LAPORAN Geologi Dasar
description
Transcript of LAPORAN Geologi Dasar
i
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
GEOLOGI DASAR
LABORATORIUM GEOLOGI FISIK
Oleh :
DEDE NURHUDA
NIM : 13.0655
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
2013
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
Diajukan guna melengkapi persyaratan mata kuliah Geologi Fisik
pada Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Universitas
Proklamasi 45 Yokyakarta.
Yogyakarta, 8 Januari 2013
Asisten
Puguh Cahyo Swasono, ST
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kuasanya
dan rahmatnya , kami dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Praktikum
Geologi Fisik ini.
Maksud dan tujuan dari penyusunan laporan resmi ini untuk memenuhi
syarat guna melengkapi Praktikum Geologi Fisik. Selain itu pembuatan Laporan
Praktikum Geologi Fisik
ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan – percobaan yang dilakukan saat
praktikum.
Laporan ini disusun berdasarkan data yang diperoleh selama mengikuti
praktikum Geologi Fisik dan buku-buku lain sebagai referensi untuk pelengkap
dan penunjang penyusunan laporan ini.
Pada kesempatan ini, penyusun juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Ibu Sari Wulandari, ST., M.Sc, selaku dosen pembimbing serta
penanggung jawab praktikum yang telah banyak memberikan masukan
yang sangat berarti.
2. Para asisten dosen yang telah banyak membantu dan membimbing
praktikan dalam melaksanakan praktikum
3. Rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu selama
praktikum
Dalam penulisan laporan ini tentu ada kelemahan dalam teknik
pelaksanaan maupun tata cara penulisan laporan ini, maka saran dan kritik
dibutuhkan untuk menemukan refleksi peningkatan mutu dari laporan serupa di
masa mendatang.
Yogyakarta , 8 Januari 2013
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...............................................................................................................i
PENGESAHAN .................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
BAB II PETROLOGI .......................................................................................5
BAB III PETA TOPOGRAFI ..........................................................................34
BAB IV STRATIGRAFI ..................................................................................42
BAB V GEOLOGI STRUKTUR .....................................................................54
BAB VI INTERPRETASI PETA GEOLOGI .................................................64
BAB VII KESIMPULAN .................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................75
v
BAB I
PENDAHULUAN
. Didalam industri perminyakan, pekerjaan geologi di mulai sebagai ujung
tombak didalam usaha – usaha pencarian dan pendataan akumulasi minyak dan
gas bumi atau di sebut sebagai perencanaan dan kegiatan Eksplorasi awal.
Disamping itu juga bertanggung jawab didalam pengembangan eksplorasi sumur
– sumur baru atau ‘eksplorasi development well’
Perdebatan ilmiah didalam ilmu pengetahuan sangat lumrah terjadi
terutama didalam era modern saat ini dimana semua analisa data dan
interprestasinya didukung oleh perangkat teknologi modern yang menghasilkan
alat – alat canggih sebagai pencatat data perut bumi seperti log mekanik, seismik,
data – data satelit yang akurasinya dapat dipertanggung jawabkan.
Industri perminyakan, merupakan industri yang tergantung dari data di
alam, oleh karena itu menjadi sangat penting keberadaan laboratorium dan
prasarananya yang semuanya sudah terkomputerisasi untuk memecahkan berbagai
persoalan yang timbulnya dan bahkan menghasilkan konsep – konsep baru yang
dapat dipakai sebagai model baru.
Berdasarkan data – data yang dikumpulkan dari alam, maka ilmu geologi
mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan berbagai cabang ilmu alam yang
lain seperti bidang Tata Lingkungan dan Perencanaan Wilayah, Teknik Sipil dan
Bidang Pertambangan.
Geologi Fisik seperti telah diketahui dari kuliah – kuliah yang telah
diberikan merupakan cabang ilmu geologi yang membahas atau mempelajari
tentang bumi yang menyangkut bahan – bahan pembentuk bumi serta produk –
produk yang dihasilkannya termasuk didalamnya adalah makhluk – makhluk yang
pernah hidup didalamnya.
vi
Praktikum geologi fisik disini akan meliputi : Dasar pengklasifikasian dan
Deskripsi batuan secara megaskopis yang termasuk dalam Ilmu Petrologi, Prinsip
– prinsip dasar pembuatan dan pembacaan Peta Topografi, pembuatan Penampang
Stratigrafi dan Dasar – dasar interpretasi sejarah geologi dan umur lapisan –
lapisan batuan sedimen secara kesuluruhan.
Seperti telah diketahui didalam materi kuliah telah dikemukakan bahwa
ada dua (2) faktor utama pembentukan bumi :
1. Gaya Endogen, merupakan gaya yang datang dari dalam bumi yang
umumnya bersifat membangun atau membentuk roman muka bumi,
banyak dikontrol oleh struktur geologi atau deformasi bumi.
2. Gaya Eksogen, merupakan gaya yang berasal dari luar yang bersifat
merubah, seperti pelapukan, erosi dan denudasi.
Didalam ilmu geologi, gaya endogen dan eksogen termasuk didalamapa yang
disebut DAUR GEOLOGI atau SIKLUS GEOLOGI, yaitu :
Orogenesa (pembentukan pegunungan)
Glyptogenesa (penghancuran relief)
Lithogenesa (proses pengendapan batuan dalam cekungan
pengendapan)
OROGENESA
ENDOGEN EKSOGEN
LITHOGENESA GLYPTOGENESA
vii
Bagian – bagian dari Bumi secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut :
UPPER MANTLE (0 – 670 km)
Terdiri dari :
1. Kerak Bumi atau Crust (0 – 80 km), terdiri dari
a. Batuan Sedimen, Beku, dan Metamorf
b. Lempeng Benua (ketebalan ± 15 km)
c. Lempeng Samudera (ketebalan ± 20 km)
2. Mantel Lithosfer (80 – 200 km)
3. Astenosfer atau Lithosfer bagian bawah
LOWER MANTLE (670 – 2900 km)
Batuan Ultra Basa dengan mineral – mineral olivine, spinel, silikat, besi, dan
magnesium.
