Geologi dasar

101
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Geologi Dasar adalah Ilmu yg mempelajari tentang bumi secara menyeluruh. Dari proses pembentukan, komposisi, sejarah, dan proses-proses alam yg telah berlangsung dan yang terjadi saat ini. 1.1.1. Cabang Ilmu Geologi 1. Mineralogi yang mempelajari mineral, berupa pendeskripsian mineral yang meliputi warna, kilap, goresan, belahan, pecahan dan sifat lainnya. 2. petrologi Ilmu yang mempelajari batuan, didalamnya termasuk deskripsi, klasifikasi dan genesanya. 3. Stratigrafi Ilmu tentang urut-urutan perlapisan batuan dan proses pembentukannya. 4. Geomorfologi Ilmu yg mempelajari bentuk-bentuk roman muka bumi & permukaan di alam. Laporan Praktikum Geologi Dasar 1

description

Pendeskripsian bantuan

Transcript of Geologi dasar

Page 1: Geologi dasar

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Geologi Dasar adalah Ilmu yg mempelajari tentang bumi

secara menyeluruh. Dari proses pembentukan, komposisi,

sejarah, dan proses-proses alam yg telah berlangsung dan

yang terjadi saat ini.

1.1.1. Cabang Ilmu Geologi

1. Mineralogi

yang mempelajari mineral, berupa

pendeskripsian mineral yang meliputi warna, kilap,

goresan, belahan, pecahan dan sifat lainnya.

2. petrologi

Ilmu yang mempelajari batuan, didalamnya

termasuk deskripsi, klasifikasi dan genesanya.

3. Stratigrafi

Ilmu tentang urut-urutan perlapisan batuan dan

proses pembentukannya.

4. Geomorfologi

Ilmu yg mempelajari bentuk-bentuk roman

muka bumi & permukaan di alam.

5. Geologi Struktur

Ilmu yg mempelajari bentuk arsitektur kulit

bumi & gejala-gejala yg menimbulkan perubahan tsb.

6. Geofisika

Ilmu yg mempelajari aspek fisika bumi

Laporan Praktikum Geologi Dasar 1

Page 2: Geologi dasar

7. Geokimia

Ilmu yg mempelajari aspek kimia terhadap

penyusun batuan kerak bumi.

8. Vulkanologi

Ilmu yg mempelajari tentang gunung api.

I.2. Maksud Dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan kegiatan pratikum Geologi

Dasar adalah agar peserta pratikum bisa lebih mengenal

dan memahami tentang materi Geologi Dasar. Secara garis

besarnya, didalam pembelajaran materi mahasiswa

dituntut untuk dapat mengerti tentang proses

pembentukan, komposisi, sejarah, dan proses-proses alam

yg telah berlangsung dan yg terjadi saat ini, dan bisa

menggunakan peralatan yang biasa digunakan dalam

ruang lingkup ilmu Geologi Dasar.

Sedangkan tujuan dari kegiatan pratikum ini, dituntut

agar setiap mahasiswa dapat mengetahui unsur – unsur

peta Geologi, macam – macam mineral, jenis batuan beku,

jenis batuan sedimen, jenis batuan metamorf, struktur

Geologi, menetukan Strike dan Dip, Stratigrafi, dan

Geomorfologi atau Roman muka bumi.

I.3. Waktu Dan Tempat

Waktu dan Tempat pelaksanaan Pratikum Geologi Dasar

untuk pembahasan tentang materi dilaksanakan setiap hari

rabu pukul 15.00 – selesai dan 16.00 - selesai, bertempat di

Laboratorium Geologi Dasar, Fakultas Teknik Unikarta.

Sedangkan untuk Pratikum Lapangan Geologi Dasar

dilaksanakan pada hari sabtu pukul 09.00 – selesai, bertempat

Laporan Praktikum Geologi Dasar 2

Page 3: Geologi dasar

di Perumahan penerangan Blok A, Gunung Menyapa,

Kecamatan Tenggarong, kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

BAB II

Laporan Praktikum Geologi Dasar 3

Page 4: Geologi dasar

DASAR TEORI

II.1. Unsur-Unsur Peta Geologi

II.1.1 Landasan Umum

Peta geologi adalah merupakan salah satu peta yang

penting di dalam dunia pertambangan, sipil, minyak dan gas.

Dalam peta ini dicakup berbagai aspek yang mampu dipakai

sebagai aplikasi untuk kepentingan keilmuan dan dalam kegiatan

eksplorasi pertambangan.

Secara umum peta geologi didefinisikan sebagai peta yang

menggambarkan penyebaran dan batas satuan batuan atau

litologi serta menggambarkan struktur geologi suatu daerah.

Peta ini dibuat dari hasil survey atau pemetaan geologi baik

geologi permukaan ataupun geologi bawah permukaan. Dasar

dari peta geologi adalah peta topografi dalam skala kecil.

Data dari hasil survey geologi dilapangan di plot diatas

peta topografi disesuaikan dengan posisi, lokasi, titik – titik

pengamatan. Untuk selanjutnya setelah dilakukan pengolahan

data dan interpretasi, rekontruksi lebih lanjut, maka akan

diperoleh informasi geologi dari suatu daerah yang dipetakan,

informasi tersebut berupa peta geologi.

Selain unsur – unsur utama dalam peta geologi yang

berupa jenis dan batas litologi, stratigrafi serta struktur yang ada

pada peta geologi dicantumkan unsur – unsur penyerta yang

selalu ada dalam peta geologi.

Unsur – unsur penyerta peta tersebut :

1. Judul dan nama daerah

2. Orientasi peta

3. Arah utara

4. Skala a. Numerik ( 1 : 1000)

Laporan Praktikum Geologi Dasar 4

Page 5: Geologi dasar

b. Grafis

5. Legenda

6. Keterangan

7. Nama pemeta dan tahun pembuatan

8. Nama instansi dan logo

9. Indeks peta

10. Koordinat

11. Penampang geologi

II.1.2. Simbol litologi

Simbol litologi ada dua macam, yaitu warna dan tanda

gambar. Simbol – simbol yang terdapat pada peta dan

penampang geologi harus dibuat harus sama.

Simbol – simbol yang berupa warna pada peta geologi

adalah sebagai berikut :

1. Aluvial : abu – abu

2. Batugamping : biru

3. Batupasir : kuning

4. Batubara : hitam

5. Tuffa : coklat muda

6. Batu beku basa : merah tua

Laporan Praktikum Geologi Dasar 5

Page 6: Geologi dasar

7. Konglomerat : jingga

8. Batulempung : hijau

9. Breksi : coklat tua

10. Napal / serpih : hijau tua

11. Batuan metamorf : ungu

12. Batuan beku asam : merah muda

Simbol – simbol yang berupa gambar pada peta geologi adalah

sebagai berikut :

1. Aluvial : abu – abu

2. Batugamping : biru

3. Batupasir : kuning

4. Batubara : hitam

Laporan Praktikum Geologi Dasar 6

Page 7: Geologi dasar

5. Konglomerat : Jingga

6. Breksi : coklat tua

7. Lanau : hijau muda

8. Shalecoal : abu -abu

9. Coalyshale : abu - abu

10. Tuf : cokalt muda

11. Batulempung : hujau

II.1.3. Simbol Struktur Geologi

Laporan Praktikum Geologi Dasar 7

Page 8: Geologi dasar

Struktur geologi dapat diamati dilapangan, dan haruslah

digambarkan selengkapnya pada peta geologi.

II.1.4. Simbol Geografi

Yang dimasud dengan simbol - simbol geografi adalah

kota, desa, jalan raya jalan setapak, atau jalan kereta api,

sedangkan simbol – simbol geodesi adalah tanda titik

ketinggian / Trianggulasi, KM pada jalan raya dan kontur.

II.1.5. .Simbol Struktur Sedimen

Simbol struktur sedimen biasanya digambarkan didalam

penampang stratigrafi.

II.1.6Simbol – Simbol Lain

Simbol – simbol geologi ini digambarkan sesuai dengan

kepentingan dari geologi tersebut. Misalnya untuk kepentingan

teknik sipil, geologi perminyakan, geohidrologi, dan lain – lain.

Laporan Praktikum Geologi Dasar 8

Page 9: Geologi dasar

Gambar 2.1. Contoh Peta Geologi

Laporan Praktikum Geologi Dasar 9

Page 10: Geologi dasar

Gambar 2.2. Contoh Peta Stratigrafi

Laporan Praktikum Geologi Dasar 10

Page 11: Geologi dasar

II.2. Mineral

II.2.1. Mineral

Kulit bumi bagian luar atau kerak bumi disusun oleh zat padat

yang sehari – hari yang kita sebut batuan. Sedangkan batuan

meliputi segala macam materi yang menyusun kerak bumi, baik

padat maupun lepas seperti pasir dan debu. Umumnya batuan

merupakan ramuan beberapa jenis mineral.

Mineral adalah suatu zat padat yang homogen yang terjadi di

alam secara alamiah dengan komposisi kimia tertentu dan memiliki

susunan atom yang teratur. Atau,

Mineral adalah suatu zat (fasa) padat dari unsur (kimia) atau

persenyawaan (kimia) yang dibentuk oleh proses – proses

anorganik, dan mempunyai susunan kimiawi tertentu dan suatu

penempatan atom – atom secara beraturan di dalamnya, atau

dikenal sebagai struktur kristal, dan ilmu yang mempelajari tentang

mineral disebut Mineralogi.

II.2.2Sifat – Sifat Fisik Mineral

Ciri sifat fisik mineral seperti sistem kristal, warna, sistem

perawakan kristal, kilap, gores, kekerasan, belahan, pecahan,

tenacity, berat jenis, kemagnetan, nama mineral, kegunaan,

genesa. Dan untuk lebih jelas diperlukan pengamatan secara optik,

untuk hal ini memerlukan waktu yang lebih lama.

1. Warna

Warna adalah warna mineral yang dapat di tangkap dan dilihat

oleh mata tanpa menggunakan alat bantu. Atau,

Warna mineral adalah warna bila suatu permukaan mineral

dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan

mineral tersebut sebagian akan diserap dan dipantulkan (refleksi).

Laporan Praktikum Geologi Dasar 11

Page 12: Geologi dasar

Warna penting untuk membedakan mineral akibat pengotor atau

warna asli (tetap) yang berasal dari elemen utama pada mineral

tersebut.

Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen – elemen

utama mineral disebut” Idiochromatic”.

Contoh : sulfur warnanya kuning.

Warna mineral akibat adanya campuran atau pengotor dengan

unsur lain. Sehingga memberikan warna yang berubah – ubah

tergantung dari pengotornya disebut “Allochromatic”

Contoh:

- Halite : warnany dapat berubah – ubah.

