Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

27
ACARA 3 LIPIDA A. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum acara 3 Lipida adalah : 1. Mengetahui kelarutan lemak dan terjadinya emulsi pada lemak terhadap pelarut yang digunakan. 2. Mengetahui ketidakjenuhan minyak dan asam-asam lemak dengan menggunakan pereaksi Hubl Iodine 3. Mengetahui adanya kolesterol dalam bahan yang diuji menggunakan reaksi Liebermann-Burchard. B. Tinjauan Pustaka Minyak atau lemak dapat membentuk emulsi dengan air. Kapasitas mengabsorpsi air oleh minyak atau lemak merupakan sifat yagn penting dalam sebuah emulsi. Lemak/ minyak bersifat nonpolar sehingga hanya dapat larut dalam pelarut organic nonpolar. Sifat kelarutan minyak/ lemak dalam pelarut organic nonpolar digunakan untuk melakukan ekstraksi minyak/lemak. lemak/minyak tidak larut dalam air karena bersifat polar (Kusnandar, 2011) Istilah lipida menunjuk ke zar-zat yang dapat diekstraksi dari materi hidup dengan menggunakan pelarut hidrokarbon seperti ligroin, benzene, etil eter, atau kloroform. Kesimpulan bahwa lipida larut

Transcript of Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

Page 1: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

ACARA 3

LIPIDA

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum acara 3 Lipida adalah :

1. Mengetahui kelarutan lemak dan terjadinya emulsi pada lemak terhadap

pelarut yang digunakan.

2. Mengetahui ketidakjenuhan minyak dan asam-asam lemak dengan

menggunakan pereaksi Hubl Iodine

3. Mengetahui adanya kolesterol dalam bahan yang diuji menggunakan

reaksi Liebermann-Burchard.

B. Tinjauan Pustaka

Minyak atau lemak dapat membentuk emulsi dengan air. Kapasitas

mengabsorpsi air oleh minyak atau lemak merupakan sifat yagn penting dalam

sebuah emulsi. Lemak/ minyak bersifat nonpolar sehingga hanya dapat larut

dalam pelarut organic nonpolar. Sifat kelarutan minyak/ lemak dalam pelarut

organic nonpolar digunakan untuk melakukan ekstraksi minyak/lemak.

lemak/minyak tidak larut dalam air karena bersifat polar (Kusnandar, 2011)

Istilah lipida menunjuk ke zar-zat yang dapat diekstraksi dari materi

hidup dengan menggunakan pelarut hidrokarbon seperti ligroin, benzene, etil

eter, atau kloroform. Kesimpulan bahwa lipida larut terhadap lemak

barangkali merupakan satu-satunya penyamarataan tentang lipida yang dapat

ditarik, karena mereka menunjukkan keanekaragaman baik fungsional maupun

structural dalam batas-batas yang besar. Asam lemak merupakan molekul

amfipatik karena mengandung gugus karboksilat ionic yang hidrofilik (suka

air) pada satu ujung dan rantai hidrokarbon hidrofobik (benci air). Dalam

suasana air molekul-molekul stearat secara spontan mengatur sendiri

sedemikian agar persentuhan antara gugus-gugus hidrofobik dan air sedikit

mungkin (Page, 1985).

Page 2: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

Trigliserida merupakan senyawa lipid utama yang terkandung dalam

bahan makanan. Lipid tumbuhan mengandung lebih banyak asam lemak tak

jenuh dan sedikit senyawa sterol. Pada umumnya jumlah kolesterol di dalam

sel diatur oleh 2 faktor: (1) factor luar sel, seperti jumlah kolesterol bebas

atau yang terikat dalam lipoprotein di luar sel, persediaan asam lemak bebas,

dan adanya hormone tertentu; (2) factor dalam sel, seperti kegiatan enzim

ysng berperan dalam sintesis kolesterol dan yang berperan dalam katabolisme

kolesterol, jumlah persediaan terpenoida lanosterol dan skualin sebagai prazat

untuk sintesis kolesterol, jumlah metabolism kolesterol, adanya kegiatan

pengangkutan kolesterol (Wirahadikusumah, 1984).

