Laporan kasus asfiksia

26
Laporan kasus ASFIKSIA BERAT Oleh: Rudi Anandra 70 2008 012 Pembimbing: dr. Ridhayani Sp.A, FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2012

Transcript of Laporan kasus asfiksia

Laporan kasus

ASFIKSIA BERAT

Oleh: Rudi Anandra 70 2008 012

Pembimbing: dr. Ridhayani Sp.A,

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2012

KATA PENGANTARPuji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang berjudul "Asfiksia Berat". Dalam penyelesaian penyusunan laporan kasus ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Rhidayani Sp.A atas bimbingan dalam penulisan laporan kasus ini. Tujuan penulisan laporan ksus ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan pada kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah-RS Palembang Bari. Pepatah lama mengatakan "Tak ada gading yang tak retak", begitu juga penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan dan penyusunan laporan kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan dengan tujuan pembuatan dan penyusunan laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik.

Palembang, April 2012

Penulis

BAB I LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Kebangsaan Agama No. RM Pav/kelas MRS Tanggal

: By. H : 0 hari : Perempuan : Lr. Santai no. 212 Rt 05/01 kel. 8 Ulu : Indonesia : Islam : 078746 : Neonatus / III : 04 April 2012 pukul 10.15 WIB

II. ANAMNESIS (alloanamnesis dengan ibu penderita pada tanggal 9 April 2012) Bayi perempuan lahir spontan dari ibu G1P0A0, Posterm, hamil > 42 minggu, ditolong oleh bidan di ruang kebidanan RSUD Palembang Bari, saat lahir tidak langsung menangis, APGAR Score 2/3/7 dilakukan pembersihan jalan nafas + VTP, Riwayat KPSW (+) , ketuban hijau (+), bau (+), kental (+), mekonium (+), tali pusat layu (+), LK : 33 cm, anus (+), BB= 3100 gram, PB 48 cm. Riwayat kehamilan Riwayat ibu demam (-) Riwayat ibu Hipertensi (-) Riwayat ibu diabetes melitus (-) Riwayat ibu anemia (-) Riwayat Penyakit dalam Keluarga Riwayat penyakit dalam keluarga (-) Pedigree Keluarga: Tn. A 34 thn, Karyawan swasta

Ny. H 30 thn, Wiraswasta

Os

Riwayat Sosial Ekonomi Os adalah anak Pertama dari Tn.A yang bekerja sebagai Pegawai swasta, dan Ny K yang bekerja sebagai wiraswasta. Secara ekonomi, keluarga Os tergolong ekonomi menengah ke keatas. III. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan Umum Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, Aktifitas: kurang aktif Refleks hisap: Lemah Tangis: Merintih Nadi Pernapasan Suhu badan Berat badan Panjang badan Lingkar kepala : 132 x/menit, isi dan tegangan kurang : 64 x/menit : 36,4 oC : 3100 gram : 48 cm : 33 cm Kesan: Gizi Baik

Pemeriksaan Khusus Kepala : caput (-), normocephali, flushing (-) Rambut : hitam Ubun-ubun : frontanemia mayor dan minor belum menutup. Muka Mata : tidak ada kelainan bentuk, muka oval. : simetris, sklera tidak icterus, conjungtiva, tidak anemis. Hidung Mulut Telinga Leher Thoraks Paru-paru Inspeksi Palpasi Perkusi : bentuk simetris, pergerakan simetris, retraksi (+) : stemfremitus kanan = kiri : sonor di kedua lapangan paru : NCH (+), sekret (-), epistaksis (-) : Sianosis (-), bibir kering (-) : simetris, bersih, tidak ada serumen. : Tidak ada pembesaran KGB

Auskultasi Jantung

: vesikuler (+) normal, ronchi (-), wheezing (-)