CORE atau INTI BUMI (2900 – 6370 km)
Terdiri dari 2 (dua) lapisan, yaitu :
1. Outter Core
Berupa cairan, kondisi plastis sampai kedalaman 5200 km.
2. Inner Core
Berupa padatan dengan kedalaman sampai 6370 km. Inti bumi terdiri dari
metal besi (Fe) dan nikel (Ni) dan Cobalt (Co), BJ antara 5 – 13.
viii
ix
BAB II
PETROLOGI
Batuan merupakan pembentuk bumi yang kita diami ini, terdapat 3
golongan utama batuan yang dibedakan berdasarkan cara terbentuknya yaitu :
batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Batuan merupakan
sekumpulan aggregate – aggregate mineral yang terbentuk pada lingkungan
tertentu. Mineral merupakan komponen batuan, yang terbentuk oleh proses
alamiah dari satu atau lebih komposisi kimia.
A. JENIS BATUAN
1. BATUAN BEKU
Batuan hasil pembekuan magma, dimana dalam proses pembekuannya
akan terbentuk batuan beku dengan karakteristik tekstur dan struktur sangat
bervariasi, dan sangat tergantung dari cepat atau lambatnya penurunan suhu dan
tekanannya.
Definisi dari magma adalah cairan kental, liat larutan silikat pijar
bertemperatur tinggi (1500ºC – 2500ºC), bersifat mobile, yang terbentuk secara
alamiah pada kerak bumi bagian bawah.
Dibedakan antara larutan magma yang mencapai permukaan bumi yang disebut :
Ekstrusi, contoh : lava. Sedangkan larutan magma yang relatif didalam bumi
disebut
Intrusi, contoh : batolith, dike, dsb.
Pada penurunan suhu yang lambat akan menghasilkan batuan bertekstur
kasar atau fanerik yang relatif sempurna kristalnya di dalam bumi, contoh : granit,
granit porfiri, granodiorit yang termasuk dalam batuan beku asam.
Pada penurunan suhu dan tekanan yang relatif cepat maka akan
menghasilkan batuan bertekstur halus atau afanitik, contoh : andesit, diorit yang
termasuk dalam batuan beku intermediet.
x
Pada penurunan suhu dan tekanan yang ekstrim/cepat sekali, maka akan
menghasilkan batuan tanpa kristal, contoh : obsidian, glasshard, gelas volkanik
yang termasuk dalam batuan beku basa – ultra basa.
Untuk memahami proses urut – urutan penghabluran magma, dapat
menggunakan deret bowens reaction serius yang dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu
:
a. Discontinous reaction series
Kristal yang terbentuk pertama kali pada suhu tinggi adalah olivin, larutan
sisa magma akan bereaksi segera setelah suhu turun, dan membentuk kristal
yang berbeda (piroksen) begitu seterusnya dan pada suhu yang relatif rendah
sekitar 670ºC akan terbentuk kwarsa. Kwarsa karena proses
pembentukannya pada suhu yang terendah maka relatif lebih resisten
terhadap proses pelapukan dibandingkan dengan kristal mineral yang pada
suhu tinggi.
b. Continous reaction series
Kristal yang terbentuk pada suhu tinggi akan bereaksi dengan laruan sisa
magma begitu terus menerus proses tersebut berlanjut, contoh golongan ini
adalah plagioklas.
Pengelompokan batuan beku berdasarkan tempat terjadinya :
Batuan beku dalam
Batuan beku gang/korok
Batuan beku luar
2. BATUAN SEDIMEN
Batuan yang telah ada sebelumnya (apakah itu batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf), mengalami proses pelapukan (melalu proses
kimia, fisika, dan biologi) dan tererosi dalam bentuk butiran dibawa media air
atau angin ke dalam cekungan pengendapan.
Di cekungan proses pembentukan batuan sedimen dimulai, yang termasuk
proses sedimentasi adalah, kompaksi, lithifikasi serta sementasi.
xi
Koesoemadinata (1979) membagi batuan sedimen menjadi 5 (lima)
golongan yakni :
a. Detritus, ada 2 kelompok utama hasil sedimentasi secara mekanis yaitu :
detritus halus (ukuran butir <1/16 mm) dan detritus kasar (ukuran butir >
1/16 mm).
b. Karbonat, merupakan hasil dari sedimentasi kimiawi (ukuran butir >
1/16 mm).
c. Evaporit, akibat evaporasi air laut bersifat monomineralik, (Gypsum,
Anhydrit).
d. Sedimen silika, silika yang bersifat monomineralik terjadi secara kimia
(chert) dan organik (diatomea dan radiolaria).
e. Batubara, tersusun dari sisa – sisa tumbuhan.
3. BATUAN METAMORF
Batuan yang telah ada sebelumnya mengalami perubahan menjadi batuan
metamorf pada temperature dan tekanan tinggi yang berlangsung secara
isokimia dari face padat menuju fase padat tanpa melalu fase cair.
Proses Metamorfosa :
Rekristalisasi, perubahan ukuran kristal
Chemical recombination
Munculnya mineral baru oleh proses interaksi mineral batuan asli, contoh :
kwarsa dan kalsit pada P & T tinggi membentuk wollastonit.
Chemical replacement
Munculnya mineral baru yang berciri magma/intrusi.
Berdasarkan faktor – faktor yang mempengaruhinya ada 3 jenis batuan
metamorf :
a. Kontak/thermal
Metamorfosa akibat kenaikan temperatur (intrusi atau ekstrusi)
b. Dinamo
Metamorfosa akibat kenaikan tekanan (stress pada daerah sesar)
xii
c. Regional
Metamorfosa yang terjadi akibat kenaikan tekanan dan temperatur secara
bersamaan, umumnya pada daerah geosinklin yang dasarnya terus
mengalami penurunan.
