Laporan FF

46
Penyakit Stroke dengan Pendekatan Dokter Keluarga Febriany Gotamy 102011075 [email protected] Pendahuluan Penderita stroke di dunia menduduki jumlah yang cukup besar. Seringnya penyakit stroke ini menimbulkan beban ekonomi dan mental bagi penderita dan keluarganya. Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan strategi penangulangan stroke yang mencakup aspek promotif, terapi rehabilitasi, dan preventif. Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah menjadi keharusan, terlebih bila melihatangka penderita Stroke yang terus meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan Stroke yang cepat, tepat dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis menyusun makalah mengenai Stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di Indonesia. Metode 1

description

family folder

Transcript of Laporan FF

Page 1: Laporan FF

Penyakit Stroke dengan Pendekatan Dokter Keluarga

Febriany Gotamy

102011075

[email protected]

Pendahuluan

Penderita stroke di dunia menduduki jumlah yang cukup besar. Seringnya penyakit

stroke ini menimbulkan beban ekonomi dan mental bagi penderita dan keluarganya. Berbagai

fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih merupakan masalah utama di bidang

neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan

strategi penangulangan stroke yang mencakup aspek promotif, terapi rehabilitasi, dan

preventif.

Keberadaan unit Stroke di rumah sakit tak lagi sekadar pelengkap, tetapi sudah

menjadi keharusan, terlebih bila melihatangka penderita Stroke yang terus meningkat dari

tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan Stroke yang cepat, tepat dan akurat akan

meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis menyusun makalah

mengenai Stroke yang menunjukan masih menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di

Indonesia.

Metode

Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode wawancara

dengan pasien serta melihat keadaan rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.

Tujuan

Tujuan dilakukannya kunjungan rumah ialah untuk mengetahui adakah terdapat

hubungan antara keadaan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan pola psikososial pasien

dengan penyakit yang diderita pasien. Serta untuk memberikan pencegahan baik promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bermanfaat bagi pasien dan keluarga.

1

Page 2: Laporan FF

Laporan Anamnesis Kunjungan Rumah

Data riwayat keluarga :

I. Identitas Pasien

Nama : Jumiyem

Usia : 65 tahun

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Tidak ada (dahulu sebagai pembantu rumah tangga)

Pendidikan : SD (tidak tamat)

Alamat : Semeru Gang I no. 27

II. Riwayat Biologis Keluarga

Keadaan kesehatan sekarang : Baik

Kebersihan perorangan : Sedang (sehari mandi & mengganti baju 1 kali)

Penyakit sedang diderita : Stroke ringan pada kaki sebelah kanan

Penyakit yang sedang diderita : Hipertensi dan stroke

Penyakit keturunan : Hipertensi

Penyakit kronis / menular : Hipertensi dan stroke

Kecacatan anggota keluarga : Kakak kandung penyandang tuna wicara

Pola makan : Baik

Pola istirahat : Baik

Jumlah anggota keluarga : 8 orang

III. Psikologis Keluarga

Kebiasaan buruk : Tidak ada

Pengambilan keputusan : Sendiri

Ketergantungan obat : Tidak ada

Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas

Pola rekreasi : Sedang

IV. Keadaan rumah / lingkungan

Jenis bangunan : Permanen

Lantai Rumah : Keramik

Luas rumah : Tidak diketahui

Penerangan : Baik

2

Page 3: Laporan FF

Kebersihan : Baik

Ventilasi : Baik

Dapur : Ada

Jamban keluarga : Ada

Sumber air minum : Ledeng

Sumber pencemaran air : Tidak ada

Pemanfaat pekarangan : Ada. Ditanami tanaman obat-obatan

Sistem pembuangan air limbah : Ada

Tempat pembuangan sampah : Ada

Sanitasi lingkungan : Baik

V. Spiritual Keluarga

Ketaatan beribadah : Baik

Keyakinan tentang kesehatan : Baik

VI. Keadaan Sosial Keluarga

Tingkat pendidikan : Rendah

Hubungan antaranggota keluarga : Baik

Hubungan dengan orang lain : Baik

Kegiatan organisasi sosial : Baik

Keadaan ekonomi : Kurang (hanya cukup untuk hidup sehari-hari

saja)

VII. Kultural Keluarga

Adat yang berpengaruh : Jawa ( tidak melakukan upacara adat / ritual adat)

VIII. Daftar Anggota Keluarga

- 1 Ayah dan 1 Ibu

- 5 orang kakak laki-laki

- Seluruh anggota keluarganya telah meninggal

- Ibu Jumiyem kini sendiri dan tinggal bersama dengan sebuah keluarga di

Jakarta yang telah mempekerjakannya selama 30 tahun yang telah

menganggapnya seperti keluarga sendiri

IX. Keluhan Utama : Kaki kanan terasa berat bila dibawa jalan / beraktivitas

X. Keluhan tambahan : Mata sebelah kiri terasa agak kabur (buram)

3

Page 4: Laporan FF

XI. Riwayat penyakit sekarang : Kaki kanan terasa berat dan mata sebelah kiri

penglihatannya agak buram dan kelopak mata kiri atas tampak seperti jatuh

(ptosis)

XII. Pemeriksaan Fisik :

a. Tekanan darah diperiksa di Puskesmas : 140/90 mmHg

b. Tekanan darah diperiksa di rumah : 160/90 mmHg

c. Keadaan umum : baik, pada saat berjalan kaki kanan tampak sulit untuk

diangkat, kelopak mata kiri tampak agak menutup, gigi atas telah

menggunakan gigi palsu

d. Frekuensi nadi : 84 kali per menit

XIII. Diagnosis Penyakit : Stroke ringan pada kaki kanan

XIV. Diagnosis Keluarga : Hipertensi dan Stroke

XV. Anjuran Penatalaksanaan penyakit :

a. Promotif : Melakukan olahraga ringan melalui aktivitas pekerjaan rumah

tangga stndar seperti (menyapu dan mengepel) sebagai bentuk olahraga ringan

setiap harinya

b. Preventif : Menjaga pola makan dan pola hidup sehat dengan menghindari

makanan berlemak dan rajin berolahraga juga mengontrol keadaan tekanan

darah agar selalu stabil di ukuran normal

c. Kuratif : minum obat anti-hipertensi secara teratur untuk menjaga tekanan

darah agar selalu stabil di batas normal

d. Rehabilitatif : Fisioterapi (banyak melakukan gerakan ringan terutama bagi

kaki kanan) yang rutin dilakukan setiap harinya

XVI. Prognosis

- Penyakit : Baik apabila tekanan darah terus terkontrol dengan baik, kaki kanan

yang mengalami stroke ringan tetap diberikan latihan gerakan ringan setiap

hari, dan menjaga pola makan yang baik dan sehat

- Keluarga : Sudah meninggal

- Masyarakat : Baik karena penyakit stroke bukan penyakit menular dan

keadaan lingkungan tempat ibu tersebut tinggal sangat bersih

Catatan Tambahan :

4

Page 5: Laporan FF

Ibu Jumiyem tidak menikah. Ini merupakan serangan stroke yang kedua kalinya.

Ayahnya sudah meninggal sejak ia kecil, dan kakaknya meninggal karena stroke. Ibu

Jumiyem pernah memeriksakan kadar gula darah puasanya di laboratorium, dan hasilnya

131mg/dL. Selama bulan puasa ini, Ibu Jumiyem tetap menunaikan ibadah puasa dan untuk

sahur selalu minum segelas susu. Setelah mempunyai pengalaman mengurus kakaknya yang

stroke selama beberapa tahun dan kemudian meninggal, juga karena pernah mengalami

stroke sebelumnya, maka ia kini telah berusaha dengan sangat baik menjaga pola makan yang

mengurangi konsumsi daging serta rajin minum obat anti-hipertensi untuk mengontrol

tekanan darahnya. Dari Puskesmas ia diberikan obat nifedipin dan sodium diklofenak serta

vitamin.

