Presentasi Kasus Cpd

31
PRESENTASI KASUS WANITA G1P0A0 16 TAHUN HAMIL 39 MINGGU JANIN 1 HIDUP INRAUTERIN, INPARTU KALA I CPD PRIMIGRAVIDA MUDA Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter di RSB Budi Rahayu Magelang Diajukan Kepada : dr. Eddy Gunawan Achmad , Sp.OG Disusun Oleh : Hendra Setyawan (2008.031.0066) SMF BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN 0

description

Presentasi Kasus Cpd

Transcript of Presentasi Kasus Cpd

Page 1: Presentasi Kasus Cpd

PRESENTASI KASUS

WANITA G1P0A0 16 TAHUN HAMIL 39 MINGGU JANIN 1 HIDUP

INRAUTERIN, INPARTU KALA I CPD PRIMIGRAVIDA MUDA

Disusun untuk Memenuhi Syarat

Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter

di RSB Budi Rahayu Magelang

Diajukan Kepada :

dr. Eddy Gunawan Achmad , Sp.OG

Disusun Oleh :

Hendra Setyawan (2008.031.0066)

SMF BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

RSUD TIDAR MAGELANG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2012

HALAMAN PENGESAHAN

0

Page 2: Presentasi Kasus Cpd

Disusun untuk Mengikuti Ujian Stase Ilmu Kebidanan dan Kandungan

di RSUD Tidar Magelang

Disusun Oleh:

Hendra Setyawan (2008.031.0066)

Telah dipresentasikan pada tanggal September 2012

dan telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

dr. Eddy Gunawan A , Sp. OG

1

Page 3: Presentasi Kasus Cpd

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

a. Nama : Ny. Samirah

b. Umur : 16 tahun

c. Pendidikan : SD

d. Pekerjaan : Dagang

e. Agama : Islam

f. Suami : Tn.

g. Umur : 24 tahun

h. Pendidikan : SD

i. Pekerjaan : Dagang

j. Alamat : Kledung Kulon RT 02/RW 13 Sutopati Kejoran

Magelang

k. Tanggal masuk : 02 Desember 2012 jam 19.30

II. ANAMNESIS tanggal 02 Desember 2012 jam 19.45

1. Keluhan Utama

Pasien datang rujukan bidan dengan keluhan ingin melahirkan ,

inpartu kala I dengan kepala masih tinggi, kepala belum masuk pintu atas

panggul (PAP).

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang rujukan bidan dengan inpartu kala I dengan kepala

masih tinggi, kepala belum masuk pintu atas panggul (PAP) , kencing (+)

gerak anak (+) terpasang infuse RL, kenceng-kenceng sering (+), keluhan

lendir darah (-), keluar cairan dari vagina (-).

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit infeksi kelamin, asma, hipertensi, jantung

diabetes mellitus, riwayat hipertensi disangkal.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Asma, hipertensi, DM, TBC disangkal

2

Page 4: Presentasi Kasus Cpd

5. Riwayat menstruasi

Menarche : 15 tahun

Siklus : 28 hari

Lama : 7 hari

Jumlah : 2-3 pembalut/hari

Sakit waktu menstruasi : tidak ada

HPHT : 02 Maret 2012

6. Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali selama 1 tahun.

7. Riwayat Obsetri

No Kehamilan,persalinan,keguguran dan

nifas

Umur Keadaan

anak

Tempat

perawatan

dan no

daftar

2. Hamil ini

8. Riwayat kehamilan Sekarang

ANC (+) di bidan

1 kali pada trisemester I, 2 kali dalam trisemester II, dan 4 kali dalam

trisemester akhir.

HPL : 09 Desember 2012

9. Riwayat Keluarga Berencana.

Tidak

3

Page 5: Presentasi Kasus Cpd

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 120/90 mmHg

HR : 84x/menit RR :27x/menit

Suhu : 36,20 C TB :150 cm

BB :78 kg (perkiraan)

Kepala : Mesochepal

Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada sekret

Leher : Lnn ttb, JVP ≠

Thorax :Simetris, KG (-), Cor/pulmo dbn

Abdomen : Perut membuncit, stria gravidarum (+),

H/L ttb

Genitalia : Lendir Darah (-)

Ekstremitas : Oedema tungkai (-/-), varises (-/-), refleks patella

(+/+), tidak terdapat penurunan turgor kulit

2. Pemeriksaan Obsetri

Inspeksi : tampak perut membuncit membujur, striae gravidarum (+)..