- Abu – abu.

- Kuning.

- Merah muda.

- Biru bervariasi.

kehadiran kelompok asing yang dapat memberikan warna

tertentu pada mineral disebut “Chormophores”. Misalnya ion, Cu

yang terkena proses hidrasi merupakan Chromophores dalam

mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.

Factor yang mempengaruhi warna mineral adalah :

- Komposisi mineral.

- Struktur kristal.

- Pengotor dari mineral.

-

2. Bentuk kristal / sistem perawakan mineral

a. sistem sumbu kubik

b. sistem sumbu tetragonal

c. sistem sumbu ortorombik

Laporan Praktikum Geologi Dasar 12

Page 13: Geologi dasar

d. sistem sumbu monoklin

e. sistem sumbu triklin

f. sistem sumbu heksagonal

g. sistem sumbu rombohedral

3. Kilap

Gejala ini terjadi apabila pada mineral dijatuhkan cahaya refleksi

dan kilap suatu mineral sangat penting untuk diketahui. Beberapa

kilap yang biasa dipergunakan adalah sebagai berikut :

a. kilap logam (metallic), kilap yang dihasilkan dari mineral –

mineral logam, seperti kalkopirit.

b. Kilap sub logam (sub metallic), kilap yang dihasilkan dari

mineral hasil altersi sebelumnya, seperti ilmenit.

c. Kilap intan (adamantine), kilap sangat cemerlang seperti pada

intan pertama. (Mineral Intan)

d. Kilap kaca (vitreous), kilap seperti damar, misalnya monasit.

(Mineral kwarsa, kalsit)

e. Kilap lemak (greasy), kilap seperti lemak, seakan – akan

terlapis oleh lemak, misalnya nefelin. (Mineral opal)

f. Kilap mutiara (pearly), kilap seperti mutiara, biasanya

terlihata pada bidang – bidang belah dasar mineral, misalnya

brukit. (Mineral talk, serpentin)

g. Kilap sutra (sikly), kilap seperti sutra, biasanya terlihat pada

mineral – mineral yang menyerat, misalnya gipsum. (Mineral

asbes)

h. Kilap tanah (earthy) atau kilap garam (dull), biasanya terlihat

pada mineral – mineral yang kempal, misalnya bauksit.

(Mineral bauksit)

4. Gores

Laporan Praktikum Geologi Dasar 13

Page 14: Geologi dasar

Gores adalah warna yang didapat apabila suatu mineral

digoreskan pada permukaan porselen yang permukaannya kasar.

5. Kekerasan

Pada umumnya kekerasan mineral diartikan sebagai daya tahan

mineral terhadap goresan. Kekerasan adalah suatu sifat yang

ditentukan oleh susunan dalam dari atom – atom. Kekerasan adalah

ukuran daya tahan suatu permukaan rata terhadap goresan. Jika

mineral dapat digores oleh mineral lain, maka yang belakangan ini

dikatakan lebih keras dari mineral yang dapat digores tadi.

Kekerasan relatif telah dipergunakan dalam penentuan mineral

sejak masa permulaan adanya mineralogi sistematik. Mohs (1822),

telah mengadakan suatu penentuan mineral secara kualitatif

berdasarkan kekerasan mineral. Ia menentukan suatu skala relatif

sebagai berikut :

Tabel 2.1 Skala Kekerasan MOHS

NoDerajat

Kekerasan

Jenis

Mineral

1 Paling lunak 1 Talk

2 2 Gipsum

3 3 Kalsit

4 4 Flourit

5 5 Apatit

6 6 Ortoklas

7 7 Kuarsa

8 8 Topas

9 9 Korondum

10 Paling keras 10 intan

Laporan Praktikum Geologi Dasar 14

Page 15: Geologi dasar

Setiap skala mohs yang lebih tinggi dapat menggores mineral –

mineral dengan skala mohs yang lebih rendah. Berdasarkan

penentuan kualitatif dari dari kekerasan ternyata interval – interval

pada skala mohs hampir bersamaan, kecuali interval antara 9 dan

10.

Untuk pengukuran kekerasan ini dapat kita pergunakan alat –

alat yang sederhana, seperti kuku tangan, pisau, baja dan lain –

lain. Untuk memperlihatkan hubungan antara alat pengukuran

kekerasan dengan derajat kekerasan dari mohs.

Tabel 2.2 Alat – Alat Penguji Kekerasan

No Alat pengujiDerajat

Kekerasan mohs

1 Kuku tangan

manusia

2,5

2 Kawat tembaga 3

3 Pecahan kaca 5,5 – 6

4 Pisau baja 5,5 – 6

5 Kikir baja 6,5 - 7

6. Belahan Dan Pecahan

Apabila sebuah mineral mendapat suatu tekanan yang

melampaui batas – batas elastis dan plastisitasnya, maka pada

akhirnya mineral akan pecah. Cara pecahnya ini

ada yang beraturan dan ada pula yamg tidak beraturan. Jika

pecahnya secara beraturan, maka akan memperlihatkan suatu

pecahan, dan jika pecahannya ,mengikuti permukaan yang sesuai

dengan stuktur kristalnya akan memperlihatkan suatu belahan.

Laporan Praktikum Geologi Dasar 15

Page 16: Geologi dasar

Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang

belahnya, maka dapat dibagi manjadi:

a. Sempurna (perpect), bila bidang belahan sangat rata, bila

pecah tidak melalui bidang belahan agak sukar.

b. Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik belahan

yang sempurna, masih dapat pecah dari arah lain.

c. Jelas (distinct), dimana bidang belahan jelas, tapi tidak begitu

rata, dapat pecah dari arah lain dengan mudah.

d. Tidak jelas, (indistinct), dimana kemungkinan untuk

membentuk belahan dan pecahan akibat adanya tekanan

adalah sama besar.

e. Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat

tidak rata, sehingga kemungkinan untuk membentuk belahan

sangat kecil dari pada untuk membentuk belahan

7. Pecahan Dibagi Menjadi :

a. Pecahan concoidal, dimana pacahan menyerupai seperti kulit

bawang minsalnya mineral kuarsa.

b. Pecahan hackly, dimana pecahannya menyerupai besi dan

tajam – tajam

c. Unevon, dimana permukaan pecahannya kasar dan tidak

beraturan seperti kebanyakan mineral

d. Even, dimana bidang pecah agak kasar, tetapi kecil – kecil,

masih mendekati bidang datar

8. Tenacity / Ketahanan Mineral Terhadap Pukulan

Laporan Praktikum Geologi Dasar 16

Page 17: Geologi dasar

Tenacity adalah ketahanan suatu mineral terhadap pukulan,

pematahan, pembengkokkan, penggerusan, atau pengirisan.

Istilah – istilah yang digunakan dalam menyatakan ketahanan

a. Britel : Apabila mineral mudah pacah menjadi bubuk

b. Maleabel : Apabila suatu mineral dapat di iris tipis

c. Sektil : Apabila suatu mineral dapat dibentuk seperti

kawat

d. Fleksibel : Apabila suatu mineral dapat dibengkokkan

e. Elastis : Apabila suatu mineral dibengkokkan dan dapat

kembali

kebentuk semula

9. Berat Jenis Mineral

Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu

mineral dibandingkan dengan berat air pada volume sama, atau

berat relatif dari suatu mineral diukur terhadap berat dari air.

Berat mineral

Rumus berat jenis = --------------------

Volume mineral

10. Kemagnetan

Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet

a. Fera magnetik adalah gaya tarik magnet terhadap benda

b. Dia magnetik adalah gaya tidak menarik benda

11. Nama Mineral

Laporan Praktikum Geologi Dasar 17

Page 18: Geologi dasar

Untuk penamaan mineral bisa ditentukan dari hasil penelitina

atau pendiskripsian mineral itu sendiri dengan adanya literatur

yang sesuai.

12. Kegunaan Mineral

Kegunaan mineral bisa diketahui dari beberapa literatur dan

informasi lainnya.

13. Genesa

Genesa adalah peristiwa yang menyebabkan terbentuknya

mineral tersebut

Perak

Laporan Praktikum Geologi Dasar 18

Page 19: Geologi dasar

Tembaga

Korundum

Laporan Praktikum Geologi Dasar 19

Page 20: Geologi dasar

Emas

Kalsit

Laporan Praktikum Geologi Dasar 20

Page 21: Geologi dasar

Pasir Kwarsa

Belerang

Laporan Praktikum Geologi Dasar 21

Page 22: Geologi dasar

Timah

Galena

II.3. Batuan Beku

II.3.1. Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk secara langsung

dari proses pembekuan magma, baik didalam bumi maupun diatas

permukaan bumi.

Laporan Praktikum Geologi Dasar 22

Page 23: Geologi dasar

Ciri khas batuan beku adalah kenampakannya yang kristalin,

yaitu kenampakan suatu massa dari unit – unit kristal yang saling

mengunci kecuali yang non kristalin.

Proses pembekuan magma akan menghasilkan kristal – kristal

primer ataupun gelasan, yang mana apabila saat itu terdapat cukup

energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal – kristal

mineral ukuran besar. Sedangkan bila energi pembentukannya

rendah akan terbentuk kristal yang ukurannya sangat halus. Bila

pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak akan

terbentuk dan cairan magma yang membeku akan menjadi gelas.

Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat

mengkeristal. Mineral – mineral mafic pada umumnya mengkeristal

pada suhu yang relative tinggi, sebaliknya mineral – mineral felsic

pada umumnya mengkeristal pada suhu yang relative rendah.

Batuan beku merupakan kumpulan mineral – mineral silika

yang mengkeristal. Selama kristalisasi berlangsung selalu ada

kecendrungan untuk mempertahankan keseimbangan antara fase

padat dan fase cair. Dalam hal ini kristal yang mula – mula

terbentuk akan bereaksi dengan cairan, sehingga berubah

komposisinya. Reaksi ini terjadi secara terus – menerus pada

kristalisasi mineral – mineral plagioklas (mulai mineral basa sampai

mineral asam). Reaksi ini disebut “continuous reation series”

dipihak lain terjadi secara tiba – tiba pada temperature tertentu,

dalam kristalisasi mineral – mineral ferromagnesium (mafic mineral)

disebut “discontinuous reaction series”.

Laporan Praktikum Geologi Dasar 23

Page 24: Geologi dasar

Gambar 2.3 Diagram Bown Reaction Series

II.3. 2. Sifat – Sifat Mineral Penyusun Batuan Beku

Berdasarkan sifat – sifat mineral penyusun batuan dapat

dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :

1. Mineral Utama

Mineral utama adalah mineral – mineral primer yang selalu

terdapat dalam satu batuan tertentu dan merupakan yang

dominan untuk batuan tersebut.