Berikut adalah gambar siklus batuan :
DESKRIPSI MINERAL
Salah satu materi dari studi petrologi adalah meningkatkan keahlian dan
kemampuan didalam mendeskripsi batuan. Baik secara megaskopis maupun
mikroskopis untuk menentukan jenis batuan sebagai hasil akhir pemerian.
1. Metode Megaskopis
Dilakukan oleh peneliti secara langsung dilapangan, dengan bantuan loupe
pada contoh setangan batuan.
2. Metode mikroskopis
Penelitian dilakukan pada sebuah sayatan tipis batuan yang diletakkan
dibawah pandangan mikroskop polarisasi dengan penelitian komposisi kristal
lebih detil.
BATUAN BEKU
BATUAN METAMORF BATUAN SEDIMEN
xiii
PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN BEKU
Berdasarkan prosentase kehadiran senyawa silika atau SiO2 batuan beku
dibedakan menjadi :
a. Batuan beku asam (66% SiO2)
b. Batuan beku intermediet (52% - 66% SiO2)
c. Batuan beku basa (45% - 52% SiO2)
d. Batuan beku ultra basa (< 45% SiO2)
WARNA
Warna adalah yang pertama kali didiskripsikan.
Warna yang terang disebut : abu – abu cerah, biasanya merupakan batuan
beku asam.
Warna yang terang (sedang) disebut : abu – abu sedang, biasanya merupakan
batuan beku intermediet.
Warna yang gelap disebut : abu – abu gelap, hitam, dll. biasanya merupakan
batuan beku basa.
STRUKTUR
Struktur adalah kenampakan batuan tersebut yang meliputi :
1. Vesikuler
Adanya lubang – lubang gas sewaktu penghabluran, arah lubang teratur.
2. Skoria
Seperti vesikuler tetapi arah lubang tidak teratur.
3. Amigdaloidal
Lubang – lubang gas berisi mineral sekunder.
4. Xenolitis
Fragmen batuan lain yang mengisi batuan yang mengintrusi.
Jika batuan tidak menampakkan tekstur seperti diatas disebut : struktur
masif.
xiv
TEKSTUR
Pengamatan tekstur meliputi :
1. DERAJAT KRISTALISASI
a. Holokristalin : batuan terdiri dari massa kristal seluruhnya.
b. Holohyalin: batuan terdiri dari massa gelas seluruhnya.
c. Hipokristalin : batuan terdiri dari massa kristal dan massa gelas.
2. GRANULARITAS
a. Fanerik : apabilaa kristalnya dapat terlihat jelas.
b. Afanitik : kristalnya amat halus sulit dibedakan dengan mata
telanjang.
c. Porfiritik : kristal – kristal besar (phanerocryst) dilingkupi
kristal – kristal halus.
3. BENTUK KRISTAL
a. Euhedral : batas mineral nampak sebagai bidang kristal masih
asli.
b. Subhedral : sebagian batas mineral sudah tidak nampak lagi.
c. Anhedral : bidang asli kristal tidak nampak lagi.
4. HUBUNGAN ANTAR BUTIR (RELASI)
a. Equigranular : ukuran kristal relatif berukuran sama.
b. Ineguigranular : ukuran kristal relatif berukuran tidak sama.
KOMPOSISI MINERAL
Sebagai petunjuk untuk menentukan komposisi mineral adalah petunjuk
indeks warna sebagai penentuan megaskopis :
1. Mineral Felsik (kristal mineral berwarna terang)
Kwarsa, feldspar, feldspatoid, dan muskovit.
2. Mineral Mafik (kristal mineral berwarna gelap)
Biotite, olivin, piroksen, amphibol.
xv
xvi
xvii
xviii
PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN
Berdasarkan cara terjadinya batuan sedimen dibagi menjadi 2:
1. Sedimen Klastik, yang terjadi telah melalui proses pelapukan/erosi baik
pelapukan mekanik ataupun bio – kimia, umumnya berbentuk
butiran/detritus, telah tertransportasi ketempat lain.
2. Sedimen Non – Klastik, pembentukkannya biasanya in – situ, dan tidak
berbentuk butiran, melalui proses pembentukan batuan sedimen secara
biologi atau kimiawi.
1. Sedimen Klastik
Struktur
Pada batuan sedimen ada berbagai macam struktur primer lapisan
batuan yaitu : perlapisan, silang siur, graded bedding, ripple mark dan
lain sebagainya.
Tekstur
Pengamatan terdiri dari :
a. Ukuran butir
Menggunakan skala ‘Wenworth sebagai pedoman pendiskripsian.
xviii
PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN
Berdasarkan cara terjadinya batuan sedimen dibagi menjadi 2:
1. Sedimen Klastik, yang terjadi telah melalui proses pelapukan/erosi baik
pelapukan mekanik ataupun bio – kimia, umumnya berbentuk
butiran/detritus, telah tertransportasi ketempat lain.
2. Sedimen Non – Klastik, pembentukkannya biasanya in – situ, dan tidak
berbentuk butiran, melalui proses pembentukan batuan sedimen secara
biologi atau kimiawi.
1. Sedimen Klastik
Struktur
Pada batuan sedimen ada berbagai macam struktur primer lapisan
batuan yaitu : perlapisan, silang siur, graded bedding, ripple mark dan
lain sebagainya.
Tekstur
Pengamatan terdiri dari :
a. Ukuran butir
Menggunakan skala ‘Wenworth sebagai pedoman pendiskripsian.
xviii
PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN
Berdasarkan cara terjadinya batuan sedimen dibagi menjadi 2:
1. Sedimen Klastik, yang terjadi telah melalui proses pelapukan/erosi baik
pelapukan mekanik ataupun bio – kimia, umumnya berbentuk
butiran/detritus, telah tertransportasi ketempat lain.