Palpasi :

L1 : 2 jari dibawah px cypoideus

Teraba 1 bagian besar, bulat, lunak

L2 : Kiri : teraba bagian memanjang, seperti papan

Kanan : terasa bagian kecil-kecil

L3 : terasa 1 bagian besar, bulat, keras

Masih dapat digerakkan

L4 : Divergen

4

Page 6: Presentasi Kasus Cpd

Letak janin : letak kepala

DJJ : 148x/menit

HIS : (+) Sering

TFU : 35 cm

Pemeriksaan Dalam Vagina :

Portio posterior konsistensi keras, Ø : 3 cm, KK (+), Efficement 25%

(menonjol), bagian bawah kepala masih tinggi ↓H1, lendir darah (-)

Bishop’s Score

Score 0 1 2 3 ∑

DILATATION 0 1-2 3-4 5-6 1

EFFICEMENT 0-30% 40-50% 60-70% 80% 0

CONSISTENCY Firm Medium Soft 0

POSITION Posterior Medial Anterior 0

STATION -3 -2 -1,0 +1,+2 3

Score pada pasien 4

Bishop’s score <5

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah Rutin

2. WBC : 11,83 N: F 4,8-10.8

3. RBC : 4,01 N: F 4,2-5,4

4. HGB : 11,5 N:F 12-16

5. HCT : 34,5 N:F 37-47

6. MCV : 86,0 N: 79-99

7. MCH : 28,7 N: 27-31

8. MCHC: 33,3 N: 33-37

9. PLT : 338 N:150-450

5

Page 7: Presentasi Kasus Cpd

Imunoserologi

HBs Ag : - / NEG

V. DIAGNOSIS

G1P0A0, 16 tahun, hamil 39 minggu

Janin I hidup intrauterine

Let kepala puki (preskep)

Inpartu kala I

Primigravida muda

VI. SIKAP

Inform consent

Cek laboratorium darah rutin

Injeksi Ampicillin 1 gram (skin test pukul 23.30)

Observasi

Usul USG

A. Tanggal 02 Desember 2012 jam 19.30

Keadaan umum : Baik.

kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Nadi : 80 x /menit

Suhu : 36,5oC

Respirasi : 20x /menit

His : 1 kali dalam 10 menit, lama 15 detik (+)

Djj : 148x/menit

VT : Portio posterior kaku, Ø 3 cm, KK (+), Efficement 25%,

bagian bawah kepala masih tinggi ↓H1, lendir darah (+)

6

Page 8: Presentasi Kasus Cpd

D/

G1P0A0, 16 tahun, hamil 39 minggu

Janin I hidup intrauterine

Let kepala puki (preskep)

Inpartu kala I

Primigravida muda

S/ Lapor dokter USG

Pro SC cito lapor dokter

B. Tanggal 02 Desember 2012 jam 20.00

Keadaan umum : Baik

kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x /menit

Suhu : 36,5oC

Respirasi : 20x /menit

His : 1 kali dalam 10 menit, lama 15 detik

Djj : 148x/menit

VT : Portio posterior kaku, Ø 3 cm, KK (+), Efficement 25%,

bagian bawah kepala masih tinggi ↓H1, lendir darah (+)

D/

G1P0A0, 16 tahun, hamil 39 minggu

Janin I hidup intrauterine

Let kepala puki (preskep)

Inpartu kala I

Primigravida muda

S/

Persiapan SC

Informed consent

7

Page 9: Presentasi Kasus Cpd

Cek lab darah rutin + usaha darah titip PMI dulu 1 kolf

Skin test ampicillin

Pasang DC + skrin

Ganti baju OP

Anestesi (+)

C. Tanggal 02 Desember 2012 jam 21.00

Keadaan umum : Baik.

kesadaran :compos mentis

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Nadi : 84 x /menit

Suhu : 36,5oC

Respirasi : 20x /menit

His : 1 kali dalam 10 menit, lama 20 detik (+)

Djj : 145x/menit

VT : Portio posterior kaku, Ø 3 cm, KK (+), Efficement 25%,

bagian bawah kepala masih tinggi ↓H1, lendir darah (+)

D/

G1P0A0, 16 tahun, hamil 39 minggu

Janin I hidup intrauterine

Let kepala puki (preskep)

Inpartu kala I

Primigravida muda

S/

Injeksi ampocillin 1 gram

Tindakan Sectio Caesarea

Indikasi : Hamil 39 minggu, CPD + inpartu kala I

Macam operasi : SCTP

Waktu operasi : 15 September 2012 jam 08.30 – 10.00

8

Page 10: Presentasi Kasus Cpd

Laporan persalinan SC Tanggal 15 September 2012 jam 08.30

1. Pasien tidur terlentang di atas meja operasi dalam anastesi spinal.

2. Asepsis dan antisepsis daerah tindakan dengan povidon iodine.

3. Pasang duck steril kecuali pada daerah tindakan.

4. Insisi pada dinding abdomen secara mediana antara simpisis dan pusat + 10

cm.