Mikroemulsi merupakan system dispersi yang dikembangkan dari

sediaan emulsi. Mikroemulsi adalah sistem dispersi minyak dengan air yang

distabilkan oleh lapisan antar-muka dari molekul surfaktan. Mikroemulsi

terdiri dari air, minyak, surfaktan, dan kosurfaktan. Surfaktan yang digunakan

dapat tunggal atau campuran dengan surfaktan yang lain. Kosurfaktan yang

di-gunakan merupakan alkohol-alkohol rantai sedang yang mempunyai tiga

sampai delapan atom karbon (Jufri, 2009).

Emulsifikasi lipid yang ada dalam kime berair terjadi dalam duodenum

di mana lipid berantaraksi dengan empedu. Emulsifikasi berguna untuk

memasukkan lipid makanan yang sukar larut ke dalam misel campuran. Misel

adalah suatu agrerat yang dibentuk dalam larutan berair oleh substransi yang

terdiri dari gugus-gugus polar dan nonpolar (Montgomery, 1993)

Analisis konsentrasi kolesterol kuning telur dan pakan. Analisis

konsentrasi kolesterol kuning telur dengan me-tode Lieberman-Burchard

dilakukan sebelum pembuatan pakan hiperkolesterolemia. Metode ini

merupakan analisis konsentrasi kolesterol secara kimiawi (Cook, 1958).

Prinsip metode Lieberman-Burchard adalah ekstrak kloroform yang berisi

kolesterol akan bereaksi dengan asam asetat anhidrida dan asam sulfat pekat

membentuk reaksi berwarna. Serapannya diukur pada panjang gelombang 420

nm.Besarnya serapan berbanding lurus dengan konsentrasi kolesterol. Kuning

telur yang telah dikukus dan dikeringkan dengan oven pada suhu 60oC

Page 3: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

dilarutkan sebanyak 0,02 g dalam alkohol-eter (3:1). Tabung yang digunakan

ditutup rapat, dikocok selama 1 menit, lalu didiamkan selama 30 menit.

Disentrifugasi selama 3 menit pada kecepatan 5000 rpm. Kemudian

supernatan dituang ke dalam gelas piala, dan diuapkan pada penangas

mendidih hingga kering. Residu yang terbentuk dilarutkan dengan kloroform

hingga volume 5 ml. Disiapkan 5 ml standar kolesterol dan 5 ml blanko

kloroform. Semua tabung ditambahkan 2 ml asetat anhidrida dan 0,1 ml asam

sulfat pekat, lalu dikocok kuat. Tabung disimpan dalam ruang gelap selama 15

menit dan larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm.

Dengan cara yang sama dilakukan analisis konsentrasi pakan

hiperkolesterolemia dan pakan standar (Hardiningsih, 2006).

Selama 12 tahun terakhir, penelitian dan kasus manusia laporan hewan

menawarkan semakin banyak bukti yang mendukung penggunaan emulsi lipid

untuk pasien yang mengalami toksisitas anestesi lokal. 1-7 penelitian lipid

berasal dengan karya weinberg dan rekan 1 menetapkan bahwa daerah

kardiotoksisitas anestesi-induced dirawat secara efektif dengan 10%, 20%, dan

30% emulsi lipid. Penelitian pada hewan menggunakan tikus dan anjing

menetapkan bahwa pretreatment atau resusitasi dengan emulsi lipid untuk

bupivakain over dosis ditawarkan pemulihan sukses (Varela, 2010).

Standardisasi sangat penting bagi lipoprotein dan lemak dan protein

karena konstituen poin keputusan pengobatan telah ditetapkan oleh konsensus

para ahli melalui Program Pendidikan Kolesterol Nasional (NCEP). kolesterol

adalah molekul yang ada baik dalam bentuk bebas atau Esteri-fied ke berbagai

asam lemak. Dalam kolesterol total (TC) analisis, berbagai bentuk esterifikasi

yang dihidrolisis, akibatnya, TC diukur sebagai molekul bebas kolesterol

dapat didefinisikan jelas (Warnick, 2008).

