Laporan Fikosianin Tri Kurnia Utami 12.70.0189 C4 UNIKA SOEGIJAPRANATA
-
Upload
reed-jones -
Category
Documents
-
view
30 -
download
4
description
Transcript of Laporan Fikosianin Tri Kurnia Utami 12.70.0189 C4 UNIKA SOEGIJAPRANATA
1. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan pigmen Fikosianin dari mikroalga spirulina dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pigmen Fikosianin dari Mikroalga Spirulina
KelBerat
Biomassa Kering (g)
Jumlah Aquades yang Ditambahkan
(ml)
Total Filtrat yang Diperoleh
(ml)OD615 OD652
KF (mg/ml)
Yield (mg/g)
Keterangan WarnaSebelum Dioven
Setelah Dioven
C1 8 100 50 0,8348 0,4343 0,118 0,738 Biru tua Biru mudaC2 8 100 50 0,8334 0,4337 0,118 0,738 Biru tua Biru mudaC3 8 100 50 0,8324 0,4336 0,117 0,731 Biru tua Biru mudaC4 8 100 50 0,8317 0,4335 0,117 0,731 Biru tua Biru mudaC5 8 100 50 0,8313 0,4336 0,117 0,731 Biru tua Biru mudaC6 8 100 50 0,8313 0,4332 0,117 0,731 Biru tua Biru muda
Dari tabel 1 terlihat hasil analisa terhadap pigmen fikosianin pada mikroalga spirulina dengan berat biomassa sebesar 8 gram, ditambahkan
dengan aquades 100 ml serta diperoleh filtrat sebesar 50 ml dianalisa menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 615
terlihat nilai tertinggi pada kelompok C1 yaitu 0,8348, sedangkan nilai terendah pada kelompok C5 dan C6 sebesar 0,8313. Pada panjang
gelombang 652 dihasilkan nilai tertinggi kelompok C1 sebesar 0,4343 dan terendah pada kelompok C6 sebesar 0,4332. Pada nilai KF
terlihat rata-rata nilai tidak jauh beda 0,117 hingga 0,118, pada nilai rata-rata Yield antara 0,731 hingga 0,738, warna dari filtrat fikosianin
sebelum dioven bewarna biru tua setelah dioven bewarna biru muda.
1
2
2. PEMBAHASAN
Mikroalga memiliki kandungan zat gizi protein dengan asam amino seimbang, asam
lemak tak jenuh, beta-karoten,vitamin, mineral serta mengandung biopigmen yang dapat
dijadikan sebagai bahan pewarna alami (Mishra et al.2008). Spirulina merupakan
mikroalga yang dapat memproduksi cyanocobalamine, pigmen antioksidan antara lain
karoten, tokoferol, asam γ-linolenat (Belay et al. 1996). Spirulina memiliki kandungan
biopigmen fikosianin lebih tinggi daripada tanaman lain (Liuet al. 2000).
Phycobiliprotein yang terkandung didalam pada mikroalga memiliki kromofor yang
memberikan warna yang berbeda-beda, yaitu phycocyanin (biru cerah), phycoerythrin
(merah) dan allophycocyanin (hijau - biru). Oleh karena itu, mikroalaga jenis-jenis
tersebut sering diaplikasikan sebagai pewarna alami (Santiago-Santos et al, 2004).
Fikosianin merupakan pigmen biru alami yang umumnya digunakan untuk industri
makanan permen karet, dairy product, dan jelly. Fikosianin juga memiliki fungsi
antioksidan yang lebih besar dibandingkan asam askorbat, selain itu dapat digunakan
sebagai anti - inflamasi dan hepatoprotektif, fikosianin dapat diperoleh dari Spirulina
platensis, Aphanothece halophytica, dan Synechococcus sp . IO9201, dan Nostoc sp
(Santiago-Santos et al, 2004).
Menurut (IPPOM MUI, 2005), di indonesia perkembangan industri pangan telah
berkembang cukup baik, maka Perkembangan ini diikuti dengan tuntutan penggunaan
pigmen semakin banyak. Pada umumnya, pigmen sintetis sering digunakan karena lebih
mudah didapat, serta memiliki stabilitasnya tinggi, tetapi jika pemakaian berlebih dapat
menimbulkan efek negatif bagi kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian pigmen
sintetis bersifat karsinogenik. Untuk mengatasi efek negatif tersebut, maka penggunaan
pewarna yang alami sangat dianjurkan untuk digunakan. Karena masyarakat mulai
peduli akan pentingnya keamanan pangan. Oleh karena itu, penggunaan bahan dasar
atau produk yang alami seperti biopigmen lebih diapresiasi.
