duduk : belum bisa

    Berdiri : belum bisa

    Berjalan : belum bisa

    Saat ini : Anak sedang belajar tiarap

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    21/42

    21

    6.

    Riwayat imunisasi

    Nama Dasar

    (umur dalam hari/bulan)

    Ulangan

    (Umur dalam bulan)

    BCG 2 bulan -

    Polio - - - - -

    Hepatitis B - - - -

    DPT - - - -

    Campak - -

    Kesimpulan : Anak pernah mendapat imunisasi, riwayat imunisasi anak belum

    lengkap sesuai umur.

    7. Makanan :Umur 0sekarang : anak mendapat ASI sesuai kemauan anak

    Mulai mendapat makanan tambahan bubur SUN sejak usia dua bulan tiga kali

    sehari dan tetap mendapat ASI sesuai keinginan anak.

    Kesimpulan : kualitas dan kuantitas makanan cukup

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    22/42

    22

    8.

    Riwayat Keluarga :

    Ikhtisar keturunan

    Ket : Laki-laki

    Perempuan

    Sakit

    Susunan keluarga :

    No Nama Umur L/P Keterangan

    1 Tn. K 27 tahun L Sehat

    2 Ny. E 24 tahun P Sehat

    3 By.Ny.E 4,5 bulan P Sakit

    9. Riwayat Sosial Lingkungan :

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    23/42

    23

    Anak tinggal bersama orang tua, kakek nenek, dan saudara ayah di sebuah

    rumah kayu berukuran 10 m

    2

    terletak di pinggir sungai dengan 3 kamar, dapur,

    wc, dan ruang tamu. Ventilasi udara dan cahaya cukup. Jarak rumah dengan

    tetangga + 1 meter. Keperluan mandi, mencuci, BAK, BAB, memasak dan minum

    menggunakan air PDAM. Saluran pembuangan WC langsung ke sungai.

    Pembuangan sampah di tempat sampah.

    Kesimpulan : kualitas lingkungan kurang baik

    III. PEMERIKSAAN FISIK1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Komposmentis

    GCS : 4

    5

    6

    2. PengukuranTanda vital : Nadi : 140 kali/menit

    Suhu : 37 C

    Respirasi : 45 kali/menit

    Berat badan : 5,5 kg

    Panjang badan : 62 cm

    3. Kulit : Warna : Sawo matang dengan petekie diseluruh tubuh.

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    24/42

    24

    Sianosis : tidak ada

    Hemangiom : tidak ada

    Turgor : cepat kembali

    Kelembaban : cukup

    Pucat : tidak ada

    Lain-lain : tidak ada

    4. Kepala : Bentuk : mesosefaliUUB : belum menutup, cekung.

    UUK : belum menutup

    Lain-lain : -

    Rambut : Warna : hitam

    Tebal/tipis : tipis

    Jarang/tidak (distribusi) : tidak merata

    Alopesia : tidak ada

    Lain-lain : tidak ada

    Mata : Palpebra : edem (-/-)

    Alis & bulu mata : tidak mudah dicabut

    Konjungtiva : anemis (-/-)

    Sklera : ikterik (-/-)

    Produksi air mata : cukup

    Pupil : Diameter : 1 mm/1 mm

    Simetris : isokor, normal

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    25/42

    25

    Reflek cahaya : (+/+)

    Kornea : jernih/jernih

    Telinga : Bentuk : simetris

    Sekret : tidak ada

    Serumen : minimal

    Nyeri : tidak ada

    Hidung : Bentuk : simetris

    Pernafasan cuping hidung : tidak ada

    Epistaksis : tidak ada

    Sekret : tidak ada

    Mulut : Bentuk : simetris

    Bibir : mukosa bibir basah

    Gusi : - tidak mudah berdarah

    - pembengkakan tidak ada

    Gigi-geligi : belum tumbuh

    Lidah : Bentuk : normal

    Pucat/tidak : tidak pucat

    Tremor/tidak : tidak tremor

    Kotor/tidak : tidak kotor

    Warna : kemerahan

    Faring : Hiperemi : tidak ada

    Edema : tidak ada

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    26/42

    26

    Membran/pseudomembran : (-)

    Tonsil : Warna : kemerahan

    Pembesaran : tidak ada

    Abses/tidak : tidak ada

    Membran/pseudomembran : (-)

    5. Leher : Vena Jugularis : Pulsasi : tidak terlihat

    Tekanan : tidak meningkat

    Pembesaran kelenjar leher : tidak ada Kaku kuduk : tidak ada Masa : tidak ada Tortikolis : tidak ada

    6. Toraks :a. Dinding dada/paru :

    Inspeksi : Bentuk : simetris

    Retraksi : tidak ada

    Dispnea : tidak ada

    Pernafasan : abdominal

    Palpasi : Fremitus fokal : simetris

    Perkusi : sonor/sonor

    Auskultasi : Suara Napas Dasar : Bronkovesikuler

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    27/42

    27

    Suara Napas Tambahan : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

    b.