Asam lemak jenuh yang 'diisi' (jenuh) dengan hidrogen. Asam lemak

jenuh Kebanyakan adalah rantai hidrokarbon lurus dengan bahkan jumlah

atom karbon. Asam lemak yang paling umum mengandung 12-22 atom

karbon. Asam lemak tak jenuh tunggal memiliki satu karbon-karbon ikatan

ganda, yang dapat terjadi pada posisi yang berbeda. Yang paling

Page 4: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

commonmonoenes memiliki panjang rantai 16-22 dan ikatan ganda dengan

thecisconfiguration. Ini berarti bahwa atom hidrogen di kedua sisi ikatan

rangkap yang berorientasi pada arah yang sama (Ruatan, 2005).

Virgin coconut oil (VCO) didefinisikan sebagai minyak yang dihasilkan

dari kernel segar dan matang kelapa (Cocos nucifera L.) melalui cara mekanis

dan alami, baik dengan penggunaan panas atau tidak asalkan tidak

menyebabkan perubahan atau transformasi minyak (APCC, 2003). VCO

memiliki banyak keuntungan, yang meliputi manfaat kesehatan dari vitamin

dan antioksidan ditahan, aktivitas antimikroba dan antivirus dari komponen

asam laurat dan melalui kecernaan mudah dari asam lemak rantai menengah

(MCFA) (Mansor, 2012).

Lemak dan minyak sangat penting dalam diet manusia karena isi tinggi

asam lemak esensial, yang diperlukan untuk pengembangan yang tepat dari

jaringan manusia. Virgin coconut oil (VCO), seorang pendatang baru relatif

dalam industri lemak dan minyak, yang berkembang pesat di bidang ilmiah.

VCO mengandung sejumlah besar asam lemak rantai sedang seperti asam

kaprat, kaproat dan kaprilat yang juga diteliti memiliki efek antimikroba dan

antivirus (Rohman, 2011).

Biji wijen dan minyak telah lama dikategorikan sebagai makanan

kesehatan tradisional di India dan negara-negara Asia Timur lainnya. Minyak

wijen telah ditemukan mengandung sejumlah con-siderable dari samelignans:

sesamin, episesamin, dan sesamolin. Minyak wijen juga mengandung vitamin

E (minyak 40mg / 100g), 43 persen asam lemak tak jenuh ganda, dan 40

persen asam lemak jenuh Moboun (Sankar, 2008).

C. Metodologi

1. Alat

Tabung reaksi

Rak tabung reaksi

Pipet tetes

Page 5: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

Pipet ukur

balep

2. Bahan

Kloroform

Eter

Aquades

Na2CO3 1%

Pereaksi hubl iodine

Asam asetat anhidrida

Asam sulfat pekat

Minyak kelapa dan minyak wijen

Asam stearat

Asam palmitat

Asam oleat

Lemak sapi

Minyak jelantah

Page 6: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

3. Cara Kerja

Percobaan 1 : Kelarutan Lemak Dan Terjadinya Emulsi

2 ml kloroform2 ml eter

2 ml aquades2 ml larutan Na2CO3 1 %

Masing-masing dimasukan ke dalam tabung reaksi

2 tetes minyak kelapa

Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung

dihomogenkan

Didiamkan selama 5 menit

Diamati perubahan yang terjadi

Page 7: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

Percobaan 2 : Uji Ketidakjenuhan

10 ml kloroform10 tetes pereaksi Hubl

Iodine

Dicampurkan

Dimasukkan ke dalam 5 tabung

VCOMinyak wijen

Minyak kelapa sawitAsam stearatAsam oleat

Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung setetes

demi tetes hingga terjadi perubahan warna

Dihomogenkan dan didiamkan selama 5 menit

Diamati perubahan warna yang terjadi

Page 8: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

Percobaan 3 : Reaksi Liebermann-Burchard (test untuk kolesterol)

