laporan farmasi 2.doc
-
Upload
andra-adi-esnawan -
Category
Documents
-
view
69 -
download
2
Transcript of laporan farmasi 2.doc
Hari/tanggal : Selasa, 2 Maret 2010
Kelompok : IV
PRAKTIKUM SEDIAAN FARMASI KE-2
PEMBUATAN SERBUK KERING
Oleh :
Kelompok IV
Fifit Diah Puspitosari B04063091
Yuvita Meilany B04063088
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Bogor
2010
PENDAHULUAN
Serbuk kering yang dipakai melalui mulut untuk diminum (biasanya setelah
dicampur dengan air) kurang begitu umum dibandingkan dengan kapsul dan tablet,
tetapi disenangi oleh sebagian pasien yang tidak sanggup menelan obat dengan
bentuk sediaan padat lainnya. Akan tetapi kebanyakan obat dengan bentuk serbuk
digunakan sebagai obat luar pada kulit. Sedangkan penggunaan serbuk per se dalam
pengobatan terbatas, tetapi penggunaan dalam bentuk sediaan padat cukup luas.
Kebanyakan bahan obat yang dipakai sekarang terdapat dalam bentuk serbuk atau
kristal dan dicampur dengan unsur-unsur serbuk lainnya sebagai pengisi dan
penghancur sebelum dibuat menjadi bentuk sediaan padat.
Walaupun serbuk terbagi-bagi umumnya tidak digunakan lagi karena dosis
tablet dan kapsul banyak terdapat dan lebih cocok atau nyaman, tetapi tidak jarang
terdapat penggunaan serbuk terbagi-bagi ini yang mengandung obat-obat antasida
atau sejumlah serbuk yang belum ditakar untuk digunakan pada pembuatan larutan
untuk disemprotkan pada vagina. Lebih jelas lagi dalam perdagangan sejumlah
sediaan untuk mengurangi rasa sakit seperti serbuk analgesi stanbak. Semuanya
dibungkus dalam kemasan satuan dosis (Ansel, 1989). Dari sudut pandang
farmasetika bentuk sediaan padat pada umumnya lebih stabil daripada bentuk cair,
sehingga bentuk sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil.
Kekurangan serbuk sebagai bentuk sediaan, termasuk keengganan meminum
obat yang pahit atau rasa yang tidak enak, kesulitan menahan terurainya bahan-bahan
higroskopis, mudah mencair atau menguap yang dikandungnya dan waktu serta biaya
yang dibutuhkan pada pengolahan dan pembungkusannya dalam keseragaman doisis
tunggal. U tuk mencapai efisiensi yang tinggi, serbuk harus merupakan adonan yang
homogeny dari seluruh komponennya dan harus sempurna ukaran partikelnya.
Ukuran partikel tidak hanya membantu daya larut dalam segelas air atau dalam
lambung atau dalam usus, tetapi juga dapat mempengaruhi aktivitas biologi maupun
efek terapinya.
TUJUAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari tata cara
pembuatan serbuk kering dan cara pengemasannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Serbuk adalah campuran homogeny dua atau lebih atom yang diserbukkan.
Pada pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia nabati, dugerus terlebih dahulu
sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50°C
(Anief, 1997).
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok.
Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambah zat tambahan
yang berkhasiat netral atau indifferent, seperti Saccharum album, sampai berat serbuk
tiap bungkusnya 500 gram. Penggunaan Saccharum album ada keuntungannya
sebagai korigen rasa, tetapi serbuk akan mudah basah karena higroskopis. Serbuk
yang diberikan pada penderita diabetes tidak boleh digunakan Saccharum album
sebagai zat tambahan, tetapi digunakan Mannitum atau Saccharum Lactis (Anief,
1987).
Parasetamol mempunyai indikasi yaitu nyeri ringan sampai sedang (termasuk
sakit kepala, mialgia, keluhan sesudah imunisasi, dan keluhan sesudah tonsilektomi),
serta menurunkan demam yang menyertai infeksi bakteri dan virus.
Kontraindikasinya yaitu pasien dengan penyakit hati atau ikterus. Untuk penggunaan
tanpa resep dokter, tidak diperblehkan melebihi dosis maximum yang dianjurkan, dan
tidak diperbolehkan memakai terus-menerus lebih dari 10 hari tanpa pengawasan
dokter. Efek samping parasetamol sangat jarang dan biasanya ringan. Penelitian
mutakhir menunjukkan bahwa N-acetylcysteine dipakai sebagai antidotum
(Purwanto, 2008). Parasetamol juga sebagai analgesic dan antipiretik.