2. Mineral Sekuder

Mineral sekunder adalah mineral yang terdapat cukup banyak

dalam satu batuan beku tetapi tidak selalu seperti halnya

mineral primer (utama). Mineral sekunder ini sering juga disebut

mineral pelengkap (accessory mineral).

3. Mineral Tambahan (Minor Accesory Mineral)

mineral tambahan adalah merupakan mineral yang terdapat

dalam suatu batuan beku yang jumlahnya tidak begitu banyak,

kira – kira lebih kecil dari 5 % dari volume batuan. Contoh :

apatitie, magnetite, zircon dan lain – lain.

Laporan Praktikum Geologi Dasar 24

Page 25: Geologi dasar

II.3. 3. Deskripsi Batuan Beku

1. Warna

Warna adalah warna mineral yang dapat di tangkap dan dilihat

oleh mata tanpa menggunakan alat bantu. Atau,

2. Jenis Batuan

a. Klasifikasi berdasarkan sifat kimia dan komposisi mineralnya,

meliputi :

1. Batuan Beku Asam

Batuan beku yang mengandung unsur silika lebih dari 66 %,

umunya berwarna terang. Contoh : granite, apatite, dan lain –

lain.

2. Batuan Beku Intermediet.

Batuan ini mengandung mineral silika antara 52 % - 66 %

batuan biasanya berwarna terang hingga agak gelap. Contoh :

diorite, andesit dan lain – lain.

3. Batuan Beku Basa.

Adalah batuan beku yang komposisi silikanya anatar 45 % -

52 % kaya akan mineral kalsit plagioklas dan mafik mineral.

Warnanya gelap / buram sampai kehitaman. Contoh : gabro,

basalt dan lain – lain.

4. Batuan beku ultra basa

Jenis batuan beku ini mengandung unsur silika kurang dari 45

%, biasanya berwarna hitam sampai hijau.

3. Struktur Batuan Beku

Struktur batuan beku adalah merupakan kenampakkan atau

bentuk dan Susunan dari batuan beku.

Struktur batuan beku meliputi :

a. Struktur masif / kompak

Laporan Praktikum Geologi Dasar 25

Page 26: Geologi dasar

Struktur masif adalah susunan mineral yang kompak, tidak

menunjukkan adanya pori – pori, penjajarn mineral / bentuk

aliran dan bersifat pejal.

b. Struktur jointing

yaitu struktur batuan yang memperlihatkan retakan – retakan.

c. Vesikuler

Yaitu struktur yang memperlihatkan adanya lubang – lubang

akibat pelepasan gelembung – gelembung gas dari magma.

Vesikuler ini terbagi dalam beberapa bagian yaitu :

Vesicle yaitu struktur yang memperlihatkan lubang –

lubang yang menyudut.

Scorian yaitu struktur yang sangat berpori dan tidak

teratur dalam masa dasar gelas.

Pumis yaitu struktur buih dengan lubang – lubang

memanjang yang menunjukkan arah aliran buih.

d. Flow

yaitu struktur yang orientasinya sejajar dengan baik oleh

kristal maupun oleh lubang – lubang gas.

e. Amigdaloidal

yaitu struktur yang menampakan adanya lubang – lubang gas

pada batuan yang terisi oleh mineral - mineral sekunder yang

terbentuk setelah pembentukkan magma.

4. Tekstur Batuan Beku

Tekstur batuan beku adalah hubungan antara mineral –

mineral yang satu dengan yang lainnya dalam suatu batuan yang

meliputi hubungan antara kristalisasi, granulitas dan fabric (kemas).

a. Derajat Kristalitas

Laporan Praktikum Geologi Dasar 26

Page 27: Geologi dasar

Derajat kristalitas atau derajat kristalisasi adalah tingkat

kristalisasi mineral

dalam suatu batuan. Tingkat kristalisasi pada batuan beku

tergantung pada proses pembekuan magma itu sendiri.

Tingkat – tingkat kristalisasi antara lain :

1. Holokristalin

Holokristalin adalah bila seluruh batuan tersusun oleh kristal –

kristal mineral.

2. Hipokristalin

Hipokristalin adalah bila batuan beku terdiri dari sebagian

kristal dan sebagian yang lain adalah gelas.

3. Holohialin

Holohialin adalah bila seluruh batuan beku tersusun oleh

mineral gelas.

b. Granulitas (Ukuran Butir Mineral)

Granulitas adalah derajat besar butir mineral penyusun

batuan. Granulitas meliputi :

1. Fanerik

Fanerik adalah kristal dari mineral penysunya tampak jelas

dan dapat dibedakan dengan mata dapat juga dengan bantuan

luve.

Fanerik dibedakan menjadi :

Butiran kasar (> 5 mm).

Butiran sedang (1 – 5 mm).

Butiran halus (< 5 mm).

2. Afanitik

Afanitik adalah kristal – kristal dari mineral penyusunnya

sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata

Laporan Praktikum Geologi Dasar 27

Page 28: Geologi dasar

secara langsung jadi harus menggunakan alat bantu luve atau

mikroskop.

Mikrokristalin yaitu bila butiran sangat kecil (analisa

menggunakan mikroskop).

Kriptokristalin yaitu bila ukuran butirnya labih halus dari

mikrokristalin (analisa menggunakan scanning , sinar x).

Amorfus / nonkristalin yaitu bila mineral disusun oleh gelas

secara keseluruhan.

c. Kemas (Fabrik)

Kemas adalah hubungan antar kristal – kristal atau susunan

antar kristal – kristal yang satu dengan lainnya. Fabric meliputi :

1. Bentuk kristal

Euhedral yaitu bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh

bidang – bidang kristal yang jelas.

Subhedral yaitu apabila bentuk tidak sempurna dan hanya

sebagian saja yang dibatasi oleh bidang- bidang kristal yang

jelas atau kombinasi dari bentuk baik dengan bentuk tidak

teratur.

Anhedral yaitu apabila bentuk bidang batas dari kristal tidak

teratur atau tidak jelas.

Laporan Praktikum Geologi Dasar 28

Page 29: Geologi dasar

Gambar 2.4. Euhedral

Gambar 2.5. Subhedral

Gambar 2. 6. Anhedral

d. Relasi

Relasi yaitu hubungan antar butir kristal – kristal yang satu

dengan yang lainya, relasi meliputi :

Equigranular yaitu ukuran butir kristal yang menyusun batuan

hampir sama besar atau relatif seragam.

Inequigranular adalah ukuran butir kristal penyusun batuan

tidak sama besar.

Laporan Praktikum Geologi Dasar 29

Page 30: Geologi dasar

5. Komposisi Mineral

Mineral – Mineral Pembentuk / Penyusun Batuan

Pada batuan beku ada delapan mineral yang umum dijumpai

sebagai penyusun batuan beku, biasanya disebut sebagai mineral

batuan beku (igneous mineral) dan dapat dibedakan menjadi

kelompok, yaitu :

a) Mineral yang tersusun dari unsur silika dan alumina, umunya

berwarna cerah (felsik).

contoh mineral :

Kwarsa

mineral kwarsa mempunyai rumus kimia sio2, berwarna jernih,

putih buram dan lain – lainnya. Mengkristal pada system

hexagonal, kekerasan 7, umumnya bentuk kristal tidak baik

(anhedral), dan mempunyai kilap seperti kaca.

Feldspar

dibagi dua bagian, yaitu :

1. Potash feldspar

Terdiri dari mineral orthoklas, mikrolin, sanidin, adularia,

dan anorthoklas, berwarna merah pucat, putih merah

daging, dan abu – abu. Belahannya baik 2 arah kekerasan

6.

2. Plagioklas

Berwarna putih, abu – abu dan lain – lain. Belahan baik 2

arah, kekerasan 6. Mineral ini terdiri dari kalsit plagioklas

(anorit, bitownite, labradorit, andesine) dan sedikit

plagioklas (albite, oligoklas dan andesine).

Feldspartoid (foida)

pengganti mineral feldspar, karena terbentuk pada kondisi

dimana si o2 kurang. Mineral ini terdiri dari leukosit, nefelin,

Laporan Praktikum Geologi Dasar 30

Page 31: Geologi dasar

sodolite dan nosolite serta hauynite. Berwarna putih atau abu

– abu kebiruan, kekerasan 6.

Mika (glimmer)

terdiri dari muscovite (putih jernih), plagotit, (coklat),

kekerasan 1 – 2, belahan 1 arah.

b. Mineral yang tersusun dari unsur besi,

magnesium, dan kalsium, berwarna gelap (mafic).

Olivin

Berwarna hijau, kuning kecoklatan, kristal berbutir seperti

gula pasir, kekerasan 6 – 7.

Amphibole

Merupakan mineral terbentuk prismatik panjang bersisi enam,

warna hijau kehitaman, belahan 2 arah, kekerasan 5 – 6 dan

yang terpenting dari golongan ini adal;ah hornblende.

Pyroxene

Warna coklat hingga hitam, kekerasan 5 - 6 terdiri dari

mineral enstatite, hypersten, diopsite dan augit, belahan 2

arah.

Biotite

berwarna hitam, dan tampak seperti lembaran.

Untuk mengetahui kekerasan suatu mineral maka dipakai

mineral mineral

standart pada skala mohs sebagai berikut :

Talk

Gypsum

Kalsit

Fluorite

Apatite

Laporan Praktikum Geologi Dasar 31

Page 32: Geologi dasar

Orthoklas

Kwarsa

Topas

Korundum

Diamond atau intan.

7. Genesa

Genesa adalah peristiwa yang menyebabkan terbentuknya

batuan beku tersebut

II.4. Batuan Sedimen

II.4.1. Pengertian Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material

maupun biologi yang kemudian diendapkan lapis demi lapis pada permukaan

bumi yang kemudian mengalami pembatuan.

Proses-proses terbentuknya batuan sedimen antara lain :

a. Proses Pelapukan

Batuan beku, batuan metamorf maupun batuan beku yang dipengaruhi

oleh suhu dan tekanan terus menerus, maka tidak luput dari yang

namanya pelapukan. Dalam prosesnya terdapat bermacam-macam

pelapukan, diantaranya yaitu pelapukan mekanis atau fisik dan

pelapikan kimia.