3
Fikosianin dapat mengalami kerusakan pada suhu tinggi dan selama penyimpanan 5 hari
akan mengalami pemudaran warna hingga 30% setelah 15 hari pada suhu 35oC akan
menjadi bening (Candra, 2011).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengisolasi pigmen fikosianin dan membuat
pewarna bubuk dari fikosianin. Pengisolasian pigmen fikosianin pada praktikum ini
dilakukan dengan pelarutan biomasa Spirulina sebanyak 8 gram menggunakan aquades
hingga 100 ml. Penggunaan aquades untuk melarutkan biomasa Spirulina dengan
alasan karena aquades bersifat netral. Setelah dilarutkan, dilakukan pengadukan dengan
stirrer selama 2 jam. Pengadukan dengan stirrer ini berfungsi memudahkan pemisahan
fikosianin dari Spirulina (Andarwulan & Koswara, 1992). Lalu larutan yang terbentuk
disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit hingga terbentuk endapan
dan supernatant. Supernatant yang terbentuk merupakan fikosianin. Sentrifugasi
bertujuan untuk memisahkan fikosianin dari Spirulina dengan sempurna. Untuk
pengukuran dengan spektrofotometer, supernatant yang terbentuk setelah sentrifugasi
diambil sebanyak 10 ml dan diencerkan hingga 100 ml lalu diukur kadar fikosianinnya
dengan OD 615 nm dan OD 652 nm. Pengukuran fikosianin dengan spektrofotometer
digunakan untuk mengetahui kemurnian dari fikosianin dengan rasio absorbansi
(Prabuthas et al, 2011). Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu larutan dalam menyerap radiasi gelombang elektromagnetik (Ewing,
1982). Panjang gelombang yang praktikan gunakan pada praktikum ini sudah sesuai
dengan teori yang dikemukakan (Hadi, 1986) yang menyatakan beberapa warna
komplementer beserta panjang gelombangnya pada Tabel 2. yaitu untuk mengukur
warna komplementer biru hijau digunakan panjang gelombang 610 nm - 750 nm.
Tabel 2. Beberapa Warna Komplementer dan Panjang Gelombangnya
Panjang gelombang (nm) Warna Warna komplementer435 – 480480 – 490490 – 500500 – 560560 – 580580 – 595595 – 610610 – 750
BiruHijau-biruBiru-hijauHijauKuning-hijauKuningJinggaMerah
KuningJinggaMerahUnguLembayungBiruHijau-biruBiru-hijau
4
Berdasarkan hasil uji analisa praktikum ini dihasilkan data uji spektrofotometer nilai
absorbansi di tiap kelompok dilakukan dua jenis panjang gelombang yaitu OD615 dan
OD652 nm. Pada analisa pertama dengan menggunakan panjang gelombang OD615 nm
dihasiljan data nilai absorbansi pada kelompok C1 0,8348; kelompok C2 0,8334;
kelompok C3 0,8324; kelompok C4 0,8317; kelompok C5 dan kelompok C6 0,8313,
hasil nilai absorbansi yang berbeda tipis pada tiap kelompok hal ini dikarenakan
Absorbansi merupakan nilai konstan dari penyerapan intensitas yang dipengaruhi oleh
tebal intensitas suatu sinar dan konsentrasi larutan. Nilai absorbansi akan meningkat
apabila konsentrasi larutan meningkat (Wilford, 1987). Dihasilkan nilai absorbansi antar
kelompok ini tidak jauh berbeda maka dapat dikatakan bahwa uji spektro ini hasilnya
akurat dan punya tingkat warna yang tinggi. sedangkan pada hasil dengan menggunakan
panjang gelombang OD652 nm. Dihasilkan data nilai absorbansi pada kelompok C1
0,4343; kelompok C2 0,4337; kelompok C3 dan C5 0,4336; kelompok C4 0,4335; dan
kelompok C6 0,4332 dari hasil uji tersebut terlihat hasil nilai absorbansi tiap kelompok
tidak jauh beda maka dapat dikatakan dari hasil kedua jeni panjang gelombang tersebut
bahwa dengan rentang nilai absorbansi tersebut, warna biru dari fikosianin-c lah yang
terdeteksi oleh spektrofotometer. Hal tersebut sesuai dengan teori Prabuthas et al (2011)
yang mengatakan bahwa fikosianin-c adalah jenis fikosianin yang banyak terdapat pada
Spirulina.