Sulfaguanidina adalah N¹-amidinosulfanilamida. Mengandung tidak kurang
dari 99,0 % C7H10O2N4S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan selama
empat jam pada 110°C. Sulfaguanidina merupakan serbuk hablur seperti jarum, putih,
yang lambat laun warnanya akan makin tua jika terkena cahaya, hampir tidak berbau
dan tawar. Larut dalam kira-kira 1000 bagian air, larut pada 100°C dalam kira-kira 10
bagian air. Agak sukar larut dalam etanol 90 % P dan dalam aseton P. Mudah larut
dalam asam-asam mineral encer dan hampir tidak larut dalam larutan alkalihidroksida
dalam air. Sulfaguanidina mengandung arsen kurang lebih 2 bagian per juta, logam-
logam berat kurang lebih 20 bagian per juta dan timbal kurang lebih 10 bagian per
juta. Apabila dikeringkan selama empat jam pada 110°c, susutnya tidak kurang dari
6,0 %, dan tidak lebih dari 8,0 % bobot asalnya. Sulfaguanidina harus disimpan
dalam wadah yang tertutup baik, terlindung dari cahaya (Soetarman, 1962).
Sulfaguanidina manfaatnya sebagai anti bakteri.
Papaverinahidrochlorida adalah hidrochlorida dari 6:7:3’:4’-tetrametoksi-
benzilisokinolina. Papaverinahidrochlorida merupakan serbuk hablur putih, tidak
berbau, rasanya mula-mula agak pahit kemudian pedas sekali. Larut dalam kira-kira
40 bagian air dan dalam kira-kira 50 bagian etanol 95 % P. Larut dalam chloroform P
dan hampir tidak larut dalam eter P. papaverinahidrochlorida harus disimpan dalam
wadah yang tertutup rapat dan terlindungi dari cahaya (Soetarman, 1962).
Papaverinahidrochlorida manfaatnya sebagai anti spasmodic. Papaverini HCL
mempunyai indikasi yaitu kolik ginjal dan kandung empedu, keadaan-keadaan yang
memerlukan relaksasi otot-otot polos, emboli perifer dan mesenterium (Purwanto,
2008).
Oleum Menthae atau minyak permen adalah minyak atsiri yang diperoleh
dengan destilasi uap dari bagian di atas tanah tanaman berbunga Mentha piperita
Linne (Familia Labiatae) yang segar, dimurnikan dengan cara destilasi dan tidak
didementolisasi sebagian ataupun keseluruhan. Mengandung tidak kurang dari 5,0 %
ester dihitung sebagai mentil asetat (C12H22O22), dan tidak kurang dari 50,0 %
mentol total (C10H20O) sebagai mentol bebas dan sebagai ester. Oleum menthae
merupakan cairan yang tidak berwarna atau kuning pucat, baunya khas kuat menusuk,
rasanya pedas diikuti rasa dingin jika udara dihirup melalui mulut. Larut dalam etanol
70 % : satu bagian volume dilarutkan dalam 3 bagian volume etanol 70 % dan tidak
terjadi opalesensi. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan dihindarkan dari
panas berlebih.
Sacharum Lactis (C12H22O11) diperoleh dari serum susu. Sacharum Lactis
merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, rasanya sedikit manis. Larut pada suhu
20°C dalam 6 bagian air, larut lebih baik dalam air panas, dan hampir tidak larut
dalam etanol 95 % P. apabila dipanaskan akan mencair, mengembang dan terbakar
dengan mengeluarkan bau caramel, serta meninggalkan banyak sisa arang. Apabila
dipanaskan dengan Fehling LP akan terjadi endapan merah dari tembaga(I) oksida.
Sacharum Lactis mengandung arsen tidak lebih dari 1 bagian per sejuta, mengandung
tembaga tidak lebih dari 3 bagian per sejuta, mengandung timbal tidak lebih dari 2
bagian per sejuta, mengandung abu sulfat tidak lebih dari 0.1 %. Sacharum Lactis
digunakan sebagai zat tambahan (Soetarman, 1962).
MATERI DAN METODE
Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah mortal, samper, gelas Becker,
kaca arloji, kertas perkamen, cawan penguap, sundp, spatula, neraca Ohaus, dan
saringan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Parasetamol,
Sulfaguanidin, Papaverin HCL, Elaeosh.menthapip, dan Sacharum Lactis.
Metode
Sebelum dilakukan penimbangan, terlebih dahulu timbangan ditera dan dialasi
kertas perkamen. Kemudian semua bahan ditimbang ( parasetamol 2,0 g;
sulfaguanidin 1 g; papaverin HCl 0,3 g; sacharum lactis 2,0 g ). Mortar kering dan
bersih disiapkan, kemudian papaverin dimasukkan dan digerus, sacharum lactis
ditambahkan 1/3 nya, lalu digerus hingga homogen kemudian disisihkan.
