LAPORAN GEOLOGI DASAR

111
1 BAB I PENGENALAN MINERAL I.1 Pengertian Mineral Suatu benda padat / tidak selamanya padat yang terbentuk secara alamiah yang merupakan bahan anorganik, mempunyai sifat fisik tertentu, homogen, mempunyai susunan kristal dan mempunyai komposisi kimia. I.2 Sifat-sifat fisik mineral Mineral-mineral batuan yang umum dan juga mineral- mineral ekonomis yang jarang terdapat biasanya dapat dikenal tanpa alat-alat yang khusus dan rumit tetapi hanya cukup mengenal sifat-sifat fisik yang meliputi : 1.Warna 2.Kilap 3. Cerat 4. Kekerasan 5. Belahan 6. Pecahan 7. Bentuk 8. Kemagnetan 9. Berat Jenis. I.2.1. Warna Kenampakan langsung yang dapat dilihat , akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih

description

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

Transcript of LAPORAN GEOLOGI DASAR

1

BAB I

PENGENALAN MINERAL

I.1 Pengertian Mineral

Suatu benda padat / tidak selamanya padat yang terbentuk secara alamiah

yang merupakan bahan anorganik, mempunyai sifat fisik tertentu, homogen,

mempunyai susunan kristal dan mempunyai komposisi kimia.

I.2 Sifat-sifat fisik mineral

Mineral-mineral batuan yang umum dan juga mineral-mineral ekonomis

yang jarang terdapat biasanya dapat dikenal tanpa alat-alat yang khusus dan rumit

tetapi hanya cukup mengenal sifat-sifat fisik yang meliputi : 1.Warna 2.Kilap 3.

Cerat 4. Kekerasan 5. Belahan 6. Pecahan 7. Bentuk 8. Kemagnetan 9. Berat

Jenis.

I.2.1. Warna

Kenampakan langsung yang dapat dilihat , akan tetapi tidak dapat

diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna

lebih dari satu warna , tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan

pengotoran padanya.

I.2.2. Perawakan

Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebur

mempunyai bidang kristalin yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai

batas batas kristal yang jelas.

1

2

Struktur Mineral dapat dibagi menjadi :

Granular atau butiran , ukuran butir seragam.

Struktur kolom atau prisma , bila panjang disebut fibrous atau berserat.

Struktur lembaran atau lamelar , seperti tabular , konsentris , dan foliasi.

Struktur imitasi , seperti asikular , filiformis , membilah

I.2.3. Kilap

Kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan pada mineral.

Kilap dibedakan menjadi dua :

Kilap Logam

Kilap Non Logam , dibedakan menjadi :

Kilap Kaca (vitreous)

Kilap Intan (adamantine)

Kilap Sutra (silky)

Kilap Damar (resinous)

Kilap Mutiara (pearly)

Kilap Lemak (greasy)

Kilap Tanah (dull)

3

I.2.4. Kekerasan

Ketahanan Mineral terhadap goresan , relatif menggunakan Skala Mosh :

Tabel 1. Skala Mosh (http://lorenskambuaya.blogspot.com/2012/05/skala-mohs.html)

I.2.5. Goresan atau cerat

Warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau berbeda

dengan warna mineral. Umunya warna cerat tetap.

I.2.6. Belahan

Kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui

bidang-bidang belahan yang rata dan licin.

I.2.7. Pecahan

Kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak

teratur .

4

Pecahan dapat dibedakan menjadi :

Pecahan Konkoidal

Pecahan berserat/Fibrous

Pecahan Tidak rata

Pecahan Rata

Pecahan Runcing

Pecahan Tanah

I.2.8. Berat Jenis

Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh

unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam

susunan kristalnya. Umumnya mineral-mineral pembentuk batuan mempunyai

berat jenis sekitar 2.7, meskipun berat jenis rata-rata unsur metal didalamnya

berkisar antara 5. Emas murni umpamanya, mempunyai berat jenis 19.3

I.2.9. Sifat Kemagnetan

Sifat mineral terhadap gaya magnet . Dikatakan sebagai feromagnetic bila

mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik , phirhotiti .

Mineral-mineral yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic , dan yang

tertarik lemah yaitu paramagnetic .

5

BAB IIPENGENALAN BATUAN

II.1. Pengenalan Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah

jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif

(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma

ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di

mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu

dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau

perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil

dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

II.1.1. Pengertian

Jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras ,

dengan atau tanpa proses kristalisasi , baik dibawah permukaan sebagai batuan

intrusif (plutonik) maupun diatas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).

II.1.2. Klasifikasi Batuan Beku

A. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Kimia

Menurut Hulburt (1977) Pembagian batuan bekuberdasarkan komposisi

ini telah lama menjadi standar dalam geologi, dan di bagi dalam empat

golongan yaitu :

5

6

a. Batuan Beku Asam

Termasuk golongan ini bila batuan beku tersebut mengandung silika

(SiO2)  lebih dari 66%.contoh batuan ini dalah Granit dan Ryolit. Batuan

yang tergolong kelompok ini mempunyai warna terang (cerah) karena

(SiO2) yang kaya akan menghasilkan batuan dengan kandungan kuarsa,

dan alkali feldspar dengan atau tanpa muskovit.

b. Batuan  Beku Menengah (intermediat)

Apabila batauan tersebut mengandung 52 – 66% silika maka termasuk

dalam kelas ini. Batuan ini akan berwarnagelap karena tingginya

kandungan mineral feromagnesia. Contoh batuan ini adalah Diorit dan

Andesit.

c. Batuan Beku Basa

Yang termasuk kelompok batuan beku ini adalah bataun yang

mengandung 45 – 52% silika. Batuan ini akan memiliki warna hitam

kehijauan karena terdapat kandungan mineral olivine. Contoh batuan ini

adalah Gabbro dan Basalt.

d. Batuan Beku Ultra Basa

Golongan batuan beku ini adalah apabila bataun beku mengnadung 45%

SiO2 . Warna batuan ini adalah hijau kelam karena tidak terdapat silika

bebas sebagai kuarsa. Contoh batuan ini adalah Peridotit dan Dunit.

7

B. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi

Analisa kimia batuan beku itu pada umumnya memakan waktu, maka

sebagian besar klasifikasi batuan beku berdasarkan atas susunan mineral dari

batuan itu. Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan ialah mineral

kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik.

Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen, dan

olivine (Graha 1987).

Klasifikasi yang didasarakan atas mineralogi dan tekstur akan lebih

dapat mencerminkan sejarah pembentukan batuan daripada atas dasar

komposisi kimia. Tekstur batuan beku adalah mengambarkan keadaan yang

mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular

memberi arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik

memberikan artibahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan

tekstur afanitik mengambarkan pembekuan yang cepat (Graha, 1987).

Klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russell B Travis (1955),

dalam klasifikasi ini tekstur batuan beku yang didasrkan pada ukuran butir

mineralnya dapat dibagi menjadi:

a. Batuan Dalam

Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral menyusun batuan

tersebut dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar.

b. Batuan Gang bermasa dasar faneritik

Bertekstur porfiritik dengan masa dasar faneritik.

8

c. Batuan Gang bermasa dasar afanitik

Bertekstur porfiritik dengan masa dasar afanitik.

d. Batuan Lelehan

Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau

dilihat dengan mata biasa.

II.1.3. Cara Pemerian Batuan Beku

A. Struktur Batuan Beku

• Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang

terlihat seragam.

• Skoria. Lubangnya tidak teratur

• Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada

batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat

pembekuan. Lubangnya teratur

• Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh

mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit

• Xenolit, yaitu batuan beku yang diinklusi pecahan batuan lain.

• Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya

kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran

• Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai

lapisan

9

Gambar 1. Sheeting Joint

(Noor, Djauhari (2009))

• Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan

terpisah poligonal seperti batang pensil

Gambar 2. Columnar Joint

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

• Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang

bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi

pada lingkungan air.

10

Gambar 3. Pillow Lava

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

• Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna

• Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna

• Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

Gambar 4. Anhedral dan Euhedral

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

11

B. Tekstur Batuan Beku

1. Derajat kristalisasi (Tingkat kristalisasi )

• Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun

oleh kristal

• Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas

• Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh

gelas

2. Garanularitas (Ukuran butir )

• Fanerik, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh

mineral-mineral yang berukuran kasar.

• Afanitik, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh

mineral berukuran halus.

Gambar 5. Afanitik

(PPT Tugas Batuan Beku 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

12

3. Bentuk kristal (bentuk kristal)

Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk

pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk

terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak

sempurna.

4. Hubungan antar kristal(relasi)

Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama

Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama

Gambar 6 .Equigranural dan Inequigranular

(PPT Tugas Batuan Beku 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

C.Komposisi Mineral

Komposisi mineral, didasarkan pada 3 macam :

A. Berdasarkan terbentuknya terdiri atas:

Mineral utama (Essential mineral): mineral penentu

penamaan batuan. Contoh: Kuarsa, felspar, mika,

amphibol, piroksin atau olivin.

13

Mineral sekunder (Secondary mineral) : Mineral yang

terbentuk dari mineral primer yang mengalami proses

pelapukan, hidrotermal atau metamorfisme. Contoh: kalsit,

serpentin, klorit, serosit atau kaolin.

B. Berdasarkan terang-gelap warna, dibagi menjadi asam dan basa.

Mineral Asam (felsik) : Kaya akan silika alumina, warna

cerah, mineral cerah: kuarsa, feldspar (orthoklas), feldspar

(plagioklas), atau muscovit (mika putih).

Mineral basa (Mafic) : Kaya akan besi, magnesium dan

kalsium, warna gelap. Contoh: Biotit (mika hitam), piroksin

(augit), amphibol (hornblende) atau olivin.

Perkecualian : Dunit (batu beku basa: warna terang) dan

Obsidian (batuan beku asam : warna gelap)

C. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan silika

Tabel 2. Jenis batubeku dan kandungan silika (Buku Pedoman Praktikum Geologi Fisik)

No Jenis Batuan Beku Kandungan Silika

1. Asam (acid) > 66 %

2. Intermediet 52 – 66 %

3. Basa (basic) 45 – 52 %

4. Ultrabasa < 45%

II.2. Pengenalan Batuan Sedimen

Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi

(di daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan

14

(transportasi) dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angin

merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras

(membatu) akan menjadi batuan sedimen. Ilmu yang mempelajari batuan sedimen

disebut dengan sedimentologi.

II.2.1. Pengertian

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat litifikasi hancuran

batuan lain (dentritus) atau karena hasil proses kimiawi maupun biokimiawi.

Dibagi menjadi 2 macam berdasarkan atas asalnya:

Batuan sedimen klastik (testur klastik): batuan sedimen yang

tersusun oleh hasil hancuran (fragmen) batuan lain yang sudah ada

terlebih dahulu (batuan asal) baik dari batuan beku, sedimen,

maupun metamorf. Umumnya telah mengalami transportasi atau

perpindahan.

Batuan sedimen nonklastik (testur nonklastik): batuan sedimen

yang tersusun oleh hasil reaksi tertentu, baik bersifat anorganis,

biokimiawi, atau biologis. Umumnya merupakan hasil litifikasi dari

koloid, maka akan merupakan massa batuan yang kristalin dan

berbutir seragam, dan belum mengalami transportasi atau

perpindahan.

II.2.2. Klasifikasi Batuan Sedimen

Pettijohn (1975), O’Dunn & Sill (1986) membagi batuan sedimen berdasar

teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika dan batuan

sedimen non-klastika.

15

1. Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan

sedimen yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking)

terhadap batuan yang sudah ada.  Proses pengerjaan kembali itu meliputi

pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan

kembali). Sebagai media proses tersebut adalah air, angin, es atau efek

gravitasi (beratnya sendiri).  Media yang terakhir itu sebagai akibat

longsoran batuan yang telah ada.  Kelompok batuan ini bersifat fragmental,

atau terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika) sehingga bertekstur

klastika.

2. Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai

hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga

(insitu).  Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara

kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia).

Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO +

CO2 ® CaCO3.  Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas

binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah

binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau

terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.

Sanders (1981) dan Tucker (1991), membagi batuan sedimen menjadi :

1.      Batuan sedimen detritus (klastika)

2.      Batuan sedimen kimia

3.      Batuan sedimen organik, dan

16

4.      Batuan sedimen klastika gunungapi è Batuan sedimen jenis ke empat

itu adalah    batuan sedimen bertekstur klastika dengan bahan penyusun

utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi.

Graha (1987) membagi batuan sedimen menjadi 4 kelompok juga, yaitu :

1.      Batuan sedimen detritus (klastika/mekanis)

2.      Batuan sedimen batubara (organik/tumbuh-tumbuhan) 

Batuan sedimen jenis kedua pada umumnya bertekstur non-klastika.

Tetapi batuan sedimen jenis ketiga dan keempat dapat merupakan batuan

sedimen klastika ataupun batuan sedimen non-klastika.

3.      Batuan sedimen silika, dan

Batuan sedimen karbonatBerdasar komposisi penyusun utamanya, batuan

sedimen klastika (bertekstur klastika) dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

1.      Batuan sedimen silisiklastika, adalah batuan sedimen klastika dengan

mineral penyusun utamanya adalah kuarsa dan felspar.

2.      Batuan sedimen klastika gunungapi adalah batuan sedimen dengan

material penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi (kaca,

kristal dan atau litik), dan

3.      Batuan sedimen klastika karbonat, atau batugamping klastika adalah

batuan sedimen klastika dengan mineral penyusun utamanya adalah

material karbonat (kalsit).

17

II.2.3. Cara Pemerian Batuan Sedimen

Cara Pendeskripsian Batuan Sedimen Klastik

Warna (secara kasat mata)

Kenampakan langsung yang dapat dilihat.

- Warna segar

- Warna lapuk

Struktur:

Merupakan tekstur dalam dimensi yang lebih besar,umumnya

berhubungan dengan unsur-unsur luar.

Macam-macam struktur batuan sedimen:

• Masif: apabila tidak terlihat struktur dalam atau ketebalan lebih dari 120

cm.

• Perlapisan: terjadi karena adanya variasi warna, perbedaan besar butir,

perbedaan komposisi mineral ataupun perubahan macam batuan, terdiri

atas:

Perlapisan sejajar: bidang perlapisan sejajar.

Perlapisan pilah (graded bedding): bergradasi halus ke kasar.

Perlapisan silang siur (current bedding): perlapisan yang saling

berpotongan.

• Laminasi (lamination): perlapisan yang berukuran lebih kecil dari 1cm.

18

• Berfosil: apabila tercirikan oleh kandungan fosil yang memperlihatkan

orientasi tertentu.

Tekstur

Suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir

serta susunannya (Pittijohn, 1975).

