Laporan Kasus CPD

53
Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan LAPORAN KASUS RSUD Abdul Wahab Sjahranie Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman CEPHALOPELVIC DISPROPORTION OLEH : Wahyuni Balisa 0808015048 Pembimbing dr. Prima Deri Pella Todingbua, Sp.OG Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik 0

description

Laporan kasus cephalopelvic disporposiSeorang Ibu Kehamilan Ke2 . Tinggi badan 148 cm dengan kala 2 lama . Saat pembukaan lengkap anak tidak turun. his normal

Transcript of Laporan Kasus CPD

Page 1: Laporan Kasus CPD

Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan LAPORAN KASUS

RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

OLEH :

Wahyuni Balisa

0808015048

Pembimbing

dr. Prima Deri Pella Todingbua, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Pada Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan

RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

2013

0

Page 2: Laporan Kasus CPD

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................

1.2 Tujuan ...........................................................................................................

BAB II LAPORAN KASUS

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi ....................................................................................................

3.2 Anatomi dan Ukuran Panggul ..................................................................

3.3 Antropometri, Presentasi, dan Posisi Janin ....................................

3.4 Panggul Sempit ..................................................................

3.5 Pelvimetri Radiologis ..................................................................

3.6 Luas bidang, Kapasitas, dan Daya Akomodasi Panggul ....................

3.7 Tatalaksana ........................................................................................

3.8 Komplikasi ............................................................................

BAB IV PEMBAHASAN .........................................................................................

BAB V PENUTUP .....................................................................................................

BAB VI DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

1

Page 3: Laporan Kasus CPD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan dan melahirkan merupakan keadaan yang dapat menimbulkan resiko

kesehatan bagi setiap perempuan. Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia

hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung aman, namun sekitar 15% menderita

komplikasi berat yang mengancam jiwa ibu. Secara global 80% kematian ibu tergolong

pada kematian ibu langsung dengan pola penyebab yaitu perdarahan 25%, infeksi dan

sepsis 15%, hipertensi dalam kehamilan 12%, distosia 8%, abortus 13%, dan sebab

langsung yang lain 8%. Angka kematian perinatal, angka kematian bayi, kematian

maternal merupakan parameter dari keadaan kesehatan, pelayanan kebidanan dan

kesehatan serta mencerminkan keadaan sosial ekonomi dari suatu negara. Salah satu

tantangan dalam mencapai derajat kesehatan adalah masih tingginya angka kematian ibu di

Indonesia. 1

Distosia adalah persalinan yang abnormal atau sulit dan ditandai dengan terlalu

lambatnya kemajuan persalinan. Kelainan persalinan ini menurut ACOG dibagi menjadi 3

yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan janin (passenger), dan kelainan jalan lahir

(passage).2 30% ibu dengan persalinan berkepanjangan mengalami disproporsi

sefalopelvik, sedangkan kelainan ini didiagnosis pada 45% ibu yang mengalami gangguan

kemacetan persalinan.

Pengetahuan yang baik tentang CPD ini sepatutnya dimiliki oleh setiap dokter muda

sebagai bekal dalam praktek kedokteran umum agar dapat mengambil keputusan dan

penatalaksanaan yang tepat. Sebab, penatalaksanaan yang tepat terhadap CPD dapat

mengurangi angka mortalitas dan morbiditas pada ibu maupun janin

2

Page 4: Laporan Kasus CPD

1.2 Tujuan

Pada laporan kasus ini akan dibahas lebih lanjut mengenai cephalopelvic

disproportion (disproporsi sepalopelvik) terkait alur diagnosis hingga penatalaksanaannya.

3

Page 5: Laporan Kasus CPD

BAB II

LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Sabtu, 7 September 2013 di

ruang VK Mawar RSUD AW.Sjahranie Samarinda.

2.1 Anamnesis

Identitas Pasien

Nama : Ny. J

Usia : 31 tahun

Agama : Islam

Suku : Banjar

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jl. P. Antasari gg. 2

MRS : 7 September 2013 pukul 11.30 WITA

Identitas Suami

Nama : Tn. H

Usia : 60 tahun

Agama : Islam

Suku : Banjar

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tukang Parkir

Alamat : Jl. P. Antasari

Keluhan Utama:

Keluar air-air dari jalan lahir

Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengeluhkan keluar air-air pada pukul 09.00 pagi, sekitar 2 jam sebelum

masuk rumah sakit. Air yang keluar berbau amis, keluar tanpa disadari dan tidak bisa

ditahan, dan membasahi seluruh celananya. Sesaat sebelumnya pasien juga merasakan

4

Page 6: Laporan Kasus CPD

perutnya kencang dan mulas. Pasien mengatakan tidak mengalami keluhan yang

mengganggu selama kehamilannya dan mulai merasakan pergerakan janinnya sejak

usia kehamilan 5 bulan hingga sekarang.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengaku tidak sedang menderita penyakit apapun, tidak sedang mengkonsumsi

obat-obatan dalam jangka waktu yang lama.

Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengaku tidak adanya penyakit yang diderita dalam keluarga

Riwayat menstruasi

menarche usia 12 tahun

siklus haid 30 hari, teratur

lama haid 5 hari dengan 2-3 kali ganti pembalut

hari pertama haid terakhir: 10 - 12 - 2012

taksir persalinan 17 - 9 - 2013

Riwayat perkawinan

Perkawinan pertama, umur menikah 26 tahun, dan lama menikah 2 tahun

Riwayat obstetrik

1. 2013. Hamil ini

Ante Natal Care

Pasien sudah 3 kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas di wilayah tempat

tinggal pasien. Pasien tidak pernah USG.

Kontrasepsi

Pasien tidak pernah menggunakan metode kontrasepsi apapun.

