Makalah FF B26 - Batuk

26
Batuk disebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pendahuluan Batuk merupakan salah satu dari gejala yang paling sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Batuk adalah suatu reflex nafas yang terjadi karena adanya rangasangan reseptor iritan yang terdapat di seluruh saluran napas. Batuk juga dapat terjadi akibat penyakit pada telinga atau akibat gangguan perut yang disebabkan oleh iritasi diafragma. Batuk pada anak-anak paling sering disebabkan oleh adanya post infeksi dari virus atau bakteri. 1 Salah satu penyakit yang menimbulkan batuk adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai laporan hasil observasi pada satu pasien anak di Puskesmas Kelapa Dua pada 24 Juli 2015. Dalam makalah ini akan dijelaskan secara singkat mengenai ISPA dan berikut hasil observasi yang dilakukan. Laporan Hasil Kunjungan Rumah Nama Pasien: Egy Bachtiar Fadel Tanggal Lahir: 5 Juni 2005 (10 tahun) Jenis kelamin: Laki-laki Alamat: Jl. Masjid Al-Ittihad No telepon: - Pekerjaan: Pelajar Pendidikan terakhir: SD Kelas 5 Nama Keluarga dan Anggota Serumah yang Bukan Keluarga 1

description

Family Folder

Transcript of Makalah FF B26 - Batuk

Page 1: Makalah FF B26 - Batuk

Batuk disebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Pendahuluan

Batuk merupakan salah satu dari gejala yang paling sering ditemukan pada pelayanan

kesehatan primer. Batuk adalah suatu reflex nafas yang terjadi karena adanya rangasangan

reseptor iritan yang terdapat di seluruh saluran napas. Batuk juga dapat terjadi akibat penyakit

pada telinga atau akibat gangguan perut yang disebabkan oleh iritasi diafragma. Batuk pada

anak-anak paling sering disebabkan oleh adanya post infeksi dari virus atau bakteri.1 Salah satu

penyakit yang menimbulkan batuk adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai laporan hasil observasi pada satu pasien anak

di Puskesmas Kelapa Dua pada 24 Juli 2015. Dalam makalah ini akan dijelaskan secara singkat

mengenai ISPA dan berikut hasil observasi yang dilakukan.

Laporan Hasil Kunjungan Rumah

Nama Pasien: Egy Bachtiar Fadel

Tanggal Lahir: 5 Juni 2005 (10 tahun)

Jenis kelamin: Laki-laki

Alamat: Jl. Masjid Al-Ittihad

No telepon: -

Pekerjaan: Pelajar

Pendidikan terakhir: SD Kelas 5

Nama Keluarga dan Anggota Serumah yang Bukan Keluarga

Nama Tgl lahir Pekerjaan Pendidikan Hub.

Keluarga

Status

Perkawinan

Domisili

serumah/

tidak

Keadaan

kesehatan

penyakit

(bila ada)

Mahmud 3-3-1967 Satpam SMA Ayah Menikah Serumah -

Tursini 4-4-1980 IRT SMA Ibu Menikah Serumah -

Muhamad

Prayoga

Ilmi

5-6-2012 - Belum

Sekolah

Adik Belum

Menikah

Serumah -

1

Page 2: Makalah FF B26 - Batuk

Tingkat Ekonomi: Rendah

Status Imunisasi Dasar Pasien: Lengkap

Status Imunisasi Keluarga: Lengkap

Status Gizi Keluarga: Cukup

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan: tidak ada, sudah mendaftar tapi belum dapat kartu BPJS.

Anamnesis

Keluhan Utama Pasien: Batuk dan demam sejak 1 minggu yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang: Batuk berdahak berwarna putih, tidak sesak nafas, lemas.

Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang: Riwayat flek

(TB) 6 bulan lalu.

Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakitnya sekarang: suka makan es, makanan

ringan dan mie kering.

Perilaku keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang: banyak terdapat

makanan ringan, tidur menggunakan kipas angin.

Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang: tidak ada

Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien sekarang: tidak ada

Riwayat penyakit keluarga yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang: tidak ada

Perilaku Sosial Pasien dan Keluarga

Merokok: Ayah merokok saat bekerja saja.