2 ml lemak sapi2 ml minyak jelantah

2 ml minyak sawit2 ml lemak wijen

Masing-masing dimasukkan kedalam tabung reaksi

2 ml kloroform10 tetes asam asetat

anhibrida3 tetes asam sulfat pekat

Dimasukkan ke dalam semua tabung reaksi

Diamati perubahan warna yang terjadi

Page 9: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

D. Hasil dan Pembahasan

Tabel 3.1 Pengamatan Kelarutan Lemak Dan Pembentukan Emulsi

Kel. SampelKelarutan

Pembentukan emulsiLarut

Tidak Larut

9, 10, 172 ml kloroform + 2 tetes minyak murni

√ Tidak

11, 12, 182 ml eter + 2 tetes minyak murni

√ Tidak

13, 142 ml aquades + 2 tetes minyak murni

√ Tidak

15, 162 ml Na2CO3 + 2 tetes minyak murni

√ Iya

Sumber : Laporan Sementara

Kelarutan adalah kemampuan dari suatu zat kimia tertentu untuk larut

dalam suatu pelarut. Pada percobaan ini, yang ingin diketahui adalah kelarutan

lemak terhadap beberapa larutan dan pembentukan emulsi yang terjadi.. Bahan

yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak murni. Sedangkan pelarut

yang digunakan untuk menguji kelarutan lemak adalah kloroform, eter,

aquades, dan Na2CO3.

Mula-mula, 4 jenis pelarut tersebut dimasukkan masing-masing ke

dalam 4 tabung reaksi sebanyak 2 ml. setelah itu ditambahankan minyak

murni sebanyak 2 tetes kedalam masing-masing tabung dan dihomogenkan/

dikocok lalu didiamkan selama 5 menit. Dari percobaan yang telah dilakukan

maka diketahui bahwa minyak yang mendapat perlakuan ditambah dengan

larutan kloroform, eter dan Na2CO3 dapat larut. Sedangkan minyak yang

mendapat perlakuan dengan aquades tidak dapat larut. Hal ini sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh Page (1985) bahwa lipid larut terhadap pelarut

hidrokarbon seperti eter dan kloroform. Selain itu, lipid yang larut pada Na2-

CO3 terjadi karena minyak direaksikan dengan basa maka akan ternyadi reaksi

penyabunan menurut Mirzayanti (2011).

Page 10: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

Larutnya minyak atau lipid ditandai dengan tercampurnya minyak

dengan pelarut setelah dihomogenkan di dalam tabung reaksi. Sedangkan

minyak yang tidak larut setelah dihomogenkan lapisannya tetap memisah.

Mekanisme larutnya lipid atau lemak adalah lipid merupakan molekul

amfipatik karena mengandung gugus karboksilat ionic yang hidrofilik (suka

air) pada satu ujung dan rantai hidrokarbon hidrofobik (benci air) sehingga

hanya dapat diekstraksi dengan pelarut hidrokarbon seperti ligroin, benzene,

etil eter, atau kloroform. Dalam suasana air molekul-molekul stearat secara

spontan mengatur sendiri sedemikian agar persentuhan antara gugus-gugus

hidrofobik dan air sedikit mungkin. Oleh sebab itu larutan minyak dengan

aquades terjadi pemisahan dan tidak dapat larut.

Minyak atau lipid juga larut terhadap Na2CO3.. Hal ini dikarenakan

minyak yang direaksikan dengan basa maka akan terjadi reaksi penyabunan

yang menghasilkan garam karboksilat dan menimbulkan terjadinya emulsi.

Reaksi penyabunan atau saponifikasi adalah proses hidrolisis yang

menggunakan basa. Emulsi yang terbentuk dari reaksi ini disebabkan karena

Na2CO3 merupakan zat emulgator sehingga pada penambahan lipid kedalam

larutan minyak dan Na2CO3 terjadi emulsi karena larutan Na2CO3 membantu

menurunkan tegangan permukaan air. Menurut Jufri (2009) emulsi minyak

adalah sistem disperse minyak dengan air yang distabilkan oleh lapisan antar

muka dari molekul surfaktan.