5. Perdalam insisi lapis demi lapis sampai cavum abdomen terbuka.

6. Tampak uterus sebesar hamil aterm.

7. Identifikasi plica vesicouterina.

8. Dilakukan insisi pada segmen bawah rahim secara semiluner diperlebar ke

lateral secara tumpul.

9. Pecah kulit ketuban, keluar air ketuban jernih, jumlah cukup, bau khas.

10. Dengan meluksir kepala, lahir bayi perempuan, hidup, berat badan 3400

gram, Apgar score 8-9-10.

11. Injeksi oksitosin 10 IU intravena.

12. Plasenta dikeluarkan, kotiledon lengkap, infark (-), hematom (-).

13. Eksplorasi uterus :

a. Kontraksi uterus kuat

b. Kedua adnexa tenang

c. Perdarahan (-)

14. Jahit segmen bawah rahim secara jelujur, double layer.

15. Eksplorasi cavum abdomen, bersihkan jendalan darah.

16. Hitung alat lengkap.

17. Jahit dinding abdomen lapis demi lapis sampai kulit, kemudian beri plester.

18. Eksplorasi vagina :

a. Perdarahan (-)

19. Tindakan selesai

OPERASI Tanggal 15 September 2012 pukul 08.30 hingga 10.00

Perempuan, 3.400 gram, hidup, LD = 33 cm, PB = 49 cm, LK = 35 cm, LILA = 11 cm

APGAR Score 8-9-10

9

Page 11: Presentasi Kasus Cpd

Lahir Jam 09.20 dengan SCTP

Indikasi : CPD + inpartu kala I

Tanggal 04 Desember 2012

Keluhan : Nyeri post operasi

Keadaan umum : Baik

kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 88 x /menit

Suhu : 36,5oC

Respirasi : 20x /menit

Thorax : cor/pulmo dalam batas normal

Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat

Ektermitas : edema (-)

PPV : lochea (+), BAK (+)

BAB : (-)

D/

G1P1A0, 16 tahun

Post SCTP atas indikasi CPD

R/

Inj. Ampicillin 4x1 gram

Inj. Kalnex 3x500gram

Inj. Ketorolac 3x30 gram

RL + Pyton 20 tpm

10

Page 12: Presentasi Kasus Cpd

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketuban Pecah Dini

1. Definisi

Ketuban pecah dini (KPD) dapat diartikan sebagai pecahnya ketuban

pada saat fase laten sebelum adanya his. KPD juga dapat diartikan sebagai

pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan yang sebenarnya dimulai.

KPD merupakan faktor resiko yang berpengaruh pada morbiditas dan

mortalitas janin dan ibu. Meningkatnya resiko tersebut ada hubungannya

dengan lamanya periode laten dan lamanya ketuban pecah sampai jalan lahir.

Pada persalinan yang normal, ketuban pecah pada fase aktif. Pada KPD

kantung ketuban pecah sebelum fase aktif.

KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada

usia kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebab yang

jelas.

Gambar 1. Ketuban Pecah Dini

11

Page 13: Presentasi Kasus Cpd

2. Etiologi Dan Patogenesis

KPD diduga terjadi karena adanya pengurangan kekuatan selaput

ketuban, peningkatan tekanan intrauterine maupun keduanya. Sebagian besar

penelitian menyebutkan bahwa KPD terjadi karena berkurangnya kekuatan

selaput ketuban. Selaput ketuban dapat kehilangan elastisitasnya karena bakteri

maupun his. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa bakteri penyebab

infeksi adalah bakteri yang merupakan flora normal vagina maupun serviks.

Mekanisme infeksi ini belum diketahui pasti. Namun diduga hal ini terjadi

karena aktivitas uteri yang tidak diketahui yang menyebabkan perubahan

serviks yang dapat memfasilitasi terjadinya penyebaran infeksi. Faktor lainnya

yang membantu penyebaran infeksi adalah inkompetensi serviks, vaginal

toucher (VT) yang berulang-ulang dan koitus.