5

Page 7: Laporan Kasus CPD

2.2 Pemeriksaan Fisik

Antropometri : Berat badan : 48 kg, tinggi badan : 142 cm

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6

Tanda Vital

Tekanan Darah : 140/100 mmHg

Frekuensi Nadi : 96x /menit, regular isi cukup, kuat angkat

Frekuensi Nafas : 22x /menit, regular

Suhu : 36,9oC, aksiler

Status Generalis

Kepala : normocephali

Mata : konjunctiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-), Pupil isokor (3

mm/3mm), Refleks cahaya (+/+)

Hidung : deviasi septum nasi (-), Pernapasan cuping hidung (-)

Telinga : gangguan pendengaran (-)

Mulut : bibir sianosis (-)

Leher : deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)

Thoraks

Paru

Inspeksi : Pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-), Pelebaran ICS (-)

Palpasi : Gerakan dada simetris.

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-), Suara Nafas (+)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tampak

Palpasi : Ictus cordis teraba

Perkusi : batas jantung kanan : axilaris anterior line dekstra, batas

jantung kiri : midclavicula line ICS V sinistra

Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : membesar arah memanjang, linea nigra (+)

6

Page 8: Laporan Kasus CPD

Palpasi : Soefl, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-),

nyeri tekan perut kanan bawah (-)

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas

Superior : Hangat (+), edema (-)

Inferior : Hangat (+), edema (-)

Status obstetri

Inspeksi : membesar arah memanjang, linea nigra (+)

Palpasi : tinggi fundus uteri 32 cm

Leopold I : teraba bokong

Leopold II : teraba punggung disebelah kanan ibu

Leopold III : teraba kepala

Leopold IV : belum masuk PAP

DJJ : 138 x/ menit, reguler

His : 1 x 10’ 15”

Taksir berat janin : (32-13) x 155 = 2945 gram

Inspekulo : tidak dilakukan

Pemeriksaan dalam : vulvovagina normal, portio tebal dan lunak, pembukaan 1 cm

(1 jari longgar), , presentasi kepala, penurunan hodge , ketuban merembes warna

jernih (lakmus: pH=7), lendir dan darah (+)

Pemeriksaan panggul dalam

Promontorium : tidak teraba

Spina ischiadica agak menonjol

Distansia intertuberosum : 7 cm (kurang dari 1 kepalan tangan)

2.3 Diagnosis kerja sementara di ruangan

G1P0A0 gravid 38-39 minggu + janin tunggal hidup + presentasi kepala + in partu kala

1 fase laten + Preeklamsia ringan

7

Page 9: Laporan Kasus CPD

2.4 Pemeriksaan Laboratorium

Darah Rutin

Leukosit : 7.000 /mm3

Hemoglobin : 9,6 gr/dl

Hematokrit : 29 %

Trombosit : 194.000 /mm3

Bleeding Time : 3 menit

Clotting Time : 10 menit

Kimia Darah

GDS : 81 mg/dl

Serologi

HbsAg : -

Anti HIV : non reaktif

2.5 Pemeriksaan EKG

Follow Up di Ruang VK

8

Page 10: Laporan Kasus CPD

Tanggal/Jam Follow Up

7 September 2013

11.30

Menerima pasien dari IGD dan melakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisik.

Diagnosis: G1P0A0 gravid 38-39 minggu + janin tunggal

hidup + presentasi kepala + in partu kala 1 fase laten +

preeklamsi ringan

12.00 Lapor dr. SpOG, advis:

Infus RL 28 tetes/ menit

Injeksi Cefotaxime 1gr/ 8 jam/ iv

Gastrul ¼ tab/ vaginam ( 1x)

Injeksi epidosin 1 ampul/ 4 jam ( 2x)

Evaluasi lalu lapor kembali pukul 17.00

12.15 Memasukkan gastrul/ vaginam

13.30 Melakukan skin test cefotaxime dan pemasangan infus

13.45 Melakukan injeksi cefotaxime 1 gr/ iv

14.15 Injeksi epidosin 1 ampul/ im

14.45 TD : 140/ 100 mmHg

Nadi : 96 x/ menit

RR : 20 x/ menit

DJJ : 150x/ menit, reguler

HIS : 2 x 10’ 30 – 35”

VT : vulvovagina normal, portio lunak, , pembukaan 2 cm,

kepala di Hodge 1, ketuban (-), pelepasan lendir-darah.

17.00 Tekanan Darah 140/ 80 mmHg

9

Page 11: Laporan Kasus CPD

Nadi : 92 x/ menit

His 2x 10’ 30 – 35”

Lapor dr.Sp.OG : Gastrul ¼ tab/ vaginam 1 kali lagi. Evaluasi

pukul 22.00 lalu lapor ulang.

Injeksi Epidosim 1 ampul/ im

17. 30 VT : vulvovagina normal, portio lunak, pembukaan 4 cm,

ketuban (-), bagian terdepan kepala, penurunan hodge 1,

pelepasan lendir dan darah (+).

21.30 VT : vulvovagina normal, portio lunak, pembukaan 5 cm,

ketuban (-), bagian terdepan: kepala, penurunan hodge 2,

pelepasan lendir dan darah (+).

DJJ 130 x / menit

His : 4 x 10’ 30-35”

21. 45 Injeksi Cefotaxime 1 gr/ iv

22.10 Lapor dr. Sp.OG, advis:

- Observasi

- Jam 07.00 besok lapor ulang

23.00 VT : vulvovagina normal, portio lunak, pembukaan 8 cm,

ketuban (-), bagian terdepan: kepala, penurunan hodge 2,

pelepasan lendir dan darah (+).