Minyak yang mendapat perlakuan penambahan pelarut aquades, eter,

dan klorofoam setelah dihomogenkan dan didiamkan salama 5 menit tidak

terjadi emulsi. Hal ini disebabkan karena Sedangkan pada larutan eter dan

kloroform, minyak tidak dapat terjadi emulsi karena tidak terjadi disperse

antara minyak dan pelarut eter, kloroform maupun aquades (Kusnandar,

2011). Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa

percobaan telah sesuai dengan teori-teori yang diungkapkan bahwa

minyak/lipid larut dalam eter, klorofoam dan Na2CO3 sedangkan pada aquades

tidak dapat larut. Selain itu minyak yang mendapat perlakuan penambahan

Page 11: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

eter, kloroform dan aquades tidak terbentuk emulsi, hanya Na2CO3 yang

terbentuk emulsi.

Table 3.2 Pengamatan Uji Ketidakjenuhan

Kel SampelJml tetes minyak

11, 16 10 ml kloroform + 10 tetes Hubl iodine + 1 tetes VCO

25

12, 17 10 ml kloroform + 10 tetes Hubl iodine + 1 tetes minyak wijen

1

13, 18 10 ml kloroform + 10 tetes Hubl iodine + 1 tetes minyak kelapa sawit

1

9, 14 10 ml kloroform + 10 tetes Hubl iodine + 1 tetes stearat

90

10, 15 10 ml kloroform + 10 tetes Hubl iodine + 1 tetes oleat

1

Sumber : Laporan Sementara

Dalam Percobaan ketidakjenuhan, telah digunakan pelarut yaitu

kloroform, adapun fungsi dari penambahan kloroform adalah agar minyak

dapat larut dengan sempurna, hal ini dikarenakan kloroform bersifat non polar

(Anggraini, 2012) demikian juga dengan minyak sehingga keduanya dapat

mudah larut dengan sempurna. Trigliserida yang mengandung asam lemak

yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji

ketidakjenuhan, pereaksi iod Hubl akan mengoksidasi asam lemak yang

mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal.

Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam

lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod Hubl. Reaksi-reaksi tersebut

terjadi karena dalam pereaksi Hubl mengandung Iod yang nanti akan berikatan

dengan ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh. Iod mampu bereaksi

dengan ikatan rangkap dalam asam lemak, yang mana tiap molekul iod

mengadakan reaksi addisi pada suatu ikatan rangkap (Poedjiadi, 2009).

Jadi, dari percobaan ini dapat diketahui bahwa semakin banyak tetesan

menunjukkan minyak tersebut semakin jenuh.

Page 12: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

Pada uji ketidakjenuhan, selain digunakan pelarut kloroform, pada

percobaan ini juga digunakan pereaksi hubl iodin. Adapun mekanisme kerja

dari pereaksi hubl iodin pada percobaan ini adalah pereaksi iod huble akan

mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya

menjadi berikatan tunggal (reaksi adisi). Reaksi adisi dapat terjadi karena

pereaksi Hubl mengandung Iod yang nanti akan berikatan dengan ikatan

rangkap pada asam lemak tidak jenuh. Iod mampu bereaksi dengan ikatan

rangkap dalam asam lemak, yang mana tiap molekul iod mengadakan reaksi

addisi pada suatu ikatan rangkap (Poedjiadi, 2009). Warna merah muda yang

hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah

mereduksi pereaksi huble iodin. Banyaknya jumlah iod yang diserap

menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh, sehingga

asam lemak jenuh akan membutuhkan tetesan hubl iodin yang lebih banyak

daripada jumlah iod yang diteteskan pada asam lemak tidak jenuh.