Banyak teori yang menyebabkan KPD, mulai dari defek kromosom,

kelainan kolagen sampai infeksi. Namun sebagian besar kasus disebabkan oleh

infeksi. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan

retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen

dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan

prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1

dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi

depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion yang menyebabkan selaput

ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

3. Diagnosis

Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena

diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan

bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya.

Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin

mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau

keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa

KPD ditegakkan dengan cara :

12

Page 14: Presentasi Kasus Cpd

1. Anamnesa

Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan

yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir atau ngepyok. Cairan berbau khas,

dan perlu juga diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut tersebut his belum

teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.

2. Inspeksi

Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari

vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,

pemeriksaan ini akan lebih jelas.

3. Pemeriksaan dengan spekulum.

Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan

dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus

uteri ditekan, penderita diminta batuk, mengejan atau megadakan manuvover

valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari

ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.

4. Pemeriksaan dalam

Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada

lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu

dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam

persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu

pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim

dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat

menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya diulakaukan kalau KPD

yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan

dibatasi sedikit mungkin.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau

dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin

13

Page 15: Presentasi Kasus Cpd

juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas

nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.

Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah

menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5,

darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.

Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada

gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan

gambaran daun pakis.

b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban

dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang

sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.

Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan

caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa

dan pemeriksaan sederhana.

4. Komplikasi

KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik pada ibu maupun

pada janin, diantaranya :

a. Infeksi

Infeksi korioamniotik sering terjadi pada pasien dengan KPD.

Diagnosis korioamnionitis dapat dilihat dari gejala klinisnya antara lain

demam (37,80C), dan sedikitnya dua gejala berikut yaitu takikardi baik

pada ibu maupun pada janin, uterus yang melembek, air ketuban yang

berbau busuk, maupun leukositosis.

b. Hyaline membrane disease

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hyaline membrane disease

sebagian besar disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD). Terdapat

hubungan antara umur kehamilan dengan hyaline membrane disease dan

chorioamnionitis yang terjadi pada pasien dengan KPD. Pada usia

14

Page 16: Presentasi Kasus Cpd

kehamilan kurang dari 32 minggu, angka risiko hyaline mebran disease

lebih banyak dibandingkan risiko infeksi.

c. Hipoplasi pulmoner

Hal ini terjadi bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 26 minggu

dan fase laten terjadi lebih dari 5 minggu yang diketahui dari adanya

distress respirasi yang berat yang terjadi segera setelah lahir dan

membutuhkan bantuan ventilator.

d. Abruptio placenta

Hal ini tergantung dari progresifitas penurunan fungsi plasenta yang

mengakibatkan pelepasan plasenta. Gejala klinik yang terjadi adalah

perdarahan pervaginam.

e. Fetal distress

Hal ini dapat diketahui dari adanya deselerasi yang menggambarkan

kompresi tali pusat yang disebabkan oleh oligohidramnion. Sehingga untuk

mengatasinya maka dilakukan sectio cesaria, yang mengakibatkan

tingginya angka section cesaria pada pasien dengan KPD.

f. Cacat pada janin

g. Kelainan kongenital

5. Terapi

Manajemen pada pasien dengan ketuban pecah dini tergantung dari

keadaan pasien. Pada persoalan penanganan KPD terdapat dua hal yang penting

yakni penanganan secara aktif dan penanganan secara konservatif. Penanganan

aktif adalah segera diterminasi kehamilannya, sedangkan penanganan

konservatif adalah diterminasi kehamilannya jika terjadi infeksi, namun hal

tersebut masih kontroversi.

Beberapa ahli berpendapat bahwa resiko infeksi dapat terjadi setiap saat

setelah ketuban pecah dan infeksi janin mungkin sudah terjadi walaupun belum

ada tanda-tanda infesi pada ibu, sehingga atas dasar alasan tersebut, para ahli

memilih penanganan aktif, yaitu melakukan induksi setela diagnosis KPD

ditegakkan.