Pembahasan

Definisi Stroke

Stroke adalah terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah non traumatik yang

terjadi secara akut pada suatu fokal area di otak, yang berakibat terjadinya keadaan iskemia

dan gangguan fungsi neurologis fokal maupun global, yang berlangsung lebih dari 24 jam,

atau langsung menimmbulkan kematian. Dalam hitungan detik dan menit, sel otak yang tidak

mendapatkan aliran darah yang adekuat lagi akan mati melalui berbagai proses patologis.

Secara tipikal, stroke bermanifestasi sebagai munculnya defisit neurologis secara tiba-tiba,

seperti kelemahan gerakan atau kelumpuhan, defisit sensorik, atau bisa juga gangguan

berbahasa (Wahjoepramono 2005).

Stroke secara medis merupakan gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak

yang menyebabkan terjadinya defisit neurologis. Secara klinis, stroke ditandai oleh hilangnya

fungsi otak secara lokal atau global yang terjadi mendadak dan disebabkan semata-mata oleh

gangguan peredaran darah otak. Defisit neurologis terjadi selama 24 jam atau lebih, dapat

mengalami perbaikan, menetap, memburuk atau penderita meninggal (Garnadi 2008).

Patologi umum Stroke

Otak merupakan jaringan yang memiliki tingkat metabolisme paling tinggi. Meskipun

masa yang dimiliki hanya sekitar 2% dari masa keseluruhan tubuh, jaringan otak

menggunakan hingga 20% dari total curah jantung. Curah jantung digunakan sebagai sumber

5

Page 6: Laporan FF

pemenuhan kebutuhan glukosa dan oksigen yang diperlukan jaringan otak untuk

metabolismenya.

Gejala fokal dan tanda-tanda gangguan fungsi otak pada stroke akan muncul sesuai

dengan area dari jaringan otak yang mengalami gangguan aliran darah. Dengan demikian,

gejala yang muncul sering kali dapat memberikan prediksi yang baik mengenai lokasi

terjadinya sumbatan pada pembuluh darah. Gejala fokal yang terlokalisir ini terutama

dijumpai pada stroke yang bersifat iskemik. Sedangkan pada stroke hemoragik, gejala fokal

sering kali kurang jelas dan kurang memberikan prediksi lokasi tertentu.

Hal ini berkaitan dengan sifat stroke hemoragik dimana umumnya segera terjadi

berbagai komplikasi perdarahan otak, seperti peningkatan tekanan intra kranial, edema otak,

kompresi jaringan otak dan pembuluh darah, dan terdispersinya darah yang keluar ke

berbagai arah sehingga memberikan gangguan fungsi otak di daerah selain terjadinya

perdarahan.

Sebagian besar kasus stroke iskemik, dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik

neuroligis, akan diperoleh informasi yang cukup jelas untuk melokalisir lokasi lesi terdapat

dan disisi sebelah mana dari otak. Sebagai contoh, lesi akan terdapat pada sisi berlawanan

(kontralateral) dari hemiparesis atau hemisensorik yang dialami pasien. Gejala afasia juga

akan didapat bila lesi terletak pada sisi kiri otak. Selain itu, dapat pula diprediksi apakah lesi

terdapat pada sistem sirkulasi serebri anterior atau posterior dari sirkulus willisi, yaitu sistem

sirkulasi darah yang terdapat di dasar otak yang menjadi sumber aliran darah otak.

Berdasrkan lokasi area otak yang dialirinya, serangan stroke pada sistem sirkulasi

posterior akan memberikan gejala disfungsi batang otak, termasuk koma, drop attack

(lumpuh tiba-tiba tanpa gangguan kesadaran), vertigo, nausea, vomitus, kelumpuhan nervus

kranialis, ataksia, dan defisit sensorimotorik yang menyilang (defisit pada wajah salah satu

sisi dan pada tubuh/ekstremitas sisi kontralateralnya). Hemiparesis, hemisensorik, dan defisit

lapangan pandang dapat pula terjadi, namun gejala ini tidak spesifik pada stroke di sirkulasi

posteriol.

Setelah fase akut stroke tertangani, maka pasien perlu segera mendapatkan terapi

rehabilitasi medik. Hal ini perlu karena bentuk, masalah, pola penyembuhan, situasi sosial,

dan respon terhadap pengobatan yang berbeda-beda pada setiao pasien stroke maka sangat

diperlukan perencanaan program rehabilitasi yang bersifat individual. Beberapa hal yang

bersifat umum dalam penatalaksaan rehabilitasi medik pasien stroke yaitu : perawatan secara

holistik, terapi dengan gangguan terarah, lingkunagan dan waktu terapi, problema

psikososial, dan rehabilitasi pada fase akut.6

Page 7: Laporan FF

Faktor Resiko Stroke

Setiap orang selalu mendambakan hidup nyaman, sehat dan bebas dari berbagai

macam tekanan. Namun, keinginan tersebut tidak diimbangi dengan pola hidup yang

memadai. Pola hidup yang tidak baik tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan. Faktor

potensial kejadian stroke dibedakan menjadi 2 kategori besar yakni:

1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

Usia

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semakin tua usia, semakin besar pula

risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses degenerasi (penuan)

yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya pada orang lanjut usia, pembuluh

darahnya lebih kaku oleh sebab adanya plak (atherosklerosis).

Jenis kelamin

Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan

perempuan. Hal ini diduga terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok itu

sendiri ternyata dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh yang dapat

mengganggu aliran darah.

Herediter

Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan riwayat stroke

pada kelurga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan

dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.

Ras/etnik

Dari berbagai penelitian diyemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih

besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam.

2. Faktor yang dapat dimodifikasi

Hipertensi (darah tinggi)

Orang yang mempunyai tekanan darah yang tinggi memiliki peluang besar untuk

mengalami stroke. Bahkan hipertensi merupakan penyebab terbesar (etiologi) dari

kejadian stroke itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada kasus hipertensi, dapat terjadi

gangguan aliran darah tubuh dimana diameter pembuluh darah akan mengecil

(vasokontriksi) sehingga darah yang mengalir ke otak pun akan berkurang. Dengan

pengurangan aliran darah otak (ADO) maka otak akan akan kekurangan suplai

oksigen dan juga glukosa (hipoksia), karena suplai berkurang secara terus menerus,

maka jaringan otak lama-lama akan mengalami kematian.7

Page 8: Laporan FF

Penyakit jantung

Adanya penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infak miokard (kematian

otot jantung) juga merupakan faktor terbesar terjadinya stroke. Seperti kita ketahui,

bahwa sentral dari aliran darah di tubuh terletak di jantung. Bilamana pusat

mengaturan aliran darahnya mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun akan

mengalami gangguan termasuk aliran darah yang menuju ke otak. Karena adanya

gangguan aliran, jaringan otak pun dapat mengalami kematian secara mendadak

ataupun bertahap.

Diabetes melitus

Diabetes melitus (DM) memiliki risiko untuk mengalami stroke. Hal ini terkait

dengan pembuluh darah penderita DM yang umumnya menjadi lebih kaku (tidak

lentur). Adanya peningkatan ataupun penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba

juga dapat menyebabkan kematian jaringan otak.

Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia merupakan keadaan dimana kadar kolesterol didalam darah

berlebih (hiper = kelebihan). Kolesterol yang berlebih terutama jenis LDL akan

mengakibatkan terbentuknya plak/kerak pada pembuluh darah, yang akan semakin

banyak dan menumpuk sehingga dapat mengganggu aliran darah.

Obesitas

Kegemukan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Hal tersebut

terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang dengan

obesitas, dimana biasanya kadar LDL (lemak jahat) lebih tinggi dibandingkan dengan

kadar HDLnya (lemak baik/menguntungkan).

Merokok

Berdasarkan penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok ternyata

memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang

tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya

penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku

dengan demikian dapat menyebabkan gangguan aliran darah.