Pada percobaan ini, telah digunakan beberapa sampel yaitu: VCO

(Virgin Coconut Oil), minyak wijen, minyak kelapa sawit, asam stearat, dan

asam oleat. Dari tabel 3.2 kita dapat melihat hasil uji ketidakjenuhan dari

masing-masing sampel. Pada tabung 1 percobaan dari kelompok 11 dan 16

dengan menggunakan VCO dibutuhkan 25 tetes VCO untuk menghilangkan

warna merah muda dari hubl iodin. Hal ini menunjukkan bahwa VCO

merupakan asam lemak jenuh. Pada tabung 2 dari kelompok 12 dan 17 dengan

manggunakan sampel minyak wijen dibutuhkan hanya 1 tetes minyak wijen

untuk menghilangkan warna merah muda. Hal ini menunjukkan bahwa

minyak wijen termasuk asam lemak tak jenuh. Pada tabung 3 percobaan dari

kelompok 13 dan 18 dengan menggunakan sampel minyak kelapa sawit

dibutuhkan hanya 1 tetes minyak kelapa sawit. Hal ini menunjukkan bahwa

minyak kelapa sawit termasuk asam lemak tak jenuh. Sedangkan pada tabung

4 percobaan dari kelompok 9 dan 14 menggunakan sampel asam stearat

dibutuhkan 90 tetes asam stearat untuk menghilangkan warna merah muda.

Hal ini menunjukkan bahwa asam stearat termasuk asam lemak jenuh. Pada

tabung 5 percobaan dari kelompok 10 dan15 menggunakan sampel asam oleat

Page 13: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

dibutuhkan 1 tetes asam oleat untuk menghilangkan warna merah muda dari

hubl iodin dan kloroform. Hal ini menunjukkan bahwa asam oleat termasuk

asam lemak tak jenuh.

Dari percobaan, dapat diketahui hubungan antara jumlah tetes minyak

dengan tingkat kejenuhan sampel. Menurut teori, semakin banyak tetes

minyak, maka semakin jenuh sampel. Dari data percobaan dapat kita urutkan

sampel dari yang tidak jenuh hingga yang paling jenuh. Adapun urutannya

adalah minyak wijen, kelapa sawit, oleat, VCO, dan yang paling jenuh adalah

stearat.

Table 3.3 Pengamatan Uji Kolesterol Liebermann-Burchard

Kel Sampel Perubahan warna10, 14, 18

Lemak sapi Bening -> keruh

9, 13, 17 Minyak jelantah Bening -> keruh12, 16 Minyak kelapa sawit Kuning bening -> kuning keruh

11, 15Lemak wijen Bening -> kuning jernih -> coklat

bening dengan endapan merahSumber : Laporan Sementara

Kolesterol adalah molekul yang ada baik dalam bentuk bebas atau

diesterifikasi ke berbagai asam lemak (Warnick, 2008). Menurut Muharrami

(2011), kolesterol merupakan salah satu sterol yang penting dan banyak

terdapat di alam. Kolesterol terdapat hampir pada semua hewan dan manusia.

Pada manusia, kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenal

bagian luar dan jaringan syaraf. Pelarut lemak yang dapat melarutkan

kolesterol antaralain, eter, kloroform, benzena dan alkohol panas. Kolesterol

dalam jumlah sedikit pada tubuh diperlukan untuk proses-proses tertentu bagi

kelangsungan hidup. Akan tetapi, kalau jumlahnya berlebihan maka kolesterol

akan membuat darah menjadi lebih kental. Lebih berlemak sehingga

mengancam bagi kelancaran peredaran darah apalagi jika sudah menempel di

dinding pembuluh darah atau mengendap membuat sumbatan pada pembuluh

darah kecil.

Page 14: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

Pada percobaan Liebermann-Burchard digunakan beberapa larutan

antaralain, asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, dan kloroform. Adapun

fungsi dari penambahan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat adalah

agar kita dapat mengetahui secara kualitatif tentang adanya kolesterol pada

makanan yang diuji. Hal ini dikarenakan kedua zat tersebut akan membentuk

warna hijau biru untuk sebagian besar triterpen dan sterol (Permatasari, 2011).

Sedangkan fungsi dari kloroform adalah untuk melarutkan kolesterol

(Hardiningsih, 2006) sehingga pada akhirnya dapat bereaksi dengan asam

asetat anhidrat dan asam sulfat pekat membentuk reaksi warna.

Metode Liebermann-Burchard merupakan metode analisis kolesterol

secara kimiawi. Adapun prinsip dari metode Liebermann-Burchard adalah

ekstak kloroform yang berisi kolesterol akan bereaksi dengan asam asetat

anhidrida dan asam sulfat pekat membentuk reaksi warna (Hardiningsih,

2006). Reaksi warna yang terjadi adalah untuk warna merah atau ungu

menunjukkan adanya triterpenoid dan warna hijau menunjukkan adanya

steroid (Inayati, 2007).