15

Page 17: Presentasi Kasus Cpd

Selanjutnya, penanganan KPD dapat dibagi dalam keadaan berikut:

a. Pasien yang sedang dalam persalinan

Tidak ada usaha yang dapat dilakukan untuk menghentikan proses

persalinan dan memperlama kehamilan jika sudah ada his yang teratur dan

pada pemeriksaan dalam didapatkan pendataran servix 100 % dan dilatasi

servix lebih dari 4 cm. Penggunaan tokolitik tidak efektif dan akan

mengakibatkan oedem pulmo.

b. Pasien dengan paru-paru janin yang matur

Maturitas paru janin dapat diketahui dari rasio lesitin-spingomielin,

phosphatidylglycerol dan rasio albumin-surfaktan. Maturitas paru janin

diperlukan untuk amniosintesis pada evaluasi awal pasien dengan ketuban

pecah dini.

c. Pasien dengan cacat janin

Terapi konservatif dengan risiko infeksi pada ibu tidak perlu dilakukan

bila janin mempunyai kelainan yang membahayakan. Namun pada janin

dengan kelainan yang tidak membahayakan harus diperlakukan sebagai

janin normal, namun input yang tepat merupakan terapi yang sangat

penting.

d. Pasien dengan fetal distress

Kompresi tali pusat dan prolaps tali pusat merupakan komplikasi

tersering ketuban pecah dini, terutama pada presentasi bokong yang tidak

maju (engaged), letak lintang dan oligohidramnion berat. Jika DJJ

menunjukkan pola deselerasi sedang atau berat maka pasien harus cepat

diterminasi. Jika janin dalam presentasi belakang kepala, maka dapat

dilakukan amnioinfusion, induksi dan dapat dilakukan persalinan

pervaginam. Namun bila janin tidak dalam presentasi kepala maka terapi

yang dapat dilakukan adalh section caesaria.

e. Pasien dengan infeksi

Pasien dengan chorioamnionitis harus dilakukan induksi bila tidak ada

kontraindikasi untuk dilakukan persalinan pervaginam dan bila belum

dalam persalinan. Bila ada kontraindikasi untuk persalinan pervaginam,

16

Page 18: Presentasi Kasus Cpd

maka dilakukan section cesaria setelah pemberian antibiotic yang

dimaksudkan untuk menurunkan komplikasi pada ibu dan janin. Beberapa

penelitian menyebutkan section cesaria sebaiknya dilakukan bila persalinan

pervaginam tidak dapat terjadi setelah 12 jam diagnosis chorioamnionitis

ditegakkan.

Terapi ketuban pecah dini adalah :

a. Terapi konservatif

- Rawat di Rumah sakit.

- Antibiotika jika ketuban pecah lebih dari 6 jam.

- Pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu, dirawat selama air

ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi

- Bila umur kehamilan sudah 32-34 minggu masih keluar, maka pada

usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan.

- Nilai tanda-tanda infeksi.

- Pada umur kehamilan 32-34 minggu berikan steroid selama 7 hari

untuk memacu kematangan paru janin dan bila memungkinkan perikasa

kadar lesitin dan spingomyelin tiap minggu.

b. Terapi Aktif

- Kehamilan lebih dari 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi persalinan

maka induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan section cesaria.

- Pada keadaan DKP, letak lintang terminasi kehamilan dengan section

cesaria.

- Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan

terminasi persalinan.

a. Bila bishop score kurang dari 5, akhiri persalinan dengan section

cesaria.

b. Bila bishop score lebih dari 5, induksi persalinan dan partus

pervaginam.

c. Bila ada infeksi berat maka lakukan section cesaria.

17

Page 19: Presentasi Kasus Cpd

B. Kehamilan Aterm

Kehamilan aterm adalah suatu kehamilan yang terjadi pada seorang wanita

dengan usia kehamilan antara 37 minggu sampai 40 minggu, sedangkan persalinan

aterm atau cukup bulan didefinisikan sebagai masa persalinan yang terjadi sesudah 37

minggu dan sebelum genap 40 minggu.

WHO (1979) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Pre term : kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari)

2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu

lengkap (259 hari sampai 293 hari).

3. Post term : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih).

C. Belum Dalam Persalinan

Belum dalam persalinan adalah belum didapatkannya tanda-tanda dalam

persalinan.

Tanda-tanda dalam persalinan (in partu) yaitu:

1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

2. Keluar lendir bercampur darah (blody show) yang lebih banyak karena robekan-

robekan kecil pada serviks.

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam: seviks mendatar dan pembukaan telah ada.

D. Pematangan Serviks dan Manajemen Intrapartum

Sekitar 80% pasien dengan usia kehamilan 42 minggu memiliki hasil

pemeriksaan serviks yang kurang baik (misal, skor Bishop <7). Skor Bishop untuk

penilaian kematangan serviks dihitung sebagai berikut:

1. Dilatasi

a. Untuk 0 cm, diberi poin 0.

b. Untuk 1-2 cm, diberi poin 1.

c. Untuk 3-4 cm, diberi poin 2.

d. Untuk 5-6 cm, diberi poin 3.