Jenis-Jenis Stroke

Secara garis besar berdasarkan kelainan patologis yang terjadi, stroke dapat

diklasifikasikan sebagai stroke iskemik dan stroke hemoragik (perdarahan) (Wahjoepramono

2005). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan 8

Page 9: Laporan FF

darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah

pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu

daerah di otak dan merusaknya.

Gambar 1 Jenis-jenis stroke

1. Stroke Iskemik

Stroke iskemik disebut juga stroke sumbatan atau stroke infark dikarenakan adanya

kejadian yang menyebabkan aliran darah menurun atau bahkan terhenti sama sekali pada area

tertentu di otak, misalnya terjadinya emboli atau trombosis. Penurunan aliran darah ini

menyebabkan neuron berhenti berfungsi. Aliran darah kurang dari 18 ml/100 mg/menit akan

mengakibatkan iskemia neuron yang sifatnya irreversibel (Wahjoepramono 2005). Hampir

sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini (Misbach & Kalim 2007).

Aliran darah ke otak pada stroke iskemik terhenti karena aterosklerosis (penumpukan

kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau adanya bekuan darah yang telah menyumbat

suatu pembuluh darah ke otak. Penyumbatan dapat terjadi di sepanjang jalur arteri yang

menuju ke otak. Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri

karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena

setiap arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak

(Misbach dan Kalim 2007).

Terjadinya hambatan dalam aliran darah pada otak akan mengakibatkan sel saraf dan

sel lainnya mengalami gangguan dalam suplai oksigen dan glukosa. Bila gangguan suplai

tersebut berlangsung hingga melewati batas toleransi sel, maka akan terjadi kematian sel. 9

Page 10: Laporan FF

Sedangkan bila aliran darah dapat diperbaiki segera, kerusakan dapat diminimalisir

(Wahjoepramono 2005).

Gambar 2. Stroke iskemik

Mekanisme terjadinya stroke iskemik secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu

akibat trombosis atau akibat emboli. Diperkirakan dua per tiga stroke iskemik diakibatkan

karena trombosis, dan sepertiganya karena emboli. Akan tetapi untuk membedakan secara

klinis, patogenesis yang terjadi pada sebuah kasus stroke iskemik tidak mudah, bahkan sering

tidak dapat dibedakan sama sekali.

Trombosis dapat menyebabkan stroke iskemik karena trombosis dalam pembuluh

darah akan mengakibatkan terjadinya oklusi (gerak menutup atau keadaan tertutup) arteri

serebral yang besar, khususnya arteri karotis interna, arteri serebri media, atau arteri basilaris.

Namun, sesungguhnya dapat pula terjadi pada arteri yang lebih kecil, yaitu misalnya arteri-

arteri yang menembus area lakunar dan dapat juga terjadi pada vena serebralis dan sinus

venosus (Wahjoepramono 2005).

Stroke karena trombosis biasanya didahului oleh serangan TIA (Transient ischemic

attack). Gejala yang terjadi biasanya serupa dengan TIA yang mendahului, karena area yang

mengalami gangguan aliran darah adalah area otak yang sama. TIA merupakan defisit

neurologis yang terjadi pada waktu yang sangat singkat yaitu berkisar antara 5-20 menit atau

dapat pula hingga beberapa jam, dan kemudian mengalami perbaikan secara komplit.

Meskipun tidak menimbulkan keluhan apapun lagi setelah serangan, terjadinya TIA jelas

merupakan hal yang perlu ditanggapi secara serius karena sekitar sepertiga penderita TIA

akan mengalami serangan stroke dalam 5 tahun. Dalam keadaan lain, defisit neurologis yang 10

Page 11: Laporan FF

telah terjadi selama 24 jam atau lebih dapat juga mengalami pemulihan secara komplit atau

hampir komplit dalam beberapa hari. Keadaan ini kerap diterminologikan sebagai stroke

minor atau reversible ischemic neurological defisit (RIND).

Emboli menyebabkan stroke ketika arteri di otak teroklusi oleh adanya trombus yang

berasal dari jantung, arkus aorta, atau arteri besar lain yang terlepas dan masuk ke dalam

aliran darah di pembuluh darah otak. Emboli pada sirkulasi posterior umumnya mengenai

daerah arteri serebri media atau percabangannya karena 85% aliran darah hemisferik berasal

darinya. Emboli pada sirkulasi posterior biasanya terjadi pada bagian apeks arteri basilaris

atau pada arteri serebri posterior.

Stroke karena emboli memberikan karakteristik dimana defisit neurologis langsung

mencapai taraf maksimal sejak awal (onset) gejala muncul. Seandainya serangan TIA

sebelum stroke terjadi karena emboli, gejala yang didapatkan biasanya bervariasi. Hal ini

dikarenakan pada TIA yang terjadi mendahului stroke iskemik karena emboli, umumnya

mengenai area perdarahan yang berbeda dari waktu ke waktu.

Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah

yang kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan arteri vertebralis beserta

percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat

lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral,

yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan

penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).

Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam

aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.

2. Stroke hemoragik

Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh perdarahan intrakranial non

traumatik. Pada strok hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah

yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.

11

Page 12: Laporan FF

Gambar 3. Stroke hemoragik

Hampir 70% kasus strok hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke

hemoragik meliputi perdarahan di dalam otak (intracerebral hemorrhage) dan perdarahan di

antara bagian dalam dan luar lapisan pada jaringan yang melindungi otak (subarachnoid

hemorrhage). Gangguan lain yang meliputi perdarahan di dalam tengkorak termasuk epidural

dan hematomas subdural, yang biasanya disebabkan oleh luka kepala. Gangguan ini

menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dipertimbangkan sebagai stroke. Berikut ini

adalah penjelasan lebih rinci mengenai jenis-jenis stroke hemoragik:

2.1 Intracerebral hemorrhage (perdarahan intraserebral)

Perdarahan intraserebral terjadi karena adanya ekstravasasi darah ke dalam jaringan

parenkim yang disebabkan ruptur arteri perforantes dalam. Stroke jenis ini berjumlah

sekitar 10% dari seluruh stroke tetapi memiliki persentase kematian lebih tinggi dari

yang disebabkan stroke lainnya. Di antara orang yang berusia lebih tua dari 60 tahun,

perdarahan intraserebral lebih sering terjadi dibandingkan perdarahan subarakhnoid.

Perdarahan intraserebral sering terjadi di area vaskularis dalam pada lapisan

hemisfer serebral. Perdarahan yang terjadi kebanyakan pada pembuluh darah berkaliber

kecil dan terdapat lapisan dalam (deep arteries). Perdarahan intraserebral sangat sering

terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis (hipertensi) melemahkan arteri kecil,

menyebabkannya menjadi pecah. Korelasi hipertensi sebagai kausatif perdarahan ini

dikuatkan dengan pembesaran vertikel jantung sebelah kiri pada kebanyakan pasien.

Hipertensi yang menahun memberikan resiko terjadinya stroke hemoragik akibat

pecahnya pembuluh darah otak diakibatkan karena adanya proses degeneratif pada

dinding pembuluh darah.

Beberapa orang yang tua memiliki kadar protein yang tidak normal disebut amyloid

yang menumpuk pada arteri otak. Penumpukan ini (disebut amyloid angiopathy)

melemahkan arteri dan bisa menyebabkan perdarahan. Umumnya penyebabnya tidak

banyak, termasuk ketidaknormalan pembuluh darah yang ada ketika lahir, luka, tumor,

peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis), gangguan perdarahan, dan penggunaan

antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi. Gangguan perdarahan dan penggunaan

antikoagulan meningkatkan resiko sekarat dari perdarahan intraserebral.

Perdarahan intraserebral ini merupakan jenis stroke yang paling berbahaya. Lebih

dari separuh penderita yang memiliki perdarahan yang luas, meninggal dalam beberapa 12

Page 13: Laporan FF

hari. Penderita yang selamat biasanya kembali sadar dan sebagian fungsi otaknya

kembali, karena tubuh akan menyerap sisa-sisa darah.