Sulfaguanidin dimasukkan, digerus tersendiri lalu ditambahlan SL 1/3 nya digerus
hingga homogen, lalu dicampurkan dengan campuran pertama, digerus lagi hingga
homogen kemudian disisihkan. Parasetamol dimasukkan dan digerus tersendiri lalu
tambahkan sisa SL, homogenkan kemudian campurkan dengan campuran dua,
dihomogenkan lagi, kemudian ditambahkan 1 tetes Ol.Menthaepip lalu
dihomogenkan lagi. Seluruh serbuk dibagi dua dengan timbangan, masing-masing
bagian dibagi lima dengan perkiraan mata, lalu masing-masing bagian dibungkus
dengan kertas perkamen (10 bungkus), kemudian dimasukkan ke dalam pot plastik,
lalu diberi etiket dan label.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Gambar 1. Campuran 1 Gambar 2. Campuran 2
(Sulfaguanidin+1/3
(Papaverin+1/3 Sacharum Lactis). Sacharum Lactis)+campuran 1.
Gambar 3. Campuran 3 (Parasetamol+ Sisa Sacharum Lactis)+campuran 2+ 1 tetes
Ol.Menthapip.
Gambar 4. Pembagian serbuk menjadi Gambar 5. Serbuk yang telah
dibungkus
2 bagian di atas timbangan. dengan kertas perkamen
disimpan di dalam
pot plastik.
PEMBAHASAN
Serbuk terbagi-bagi. (Latin, chartulae (jamak);singkatan charts). Setelah
serbuk dicampurkan (diaduk) sepenuhnya dengan memakai metode pengenceran
geometri untuk bahan-bahan potensial, Serbuk ini dibagi-bagi kedalam unit-unit
tersendiri sesuai dengan dosis yang akan ditata atau kedalam umlah untuk sekali
pakai (minum). Masing-masing bagian serbuk tadi ditempatkan di atas sepotong
kertas kecil yang kemudian dilipat sebagai pembungkus obat (Ansel, 1989).
Dalam praktikum kali ini pembuatan serbuk kering dengan menggunakan
bahan-bahan yang meliputi Parasetamol, Sulfaguanidin, Papaverin HCL,
Elaeosh.menthapip, dan Sacharum Lactis. Parasetamol berguna sebagai analgesic dan
antipiretik. Sulfaguanidin bermanfaat sebagai antibakteri. Papaverin HCL digunakan
untuk Anspasmodik. Sacharum lactis sebagai zat tambahan. Sedangkan OI. Menthae
pip digunakan untuk penghilang bau. Khasiat keseluruhan dari serbuk kering yang
dibuat yaitu untuk obat sakit perut/mules yang disertai pusing/sakit kepala.
Tergantung pada pemakaiannya, serbuk dibungkus dan diedarkan oleh ahli
farmasi dalam 2 cara umum, dalam serbuk dengan jumlah besar yang tidak terbagi-
bagi atau sebagai serbuk yang terbagi-bagi.
Tergantung pada potensial bahan obatnya, ahli farmasi menentukan apakah
tiap-tiap bagian serbuk tadi ditimbang sebelum dibungkus dalam kertas terpisah-pisah
atau ditaksir rat-ratanya saja per bagian dengan memakai metode yang disebut metode
pembagian dan blok. Metode ini hanya digunakan untuk obat yang tidak poten, ahli
farmasi menempatkan seluruh serbuk yang telah diolah di atas suatu permukaan
lempeng dari gelas atau porselen atau tatakan pembuat pil atau selembar kertas yang
lebar di atas meja untuk menyelesaikan resep dan dengan spatula yang besar
meratakan tumpukan serbuk tadi menjadi bentuk segi empat dengan ketebalan yang
sama, lalu dengan memakai spatula segi empat ini dibagi-bagi (digaris-garis) menjadi
segi empat kecil merata sebanyak yang ditentukan sehingga masing-masing segi
empat kecil tadi merupakan satu unit dosis obat. Lalu segi empat kecil ini masing-
masing dipisahkan dengan spatula dan dipindahkan ke atas kertas untuk dibungkus
(Ansel, 1989).
Serbuk yang harus dibagi tanpa penimbangan untuk menjamin pembagian
yang sama maka pembagian dilakukan paling banyak hanya 20 bungkus. Apabila
lebih dari 20 bungkus, maka serbuk dibagi dalam beberapa bagian. Dengan cara
penimbangan dan tiap bagian dibagi paling banyak menjadi 20 bungkus (Anief,
1987).