Laporan Praktikum Geologi Dasar 32

Page 33: Geologi dasar

b. Proses Pengangkutan

Setelah batuan tidak mengalami pelapikan yang oleh adanya garfiatasi

maka akan terlepas atau terkikis dari batuan asalnya yang kemudian

diangkut oleh media pengangkut yaitu air, angin, es dan lain –lain.

b. Proses Pengendapan

Material-material yang diangkut oleh air, angin atau es tadi akan

diendapkan di cekungan, daerah cekungan dapat berupa danau, rawa-

rawa, laut dan sbg.

II.4.2. Struktur Batuan Sedimen

Struktur batuan sedimen dibedakan menjadi 3 macam, yitu :

a. Struktur Mekanis (Fisika)

Terbentuknya karena proses fisika diantaranya :

(1). Berlapis

Terlihat sebagai susunan berlapis-lapis. Contoh; Batu pasir

berlapis. Bila ketebalan ≥1 cm disebut lapisan. Bila ketebalan

≤ 1 cm disebut Laminasi.

. Lapisan Laminasi

Gambar 2.7. Struktur Berlapis

(2). Bergradasi

Laporan Praktikum Geologi Dasar 33

Page 34: Geologi dasar

Bila butiran-butian batuan dari bawah ke atas semakin halus.

Contoh : Konglomerat.

Gambar 2.8. Struktur Bergradasi

(3) Silang Siur

Satu seri perlapisan yang saling bepotongan dalam tubuh batuan sedimen.

Contoh; Batupasir silang siur.

Laporan Praktikum Geologi Dasar 34

Page 35: Geologi dasar

Gambar 2.9. Struktur Silang Siur

(4). Masif

Bila dalam tubuh batuan sedimen tidak terlihat struktur sedimen

Dilihat dari kenampakkan permukaan lapisannya dibedakan atas :

1). Ripple Mark

Bentuk permukaan yang bergelombang karena adanya arus.

2). Flute Cast

Bentuk gerusan pada permukaan akibat aktivitas arus.

3). Mud Crack

Bentuk retakan pada lapisan lumpur, biasanya berbentuk polodial

4). Rain Mark

Kenampakan pada permukaan sedimen akibat tetesan hujan.

Struktur terjadi karena deformasi, dapat diklasifikasikan

menjadi :

1). Load Cast

Lekukan pada permukaan lapisan akibat gaya dari beban

diatasnya.

2). Convolute Struktur

Lekukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi

(gerusan).

3). Sandstone Dike and Sill

Karena deformasi pasir dapat terinjeksi pada lapisan

sedimen diatasnya.

b. Struktur Kimia

Struktur yang terbentuk dari aktifitas kimia, dapat dibedakan

menjadi 2 bentuk, yaitu :

1). Koneksi : Bila berbentuk bulat

Laporan Praktikum Geologi Dasar 35

Page 36: Geologi dasar

2). Nodul : Bila berbentuk tidak teratur

c. Struktur Organik

Struktur yang terbentuk dari aktifitas organisme, dibedakan

atas :

1). Jejak

- Track : Jejak berupa tapak organisme

- Trail : Jejak berupa seretan bagian tubuh organisme.

2). Galian ( Burrow )

Lubang atau galian hasil aktivitas organisme.

3). Cetakan

- Mold : Cetakan bagian tubuh organisme.

- Cast : Cetakan dari mold.

II.4.3. Tekstur Batuan Sedimen

Dalam batuan sedimen dapat dijumpai fragmen batuan maupun mineral-

mineral yang umumnya banyak dijimpai dalam batuan sedimen yaitu antara

lain :

- Kwarsa

- Mika

- Dolomit

- Feldspar

- Kalsit

- Mineral lempung, dan lain-lain.

Laporan Praktikum Geologi Dasar 36

Page 37: Geologi dasar

Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi batuan sedimen

klastik dan batuan sedimen non klastik.

Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari

material-material hasil rombakan batuan yang telah ada sebelumnya.

Sedangkan batuaan sedimen ninklastik adalah batuan sedimen yang

terbentuk dari material-material hasil aktivitas kimia ( termasuk

biokimia ).

Dari dua macam batuan sedimen tersebut dikenal tekstur batuan sedimen

yaitu tekstur Klastik Nonklastik :

a). Tekstur Klastik

Yang perlu diperhatikan pada batuan sedimen klastik adalah ukuran

butir dan bentuk butir. Untuk ukuran butir dipakai klasifikasi dari

Wenworth, Yaitu :

:

Tabel. 2.3. Klasifikasi Tekstur Klastik

Nama Ukuran Butir (mm)

Boulder ( Bongkah )

Cabble ( Berangkal )

Pebble ( Kerakal )

Granule ( Kerikil )

Pasir Sangat Kasar

Pasir Kasar

≥256

64 - 256

4 - 64

2 - 4

1 - 2½ - 1

Laporan Praktikum Geologi Dasar 37

Page 38: Geologi dasar

Tabel 2.4. Klasifikasi Ukuran Butir ( Wenworth )

Nama Ukuran Butir (mm)

Pasir Sedang

Pasir Halus

Pasir Sangat Halus

Silt ( Lanau)

Clay ( Lempung )

1/4 - 1/2

1/8 - 1/4

1/16 - 1/8

1/256 - 1/16

≤ 1/256

b. Tekstur Non Klastik

tekstur non klastik mempunyai ciri khas adnya kristal-kristal yang

saling menjari dan tidak ada ruang pori-pori antar butir dan umumnya

Monomineralik. Kristal-kristal umumnya berbentuk serabut, lembaran

atau butiran kristal.

Berikut Klasifikasi Non Klastik :

Tabel 2.5. Klasifikasi Ukuran Butir Tekstur Nonklastik

Klasifikasi Ukuran (mm)

Berbutir Kasar

Berbutir Sedang

Berbutir Halus

≥ 5

1 - 5

≤ 5

Bebrapa tekstur Nonklastik yang terpenting yaitu :

(1). Amorf

Laporan Praktikum Geologi Dasar 38

Page 39: Geologi dasar

Yaitu bila partikel-partikel yang berukuran lempung ( koloid ).

Contoh : Rijang Masif.

(2) Oolitik

Yaitu tersusun oleh kristal kecil berbentuk bulat ( elipsoid )

terkumpul seperti telur ikan, butiran berukuran 0,25 mm - 2,0 mm.

contoh : Batu gamping Ooloitik.

(3). Piolistik

Seperti Oolitik tetapi butiran berukuran lebuh besar 2mm. contoh :

Batu gamping Pisolitik.

(4). Sakaroidal

Partikel-partikel berbutir hakus, sama besar ( equigranular ). Contoh :

Batu gamping Sakaroidal.

(5). Kristalin

Bila tersusun oleh kristal-kristal besar.

Hal-hal ini yang perlu diperhatikan yang menyangkut tekstur

batuan sedimen adalah, antara lain :

Bentuk Butir

a. Membundar Sempurna

b. Membundar ( Rounded )

c. Mebundar Tnaggung ( Sub Rounded )

d. Menyudut Tanggung ( Sub Angular )]

e. Menyudut ( Angular )

f. Menyudut Sempurna ( Well Angular )

Laporan Praktikum Geologi Dasar 39

Page 40: Geologi dasar

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

Gambar 2.10. Tingkat Ukuran Butir

Tabel 2.6. Klasifikasi Rudit Berdasrkan Ukuran Partikel serat Bentuknya.

Ukuran

Butir Secara

Kualitatif

Bentuk Klasifikasi Penyusunannya

Bongkah

Berangkal

Kerakal

Kerikil

Membulat Menyudut

Tak

Terlitifikasi

Terlitifikasi Tak

Terlitifikasi

Terlitifikasi

Gravel Konglomerat Rabel Breksi

Pemelihan ( Sortasi )

- Baik ( Weel Sorted ) : Jika tingkat kesergaman bitirannya

sama

- Buruk ( Poorly Sorted) : Bila besar butir tidak merata,

terdapat matrik dan fragmen.

Kemas ( labric )

- Kemas terbuka : Bila butiran tidak langsung saling

bersentuhan

- Kemas tertutup : Bila butiran saling besentuhan

atau sama lainnya.

Fragmen : Butiran yang berukuran lebih besar daripada pasir

Matrik : Butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen

dan dan terdapat di sela-sela fragmen.

Semen : Material yang sangat halus (hanya

dapat dilihat dengan mikroskop) yang berfungsi

sebagai pengikat. Semen umumnya terdiri dari silika,

karbonat dan oksida besi. Semen jarang dijumpai

pada batuan sedimen yang Argiloccous (batuan

Laporan Praktikum Geologi Dasar 40

Page 41: Geologi dasar

sedimen yang matriknya lempungan) sebab tidak

mempunyai rongga.

II.4.4. Komposisi Batuan Sedimen

Berdasarkan komposisinya batuan sedimen dapat dibedakan menjadi

bebrapa kelompok, yaitu :

1. Batuan sedimen detritis, dapat dibedakan menjadi :

- Detritus halus : Batu Lempung, Batu Lanau

- Detritus sedang : Batu Pasir

- Detritus Kasar : Breksi dan Konlomerat.

2. Batuan sedimen evaporit, yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari

proses evaporasi.

3. Batuan sedimen batubara, yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari

mineral organik yang berasal dari tumbuhan.

4. Batuan sedimen silika, yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari proses

organik dan kimia.

5. Batuan sedimen karbonat, yaitu batuan yang terbentuk baik dari proses

mekanis, kimia maupun organik.

II.5. Batuan Metamorf

II.5.1. Pengertian Batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari perubahan-perubahan

oleh proses metamorfosa dari batuan yang telah ada sebelumnya, yang mengalami

perubahan komposisi mineral, struktur, tekstur tanpa mengubah komposisi kimia

dan tanpa melalui fase cair atau gas atau tidak mengalami perubahan.

II.5.2. Tipe-Tipe Metamorfosa

Menurut Sukardi ( 1993 ) tipe-tipe metamorfosa dikelompokkan menjadi :

a. Metamoefosa Lokal

Laporan Praktikum Geologi Dasar 41

Page 42: Geologi dasar

Terbagi atas :

1). Metamorfosa Kontak/ Termal, terjadi akibat kenaikan temperatur

pada zoan-zona intrusi magma atau plutonik dan ekstrusi lava.

2). Metamorfosa Kataklastik atau Dislokal atau Kinematik atau Dinamik,

terjadi pada daerah yang mengalami dislokasi atau deformasi atau

pengaruh tekanan . Misalnya akibat sesar (fault).

3.) Metamorfosa Kaustik atau Optalik atau Pirometamorfosa, karena

temperatur pada daerah batuan vulkanik khususnya basalt

4). Metamorfosa Hidrotermal atau Metasomatisme, disebabkan oleh

adanya fluida dan confining pressure.