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai

berikut, pada sampel lemak sapi yang telah ditetesi asam asetat anhidrida

terjadi perubahan warna dari kuning bening menjadi keruh. Kemudian pada

sampel minyak jelantah terjadi perubahan warna dari kekuningan menjadi

keruh. Selanjutnya, pada sampel minyak kelapa sawit terjadi perubahan dari

kuning bening menjadi kuning keruh. Dan pada sampel yang terakhir yaitu

minyak wijen, terjadi perubahan dari kuning jernih menjadi coklat bening dan

terdapat endapan merah. Menurut Harjanto (2006), kolesterol hanya terdapat

dalam makanan yang berasal dari hewan. Dari keempat sampel yang

merupakan makanan bersumber dari hewan adalah lemak sapi dan pada

sampel tersebut ternyata tidak sesuai teori yaitu mengalami perubahan warna

menjadi hijau setelah ditetesi asam asetat anhidrida dan asam sulfat pekat.

Penyimpangan yang terjadi mungkin dikarenakan jumlah sampel kurang

mencukupi, dan proporsi larutan yang kurang tepat untuk terjadinya reaksi

perubahan warna. Menurut Budimarwati (2000), proporsi yang diperlukan

Page 15: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

untuk percobaan Liebermann-Burchard adalah 5 – 15 mg kolesterol, 2 ml

asam asam sulfat, dan 1 ml asam sulfat pekat. Sedangkan pada percobaan

yang dilakukan, proporsinya adalah 1 tetes pipet tetes kolesterol, 10 tetes asam

asetat anhidrida, dan 3 tetes asam sulfat pekat. Sedangkan pada minyak wijen

yang berwarna merah, mungkin disebabkan kurang bersihnya tabung reaksi

yang digunakan, sehingga dimungkinkan terdapat sedikit senyawa kolesterol

pada tabung reaksi tersebut.

Page 16: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

E. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu untuk larut dalam

suatu pelarut, Lemak/ minyak bersifat nonpolar sehingga hanya dapat larut

dalam pelarut organic nonpolar yaitu eter dan kloroform.

2. Emulsi minyak adalah sistem disperse minyak dengan air yang distabilkan

oleh lapisan antar muka dari molekul surfaktan

3. Mekanisme terbentuknya emulsi minyak adalah minyak yang ditambahkan

dengan air setelah dihomogenkan maka akan terjadinya disperse minyak

dan air sehingga terjadi emulsi minyak dengan air.

4. Fungsi dari penambahan kloroform adalah agar minyak dapat larut dengan

sempurna karena kloroform bersifat non polar demikian juga dengan

minyak sehingga keduanya dapat mudah larut dengan sempurna.

5. Fungsi penambahan pereaksi iod hubl ada;ah iod hubl akan mengoksidasi

asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi

berikatan tunggal.

6. Mekanisme kerja dari pereaksi hubl iodin pada percobaan ini adalah

pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai

ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal

7. Semakin banyak tetes minyak, maka semakin jenuh sampel. Dari data

percobaan dapat kita urutkan sampel dari yang tidak jenuh hingga yang

paling jenuh. Adapun urutannya adalah minyak wijen, kelapa sawit, oleat,

vco, dan yang paling jenuh adalah stearat.

8. Kolesterol adalah molekul yang ada baik dalam bentuk bebas atau

diesterifikasi ke berbagai asam lemak

9. Fungsi dari penambahan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat adalah

agar kita dapat mengetahui secara kualitatif tentang adanya kolesterol pada

makanan yang diuji karena kedua zat tersebut akan membentuk warna

hijau biru untuk sebagian besar triterpen dan sterol. Fungsi dari kloroform

Page 17: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

adalah untuk melarutkan kolesterol sehingga pada akhirnya dapat bereaksi

dengan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat membentuk reaksi

warna.

10. Prinsip dari metode liebermann-burchard adalah ekstak kloroform yang

berisi kolesterol akan bereaksi dengan asam asetat anhidrida dan asam

sulfat pekat membentuk reaksi warna

11. Sampel yang mengandung kolesterol adalah lemak sapi sedangkan minyak

jelantah, minyak wijen dan minyak kelapa sawit tidak mengandung

kolesterol.