Minum yang mengandung alkohol: tidak minum

Pola jajan (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga): Keluarga biasanya tidak suka

jajan sembarangan, hanya Egi yang suka jajan sembarangan sehingga sering batuk.

Pola makan (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga): pola makan teratur 3 kali sehari

tetapi suka telat makan.

Pola penyimpanan atau memasak makanan: memasak makanan banyak menggunakan air

PAM yang ditampung (mencuci sayur), memasak makanan sendiri dan tidak pernah bersisa.

Pola minuman sehari-hari: kebutuhan minum mencukupi, untuk minum menggunakan aqua.

Olahraga (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga): tidak pernah berolahraga

2

Page 3: Makalah FF B26 - Batuk

Kebersihan hygiene: (mandi, cuci tangan, kuku, sandal, keramas, sikat gigi , ganti

baju……,dll) baik, mandi 3 kali sehari dan berikut ganti pakaiannya juga, kuku sering

dipotong, sikat gigi pagi dan malam.

Rekreasi: baik, namun karena anak sakit tahun ini tidak pulang kampung

Ibadah: ketaatan spiritual keluarga baik

Pola membersihkan rumah/lingkungan: baik, rumah sering dibersihkan dengan menyapu dan

mengepel, dan sering ada kegiatan kerja bakti tiap 2-3 bulan.

Pola pengobatan (tradisional, puskesmas, dll): membeli obat warung dahulu kemudian ke

puskesmas.

Pola hubungan sosial: hubungan dengan tetangga baik

Pola aktifitas kemasyarakatan: dalam kegiatan masyarakat, seperti gotong royong.

Pola kunjungan ke posyandu: rutin datang ke posyandu untuk mendapat imunisasi dan

pembagian vitamin.

Keadaan psikologis pasien dan keluarga yang mempengaruhi atau dipengaruhi penyakit

dalam keluarga: saat anak (Egi) flek dahulu membuat keluarga cemas akan terulang kembali.

Adat istiadat/sosial budaya yang mempengaruhi: Jangan potong kuku dan rambut kalau

sedang sakit

Keadaan rumah yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga atau dapat menimbulkan

penyakit di kemudian hari

Kebersihan rumah: cukup

Vektor penyakit: banyak nyamuk di rumah

Keadaan udara/ polusi dalam rumah: pengap dan kurang sirkulasi

Luas rumah/bangunan: 50m2 terdapat 5 ruangan (1 ruang tamu, 1 kamar tidur, 1 ruang

keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi)

Luas tanah: 60m2

Jumlah orang yang tinggal dalam rumah: 4

Luas kamar pasien atau yang sakit: 3m x 3m

Jumlah orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit: 3

3

Page 4: Makalah FF B26 - Batuk

Jenis lantai: keramik

Jenis tembok: bata putih

Jenis atap: asbes

Perbandingan Ventilasi rumah (udara, sinar matahari, dll): ventilasi rumah kurang (2 jendela

di ruang tamu dan 2 jendela kecil di kamar tidur).

Perbandingan Ventilasi kamar (udara, sinar matahari, dll): ventilasi kamar kurang dan

terkesan pengap, sinar matahari yang masuk ke kamar tidur kurang.

Keadaan dapur dan kebersihan tempat penyimpanan makanan (tercemar debu, kotoran,

vektor, dll): dapur sempit dan banyak terdapat perabotan, sampah masih menumpuk namun

tidak ada vektor, tempat penyimpanan makanan masih kurang kebersihannya.

Tempat penyimpanan alat makan: alat makan ada di dapur, penyimpanan baik karena dalam

lemari tertutup.

Tempat cuci tangan (air mengalir, sabun dan lap tangan bersih dll): lap tangan bersih kurang,

sarana air dan sabun cukup.

Keadaan kamar mandi (kebersihan, sabun, air, bak,dll): kamar mandi bersih, tersedia sabun

dan air namun tempat menampung air kurang baik (dalam drum).

Tipe kakus dan sistem pembuangan: Kakus duduk dan sistem pembuangannya baik.