Rata-rata Konsentrasi Fikosianin (KF) yang diperoleh semua kelompok C1-C6 dengan
cara perhitungan sebagai berikut adalah:
Hasil perhitungan tiap kelompok diperoleh sekitar rentang 0,117 mg/ml dengan rata-rata
nilai Yield 0,731 mg/ml. hasil yang diperoleh semua kelompok hampir sama, hal
tersebut menandakan bahwa praktikum yang dilakukan menghasilkan data yang akurat.
Yield yang praktikan peroleh dari fikosianin berhubungan dengan jumlah fikosianin
yang dapat diekstrak. Ekstraksi fikosianin dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
gangguan seluler, metode ekstraksi yang dilakukan, jenis pelarut yang digunakan dan
5
waktu berlangsungnya proses ekstraksi (Prabuthas et al, 2011). Pada ekstraksi
fikosianin dipengaruhi oleh suhu dan pH. Fikosianin dapat mempertahankan struktur
aslinya pada pH>5,0 dan pada pH <5,0 akan membentuk protein parsial. Jika fikosianin
memiliki pH>5,0 dan pH<3,0 akan mempengaruhi warna fikosianin yang dihasilkan
(Duangsee et al.,2009).
Pewarna dari fikosianin dapat dibuat dengan cara pencampuran 8 ml supernatant
fikosianin dengan 10 gram dekstrin. Dekstrin merupakan karbohidrat yang memiliki
berat molekul besar yang merupakan modifikasi dari pati dan asam yang mempunyai
sifat larut air, cepat terdispersi, encer dan relatif stabil dibandingkan dengan pati. Oleh
karena itu sifat tersebut, dekstrin sering digunakan sebagai pembawa bahan pangan
yang aktif, misalnya bahan flavor dan pewarna, serta sebagai bahan pengisi karena
dapat meningkatkan berat produk yang berbentuk bubuk. Penambahan dektrin pada
praktikum bertujuan untuk meningkatkan rendemen fikosianin (Ribut &
Kumalaningsih, 2004). Setelah ditambahkan dekstrin, campuran tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam loyang yang dan dioven dengan suhu 45oC selama sehari setelah
sehari di kerok dihancurkan dengan alat blender. Tujuan dari Pengeringan di oven untuk
mengurangi kadar air hingga memperoleh konsentrasi tertentu sehingga kandungan air
bebas pada fikosianin akan berkurang dan menghambat pertumbuhan bakteri yang dapat
merusak pigmen fikosianin (Candra, 2011). Hasil dari praktikum C hampir semua
kelompok diperoleh fikosianin yang berwarna biru. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh (Candra,2011) yang mengatakan bahwa Spirulina dapat
menghasilkan pigmen fikosianin yang memiliki warna biru dengan sifat larut dalam
pelarut polar dan dapat digunakan sebagai pewarna alami.
Terdapat 5 jurnal yang digunakan pada kloter kami, tentang identifikasi fikosianin pada
spirulina, pada jurnal yang berjudul A Large-Scale Preparation Method of High Purity
C-Phycocyanin membahas proses purifikasi pada C-PC. Proses purifikasi ini dengan
melakukan inkubasi dengan menggunakan 1 mg/ml lysosine dan dipecah dengan
menggunakan homogenizer bertekanan tinggi. Ekstrak mentah kemudian diendapkan
dengan menggunakan 50% amonium sulfat jenuh dan dimurnikan dengan interaksi
hidrofobik kromatografi menggunakan Phenyl Sepharose 6FF, Kromatografi pertukaran
6
ion menggunakan DEAE Sepharose FF dan gel filtrasi kromatografi menggunakan HR
Sephacryl S-100. Pemulihan akhir C-PC adalah 42.03% dengan kemurnian rasio
(A620/A280) dari 5,32.
Dalam analisa jurnal merancang sebuah metode yang melibatkan presispitasi amonium
sulfat, interaksi hidrofobik kromatografi, kromatografi pertukaran ion dan gel filtrasi
kromatografi dalam skala besar. Dengan menggunakan bahan Spirulina plantesis yang
terdiri beberapa metode seperti ekstraksi spirulina, presipitasi Amonium sulfat dan
purifikasi fikosianin.