5) Metamorfosa Retrograde atau Diaptoresis, akibat penurunan temperatur

sehingga kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah

menjadi kumpulan mineral stabil pada temperatur yang lebih rendah.

b. Metamorfosa Regional

Adalah proses metamorfosa yang meliputi daerah yang sangat luas dan

disebabkan oleh efek tekanan dan panas pada batuan yang terkubur sangat

dalam. Metamorfosa ini terbagi atas :

1) Metamorfosa Dinemotermafosa

Disebabkan oleh kenaikan temperatur dan pressure pada daerah yang

luas sebagai akibat pembentukan penggunaan atau orogenesa.

2). Metamorfosa regional Burial

Disebabkan oleh kenaikan temperatur dan pressure pada daerah

geosinklin yang mengalami sedimentasi intensuif, kemudian terlipat.

II.5.3. Klasifikasi Batuan Metamorf

a. Berdasarkan komposisi kimianya, ditinjau dari unsur yang dikandung oleh

batuan metamorf, yang dibedakan menjadi :

1). Calcie Metamorf Rock

Berasal dari batuan sedimen yang kaya kuarsa dan feldspar, misalnya

batu lempung menjadi Phillite, Slate.

Laporan Praktikum Geologi Dasar 42

Page 43: Geologi dasar

2). Quartz Feldspartic Metamorf Rock

Berasal dari batuan sedimen yang kaya kuarsa dan feldspar, misalnya

Quartizite.

3) Basic Metamorf Rock

Berasal dari batuan beku intermediet menjadi batuan beku basa,

misalnya Amphibole.

4). Calcareaus Metamorf Rock

Berasal dari batuan yang kaya Mg, misalnya Serpentine, Schist, Clorit.

b. Berdasrkan Komposisi Mineralnya

Dibedakan atas :

1). Mineral Stress

Seperti : Muksovite, Biotit, Horblende

2). Mineral Anti Stress

Seperti : Kuarsa, Kalsit, Plagioklas

II.5.4. Struktur Batuan Metamorf

a. Struktur Foliasi

Adalah struktur paralel yang diberikan oleh adanya penjajaran mineral-

mineral penyusun batuan atau hasil metamorfosa regional.

Struktur Foliasi terbagi atas :

1). Slaty Cleavage

Suatu peralihan sedimen yang berubah ke metamorf, derajat

metamorfosa rendah dari lempung. Batuan ini berbutir sangat halus dan

keras, memperlihatkan belahan-belahan yang rapat dan sejajar dimana

mulai terdapat daun-daun mika halus memberi warna/kilap. Seterusnya

mineral klorit dan kuuarsa mulai ada. Bataunya disebut Slate

(batusabak).

2) Phylitic

Laporan Praktikum Geologi Dasar 43

Page 44: Geologi dasar

Hampir sama dengan slaty cleavage, tetapi derajat metamorfosa

lebih tinggi daripada sabak, dimana daun-daun mika dan klorit sudah

cukup besar

dan memberikan belahan phylite yang khas, berkilap sutera pada

pecahan-pecahan bias merupakan akibat kandungan mika yang sangat

halus, mulai terdapat mineral lain seperti turmalin. Sudah mulai terjadi

pemisahan mineral pipih dan mineral granular tetapi belum sempurna.

Batuannya disebuat Phillite.

3). Schistositc

Struktur ini akibat penjajaran mineral pipih berseling dengan

mineral granular, bidang belahnnya lebih jelas daripada phyllite.

Mineral pipih memiliki orientasi menerus dan tidak terputus oleh

mineral glanular. Kepingan - kepingannya sangat jelas dari mineral-

mineral pelat, seperti mika, talk, klorit, hematite dan mineral-mineral

yang bersifat serabut.. terkadang mengandung mineral feldspar,

hornblende, granet. Tergantung dari batuan asal (lepung, basal,

gamping) dan berbagai macam sekis terjadi dan dinamakan tergantung

mineral terjadinya. Contoh sekis horblende dari batuan asal basal dan

gabro.

4). Gneissic

Struktur ini terjadi akibat penjajaran mineral granular berseling

dengan mineral pipih. Mineral pipih memiliki orientasi tidak

menerus karena terputus oleh mineral granular. Trdiri dari mineral-

mineral yang mengigatkan kepada batuan beku seperti feldspar dan

mafik, jalur dengan mineral-mineral pelat atau serabut seperti klorit,

mika grafit, hornblende. Batuan ini dapat berasal dari batuanbekku

seperti granit, gabr, atau diorit, atau batuan sedimen seperti serpih, dan

napal. Batuannya disebut Gneis.

b. Non Foliasi

1). Hornflsic

Laporan Praktikum Geologi Dasar 44

Page 45: Geologi dasar

Batuan ini terbentuk dalam bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh

batuan beku. Pada umumnya merupakan rekristalisasi batuan asalnya,

tidak ada foliasi tetapi batuan halus dan padat. Pada struktur ini butiran-

butiran mineral berukuran relatif seragam dan tidak menunjukkan

penjajaran mineral. Batuannya disebut Hornfels (batutanduk).

2). Cataclastic

Pada struktur ini terjadi karena proses metamorfosa catallastic,

misalnya sesar. Struktur ini tersusun dari pecahan batuan atau

mineral berukuran kasar. Batuannya disebut Cataclastic.

3). Mylonitic

Hampir sama dengan cataclastic tetapi karena proses sesar yang

terjadi sangat kuat maka pecahan batuan mineral berukuran kasar.

Batuannya disebut Milonit.

4). Marmer (pualam)

Terdiri dari mineral kalsit, terjadi proses metamorfosa regional atau

rekristalisasi dari batugamping. Batuan ini padat, kompak tanpa foliasi,

terbentuk karena kontak.

5). Kuarsit

Batuan ini adalah terdiri dari kuarsa yang terpadatkan atau disementasi

oleh silika kristalin, sehinggga merupakn batuan yang kompak,

membelah melalui butiran kuarsa tanpa foliasi. Terjadi karena

metamorfosa regional dari batupasir kuarsa pada semua derajat

metamorfosa..

II.5.5. Tekstur Batuan Metamorf

a. Berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa, batuan metamorf

dibagi atas :

1). Relict (Palimpset) yaitu tekstur batuan metamorf yang menunjukan

tekstur batuan berasal.

Relict terbagi atas :

Laporan Praktikum Geologi Dasar 45

Page 46: Geologi dasar

Blastoprofiritik : Tekstur porfiritik asal mineralnya masih

terlihat

Blastopsipite : Tekstur sisa dari batuan sedimen yang

ukuran butirannya lebih besar dari pasir.

Blastopsemite : Sama seperti Blastosipite tetapi ukuran

butirannya sama dengan pasir.

Blastopellite : Tekstur sisa dari batuan sedimen yang

mempunyai ukuran butiran lempung.

2). Kristoblastik yaitu tekstur khas hasil proses metamorfosa dimana tekstur

batuan asal sudah tidak tampak, karena mineral-mineral batuan asal

sudah mengalami kristalisasi.

3). Superimposed yaitu tekstur yang terbentuk karena proses alter yang

merupakan proses lanjutan dari proses metamorfosa yang biasa terjadi.

b. Berdasarkan bentuk mineralnya, tekstur batuan metamorf terbagi atas :

1). Lapidoblastik yang terdiri dari mineral yang berbentuk tabular atau

mimbidangnya mineral pipih

2). Nematoblastik yang terdiri dari mineral berukuran seragam,

granular, anhedral dengan batas-batas tidak teratur dan

membidangnya mineral prismatik .

3). Granuloblastik yang terdiri dari mineral berukuran seragam, granular,

anhedral dengan batas-batas unsutured.

4). Forpiroblastik yang terdiri dari mineral berukuran tidak seragam,

beberapa mineral ditemukan berukuran lebih besar dari yang lain.

5). Idioblastik yang terdiri dari dari mineral berbentuk euhedral.

6). Xenoblatstik yang terdiri dari mineral berbentuk anhedral.

Tabel 2.7. Klasifikasi batuan metamorf

Struktur Tekstur Komposisi Nama

Laporan Praktikum Geologi Dasar 46

Page 47: Geologi dasar

Fol

iasi

Kua

t (sc

isto

sic)

Sangat halus

(fanerik)

Klo

rit

Mik

a

Kua

rsa

Slate

(batusabak)

Halus

(afanitik) Filit

Fel

dspa

r

Am

pibo

l Kasar

(fanerik) Sekis

Pir

oksi

n

Lem

ah

Kasar

(fanerik)

Gneiss

Non

Fol

iaso

Kasar (fanerik) Fragmen seberang batuan yang

mengalami metamorfisme

Meta

konglomerat

Kasa sedang Kuarts Kuarsa

Halus-sedang Dolommit atau kalsit Marmer

Halus (afanitik) Kuarts, mika kadang-kadang

feldspar, piroksin

Horblende

II.6.Struktur Geologi

II.6.1. Definisi

Struktur Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bangu, bentuk,

susunan batuan penyusun kulit bumi yang dihasilkan oleh gerak-gerak tersebut antara

Laporan Praktikum Geologi Dasar 47

Page 48: Geologi dasar

lain : struktur kekar (joint), lipatan (flod), patahan/sesar (fault), dan ketidak larasan

(unconform).

Perlapisan miring (bidang miring)

II.6.2. Perlapisan miring (bidang miring)

Kedudukan suatu garis dinyatakan dengan bearing dan plung (pununjaman =

iklinasi). Bearing adalah sudut horizontal antara suatu garis dengan koordinat

tertentu, biasanya utara-selatan. Plung adalah sudut vertical yang diukur ke arah

bawah pada bidang vertical antara horizontal dan garis.

Kedudukan suatu bidang dinyatakan dengan strike (jurus) dan dip

(kemiringan). Juru adalah bearing dari suatu garis horizontal pada bidang miring atau

arah garis yang dibentuk oleh perpotongan bidang miring dengan bidang horizontal.

Kemiringan adalah masimum dari bidang miring atau sudut antara bidag horizontal

dan bidang miring yang diukur vertikal pada arah tegak lurus terhadap jurus.P

Kemiringan semu adalah kemiringan bidang miring yang diukur tidak tegak lurus

terhadap jurus

Strike Strike

Laporan Praktikum Geologi Dasar 48

Page 49: Geologi dasar

Sudut kemiringan (Dip) sebenarnya sudut kemiringan (Dip) kemiringan

semu

Gambar 2.11. Arah strike dan Dip

1. Kekar (Joint)

Kekar adalah suatu retakan pada batuan yang sisi-sisinya tidak mengalami

pergerakan. Kekar dapat berbentuk seperti berikut :

1. Kekar pengkerutan (Shrinkage joint)

Kekar ini disebabkan oleh gaya pengkerPtan yang timbul karena pendinginan

(pada batuan beku : kekar tiang) atau pengeringan (pada batuan sedimen).