Inspeksi : pulsasi (-), iktus (-), voussur cardiaque (-) Palpasi : iktus (-), thrill (-) Perkusi : dalam batas normal Auskultasi : HR= 116 x/menit, irama regular, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi : datar Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba Perkusi : timpani , shifting dullness (-) Auskultasi : bising usus (+) normal Tali pusat : Belum lepas, Radang (-), bau busuk (-) Lipat paha dan genitalia : Anus (+) Ekstremitas : akral dingin (-), sianosis (-), CRT < 3 detik, sindactyly -/-, polidactily -/-

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah Rutin (04 April 2012) Hb : 16,1 g/dl Ht : 44 % Leukosit : 20.400/mm3 Trombosit : 317.000/mm3 Diff count : 0/0/1/61/32/6 CRP : (+) Rontgen : Cor / Pulmo tidak ada kelainan

V.

DIAGNOSA SAMENTARA lahir spontan ibu G1P0A0 Neo posterm/AGA, Asfiksia berat + T. Infeksi + RDS RESUME Pada tanggal 04 April 2012 pukul 10.15 WIB lahir seorang bayi perempuan, berusia 0 hari, beralamat di Lr. Santai no. 212 Rt 05/01 kel. 8 Ulu, berkebangsaan Indonesia, beragama Islam, lahir spontan dari ibu G1P0A0, Posterm, hamil > 42 minggu, ditolong oleh bidan di ruang kebidanan RSUD Palembang Bari, saat lahir tidak langsung menangis,

VI.

APGAR Score 2/3/7 dilakukan pembersihan jalan nafas + VTP, Riwayat KPSW (+) , ketuban hijau (+), bau (+), kental (+), mekonium (+), tali pusat layu (+), LK : 33 cm, anus (+), BB= 3100 gram, PB 48 cm. Pada pemeriksaan umum didapatkan tampak sakit berat, aktifitas: kurang aktif, refleks hisap: lemah, tangis: merintih, nadi 116 x/menit, isi dan tegangan kurang, pernapasan 48 x/menit, suhu badan 36,4 oC. dilakukan pemeriksaan darah rutin, didapatkan hasil: hb 16,1 g/dl, ht 44 %, leukosit 20.400/mm3 trombosit 317.000/mm3, diff count : 0/0/1/61/32/6, CRP (+). OS lalu dikirim ke NICU (Neonatal Intensive Care) RSUD Palembang bari untuk dilakukan perawatan.

VII.

DIAGNOSIS BANDING Asfiksia berat + tersangka infeksi + RDS

VIII. DIAGNOSIS KERJA Asfiksia berat + tersangka infeksi + RDS IX. PENATALAKSANAAN 1. Inj. Vit K 1 strip (i.m) 2. Zalf mata Oxytetsa 3. Stop Oral 4. IVFD D10 1/5 NS gtt 8x/m 5. Inj. Ampicilin 2 x 155 mg 6. Inj. Gentamicin 8 mg/ 18 jam 7. Rontgen Thorax 8. Oksigenasi (O2 2 L/menit) 9. Monitor PROGNOSIS Quo ad vitam : bonam Quo ad fungsional : bonam

X.

XI.

FOLLOW UP (Tanggal 5 April 2012) S : (-) O: KU= Sens: CM Aktifitas: Aktif Tangis: Kuat (merintih) R. Hisap: Kuat HR : 160x/m RR : 40 x/mnt

BBL: 3100 gr BBS: 3100 gr U: 1 hr

Suhu : 36,4oC KS: Kepala : NCH (-) Leher : t.a.k Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-) Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-) Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N Extremitas: Akral dingin (-) A: Asfiksia berat + T. Infeksi Penatalaksanaan Inj. Vit K 1 strip (i.m) Zalf mata Oxytetsa Kebutuhan cairan: 186 cc/hr Asi/Pasi 12x2 cc (Oral & Ogt) IVFD D10 gtt 8 x/m Inj. Ampicilin 2 x 155 mg Inj. Gentamicin 8 mg/ 18 jam O2 k/p (Tanggal 6 April 2012) S : (-) BBL: 3100 gr O: KU= Sens: CM BBS: 3100 gr Aktifitas: Aktif U: 2 hr Tangis: Kuat R. Hisap: Kuat HR : 114x/m RR : 44 x/mnt Suhu : 36,2oC KS: Kepala : NCH (-) Leher : t.a.k Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-) Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-) Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N Extremitas: Akral dingin (-) A: Asfiksia berat + T. Infeksi Penatalaksanaan Kebutuhan cairan: 248 cc/hr Asi/Pasi 12x3 cc (Oral & Ogt) IVFD D10 gtt 10x/m Inj. Ampicilin 2 x 155 mg Inj. Gentamicin 8 mg/ 18 jam O2 k/p