2. Sedimen Non – Klastik, pembentukkannya biasanya in – situ, dan tidak
berbentuk butiran, melalui proses pembentukan batuan sedimen secara
biologi atau kimiawi.
1. Sedimen Klastik
Struktur
Pada batuan sedimen ada berbagai macam struktur primer lapisan
batuan yaitu : perlapisan, silang siur, graded bedding, ripple mark dan
lain sebagainya.
Tekstur
Pengamatan terdiri dari :
a. Ukuran butir
Menggunakan skala ‘Wenworth sebagai pedoman pendiskripsian.
xix
b. Derajat pemilahan
Tingkat keseragaman butir pembentukan batuan sedimen :
Pemilahan baik (well sorted)
Pemilahan sedang (moderately sorted)
Pemilahan buruk (poorly sorted)
c. Derajat pembundaran
Angular/menyudut
Sub angular/menyudut tanggung
Sub rounded/membulat tanggung
Rounded/membulat
Well rounded/membulat sempurna
d. Kemas
Kemas tertutup
Adanya kontak antar butiran tanpa massa dasar diantaranya.
Kemas terbuka
Adanya massa dasar yang memisahkan antar butirannya.
e. Porositas dan permeabilitas
Hal ini sangan tergantung pada kemas, ukuran butir, bentuk butir, dan
kemas.
Komposisi mineral
Dibagimenjadi 3 komponen :
Fragment, butiran atau fossil dengan ukuran relative besar.
Matrik, butiran pembentuk batuan dengan ukuran relative lebih kecil
dan kemas.
Semen, ada 3 jenissemen : carbonat, silikat, oksidabesi.
2. Sedimen Non – Klastik
a. Struktur
Pada batuan sedimen non klastik adalah organik, kimiawi, dan
monomineralik.
xx
b. Tekstur
Tekstur terdiri dari :kristalin, amorf, gelas, dan fibrous.
PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN METAMORF
Batuan metamorf dibedakan berdasarkan cara terbentuknya dibedakan menjadi 2 :
1. Foliasi, hasil metamorfosa regional yang memperhatikan kesan perlapisan
dari mineral – mineral yang terorientasi secara paralel/sejajar.
2. Non Foliasi, hasil metamorfosa kontak/thermal yang tidak memperlihatkan
kesan.
Didalam memerikan batuan metamorfada 3 unsur penting yaitu :
STRUKTUR
a. Foliasi
Foliasi adalah penjajaran mineral atau orientasi sejajar dari kristal – kristal
mineral.
Slaty cleavage
Penjajaran Kristal mineralnya sangat halus, cenderung mudah membelah.
Contoh : batu sabak.
Filitik
Penjajaran kristal mineral pipih dari kepingan – kepingan mika.
Contoh : batu filit.
Sekistos
Perulangan penjajaran kristal mineral pipih dan butiran.
Contoh : batu sekis.
Geneisic
Perulangan penjajaran kristal mineral butiran/granular, ketebalan
perlapisan antar 1mm.
Contoh :batu geneis.
xxi
b. Non foliasi
1. Hornfelsik
Tidak menunjukkan orientasi butiran, dijumpai pada batuan hornfels.
2. Kataklastik
Merupakan pecahan atau fragmen batuan/mineral, dijumpai pada zona
patahan.
3. Milonitik
Sama seperti kataklastik tetapi butirannya lebih halus, zona patahan disini
diperkirakan lebih kuat karena butiran lebih halus dan berorientasi mineral
TEKSTUR
Dibedakanmenjadi2 :
a. Kristaloblastik
Tekstur yang tumbuh saat metamorfosa, sehingga tekstur asal batuan tidak
nampak.
Lepidoblastik, kesan orientasi sejajar pada mineral pipih.
Nematoblastik, orientasi sejajar pada mineral prismatik.
Granoblastik, butiran mineral yang berorientasi.
xxii
Porfiroblastik, kristal besar tertanam dalam massa dasar kristal lebih
halus.
Idoblastik, berupa mineral euhedral.
Xenoblastik, berupa mineral anhedral.
b. Palimpsest (Tekstur sisa dari batuan asal)
KOMPOSISI MINERAL
Dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Mineral Stress
Mineral berbentuk pipih, tabular atau prismatik (mika, hornblende, biotit)
2. Mineral Anti Stress
Mineral berbentuk equidimensional (kwarsa, kalsit, granit, dll)
Didalam memerikan karakteristik batuan sangat diperlukan pemahaman akan ciri
– ciri batuan dan ketelitian yang tinggi.
xxiii
BAB III
PETA TOPOGRAFI
Peta merupakan miniature dua dimensi yang menggambarkan bagian –
bagian bumi dan penyebaran dari permukaan bumi secara horizontal yang terlihat
dari atas dengan skala tertentu, yang kurang lebih sesuai dengan daerah yang
sebenarnya.
Dengan penggambaran peta topografi, relief digambarkan dengan :
a. Garis Hachures
Berupa garis – garis lurus dari titik tertinggi ke arah titik terendah, searah
lerengnya.
b. Shading (bayangan)
Pada daerah curam diberi bayangan gelap dan pada daerah landai bayangan
cerah.
c. Painting (pewarnaan)
Pada umumnya warna akan semakin gelap pada daerah curam.
d. Garis Kontur
Digambarkan dengan cara – cara menghubungkan titik – titik yang
mempunyai ketinggian yang sama.
Dalam kenyataannya metoda garis kontur lebih banyak digunakan.
Peta kontur mempunyai :
Sifat kualitatif
Hanya menunjukkan pola penyebaran bentuk roman muka bumi.
Sifat kuantitatif
Menunjukkan pola dan penyebaran secara horizontal dan vertical dengan
besaran – besarannya.
xxiv
Ada 3 unsur yang penting dalam peta topografi :
1. Relief
Fenomena di alam yang memperlihatkan tinggi atau rendahnya suatu daerah,
meliputi : dataran, bukit, lembah, dan lain – lain. Pembentukan relief sangat
dipengaruhi oleh factor endogen dan eksogen.