Adapun tekstur meliputi:

1. Ukuran butir (Grain Size )

Tabel 3. Skala Wentworth (http://zonegeologi.blogspot.com/2010/08/batuan-sedimen.html)

19

2. Pemilahan (Sorting )

Gambar 7. Derajat Pemilahan

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 IST AKPRIND)

3. Kebundaran

Gambar 8. Kebundaran

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

4. Kemas (Fabric )

Di dalam batuan sedimen klastik dikenal 2 (dua) macam kemas, yaitu:

1. Kemas terbuka à butiran tdk saling brsentuhan

2. Kemas tertutup à butiran saling brsentuhan satu dngan yang lainnya.

20

Gambar 9. Kemas Terbuka dan Kemas Tertutup

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

Komposisi

Di dalam batuan sedimen klastis, ada 3 komposisi:

1. Fragmenàbagian butiran yg ukurannya paling besar.

2. Matrik à lebih kecil dari fragmen, terletak di antara fragmen sebagai

massa dasar

3. Semen à bukan butiran, tpi materian pengisi rongga antar butir.

Cara Pendeskripsian Batuan Sedimen Non Klastik

Warna (secara kasat mata)

Kenampakan langsung yang dapat dilihat.

- Warna segar

- Warna lapuk

21

Struktur:

Berfosil

Gambar 10 . Batuan Berfosil

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

Oolitis: fragmen-fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik

(biasanya mineral karbonat), dengan ukuran lebih kecil dari 2 mm

Gambar 11. Batuan Berfragmen

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

22

Pisolitis: seperti oolitis, tapi ukurannya lebih besar dari 2 mm

Gambar 12. Batuan Berfragmen besar

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

Tekstur:

Adapun tekstur meliputi:

Amorf (tidak kristalin)

Gambar 13. Amorf (PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

23

Kristalin.

Gambar 14. Kristalin

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

Komposisi mineral:

Komposisi mineral sederhana, karena hasil kristalisasi dari larutan kimia.

Contoh: batugamping (kalsit, dolomit), gypsum (mineral gypsum), chert

(kalsedon) dsb.

II.3. Pengenalan Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat dari proses

metamorfosa pada batuan yang sudah ada karena perubahan temperatur(T),

tekanan (P), atau Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan. Batuan

metamorf diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas atas dasar derajat

metamorfosanya, yaitu: (1). Batuan metamorfosa derajat rendah; (2). Batuan

metamorfosa derjat menengah, dan (3). Batuan metamorf derajat tinggi.

24

II.3.1. Pengertian

Batuan Metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme,

dimana terjadi perubahan atau altereasi; physical (struktur, tekstur) dan chemical

dari suatu batuan pada temperatur dan tekanan tinggi di dalam kerak bumi.

Proses metamorfisme adalah perubahan batuan yang sudah ada menjadi

batuan metamorf karena perubahan tekanan dan temperature yang besar. Batuan

metamorf dapat berasal dari batuan beku, batuan sedimen , maupun batuan

metamorf yang sudah ada. Kata metamorf sendiri artinya adalah perubahan

bentuk. Media atau agen yang menyebabkan terjadinya proses metamorfisme

adalah panas, tekanan, dan cairan kimia aktif. Sedangkan perubahan yang terjadi

pada batuannya adalah sifat fisik dan komposisi mineral.

Proses metamorfisme terjadi apabila kondisi lingkungan batuan

mengalami perubahan yang tidak sama dengan kondisi pada waktu batuan

tersebut terbentuk, sehingga batuan menjadi tidak stabil. Untuk mendapatkan

kestabilannya kembali pada kondisi yang baru, maka batuan mengalami

perubahan. Perubahan tersebut terjadi pada kondisi tekanan dan temperatur yang

beberapa kilometer di bawah permukaan bumi. Proses metamorfisme tersebut

terbagi menjadi tiga macam yakni metamorfisme kontak, dinamik dan regional

II.3.2. Klasifikasi Batuan Metamorf

Klasifikasi ini di tinjau dari unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam

batuan metamorf yang akan mencirikan batuan asalnya. Berdasarkan komposisi

kimianya batuan metamorf terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu :

25

Calcic Metamorphic Rock

adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang bersifat kalsik (kaya unsur

Al), umumnya terdiri atas batulempung dan serpih. Contoh: batusabak dan

Phyllite.

Quartz Feldsphatic Rock

adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur kuarsa

dan feldspar. Contoh : Gneiss

Calcareous Metamorphic Rock

adalah batuan metamorf yang berasal dari batugamping dan dolomit. Contoh :

Marmer

Basic Metamorphic Rock

adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semibasa dan

menengah, serta tufa dan batuan sedimen yang bersifat napalan dengan

kandungan unsur K, Al, Fe, Mg.

Magnesia Metamorphic Rock

adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan Mg. Contoh :

serpentit, sekis.

II.3.3. Cara Pemerian Batuan Metamorf

A. Struktur

1. Struktur Foliasi

Struktur batuan metamorf yang disebabkan oleh adanya penjajaran mineral-

mineral penyusun batuan. Dibedakan menjadi     :

26

Slaty cleavage ,yaitu kenampakan pada batuan metamorf yang berbutir

halus ditunjukkan oleh bidang belah yang sangat rapat. Nama  batuannya

adalah slate (batu sabak).

Phyllitic, yaitu struktur yang bidangnya tidak rata dan  hampir sama

dengan slaty cleavage tetapi tingkatannya lebih tinggi ditunjukkan oleh

kilap sutera yang disebabkan oleh adanya mika yang sangat halus. Nama 

batuannya adalah filit.

Schistosic, yaitu strukturnya disebabkan oleh penjajaran mineral-mineral

yang pipih. Kenampakan belahannya lebih jelas dari filit sehingga lebih

mudah dibelah. Nama batuannya disebut sekis.

Gneissic, yaitu struktur  foliasi yang diperlihatkan leh penjajaran mineral-

mineral granular / berbutir kasar. Dan umumnya berupa kuarsa dan

feldspar. Nama batuannya adalah gneiss.

2. StrukturNonfoliasi

Struktur batuan metamorf yang dicirikan dengan tidak adanya penjajaran mineral

yang ada dalam batuan metamorf. Dan struktur ini dibedakan lagi menjadi :

Hornfelsik : struktur yang dimana butirnya equidimensional dan tidak

menunjukkan pengarahan atau orientasi. Nama batuannya adalah hornfels.

Kataklistik : struktur yang terdiri dari pecahan fragmen batuan dan tidak

menunjukkan arah. Misalnya breksi patahan.

Milonitik : butiran lebih halus dari kataklistik dan dapat dibelah.

27

Phyllonit : pecahan-pecahan atau fragmen batuan dan mineral dan

butirannya lebih besar.

B. Tekstur

1. Kristaloblastik

Mineral-mineral batuan asal sudah mengalami kristalisasi kembali seluruhnya

pada waktu terjadi metamorfisme. Tekstur ini masih dibagi lagi menjadi 6,yaitu :

Porfiroblastik         : dijumpai porfiroblast di dalam suatu massa dasar.

Granoblastik          : butir – butir mineral berukuran seragam.

Lepidoblastik       : mineral-mineral yan g sejajar dan terarah adalah

mineral-mineral pipih.

Nematoblastik      : mineral-mineral yang sejajar dan terarah mineral-

mineral prismatik.

Idioblastik              : mineral-mineralnya euhedral (batas kristalnya baik)

Xenoblastik             : mineral-mineralnya anhedral (batas kristalnya jelek)

2. Relict texture / tekstur sisa

tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan tekstur batuan asalnya.

Macam-macamnya yaitu :

Blastoporfiritik       : sisa tekstur porfiritik batuan asal (batuan beku) masih

tampak.

Blastofitik              : sisa tekstur ofitik batuan asal (batuan beku) masih

tampak.