His : 4x 10’ 30 - 35”

DJJ : 146 x/ menit

23.45 His 4 x 10’ 45 – 50”

DJJ 153 x/menit

Tanggal 8/ 9/ 2013 His 5x 10’ 45-50”

10

Page 12: Laporan Kasus CPD

00.15 DJJ 120 x/ menit, pasang O2 5 liter/ menit, miring kiri

Tekanan darah 180/ 100 mmHg

- Extra nifedipine 10 mg sub lingual

00.30 VT : vulvovagina normal, portio lunak, pembukaan 10 cm,

ketuban (-), bagian terdepan kepala, caput (+), penurunan

hodge 2, pelepasan lendir dan darah (+).

02.15 Tekanan darah 160/80 mmHg

Nadi : 92 x/ menit

DJJ : 130x /menit

04.00 DJJ 140 x/ menit

05.00 DJJ : 143 x/ menit

Tekanan darah 160/ 80 mmHg

05.30 DJJ 124 x/ menit

Tekanan darah 160/ 90 mmHg

Memberikan injeksi cefotaxime 1 gr/ iv

06.15 TD 130/ 70 mmHg

Nadi 94x/ menit

DJJ : 133x/ menit

06.50 TD 140/ 90 mmHg

Temperatur 36,8 C

Nadi 86 x/ menit

DJJ 134x/ menit

07.00 Lapor dr. Sp.OG , advis

Bila tidak partus sampai dengan jam 11.00 rencanakan SC,

11

Page 13: Laporan Kasus CPD

lapor anestesi, lapor OK IGD.

Observasi lanjut

10.00 DJJ 130x/ menit

Lapor dr. Anestesi: Setuju operasi, puasakan pasien.

10.30 DJJ 144x/ menit

PERSIAPAN SEBELUM OPERASI

Informed consent

Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita.

Menerangkan kepada pasien tentang tindakan operasi yang akan dilakukan: garis besar

prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan.

Puasa

Laporan Operasi

Tanggal operasi : 8 -9 - 2013

Waktu Operasi : 13.20 pm – 13.55 pm

Diagnosa pre-operatif : G1P0A0 gravid 38-39 minggu + in partu kala II + CPD

Diagnosa post-operatif : P1Ao , partus aterm, CPD (letak puncak)

Macam operasi : Seksio Caesarea Transperitoneal Profunda

Langkah-Langkah Operasi:

1. Pasien disiapkan diatas meja operasi, dilakukan anestesi spinal

2. Pasien diposisikan berbaring

3. Dilakukan desinfektan dinding perut dan lapangan operasi dipersempit dengan duk

steril

4. Dibuat insisi vertikal sepanjang 12 cm, dari atas simpisis pubis sampai bawah

umbilicus, secara tumpul dibuka lapis demi lapis (kulit- subkutis- lemak- fasia

transfersa dibuka secara tajam- m. Oblique ekstrernus- m. Rectus abdominis- m.

Piramidalis- m. Obliqus interna- m. Transversus – peritonium)

5. Dilakukan insisi pada segmen bawah rahim 1 cm dibawah plika vesikouterina,

dibuka perlahan-lahan (diperlebar dengan kedua jari operator).

12

Page 14: Laporan Kasus CPD

6. Kepala anak didorong dari arah vagina ke arah abdomen.

7. Anak dilahirkan mulai dari kepala, badan, kaki per abdominal. Dilakukan suction

kemudian dilakukan pemotongan tali pusat. Disuntikkan oksitosin 10 iu pada

uterus, lalu plasenta dikeluarkan secara manual. Membersihkan sisa sisa darah dan

jaringan plasenta pada cavum uteri.

8. Menjahit luka irisan pada segmen bawah rahim dengan monocryl no 1.0

9. Menjahit lapisan dinding abdomen lapis demi lapis

a. Peritoneum dan otot dengan catgut 2.0

b. Fasia dengan vycril 1.0

c. Lemak dengan catgut 2.0

d. Subcutan dan cutis dengan vycril 3.0

10. Permukaan abdomen debersihkan dengan NaCl 0,9 %

11. Luka ditutup dengan tule, kassa, dan di plester.

12. Eksplorasi ke dalam vagina untuk mengeluarkan sisa darah.

13. Operasi selesai.

Laporan Kelahiran Bayi:

Bayi lahir jenis kelamin laki-laki dengan Apgar score 8/10, berat badan 2.800 gram

dan panjang badan 47 cm, anus ada dan tidak didapatkan kelainan yang lain.

Penatalaksanaan Post Operasi:

Infus RL: D5% = 1:1 = 28 tetes/menit

Cefotaxime 1 gr/ 8 jam/ iv

Antrain 1 ampul/ 8 jam/ iv

Ranitidin 1 ampul/ 8 jam/ iv

Kaltrofen II supp/ rectal

Follow Up di Ruang Nifas

Tanggal/

Jam

Post Operasi Hari 1

13

Page 15: Laporan Kasus CPD

09- 09-2013 Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran : composmentis

Keluhan : tidak ada keluhan, ASI (+)

Tanda-tanda vital :

TD = 160/100 mmHg, N = 86 x/menit, RR = 20 x/menit,

T = 36,3 oC

Konjungtiva pucat : (-/-)

Abdomen : luka post operasi (+), perban (+),

rembesan (-), dehisensi (-), Bising umum (+)

Buang air besar : belum

Buang air kecil : 50cc/ jam/ kateter

Penatalaksanaan :

Cefotaxime 1gr/ 8 jam/ iv

SF tablet 3x 1

Asam mefenamat tablet 3x 1

Aff kateter

Konsul jantung

10 - 09-2013 Post Operasi Hari ke 2

Keadaan umum : baik

Kesadaran : komposmentis

Keluhan : tidak ada keluhan, ASI (+)

Tanda-tanda vital :