2. Drainage
Pola pengaliran adalah segala macam bentuk yang berhubungan dengan
penyaluran air, baik di permukaan maupun dibawah permukaan bumi.
3. Culture
Segala bentuk hasil budidaya aktivitas manusia seperti : perumahan, jalan,
pasar, dan sebagainya.
Unsur – unsur kelengkapan Peta Topografi antara lain :
1. Skala
Perbandingan jarak horizontal sebenarnya dengan jarak pada peta, ada 3
macam skala :
a. Skala RF (representative fraction scale)
1 : 60.000 atau 1/60.000
Artinya, 1 cm pada peta sama dengan 60.000 cm atau 600 meter
sebenarnya.
b. SkalaGrafis
Perbandingan dengan menggunakan garis.
c. Skala Verbal
Dinyatakan dengan ukuran panjang 1 cm = 10 km
Biasanya merupakan kombinasi antara skala RF (representative fraction
scale) dengan skala verbal.
2. OrientasiPeta
Arah utara harus selalu dicantumkan, sebagai penyesuaian antara arah utara
peta dan arah utara jarum kompas. Ada 2 arah utara :
a. Arah utara magnetik
b. Arah utara sebenarnya
xxv
Dalam peta topografi keduanya akan membentuk sudut yang disebut
Deklinasi.
3. Legenda
Ditunjukkan dengan simbol dan gambar serta keterangan.
4. IndeksAdministrasi
Berhubungan dengan perizinan di lapangan.
5. Coverage Diagram
Menunjukkan dari mana dan bagaimana memperoleh data (foto udara,
pengukuran di lapangan atau berdasarkan sketsa).
6. Indeks to adjoining sheet
Lokasi atau kedudukan peta terhadap lembar peta disekitarnya (sistem
quadrangle).
7. EdisiPeta
8. JudulPeta
Didalam pembuatan peta kontur kita harus dapat memahami sifat – sifat kontur :
1. Garis kontur merupakan garis tertutup.
2. Garis kontur tidak bercabang.
3. Garis kontur tidak akan saling bertemu dengan garis kontur yang berbeda
nilainya.
4. Nilai garis kontur dihitung dari ketinggian muka air laut (0 meter).
5. Garis kontur rapat menunjukkan lereng curam.
6. Garis kontur renggang menunjukkan lereng landai.
7. Pada cliff garis kontur bisa saling memotong.
8. Garis kontur membelok ke arah hulu jika memotong sungai.
9. Garis kontur bergerigi menunjukkan suatu lembah atau cekungan.
10. Garis kontur putus – putus menunjukkan bagian puncak bukit.
Ada beberapa hal lagi yang diperhatikan yaitu didalam menentukan :
Interval Kontur
Merupakan jarak ventrikel antara garis kontur yang satu dengan garis kontur
yang lain secara berurutan, dengan menggunakan rumus :
xxvi
IK = skala peta ×
Kontur Indeks
garis kontur yang tercetak lebih tebal dari pada garis kontur yang lainnya.
Profil Topografi
Merupakan salah satu cara untuk memperagakan konfigurasi dari
permukaan bumi sepanjang penampang vertikal kerak bumi.
Fungsinya untuk memvisualisasikan bentang alam secara tegak/vertikal.
Untuk itu perlu skala, H : V = 1: 1 atau H : V = 1 : 2
Sistem Quadrangle
Di Indonesia ada 2 sistem :
1. Sistem Lama
Peninggalan Belanda dan hanya dipakai di Indonesia, dengan 0° garis
bujur dihitung dari Jakarta. Pembagian kotak 20’ × 20’. Penomoran
garis lintang dengan angka romawi dan garis bujur dengan angka arab.
Contoh : 20' 45' 40'
a B c d
e F g h
i J k l
m N o K
No lembar peta 45/XI, skala 1 : 100.000
No lembar peta 45/XI-A, skala 1 : 50.000
No lembar peta 45/XI-Aa, skala 1 : 25.000 (luas 9 X 9).
2. Sistem Baru
Sistem Internasional, dengan skala 1 : 100.000. garis bujur 0° dihitung
dari Greenwich. Pembagian kotak 20’ × 30’, notasi dengan angka arab.
xxvii
Contoh: 5
IV III
I II
26 No lembar peta 526, skala 1 : 100.000
No lembar peta 526-I, skala 1 : 50.000
Peta topografi biasanya dipergunakan sebagai peta dasar, yang mempunyai
fungsi untuk merekam segala data-data bentang alam, seperti penyebaran batuan,
sesar, lipatan, morfologi bentang alam, dsb.
Pembuatan peta topografi dibuat dan disesuaikan untuk berbegai kegunaan,
seperti bidang militer, teknik sipil, pertambangan dsb.
xxviii
BAB IV
STRATIGRAFI
Stratigrafi merupakan ilmu yang mempelajari gambaran serta hubungan
lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya dalam ruang dan waktu geologi.
Dasar dari penyusunan lapisan batuan dari yang tertua di bagian bawah sampai
yang termuda di bagian atas berdasarkan data-data yang diketemukan di alam,
telah menggambarkan sejarah geologinya.
Dengan menyusun stratigrafi kita bisa menafsirkan kemungkinan terjadinya
jebakan ekonomis seperti : migas.
Penyusunan stratigrafi batuan didasarkan pada :
1. Lithostratigrafi
2. Biostratigarfi
3. Kronostratigrafi
Unsur-unsur stratigrafi :
1. Batuan
2. Struktur sedimen
3. Waktu
Berdasarkan metode dipakai untuk menentukan waktu geologi, antara lain :
Metode fossil ; biostratigrafi
Metode lapisan ; lithostratigrafi
Metode paleomagnetik
Metode radioaktif
Metode fission track
xxix
Beberapa Konsep Dasar Stratigrafi
N. Steno, 1667
1. Hukum Superposisi
Pada kondisi normal, maka lapisan yang tua tertutup oleh lapisan lebih
muda yang terletak diatasnya.