(Tanggal 7 April 2012) S : (-) BBL: 3100 gr O: KU= Sens: CM BBS: 3100 gr Aktifitas: Aktif U: 3 hr Tangis: Kuat R. Hisap: Kuat HR : 112x/m RR : 52 x/mnt Suhu : 36,5oC KS: Kepala : NCH (-) Leher : t.a.k Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-) Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-) Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N Extremitas: Akral dingin (-) A: Asfiksia berat + T. Infeksi Penatalaksanaan Kebutuhan cairan: 300 cc/hr Asi/Pasi 12x4 cc IVFD D10 gtt 12x/m Inj. Ampicilin 2 x 155 mg Inj. Gentamicin 8 mg/ 18 jam O2 k/p (Tanggal 8 April 2012) S : (-) BBL: 3100 gr O: KU= Sens: CM BBS: 3100 gr Aktifitas: Aktif U: 4 hr Tangis: Kuat R. Hisap: Kuat HR : 127x/m RR : 60 x/mnt Suhu : 36,8oC KS: Kepala : NCH (-), dyspneu (-), sianosis (-) Leher : t.a.k Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-) Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-) Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N Extremitas: Akral dingin (-), CRT < 3 dtk A: Asfiksia berat + T. Infeksi Penatalaksanaan Kebutuhan cairan: 372 cc/hr

Asi/Pasi 12x8 cc IVFD D10 gtt 15x/m Inj. Ampicilin 2 x 155 mg Inj. Gentamicin 8 mg/ 18 jam O2 k/p

(Tanggal 9 April 2012) S : (-) BBL: 3100 gr O: KU= Sens: CM BBS: 3100 gr Aktifitas: Aktif U: 5 hr Tangis: Kuat R. Hisap: Kuat HR : 136x/m RR : 59 x/mnt Suhu : 36,6oC KS: Kepala : NCH (-), dyspneu (-), sianosis (-) Leher : t.a.k Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-) Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-) Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N Extremitas: Akral dingin (-), CRT < 3 dtk A: Asfiksia berat + T. Infeksi Penatalaksanaan Kebutuhan cairan: 403 cc/hr Asi/Pasi 12x10 cc IVFD D10 gtt 12x/m Inj. Ampicilin 2 x 155 mg Inj. Gentamicin 8 mg/ 18 jam O2 k/p

(Tanggal 10 April 2012) S : (-) BBL: 3100 gr O: KU= Sens: CM BBS: 3200 gr Aktifitas: Aktif U: 6 hr Tangis: Kuat R. Hisap: Kuat HR : 130x/m RR : 56 x/mnt Suhu : 36,4oC KS: Kepala : NCH (-), dyspneu (-), sianosis (-)

Leher : t.a.k Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-) Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-) Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N Extremitas: Akral dingin (-), CRT < 3 dtk A: Asfiksia berat + T. Infeksi Penatalaksanaan Kebutuhan cairan: 448 cc/hr Asi/Pasi 12x10 cc IVFD D10 gtt 14x/m Inj. Ampicilin 2 x 155 mg Inj. Gentamicin 8 mg/ 18 jam O2 k/p