TD = 180/90 mmHg, N = 90 x/menit, RR = 20 x/menit,

T = 36,3 oC

Konjungtiva pucat : (-/-)

Abdomen : luka post operasi (+), perban (+), rembesan

(-), dehisensi (-), Bising umum (+)

Buang air kecil : tidak ada keluhan

Buang air besar : +

14

Page 16: Laporan Kasus CPD

Penatalaksanaan :

Cefotaxime 1gr/ 8 jam/ iv

SF tablet 3x 1

Asam mefenamat tablet 3x 1

Amlodipine 10 mg / oral (1-0-0)

Bisoprolol 5 mg/ oral (0-0-1)

11- 09-2013 Post Operasi Hari ke 3

Keadaan umum : baik

Kesadaran : komposmentis

Keluhan : tidak ada keluhan, ASI (+)

Tanda-tanda vital :

TD = 140/90 mmHg, N = 80 x/menit, RR = 20 x/menit,

T = 36,3 oC

Konjungtiva pucat : (-/-)

Abdomen : luka post operasi (+), perban (+),

rembesan (-), dehisensi (-), Bising umum (+)

Buang air kecil : tidak ada keluhan

Buang air besar : +

Penatalaksanaan :

Cefadoxil tab 2x1

SF tablet 3x 1

Asam mefenamat tablet 3x 1

Amlodipine 10 mg / oral (1-0-0)

Bisoprolol 5 mg/ oral (0-0-1)

Aff infus

Pasien boleh pulang

15

Page 17: Laporan Kasus CPD

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian

antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.

Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun

kombinasi keduanya.3, 8

3.2 Anatomi Panggul dan Ukuran Panggul

3.2.1 Anatomi Panggul

Jalan lahir dibagi atas (1) bagian tulang, terdiri atas tulang-tulang panggul dengan

persendiannya (artikulasio), (2) bagian lunak, terdiri atas otot, jaringan dan ligament.1,2

Panggul/pelvis terdiri dari 4 tulang yaitu: (1) sacrum (2) coccygis (3) duatulang

inominata (os coxae) yang mrp gabungan dari ilium, ischium, dan pubis. Secara

fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor oleh

bidang aperture pelvis superior (disebut juga PAP). PAP dibentuk oleh: promontorium os

sacrum di bagian posterior, linea illiopectinea (linea terminalis dan pectin os pubis) di

lateral, dan symfisis os pubis di posterior. 1,2

Rongga panggul ialah pelvis verum/pelvis minor. Bentuk pelvis minor ini

meyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu carus)

sampai dekat H III sumbu itu lurus, sejajar sacrum, untuk seterusnya melengkung ke

depan. 2

16

Page 18: Laporan Kasus CPD

a. PAP : pintu masuk rongga panggul. Disebut juga aperture pelvis superior. PAP

dibentuk oleh: promontorium os sacrum di bagian posterior, linea illiopectinea

(linea terminalis dan pectin os pubis) di lateral, dan pinggir atas symfisis os pubis

di posterior. Terdapat 4 diameter pada PAP yaitu: diameter anteroposterior,

diameter transversa, dan 2 diameter oblikua. 1,2

17

Page 19: Laporan Kasus CPD

1. Diameter anteroposterior (konjugata vera, panjang ± 11cm ): jarak antara

promontorium os sacrum sampai ke tepi atas simfisis os pubis. Tidak dapat

diukur secara klinik pada pemeriksaan fisik. Secara klinik dapat diukur

konjugata diagonalis, jarak antara promontorium os sacrum dengan tepi bawah

simfisis os pubis. CV = CD-1,5. (normal konjugata vera ≥10 cm) ingat bila kita

tidak dapat meraba promontorium maka pasti ukuran konjugata vera itu normal.

2. Diameter transversa: diameter terpanjang kiri-kanan PAP. (panjang ±12,5-13

cm)

3. Diameter oblikua: jarak dari sendi sakroiliaka satu sisi sampai tonjolan

pektineal sisi kontralateralnya (panjang ±13 cm).

18

Page 20: Laporan Kasus CPD

Dalam obstetric dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan Moloy, 1933)

yang mempunyai ciri2 PAP sebagai berikut:1,2,6

1. Jenis ginekoid panggul baik untuk perempuan. Ditemukan pada 45%

perempuan. Panjang diameter AP hampir sama dengan diameter transversa

2. Jenis anthropoid: Ditemukan pada 35% perempuan, Bentuk lonjong seperti

telur dengan panjang diameter AP lebih besar dari pada diameter transversa.

3. Jenis android: bentuk panggul pria. Ditemukan pada 15% perempuan. Bentuk

segitiga dimana panjang diameter AP hampir sama dengan diameter transversa,

diameter transversa terbesar terletak di posterior dekat sacrum, sedangkan

bagian depannya menyempit ke depan.

4. Jenis platipeloid: ditemukan pada 5% perempuan. Panjang diameter AP lebih

kecil daripada diameter transversa.

Pelvimetri radiologic hanya dilakukan pada indikasi tertentu, misalnya

adanya dugaan ketidak seimbangan antara janin dan panggul (fetopelvic

disproportion), adanya riwayat trauma atau penyakit tuberculosis pada tulang

panggul, bekas seksio sesar yang akan direncanakan partus pervaginam, pada janin

letak sungsang, presentasi muka atau kelainan letak lainnya. 2

19

Page 21: Laporan Kasus CPD

b. Cavum pelvis (bagian tengah panggul): seperti telah dikemukakan bahwa, ruang

panggul di bawah pintu atas panggul mempunyai ukuran paling luas.

Sementara bagian tersempit panggul terdapat pada panggul tengah dimana

terdapat penyempitan dalam ukuran melintang setinggi kedua spina iskiadika

(diameter interspinosum N ≥10 cm).

karena pada bagian di bawah PAP mempunyai ukuran melintang yang lebar

sementara menyempit pada bagian tengah panggul maka janin mengadakan

penyesuaian dengan melakukan putaran paksi dalam.