2.2 Subarachnoid hemorrhage (perdarahan subarakhnoid)

Perdarahan subarakhnoid adalah perdarahan ke dalam ruang (ruang subarachnoid)

diantara lapisan dalam (pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid mater) para jaringan

yang melindungan otak (meninges). Penyebab yang paling umum adalah pecahnya

tonjolan pada pembuluh (aneurisma). Biasanya, pecah pada pembuluh menyebabkan

tiba-tiba, sakit kepala berat, seringkali diikuti kehilangan singkat pada kesadaran.

Perdarahan subarakhnoid adalah gangguan yang mengancam nyawa yang bisa cepat

menghasilkan cacat permanen yang serius. Hal ini adalah satu-satunya jenis stroke yang

lebih umum terjadi pada wanita.

Perdarahan subarakhnoid biasanya dihasilkan dari luka kepala. Meskipun begitu,

perdarahan mengakibatkan luka kepala yang menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak

dipertimbangankan sebagai stroke. Perdarahan subarakhnoid dipertimbangkan sebagai

sebuah stroke hanya ketika hal itu terjadi secara spontan, yaitu ketika perdarahan tidak

diakibatkan dari kekuatan luar, seperti kecelakaan atau jatuh.

Perdarahan spontan biasanya diakibatkan dari pecahnya secara tiba-tiba aneurisma

di dalam arteri cerebral. Aneurisma menonjol pada daerah yang lemah pada dinding

arteri. Aneurisma biasanya terjadi dimana cabang nadi. Aneurisma kemungkinan hadir

ketika lahir (congenital), atau mereka berkembang kemudian, setelah tahunan tekanan

darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan subarakhnoid

diakibatkan dari aneurisma sejak lahir.

Perdarahan subarakhnoid terkadang diakibatkan dari pecahnya jaringan tidak normal

antara arteri dengan pembuluh (arteriovenous malformation) di otak atau sekitarnya.

Arteriovenous malformation kemungkinan ada sejak lahir, tetapi hal ini biasanya

diidentifikasikan hanya jika gejala terjadi. Jarang, penggumpalan darah terbentuk pada

klep jantung yang terinfeksi, mengadakan perjalanan (menjadi embolus) menuju arteri

yang mensuplai otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang. Arteri tersebut bisa

kemudian melemah dan pecah.

Gejala Umum Stroke

Pada tingkat awal, masyarakat, keluarga dan setiap orang harus memperoleh

informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa stroke adalah serangan otak yang secara 13

Page 14: Laporan FF

sederhana mempunyai lima tanda-tanda utama yang harus dimengerti dan sangat dipahami.

Hal ini penting agar semua orang mempunyai kewaspadaan yang tinggi terhadap bahaya

serangan stroke. Secara umum gejala stroke antara lain adalah:

Kelemahan atau kelumpuhan dari anggota badan yang dipersarafi.

Kesulitan menelan

Kehilangan kesadaran (Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh)

Nyeri kepala

Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran

Penglihatan ganda.

Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.

Pergerakan yang tidak biasa.

Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

Ketidakseimbangan dan terjatuh.

Pingsan.

Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah.

Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut:

1. Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi

sensorik

2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau,

mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun,

ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.

3. Cerebral cortex: afasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.

Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai

Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal

stroke.

Stroke iskemik dan hemoragik menampakkan gejala awal yang sama, misalnya

anggota gerak pertama-tama terasa lemah, lalu semakin parah dan lumpuh. Penderita juga

mengalami gangguan penglihatan dan kaki sering kesemutan. Bila telah terserang, dokter

biasanya akan mudah mendeteksi. Bila hanya organ sebelah kiri yang lumpuh, berarti

serangan stroke terjadi disebelah kanan dan sebaliknya (Sutrisno 2007). Gejala stroke

iskemik tergantung pada lokasi dan luasnya sumbatan atau perdarahan (Gendo 2007).

Bentuk ringan stroke dikenal dengan Serangan Otak Sepintas (Transient Ischaemic

Attack/TIA). Gejala terkadang hanya berupa rasa lemah di satu sisi wajah, atau mungkin rasa

kesemutan di lengan atau tungkai. Ada pula yang mengeluhkan gangguan dari fungsi 14

Page 15: Laporan FF

berbicara. Gejala stroke ringan biasanya akan kembali normal dalam waktu cepat, kurang dari

satu jam. Gejala stroke yang lebih berat umumnya akan menimbulkan gejala yang lebih khas,

seperti kelumpuhan.

Gejala stroke iskemik

Gejala klinis stroke iskemik dapat terjadi pada lokasi yang berbeda tergantung

neuroanatomi dan vaskularisasi yang diserang, antara lain:

1. Arteri serebri anterior

Arteri serebri anterior merupakan arteri yang memberikan suplai darah ke area

korteks serebri parasagital, yang mencakup area korteks motorik dan sensorik untuk

anggota gerak bawah kontralateral, juga merupakan pusat inhibitoris dari kandung kemih

(pusat miksi).

Gejala yang akan timbul apabila terjadi gangguan pada aliran darah serebri anterior

adalah paralisis kontralateral dan gangguan sensorik yang mengenai anggota gerak

bawah. Selain itu, dapat pula dijumpai gangguan kendali dari miksi karena kegagalan

dalam inhibisi refleks kontraksi kandung kemih, dengan dampak terjadi miksi yang

bersifat presipitatif.

2. Arteri serebri media

Arteri serebri media merupakan arteri yang mensuplai sebagian besar dari

hemisfer serebri dan struktur subkortikal dalam, yang mencakup area divisi kortikal

superior, inferior, dan lentikolostriaka.

Gejala yang akan timbul apabila mengenai divisi kortikal superior yaitu

menimbulkan hemisensorik kontralateral dengan distribusi serupa, tetapi tanpa disertai

hemianopia homonimus. Seandainya hemisfer yang terkena adalah sisi dominan, gejala

juga akan disertai dengan afasia Brocca (afasia ekspresif) yang memiliki ciri berupa

gangguan ekspresi berbahasa. Gejala pada divisi kortikal inferior jarang terserang secara

tersendiri, dapat berupa homonimus hemianopia kontralateral, gangguan fungsi sensorik

kortikal, seperti graphestesia, stereonogsia kontralateral, gangguan pemahaman spasial,

anosognosia, gangguan identifikasi anggota gerak kontralateral, dan apraksia. Pada lesi

yang mengenai sisi dominan, maka akan terjadi pula afasia Wernicke (afasia reseptif).

Apabila stroke terjadi akibat oklusi di daerah bifurkasio atau trifurkasio (lokasi

percabangan arteri serebri media) dimana merupakan pangkal dari divisi superior dan 15

Page 16: Laporan FF

inferior, maka akan terjadi stroke yang berat. Dengan demikian, akan terjadi hemiparesis

dan hemisensorik kontralateral, yang lebih melibatkan wajah dan lengan dibanding kaki,

terjadi homonimus hemianopia, dan bila mengenai sisi dominan akan terjadi afasia

global (perseptif dan ekspresif).

Oklusi yang terjadi di pangkal arteri serebri media akan mengakibatkan aliran

darah ke cabang lentikulostriata terhenti dan akan terjkadi stroke yang lebih hebat.

Sebagai dampaknya, selain gabungan gejala pada oklusi di bifurkarsio atau trifurkarsio

seperti yang disebutkan di atas, juga akan didapatkan gejala paralisis kaki sisi

kontralateral.

3. Arteri karotis interna

Arteri karotis interna merupakan arteri yang berpangkal pada ujung arteri karotis

komunis yang membelah dua. Arteri karotis interna bercabang-cabang menjadi arteri

serebri anterior dan media, juga menjadi arteri oftalmikus yang memberikan suplai darah

ke retina.

Berat ringannya gejala yang ditimbulkan akibat oklusi arteri karotis interna

ditentukan oleh aliran kolateral yang ada. Kurang lebih sekitar 15% stroke iskemik yang

disebabkan oklusi arteri karotis interna ini akan didahului oleh gejala TIA atau gejala

gangguan penglihatan monokuler yang bersifat sementara, yang mengenai retina mata

sisi ipsilateral.