18

Page 20: Presentasi Kasus Cpd

2. Effacement

a. Untuk 0-30%, diberi poin 0.

b. Untuk 40-50%, diberi poin 1.

c. Untuk 60-70%, diberi poin 2.

d. Untuk 80%, diberi poin 3.

3. Station

a. Untuk station -3, diberi poin 0.

b. Untuk station -2, diberi poin 1.

c. Untuk station -1 dan 0, diberi poin 2.

d. Untuk station +1 sampai +2, diberi poin 3.

4. Konsistensi

a. Untuk konsistensi kenyal, diberi poin 0.

b. Untuk konsistensi sedang, diberi poin 1.

c. Untuk konsistensi lunak, diberi poin 2.

5. Posisi

a. Untuk posisi posterior , diberi poin 0.

b. Untuk posisi pertengahan, diberi poin 1.

c. Untuk posisi anterior, diberi poin 2.

Skor Bishop <5 menandakan bahwa serviks belum matang sehingga diperlukan

pematangan serviks terlebih dahulu. Pada skor Bishop ≥5 menandakan bahwa

kematangan serviks sudah cukup.

Banyak pilihan untuk mematangkan serviks. Tanpa memandang cara yang

digunakan, dokter harus berhati-hati terhadap efek berbahaya yang ditimbulkan oleh

penggunaannya terutama pada pasien dengan scar pada uterus.

Kontraindikasi untuk induksi pematangan serviks antara lain sebagai berikut:

1. Kontraindikasi induksi persalinan dan persalinan pervaginam adalah sebagai

berikut:

a. Herpes aktif

b. Malpresentasi janin

c. Hasil monitoring fetal well-being yang tidak meyakinkan

d. Riwayat persalinan yang susah atau trauma pada persalinan

19

Page 21: Presentasi Kasus Cpd

e. Kontraksi reguler

f. Perdarahan pervaginam yang tidak dapat dijelaskan

g. Plasenta previa

h. Vasa previa

2. Kontraksi reguler

3. Demam pada maternal

4. Riwayat sectio cesaria atau operasi mayor pada uterus, karena meningkatkan

resiko ruptur uterus

5. Kontraindikasi relatif untuk pematangan serviks adalah pecahnya selaput ketuban.

Pada kondisi ini, tidak ada bukti tindakan pematangan serviks diikuti induksi

persalinan mengurangi kemungkinan dilakukannya sectio cesaria.

Preparat kimiawi yang tersedia antara lain tablet prostaglandin E1 untuk

penggunaan oral atau per vaginal (misoprostol), gel prostaglandin E2 untuk penggunaan

intraservikal [dinoprostone cervical (Prepidil)], dan prostaglandin E2 vaginal insert

[dinoprostone (Cervidil)]. Preparat lainnya adalah infus oksitosin dosis rendah,

antiprogesteron (Mifepristone), dan nitric oxide (isosorbide mononitrate dan glyceryl

trinitrate).

Oksitosin, dengan atau tanpa amniotomi dan prostaglandin dapat dipakai untuk

induksi persalinan. Ketika induksi telah dimulai, perhatikan kemungkinan komplikasi

yang berhubungan penanganan ketuban pecah dini dan mempersiapkan penanganannya.

Monitoring denyut jantung janin diperlukan untuk mencari adanya intoleransi janin

terhadap persalinan. Jika dokter tidak dapat memastikan toleransi janin terhadap

persalinan, sectio cesaria lebih direkomendasikan.

20

Page 22: Presentasi Kasus Cpd

DAFTAR PUSTAKA

1. Hariadi, R. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi Perdana Himpunan Kedokteran

Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Surabaya. 2004. Hal

364-382, 392-393, 426-443.

2. Cunningham, F.G; Mac Donal P.C. William Obsetric Edisi 22. Appletion & Lange.

2005.

3. Fernando Arias. Practicial Guide to Hight Risk Pregnancy and Delivery, 2 nd

Edition. St. Louis Missiori. USA. 1993. Hal 213-223.

4. Sarwono Prawirohardjo dan Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. FK UI. Jakarta. 2008.

5. Rai, J.; Schreiber, J.R; Cervical Ripening. Updated: Aug 18, 2012. Available from

URL: http://emedicine.medscape.com/article/263311-print

6. Dr. H. M. A. Ashari SpOG (K). Sectio Caesarea. 2011.

21