Dengan menggunakan berbagai metode Pengukuran spektrofotometri, Penentuan total
protein, Metode Elektroforesis, Pewarnaan Zink Asetat, Berat molekul dengan filtrasi
gel.
Sedangkan jurnal yang kedua yang berjudul Phycocyanin Extraction From Spirulina
Platensis And Extract Stability Under Various Ph And Temperature, ini membahas
Ekstraksi spirulina platensis dengan berbagai ekstraksi metode sonication, pembekuan
dan pencairan ( rft ) dan enzymolysis.Metode sonication yang dilakukan dengan sebuah
prosesor, ultrasonik model ge-100 dilengkapi dengan 1 / 8 in.stepped microtip, pada 100
% amplitudo memberikan 20 khz frekuensi gelombang ultrasonik, untuk 5, 12,5 dan 20
di 70, 85 dan 100 % amplitudo. Metode sonication ini sangat efektif dalam gangguan
dinding sel Spirulina sp., lebih daripada RFT. SP-1213 memiliki ketahanan yang lebih
tinggi untuk sel gangguan oleh sonication dan RFT daripada Sp-1183. Lebih lanjut
ekstraksi sangat dipengaruhi oleh suhu. Efek dari kekuatan ionik ekstraksi pelarut
sangat tinggi pada EE. PC ekstraksi dalam larutan penyangga di 44 oC untuk 2 h dapat
dicapai tanpa losozyme. Konformasi dari PC struktur dipengaruhi oleh pH. PC juga bisa
mempertahankan struktur asli di pH & gt; 5 dan PC bentuk protein parsial yang
berlangsung di pH & lt; 5.0. Panas sangat pameran efek merugikan pada warna larutan
PC di pH > 5.0 dan pH< 3.Hasilnya menunjukkan bahwa dalam menerapkan sonication
untuk skala yang lebih besar, proses ini terus-menerus dan pendek akan
menguntungkan. Dalam hal metode RFT, biaya energi adalah membatasi kendala.
Meskipun enzymolysis dengan losozyme memberikan EE tertinggi, enzim cukup mahal
dan sulit untuk menangani. Selain itu, proses ekstraksi kebutuhan kontrol pH dan suhu
untuk mendapatkan hasil yang baik dengan bentuk yang lebih stabil dari PC.
7
Pada jurnal ketiga Pigment Production From Spirulina Platensis Using Seawater
Supplemented With Dry Poultry Manure Spirulina platensis berhasil dibudidayakan di
Zarrouk % Fs menengah (SOT) dan laut air menengah with PDM supplementations
(SW 1, SW2 2 & amp; SW) dibudidayakan fotwenty lima hari, mikroskopis &
makroskopik observationwere ditentukan secara interval lima hari. Spirulinaplatensis
tumbuh baik di SOT budaya. Munculnya culturealso bergeser dari hijau menjadi hijau
gelap secara proporsional meningkatnya sel massa. Sementara budidaya
Spirulinaplatensis di SW, pH dan penampilan dosis tidak changedas dibandingkan
dengan budidaya di SOT menengah. 3 sel dikumpulkan oleh filtrasi menggunakan
whatman % no1 filter kertas. Sel-sel yang dikumpulkan adalah mencuci dengan
distilledwater dua kali dan mencairkan HCL (0,0001 N) untuk menghapus anyexcess
garam dan debu yang melekat pada permukaan sel.
Penelitian ini menunjukkan bahwa, air laut alam berpotensi untuk tumbuh spirulina
platensis bersama dengan menggunakan pupuk ayam kering Budaya ini yang dihasilkan
di tempat yang terbaik dan selular pigmen konten. pertumbuhan tertinggi Potensi
menekan biaya produksi dengan media dalam skala besar budidaya juga jelas.