Biasanya berbentuk poligon yang memanjang.

2. Kekar lembaran (sheet joint)

Kekar yang merupakan sekumpulan klekar batuan beku. Terbentuk karena

penghilangan beban batuan karena erosi.

3. Kekar tektonik (tectonic joint )

Kekar ini terbentuk karena tektonik, berupa garis yang relatif lurus. Secara

geometris kekar in dibedakan menjadi :

Dip joint

Kekar yang jurusnya sejajar dengan arah kemiringan lapisan batuan

Laporan Praktikum Geologi Dasar 49

Page 50: Geologi dasar

Strike joint

Kekar yang jurusnya sejajar dengan arah jurus lapisan batuan

Bedding joint

Kekar yang bidangnya sejajar dengan bidang perlapisan batuan

Diagonal joint

Kekar yanf jurusnya memotong miring terhadap jurus perlapisan

ABCD

GHI

CBFE

MNO

JKL Bedding joint

PQR

STU

Gambar 2.12. Macam-macam kekar

2. Hukum ”V”

Pola penyebaran singkapan batuan dipengaruhi oleh kemiringan lapisan

batuan topografi daerah. Hubungan antara kemiringan lapisan batuan dan topografi

daerah dirumuskan dengan Hukum V. Ada beberapa macam pola penyebaran

singkapan :

Bidang horizontal

Pola penyebaran singkapan seluruhnya mengikuti pola garis kontur. Pola

singkapan membentuk V dengan ujung ke arah hulu.

Bidang miring ke arah hulu

Pola penyebaran singkapan membentuk V dengan ujung ke arah hulu. Makin

besar kemiringan bidang, pola V makin membuka.

Bidang vertikal

Pola penyebaran singkapan tidak membentuk V melainkan garis lurus yang

sejajar dengan jurus lapisan memotong lembah.

Laporan Praktikum Geologi Dasar 50

Page 51: Geologi dasar

Bidang miring ke arah hilir

1. Kemiringan bidang lebih besar dari pada gradien lembah

Pola penyebnaran singkapan membentuk ”V” dengan ujung ke arah hilir

2. Kemiringan bidang sama dengan gradien lembah

Pola penyebaran singkpan tidak memotong lembah dan tidak

membentuk ”V”

3. Kemiringan bidang lebih kecil dari pada gradien lembah

Pola penyebaran singkapan membentuk ”V” dengan ujung ke arah hulu

Laporan Praktikum Geologi Dasar 51

Page 52: Geologi dasar

Lapisan horizontal Lapisan miring ke hulu

Lapisan vertikal Lapisan miring ke hilir

Kemiringan lapisan dan dasar Lapisan miring ke hilir dengan

lembah sama sudut lebih kecil dari pada

gradien lembah

Gambar 2.13. Pola singkapan dalam hukum ”V”

Laporan Praktikum Geologi Dasar 52

Page 53: Geologi dasar

II.6.3. Lipatan (Fold)

Liptan adalah penekukan pada batuan baik dalam batuan beku, sedimen, maupun

metamorf. Bila penentuan membentuk busur, lipatan disebut antiklin (aniform). Lipatan

yang membentuk palung disebut sinklin (synform). Beberapa terminologi pada lipatan

Hinge, yaitu pelengkungan maksimum dari suatu lipatan

Crest, bagian paling tinggi suatu lipatan

Trough, bagian paling rendah dari suatu lipatan

Hinge line, garis yang menghubungkan hinge beberapa lapisan. Axis sinonim

dengan hinge jadi axial line sama dengan hinge line

Axial plane, bidang yang menghubungkan semua hinge

Crestal line, garis yang menghubungkan puncak / crest beberapa lapisan.

Crestal plane, bidang yang melalui semua crest

Trough line, garis yang menghubungakan bagian yang paling rendah dari

beberapa lapisan

Trough plane, bidang yang melalui semua trough

c dan c’ : crest ab dan bc : sayap

a dan a’ : hinge de : axis : hinge line

AP : axial plane (bidang tegak def : axial plane

lurus gambar)

t dan t’ : trough

Gambar 2.14. Bagian pada lipatan

Macam-macam lipatan yaitu sebagai berikut :

Lipatan simetri

Lipatan asimetri

Overturned fold

Recumbent fold

Vertical isoclinal fold

Inclined isoclinal fold

Recumbent isoclinal fold

Chevron fold

Laporan Praktikum Geologi Dasar 53

Page 54: Geologi dasar

Box fold

Fan fold

Kink banda

Monocline

Terrac

Laporan Praktikum Geologi Dasar 54

Page 55: Geologi dasar

Lipatan simetri (symmetrical folds) Lipatan asimetri (Asymetrical folds)

Fan folds Vertical isoclinal

Overtuned fold Recumbent fold

Chevron folds

Gambar 2.15. Macam-macam lipatan

Page 56: Geologi dasar

Sinklin (Synform) Antiklin (Antiform)

Gambar 2.16. Bentuk lipatan

3. Sesar/Patahan (Fault)

Sesar adalah retakan pada batuan yang melaluinya telah terjadi sejumlah

gerakan. Maca-macam sesar :

1. Berdasarkan gerak relatif hanging wall dan foot wall :

Sesar turun/ normal, bila hanging wall turun

Sesar naik, bila hanging wall naik

2. Berdasarkan ada tidaknya gerakan rotasi:

Sesar translasi, bila tidak ada gerak rotasi dari masing-masing blok, garis-

garis sejajar dari blok yang berlawanan tetap sejajar

Sesar rotasi, bila ada gerak rotasi dari blok yang satu terhadap yang lain,

garis-garis dari blok yang berlawanan menjadi tidak sejajar.

3. Berdasarkan arah jarum jam:

Sesar kanan (righ lateral), bila bagian pada sebelah kanan pergeserannya

searah jarum jam

Sesar kiri (left lateral), bila bagian pada sebelah kanan pergeserannya

berlawanan arah jarum jam.

Page 57: Geologi dasar

Sesar turun

Sesar mendatar

Sesar menurun

Gambar 2.17. Macam-macam sesar

4. Ketidakselarasan (Unconformity)

Ketidakselarasan adalah suatu bidang erosi yang memisahkan batuan yang lebih

muda dari batuan yang lebih tua. Macam-macam ketidakselarasan :

1. ketidakselarasan bersudut (Anguler unconformaty), kedudukan lapisan batuan

yang lebih tua menyudut terhadap yang lebih tua/ batuan bawahnya

membentuk sudut dengan batuan yang berada diatasnya.

Page 58: Geologi dasar

2. Disconformitv (Paraunconformity), kedudukan lapisan batuan yang lebih tua

sejajar dengan yang lebih muda, tetapi jelas nampak suatu bidang erosi.

3. Nonconformity, merupakan bidang pemisah/erosi antara batuan sedimen

yang berada diatas dengan batuan kristalin (beku atau metamorf)

dibawahnya. Dimana sedimen aslinya mengalami metamorfosa dulu

kemudian pengangkatan dan pengerosian yang cukup lama sebelum sedimen

diatasnya diendapkan.

Anguler unconformity Disconformity

Nonconformity

Gambar 2.18. Macam-macam ketidakselarasan

Page 59: Geologi dasar

Kompas Azimut

Kompas Quadran

Gambar 2.19. Besaran sudut kompos Azimut dan Quadran

Page 60: Geologi dasar

II.7. Geomorfologi

II.7.1. Pengertian Geomorfologi

Geomorfologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang bentuk

pemukaan bumi yang terbentuk sebagai akibat pengaruh tenaga eksogen dan

endogen.

Peta topografi adalah gambaaaar dau dimensi bentuk morfologi/permukaan

bumi yang digambarkan dengan garis-garis kontur dengan skala tertentu. Relief muka

bumi dapat ditunju7kan dengan beberapa cara, misalnya dengan titik-titik ketinggian

dan garis bentuk atau garis ketinggian (kontur). Kontur merupakan unsur utama

dalam peta topografi, maka kontur adalah garis yang menhubungkan titik-titik yang

mempunyai ketinggian yang sama. Pada prinsipnya garis kontur adalah perpotongan

bentuk muka bumi dengan bidang horizontal pada ketinggian tertentu. Oleh karena

itu, memahami pembuatan peta kontur serta pola penyebaranya menjadi sangat

penting.

Garis kontur mempunyai sifatsifat sebagai berikut :

1. Tiap titik pada garis kontur mempunyai ketinggian yang sama

2. Ketinggian suatu garis kontur merupakan kelipatan sederhana interval

kontur

3. Garis-garis kontur tidak mungkin berpotongan satu dengan yang lain

4. Suatu kontur menuput pada dirinya sendiri dalam atau di luar peta. Dalam

hal yang terakhir kontur akan berhenti di tepi/ batas peta.

5. Garis kontur tidak mungkin bercabang

6. Garis kontur yang berspasi seragam, menunjukan suatu lereng yang

seragam

7. Garis kontur yang berdekatan/ rapat menunjukan lereng yang curam, dan

garis kontur yang berjauhan/ rengang menujukan lereng yang datar/landai

8. Suatu tebing yang ertikal diperlihatkan oleh kontur yang berhimpitan

9. Garis kontur yang bergigi menunjukan suatu depresi (daerah yang lebih

rendah). Gerigi yang diperlihatkan engan garis-garis pendek menunjukan

arah depresi tersebut

Page 61: Geologi dasar

10. Garis kontur membelok ke arah hulu suatu lembah membentuk V yang

tajam pada alur-alur lembah sungai yang sempit dan membulat pada

pungung bukit atau gunung.