28

C. Komposisi Mineral

Pada Umumnya mineral yang terbentuk adalah kuarsa, mineral mika, feldspar, klorit, amphibol, dan piroksen.

29

BAB IIIPENGENALAN FOSIL

III.1. Pendahuluan

Fosil berasal dari bahasa latin, yaitu fosilis yang berarti

menggali/mengambil sesuatu dari dalam tanah. Fosil adalah Jejak atau sisa

kehidupan baik langsung / tidak langsung terawetkan dalam lapisan kulit bumi,

terjadi secara alami dan mempunyai umur geologi ( > 500.000 tahun ).

Fosil-fosil yang sampai kepada kita adalah bagian-bagian tubuh suatu organisme,

atau sisa-sisa yang ditinggalkan saat mahluk hidup terkait masih hidup (yang

terakhir ini disebut fosil jejak). Fosil terbentuk ketika binatang atau tumbuhan

mati terawetkan sebelum sempat membusuk sempurna, lalu menjadi bagian dari

batuan endapan Bumi. Agar proses pemfosilan berlangsung, binatang atau

tumbuhan harus cepat-cepat terkubur-biasanya dengan cara dibungkus lapisan

lempung. Secara umum, hal itu diikuti oleh proses kimiawi, dengan mana

pengawetan terjamin lewat cara perubahan mineral yang terjadi pada jaringan-

jaringan asli. Fosil adalah petunjuk terpenting rincian kehidupan prasejarah.

Dari berbagai kawasan dunia, ratusan juta fosil telah diperoleh dan semuanya

memberikan sebuah jendela untuk melihat sejarah dan struktur kehidupan di

Bumi. Jutaan fosil menandakan bahwa spesies-spesies muncul mendadak,

terbentuk sempurna dan beserta struktur rumitnya, dan tidak mengalami

perubahan apapun selama jutaan tahun setelah itu. Inilah penting bahwa

kehidupan dimunculkan dari ketiadaan dengan kata lain, kehidupan itu diciptakan.

29

30

Syarat-syarat terbentuknya Fosil

Organisme memiliki bagian dalam yang keras, cangkang atau kulit yang

keras yang dapat terawetkan bisa berupa gigi, cangkang, tulang atau

jaringan kayu pada tanaman

Organisme tersebut harus terhindar dari kehancuran setelah mati atau utuh

Organisme segera terkubur oleh material yang dapat menahan terjadinya

pembusukan di dalam lingkungan pengendapan atau belum tertransportasi

dri tempat awal orgnisme tersebut terkubur.

III.2. Jenis-jenis Fosil

1. Organisme itu sendiri Tipe pertama ini adalah binatangnya itu sendiri yang

terawetkan/tersimpan. Dapat berupa tulang, daun, cangkang, dan hampir semua

yang tersimpan ini adalah bagian dari tubuhnya yang“keras”. Dapat juga berupa

binatangnya yang secara lengkap (utuh) tersipan, misalnya Fosil Mammoth yang

terawetkan karena es, ataupun serangga yang terjebak dalam amber (getah

tumbuhan). Contoh fosil yang dihasilkan dari organisme itu sendiri:

Gambar 14. Fosil Organisme

(http://berita-iptek.blogspot.com/2008/11/cara-terbentuknya-fosil.html.)

31

2. Sisa-sisa Aktifitasnya Secara mudah pembentukan fosil dapat melalui

beberapa jalan, antara lain seperti yang terlihat dibawah ini. Fosil sisa aktifitasnya

sering juga disebut dengan Trace Fosil  (Fosil jejak), karena yang terlihat

hanyalah sisa-sisa aktifitasnya. Jadi ada kemungkinan fosil itu bukan bagian dari

tubuh binatang atau tumbuhan itu sendiri. Penyimpanan atau pengawetan fosil

cangkang ini dapat berupa cetakan. Namun cetakan tersebut dapat pula berupa

cetakan bagian dalam (internal mould) dicirikan bentuk permukaan yang halus,

atau external mould dengan ciri permukaan yang kasar. Keduanya bukan

binatangnya yang tersimpan, tetapi hanyalah cetakan dari binatang atau organisme

itu.

Contoh Fosil Berupa Jejak :

Gambar 16. Fosil Berupa Jejak

(http://berita-iptek.blogspot.com/2008/11/cara-terbentuknya-fosil.html)

32

3. Fosil tidak terubah, semua bagian organisme atau hewan yang terawetkan,

baik yang lunak maupun yang keras. Contoh: mammoth yang terawetkan di dalam

es di Siberia.

Gambar 17 . Mammoth terawetkan

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

4. Fosil yang mengalami perubahan, dapat berupa:

a. Permineralisasi/ petrifikasi : bagian organisme yang porous (pori-pori)

terisi oleh mineral-mineral sekunder, akibatnya fosil menjadi lebih berat

dan lebih tahan terhadap pelapukan.

Gambar 18. Fosil gastropoda yang sudah mengalami permineralisasi

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

33

b. Replacement atau mineralisasi : mineral-mineral sekunder mengganti

semua material fosil asli, hasilnya berupa jiplakan dari fosil asli, mineral

sekunder biasanya berupa material karbonatan, silikatan atau senyawa

besi.

Gambar 19. Fosil kayu yang mengalami replacement

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

c. Rekristalisasi : setiap butiran yang sangat halus dari material asli bagian

yang keras mengalami penyusunan kembali ke dalam kristal-kristal yang

lebih besar, biasanya tidak ada material baru yang masuk maupun keluar

sehingga tidak terjadi perubahan bantuk luar dari bagian yang keras.

Gambar 20.Contoh Rekristalisasi

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

34

5. Fosil berupa fragmen, berupa fragmen dalam batuan sedimen yang dapat

berubah dan tidak berubah.

Gambar 21. Batuan sedimen yang tersusun oleh fragmen-fragmen fosil gastropoda

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

III.3. Cara Pengamatan Fosil

Fosil yang terdapat di alam mempunyai ukuran yang beragam, dari yang

besar hingga kecil, sehingga perlu alat untuk melihatnya.

Cara pengamatan dibagi 2 cara:

Makro paleontologi, pengamatan tidak perlu alat bantu (mikroskop).

Mikro paleontologi, pengamatan perlu menggunakan mikroskap.

Pada dunia organik kehidupan dialam dibagi menjadi 2 kelompok besar

(kingdom) yaitu animal/ binatang dan plant/tumbuhan. Kerajaan besar ini dibagi-

bagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan urutan:

Kingdom » Phylum » Class » Ordo » Family » Genus » Spesies

35

BAB IVPENGENALAN GEOLOGI STRUKTUR

IV.1. Pengertian Geologi Struktur

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari

tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun

deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat

dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur

adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian

dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan

berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-

unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan

(fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic

unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan

skala yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan

sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.

IV.2. Macam-macam Geologi Struktur

Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai

produk dari gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar (fractures) dan

Rekahan (cracks); (2). Perlipatan (folding); dan (3). Patahan/Sesar (faulting).

Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur

struktur, yaitu:

35

36

A. Kekar (Fractures)

Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu

gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara

umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya

terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan

breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter

retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.

Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:

I. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola

saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar

jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.

II. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya

utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.

III. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak

lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

Gambar 22. Kekar Tensional dan Kekar Gerus

(http://id.wikipedia.org/wiki/Geologi_struktur )

37

B. Lipatan (Folds)

Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan

sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan.

Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu a). Lipatan

Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin

adalah lipatan yang cembung ke arah atas. Berdasarkan kedudukan garis sumbu

dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :

I. Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.

II. Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu

utama.

III. Lipatan Harmonik atau Disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus

atau tidaknya sumbu utama.

IV. Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.

V. Lipatan Chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.

VI. Lipatan Isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.

VII. Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh

permukaan planar.

38

Gambar 23. Pegunungan Lipatan (Folded Mountains) sebagai hasil dari produk tektonok (orogenesa)

(Noor, Djauhari (2009))

Hubungan Antara Lipatan dan Patahan

Batuan yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda terhadap gaya

tegasan yang bekerja pada batuan batuan tersebut, dengan demikian kita juga

dapat memperkirakan bahwa beberapa batuan ketika terkena gaya tegasan yang

sama akan terjadi retakan atau terpatahkan, sedangkan yang lainnya akam terlipat.

Ketika batuan batuan yang berbeda tersebut berada di area yang sama, seperti

batuan yang bersifat lentur menutupi batuan yang bersifat retas, maka batuan yang

retas kemungkinan akan terpatahkan dan batuan yang lentur mungkin hanya

melengkung atau terlipat diatas bidang patahan. Demikian juga ketika batuan

batuan yang bersifat lentur mengalami retakan dibawah kondisi tekanan yang

tinggi, maka batuan tersebut kemungkinan terlipat sampai pada titik tertentu

kemudian akan mengalami pensesaran, membentuk suatu patahan.

39

Gambar 24. Batuan yang bersifat lentur diatas batuan yang rentas yang tidak ikut terpatahkan (atas) dan Batuan yang bersifat lentur yang tersesarkan (dragfold)

(Noor, Djauhari (2009))

C. Patahan/Sesar (Faults)

Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.

Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di

lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau

bidang sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air

panas; e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur

minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.

40

Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif

pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka

konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan

kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan.

Dip Slip Faults – adalah patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined)

dan pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset

terjadi disepanjang arah kemiringannya. Sebagai catatan bahwa ketika kita

melihat pergeseran pada setiap patahan, kita tidak mengetahui sisi yang sebelah

mana yang sebenarnya bergerak atau jika kedua sisinya bergerak, semuanya dapat

kita tentukan melalui pergerakan relatifnya. Untuk setiap bidang patahan yang

yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan bahwa blok yang berada

diatas patahan sebagai “hanging wall block” dan blok yang berada dibawah

patahan dikenal sebagai “footwall block”.

Normal Faults – adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional

horisontal pada batuan yang bersifat retas dimana “hangingwall block” telah

mengalami pergeseran relatif ke arah bagian bawah terhadap “footwall block”.

Horsts & Gabens – Dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi sebagai

akibat dari tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang

berpasang pasangan dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam kasus yang

demikian, maka bagian dari blok-blok yang turun akan membentuk “graben”

sedangkan pasangan dari blok-blok yang terangkat sebagai “horst”. Contoh kasus

dari pengaruh gaya tegasan tensional yang bekerja pada kerak bumi pada saat ini

adalah “East African Rift Valley” suatu wilayah dimana terjadi pemekaran benua

41

yang menghasilkan suatu “Rift”. Contoh lainnya yang saat ini juga terjadi

pemekaran kerak bumi adalah wilayah di bagian barat Amerika Serikat, yaitu di

Nevada, Utah, dan Idaho.

Gambar 25. Sesar / Patahan Normal yang disebabkan oleh gaya tegasan tensional

horisontal, dimana hangingwall bergerah kebagian bawah dari footwall.

(Noor, Djauhari (2009))

Gambar 26. Rangkaian patahan normal sebagai hasil dari gaya tegasan tensional horisontal yang membentuk “Horst” dan “Graben”.

(Noor, Djauhari (2009))

Half-Grabens – adalah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk

lengkungan dengan besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah

sehingga dapat menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.

42

Gambar 27 . Patahan normal yang bidang patahannya berbentuk lengkungan dengan besar bidang kemiringannya semakin mengecil kearah bagian bawah.

(Noor, Djauhari (2009))

Gambar 28. Berbagai jenis patahan normal sebagai hasil dari gaya tegasan tensional horisontal .

(Noor, Djauhari (2009))

Reverse Faults – adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal

pada batuan yang bersifat retas, dimana “hangingwall block” berpindah relatif

kearah atas terhadap “footwall block”.

43

Gambar 29. Reverse Fault sebagai hasil dari gaya tegasan kompresional, dimana bagian hangingwall bergerak relatif kebagian atas dibandingakan footwallnya .

(Noor, Djauhari (2009))

A Thrust Fault adalah patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang

patahannya lebih kecil dari 150. . Pergeseran dari sesar “Thrust fault” dapat

mencapai hingga ratusan kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih

tua dijumpai menutupi batuan yang lebih muda.

Gambar 30. Thrust Fault (Noor, Djauhari (2009))

Strike Slip Faults – adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal

mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang bekerja

di dalam kerak bumi. Patahan jenis “strike slip fault” dapat dibagi menjadi 2(dua)

tergantung pada sifat pergerakannya. Dengan mengamati pada salah satu sisi

bidang patahan dan dengan melihat kearah bidang patahan yang berlawanan,

maka jika bidang pada salah satu sisi bergerak kearah kiri kita sebut sebagai

44

patahan “left-lateral strike-slip fault”. Jika bidang patahan pada sisi lainnya

bergerak ke arah kanan, maka kita namakan sebagai “right-lateral strike-slip

fault”. Contoh patahan jenis “strike slip fault” yang sangat terkenal adalah

patahan “San Andreas” di California dengan panjang mencapai lebih dari 600 km.

Gambar 31. Strike Slip Fault adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal mengikuti arah patahan

(Noor, Djauhari (2009))

Gambar 32. Peta sebaran batuan yang memperlihatkan pergeseran (off set) batuan disepanjang bidang patahan mendatar (strike slip fault) jenis “left-lateral strike-slip fault”

dimana blok kiri bergerak relatif ke selatan dan blok kanan bergerak relatif ke utara

(Noor, Djauhari (2009))

45

Transform-Faults adalah jenis patahan “strike-slip faults” yang khas terjadi pada

batas lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara

horisontal. Jenis patahan transform umumnya terjadi di pematang samudra yang

mengalami pergeseran (offset), dimana patahan transform hanya terjadi diantara

batas kedua pematang, sedangkan dibagian luar dari kedua batas pematang tidak

terjadi pergerakan relatif diantara kedua bloknya karena blok tersebut bergerak

dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal sebagai zona rekahan (fracture zones).

Patahan “San Andreas” di California termasuk jenis patahan “transform fault”.

Gambar 33 . Patahan jenis “Transform-Fault” hanya terjadi diantara batas kedua pematang samudra

(Noor, Djauhari (2009))

46

BAB VPENGENALAN PERALATAN GEOLOGI

V.1. Pendahuluan

Dalam bidang pengenalan alat diperlukan alat-alat dan bahan pengumpul

data penelitian dan bahan yang ingin diamati. Perkembangan alat dan bahan untuk

suatu masalah telah mengalami perkembangan alat dan bahan untuk suatu

masalah telah mengalami perkembangan yang cepat dan hampir tidak ada seperti

kristal batuan,sempel batuan,tiruan fosil maka perlu jga alat yang berguna untuk

meneliti.

Alat-alat geologi sebagai alat ukur fenomena geologi dan media

pembelajaran dan menjunjung kemampuan pemahaman dan keterampilan

mahasiswa tentang konsep geologi.