Secara keseluruhan, gejala yang muncul merupakan gabungan dari oklusi arteri

serebri media dan anterior ditambah gejala akibat oklusi arteri oftalmikus yang muncul

sebagai hemiplegia dan hemisensorik kontralateral, afasia, homonimus hemianopia, dan

gangguan penglihatan ipsilateral.

4. Arteri serebri posterior

Arteri serebri posterior merupakan cabang dari arteri basilaris yang memberikan

aliran darah ke korteks oksipital serebri, lobus temporalis medialis, talamus, dan bagian

rostral dari mesensefalon. Emboli yang berasal dari arteri basilaris dapat menyumbat

arteri ini.

Gejala yang muncul apabila terjadi oklusi pada arteri serebri posterior

menyebabkan terjadinya homonimus hemianopia yang mengenai lapangan pandang

kontralateral. Sedangkan oklusi yang terjadi pada daerah awal arteri serebri posterior

pada mesensefalon akan memberikan gejala paralisis pandangan vertikal, gangguan 16

Page 17: Laporan FF

nervus kranialis okulomotorik, oftalmoplagia internuklear, dan defiasi vertikal drai bola

mata.

Apabila oklusi mengenai lobus oksipital sisi hemisfer dominan, dapat terjadi

afasia anomik (kesulitan menyebutkan nama benda), aleksia tanpa agrafia (tidak dapat

membaca tanpa kesulitan menulis), agnosia visual (ketidakmampuan untuk

mengidentfikasi objek yang ada di sisi kiri), dan akibat adanya lesi di korpus kalosum

menyebabkan terputusnya hubungan korteks visual kanan dengan area bahasa di

hemisfer kiri. Oklusi yang mengenai kedua arteri serebri posterior (kanan dan kiri)

mengakibatkan penderita mengalami kebutaan kortikal, gangguan ingatan dan

prosopagnosia (ketidakmampuan mengenali wajah yang sebenarnya sudah dikenali).

5. Arteri basilaris

Arteri basilaris merupakan gabungan dari sepasang arteri vertebra. Cabang dari

arteri basilaris memberikan suplai darah untuk lobus oksipital, lobus temporal media,

talamus media, kapsula internal krus posterior, batang otak dan serebelum.

Gejala yang muncul akibat oklusi trombus arteri basilaris menimbulkan defisit

neurologis bilateral dengan keterlibatan beberapa cabang arteri. Trombosis basiler

mempengaruhi bagian proksimal dari arteri basilaris yang memberikan darah ke pons.

Keterlibatan sisi dorsal pons mengakibatkan gangguan pergerakan mata horizontal,

adanya nigtagmus vertikal, dan gerakan okular lainnya seperti konstriksi pupil yang

reaktif, hemiplegi yang sering disertai koma dan sindrom oklusi basiler dengan

penurunan kesadaran.

Emboli dari arteri vertebralis yang menyumbat bagian distal arteri basilaris

mengakibatkan penurunan aliran darah menuju formasio retikularis asendens di

mesensefalon dan talamus sehingga timbul penurunan kesadaran. Sedangkan emboli

yang lebih kecil dapat menyumbat lebih rostral dan pada kasus demikian, mesensefalon,

talamus, lobus temporal, dan oksipital dapat mengalami infark. Kondisi ini dapat

mengakibatkan gangguan visual (hemianopia homonim, buta kortikal), visiomotor

(gangguan gerak konvergen, paralisis penglihatan vertikal, diplopia), dan prilaku

(terutama disorientasi) abnormal tanpa gangguan motorik.

6. Cabang vertebrobasilar Sirkumferensial

Cabang sirkumferesial dari arteri vertebralis dan basilaris adalah arteri sereberalis

inferior posterior, sereberalis inferior anterior, dan sereberalis superior.17

Page 18: Laporan FF

Gejala yang terjadi akibat oklusi arteri sereberalis inferior posterior

mengakibatkan sindrom medular lateral (Wallenberg’s syndrome). Sindrom ini dapat

disertai ataksia sereberalis ipsilateral, sindrom Horner, defisif sensoris wajah,

hemihipertesi alternan, nistagmus, vertigo, mual muntah, disfagia, disartria, dan cegukan.

Oklusi arteri sereberalis inferior anterior akan mengakibatkan infark sisi lateral dari

kaudal pons dan menimbulkan sindrom klinis seperti paresis otot wajah, kelumpuhan

pandangan, ketulian, dan tinitus. Oklusi arteri sereberalis superior akan mengakibatkan

sindrom lateral rostral pons yang menyerupai lesi dengan disertai adanya optokinetik

nistagmus atau skew deviation.

7. Cabang vertebrobasiler paramedian

Cabang arteri paramedian memberi aliran darah sisi medial batang otak mulai

dari permukaan ventral hingga dasar ventrikel IV. Struktur pada regio ini meliputi sisi

medial pedunkulus sereberi, jaras sensorik, nukleus rubra, formasio retikularis, nukleus

kranialis (N.III, N. IV, N.VI, N.XII).

Gejala yang diakibatkan oleh oklusi arteri ini tergantung dimana oklusi terjadi.

Oklusi pada mesensefalon menimbulkan paresis nervus okulomotor (N.III) ipsilateral

disertai ataksia. Paresis nervus abdusen (N.VI) dan nervus fasialis (N.VII) ipsilateral

terjadi pada lesi daerah pons, sedang paresis nervus hipoglosus (N.XII) terjadi jika letak

lesi setinggi medula oblongata. Manifestasi klinis dapat berupa koma apabila lesi

melibatkan kedua sisi batang otak.

8. Cabang vertebrobasilar basalis

Percabangan ini berasal dari arteri sirkumferensial yang memasuki sisi vertebral

batang otak dan memberi aliran darah jaras motorik batang otak. Gejala yang

ditimbulkan akibat oklusi arteri basilaris yaitu hemiparesis kontralateral, dan apabila

nervus kranialis (N.III, N.VI, N.VII) terkena terjadilah paresis nervus kranialis

ipsilateral.

9. Infark lakunar

Infark lakunar sering terjadi pada nukleus dalam dari otak (putamen 37%, talamus

14%, nukleus kaudatus 10%, pons 26%, kapsula interna krus posterior 10%). Terdapat 4

macam sindrom infark lakunar yaitu hemiparesis murni, stroke sensorik murni,

hemiparesis ataksik, dan sindroma dysarthria-clumsy hand. 18

Page 19: Laporan FF

Gejala Stroke Hemoragik

1. Perdarahan Intraserebral

Gejala yang diakibatkan oleh perdarahan intraserebral yaitu onset yang hampir selalu

timbul pada saat beraktivitas dan terkadang terjadi saat pasien dalam keadaan tidur (hanya

3%). Gejala yang paling umum ditemukan adalah sakit kepala dan muntah. Walaupun tidak

spesifik dan tergantung lokasi lesi, hal ini membedakannya dengan stroke iskemik. Sakit

kepala pada saat onset merupakan suatu gejala klinis yang penting pada pasien dengan

perdarahan lobar, diakibatkan karena adanya distensi lokal, distorsi, atau peregangan struktur

intrakranial superfisial yang sensitif terhadap rasa sakit.

Gejala lainnya yaitu kejang yang menunjukkan adanya suatu perdarahan lobaris

dibandingkan perdarahan pada bagian yang lebih dalam. Kecepatan penurunan kesadaran

pada pasien bervariasi sesuai lokasi dan luas perdarahan yang terjadi.

Mayoritas kasus dari perdarahan intraserebral terdapat pada kompartemen

supratentorial dan sebagian lagi pada bagian hemisfer serebral, ganglia basalis, dan talamus.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis perdarahan yang dapat terjadi pada stroke

perdarahan dan gejala yang diakibatkannya:

1.1 . Perdarahan Putaminal

Perdarahan putaminal merupakan bentuk perdarahan intracerebral yang paling

sering terjadi. Gambaran klasik dari perdarahan putaminal adalah kelemahan

motorik unilateral yang diikuti abnormalitas sensorik visual dan perilaku. Apabila

lesi mengenai hemisfer sisi dominan akan terjadi afasia global, sedangkan bila

mengenai hemisfer non-dominan akan menyebabkan gejala hemi-inattention.