Penyimpangan berat masing-masing serbuk terdap yang lain adalah paling
besar 10%. Serbuk bagi dikemas dalam kertas perkamen. Bagi serbuk yang
mengandung zat yang higroskopis serbuk dibungkus dalam kertas berlilin dan
diserahkan dalam pot dengan tutup sekrup. Pada seerbuk yang mengandung minyak
eteris tidak digunakan kertas paraffin, sebab minyak eterisnya akan diserap, tetapi
dengan kertas perkamen kemudian dilapis lagi dengan kertas logam (kertas perak).
Keseragaman bobot dilakukan sebagai berikut: Timbang isii dari 20 bungkus satu
persatu, campur isi kedua puluh bungkus tadi dan timbang sekaligus dan hitung bobot
rata-rata. Penyimpangan antara penimbangan, satu persatu terhadap bobot isi rata-rata
tidak lebih dari 15% dari tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% untuk tiap 18
bungkus yang lain Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering
ditambah zat tambahan yang berkhasiat netral atau indifferent, seperti Saccharum
album, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 500 gram (Anief, 1987).
Kertas pembungkus serbuk ini mungkin dalam berbagai ukuran yang dapat
menampung sejumlah serbuk yang dibuat, tetapi yang umum dikenal dan terdapat di
pasaran antara lain ukuran 23/4 x 33/4 inci, 3 x 41/2 inci, 33/4 x 5 inci dan 41/2 x 6
inci. Kertas-kertas ini terdiri dari (1) kertas surat sederhana putih atau berwarna; (2)
kertas perkamen sayuran, suatu kertas tipis semi buram dengan mutu-mutu tertentu
tahan kelembapan; (3) glassine kertas transparan juga denagn mutu-mutu tertentu
tahan kelembapan dan (4) kertas lilin,kertas berlilin transparan tahan air. Penentuan
jenis kertas sepenuhnya tergantung pada sifat serbuk, apabilan mengandung unsure
higroskopis atau mudah mencair, maka kertas berlilin atau tahan air yang harus
dipakai. Dalam praktek serbuk semacam itu dibungkus rangkap, pertama denagan
kertas lilin lalu untuk penampilan estetikanya dibungkus lagi dengan kertas surat.
Kertas glassine dan perkamen mungkin hanya dipakai apabial ada keperluan
menahan kelembapan pada batas-batas tertentu. Serbuk yang mengandung
komponen-komponen mudah menyuap harus dibungkus dengan kertas lilin atau
kertas glassine. Serbuk yang tidak mengandung komponen mudah menguap dan juga
tidak mengandung ramuan-ramuan yang mudah terganggu oleh udara, biasanya
serbuk semacam ini dibungkus dengan kertas surat (Ansel, 1989).
Suatu tingkat keterampilan tertentu diperlukan untuk melipat kertas
pembungkus serbuk dan para mahasiswa harus melakukan praktek agar mendapatkan
keahlian dalam menyiapkan kertas-kertas yang bersih dan seragam.
Gambar 6. Langkah-langkah dalam melipat kertas serbuk (Ansel, 1989)
Kertas-kertas pembungkus yang terlipat harus cukup tepat dalam kotak
dengan lipatan yang seragam dan harus sama panjang dan tingginya. Pada lipatannya
tidak boleh ada serbuk dan tidak boleh ada yang mungkin berceceran oleh
guncangan-guncangan ringan. Kotak-kotak serbuk yang biasanya berengsel denagn
cara ditempel dengan lem harus dapat dibuka dengan mudah tanpa menyentuhpuncak
kertas bungkusan. Lavel serbuk ini bisa diletakkan pada wadah/kotaknya, tetapi
sebagian ahli farmasi membubuhkan label petunjuk pakai pada setiap kertas
pembungkus. Untuk keserasian dan keseragaman penampilan, sebagian ahli farmasi
menggunakan selofan atau plastic yang terdapat di pasaran sebagai dagangan untuk
menutup atau membungkus setiap dosis atau unit serbuk daripada membungkusnya
dengan kertas. Sampul ini biasanya tahan lembab dan pemakaiannya menghasilkan
produk yang manjur dan indah (Ansel, 1989).
KESIMPULAN
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang cocok.
Suatu tingkat keterampilan tertentu diperlukan untuk melipat kertas pembungkus
serbuk dan para mahasiswa harus melakukan praktek agar mendapatkan keahlian
dalam menyiapkan kertas-kertas yang bersih dan seragam. Khasiat keseluruhan dari
serbuk kering yang dibuat yaitu untuk obat sakit perut/mules yang disertai
pusing/sakit kepala.
DAFTAR PUSTAKA
Anief M. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Purwanto SL, dkk. 2008. Data Obat di Indonesia. Jakarta: PT Muliapurna Jayaterbit.
Soetarman, dkk. 1962. Farmakope Indonesia I. Jakarta: Diterbitkan Oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.