V.2. Macam-macam peralatan geologi dan cara penggunaannya

A.Kompas

Kompas adalah alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah

penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet

bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat

membantu dalam bidang navigasi. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah

utara, selatan, timur, dan barat. Apabila digunakan bersama-sama dengan jam dan

sekstan, maka kompas akan lebih akurat dalam menunjukkan arah. Alat ini

membantu perkembangan perdagangan maritim dengan membuat perjalanan jauh

lebih aman dan efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman pada

46

47

Kedudukan bintang untuk menentukan arah.

Alat apa pun yang memiliki batang atau jarum magnetis yang bebas bergerak

menunjuk arah utara magnetis dari magnetosfer sebuah planet sudah bisa

dianggap sebagai kompas.

Gambar 34. Kompas

http://franzbonbon.blogspot.com/2011/01/peralatan-geologi.html

Bagian Utama Kompas

Bagian utama kompas geologi adalah:

1. Jarum Kompas

Ujung jarum kompas selalu mengarah ke kutub utara megnetik bumi, biasanya

diberi tanda warna kuning.

2.LingkaranPembagianDerajat

Dibagi dua, yaitu kompas azimuth dan kompas kwardan.

-Kompas azimuth, mempunyai pembagian derajat, mulai dari 0 derajat (utara)

sampai 360 derajat (kembali ke utara) yang ditulis berlawanan arah jarum jam,

dan pembacaannya juga demikian.

48

- Kompas kwardan, mempunyai pembagian derajat mulai dari derajat pada arah

utara dan selatan sampai 90 derajat pada arah timur dan barat. pembacaan dimulai

dari arah utara atau selatan kea rah timur atau barat sesuai kedudukan jarum

kompas.

3. Klinometer

Merupakan rangkaian alat yang digunakan untuk mengukur besarnya kemiringan

bidang. rangkaian alat tersebut terdiri dari Nivo tabung, penunjuk skala, busur

setengah lingkaran berskala. pada bagian atas busur bernilai 00 di tengahnya.

pada bagian tepinya bernilai 900. pada bagian bawah busur, skala bernilai 0% dan

di tengah dan 100% tepat pada 450 (tan 45=1=100%). klinometer dapat

digerakkan dengan menggerakkan tangkai di belakang kompas.

4. Pengatur Horizontal

Alatnya adalah sebuah nivo bulat yang bergandengan dengan klinometer.

kedudukan kompas horizontal bila gelembung udara tepat di tengah lingkaran.

5. Pengatur Arah

Rangkaian alatnya terdiri dari sighting arm, peep sigh, axial line, felding sight,

dan sight window. alat-alat tersebut dibantu dengan cermin. bila kompas

ditembakkan ke sasaran, semua rangkaian alat tersebut harus bearada di garis

49

B. Peta Dasar (Base Map)

Peta dasar berguna untuk mengetahui gambaran secara garis besar

terhadap daerah yang akan kita selidiki, sehingga memudahkan penelitian

lapangan baik litologi, morfologi, struktur, dan lain-lain. Selain itu, peta dasar

digunakan juga untuk menentukan lokasi dan pengeplotan data. Umumnya peta

dasar yang digunakan adalah peta topografi/ kontur.

C.Palu Batuan Beku

Atau disebut juga pick point, yaitu jenis palu yang berujung runcing dan

umumnya dipakai untuk jenis batuan keras. Selain digunakan untuk batuan beku,

palu ini juga bias digunakan untuk batuan metamorf.

Gambar 35. Palu Batuan Beku

(http://franzbonbon.blogspot.com/2011/01/peralatan-geologi.html)

D. Palu Batuan Sedimen

Disebut juga chisel point, yaitu jenis yang berujung lebar seperti pahat

umumnya dipakai untuk batuan berlapis seperti sedimen.

50

Gambar 36. Palu Batuan Sedimen

(http://franzbonbon.blogspot.com/2011/01/peralatan-geologi.html)

E.Lup

Lup atau kaca pembesar adalah sebuah lensa cembung yang mempunyai

titik fokus yang dekat dengan lensanya. Benda yang akan diperbesar terletak di

dalam titik fokus lup itu atau jarak benda ke lensa lup tersebut lebih kecil

dibandingkan jarak titik fokus lup ke lensa lup tersebut. Bayangan yang

dihasilkan bersifat tegak, nyata, dan diperbesar. Lup ditemukan oleh seorang

dari Arab bernama Abu Ali al-Hasan Ibn Al-Haitham.

Lup digunakan untuk membantu mengamati batuan. lupa yang umumnya

dipakai di lapangan adalah yang pembessarannya 8 sampai 20 kali.

Menghitung Jarak Titik Fokus Lup

Titik fokus suatu lup menentukan perbesaran yang dihasilkan, oleh karena

itu titik fokusnya adalah besaran yang perlu diketahui (lihat juga dibawah). Dalam

51

penggunaan sehari-hari jarak titik fokus dari sebuah lup dapat ditentukan dengan

percobaan sederhana cahaya dapat dikumpulkan di satu titik yang berjarak

tertentu dari lensa lup. Apabila cahaya mencapai tingkat energi yang tinggi maka

kertas, serpih kayu, atau lainnya dapat terbakar ketika diletakkan di bawah lup

tersebut. Dalam hal ini cahaya dikumpulkan di sebuah titik yang disebut titik

fokus atau titik api yang sifatnya maya atau semu bukan nyata atau di belakang

lensa tersebut.

Metode lain yang lebih nyata untuk menentukan jarak titik fokus atau disebut juga

Autoklimasi dapat menggunakan:

• persamaan gambar Newtonschen (juga dapat diturunkan dari persamaan lensa)

• Metode Bessel

• Metode Abbe

F. Alat Ukur

Biasanya yang dipakai adalah tali ukur atau meter (roll meter atau lipat).

berukuran dengan skala cm atau ukuran standar lainnya. dipakai untuk

mengukur ketebalan lapisan, lebar singkapan, dan lain-lain.

G.HCl

Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia

adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung.

Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus

ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan

yang sangatkorosif.Asam klorida pernah menjadi zat yang sangat penting dan

52

sering digunakan dalam awal sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia

Abu Musa Jabir bin Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan

sepanjang abad pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya mencari batu

filsuf, dan kemudian digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber,

Priestley, and Davy dalam rangka membangun pengetahuan kimia modern.

Pada saat di lapangan, HCl digunakan untuk menguji kadar karbonat pada

batuan. HCl yang digunakan sebaiknya tidak terlalu pekat, umumnya yang

dipakai adalah yang 0,1 N.

H.Kantong sampel

Kantong sampel atau kantong contoh batuan dapat digunakan kantong

plastik yang kuat atau kantong jenis lainnya asal kuat yang dapat dipakai untuk

membungkus contoh-contoh batuan dengan alat yang baik, yaitu dengan ukuran

kurang lebih 13 x 9 x 3 cm.

53

BAB VIPENGENALAN PETA TOPOGRAFI

VI.1. Pendahuluan

Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan

detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Sebuah peta

topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang tergabung untuk

membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur merupakan kombinasi dari dua

segmen garis yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini merupakan titik

elevasi pada peta topografi.

Sebuah peta topografi adalah representasi grafis secara rinci dan akurat

mengenai keadaan alam di suatu daratan.

Penulis lain mendefinisikan peta topografi dengan membandingkan

mereka dengan jenis lain dari peta, mereka dibedakan dari skala kecil "peta

sorografi" yang mencakup daerah besar,  "peta planimetric" yang tidak

menunjukkan elevasi, dan "peta tematik" yang terfokus pada topik tertentu 

Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya

adalah peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur

lainnya seperti jalan, sungai, danau, dan lain-lain. Karena peta topografi

menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta jenis ini merupakan jenis peta yang

paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta kebanyakan.