II.7.2. Pembuatan Peta Topografi

Ada dua metode dalam pembutan peta topografi yaitu metode intrapolasi dan

metode ekstrapolasi :

1. Metode Intrapolasi

Suatu metode penentuan titik-titik yang mempunyai ketinggain tertantu

berdasarkan titik yang telah diketahui dengan menganggap bahwa semua

titik tersebut berada pada suatu bidang beraturan.

a. Bila titik-titik ketinggian bersesuaian dengan interval kontur yang

dikehendaki, ikuti langkah di bawah ini :

Ket : X = panjang penggal garis

Y = panjang garis interpolasi

a / Ik = interval kontur

T1 dan Tn = titik-titik ketinggian

b. Bila titik-titik ketinggian tidak bersesuaian dengan interval kontur

yang dikehendaki, ikuti langkah di bawah ini :

- Tentukan titik ketinggian yang sesuai interval kontur yang paling

dekat dengan ketinggian yang diketahui, pergunakan rumus di bawah

ini:

Ket : I1 = nilai kontur yang sesuai data yang terdekat dengan T1

- Langkah selanjutnya sama dengan A

Page 62: Geologi dasar

c. Sebenarnya kedua rumus di atas diturunkan dari rumus trigonometri

yang sangat sederhana. Contoh : diketahui 4 buah titik A, B, C dan D

dengan ketinggian 25, 35, 37 dan 54. buatlah suatu peta pola kontur

dengan interval kontur = 5 m. Perhatikan gambar-gambar berikut ini

- Untuk membuat beberapa titik ketinggian antara A dan B cukup

langsung dengan membagi dua panjang penggal garis A-B tersebut

karena A=25 dan B=35 merupakan kelipatan 5. dan diantara 25 dan 35

terdapat ketinggain 30.

35

30 q

p

25

x

A y

Jika kedua garis yang dihubungkan tidak bertepatan dengan kelipatan

5, misalnya titik C = 37 dan D = 54, maka kita tentukan dulu titik

terdekat kelipatan 5, yang terdapat diantara penggal garis C dan D,

yaitu angka 40 dan 50.

Untuk mencari titik 40 pada penggal garis CD :

Page 63: Geologi dasar

Panjang y1 diukur langsung pada peta, misalnya y1 =7 cm maka titik x1

= 40 m, berada pada 3/7 .7cm = 3 cm diukur dari titik C

2. Metode Ekstrapolasi

Suatu metode penentuan titik-titik ketinggian dengan mendasarkan pada

pola penyebaran titik-titik ketinggian yang diketahui dan terbentuk dari

metode intrapolasi sebelumnya. Metode ini dipergunakan jika data tidak

lengkap.

II.7.3. Perngertian Skala

Skala adalah perbandingan jarak antara 2 titik di alam/ di atas tanah/ di muka

bumi dengan jarak dari 2 titik yang sama di atas peta.

Contoh skala 1 : 25.000, berati :

1 mm pada peta = 25.000 mm di atas tanah

Skala dapat dinyatakan dengan

1. Skala fraksi atau skala perbandingan

a. skala besar meliputi skala 1 : 1.000, 1 : 2.000

b. skala standar meliputi skala 1 : 25.000, 1 : 50.000

c. skala ikhtisar meliputi skala 1 : 250.000, 1 : 500.000

2. Skala garis, dinyatakan dengan gambar

II.7.4. Penentuan Interval Kontur

Interval kontur dapat ditentukan dengan cara diketahui atau jika tidak

diketahui dapat dengan cara membagi skala peta dengan bilangan 2.000. Contoh skala

1 : 10.000

Perhitungan persen lereng

Page 64: Geologi dasar

Dengan : N = jumlah kontur yang tersayat / terpotong

IK = Interval kontur

Bentuk relief (Van Zuidan, 1983)

1. Dataran

- Dataran pantai - Dataran aluvial

- Dataran banjir - Dataran glasial

- Dataran danau

2. Pegunungan

- Bukit

- Perbukitan : Lipatan (antiklin, sinklin, monoklin, nomoklin)

- Pegunungan : Bergelombang sedang dan bergelombang tinggi

- Lembah

- Gunung ap

Tabel. 2.8. Kelas lereng (disadur dan disederhanakan dari van zuidam, 1983)

No Kelas Lereng Sifat-sifat proses dan kondisi

alamiah

Warna

Page 65: Geologi dasar

1 0° – 2° ( 0-2 %)Datar hingga hampir datar Tidak ada

proses denutasi yang berartiHijau

2 2° – 4° ( 2-7 %)

Agak miring Gerakan tanah

kecepatan rendah, erosi lembar dan

erosi alur (shect and rill erocion).

Rawan erosi

Hijau muda

3 4° – 8° ( 7-15 %)

Miring Sama dengan di atas, tetapi

dengan besaran yang lebih tinggi

sangat rawan erosi tanah

Kuning

4 8° – 16° ( 15-30 %)

Agak curam Banyak terjadi gerakan

tanah, dan erosi, terutama longsoran

yang bersifat mendatar

Jingga

5 16° – 35° ( 30-70 %)

Curam Proses denudasinal intensid,

erosi, dan gerakan tanah sering

terjadi

Merah muda

6 35° – 55° ( 70-140 %)

Sangat curam Batuan umumnya

mulai tersingkap, proses

denudasional sangat intensif, sudah

mulai menghasilkan endapan

rombakan (koluvial)

Merah

7 >55° (>140 %)

Curam ekstrim Batuan tersingkap ,

proses denudasional sangat kuat,

rawan jatuhan batu, tanaman

jarangtumbuh (terbatas)

Ungu

II.8. Stratigrafi

II.8.1. Waktu Goelogi dan dasar statigrafi

Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fisik dan sejarah bumi.

Kedunya dipelajari dari catatan terjadinya intruksi magma, metamorfosa dan

Page 66: Geologi dasar

deformasi karena tumbukan benua, erosi dan sedimentasi. Kesemuanya digabungkan

untuk menentukan kelender standarlisasi bumi yang disebut dengan skala waktu

geologi.

II.8.2. Cara menentukan umur geologi

Penentuan umur Geologi dikenal dengan skala waktu yang terdiri atas :

Skala waktu mutlak ( absolut )

Skala waktu relatif

Umur absolut dinyatakan dalam tahun atau jutaan tahun. Sedang umur relatif

adalah penempatan suatu statigrafi relatif terhadap zaman – zaman geologi yang

didasarkan pada fosil – fosil tanpa ditentukan batas–batasnya secara

geokromologi yang dinyatakan dalam skala waktu/satuan waktu dalam

taun.namun sekarang metode penentuan umur dapat dilakukan berdasarkan

radiometrik, dimana batas – batas jaman/ periode geologi sekarang ditentukan

secara akurat radoimetrik dan dinyatakan dalam jutaan tahun metode – metode

penentuan umur geologi yang sekarang dipakai adalah :

a. Penentuan umur dengan relatif

Penentuan umur relatif batuan pada 2 lapisan yang berbeda dalam 1

penampang dapat ditentukan dengan melihat lapisan yang terlebih dahulu

diendapkan, penentuan umur geologi dengan relatif :

Prinsip akumulasi vertikal

Prinsip superposisi

Intruksi atau penerobosan

b. Teori atom dan radiometri

Penetuan umur dengan radiometri memeberikan keuntungan dapat

menafsirkan umur suatu contoh batuan radiomteri memberikan keterangan

dalam jutaan tuhun. Penentuan umur radiometri adalah mengamati peluruhan

atam – ataom yang ada –pada suatu batuan beku. Contoh isotop dengan nomor

atom yan lebih besar, seperti mineral – mineral yang ada pada batuan beku.

c. skala waktu geologi

Page 67: Geologi dasar

pada awal sejarah cara yang dipakai adalah secar langsung dan tudak

langsung, skala waktu geologi merupakan ukuran absolut atau mutlak dari

sejarah bumikarena itu dapat digunakan untuk membuat kolom geologi

yang terbagi dalam satuan imur yang lebid detil

Tabel 2.9. Stratigrafi Regional

KURUN MASA ZAMAN SKALA

UMUR

X JUTA

TAHUN

FA

NE

RO

ZO

IKU

M

RE

NO

ZO

IKU

M

KWARTER

HOLOSEN 0.01

1.8PLEISTOSEN

TE

RS

IER

NIEGON PLIESON 5

MIOSEN 22.5

PA

LE

OG

ON

OLIGOSEN 38

EOSEN 55

PALEOSEN 65

ME

SO

ZO

IKU

M

KAPUR 141

YURA 195

TRIAS 230

PA

LE

OZ

OIK

UM

PERM 280

KARBON 345

DEVON 395

SILUR 435

ORDOVISIUM 500

KAMBIRIUM 570

KRIPTOZOIKUM ARKEOZEIKUM PRA-KAMBRIUM 3500

Page 68: Geologi dasar

UMUR FORMASI LITOLOGI

Resent

Pleistosen

Pliosen

Akhir

Miosen

Tengah

Awal

Oligosen

Eosen

Alluvial

Kampung Baru

Balikpapan

Pulau Balang

Bebuluh

Pamaluan

Tuju - Telaki

Tanjung Kuaro

Alluvial : Terdiri dari pasir, lanau, lempung lepas

Ketidak selarasan

Formasi Kampung Baru :

Terdiri dari batupasir, lempung, lanau, dengan

sisipan lignit, serpih

Formasi Balikpapan :

Terdiri dari batupasir, batulempung, batulanau,

dengan sisipan batubara, serpih dan batulempung

Formasi Pulubalang :

Terdiri dari batupasir, serpih, sisipan greywacke,

batupasir kwarsa, batugamping, tufa dasitik dan

batubara

Formasi Bebuluh :

Terdiri dari batugamping, dengan sisipan batulanau,

dan batulempung

Formasi Pamaluan :

Terdiri dari Serpih, batugamping, batulanau dengan

sisipan batupasir dan batubara.

Ketidak selarasan

Formasi Tuju - Telaki : terdiri dari serpih

gampingan, dan batugamping

Formasi Tanjung Kuaro : Terdiri dari konglomerat

polimik, serpih perselingan batulanau dan batupasir

Ketidak selarasan

Page 69: Geologi dasar

Pra Tersier Pra Tersier

Terdiri dari batu beku( peridotit, gabro, dan basalt)

batuan metasedimen

Gambar 2.20. Stratigrafi Regional Daerah Penelitian

( Priyomarsono, dkk, 1994 )

II.8.3. Dasar-Dasar Stratigrafi

Stratigrafi berasal dari kata yaitu strata dan grafi. Strata (stratum) yaitu lapisan

(tersebar) yang berhubungan dengan batuan sedimen. Grafi yaitu

pemerian/gabaran/urut-urutan lapisan. Maka stratigrafi adalah ilmu yangmempelajari

pemerian perlapisan batuan pada kulit bumi secara luas berarti salah satu cabang ilmu

geologi yang membahas tentang urut-urutan. Hubungan dan kejadian batuan di alam

(sejarahnya) dalam ruang dan waktu geologi.

Dalam hubungan ini stratigrafi mempunyai beberapa aspek tujuan yaitu :

1. Stratigrafi fisik

Yaitu dalam arti sifat-sifat fisiknya, jadi bagaimana besar-besarnya dari satuan

stratigrafi. Bagaimana proses terjadinya satuan kemudian analisa serta

interprestasinya.