(Tanggal 11 April 2012) S : (-) BBL: 3100 gr O: KU= Sens: CM BBS: 3300 gr Aktifitas: Aktif U: 7 hr Tangis: Kuat R. Hisap: Kuat HR : 136x/m RR : 59 x/mnt Suhu : 36,6oC KS: Kepala : NCH (-), dyspneu (-), sianosis (-) Leher : t.a.k Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-) Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-) Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N Extremitas: Akral dingin (-), CRT < 3 dtk A: Asfiksia berat + T. Infeksi Penatalaksanaan Kebutuhan cairan: 495 cc/hr Asi/Pasi 12x17c cc IVFD D10 gtt 12x/m Inj. Ampicilin 2 x 155 mg Inj. Gentamicin 8 mg/ 18 jam O2 k/p

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. Asfiksia Neonatorum A. Definisi Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir1. Menurut American College of Obstetricans and Gynecologists (ACOG) dan American Academy of Pediatrics (AAP), seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut. a. Nilai Apgar menit kelima 0-3. b. Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH 55 mm H2 c. pH < 7,30 Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi, berupa : a. Darah perifer lengkap b. Analisis gas darah sesudah lahir c. Gula darah sewaktu d. Elektrolit darah (Kalsium, Natrium, Kalium) e. Ureum kreatinin f. Laktat g. Ronsen dada h. Ronsen abdomen tiga posisi i. Pemeriksaan USG kepala j. Pemeriksaan EEG dan CT Scan kepala (IDAI, 2004).

G. Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin timbul di kemudian hari. Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir. Penilaian awal dilakukan pada setiap bayi baru lahir untuk menetukan apakah tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir dilakukan penilaian pada semua bayi dengan cara melihat : 1. Apakah bayi lahir cukup bulan ? 2. Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium ? 3. Apakah bayi bernapas adekuat atau menangis ? 4. Apakah tonus otot baik ? Apabila semua jawaban diatas Ya, berarti bayi baik dan tidak memerlukan tindakan resusitasi. Pada bayi ini segera dilakukan Asuhan Bayi Normal. Bila salah satu atau lebih jawaban tidak, bayi memerlukan tindakan resusitasi segera. 1). Langkah awal dalam stabilisasi a. Memberikan kehangatan Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi seluruh tubuh. b. Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup atau untuk pemasangan pipa endotrakeal. c. Membersihkan jalan napas sesuai keperluan Aspirasi mekoneum saat proses persalinan dapat menyebabkan pneumonia aspirasi. Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi mengalami depresi pernapasan, tonus otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera dilakukan penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah sindrom aspirasi mekonium. Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar, pembersihan sekret dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekoneum. d. Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi yang benar Meletakkan pada posisi yang benar, menghisap sekret, dan mengeringkan akan memberi rangsang yang cukup pada bayi untuk memulai pernapasan. Bila setelah posisi yang benar, penghisapan

sekret dan pengeringan, bayi belum bernapas adekuat, maka perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh dan ekstremitas bayi. 2). Ventilasi tekanan positif Setelah dilakukan langkah awal resusitasi, ventilasi tekanan positif harus dimulai bila bayi tetap apnea setelah stimulasi atau pernapasan tidak adekuat, dan/atau frekuensi jantung memadai tetapi sianosis sentral, bayi diberi oksigen aliran bebas. Bila setelah ini bayi tetap sianosis, dapat dicoba melakukan ventilasi tekanan positif. 3). Pemberian Oksigen Bila bayi masih terlihat sianosis sentral, maka diberikan tambahan oksigen. Pemberian oksigen aliran bebas dapat dilakukan dengan menggunakan sungkup oksigen, sungkup dengan balon tidak mengembang sendiri, T-piece resuscitator dan selang/pipa oksigen. Pemberian oksigen 100% tidak dianjurkan pada bayi kurang bulan karena dapat merusak jaringan. Penghentian pemberian oksigen dilakukan secara bertahap bila tidak terdapat sianosis sentral lagi yaitu bayi tetap merah atau saturasi oksigen tetap baik walaupun konsentrasi oksigen sama dengan konsentrasi oksigen ruangan. Bila bayi kembali sianosis, maka pemeberian oksigen perlu dilanjutkan sampai sianosis sentral hilang. Kemudian secepatnya dilakukan pemeriksaan gas darah arteri dan oksimetri untuk menyesuaikan kadar oksigen mencapai normal. 4). Kompresi dada Kompresi dada dimulai jika frekuensi jantung kurang dari 60x/menit setelah dilakukan ventilasi tekanan positif selama 30 detik. Kompresi dada dilakukan dengan menekan sternum menggunakan 1 jempol atau 2 jari tegak lurus di linea parasentralis kiri sedalam 1/3 diameter anteroposterior rongga dada dengan 3 kali penekanan dan 1 kali ventilasi dalam 2 detik (45 kali kompresi dada dan 15 kali ventilasi selama 30 detik). 5). Terapi Medikamentosa a. Epinefrin 1:10.000 Dosis : 0,1-0,3 ml/kg berat badan atau 0,01-0,03 mg/kg berat badan diberikan secara cepat, dilarutkan dengan larutan NaCl 0,9% menjadi 1-2 ml bila secara endotrakea.