53

54

VI.2. Bagian-bagian Peta Topografi

Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi,

sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief

bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis-Garis Kontur.

Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya,

yaitu:

1. Judul Peta

Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain

yang menonjol.

2. Keterangan Pembuatan

Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan

di bagian kiri bawah dari peta.

3. Nomor Peta (Indeks Peta)

Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.

4. Pembagian Lembar Peta

Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang

digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan

interpretasi suatu daerah yang lebih luas.

5. Sistem Koordinat

Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:

a. Koordinat Geografis

55

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan

dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya

menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit

dan detik. Misal Co 120° 32′ 12″ BT 5° 17′ 14″ LS.

b. Koordinat Grid

Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid.

Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke

utara dan barat ke timur dari titik acuan.

c. Koordinat Lokal

Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat

dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta.

Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta.

Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional.

Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan

koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.

6. Skala Peta

Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan

atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan

JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN

Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).

Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang

sebenarnya.

56

7. Orientasi Arah Utara

Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum

menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada

satu garis.

Tiga arah utara tersebut adalah:

a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara

yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.

b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar

dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.

c. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh),

yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu

mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh

pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.

Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi

penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain:

a. Penyimpangan sudut antara US – UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut

Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan

adalah Utara Sebenarnya (US).

b. Penyimpangan sudut antara US – UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut

Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara

sebenarnya ((IS).

57

c. Penyirnpangan sudut antara UP – UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut

Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah

Utara Pela f71′).

Dengan diagram sudut digambarkan

US UP UM

TRUE NORTH MAGNETIS NORTH

8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian

Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik

dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta

yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama

lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal.

Garis kontur + 25m, artinya garis kontur ini menghubung kantitik-titik yang

mempunyai ketinggian sama +25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur

disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan

tanah. Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi

slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang

permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta

timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis

atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak

garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang

mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk

garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta

58

Bentuk bentuk lembah dan pegunungan dalam kontur

Jalan menuju puncak umumnya berada di atas punggung (lihat garis titik-titik

sedangkan disisinya terdapat lembah umumnya berisi sungai (lihat garis gelap).

Gambar 37. Peta topografi hipotetik yang mencerminkan suatu daerah yang terlipat dan tersesarkan.

(http://nationalinks.blogspot.com/2009/03/peta-topografi-berasal-dari-bahasa.html)

Gambar 38. Peta topografi hipotetis yang mencerminkan suatu wilayah yang tersusun dari perselingan batuan yang resisten dan batuan non-resisten.

(http://nationalinks.blogspot.com/2009/03/peta-topografi-berasal-dari-bahasa.html)

59

Sifat-sifat garis kontur, yaitu :

a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu

sama lain dan tidak akan bercabang.

b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.

c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama

d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.

e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur

bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.

f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi

terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar

dinamakan PASS.

g. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih

tinggi.

h. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan

gunung.

i. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” menandakan suatu

lembah/jurang

9. Titik Triangulasi

Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat

dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik

Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang

60

menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik

triangulasi

a.Titik Primer, I’. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120

b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340

c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975

d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875

e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670

f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl.   7202

g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212,

tinggi 1993 mdpl. 1993

10. Legenda Peta

Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur

yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting untuk

dipahami antara lain:

a. Titik ketinggian

b. Jalan setapak

c. Garis batas wilayah

d. Jalan raya

e. Pemukiman

f. Air

g. Kuburan

61

BAB VIIPENGENALAN GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI CITRA

PENGINDERAAN JAUH

VII.1. Geomorfologi

Geomorfologi adalah merupakan salah satu bagian dari geografi. Di mana

geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi, mempelajari tentang

bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu

kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil

sebagai bentuk lahan (landform).

Pengamatan dan identifikasi bentuk lahan seperti dilakukan langsung di

lapangan dengan melakukan field trip atau dapat juga dilakukan dengan

interprestasi foto udara atau dengan Analisis Citra Satelit (ACS). Pengindraan

jauh sebagai alat bantu untuk memantau atau mengamati objek muka biumi tanpa

ada sentuhan secara langsung, anatara lain berupa foto udara atau citra satelit.

Bentang lahan akan mudah diidentifikasi dengan pandangan jarak jauh atau kalau

menggunakan foto udara atau citra satelit menggunakan skala gambar kecil.

Sebaliknya untuk bentang lahan mudah diamati dari jarak dekat atau dengan foto

udara atau citra satelit dengan skala lebih besar.

Dengan pengamatan dan analisis bentuk lahan dari foto udara akan diperoleh

informasi biofisik lainnya baik yang bersifat sebagai parameter tetap (landform,

rock, soil, slope) maupun parameter berubah (erosion, terrace, land use).

Bentuk lahan walupun mudah diamati dengan foto udara tapi perlu dilakukan

pendekatan dengan melakukan mendatangi langsung ke lapangan dalam bentuk

61

62

kunjungan lapangan (field trip). Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih

memastikan unsur pembentuk landform terisi dari komposisi atau susunan batuan

apa saja. Disamping itu dengan survai lapangna akan diperoleh beberapa kunci

interpretasi fotro udara (IFU) dari hasil kunjungan lapangan pada berbagai bentuk

lahan yang berbeda. Sehingga dengan kunci IFU akan diperoleh analaisis bentuk

lahan yang lebih lengkap yang merupakan satu komponen penyusun bentang

lahan.

Bentuk muka bumi yang kompleks telah menjadi suatu pokok bahasan tersendiri

khususnya dalam usaha pemanfaatannya. Dalam hal ini setiap bentukan lahan

mempunyai kapasitas berbeda dalam mendukung suatu usaha pemanfaatan yang

tentunya mengarah untuk tepat guna. Sehingga dengan tujuan sama yaitu

bermaksud menyederhanakan bentuk lahan permukaan bumi yang kompleks ini,

maka pemahaman mengenai ilmu geomorfologi yang mempelajari bentukan-

bentukan lahan menjadi sangat penting.

Penyederhanaan muka bumi yang kompleks ini membentuk suatu unit-unit yang

mempunyai kesamaan dalam sifat dan perwatakannya. Kesatuan sifat ini meliputi

kesamaan struktur geologis atau geomorfologis sebagai asal pembentukannya,

proses geomorfologis sebagai pemberi informasi bagaimana lahan terbentuk, dan

kesan topografis yang akan memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan

lahan. Dengan adanya informasi tersebut perencanaan penggunaan lahan secara

tepat akan dapat lebih terwujud

63

VII.2. Geologi Citra Penginderaan Jauh

Dalam penafsiran kualitatif foto udara tidak ada kunci yang dapat dengan

mudah dipakai untuk menentukan dengan pasti suatu jenis batuan. Namun, paling

tidak penafsir dapat melokalisasi penyebaran suatu batuan yang nampak pada foto

udara, akan mempunyai kunci-kunci yang sama. Mengacu pada kunci-kunci yang

sama tersebut diharapkan kemiripan batuan yang ada di lapangan. Kunci-kunci

tersebut dijelaskan dibawah ini.