Keadaan WC: baik

Sumber air sehari-hari: air PAM

Tempat penyimpanan air: drum di kamar mandi saja

Sumber air minum: menggunakan aqua

Kebersihan tempat penyimpanan air minum: baik

Tempat sampah di dalam rumah (tertutup atau terbuka, vektor, bau, dll): tong sampah

terbuka, - vektor, - bau

Sumber pencahayaan dalam rumah (jenis dan keadaan pencahayaan): lampu putih

Sistem pembuangan air limbah: baik

Kebersihan sekitar rumah: baik

Tempat sampah di luar rumah: baik namun penuh

Keadaan udara/polusi luar rumah: baik

Keadaan pekarangan (tanaman, kebersihan, tanah, dll): baik namun banyak lalat

4

Page 5: Makalah FF B26 - Batuk

Status upaya pencegahan penyakit dalam keluarga yang dilakukan oleh keluarga

Nama Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif

Promotif: adanya pemberian penyuluhan mengenai ISPA, cara mencegah dan mengobatinya.

Preventif: mempertahankan daya tahan tubuh dengan gizi seimbang dan makanan yang tidak

memicu terjadinya ISPA, menjaga kondisi udara sekitar. Khusus bayi melalui pemberian ASI

eksklusif, upaya mencuci tangan, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, rutin

datang untuk melakukan imunisasi ke puskesmas dan posyandu.

Kuratif: datang ke dokter apabila sakit

Rehabilitatif: Pemberian makanan cukup gizi dan cukup istirahat.

Pemeriksaan Kesehatan Pasien dan Keluarga oleh Mahasiswa

Keadaan umum: compos mentis

Tanda vital: Nadi 120x/menit, TD 110/70, suhu 37.6o C

Status gizi: cukup namun nafsu makan berkurang

Pemeriksaan fisik:

- Inspeksi thorak: pergerakan dinding dada normal.

- Auskultasi: Amforik di bagian basal paru

Pemeriksaan hygiene: kurang karena sedang sakit (rambut pasein panjang, kuku pasien

panjang dan kotor).

Hasil pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan: tidak ada

Diagnosis pasien: batuk ec ISPA

Diagnosis banding: suspek TB

Diagnosis keluarga: tidak ada

Usulan Pemeriksaan Penunjang Untuk Pasien Dan Keluarga Mulai Tingkat

Pelayanan Primer (Pemeriksaan Di Puskesmas) Hingga Rujukan: Untuk Menyingkirkan

diagnosis banding lain perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, yaitu: pemeriksaan darah rutin,

pemeriksaan dahak, dan foto rontgen toraks.

Resume Masalah Kesehatan Keluarga Dan Faktor Risikonya

5

Page 6: Makalah FF B26 - Batuk

Keluhan batuk dan demam sejak 1 minggu yang lalu dapat di diagnosis menderita infeksi

saluran pernapasan akut. Namun perlu diingat bahwa sebelumnya pasien pernah mengalami

TBC, untuk itu perlu perhatian lebih akan setiap kondisi pasien saat ini agar tidak terulang

kembali. Imunitas pada pasien perlu ditunjang lebih baik lagi, hal ini terkait juga karena pasien

dulunya tidak mendapatkan ASI yang cukup sehingga pasien sering mengalami sakit sejak kecil.

Prognosis Penyakit Pasien Dan Keluarga

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berprognosis baik (dubia et bonam). Pasien juga

harus mendapat asupan gizi yang cukup dan seimbang, istirahat yang cukup, hindari faktor

resiko serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk membantu dalam proses

penyembuhannya. Perlu diketahui ISPA merupakan penyakit menular. Kemungkinan keluarga

pasien terkena ISPA juga besar dikarenakan keluarga merupakan komunitas yang berhubungan

erat dengan pasien. Perlunya daya tahan tubuh yang baik untuk mencegah penularan, hal yang

dapat dilakukan nutrisi adekuat (makan makanan yang bersih dan gizi seimbang), istirahat yang

cukup, olahraga, menjaga kebersihan rumah dan diri sendiri serta lingkungan.

Perkiraan Akan Timbulnya Keadaan Penyakit Ditinjau Dari Perilaku Dan Lingkungan

Kurangnya kebersihan rumah dimana masih terdapat banyak barang dan tempat penampungan

air yang kurang baik (tidak ada tutup, dan nampak keruh), hal ini perlu diperhatikan lebih lagi

karena dapat menimbulkan masalah baru seperti demam berdarah karena menjadi tempat tinggal

nyamuk.