    Jantung :

    Inspeksi : Iktus : tidak terlihat

    Palpasi : Apeks : tidak teraba

    Thrill : tidak ada

    Perkusi : Batas kanan : ICS II-IV LPS dextra

    Batas kiri : ICS II LPS sinistra- ICS V LMK sinistra

    Batas atas : ICS II LPS dextra- ICS II LPS sinistra

    Auskultasi :

    Frekuensi : 142 x/menit

    Suara dasar : S1 dan S2 tunggal

    Bising : tidak ada Derajat : (-)

    Lokasi : (-)

    Punctum max : (-)

    Penyebaran : (-)

    7. Abdomen :Inspeksi : Bentuk : supel

    Palpasi : Hati : tidak teraba

    Lien : tidak teraba

    Ginjal : tidak teraba

    Masa : tidak ada

    Perkusi : Timpani/pekak : timpani

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    28/42

    28

    Asites : tidak ada

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    8. Ekstremitas :- Umum : akral hangat, edem tidak ada, parese tidak ada,- Neurologis

    Tanda

    Lengan Tungkai

    Kanan Kiri Kanan Kiri

    Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas

    Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni

    Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

    Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

    Refleks

    Fisiologis

    BPR (+)

    TPR (+)

    BPR (+)

    TPR (+)

    KPR (+)

    APR (+)

    KPR (+)

    APR (+)

    Refleks

    patologis

    Hoffman (-)

    Tromner (-)

    Hoffman (-)

    Tromner (-)

    Babinsky (+)

    Chaddok (+)

    Babinsky (+)

    Chaddok (+)

    Sensibilitas Normal Normal Normal Normal

    Tanda

    meningeal

    (-) (-) Tidak ada Tidak ada

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    29/42

    29

    9. Susunan saraf : N. I (olfaktorius) : Sulit dievaluasi N. II (opticus) : sulit dievaluasi N. III (occulomotorius) : Normal N. IV (trochlearis) : Normal N. V (trigeminus) : Normal N. VI (abduscen) : Normal N. VII. (fasialis) : Normal N. VIII (vestibulopharingeus): sulit dievalusi N. IX (glossopharingeus) : sulit dievaluasi N. X (vagus) : sulit dievaluasi N. XI (accessorius) : sulit dievluasi N. XII (hipoglossus) : sulit dievaluasi

    10.Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan11.Anus : Ada, tidak ada kelaianan

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGPEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Hasil 05/11/10 06/11/10 11/11/2011 Rujukan Satuan

    HEMATOLOGI

    Hemoglobin 8,6 8,8 11,3 11,0-14,0 g/dl

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    30/42

    30

    Leukosit 6,9 8,6 12,5 4,0-10,5 rb /ul

    Eritrosit 3,51 3,71 4,32 4,5-6,00 Juta/ul

    Hematokrit27,0 28,7

    35,5 40-50 Vol%

    Trombosit 16 19 208 150-450 Ribu/ul

    RDW-CV 12,4 12,7 13,7 11,5-14,7 %

    MCV,MCH,MCHC

    MCV 77,2 77,4 82,4 80-97 Fl

    MCH 24,5 23,7 26,1 27-32 Pg

    MCHC 31,8 30,6 31,8 32-38 %

    HITUNG JENIS

    - Basofil 0-1 %

    - Eosinofil 1-3 %

    - Netrofil 31,8 34,6 50-70 %

    - Limfosit 59,7 58,4 25-40 %

    - Monosit 3-9 %MID % 8,5 7,0 4,0-11,0 %

    Hasil Pemeriksaan Apusan Darah Tepi

    Eritrosit : normokromik normositik

    Leukosit : kesan jumlah normal, limfositosis, limfosit plasma biru (+), sel muda (-)

    Trombosit : kesan jumlah menurun, morfologi dalam batas normal.

    Kesan : Anemia Normokromik normositik + trombositopeni

    V. FOLLOW UPHari

    Perawatan

    Perawatan

    (tanggal)

    I (6)

    II (7) III (8) IV (9) V (10) VI (11) VII (12)

    Pemeriksaan

    Subyektif

    Demam + - - - - - -

    Mual + - - - - - -

    Muntah - - - - - - -

    Batuk - - - + + + +

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    31/42

    31

    Makan/Minum -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+ -/+

    BAB + - + + + + +

    BAK + + + + + + +Objekif

    Tanda vital

    HR (x/menit) 130 128 126 128 126 125

    RR (x/menit) 40 43 42 41 44 42

    T (oC) 37 36,6 36,1 36,7 36,8 36,7

    Pemeriksaan

    Fisik

    Kulit

    Bintik Merah + + < < < 20 % dibandingkan standar sesuai dengan

    umur dan jenis kelamin, penurunanhematokrit > 20 % setelah mendapat terapi

    cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya, tanda kebocoran

    plasma seperti : efusi pleura, ascites, hipoproteinemia, atau hiponatremia.