b. Cairan penambah volume darah (plasma expander) Dosis awal 10 ml/kg dengan kecepatan 5-10 menit secara intravena. Bila bayi menunjukkan perbaikan yang minimal setelah pemberian dosis pertama, dapat dberikan dosis tambahan lagi 10 ml/kg. c. Nalokson Dosis : 0,1 mg/kg diberikan secara intravena atau intramuskular. d. Natrium Bikarbonat Dosis : 1-2 mEq/kg diberikan secara intravena setelah ventilasi dan perfusi adekuat dicapai, diberikan dalam kira-kira 2 menit yaitu 1 mEq/kg/menit (Dharmasetiawani, 2008). H. Prognosis Asfiksia Neonatorum Apabila bayi yang mengalami asfiksia dapat bertahan hidup pada 24 jam pertama maka prognosis kehidupannya biasanya akan baik. Namun, sekitar 1 juta bayi yang bertahan dari asfiksia neonatorum hidup dengan gangguan perkembangan otak kronik, termasuk cerebral palsy, retardasi mental dan kesulitan belajar. I. Komplikasi Asfiksia Neonatorum Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi yang mengalami asfiksia neonatorum adalah asidosis metabolik, hipoglikemia, enselofati hipoksia iskemik dan gagal ginjal. Kompresi dada juga dapat menyebabkan trauma pada bayi. Organ vital dibawah tulang iga adalah jantung, paru, dan sebagian hati. Tulang rusuk juga rapuh dan mudah patah. Kompresi harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak merusak organ dibawahnya (Health Technology Assessment Indonesia Depkes RI, 2008).