Kemungkinan kepala janin dapat lebih mudah masuk ke ruang panggul jika

sudut antara sacrum dan lumbal (inklinasi panggul atau sudut antara bidang

yang melalui aperture pelvis superior dengan bidang horizontal) ialah normal

atau lebih besar (600).

Untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul

selama persalinan. Dapat digunakan bidang Hodge maupun station. 2

Bidang Hodge I: bidang datar yang dibentuk oleh promontorium, linea

iliopectinea dan tepi atas simfisis pubis (PAP)

Bidang H II: sejajar H I, terletak setinggi tepi bawah simfisis

Bidang H III: sejajar H I, terletak setinggi kedua spina iskiadika. Merupakan

bagian tersempit. Jadi disebut engaged atau masuk bila bagian ukuran terbesar

melintang kepala janin (biparietal diameter) telah melewati H III.

20

Page 22: Laporan Kasus CPD

Bidang H IV: sejajar H I, terletak setinggi os koksigeus.

c. Pintu bawah panggul: aperture pelvis inferior merupakan 2 segitiga yang bersekutu

pada bagian alasnya (yakni garis antara kedua tuber os ischium): (1) trigonum

urogenital: bidang yang dibentuk oleh alas dengan puncaknya di tepi bawah

simfisis pubis, (2) trigonum anale: bidang yang dibentuk oleh alas dengan

puncaknya di os koksigeus. Ukuran yang penting:

1. Sudut arkus pubis: pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan

merupakan sudut 900 atau lebih sedikit. Bila kurang, maka kepala janin akan

susah dilahirkan.

2. Diameter anteroposterior PBP: jarak antara ujung os koksigeus sampai ke

pinggir bawah simfisis os pubis. (N = 9,5-11,5 cm)

3. Diameter transversa PBP (distansia intertuberosum): jarak antara kedua buah

tuberositas os ischium (N = 11 cm).

3.2.2 Ukuran luar panggul.2

a. Diameter spinarum: jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan

dekstra (24 cm-26 cm).

b. Diameter kristarum : jarak yang terpanjang antara dua tempat yang simetris pada

Krista iliaka sinistra dan dekstra. (28 cm-30 cm)

21

Page 23: Laporan Kasus CPD

c. Diameter oblikua eksterna: jarak antara spina iliaka posterior sinistra dengan spina

iliaka anterior superior dekstra dan sebaliknya. (bila asimetrik maka ukuran kedua

diameter oblikua akan jauh berbeda)

d. Distansia intertrokanterika (±31 cm): jarak antara kedua buah trokanter mayor

e. Konjugata eksterna (Boudeloque): jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus

spinosus L 5 (±18 cm/20 cm).

3.3 Panggul Sempit

Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan

persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang

panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga

yaitu: Kelainan kekuatan (power), Kelainan yang melibatkan janin (passenger), Kelainan

jalan lahir (passage). 1,6

Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau

hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit

yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara

fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan

ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. 2

Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu: 2

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert,

split pelvis, panggul asimilasi.

2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,

atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.

3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.

4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau

kelumpuhan satu kaki.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul

dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas

panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit

seluruhnya. 1,2,3,6

22

Page 24: Laporan Kasus CPD

Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 m kurang dari ukuran yang normal.

Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), midpelvic (ruang tengah

panggul), dan outlet (pintu dasar panggul).10

a. Pembagian tingkatan panggul sempit:

Tingkat I : C.V = 9-10 cm = borderline

Tingkat II : C.V = 8 – 9 cm = relatif

Tingkat III : C.V = 6 -8 cm = ekstrim

Tingkat IV : C.V = < 6 = absolut

b. Pembagian menurut tindakan

Conjugata vera 8-10 cm = partus percobaan

Konjugata vera 6- 8 cm = SC primer

Konjugata vera <6 = S.C mutlak

Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesis.

Dari anamnesis persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila

pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan

panggul sempit adalah kecil.2,3 Penyakit tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis,

ataupun riwayat trauma dapat menyebabkan perubahan anatomis pada pelvis yang

memberikan manifestasi panggul sempit.2,7 Pada wanita dengan tinggi badan yang kurang

dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti

seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit.7

Dwarfisme adalah tinggi badan kurang dari 147 cm setelah dewasa merupakan resiko

seorang wanita memiliki panggul sempit.2

3.3.1 Penyempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior terpendeknya

(konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang

dari 12 cm. 3

Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin

bila melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm.

Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga

23

Page 25: Laporan Kasus CPD

memiliki kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh

rerata berat badan anak lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit

dibandingkan wanita dengan panggul sedang atau luas.3

Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul,

sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian

selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan

kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat

tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi

inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang

berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul

sempit. 3

3.3.2 Penyempitan panggul tengah

Kesempitan PTP pada dasarnya merupakan penyempitan bidang dengan ukuran

terkecil, yakni bidang yang melalui apex dari arcus pubis, spina ischiadica, dan sacrum.