    Pada kasus, kriteria WHO hanya terpenuhi dua yaitu manifestasi perdarahan

    berupa petekie dan trombositopenia.

    Untuk diagnosis varicella disingkirkan dengan tidak adanya gejala prodromal 1 hari

    sebelum ruam muncul dan sebaran lesi yang tidak menyebar secara sentrifugal dari muka,

    kulit kepala, menyebar ke badan dan ekstremitas. Pada pasien ini ruam tersebar dimulai

    dari tangan .

    Untuk diagnosis morbili disingkirkan karena tidak ada manifestasi prodromal

    selama tiga hari pertama berupa batuk, pilek, dan konjungtivitis. Pada morbili, ruam

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    40/42

    40

    dimulai dari kepala, (sering di atas garis rambut), dan menyebar ke seluruh bagian tubuh

    dalam 24 jam secara menurun, pada pasien ini muncul petekie pertama kali di tangan (10).

    Pemeriksaan punksi sumsum tulang merupakan pemeriksaan yang penting untuk

    membedakan dengan penyebab trombositopenia lain, seperti Anemia Aplastik, Leukemia

    Limfatik Akut, dan Purpura Trombositopenik Trombotik (11). Oleh karena itu, pada pasien

    ini direncanakan untuk dilakukan BMP.

    Pada kasus ini, diberikan terapi berupa IVFD D5 NS , transfusi TC 1 kolf , dan

    PRC 30 cc.

    IVFD D5 NS diberikan sebagai kebutuhan rumatan cairan bayi sesuai rumus

    Derro. Kebutuhan cairan = 5,5 X 105/ 96 = 6,02 tetes/menit.

    Transfusi TC 1 diberikan sesuai perhitungan :

    Transfusi = 1/13 x BB x 3 = 1/13 x 5,5 x 3 = 1,2 = 1-2 kolf. Pada pasien telah

    diberikan 1 kolf.

    Transfusi PRC diberikan sesuai dengan perhitungan :

    Jumlah PRC = Hb x BB X 4 = (10-8,8) x 5,5 x 4 = 26,4 cc. Pada pasien

    diberikan 30 cc.

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    41/42

    41

    PENUTUP

    Telah dilaporkan sebuah laporan kasus Purpura Trombositopenia pada seorang bayi

    prempuan berusia 4,5 bulan yang dirawat di Ruang Anak RSUD Ulin Banjarmasin sejak

    tanggal 5 November 2011- 12 November 2011. Penatalaksanaan yang diberikan selama di

    ruang anak adalah IVFD D5 NS, transfusi TC 1 kolf, dan PRC 30 cc.

  • 5/28/2018 Laporan-Kasus ITP

    42/42

    42

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Bakta IM. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC, 2006.

    2. Tepie MAF, Roux GL, Beach KJ, Bennett D, Robinson NJ. Comorbidities ofIdiopathic Thrombocytopenic Purpura: A Population-Based Study 2008;2009:1-12.

    3. Neunert C, Lim W, Crowther M, Cohen A, Solberg L, Crowther MA. TheAmerican Society of Hematology 2011 evidence-based practice guideline for

    immune thrombocytopenia. Blood 2011 117: 4190-4207

    4. BJH. Guidelines for the investigation and management of idiopathicthrombocytopenic purpura in adults, children and in pregnancy. British Journal of

    Haematology, 120: 574

    596.

    5. Tim Penyusun FK UI. Ilmu Kesehatan Anak Buku Kuliah 1. Jakarta : Bagian IlmuKesehatan Anak, 2007.

    6. Behrman RE, Kliegman RM.Esensi Pediatri Edisi 4.Jakarta:EGC, 2010.7. Tim Penulis. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius, 2000.8. Cines DB, Blanchette VS. Immune thrombocytopenia purpura. N Engl J Med 2002;

    346(13):995-1008

    9. Siregar CD. Penggunaan Imunoglobulin Dosis Tinggi pada PurpuraTrombositopenik Idiopatik Khronik Anak. Cermin Dunia Kedokt. 1993; 86: 279.

    10.Kementrian Kesehatan RI. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta :Depkes, 2010.

    11.Meadow R, Newell S. Lecture Notes Pediatrica. Jakarta: Erlangga, 2005.