Strategi intervensi mahasiswa ke pasien dan keluarga:

Psikobiologi: pasien memiliki riwayat TBC dan imunisasi yang kurang oleh karena itu sebaiknya

pasien selalu menjaga kondisi tubuh dengan baik lewat gizi yang seimbang, tidak jajan

sembarangan. Kondisi keluarga cukup baik karena tidak pernah terserang penyakit yang berat.

Psikologis tiap anggota keluarga sudah baik, disarankan agar pasien tidak takut menyampaikan

setiap gejala yang dirasakan saat sakit kepada ibunya.

Sosial: interaksi sosial keluarga baik antar keluarga maupun dengan masyarakat sudah baik.

Gaya hidup dan perilaku: menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat baik di rumah, di tempat

kerja maupun di sekolah.

6

Page 7: Makalah FF B26 - Batuk

Lingkungan rumah dan sekitar rumah: disarankan agar lebih memperhatikan kebersihan

lingkungan, di rumah agar menyimpan barang-barang denga rapi dan benar agar, membereskan

dapur agar kondisi dapur tetap bersih dan rapi (sampah rumah tangga dibuang, lantai dapur

dibersihkan, alat-alat masak dirapikan dengan benar). Di lingkungan luar rumah tempat sampah

yang penuh bisa dibersihkan atau diangkut ke tempat penampungan sampah agar tidak penuh

dan mengundang vektor penyakit (lalat, nyamuk).

Pelayanan kesehatan: perlu untuk mendaftar dalam asuransi kesehatan (BPJS), dari puskesmas

bisa mendata pasien yang belum memiliki kartu BPJS dan dilaporkan agar bisa diurus, apabila

ada keluarga yang sakit dengan gejala yang berat tidak menunggu untuk dibawa ke puskesmas.

Saran upaya pencegahan penyakit pasien dan keluarga oleh mahasiswa

Promotif: penyuluhan mengenai ISPA, faktor risiko, tanda bahaya ISPA, pola hidup bersih dan

sehat, anjuran makanan yang bergizi seimbang kepada pasien dan keluarga pasien sehingga

adanya perubahan perilaku untuk kesembuhan dan kesehatan pasien.

Preventif: menerapkan perilaku bersih dan sehat, menjaga keadaan gizi dengan makanan yang

bergizi seimbang dan pola makan teratur, tidak jajan sembarangan (minum es, makan makanan

ringan, mie kering atau gorengan), istirahat yang cukup, imunisasi dilengkapi, batuk dan bersin

tidak sembarangan, menghindari kontak dengan orang yang sakit, jaga kebersihan rumah dan

bila diketahui ada yang sakit berat sebaiknya langsung ke puskesmas untuk berobat jangan

membeli obat di apotek agar penyakit bisa didiagnosis denga tepat dan diberikan tindakan yang

tepat juga.

Kuratif: memberikan terapi obat yang tepat, dosis yang benar, waktu pemberian yang adekuat,

serta harga obat yang terjangkau. Terapi yang diberikan puskesmas kepada pasien: kortimoksasol

syrup (antibiotik) dan obat puyer (untuk demam)

Rehabilitatif: rutin membawa anak ke puskesmas untuk mengetahui status gizi anak dengan

mengukur berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas, tebal lemak, perlu memperbaiki

status gizi agar daya tahan tubuh meningkat dan proses tumbuh kembang lebih baik. Perbaikan

gizi dapat dilakukan dengan menghindari anak untuk jajan sembarangan sehingga anak makan

7

Page 8: Makalah FF B26 - Batuk

makanan dirumah yang lebih bersih dan bergizi, minum obat yang teratur, terutama antibiotik

harus dihabiskan. Bila obat sudah habis dan penyakit belum sembuh atau adanya tanda bahaya

ISPA maka harus segera bawa pasien ke puskesmas kembali.