2. Stratigrafi biologis

Membahas aspek biologis dalam aspek kulit bumi dalam arti bagaimana

kandungan fosil, perkembangan nya, pengelompokkannyadalam suatu

stattogrfi. Didalam membahas sratigrafi mempunyai titik tolak yang

berhubungan dengan konsep konsep dasar statigrafi yaitu :

Prinsip kesinambungan lateral, lapisan yang diendapkan oleh air terus

menerus secara lateral hanya memebagi pada tepian cekungan

pengendapan .

Page 70: Geologi dasar

Prinsip akumulasi vertiakl, lapisan sediment pada mulanya diendapkan

dalam keadaan mendatar /horisontal sedangkan akumulasi

pengendapannya terjadi secara vertikal

3. hukum yang dikemukan oleh JAMES HUTTN ( 1785 )

Lebih dikenal dengan azasnya yaitu uiformitarisme yaitu proses yang terjadi

pada masa lampau akan mengikuti hukum yang berlaku pada proses – proses

yang terjadi sekarang atau dengan kata lain masa ini merupakan kunci masa

lampau maksudnya proses geologi alam yang nampak sekarang ini

pergunakan sebagai dasar pembahasan prosegeologi masa lampau.

4. hukum intruksi /penerbosan

hukum imtruksi/ penerobosan ( batuan yang menerobos ) adalah lebih muda

umurnya jika dibandingkan dengan batuan yang diterobos

II.8.4. Stratigrafi regional

Menurut supriatna dkk (1978), secara regional stratigrafi daeraah telitian

adalah merupakan bagian dari cekungan kutai. Cekungan kutai terbentuk sejak

kamasa Eosen dalam fase pengendapan lingkkungan paralis (samuel dkk, 1975),

(Rose dkk, 1978), sedimen –sedimen tersier yang diendapkan di ckungan kutai

bagian timur tebal sekali dengan fasies pengendapan yang berbeda-beda dehingga

banyak ditenukan nama-nama formasi dengan ciri litologi yang berbeda antara yang

satu dengan yang lainnya. Keseluruhan lapisan sedimen memperlihatkan siklus

genang laut dan siklus susut laut (trangresi-redresi), seperti halnya cekungan-

cekungan lain di indonesia bagian barat.

Urutan regresi di cekungan kutai mengandung lapisan –lapisan klastik deltaik

hingga paralik yang banyak mengandung lapisan batubara, merupakan kompleks

delta yang terdiri dari siklus endapan delta ini terlihat jelas di cekungan kutai dari

umur Eosen-Tersier muda tersebar dari barat ke timur. Ditandai oleh pengendapan

formasi pamaluan, formasi babulu (Miosen bawah-miosen tenggah) formasi

pulubalang, formasi balikpapan (Miosen tengah), formasi kampung kuarter.

Page 71: Geologi dasar

Berdasarkan supriatna dkk(1978), susunan formasi penysun stratigrafi cekungan

kutai dari yang berumur tua ke umur muda adalah sebagai berikut :

1. Formasi Kampung Baru

Batupasir kuarsa dengan sisipan lempung,serpih, lanau, dan lingnit pada

umumnya lunak mudah hancur. Batupasir kuarsa, putih, serempat kemerahan

atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur, setempat mengandung lapisan

tipis oksida besi atau konkresi, tufan atau lanauan, dan sisipan batupasir

konglomeratan atau konglomeratan dengan kkmponen kuarsa kalsedon,serpih

merah dan lempung mengandung sisa tumbuhan, kepingan batubara, koral,

lanau kelabu tua, menyerpih laminasi. Lignit tebal 1-2 m diduga berumur

Miosen akhir-Plio Plestosen, lingkungan pengendapan Delta-laut dangakal,

tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras terhadap formasi

balikpapan.

2. Formasi Balikpapan

Perselingan antara batupasir dan lempung dengan sisipan lanau, serpih

batuplempung dan batubara. Batupasir kuarsa, putih kekuningan, tebal lapisan

1-3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 5-10 cm. Batupasir gampingan, coklat,

berstruktur, sedimen lapisan bersusun dan silang siur, tebal lapisan 20-40 cm,

mengandung faraminifera kecil, dilapisi lapisan tiipis karbon. Lepung, kelabu

kehitaman, setempat mengandung sisa tumbuhan, oksida besi yang mengisi

rekahan-rekahan setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan.

Lanau gamingan, berlapis tipis, serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batupasir

pasiran, mengandung foraminifera besar, mollusca menunjukan umur miosen

akhir bagian bawah-miosen tengah bagian atas. Lingkungan pengendapan

perengan ”paras delta-dartan delta”, tebal 1000-1500 m.

Page 72: Geologi dasar

3. Formasi Pulubalang

Peselingan greywack dan batupasir kuarsa dengan sisipan batugamping,

batulempung, batubara dan tuf dasit. Batupasir grywack, kelabu kehijauan,

padat, tebal lapisan antara 50-100 m. Batupasir kuarsa, kelabu kemerahan

setempat tufan dan gamping, tebal lapisan antara 15-60 m. Batugamping,

coklat muda kekuningan, mengandung foraminifera besar, batugamping ini

terdapat sebagai sisiapn atau lensa dalam batupasir kuarsa, tebal laposan

antara10-40 cm. Di sungai loa haur mengandung foraminifera besar antara

lain austroilina howchini, borelis Sp, lepidocylina Sp, Myogipsina Sp,

menunjukan umur Miosen tengah daengan lungkungan pengendapan laut

dangkal. Batulempung kelabu kehitaman, tebal lapisan 1-2 cm. Setempat

berselingan denga batubara, tebal ada yang mencapai 4 m. Tuf dasit, putih,

merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa.

4. Formaasi Babuluh

Batupasir turumbu dengan sisipan batugamping pasiran dan serpih. Warna

kelabu, padat, mengandung foraminifera berbutir sedang. Setempat

batugamping menghablur, tetkan tidak beraturan. Serpih kelabu kecoklatan

berselingan dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman. Foraminifera yang

dijumpai antara lain : lepidocylina sumatroensis BRADI, myogipsina Sp,

menunjukan umur miosen awal-miosen tengah. Lingkungan pengendapan laut

dangakal denagnan ketebalan sekitar 300 m. Formasi babuluh tertindih selaras

dengan formasi pulubbalang.

5. Formasi Pamaluan

Batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung,serpih, batulempung dan

batulanau, berlapis sangat baik. Batupasir kuarsa merupakan batuan utama,

kelabu hitam kecoklatan, batupaasir halus-sedang, terpilah baik, butiran

membulat tanggung, padat, karbonan dan gampingan. Setempat dijumpai

struktur sedimen silang-siur dan perlapisan sejajar. Tebal lapiasan antara 1-2

m. Batulempung tebal rata-rata 45 cm. Serpih kelabu kecoklatan-kelbu tua,

Page 73: Geologi dasar

padat, tebal sisipan antara 10-20 cm. Batugamping kelabu, pejal, berbutir

sedang-kasar, setempat berlapis dan mengandung foraminifera besar.

Batulanau kelabu tua-kehitaman. Formasi pamaluan merupakan batuan paling

bawah yang tersingkap dilembar ini dan bagian atas formasi ini berhubungan

menjemari dengan formasi babuluh. Tebal formasi ini lebih kurang 2000 m.

No Bujur Lintang Kedudukan

1 117° 0' 48" 00° 26' 42" N 10° E/ 23°

2 117° 03' 20" 00° 26' 45" N 12° E/ 22°

3 117° 03' 17" 00° 27' 28" N 8° E/ 21°

4 117° 03' 31" 00° 27' 20" N 9° E/ 22°

5 117° 03' 50" 00° 26' 45" N 11° E/ 24°

Page 74: Geologi dasar

BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktikum Geologi Dasar ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Peta Geologi merupakan Peta yang sangat penting di dunia Pertambangan.

Peta Geologi sendiri bertujuan untuk memaparkan penyebaran dan batas

satuan batuanatau litologi , serta struktur Geologi suatu daerah.

2. Mineral adalah suatu padat yang homogen yang terjadi di alam alamiah secara

komposisi kima tertentu , dan susunan atom yang teratur. Dalam

pendeskripsiannya meliputi warna , system perawakan Kristal , kilap, gores ,

kekerasan , belahan , pecahan , tenacity , berat jenis , kemagnetan , nama ,

kegunaan , dan genesa mineral.

3. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari kristalisasi atau pembekuan

magma. Pembekuan ini dapat berlangsung di permukaan bumi atau jauh

dibawah permukaan bumi. Batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi

disebut batuan vulkanik ( ekstrusif ) dan yang terbentuk jauh di

permukaan bumi disebut batuan plutonik ( intrusife ).

4. Batuan sedimen terjadi karena proses sedimentasi batuan , yang meliputi

pelapukan , penghancuran , pelarutan , kemudian terakumulasi pada suatu

tempat yang lebih rendah , sehingga mengalami kompaksi dan lithifikasi atau

pembatuan.

5. Baik batuan beku maupun batuan sedimen dapat mengalami karena adanya

pengaruh tekanan dan temperatur , yang kemudian menjadi batuan yang

disebut batuan Metamorf.

6. Struktu geologi adalh cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang bangun ,

bentuk , susunan , batun penyusun kulit bumiyang dihasilkan oleh gerak

seperti , struktu kekar ( joint ) , lipatan ( flod ) , patahan atau sesar ( fault ) ,

ketidakselarasan ( uniconform ).

Page 75: Geologi dasar

7. Geomorfologi adalahilmu yang mempelajari tentang bentuk / roman muka

bumi , yang diakibatkanoleh pengaruh eksogen dan endogen.

8. Untuk menentukan umur Geologi dikenal dengan skala waktu , dimana

terbagi menjadi dua yaitu skala waktu mutlak dan skala waktu relatife.

9. Lapisan – lapisan pada kulit bumi memiliki urutan – urutan yang berbeda.

Termasuk didalamnya pemberian perlapisan batuan , hubungan dan kejadian

batuan dalam konteks ruang dan waktu. Keseluruhan ini merupakan obyek

pembelajan dalam Stratigrafi , yang merupakan salah satu cabang dari ilmu

geologi yang sangat penting untuk dipelajari.

III.2. Saran

Dalam pelaksanaan praktikum ini secara keseluruhan sudah cukup baik ,

keseluruhan jadwal acara dapat dilaksanakan tepat pada waktunya. Tapi saya

mengharapkan pada praktikum geologi dasar yang akan datang tahun depan

agar lebih diperhatikan sarana dan prasarananya , contohnya seperti alat – alat

dan bahan untuk kegiatan praktikum bisa memahami materi yang diberikan

oleh assisten dosen pembimbing.