Apabila distansia interspinarum kurang dari 9 cm, atau apabila distansia interspinarum

(normal 10,5 cm) ditambah dengan diameter sagital posterior (normal 4,5 – 5 cm) kurang

dari 13,5 cm maka kemungkinan ada kesempitan pintu tengah panggul. Untuk memperoleh

ukuran yang pasti diameter-diameter ini diperlukan pelvimetri rontgenologis. Kecurigaan

klinis kesempitan PTP timbul apabila pada pemeriksaan manual didapatkan spina

ischiadica yang besar dan menonjol serta distansia intertuberosum kurang dari 8,5 cm.3

Kesempitan PTP merupakan sebab yang biasa dijumpai pada distosia dan tindakan

operatif. Penanganannya lebih sukar daripada kesempitan PAP, sebab jika kepala janin

sudah tidak dapat masuk PAP maka tidak ada keragu-raguan lagi bahwa persalinan harus

diakhiri dengan sectio saesarea. Akan tetapi jika kepala dapat masuk kedalam panggul

maka penolong segan untuk melakukan sectio saecarea oleh karena mengharap kepala

akan turun sampai ketitik dimana dapat dilakukan extraksi dengan forceps.Kesempitan

PTP dapat menghalang-halangi putaran paksi dalam.3

3.3.3 Penyempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan

diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul

24

Page 26: Laporan Kasus CPD

terjadi bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan

pintu bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.3

Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar dalam

menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan robekan

perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput

tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik

sehingga perineum teregang dan mudah terjadi robekan.3

3.4 Antropometri, Presentasi, dan Posisi Janin

Kepala janin adalah bagian tubuh yang paling besar dan paling keras yang akan

dilahirkan. Besar dan posisi kepala janin akan sangat menentukan dan mempengaruhi

jalannya persalinan. Kepala secara garis besar dapat dibagi menjadi tulang tengkorak

(cranium), tulang dasar tengkorak (basis kranii) dan tulang muka. Ukuran diameter kepala

bayi yang menentukan di antaranya: 2

1. suboksipito-bregmatikus (9,5 cm): pada presentasi belakang kepala.

2. Oksipito-frontalis (11,75 cm): pada presentasi puncak kepala

3. Oksipito mentalis (13,5 cm): pada presentasi dahi

4. Submento-bregmatikus (9,5 cm): pada presentasi muka

5. Biparietalis (9,5 cm): ukuran terbesar melintang dari kepala

6. Bitemporalis (8 cm): ukuran antara os temporal kiri dan kanan

Bagian tubuh janin yang lain: lebar bahu (diameter biacromialis): 12 cm, lingkaran

bahu: 34 cm, lebar bokong (diameter intertrokanterika): 12 cm, lingkar bokong: 27 cm. 2

Pemeriksaan diameter terbesar kepala janin yang pasti hanya dapat diperiksa

dengan USG. 1,10 Jika tidak ada, maka yang digunakan untuk menentukan perkiraan

imbang sepalopelvik adalah dengan berdasarkan nilai taksir berat janin. 10

1. Umur kehamilan dan taksiran persalinan (rumus neagle)

2. Ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen (EBW).

3. Perhitungan menurut Poulsson-Langstadt

4. Rumus Johnson Toshack

25

Page 27: Laporan Kasus CPD

Berdasarkan atas ukuran Mac Donald, yaitu jarak antara simpisis pubis dan fundus

uteri melalui konveksitas abdomen:

BBJ = (MD - ) x 155 gram

BBJ = berat badan janin

MD = ukuran Mac Donald dalam cm

Kepala belum masuk Hodge 3 = ( MD – 13)

Kepala di Hodge 3 = ( MD – 12)

Kepala lewat Hodge 3 = (MD – 11)

Bila ketuban sudah pecah ditambah 10%

Normal berat neonatus pada umumnya 4000 gram dan jarang ada yang melebihi

5000 gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000 gram dinamakan bayi besar. Namun ada

pula referensi yang mengatakan bahwa makrosomia apabila berat janin > 4500 gram.

Faktor keturunan memegang peranan penting sehingga dapat terjadi bayi besar. Janin besar

biasanya juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami diabetes mellitus, obesitas (berat

badan > 70 kg), postmaturitas, grande multipara, kenaikan berat badan selama hamil >20

kg. 3,6,8

Untuk mendapat kepastian suatu disproporsi sepalopelvik, maka harus dilakukan

pemeriksaan radiologik dan/atau partus percobaan.5,6,7,9,11 Tanda-tanda yang mengarah pada

DKP tercantum pada kotak. 5

Tanda-tanda CPD

Pemeriksaan abdomen

Ukuran janin besar ( > 4 kg)

Kepala janin diatas PAP

Pemeriksaan panggul

Serviks mengecil setelah amniotomi

Endema serviks

Kaput tebal

Molase berat

Defleksi kepala (fontanelle anterior mudah dipalpasi)

Asinklitismus (sutura sagital tidak tepat di tengah panggul)

26

Page 28: Laporan Kasus CPD

Umumnya disproporsi juga disebabkan oleh malpresentasi dan malposisi janin. 5,6, 9.

Sikap janin yang fisiologis adalah badan dalam keadaan kifose, sikap fisiologis ini

menghasilkan sikap fleksi. Presentasi normal adalah vertex dengan presentasi belakang

kepala dan posisi normal adalah occipitoanterior dimana ubun-ubun kecil berada di

segmen depan sebagai penunjuk.2 Untuk berbagai malbagai malprestasi dan malposisi

dapat di lihat tabel 5

Malpresentasi dan Malposisi

Pemeriksaan abdomen Pemeriksaan dalam

Malposisi

Occiptoposterior

Bagian bawah perut

rata

Tungkai janin bisa

dipalpasi dari

anterior

Bunyi denyut jantung

terdengar dari

samping

Fontanelle posterior mengarah ke

sakrum. Fontanelle anterior

mudah diraba karena adanya

defleksi kepala.

Presentasi Dahi Lebih dari setengah

bagian kepala di atas

simfisis pubis

Fontanelle anterior dan

lingkarannya teraba.

Muka Lekukan teraba

antara kepala dan

punggung

Muka dipalpasi, mulut mudah

dibuka. Dagu dan tulang

rahang,bisa dipaipasi.