2. Hukum Keaslian Horisontal
Lapisan batuan sedimen pada awalnya diendapkan pada permukaan
horisontal/relatif sejajar dengan permukaan dasar tempat pengendapan.
3. Hukum Kesinambuang Lateral
Lapisan sedimen pada suatu cekungan akan terbentuk lateral dan
membaji pada bagian tepinya. Terkecuali pada lingkungan pengendapan
dibawah ini :
xxx
J. Hutton, 1785, Hukum Keseragaman
Proses-proses yang terjadi di masa lampau akan mengikuti hukum-hukum
yang berlaku pada masa sekarang.
De Soulovie, 1877, Hukum Urutan Fauna
Fossil pada setiap lapisan bawah akan berbeda dengan fossil lapisan
diatasnya.
William Smith, 1816, Hukum Identifikasi Lapisan Dengan Fossil
Lapisan-lapisan batuan dibedakan berdasarkan sifat-sifat fossil berupa fossil
diagnostik/fossil indeks.
George Cuvier, 1769, Hukum Kepunahan Organik
Lapisan batuan yang lebih muda mengandung fossil yang menyerupai
makhluk sekarang dibanding masa lampau yang terkandung pada lapisan
yang lebih tua.
Hukum Penerobosan
Suatu penerobosan atau intrusi umurnya akan lebih muda daripada lapisan
batuan yang diterobosnya.
xxxi
Hubungan Strata
Dibedakan menjadi 2 :
1. Ketidakselarasan (unconformity)
Peristiwa tidak menerusnya sedimentasi karena adanya gap atau bidang
erosi. Ada 4 jenis ketidak selarasan :
Diskonformity.
Batas ketidakselarasan atau bidang erosi sejajar dengan perlapisan
batuan, faktor penyebabnya bisa tektonik pengangkatan.
Nonconformity.
Batas ketidakselarasan merupakan persentuhan antara batuan
beku/metamorfosa dengan batuan sedimen.
xxxii
Angular Unconformity
Batas ketidakselarasan antara lapisan batuan sedimen dengan batuan
sedimen lainnya membentuk sudut seperti pada pegunungan lipatan.
Para Conformity.
Bidang ketidakselarasan sejajar perlapisan batuan sedimen, sehingga
agak sulit untuk dideteksi dan biasanya bidang erosi berupa basal
konglomerat.
2. Keselarasan (Conformity)
Hubungan antar lapisan batuan sedimen menerus tidak mengalami
gangguan.
xxxiii
KORELASI
Adalah menghubungkan perlapisan-perlapisan batuan sedimen yang
mempunyai kesamaan waktu yang berada dalam satu posisi stratigrafi yang sama
atau dalam cekungan sedimen yang sama, dengan membandingakn kemiripan
antar batuannya.
Ada 2 macam korelasi :
1. Korelasi Fisik
Berdasarkan kesamaan lithologi dan variasi lateralnya dibedakan :
sifat batuan
keteraturan variasi lithologi
adanya ketidakselarasan
sifat kelistrikan batuan
sifat radioaktif
2. Korelasi Paleontologi
Fossil Indeks
Evolusi fossil
PENAMPANG STRATIGRAFI
Penampang stratigrafi digunakan untuk mendapatkan gambaran secara
menyeluruh urut-urutan lapisan antar abtuan secara vertikal menurut waktu.
Dalam pembuatannya harus memperhatikan beberapa faktor yaitu :
1. Deskripsi batuan pada setiap lapisan.
2. Ketebalan dan skalanya.
3. Hubungan anatar batuan atau kontaknya.
4. Interpretasi lingkungan pengendapan dari fossilnya.
5. Menyusun urutan sedimentasi.
6. Menyusun urutan umr batuan dalam ruang dan waktu geologi.
xxxiv
BAB V
GEOLOGI STRUKTUR
Geologi Struktur adalah merupakan ilmu yang mempelajari bentuk
arsitektur bumi termasuk gejala-gejala yang menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan pada kulit bumi.
Ada 2 macam struktur geologi :
1. Struktur Primer
Struktur ini terbentuk bersamaan dengan proses pengendapan batuan
sedimen. Contoh : struktur sedimen; perlapisan, silang siur, dll.
2. Struktur Sekunder
Struktur ini terbentuknya setelah proses pengendapan batuan sedimen, berupa
deformasi akibat gaya-gaya dari dalam bumi. Contoh : sesar, lipatan, kekar.
STRUKTUR PRIMER
Harus diperhatikan disini adalah karena adanya perlapisan batuan maka perlu
diukur :
Jurus lapisan batuan
Kemiringan lapisan batuan
STRUKTUR SEKUNDER
Kekar atau joint
Suatu rekahan pada massa batuan tetapi tidak mengalami pergeseran pada
bidang rekahanya, lebih dipengaruhi oleh pengurangan atau hilangnya
tekanan/tarikan yang bekerja dalam kerak bumi.
Klasifikasi Kekar :
xxxv
1. Berdasarkan bentuknya :
Sistematik joint, dijumpai berpasangan dengan arah saling sejajar.
Non Sistematik joint, dapat saling bertemu tetapi tidak memotong kekar
lainnya.
2. Berdasarkan ukurannya :
Micro joint, ukuran kekar sangat kecil, hanya dapat diamati dengan
mikroskop.
Major joint, dapat dilihat secara megaskopis.
Master joint, ukuran kekar dapat mencapai 100 ft, dapat diamati dengan
foto udara.
3. Berdasarkan cara terjadinya :
Shear joint, kekar yang terjadi diakibatkan oleh tekanan.
Tension joint, kekar yang terjadi diakibatkan oleh pengurangan atau
hilangnya tekanan.