BAB III ANALISIS KASUSBayi Ny H, perempuan, berusia 0 hari, lahir spontan dari ibu G1P0A0, Posterm, hamil > 42 minggu, ditolong oleh bidan di ruang kebidanan RSUD Palembang Bari, saat lahir tidak langsung menangis, APGAR Score 2/3/7 dilakukan pembersihan jalan nafas + VTP, Riwayat KPSW (+) , ketuban hijau (+), bau busuk (+), kental (+), mekonium (+), tali pusat layu (+), LK : 33 cm, anus (+), BB= 3100 gram, PB 48 cm. Pada pemeriksaan umum didapatkan tampak sakit berat, aktifitas: kurang aktif, refleks hisap: lemah, tangis: merintih, nadi 132 x/menit, isi dan tegangan kurang, pernapasan 64 x/menit, suhu badan 36,4 oC. dilakukan pemeriksaan darah rutin, didapatkan hasil: hb 16,1 g/dl, ht 44 %, leukosit 20.400/mm3 trombosit 317.000/mm3, diff count : 0/0/1/61/32/6, CRP (+). OS lalu dikirim ke NICU (Neonatal Intensive Care) RSUD Palembang bari untuk dilakukan perawatan. Pada saat lahir bayi tidak langsung menangis dan nilai APGAR SCORE menit pertama 2, menit kelima 3 dan menit ke sepuluh 7 yang menandakan bahwa bayi Ny. H mengalami asfiksia berat. Hal ini dapat disebabkan dari faktor ibu, faktor persalinan maupun faktor janin. Dari anamnesis didapatkan bahwa ibu tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, anemia, gagal jantung maupun infeksi sistemik. Sehingga dalam kasus ini kemungkinan penyebabnya adalah dari faktor janin dan persalinan, yaitu umur bayi yang > 42 minggu / posterm dan riwayat KPSW (+), ketuban hijau, bau busuk (+), kental (+) dan terdapat mekonium. Setelah 4 jam pertama kelahiran pada pemeriksaan umum didapatkan tampak sakit berat, aktifitas: kurang aktif, frekuensi nafas bayi 64 x/menit, merintih pada waktu ekspirasi, retraksi otot-otot penafasan dan NCH (+), dapat disimpulkan bayi tersebut juga mengalami gangguan ventilasi pernafasan / respiratory distres syndrom, yang dapat disebabkan gangguan pada traktus respiratorius seperti HMD, TTN, sindrom aspirasi, pneumonia, maupun hernia diafragmatica, ataupun gangguan dari luar traktus respiratorius seperti kelainan jantung kongenital, kelainan metabolik, darah dan SSP. Pada kasus ini HMD, dapat disingkirkan, karena riwayat bayi yang posterm / usia kehamilan > 42 minggu dan berat badan lahir yang normal. Sedangkan TTN biasanya terjadi pada bayi dengan sectio cessaria, sehingga diagnosis TTN juga dapat disingkirkan. Sehingga diagnosis yang

paling mungkin dalam kasus ini adalah RDS akibat aspirasi mekonium yang dapat dilihat dari usia kehamilan posterm dan air ketuban yang terdapat mekonium. Sedangkan untuk gangguan pada luar traktus respiratorius, belum sepenuhnya dapat disingkirkan, pada pemeriksaan rontgen thorax tidak ditemukan kelainan. Sehingga hernia diafragmatica dan pneumonia dapat disingkirkan, tetapi kelainan jantung kongenital, kelainan metabolik, darah dan SSP belum sepenuhnya dapat disingkirkan dan diperlukan pemeriksaan lebih lanjut. Tetapi kelainan tersebut jarang terjadi. Tetapi bila terdapat gangguan ventilasi pernafasan yang menetap dalam jangka waktu lama, perlu dipertimbangkan pemeriksaan penunjang lainnya. Riwayat KPSW (+) , ketuban hijau (+), bau (+), kental (+), mekonium (+), tali pusat layu (+), dan CRP (+) dapat dipikirkan pula kemungkinan bayi Ny. H adalah tersangka infeksi sehingga diperlukan perawatan lebih lanjut.

BAB V KESIMPULANBayi Ny H, perempuan, berusia 0 hari, lahir spontan mengalami asfiksia + tersangka infeksi + RDS ec. Aspirasi mekonium.

DAFTAR PUSTAKA1. Abdoerrachman, dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak : Asfiksia Neonatorum. Jilid 3. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia, hal. 1072-1081. 2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH. 2010. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak. RSMH, Palembang, Indonesia, hal. 1. 3. Dewi, Novita, dkk. Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum pada Bayi Cukup Bulan. Berkala Ilmu Kedokteran, Vol. 37, No. 3, 2005, hal. 143-149. 4. Health Technology Assesment Indonesia Depkes RI. 2008. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 5. IDAI. 2004. Asfiksia Neonatorum. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; hal. 272- 276. 6. Indahwati, Elvi. 2010. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Asfiksia Neonatorum di Instalasi Rawat Inap Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari - 31 Desember 2008. Skripsi, Jurusan Kedokteran Unsri (tidak dipublikasikan). 7. Wiknjosastro, dkk. 2005. Ilmu Kebidanan : Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Indonesia, hal. 771 - 784.

Fisiologi pernafasan neonatusProses persalinan pervaginam Terjadi kompresi intermitten pada