Lampiran: foto-foto perilaku atau lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau

yang nantinya akan mempengaruhi keadaan kesehatan keluarga

Gambar No.1 Bagian Depan Rumah Gambar No.2 Ruang Tamu

Gambar No. 3 Ruang Tamu Gambar No. 4 Ruang Serbaguna

8

Page 9: Makalah FF B26 - Batuk

Gambar No. 5 Ruang Tidur Gambar No. 6 Ventilasi di Ruang Tidur

9

Page 10: Makalah FF B26 - Batuk

Gambar No. 7 Ruang Keluarga Gambar No. 8 Tempat Mencuci Baju

Gambar No. 9 Kondisi Dapur 1 Gambar No. 10 Kondisi Dapur 2

Gambar No. 11 Tempat Sampah di Rumah Gambar No. 12 Kondisi Dapur 3

10

Page 11: Makalah FF B26 - Batuk

Gambar No. 13 Kamar Mandi Gambar No. 14 Kamar Mandi

Riwayat Penyakit Keluarga: -

Perilaku Sosial Keluarga: baik

Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA)

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari

istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Infeksi akut adalah infeksi yang

berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut

meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan ke dalam ISPA proses ini

berlangsung lebih dari 14 hari. ISPA terbagi menjadi dua, yaitu infeksi saluran pernafasan atas

dan infeksi saluran pernafasan bawah. Infeksi saluran pernafasan atas adalah suatu istilah yang

digunakan untuk menyatakan suatu penyakit yang sering terjadi di saluran pernafasan atas, nasal

mukosa–oropharynx. Penyakit ini juga biasa disebut commond cold (pilek), acute rhinitis, acute

nasopharyngitis, acute rhinosinusitis.2

11

Page 12: Makalah FF B26 - Batuk

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian

bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak

diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40%-60% dari kunjungan di

Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA

mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada

bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih

sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam

keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi.2

Etiologi

ISPA merupakan kelompok penyakit yamg komplek dan heterogen, yang disebabkan

oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri, dan riketsia. Virus

penyebab ISPA antar lain golongan Miksovirus (termasuk di dalamnya virus influensa, virus

para-influensa), Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. Bakteri

penyebab ISPA antara lain Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus, Pneumococcus,

Hemofilus influenza, Bordetella pertusis, dan Corynebacterium diffteria. Ricketsia penyebab

ISPA adalah Koksiela burnetti. Jamur penyebab ISPA adalah Kokiodoides imitis, Histoplasma

kapsulatum, Blastomises dermatidis, Aspergillus fikomycetes. Etiologi dari sebagian besar

penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis

oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan

antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.

Gejala Klinis:

Penemuan penderita ISPA dilakukan secara pasif (passive case finding) yaitu penemuan

penderita ISPA yang datang berobat dengan gejala-gejala saluran pernapasan, yaitu:2

a. Batuk

b. Pilek

c. Kesulitan bernapas

d. Demam (38-40°C)

Gejala ISPA sangat bervariasi. Antara penyakit satu dan yang lainnya sering mempunyai

gejala yang serupa. Berikut merupakan gejala penyerta pada anak-anak:2

a. bersin-bersin

12

Page 13: Makalah FF B26 - Batuk

b. nyeri menelan

c. sakit kepala, nyeri sendi

d. lemah, lesu

e. frekuensi napas cepat

Tanda-Tanda Bahaya ISPA

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan

gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin saja gejala menjadi lebih berat

sehingga penderita dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal.

Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,

namun mortalitasnya masih tinggi. Oleh karena itu perlu diusahakan agar yang ringan tidak

menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam

kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan

tanda-tanda laboratoris.4

Tanda-tanda klinis, antara lain:

a. Pada sistem respiratorik: takipnea, apnea, retraksi dinding thorak, napas cuping hidung,

sianosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

b. Pada sistem cardial: takikardi, bradikardi, hipertensi, hipotensi dan cardiac arrest.

c. Pada sistem cerebral: gelisah, sakit kepala, bingung, kejang dan koma.

d. Pada hal umum: letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratorium, yaitu: hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis (metabolik dan atau

respiratorik).

Tanda-tanda bahaya umum yang perlu diwaspadai:

1. Anak golongan umur kurang dari 2 bulan:

a. Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah

volume yang biasa diminumnya)

b. Kejang

c. Kesadaran menurun

d. Stridor

13

Page 14: Makalah FF B26 - Batuk

e. Wheezing

f. Demam atau dingin

2. Anak golongan umur 2 bulan - 5 tahun:

a. tidak bisa minum

b. kejang

c. kesadaran menurun

d. stridor

e. gizi buruk

Klasifikasi ISPA

Klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongannya dan golongannya umur, yaitu:3

a. Menurut Anonim (2008) ISPA berdasarkan golongannya:

1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).