Sungsang Kepala teraba di

bagian atas perut

Sungsang teraba di

bibir panggul

Bunyi denyut janin

terdengar lebih tinggi

dari presentasi kepala

Pantat dan/atau kaki bisa diraba.

Mekonium kental berwarna gelap

pada sungsang bawah adalah

normal.

Lintang Kepala atau pantat

tidak bisa diraba

Bahu atau lengan biasanya bisa

diraba. Bahu bisa dibedakan dari

27

Page 29: Laporan Kasus CPD

pada simfisis pubis

dan kepala biasanya

teraba di satu sisi

pantat dengan cara meraba iga.

3.5 Pelvimetri Radiologis

Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh

keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalam dengan tangan dapat

diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu

bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.2

Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat

ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan

pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan

pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina

iskhiadika.3 Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin

sehingga jarang dilakukan. Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi,

tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya

mahal. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan

antara lain tidak ada radiasi, pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap.

Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena biaya yang mahal.1 Dari pelvimetri dengan

pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang

panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar

yang masih dapat dilahirkan spontan.

Untuk pelvimetri dibuat 2 buah foto: 10

1. Foto pintu atas panggul

Ibu dalam posisi setengah duduk (THOMS), sehingga tabung Rontgen tegak lurus

diatas pintu atas panggul

2. Foto lateral

Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horisontal pada trochanter

mayor dari samping.

Dari kedua foto tersebut dapat dilihat:10

- Diameter transversa

28

Page 30: Laporan Kasus CPD

- Distansia interspinarum

- Jenis pelvis

- Conjugata diagonalis

- Diameter AP pintu bawah

- Diameter sagital posterior

- Bentuk sacrum

3.6 Luas bidang, kapasitas, dan daya akomodasi panggul

3.6.1 Luas Bidang Panggul.

Untuk menentukan luasnya suatu bidang panggul dipergunakan index MENGERT,

yaitu diameter AP dikalikan diameter transversa. Luas bidang panggul wanita indonesia,

standartnya ialah: 10

1. Pintu atas panggul 10 x 12 = 120 cm2

2. Pintu tengah panggul 10x 11,5 = 115 cm2

Untuk tiap-tiap pangggul yang dibuat pelvimetri, diukur luas bidang menurut index

mengert, kemuadian dibandingkan dengan luas standart tadi.

3.6.2 Kapasitas Panggul

Perbandingan antara luas bidang yang didapat itu dengan luas standart dalam

persen dinamakan kapasitas daripada bidang: 10

Contoh:

Pintu atas : Konjugata vera 10 cm

Diameter transversa 11 cm

Luas bidang panggul = 10 x 11 cm = 110

Kapasitasnya = 110 : 120 cm2 = 92%

3.6.3 Daya Akomodasi

Daya akomodasi suatu pelvis adalah volume dari bayi yang terbesar yang masih

dapat dilahirkan secara spontan dan normal melalui panggul yang dinyatakan dalam gram.

Suatu panggul dengan kapasitas 100% harus dapat melahirkan bayi dengan

beratnya 4000 gram. Daya akomodasi turun seimbang dengan kapasitasnya. 10

29

Page 31: Laporan Kasus CPD

Contoh: Untuk panggul dengan kapasitas 92% dapat diperhitungkan daya

akomodasi

92% x 4000 gram = 3680 gram

3.7 Penatalaksanaan

Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan

dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn, satu tangan

menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan

pada kepala untuk menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode

Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan

kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk

menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke

vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.2

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan

panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan

selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. 2,3 Cara ini merupakan tes terhadap

kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat

diketahui sebelum persalinan berlangsung beberapa waktu.2

3.7.1 Persalinan Percobaan

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada

letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya

adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar

sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan

menjadi penyulit persalinan percobaan.2, 11

Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita

mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam atau setelah

anak lahir pervaginam.11 Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test

of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of

labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena test of labour baru dimulai

pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Test of labor dikatakan berhasil

30

Page 32: Laporan Kasus CPD

jika dalam 1 jam sesudahnya kepala turun sampai Hodge III.11 Saat ini test of labour jarang

digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul

sempit dan komplikasi yang sering ialah infeksi, ruptur uteri, dan kematian anak yang

tinggi sekitar 25%.3,11

Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir spontan per vaginam

atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan

apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang

baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak

mampu melewati pintu atas panggul dalam 2 jam meskipun his baik. Pada keadaan ini

dilakukan seksio sesarea.11 Partus percobaan dapat berlangsung 6 sampai 18 jam, jarang

sampai 24 jam. Namun, lamanya partus percobaan yang pasti untuk kasus tertentu

memerlukan pertimbangan dan hanya dapat ditentukan oleh ahli kebidanan dan

konsulennya. 3

3.7.2 Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan

aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.3,4 Seksio sesarea sekunder (sesudah

persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan percobaan dianggap gagal

atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat

persalinan per vaginam belum dipenuhi. 3, 11

3.7.3 Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.

Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.2, 3

3.7.4 Kraniotomi dan Kleidotomi

Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila

panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio

sesarea. 2,3

31

Page 33: Laporan Kasus CPD

3.8 Komplikasi 1,9

Komplikasi pada ibu

1. Fistula

2. Partus lama dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, serta infeksi intrapartum

3. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat

timbul regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi

patologik yang dapat berakhir pada terjadinya ruptur uteri.