I. Kunci Pengenal

Merupakan tanda-tanda yang terlihat pada foto udara untuk mengenal suatu benda

atau objek yeng terpotret. Ada beberapa kunci pengenal, yaitu :

A. Rona (Tone)

Rona tejadi karena setiap benda yang terpotret mempunyai sifat memantulkan

sinar matahari yang berlainan (ada yang sedikit dan ada yang banyak), maka

akibatnya sinar yang menyentuh film jadi berlainan, sehingga dihasilkan rona

yang berlainan pada foto udara. Rona cerah dihasilkan oleh benda yang dapat

memantulkan sinar matahari, dan sebaliknya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rona pada foto udara :

1. Kedudukan benda yang di foto terhadap sinar matahari.

2. Warna batuan.

3. Kelicinan permukaan yang memantulkan sinar.

4. Bayangan awan.

5. Kelembaban udara.

64

6. Tumbuhan penutup.

7. Tanah penutup.

Rona dapat dibagi dalam beberapa tingkat, yakni : amat cerah, cerah, abu-abu

cerah, abu-abu gelap, gelap dan amat gelap.

Rona, selain dapat mengenali beberapa jenis batuan . Ada juga yang

disebut linesments yaitu rona yang gelap yang berbentuk garis yang lurus-lurus

atau kedudukannya sudut menyudut. Ini disebabkan adanya sturktur geologi

seperti patahan atau kekar, sehingga pada daerah tersebut merupakan daerah yang

lunak atau lemah.

B. Tekstur (Textura)

Merupakan hubungan antara rona yang kecil-kecil yang terdapat pada foto

udara. Tekstur pada setiap jenis batuan berbeda-beda bergantung pada kemiripan

batuan di lapangan.

C. Pola (Pattern)

Merupakan rangkaian bentuk-bentuk topografi, rona, aliran sungai. Pola

pelurusan topografi, pelurusan sungai, pelurusan rona, kemungkinanya sangat erat

dengan struktur geologi.

D. Hubungan dengan keadaan sekitarnya

Bahwa setiap peristiwa geologi akan sangat erat hubungannya satu dengan

yang lainnya. Sehingga dalam penafsiran foto udara perlu kita meneliti

regionalnya yang kemungkinan dapat memberikan jalan yang lebih terang kepada

penafsiran kita.

65

E. Bentuk (Shape)

Bentuk merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam foto udara.

Dengan melihat bentuk pada foto udara, kita dapat meng-interpretasi daerah yang

kita teliti.

F. Ukuran (Size)

Ukuran dari suatu benda merupakan cerminan dari bentuknya, dengan

ukuran interpretasi kita akan lebih terbantu terhadap bentuk benda yang kita teliti.

G. Bayangan (Shadow)

Dengan adanya bayangan dari benda yang terpotret disampingnya yang

juga ikut terpotret, maka dapat dikenali bentu benda yang sebenarnya.

II. Kunci Penafsiran

Kunci penafsiran merupakan gejala alam yang secara tidak langsung dapat

memberikan keterangan kepada penafsir untuk mengetahui keadaan geologi

daerah terpotret.

Kunci-kunci penafsir itu adalah sebagai berikut :

Topografi

Topografi merupakan kunci penafsir yang penting sekali. Topografi dapat

mengambarkan karakteristik suatu batuan. Pada dasarnya topografi

menggambarkan kekerasan batuan atau daya tahan batuan terhadap tenaga asal

luar.

66

Pola aliran

Pola aliran dapat diartikan sebagai posisi dan arah aliran sungai-sungai di

suatu daerah. Beberapa macam pola aliran sungai, yaitu :

o Pola mendaun (denritik)

o Pola sejajar (paralel)

o Pola memancar (radial)

o Pola membulat (annular)

o Pola menangga (trellis)

o Pola menyudut tegak atau miring (rectangular or angular angulate)

o Pola membalik (contorted)

Tumbuhan penutup (Vegetasi)

Terdapat hubungan yang erat antara tumbuhan, tanah, dan batuan. Vegetasi

biasanya merupakan faktor yang paling sering ditemukan sebagai “pengganggu”

dalam menghasilkan kualitas foto udara yang baik. Hal ini disebabkan karena

iklim tropis di Indonesia yang memungkinkan vegetasi berkembang dengan

sangat cepat.

Kebudayaan (Culture)

Kebudayan adalah hasil tangan manusia. Apabila kita menemukan

perkampungan penduduk, maka akan ditemukan daerah hasil gunungapi atau

endapan alluvium yang umumnya dipakai sebagai tempat bercocok tanam.

Sehingga daerah ini akan memperlihatkan bentuk yang berbeda dalam foto udara.

67

BAB VIII

KESIMPULAN & SARAN

KESIMPULAN

1. Mineral adalah Suatu benda padat / tidak selamanya padat yang terbentuk

secara alamiah yang merupakan bahan anorganik, mempunyai sifat fisik

tertentu, homogen, mempunyai susunan kristal dan mempunyai komposisi

kimia. Sifat Fisik minerall adalah warna, perawakan, kilap, kekerasan,

cerat, balahan, pecahan, berat jenis, kemagnetan.

2. Pengertian Batuan Beku adalah Jenis batuan yang terbentuk dari magma

yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik

dibawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun diatas

permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).

Pengertian Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat litifikasi

hancuran batuan lain (dentritus) atau karena hasil proses kimiawi maupun

biokimiawi.

Pengertian Batuan Metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses

metamorfisme, dimana terjadi perubahan atau altereasi; physical (struktur,

tekstur) dan chemical dari suatu batuan pada temperatur dan tekanan tinggi

di dalam kerak bumi.

3. Fosil adalah Jejak / sisakehidupan baiklangsung / tidak langsung terawetka

n dalam lapisan kulit bumi, terjadi secara alami dan mempunyai umur

geologi ( > 500.000 tahun )

67

68

4. Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari

tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi.

Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada

batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi.

5. Alat-alat geologi sebagai alat ukur fenomena geologi dan media

pembelajaran dan menjunjung kemampuan pemahaman dan keterampilan

mahasiswa tentang konsep geologi. Alat – alat geologi antara lain :

Kompas Geologi , Palu Batuan Sedimen , Palu Batuan Beku , Lup , GPS ,

dll

6. Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan

detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern.

Sebuah peta topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang

tergabung untuk membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur

merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang berhubungan namun

tidak berpotongan, ini merupakan titik elevasi pada peta topografi

7. Geomorfologi adalah merupakan salah satu bagian dari geografi. Di mana

geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi, mempelajari

tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan

satu kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan

terkecil sebagai bentuk lahan (landform).Foto udara adalah salah satu jenis

citra penginderaan jauh , sedangkan Penginderaan jauh itu sendiri adalah

penggunnaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gamabar

69

lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan

informasi yang berguna (Curran , 1985).

SARAN

1. Untuk Asisten Dosen terima kasih telah membimbing kami angkatan 2012

dengan sangat baik , tapi kalau bisa setiap praktikum bisa menyediakan

Modul agar lebih efektif dalam pembelajaran.

2. Waktu yang diberikan harus lebih tepat waktu lagi agar semua berjalan

lebih lancar lagi.

70

DAFTAR PUSTAKA

Aji , Wisnu Saputra , 2011 . Laporan Resmi Praktikum Geologi Dasar.

Yogyakarta (tidak dipublikasikan)

Miftahussalam. Materi-materi kuliah Teknik GeologiIST AKPRIND

Yogyakarta

(Noor, Djauhari (2009).pengantar geologi)

(PPT Praktikum Geologi Dasar 2012 Teknik Geologi IST AKPRIND)

(http://lorenskambuaya.blogspot.com/2012/05/skala-mohs.html)

http://berita-iptek.blogspot.com/2008/11/cara-terbentuknya-fosil.html.

http://franzbonbon.blogspot.com/2011/01/peralatan-geologi.html

http://nationalinks.blogspot.com/2009/03/peta-topografi-berasal-dari-bahasa.html