Laporan kasus GA kel 3.pptx

18
Laporan kasus General Anestesi Disusun oleh: Febrian Dheni S Hilyah Islami Anggawasita Cut Aini Fauzi Yanti Wijayanti Rosdiana

Transcript of Laporan kasus GA kel 3.pptx

Laporan kasus General Anestesi

Laporan kasusGeneral AnestesiDisusun oleh:Febrian Dheni SHilyah Islami AnggawasitaCut Aini Fauzi YantiWijayantiRosdianaIdentitas pasien

Nama : Ny.MUmur: 26 TahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat : Jeuram, Nagan RayaPekerjaan : IRTAgama : IslamTanggal masuk RS: 03 Mei 2015Tanggal operasi: 05 Mei 2015

Anamnesa Pre Operatif A: Pada pasien tidak didapatkan riwayat alergi terhadap obat dan makanan maupun asma.M: pasien tidak mengkonsumsi obat apapunP: Benjolan (+), nyeri (-), mual (-), muntah (-), riwayat hipertensi (-), penyakit jantung (-), Kencing manis (-).L: pasien mulai dipuasakan mulai jam 12 malam sampai siap operasi.E: pasien datang ke ruang OK tanggal 05 mei 2015 dengan keluhan utama terdapat benjolan di leher sebesar telur ayam. Pasien di diagnose struma dan disarankan operasi oleh dokter bedah umum dengan tindakan Tiroidektomi.

Pemeriksaan Fisik B1: Airway paten, Nafas sepontan, RR 18x/menit, rhonki (-), wheezing (-), buka mulut (+), gigi palsu (-).B2: nadi 88x/menit, TD 110/80 mmhg, B3: compos mentis, GCS 13-15, reflex cahaya (+), pupil isokor.B4: produksi urin (+) spontan.B5: teraba benjolan sebesar telur ayamB6: edema (-)

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan LaboratoriumDarah lengkap Hb: 13,6 gr/dlHormonT3 : 0,9 ng/mlT4 : 14,4 mgTSH : 2,6 MIU/mlEGCNormal Sinus Rhythm, Right superior axis deviationFoto thoraks PAInspirasi cukupCor : Site ,shape, size normal, CTR 50% cardiac waist (+)Tidak didapatkan efusi plueraKesimpulan NormalLaporan anestesi preoperatifeAssesment : ASA 2 Diagnosa Prabedah : strumaKeadaan prabedah ( 5 Mei 2015, pukul 9.30 WIB)BB 47 kgTD 110/80 mmhg, nadi 88x/menitHb 13,6 mg/dlDi puasakan 6 jam preoperatifJenis pembedahan : Tiroidektomi Persiapan preoperativea. Di ruangan Surat persetujuan operasi dan surat persetujuan anastesi IVFD RL 100 cc/jam Premedikasi 05 Mei 2015:Petidin 50 mgRanitidine 50 mgOndansetron 4 mgb. Di kamar operasi Scope : stetoskop, laringoskopTubes: ETT (cuffed) size 7,0Airway: orotracheal airwayTape : plester untuk fiksasi Introducer: Untuk memandu agar pipa ETT mudah dimasukanConnector: penyambung antara pipa dan alat anastesiSuction : memastikan tidak ada kerusakan pada alat suction c. Obat emergencySulfas atropine Lidokain Adrenaline Efedrine

Durante Operatif Laporan anastesi durante operatif Jenis anastesi : general anestesi intubasi Teknik anastesi : intubasi oral sleep apneuLama anastesi : 10.30- 14.00Lama operasi: 10.30 13.30Obat obatan yang diberikan :Injeksi midazolam 30mgInjeksi Fentanyl 100 mgInjeksi propofol 10 mg Halotan 2 LRoculax 50 mgKetorolac 30 mg

Tindakan anestesi umum dengan intubasi Pasien di posisikan pada posisi supine , head up 30 Pemberian oksigen ( pre oksigenasi 100 % 10 L di lanjutkan dengan metode face mask selama 5 menitMemastikan kondisi pasien stabil dengan vital sign dalam batas normal ( TD 130/80, nadi 90x/menit, RR 20x/menit, saturasi oksigen 99 %).Midazolam dosis 30 mg diberi intravena Fentanyl 100 mg dimasukan secara intravena sebagai analgetikPropofol 100 mg diberikan secara intravena untuk induksi Dimasukan muscle relaxan rocula 50 mg intravena lalu ditunggu 5 menitLakukan maneuver sellick Dilakukan intubasi ETT , dilakukan ventilasi dengan oksigenasi Cuff dikembangkan, lalu cek suara nafas pada semua lapang paru dengan stetoskop, pastikan suara nafas dan dada mengmbang secara simetris.ETT difiksasi agar tidak lepas dan di sambungkan dengan ventilatorMaintenance dengan halotan 1,5 LMonitor tanda vital pasien , produksi urin, saturasi oksigen, tanda-tanda komplikasi ( perdarahan, alergi, obstruksi jalan nafas)

Pemberian CairanMaintenance : 2cc/kgbb/jam2 x 47/jam = 94 cc/jam Pengganti puasa :lama puasa x maintenance 6 x 94 = 564 cc/jamStress operasi :6 cc/kgbb/jam6 x 47 = 282 cc/jamEBV : 65cc/kgbb65 x 47 = 3055ABL : 20 % EBV = 20 % x 3055 = 611 cc/jamPemberian Cairan : Jam pertama : pp + SO + M = 564 + 282 +94 = 658cc/jamJam Ke dua : PP = 564 = 141 cc/jamJam Ke tiga : PP = 564 = 141 cc/jam Jam Ke empat : SO + M = 282 + 94 = 376cc/jamCairan Masuk : preoperative = Kristaloid 1000ccDuranted Operatif = RL 1000 ccHes 500 cc

Defenisi Struma Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinyaAnatomi

Fisiologi Kelenjar Tiroid Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan metabolisme energi. Selain itu hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi, mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan reaksi metabolik, menambah sintesis asam ribonukleat (RNA), menambah produksi panas, absorpsi intestinal terhadap glukosa,merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon-hormon ini, membuat retardasi mental dan kematangan neurologik timbul pada saat lahir dan bayi.

Patogenesis Struma Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan. TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah yang besar (kolid) ke dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin bertambah besar. Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah berat sekitar 300-500 gram.Selain itu struma dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (goitrogenic agent), proses peradangan atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasma dan penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan misalnya thiocarbamide, sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya struma kolid dan struma non toksik (struma endemik).Pencegahan Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma adalah : Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium .Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut.Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari makanan Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air minum. Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin. Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.

Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah upaya mendeteksi secara dini suatu penyakit, mengupayakan orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit Pencegahan TertierPencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan dan mendeteksi adanya kekambuhan atau penyebaran.Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik segar dan bugar serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui melakukan fisioterapi yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan rehabilitasi kejiwaan, sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi aesthesis yaitu yang berhubungan dengan kecantikan.

TERIMA KASIH