Page 18: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Kurnia Dwi., dan Siti Tjahjani. 2012. Karakterisasi Piropilit Teraktivasi Asam Sulfat Dan Penetapan Titik Jenuh Adsorpsi Asam Lemak Bebas Dan Bilangan Peroksida. UNESA’s Journal of Chemistry Vol. 1 No. 2 September 2012 (45).

Budimarwati, C. 2000. Analisis Lipida Sederhana Dan Lipida Kompleks. Jurnal Biokimia Universitas Negeri Yogyakarta (9).

Hardiningsih, Riani., Dan Novik Nurhidayat. 2006. Pengaruh Pemberian Pakan Hiperkolesterolemia Terhadap Bobotbadan Tikus Putih Wistar Yang Diberi Bakteri Asam Laktat. Jurnal Biodiversitas Vol. 7 No. 2 April 2006 (128).

Inayati, Hurri. 2007. Potensi Antibakteri Ekstrak Daun Kedondong Bangkok (Spondias Dulcis Forst.). Jurnal Biokimia Institut Pertanian Bogor (21).

Jufri, Mahdi, Dkk. 2009. Pembuatan Mikroemulsi Dari Minyak Buah Merah. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol. VI (1) : 18 – 27.

Kusnandar, Feri. 2011. Kimia Pangan: Komponen Makro. Jakarta. Dian Rakyat.

Mansor, Et Al. 2012. Physicochemical Properties Of Virgin Coconut Oil Extracted From Different Processing Methods. International Food Research Journal 19 (3): 837-845.

Manurung, Renita. 2006. Transesterifikasi Minyak Nabati. Jurnal Teknologi Proses Vol 5 (1) : 47-52/

Mirzayanti, Yustia Wulandari. 2011. Pemurnian Gliserol Dari Proses Transesterifikasi Minyak Jarak Dengan Katalis Sodium Hidroksida. Jurusan Teknik Kimia : 2.

Montgomery, Rex, Et Al. 193. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi-Kasus Edisi Keempat. Yogyakarta. UGM-Press.

Muharrami, Laila Khamsatul. 2011. Penentuan Kadar Kolesterol Dengan Metode Kromatografi Gas. Jurnal AGROINTEK Vol. 5 No. 1 Maret 2011 (29).

Page, David S. 1985. Prinsip-Prinsip Biokimia Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga.

Permatasari, Ellis. 2011.Aktivitas Antioksidan Dan Komponen Bioaktif Pada Selada Air (Nasturtium Officinale L. R. Br). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Institut Pertanian Bogor (14).

Poedjiadi, Anna., dan Titin Supriyanti. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.

Rohman, Et Al. 2011. Monitoring The Oxidative Stability Of Virgin Coconut Oil During Oven Test Using Chemical Indexes And FTIR Spectroscopy. International Food Research Journal 18: 303-310.

Page 19: Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

Rustan, Arild C, Et Al. 2005. Fatty Acids: Structures And Properties. Encyclopedia Of Life Sciences.

Sankar, Et Al. 2006. Effect Of Sesame Oil On Diureticsor ß-Blockers In The Modulation Of Blood Pressure,Anthropometry,Lipid Profile,And Redox Status. Yale Journal Of Biology And Medicine Vol. 79 Pp.19-26.

Varela, Hector. 2010. Use Of Lipid Emulsions For Treatment Of Local Anesthetic Toxicity: A Case Report. AANA Journal Vol. 78, No. 5 : 1.

Warnick, Russel G., Mary M. Kimberly, Parvin P. Waymack, Elizabeth T. Leary, Dan Gary L. Myers. 2008. Standardization Of Measurements For Cholesterol, Triglycerides, And Major Lipoproteins. Review Journal Labmedicine Vol. 39 No. 8 Agustus 2008 (481).

Wirahadikusumah, Muhamad. 1984. Biokimia Metabolism Energy, Karbohidrat, Dan Lipid. Bandung. ITB-Press.