2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang tenggorokan

(pharyngitis), tonsilitis dan infeksi telinga (otitis media).

b. Menurut Khaidirmuhaj (2008), ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan golongan umur

yaitu:

1) Untuk anak usia 2-59 bulan:

a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernafasan kurang dari 50 kali permenit untuk usia

2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit untuk usia 12-59 bulan, serta tidak ada

tarikan pada dinding dada.

b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan sama atau lebih

dari 50 kali permenit untuk usia 2-11 bulan dan frekuensi pernafasan sama atau lebih

dari 40 kali permenit untuk usia 12-59 bulan), serta tidak ada tarikan pada dinding

dada.

c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fastbreathing) dan tarikan

dinding pada bagian bawah ke arah dalam (servere chest indrawing).

2) Untuk anak usia kurang dari dua bulan:

a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali permenit dan tidak

ada tarikan dinding dada.

14

Page 15: Makalah FF B26 - Batuk

b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60 kali permenit

(fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada tanpa nafas cepat.

Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan oleh

berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit. Pneumonia menjadi penyebab

kematian tertinggi pada balita dan bayi serta menjadi penyebab penyakit umum terbanyak.Tanda

serta gejala yang lazim dijumpai pada pneumonia adalah demam, tachypnea, takikardia, batuk

yang produktif, serta perubahan sputum baik dari jumlah maupun karakteristiknya. Selain itu

pasien akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau, inspirasi yang tertinggal pada pengamatan

naik-turunnya dada sebelah kanan pada saat bernafas. Mikroorganisme penyebab pneumonia

meliputi: bakteri, virus, mycoplasma, chlamydia dan jamur. Pneumonia karena virus banyak

dijumpai pada pasien immunocompromised, bayi dan anak. Virus-virus yang menginfeksi adalah

virus saluran napas seperti RSV, Influenza type A, parainfluenza, adenovirus.

Penularan

Salah satu penularan ISPA adalah melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam

tubuh melalui saluran pernapasan. selain itu ISPA dapat juga terjadi karena transmisi organisme

melalui AC (air conditioner). Adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol yakni

suatu suspensi yang melayang di udara. Penyebaran infeksi melalui aerosol dapat terjadi pada

waktu batuk dan bersin-bersin. Penularan dapat juga melalui kontak langsung/ tidak langsung

dari benda yang telah tercemari jasad renik (hand to hand transmition), dan melalui droplet yang

dapat menjadi jalan masuk bagi virus. Pada infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran

virus, terutama melalui bahan sekresi hidung. Virus ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak

dalam mukosa hidung daripada mukosa faring. Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium,

maupun di lapangan, diperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya kontak “hand to hand” merupakan

modus yang terbesar dibandingkan dengan cara penularan aerogen yang semula banyak diduga.5

Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Intervensi yang ditujukan bagi pencegahan faktor risiko dapat dianggap sebagai strategi untuk

mengurangi kesakitan (insiden). Termasuk di sini, antara lain: penyuluhan, dilakukan oleh tenaga

kesehatan dimana kegiatan ini diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat

terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor resiko penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini

15

Page 16: Makalah FF B26 - Batuk

dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi,

penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah,

penyuluhan bahaya rokok.3

Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Upaya penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan sedini mungkin. Upaya

pengobatan yang dilakukan dibedakan atas klasifikasi ISPA, yaitu:

a) Untuk kelompok umur < 2 bulan, pengobatannya meliputi:3

Pneumonia Berat: rawat dirumah sakit, beri oksigen (jika anak mengalami sianosis sentral,

tidak dapat minum, terdapat penarikan dinding dada yang hebat), terapi antibiotik dengan

memberikan benzilpenisilin dan gentamisin atau kanamisin.