Release joint, kekar yang terjadi diakibatkan oleh pengurangan atau
hilangnya tekanan
Perlipatan
Proses epirogenesa/orogenesa yang mengakibatkan batuan sedimen
mengalami pengangkatan jalur gerak bumi oleh tenaga endogenik sehingga
terbentuk pembubungan batuan berupa antiklin. Tenaga endogenik disini adalah
gaya tekanan dan tarikan.
Bagian-bagian dari perlipatan :
Sinklin
Antiklin
Limb, sayap
Axial plane, bidang planar lipatan
Axial surface
Axial line, garis poros/garis khayal yang menghubungkan titik-titik
lengkung maksimum pada permukaan bidang lipatan.
xxxvi
Jenis-jenis lipatan :
1. Lipatan Overturned
2. Lipatan Recumben atau Rebah
3. Lipatan Menunjam
4. Lipatan Tidak Menunjam
5. Lipatan Simetri
6. Lipatan Asimetri
xxxvii
xxxviii
xxxix
Patahan/Sesar
Bidang rekahan dalam kulit bumi yang mengalami pergeseran, dimana
arahnya sejajar dengan bidang rekahannya dan menyebabkan perbedaan posisi
dari massa batuan yang satu dengan yang lain. Sesar terjadi pada zona lemah yang
terjadi pada batuan yang keras dan rapuh dimana pergeserannya mencapai ribuan
kilometer, contoh : Sesar Semangko Sumatera.
Unsur-unsur sesar :
1. Hanging Wall, massa batuan di bagian atas bidang sesar.
2. Foot Wall, massa batuan di bagian bawah bidang sesar.
3. Bidang Sesar, bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang tergeserkan.
4. Throw, jarak pergeseran secara vertikal.
Klasifikasi Sesar berdasarkan pergerakan relatif bidang sesarnya :
1. Sesar Naik
Arah poros utama tegasan terbesar adalah vertikal/gaya berat, sehingga
sering disebut sebagai Gravity Fault. Hanging wall relatif naik terhadap foot
wall.
2. Sesar Turun
Arah poros utama tegasan terbesar adalah horisontal. Hanging wall relatif
nai terhadap foot wall. Berdasarkan dip/kemiringannya sesar naik dibedakan
menjadi 3 yaitu :
Reverse Fault, dip bidang sesar > 450.
Thrust Fault, dip bidang sesar < 450.
Overthrust Fault, dip bidang sesar < 100.
xl
xli
xlii
3. Sesar Mendatar
Poros utama tegasan terbesar adalah horisontal dengan arah gerakan sejajar
dengan jurus bidang sesarnya.
KONSEP TEKTONIK LEMPENG
Konsep tektonik lempeng pada perkembangannya dapat diterima dengan
baik oleh para ahli kebumian, terutama berkenaan dengan penerapannya didalam
eksplorasi migas. Dimana banyak penemuan cekungan-cekungan migas
ditemukan dengan mempergunakan model tektonik lempeng.
Indonesia merupakan produk daripada pertemuan 3 lempeng besar :
a. Lempeng Samudra hindia-Australia, bergerak relatif ke utara.
b. Lempeng Benua Asia, bergerak relatif ke selatan.
c. Lempeng Samudra Pasifik, bergerak relatif ke barat.
Akibatnya interaksi ketiga lempeng diatas, maka Indonesia memiliki sekitar 60
cekungan.
xliii
BAB VI
INTERPRETASI PETA GEOLOGI
Didalam eksplorasi migas yang bertujuan untuk menemukan lokasi jebakan
hidrokarbon. Setiap tahapan yang dilakukan untuk menemukan jebakan
hidrokarbon lebih bersifat interpretasi berdasarkan data-data yang didapat.
Eksplorasi sangat tergantung pada keakuratan hasil pendataan yang ada,
dimulai dari penginderaan jarak jauh berupa foto udara atau foto satelit, pemetaan
atau survey geologi baik regional maupun lokasi penelitian dilanjutkan dengan
survey geofisika berupa metode gaya berat dan seismik dan diakhiri dengan tahap
pemboran awal (wildcat).
Eksplorasi berasal dari kata kerja to explore yang artinya to travel through (a
place) for the purpose of discovery atau to examine more carefully in order to
learn more. Dari pengertian dasar tersebut menunjukkan bahwa didalam
eksplorasi migas terdapat dua pengertian pokok yaitu mencari dan menunjukkan
lokasi dari akumulasi hidrokarbon untuk dibor, diproduksi dan akhirnya dipelajari
dalam artian yang luas.
Metode Eksplorasi
Setiap produksi petroleum di dunia melalui beberapa tahap penelitian sebagai
berikut :
1. Tahap Pengumpulan dan Analisa Data
Yang diharapkan dari metode ini adalah mendeteksi tebal dan kualitas
batuan reservoir, penyebaran batuan secara lateral dan vertikal, kehadiran batuan
induk dan sistem perangkapnya.
Tahap eksplorasi geologi
a. Geologi permukaan, berupa pemetaan geologi, pemetaan rembesan
migas.
xliv
b. Geologi bawah permukaan, berupa struktur kontur, peta isopach,
korelasi struktur dan reservoir serta prosentasi pasir.
Tahap survey detail geologi
Terdiri dari analisa struktur, analisa dan evaluasi reservoir, analisa stratigrafi,
dll.
Tahap survey geofisika
a. Metode grafitasi/gaya berat, didasarkan densitas batuan.
b. Metode seismik, didasarkan pada rambat gelombang buatan dalam
media padat.
2. Tahap Pemboran Eksplorasi Detail
Setelah dilakukan berbagai analisa dan interpretasi dari data-data geologi
dan geofisika maka diputuskan untuk meletakkan titik-titik bor awal atau sering
disebut dengan pemboran liar (wild cat exploration drilling). Pemboran awal
tersebut sekaligus juga untuk mendapatkan data-data sebagai berikut :
a. Analisa core dan cutting.
b. Analisa akualitatif dan kuantitatif dari log mekanik.
c. Korekasi sumur.