1.2 . Perdarahan kaudatus

Perdarahan kaudatus biasa dimasukkan sebagai perdarahan putaminal yaitu

sebagai perdarahan putamina basalis. Onset perdarahan kaudatus umumnya tiba-tiba,

dengan sakit kepala dan muntah yang diikuti penurunan kesadaran. Pemeriksaan

fisik menunjukan adanya kekakuan leher dan berbagai gangguan perilaku

(disorientasi dan konfusi) dan seringkali diikuti gangguan ingatan jangka pendek.19

Page 20: Laporan FF

1.3 . Perdarahan talamik

Perdarahan talamik akan menunjukan gambaran klinis yang sesuai dengan

besarnya area perdarahan dan perluasan massa perdarahan yang terjadi. Apabila

masa yang timbul sangat besar maka perluasan dapat mencapai daerah parietal.

Gejala muntah cukup banyak dijumpai namun sakit kepala jarang. Gejala klinis

termasuk hemiparesis atau hemiplegia yang disertaai sindrom hemisensorik berupa

penurunan sistem sensorik tungkai, wajah dan punggung kontralateral. Gejala utama

pada perdarahan talamik adalah kelainan pada nervus okulomotoris yang

mengakibatkan kelumpuhan pandangan atas, paralisis konvergen, retraksi nistagmus,

deviasi asimetris.

1.4 . Perdarahan substansia alba (perdarahan lobaris)

Perdarahan yang terjadi pada daerah subkortikal substansia alba menghasilkan

lesi yang dapat muncul diseluruh lobus serebri terutama dilobus parietal, temporal

dan oksipital. Perdarahan lobaris berbeda dengan perdarahan intraserebral pada

umumnya yaitu tidak banyak berkaitan dengan hipertk berkaitan dengan hipertensi.

Gejala klinis perdarahan lobaris agak berbeda dengan perdarahan lain. Perdarahan

lobaris jarang terjadi hipertensi arterial dan penurunan kesadaran. Sedangkan

keluhan sakit kepala dan kejang lebih sering ditemukan. Terjadi rasa sakit kepala di

daerah sekitar mata ipsilateral dan hemianopasia juga sakit pada areal sekitar telinga

dan kelemahan anggota gerak kontralateral atas serta kelemahan kaki dan wajah.

1.5 . Perdarahan serebral

Perdarahan serebral disebabkan oleh hipertensi arterial. Perdarahan yang terjadi

berasal dari cabang distal arteri serebralis posteriol inferior. Gejala krinis muncul

pada saat pasien melakukan aktifitas. Gejala awal yang mendahului rasa pening

disertai perasaan seperti saat mabuk, mati rasa pada wajah dan selanjutnya pasien

tiba-tiba tidak mampu berjalan dan bahkan berdiri. Kekakuan pada leher dan daerah

bahu, tinitus dan cekukan terjadi pada beberapa pasien.

1.6 . Perdarahan mesensefalon

Perdarahan spontan nontraumatik pada otak tengah sangat jarang ditemukan

perdarahan biasanya berasal dari bagian bawah talamus atau lesi yang berawak

dicerbelum atau ponds. Gejala yang ditimbulkan umumnya bertahap dan progresif.

Kerap terjadi ataksia dan oftalmoplegia juga hidrposefalus akibat blokade atau

distensi pada akuaduktus. Gejala lain yang ditimbulkan antara lain berupa

20

Page 21: Laporan FF

kelumpuhan bilateral nervus III, kelemahan bulbar, reflek extensor plantar, sakit

kapal yang menyeluruh, muntah, hemiparesis, diplopia, dan pinpoint pupil.

1.7 . Perdarahan pons

Perdarahan pons terjadi karena peningkatan tekanan intrakranial yang

disebabkan masuknya darah keruangan tertutup intrakranial. Gejala klinis yang

terjadi adalah sakit kepala yang hebat di daerah oksipital sebelum terjadi koma,

gejala kejang, menggigil hebat, dan terjadi disfungsi sistem otonom. Selain itiu

gajala lainnya adalah mati rasa pada wajah dan tungkai atas, ketulian, diplopia,

kelemahan kaki bilateral, dan pola pernapasan yang abnormal, apnea.

1.8 . Perdarahan medula oblongata

Perdarahan medula oblongata yang sangat jarang sekali terjadi bahkan lebih

jarang dibandingkan pedarahan otak tengah. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa

rasa pening, muntah, sakit kepala, diplopia, dan paresthesia tungkai atas kanan.

Umumnya terjadi somnolen dalam waktu singkat dan ataksik disertai kaku kuduk,

hemiparesis kiri, nistagmus, disfonia, dan disfagia.

2.Perdarahan Subarakhnoid

Perdarahan subarakhnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya suatu aneurisma

intrakranial. Sebelum pecah, aneurisma biasanya tidak menyebabkan gejala-gejala sampai

menekan saraf atau bocornya darah dalam jumlah sedikit, biasanya sebelum pecahnya besar

(yang menyebabkan sakit kepala). Kemudian menghasilkan tanda bahaya, seperti berikut di

bawah ini :

Sakit kepala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat (kadangkala disebut

sakit kepala thunderclap).

Nyeri muka atau mata.

Penglihatan ganda.

Kehilangan penglihatan sekelilingnya.

Tanda bahaya bisa terjadi hitungan menit sampai mingguan sebelum pecah. Orang

harus melaporkan segala sakit kepala yang tidak biasa kepada dokter dengan segera.

Pecahnya bisa terjadi karena hal yang tiba-tiba, sakit kepala hebat yang memuncak dalam

hitungan detik. Hal ini seringkali diikuti dengan kehilangan kesadaran yang singkat. Hampir

separuh orang yang terkena meninggal sebelum sampai di rumah sakit. Beberapa orang tetap

dalam koma atau tidak sadar. Yang lainnya tersadar, merasa pusing dan mengantuk. Mereka

21

Page 22: Laporan FF

bisa merasa gelisah. Dalam hitungan jam atau bahkan menit, orang bisa kembali menjadi

mengantuk dan bingung. Mereka bisa menjadi tidak bereaksi dan sulit untuk bangun.

Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan cerebrospinal disekitar otak melukai lapisan

pada jaringan yang melindungi otak (meninges), menyebabkan leher kaku sama seperti sakit

kepala berkelanjutan, sering muntah, pusing, dan rasa sakit di punggung bawah. Frekuensi

naik turun pada detak jantung dan bernafas seringkali terjadi, kadangkala disertai kejang yang

semakin meningkat.

Selain itu, subarachnoid hemorrhage juga dapat menyebabkan beberapa masalah

serius lainnya :

1. Hidrosefalus: dalam waktu 24 jam. Darah dari subarachnoid hemorrhage bisa

menggumpal. Darah yang menggumpal bisa mencegah cairan di sekitar otak (cairan

cerebrospinal) dari kekeringan seperti normalnya. Akibatnya, penumpukan darah di

dalam otak, meningkatkan tekanan di dalam tengkorak. Hidrosefalus bisa

menyebabkan gejala-gejala seperti sakit kepala, mengantuk, pusing, mual, dan

muntah dan bisa meningkatkan resiko pada koma dan kematian.

2. Vasospasm: sekitar 3 sampai 10 hari setelah perdarahan, arteri di dalam otak bisa

kontraksi (kejang), membatasi aliran darah menuju otak. Kemudian, jaringan otak

bisa tidak mendapatkan cukup oksigen dan bisa mati, seperti stroke iskemik.

Vasopasm bisa menyebabkan gejala yang serupa pada stroke iskemik, seperti

kelemahan atau kehilangan rasa pada salah satu bagian tubuh, kesulitan menggunakan

atau memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi lemah.