Pada jurnal keempat Stable Isolation of Phycocyanin from Spirulina platensis
Associated with High-Pressure Extraction Process ini Untuk mengukur stabilitas
phycocyanin terisolasi menggunakan proses bertekanan tinggi dan metode pemisahan
heksana, perubahan absorbansi larutan phycocyanin diukur dari waktu ke waktu,
Phycocyanin dari proses ekstraksi konvensional memiliki stabilitas lebih sedikit karena
absorbansi phycocyanin dari metode konvensional pemisahan menurun 0.808 setelah 14
hari sementara phycocyanin standar menurun untuk 0.841 setelah 14 hari. Namun,
absorbansi phycocyanin terisolasi menggunakan proses bertekanan tinggi dan metode
pemisahan heksana tetap selama 0.884 selama 14 hari. Data ini menunjukkan bahwa
phycocyanin yang terisolasi menggunakan proses bertekanan tinggi dan metode
pemisahan heksana, dibandingkan dengan dua sampel lainnya, itu lebih stabil karena
suhu rendah dan tekanan tinggi ekstraksi proses secara efektif menghancurkan membran
sel Spirulina platensis sambil meminimalkan kerusakan subunit polipeptida dari
phycocyanin dan meningkatkan.
8
Pada jurnal kelima yang berjudul The Relationship Between The Antioxidant System
And Phycocyanin Production In Spirulina Maxima With Respect To Nitrate
Concentration bahwa Sel spirulina yang dipanen secara berkala oleh sentrifugasi (4000
g, 10 min, 4 C), dicuci dengan air suling dingin berikut k-fosfat buff er (20 mM, pH 7,4)
dan resuspended dalam para penggemar sama er termasuk polypropylene glikol 1200
dalam volume yang sama untuk 1,5 kali beratnya. Suspensi sel u03BCL 600% adalah
tanah di 1.5-mL botol plastik dengan 0,5 gram manik-manik kaca (0.5 mm) di mixer-
mill selama 5 menit sel puing-puing telah dihapus oleh sentrifugasi 16,600 g, 4oC 15
menit kemudian supernatant digunakan untuk tes. Semua percobaan (sampai penentuan
enzim) weredone di 0 C hingga 4 C.
Dalam medium pertumbuhan S. maxima, tingkat konsumsi nitrat tergantung pada waktu
meningkat dengan bertambahnya konsentrasi nitrat Pada hari 8, penurunan konsentrasi
nitrat ekstraseluler dalam pertumbuhan media yang berisi 10 (terbatas), 30 (kontrol),
dan 50 mM, (ditambah) nitrat yang bertekad untuk menjadi 6.1 0.2, 16 0.7 dan 29.1 1.1
mM, masing-masing. tingkat nitrat untuk semua kondisi diinvestigasi yang menurun
pada hari berikutnya dari periode inkubasi.
9
3. KESIMPULAN
Fikosianin sering digunakan sebagai pewarna alami bagi industri pangan.
Spirulina sp dapat menghasilkan pigmen fikosianin berwarna biru.
Penurunan mutu fikosianin disebabkan suhu dan pH.
Tujuan pengadukan stirrer yaitu memudahkan pemisahan fikosianin dari
Spirulina.
Tujuan sentrifugasi yaitu memisahkan fikosianin dari Spirulina dengan
sempurna.
Pengukuran fikosianin dengan spektrofotometer digunakan untuk mengetahui
kemurnian dari fikosianin dengan nilai absorbansi.
Spektrofotometer adalah alat pengukur kemampuan larutan dalam menyerap
radiasi gelombang elektromagnetik.
Pengukuran warna biru digunakan panjang gelombang 615-652 nm.
Absorbansi merupakan nilai konstan dari penyerapan intensitas.
Fikosianin-c adalah jenis fikosianin yang banyak terdapat pada Spirulina.
Dekstrin adalah karbohidrat yang memiliki berat molekul tinggi.
Penambahan dektrin bertujuan untuk meningkatkan rendemen fikosianin.
Semarang, 12 September 2014 Asisten Dosen
Tri Kurnia Utami Agita Mustikahandini
12.70.0189
10
4. DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N & S. Koswara. (1992). Kimia Vitamin. CV Rajawali. Jakarta.
Belay A, Kat T, Ota Y. 1996.Spirulina (Arthospira): potential as an animal feed
supplement.Journal Applied Phycology 8:303-311.
Candra B.A. (2011). Karakteristik Pigmen Fikosianin dari Spirulina fusiformis yang
Dikeringkan dan Diamobilisasi. Insitut Pertanian Bogor.
Duangsee, Rachen; Natapas Phoopat; dan Suwayd Ningsanond. (2009). Phycocyanin
extraction from Spirulina platensis and extract stability under various pH and
temperature. Asian Journal of Food and Agro-Industry. 2009, 2(04), 819-826.