Data-data tersebut diatas biasanya digunakan untuk studi reservoir serta
evaluasi formasi. Dari data-data tersebut diharapkan akan menghasilkan informasi
yang akurat seperti : volume migas yang terkandung, jumlah cadangan yang dapat
di produksi, jenis perangkap dan informasi susunan stratigrafi batuan.
Apabila didapatkan minyak yang potensial secara ekonomis maka akan
menjadi sumur pengembangan yang berproduksi.
Sehingga dari seluruh penjelasan diatas dapat kita mengerti betapa
pentingnya keakuratan dan ketelitian pengamatan di lapangan untuk dapat
menghasilkan data-data geologi yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal
ini seorang petroleum geologist akan menitikberatkan penelitian terhadap ada
xlv
tidaknya : batuan reservoir, batuan penutup, kemungkinan perangkapnya serta ada
tidaknya seepage oil/gas di sekitar lokasi.
xlvi
BAB VII
KESIMPULAN
Didalam industri perminyakan, pekerjaan geologi di mulai sebagai ujung
tombak didalam usaha – usaha pencarian dan pendataan akumulasi minyak dan
gas bumi atau di sebut sebagai perencanaan dan kegiatan Eksplorasi awal.
Disamping itu juga bertanggung jawab didalam pengembangan eksplorasi sumur
– sumur baru atau ‘eksplorasi development well’.
Geologi Fisik seperti telah diketahui dari kuliah – kuliah yang telah
diberikan merupakan cabang ilmu geologi yang membahas atau mempelajari
tentang bumi yang menyangkut bahan – bahan pembentuk bumi serta produk –
produk yang dihasilkannya termasuk didalamnya adalah makhluk – makhluk yang
pernah hidup didalamnya.
Praktikum geologi fisik disini akan meliputi : Dasar pengklasifikasian dan
Deskripsi batuan secara megaskopis yang termasuk dalam Ilmu Petrologi, Prinsip
– prinsip dasar pembuatan dan pembacaan Peta Topografi, Pembuatan Penampang
Stratigrafi dan Dasar – dasar interpretasi sejarah geologi dan umur lapisan –
lapisan batuan sedimen secara kesuluruhan.
BAB II PETROLOGI
1. BATUAN BEKU
Batuan hasil pembekuan magma, dimana dalam proses pembekuannya
akan terbentuk batuan beku dengan karakteristik tekstur dan struktur sangat
bervariasi, dan sangat tergantung dari cepat atau lambatnya penurunan suhu dan
tekanannya.
2. BATUAN SEDIMEN
Batuan yang telah ada sebelumnya (apakah itu batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf), mengalami proses pelapukan (melalu proses
xlvii
kimia, fisika, dan biologi) dan tererosi dalam bentuk butiran dibawa media air
atau angin ke dalam cekungan pengendapan.
3. BATUAN METAMORF
Batuan yang telah ada sebelumnya mengalami perubahan menjadi batuan
metamorf pada temperature dan tekanan tinggi yang berlangsung secara
isokimia dari face padat menuju fase padat tanpa melalu fase cair.
BAB III PETA TOPOGRAFI
Peta merupakan miniature dua dimensi yang menggambarkan bagian –
bagian bumi dan penyebaran dari permukaan bumi secara horizontal yang terlihat
dari atas dengan skala tertentu, yang kurang lebih sesuai dengan daerah yang
sebenarnya.
Ada 3 unsur yang penting dalam peta topografi :
Relief
Drainage
Culture
Didalam pembuatan peta kontur kita harus dapat memahami sifat – sifat kontur :
1. Garis kontur merupakan garis tertutup.
2. Garis kontur tidak bercabang.
3. Garis kontur tidak akan saling bertemu dengan garis kontur yang berbeda
nilainya.
4. Nilai garis kontur dihitung dari ketinggian muka air laut (0 meter).
5. Garis kontur rapat menunjukkan lereng curam.
6. Garis kontur renggang menunjukkan lereng landai.
7. Pada cliff garis kontur bisa saling memotong.
8. Garis kontur membelok ke arah hulu jika memotong sungai.
9. Garis kontur bergerigi menunjukkan suatu lembah atau cekungan.
10. Garis kontur putus – putus menunjukkan bagian puncak bukit.
xlviii
BAB IV STRATIGRAFI
Stratigrafi merupakan ilmu yang mempelajari gambaran serta hubungan lapisanbatuan yang satu dengan yang lainnya dalam ruang dan waktu geologi.
Unsur-unsur stratigrafi :
1. Batuan
2. Struktur sedimen
3. Waktu
Hukum Penerobosan
1. Ketidakselarasan (unconformity)
Diskonformity.
Nonconformity.
Angular Unconformity
Para Conformity.
2. Keselarasan (conformity)
BAB V GEOLOGI STRUKTUR
Geologi Struktur adalah merupakan ilmu yang mempelajari bentuk
arsitektur bumi termasuk gejala-gejala yang menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan pada kulit bumi.
Ada 2 macam struktur geologi :
1. Struktur Primer
Struktur ini terbentuk bersamaan dengan proses pengendapan batuan
sedimen. Contoh : struktur sedimen; perlapisan, silang siur, dll.
2. Struktur Sekunder
Struktur ini terbentuknya setelah proses pengendapan batuan sedimen, berupa
deformasi akibat gaya-gaya dari dalam bumi. Contoh : sesar, lipatan, kekar.
xlix
BAB VI INTERPRETASI PETA GEOLOGI
Metode Eksplorasi
1. Tahap Pengumpulan dan Analisa Data
Tahap eksplorasi geologi
Tahap survey detail geologi
Tahap survey geofisika
2. Tahap Pemboran Eksplorasi Detail
d. Analisa core dan cutting.
e. Analisa akualitatif dan kuantitatif dari log mekanik.
f. Korekasi sumur.
l
DAFTAR PUSTAKA
li