4. Post partum hemoragik hingga syok.

Komplikasi pada janin

1. Meningkatkan kematian perinatal

2. Prolapsus funukuli

3. Perdarahan intrakrania bila janin lahir dengan mengadakan Moulage berat

4. Kejang

5. Asfiksia

6. Cedera fasial

32

Page 34: Laporan Kasus CPD

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Diagnosis

4.1.1. Anamnesis

Teori Kasus

Riwayat Obstetri: pernah

mengalami persalinan lama,

janin besar, CPD

Riwayat penyakit TB tulang

Riwayat trauma pelvis

Merupakan kehamilan pertama

pasien dengan usia kehamilan 38-

39 minggu

Pasien tidak pernah mengalami

penyakit TB tulang ataupun

kecelakaan

4.1.2. Pemeriksaan Fisik

Teori Kasus

Antropometri Ibu

- CPD dicurigai pada wanita dengan

tinggi badan kurang dari 158 cm. 7

- Wanita dengan dwarfisme yaitu

tinggi badan < 147 cm setelah

dewasa, umumnya melahirkan

dengan sectio sesarea dengan

janin yang cukup besar yaitu

2.600 gram. 3

Pemeriksaan Abdomen

- Ukuran janin > 4 kg

- Kepala masih diatas PAP

Tinggi badan ibu 142 cm

Pada Palpasi didapatkan TFU= 32

cm

Taksir berat badan janin: (32-13)

x 155 = 2945 gram

Pemeriksaan leopold

Leopold I : teraba bokong

33

Page 35: Laporan Kasus CPD

Leopold II : teraba punggung

disebelah kanan ibu

Leopold III : teraba kepala

Leopold IV : belum masuk PAP

4.1.3 Pemeriksaan Dalam

Teori Kasus

Kesempitan PAP, PTP, PBP pada pengukuran

panggul dalam

CV < 10

Distansia Interspinarum < 9 cm

atau spina ischiadika yang besar

dan menonjol

Distansia intertuberosum < 8 cm

Umumnya CPD juga disebabkan oleh

malpresentasi dan malposisi janin

Terbentuknya caput dan molase berat

Pemeriksaan panggul dalam

Promontorium : tidak teraba

Spina ischiadica agak menonjol

Distansia intertuberosum : 7 cm (kurang

dari 1 kepalan tangan)

VT : vulvovagina normal, portio lunak,

pembukaan 10 cm, ketuban (-), bagian terdepan

kepala, caput (+), penurunan hodge 2, pelepasan

lendir dan darah (+).

4.1.4 Kemajuan Persalinan

Teori Kasus

Distosia adalah persalinan yang abnormal

atau sulit dan ditandai dengan terlalu

lambatnya kemajuan persalinan. 30% ibu

dengan persalinan berkepanjangan

mengalami disproporsi sefalopelvik.

Pasien sudah mengalami pembukaan lengkap

sejak pukul 00.30 a.m. namum belum melahirkan

hingga pukul 11.00 a.m

4.1.3. Penunjang Diagnostik

Teori Kasus

Diameter biparietal janin

ditentukan melalui

Selama masa kehamilannya,

pasien rutin melakukan antenatal

care di puskesmas namun tidak

34

Page 36: Laporan Kasus CPD

pemeriksaan USG

Kepastian CPD harus

dilakukan partus percobaan

dan pelvimetri radiologi untuk

mengukur kapasitas panggul

secara pasti

pernah melakukan pemeriksaan

USG

Pada pasien tidak dilakukan

pemeriksaan pelvimetri radiologis

ataupun partus percobaan.

4.2 Tatalaksana

Teori Kasus

Partus Percobaan

- Trial of labor

- Test of labor

Seksio sesarea

Pada pasien dilakukan sectio sesarea

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pasien Ny. J, 31 tahun, datang dengan keluhan keluar air-air dan perut

terasa mulas. Secara umum, penegakan diagnosis, alur penatalaksanaan sudah sesuai

dengan literatur yang ada. Prognosis pada pasien ini berdasarkan perjalanan penyakit

dan penatalaksanaan yang telah didapatkan adalah bonam.

35

Page 37: Laporan Kasus CPD

5.2. Saran

Agar diagnosis pada pasien ditegakkan secara baik lewat anamnesis dan

pemeriksaan fisik yang cermat maupun lewat pemeriksaan penunjang. Sehingga

keputusan untuk penatalaksanaan yang tepat kedepannya sesuai dengan diagnosis

yang tepat pula. Sebaiknya pasien yang ingin hamil, harus benar-benar melakukan

konseling pra konsepsi yang baik menyangkut kehamilannya serta rutin melakukan

pemeriksaan antenatal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F.G, Leveno, K.J, et al. 2010. Abnormal Labor in William’s Obstetry 23rd

Edition. Philadelphia : Mc-Graw-Hill.

2. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta Pusat: Yayasan Bina Pustaka.

3. Oxorn, H & William R. Forte. 1990. Ilmu Kebidanan: patologi dan Fisiologi

persalinan. Yogyakarta: Essentia Medica.

4. Rasjidi, Imam. 2009. Manual Seksio Sesarea & laparotomi kelainan adneksa. Jakarta:

Sagung Seto.

36

Page 38: Laporan Kasus CPD

5. Depkes RI. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif. Jakarta.

6. Decherney, Alan & Lauren Nathan. 2003. Current Obstetri and Gynecologic Diagnosis

and Treatment, ninth Edition. Los Angeles: Mc-Graw hill.

7. Hamilton, Diana. 2004. Lecture Notes: Obstetrics and gynaecology, second edition.

Australia: Blackwell.

8. Chan, Paul & Susan Johnson. 2004. Gynecology and Obstetrics 2004 Edition New

ACOG Treatment Guidelines. California: Current Clinical Strategies.

9. Labour and Delivery Care HEAT Module.

http://labspace.open.ac.uk/mod/oucontent/view.php?id=452296&section=1.4. Di akses

tanggal 22 September 2013

10. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. ECG: Jakarta

11. Martaadisoebrata, Djamhoer. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi

Edisi 2. ECG : Jakarta.

37