3. Pecahan kedua: kadangkala pecahan kedua terjadi, biasanya dalam waktu seminggu.

Penyebab stroke

Stroke banyak terjadi pada kelompok usia lanjut. Sama halnya dengan jantung

koroner, pembuluh darah otak semakin hari semakin menebal. Diperlukan waktu puluhan

tahun sebelum pipa pembuluh otak tersumbat total (Mahendra dan Evi 2007).

Beberapa penyebab stroke dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni stroke

yang disebabkan faktor pembuluh darah dan faktor dari luar pembuluh darah.

A. Faktor pembuluh darah

Aterosklerosis pembuluh darah otak

Aterosklerosis adalah penumpukan aterom atau lemak pada lapisan dalam pembuluh

darah. Jika aterom ini sudah menutupi seluruh lumen pembuluh darah maka aliran darah akan 22

Page 23: Laporan FF

tersumbat. Akibatnya, jaringan yang ada di depan pembuluh darah akan kekurangan oksigen

dan akibat lebih lanjut dapat terjadi kematian jaringan.

Malformasi arteri (pembuluh nadi) otak

Adanya aneurisma (kelemahan) pembuluh darah otak dan tipisnya dinding pembuluh

darah akan memudahkan dinding pembuluh darah robek jika terjadi peningkatan tekanan

darah. Aneurisma dibagi menjadi dua yaitu congenital (bawaan dari lahir) dan bukan bawaan

lahir (didapat setelah lahir). Aneurisma ini tidak memberikan gejala apapun sampai suatu saat

dapat pecah sendiri jika terjadi peningkatan aliran darah ke otak dan terjadilah stroke.

Trombosis vena (penyumbatan)

Penyebab seperti thrombus, embolus, cacing, parasit, atau leukemia yang dapat

menyumbat pembuluh darah.

Pecahnya pembuluh darah otak

Pecahnya pembuluh darah otak dapat terjadi di ruang subarachnoid (di bawah selaput

otak) atau intracerebral (dalam jaringan otak). Akibatnya adalah darah dari arteri otak akan

terus mengalir keluar tanpa ada yang dapat menghentikan. Darah akan menutupi dan

menekan sebagian besar jaringan otak sehingga jaringan otak yang tertekan akan mengalami

hipoksia disertai dengan kematian jaringan otak, bahkan mungkin disertai dengan kematian

biologis.

B. Faktor dari luar pembuluh darah

Penurunan perfusi (aliran) darah ke otak

Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti hipertensi menahun yang

menyebabkan terjadinya perubahan anatomi jantung, gagal jantung kongestif atau

hiperkolesterol. Adanya perubahan tersebut menyebabkan darah menjadi relatif lebih pekat

dan alirannya menjadi lambat.

Embolus atau thrombus yang mengalir di dalam pembuluh darah tersangkut di salah

satu cabang pembuluh darah otak yang kecil sehingga menyumbat aliran darah. Kejadian ini

akan menyebabkan kematian jaringan otak. Embolus atau thrombus dapat berasal dari

pembuluh darah di tungkai yang terlepas saat kita beraktivitas, dari paru-paru, embolus lemak

terutama terkena pada orang yang obesitas atau pascaoperasi besar, seperti operasi caesar dan

patah tulang (Mahendra dan Evi 2007).

Pencegahan Stroke

23

Page 24: Laporan FF

Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan

primer bertujuan untuk mencegah stroke pada mereka yang belum pernah terkena stroke.

Pencegahan sekunder ditujukan untuk mereka yang pernah terkena stroke termasuk TIA

(Wahjoepramono 2005).

Menurut Wahjoepramono (2005), pencegahan primer dapat dilakukan dengan

modifikasi gaya hidup yang meliputi :

1) Penurunan berat badan : mengupayakan berat badan normal

2) Pola makan yang tidak memicu hipertensi : mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan

produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak jenuh

3) Diet rendah garam : mengurangi intake garam <100 mmol per hari (2,4 g Na atau 6 g

NaCl)

4) Aktivitas fisik : aktivitas fisik rutin seperti jalan santai minimal 30 menit per hari

Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang ditujukan pada pasien yang sudah

pernah mengalami stroke atau TIA. Target akhir dari pencegahan sekunder adalah agar

jangan sampai terjadi seranagn TIA ataupun stroke yang berulang. Pencegahan sekunder

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Stroke Council of the American Heart Association merekomendasikan hal

pencegahan sebgai berikut :

Lemak

LDL < 100 mg/dL

HDL > 35 mg/dL

TC < 200 mg/dL

TG < 200 mg/dL

Diet AHA step II: ≤ 30 % lemak, < 7

% lemak jenuh, < 200 mg/hari

kolesterol, penurunan berat badan dan

aktifitas fisik.

Jika target tak tercapai dan LDL > 130

mg/dL berikan terapi medikamentosa

(mis: statin).

Bila LDL 100-130 mg/dL,

medikamentosa dapat

dipertimbangkan.

Alkohol Mengurangi konsumsi

alkohol

Edukasi pasien dan keluarga untuk

kurangi / hentikan kebiasaan minum

alcohol

Aktifitas

fisik

30–60 menit dalam 3-4

kali / menggu

Latihan fisik sedang (jalan santai,

jogging, bersepeda atau aerobik). 24

Page 25: Laporan FF

Program dengan supersi medis bagi

pasien dengan rsiko tinggi (penyakit

jantung)

Obesitas≤ 120 % dari berat badan

ideal berdasarkan tinggiDiet dan latihan fisik

AHA: American Heart Association, HDL: high density lipoprotein, LDL: low density

lipoprotein, TC: total cholesterol, TG: trigliserida

Menurut Wirakusumah (2001), makanan yang dapat menolong untuk mencegah

stroke antara lain :

Sumber asam lemak omega-3

Komponen ini banyak terkandung di dalam ikan. Suatu penelitian yang dilakukan di

Belanda terhadap populasi yang berusia 60-90 tahun, yang selalu mengkonsumsi ikan

(sekurang-kurangnya satu kali seminggu), membuktikan bahwa resiko terserang stroke

pada 15 tahun ke depan hanya setengah kali dibandingkan dengan populasi lain yang

tidak mengkonsumsi ikan. Hal ini membuktikan bahwa asam lemak omega-3 yang

terkandung di dalam ikan akan memperbaiki struktur membran sel. Dalam hal ini, sel

akan lebih kuat dan lentur. Selain itu, asam lemak omega-3 dapat membantu

thromboxane yang berfungsi menurunkan terbentuknya gumpalan darah.

Teh

Stroke dapat juga dilawan dengan teh, khususnya jenis teh hijau. Sebuah studi di Jepang

membuktikan dengan mengkonsumsi teh hijau sebanyak lima cangkir sehari dapat

menurunkan resiko terserang stroke. Di dalam teh hijau terkandung antioksidan yang

dapat mencegah terjadinya kerusakan sel. Bahkan, teh hijau mengandung komponen

antioksidan yang lebih kuat dibanding vitamin E dan vitamin C. Berikut ini adalah zat-

zat yang berperan sebagi sumber antioksidan :

Betakaroten, di dalam makanan komponen ini dapat mencegah perubahan kolesterol

menjadi unsur toksik yang mampu membentuk plak dan akan menggumpal di dalam

arteri. Betakaroten yang diubah menjadi vitamin A, akan melawan kerusakan sel

saraf ketika otak kehilangan oksigen. Betakaroten banyak terdapat pada wortel,

tomat, papaya, bit, serta sayur dan buah yang berwarna jingga.

25

Page 26: Laporan FF

Vitamin E, dapat mengurangi pembentukan gumpalan darah (plak) yang dapat

menyumbat arteri. Contoh sumber pangan yang mengandung vitamin E adalah

taoge.

Vitamin C, dapat memperkuat dinding pembuluh darah dan mencegah terjadinya

hemorrhages (keluarnya darah dari pembuluh) otak. Bahan pangan yang

mengandung vitamin C antara lain jeruk, jambu biji, tomat dan lain-lain.