Bukan Pneumonia: terapi antibiotik sebaiknya tidak diberikan, nasihati ibu untuk menjaga

agar bayi tetap hangat, memberi ASI secara sering, dan bersihkan sumbatan pada hidung

jika sumbatan itu menggangu saat memberi makan.

b) Untuk kelompok umur 2 bulan - <5 tahun, pengobatannya meliputi:3

Pneumonia Sangat Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi antibiotik dengan

memberikan kloramfenikol secara intramuskular setiap 6 jam. Apabila pada anak terjadi

perbaikan (biasanya setelah 3-5 hari), pemberiannya diubah menjadi kloramfenikol oral,

obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati dengan pemberian terapi cairan,

nilai ulang dua kali sehari.

Pneumonia Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi antibiotik dengan

memberikan benzilpenesilin secara intramuskular setiap 6 jam paling sedikit selama 3

hari, obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati pada pemberian terapi

cairan, nilai ulang setiap hari.

Pneumonia: obati di rumah, terapi antibiotik dengan memberikan kotrimoksasol,

ampisilin, amoksilin oral, atau suntikan penisilin prokain intramuskular per hari, nasihati

ibu untuk memberikan perawatan di rumah, obati demam, obati mengi, nilai ulang setelah

2 hari.

Bukan Pneumonia (batuk atau pilek): obati di rumah, terapi antibiotik sebaiknya tidak

diberikan, terapi spesifik lain (untuk batuk dan pilek), obati demam.

16

Page 17: Makalah FF B26 - Batuk

Pneumonia Persisten: rawat (tetap opname), terapi antibiotik dengan memberikan

kotrimoksasol dosis tinggi untuk mengobati kemungkinan adanya infeksi pneumokistik,

perawatan suportif, penilaian ulang.

Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada penderita ISPA agar tidak bertambah parah dan

mengakibatkan kematian.3

Pneumonia Sangat Berat: jika anak semakin memburuk setelah pemberian kloramfenikol

selama 48 jam, periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloksasilin ditambah

gentamisin jika diduga suatu pneumonia stafilokokus.

Pneumonia Berat: jika anak tidak membaik setelah pemberian benzilpenisilin dalam 48

jam atau kondisinya memburuk setelah pemberian benzilpenisilin kemudian periksa

adanya komplikasi dan ganti dengan kloramfenikol. Jika anak masih menunjukkan tanda

pneumonia setelah 10 hari pengobatan antibiotik maka cari penyebab pneumonia

persistensi.

Pneumonia: coba untuk melihat kembali anak setelah 2 hari dan periksa adanya tanda-

tanda perbaikan (pernafasan lebih lambat, demam berkurang, nafsu makan membaik).

Nilai kembali dan kemudian putuskan jika anak dapat minum, terdapat penarikan dinding

dada atau tanda penyakit sangat berat maka lakukan kegiatan ini yaitu rawat, obati

sebagai pneumonia berat atau pneumonia sangat berat. Jika anak tidak membaik sama

sekali tetapi tidak terdapat tanda pneumonia berat atau tanda lain penyakit sangat berat,

maka ganti antibiotik dan pantau secara ketat.

Kesimpulan

Diagnosis pada pasien ini adalah batuk ec infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA

dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur serta kejadian ISPA dapat dipicu oleh banyak faktor

resiko. Dari hasil analisis kedokteran keluarga terhadap kasus ini, penyebab ISPA pasien ini

dapat terjadi karena adanya faktor resiko, seperti: pasien sering jajan sembarang, minum es, dan

faktor imunitas pasien yang memang sejak kecil kurang. ISPA dapat sembuh dengan baik.

Namun dapat juga berdampak buruk bila penderita datang berobat dalam keadaan berat serta

adanya penyulit-penyulit dan kekurangan gizi.

17

Page 18: Makalah FF B26 - Batuk

Daftar Pustaka

1. Shields MD, Thavagnanam S. The difficult coughing child: prolonged acute cough in

children. 9 Januari 2011. Diunduh dari: http://www.coughjournal.com/content/9/1/11, 28 Juli

2015.

2. Djojodibroto RD. Respirologi (Respiratory medicine). Jakarta:EGC; 2009.

3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengendalian infeksi saluran

pernapasan akut. Jakarta:Kementrian Kesehatan RI; 2011.

4. WHO. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Pedoman

Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior. Alih Bahasa; C. Anton Wijawa. Jakarta:EGC;

2003.

5. Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada

Anak. Jakarta; 1991.

18