Ewing, G. W. (1982). Instrumental Methods of Chemical Analysis. Mc Grow Hill Book
Company. USA.
Hadi, S. (1986). Analisa Kuantitatif. Gramedia. Jakarta.
J. Devanathan, N. Ramanathan .(2012). Pigment production from Spirulina platensis
using seawater supplemented with dry poultry manure. Pigment production from
Spirulina platensis. Department of Microbiology, Annamalai University,
Annamalainagar, Tamilnadu, India.
Liu Y, Lizhi X, Cheng N, Lin L, Zhang C. 2000. Inhibitory effect of phycocyanin from
Spirulina platensison the growth of human leukemia K562 cell. Applied
Phycology12:125-130.
Mishra SK., Anupama S, Sandhya M. 2008. Effect preservatives for food grade C-PC
from Spirulina Platensis.Journal of Process Biochemistry 43: 339-345.
Tim IPPOM MUI. (2005). Dilema Pewarna Makanan. www.republika-online.com.
11
Prabuthas, P et al. (2011). Standardization of Rapid and Economical Method for
Neutraceuticals Extraction from Algae. Journal of Stored Products and Postharvest
Research. India.
Rachen Duangsee, Natapas Phoopat and Suwayd Ningsanond. (2009). Phycocyanin
extraction from Spirulina platensis and extracstability under various pH and
temperature. School of Food Technology, Institute of Agricultural Technology,
Suranaree University of Technology, Nakhon Ratchasima 30000 Thailand.
Raziye Öztürk Ürek, Leman Tarhan.(2011).The Relationship Between The Antioxidant
System And Phycocyanin Production In Spirulina Maxima With Respect To Nitrate
Concentration. Biochemistry Division, Chemistry Department, Science Faculty, Dokuz
Eylül University,35160 Buca, Izmir – Turkey.
Ribut, S. & S. Kumalaningsih. (2004). Pembuatan Bubuk Sari Buah Sirsak dari Bahan
Baku Pasta dengan Metode Foam-mat Drying. Kajian Suhu Pengeringan, Konsentrasi
Dekstrin dan Lama Penyimpanan Bahan Baku Pasta. http://www.pustaka-deptan.go.id.
Santiago-Santos, Ma. Carmen; Teresa Ponce-Noyola; Roxana Olvera-Ram’irez; Jaime
Ortega-Lopez; Rosa Oivia Canizares-Villanueva. (2004). Extraction and purification of
phycocyanin from Calothrix sp. Process Biochemistry 39 (2004) 2047–2052.
Wenjun Song, Cuijuan Zhao, and Suying Wang. (2013). A Large-Scale Preparation
Method of High Purity C-Phycocyanin. International Journal of Bioscience,
Biochemistry and Bioinformatics, Vol. 3, No. 4.
Wilford, D. (1987). Microbiology System in Chemistry. Co Allys and Benton. USA.
Yong Chang Seo, Woo Seok Choi , Jong Ho Park , Jin Oh Park , Kyung-Hwan Jung and
Hyeon Yong Lee. (2013). Stable Isolation of Phycocyanin from Spirulina platensis
Associated with High-Pressure Extraction Process. Department of Medical
Biomaterials Engineering, Kangwon National University. Chuncheon 200-701, Korea.
12
5. LAMPIRAN
5.1. Perhitungan
Konsentrasi Fikosianin/KF (mg/ml) =
Yield (mg/g) =
Kelompok C1
OD615 = 0,8348
OD625 = 0,4343
KF = = 0,118 mg/ml
Yield = = 0,738 mg/g
Kelompok C2
OD615 = 0,8334
OD625 = 0,4337
KF = = 0,118 mg/ml
Yield = = 0,738 mg/g
Kelompok C3
OD615 = 0,8324
OD625 = 0,4336
KF = = 0,117 mg/ml
13
Yield = = 0,731 mg/g
Kelompok C4
OD615 = 0,8317
OD625 = 0,4335
KF = = 0,117 mg/ml
Yield = = 0,731 mg/g
Kelompok C5
OD615 = 0,8313
OD625 = 0,4336
KF = = 0,117 mg/ml
Yield = = 0,731 mg/g
Kelompok C6
OD615 = 0,8313
OD625 = 0,4332
KF = = 0,117 mg/ml
Yield = = 0,731 mg/g