Sumber kalium

Makanan sumber kalium seperti pisang, dapat menurunkan resiko terserangnya stroke.

Diduga, asupan kalium yang memadai membuat dinding arteri lebih elastik dan normal.

Selain itu, juga dapat melindungi kerusakan pembuluh darah akibat tekanan darah yang

tinggi.

Bawang Bombay dan bawang putih

Bawang Bombay dan bawang putih dapat mencegah penggumpalan darah yang akan

menyumbat aliran darah ke otak. Selain itu, juga dapat memacu mekanisme pelarutan

gumpalan darah di dalam tubuh.

Sedangkan hal-hal yang harus diwaspadai antara lain :

Sumber lemak

Penderita stroke dianjurkan untuk membatasi asupan makanan yang mengandung lemak.

Jenis lemak yang harus diwaspadai, terutama lemak jenuh yang dapat memicu terbentuknya

gumpalan-gumpalan lemak dalam pembuluh darah. Inilah yang akan menghambat aliran

darah ke otak sehingga menimbulkan stroke.

Garam

Diduga, kelebihan garam dapat memicu timbulnya mini stroke. Pengujian yang

dilakukan terhadap tikus menunjukkan bahwa pada otak tikus yang mnengkonsumsi

ransum dengan kadar garam yang tinggi, akan tampak adanya kerusakan arteri dan

jaringan, yang disebabkan oleh keadaan mini stroke.

Alkohol

Penderita stroke dianjurkan untuk membatasi asupan alkohol karena kelebihan alcohol

yang tinggi dapat meningkatkan resiko terserangnya stroke. Konsentrasi alcohol yang

tinggi dapat memicu terjadinya emboli (penggumpalan), dan ischemia (kurangnya darah

dalam jaringan), yang disebabkan oleh perubahan konsentrasi darah dan kontraksi

pembuluh darah. Kondisi inilah yang mengawali terjadinya stroke.

26

Page 27: Laporan FF

Upaya Pengobatan Stroke

Stroke adalah penyakit otak yang paling destruktif dengan konsekuensi berat. Stroke

tidak hanya akan menimbulkan kecacatan yang dapat membebani seumur hidup tetapi juga

ancaman kematian bagi pasien. Apabila mengalami serangan stroke, sebaiknya segera

dilakukan pemeriksaan untuk menentukan penyebabnya, bekuan darah atau perdarahan yang

tidak bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan darah. Penelitian terakhir menunjukkan

bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya dapat dicegah atau dipulihkan jika obat stroke yang

berfungsi menghancurkan bekuan darah disuntikkan kurang dari tiga jam sejak serangan

(periode emas). Obat yang diberikan biasanya diberikan berdasarkan penyebab stroke, dan

akibat yang ditimbulkan oleh stroke tersebut, seperti obat depresi (untuk mengatasi gangguan

psikis), dan alat bantu nafas. Antikoagulan (anti penggumpalan) tidak diberikan kepada

penderita tekanan darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan

perdarahan otak karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak (Utama J

2007).

Perawatan Pasca Stroke

Sekali terkena serangan stroke, tidak membuat seseorang terbebas dari stroke. Di

samping dampak menimbulkan kecacatan, masih ada kemungkinan dapat terserang kembali

di kemudian hari. Penanganan pasca stroke yang biasa dilakukan adalah:

1) Rehabilitasi. Penderita memerlukan rehabilitasi serta terapi psikis seperti terapi fisik,

terapi okupasi, terapi wicara, dan penyediaan alat bantu di unit orthotik prostetik. Juga

penanganan psikologis pasien, seperti berbagi rasa, terapi wisata, dan sebagainya. Selain

itu, juga dilakukan community based rehabilitation (rehabilitasi bersumberdaya

masyarakat) dengan melakukan penyuluhan dan pelatihan masyarakat di lingkungan

pasien agar mampu menolong, setidaknya bersikap tepat terhadap penderita. Hal ini akan

meningkatkan pemulihan dan integrasi dengan masyarakat.

2) Penerapan gaya hidup sehat. Bahaya yang menghantui penderita stroke adalah serangan

stroke berulang yang dapat fatal atau kualitas hidup yang lebih buruk dari serangan

pertama. Bahkan ada pasien yang mengalami serangan stroke sebanyak 6-7 kali. Hal ini

disebabkan pasien tersebut tidak mengendalikan faktor risiko stroke. Penerapan gaya

hidup sehat sangat penting bagi mereka yang sudah pernah terkena serangan stroke, agar

tidak kembali diserang stroke seperti berhenti merokok, diet rendah lemak atau kolesterol

dan tinggi serat, berolahraga teratur 3 kali seminggu (30-45 menit), makan secukupnya,

27

Page 28: Laporan FF

dengan memenuhi kebutuhan gizi seimbang, menjaga berat badan jangan sampai

kelebihan berat badan, berhenti minum alkohol dan atasi stres.

3) Selain itu konsumsi bahan-bahan makanan yang dapat mengurangi resiko timbulnya

kembali serangan stroke juga sangat diperlukan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf manusia, yang dapat

berakibat pada kelumpuhan sistem-sistem lainnya. Secara umum patologi stroke berlangsung

secara progresif dan bertahap, mulai dari gejala stroke ringan hingga dapat menyebabkan

kematian. Secara garis besar, stroke dibagi menjadi stroke iskemik (karena penyumbatan

pembuluh darah) dan stroke hemoragik (karena pecahnya pembuluh darah) yang memiliki

gejala bervariasi sesuai daerah yang terserang.

Stroke memiliki beberapa faktor resiko yang dapat mendukung perkembangan stroke

yang terdiri dari dua jenis faktor, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis

kelamin, herediter, dan ras) dan yang dapat dimodifikasi (berbagai penyakit degeneratif dan

gaya hidup). Pencegahan penyakit stroke dapat dilakukan dengan meminimalisir faktor resiko

yang dapat dimodifikasi tersebut, seperti mengatur pola hidup dan mengkonsumsi makanan

yang disesuaikan dengan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi.

Saran

Gejala stroke umumnya sulit untuk dibedakan dengan gejala penyakit lainnya apabila

masih belum mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu pencegahan primer sangat disarankan

karena setelah mengalami stroke, seseorang sulit untuk dapat pulih total, apalagi pada usia

lanjut. Salah satu cara pencegahan primer yang paling disarankan yaitu konsumsi buah-

buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak jenuh dan

beraktivitas fisik secara rutin.

28

Page 29: Laporan FF

DAFTAR PUSTAKA

1. [Anonim]. 2006. Cegah stroke, konsumsi wortel. www.kapanlagi.com. [25 Mei

2009].

2. Danis D. Kamus Istilah Kedokteran. Jakarta: Gita Media Press.

3. Efendi YH. Bahan Kuliah Patofisiologi, Neurologi. Departemen Gizi Masyarakat,

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

4. Ganong W. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Penerbit Buku

Kedokteran.

5. Gendo U. 2007. Integrasi Kedokteran Barat dan Kedokteran Tradisional Cina.

Jakarta: Kanisius.

6. Mahendra B, Rachmawati Evi. 2007. Atasi Stroke Dengan Tanaman Obat. Jakarta:

Penebar Swadaya.

7. Misbach J, Kalim H. 2007. Stroke Mengancam Usia Produktif. www.medicastore.

com. [25 Mei 2009].

8. Smith T, Davidson S. 2005. Dokter di Rumah Anda. Jakarta: Dian Rakyat.

9. Sutrisno A. 2007. Stroke. Jakarta: Gramedia.

10. Tembayong J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

11. Utama J. Pengobatan Stroke dan Perawatan Pasca Stroke. www. medicastore.com [12

Mei 2009].

12. Wirakusumah ES. 2001. Menu Sehat untuk Lanjut Usia. Jakarta: Puspa Swara.

29

Page 30: Laporan FF

30