Laporan F.7

54
ALASAN KELUARGA MELAKUKAN PEMASUNGAN TERHADAP PENDERITA GANGGUAN JIWA MINI PROJECT Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Dlingo 1 oleh: dr. Indrawan Wicaksono 1

description

jiwa

Transcript of Laporan F.7

Page 1: Laporan F.7

ALASAN KELUARGA MELAKUKAN PEMASUNGAN TERHADAP

PENDERITA GANGGUAN JIWA

MINI PROJECT

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Menyelesaikan Program Internsip

Dokter Indonesia di Puskesmas Dlingo 1

oleh:

dr. Indrawan Wicaksono

Program Internsip Dokter Indonesia

Puskesmas Kalasan

9 Febuari – 9 Juni 2015

1

Page 2: Laporan F.7

ALASAN KELUARGA MELAKUKAN PEMASUNGAN TERHADAP

PENDERITA GANGGUAN JIWA

MINI PROJECT

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Menyelesaikan Program Internsip

Dokter Indonesia di Puskesmas Kalasan

oleh:

dr. Indrawan Wicaksono

Telah disetujui pada tanggal Juni 2015

Pendamping

dr. Nur Ahsani

NIP. 19700328 200701 2 012

2

Page 3: Laporan F.7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa masih menjadi masalah serius kesehatan mental di

Indonesia yang perlu mendapat perhatian lebih dari pemangku kebijakan

kesehatan nasional. Meskipun masih belum menjadi program prioritas utama

kebijakan kesehatan nasional, namun dari angka yang didapatkan dari beberapa

riset nasional menunjukkan bahwa penderita gangguan jiwa di Indonesia masih

banyak dan cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 terdapat 0,46 persen dari total populasi

Indonesia atau setara dengan 1. 093. 150 jiwa penduduk Indonesia berisiko tinggi

mengalami skizofrenia (Susanto,2013).

Hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) tahun 1995

menunjukkan bahwa gejala gangguan kesehatan jiwa pada penduduk rumah

tangga dewasa di Indonesia yaitu 185 kasus per 1.000 penduduk. Hasil SKMRT

juga menyebutkan, gangguan mental emosional pada usia 15 tahun ke atas

mencapai 140 kasus per 1. 000 penduduk, sementara pada rentang usia 5–14 tahun

ditemukan 104 kasus per 1. 000 penduduk (Antara, 2008).

Berdasarkan Riskesdas tahun 2007 dan 2013 (Gambar 1) dinyatakan

bahwa prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia masing-masing sebesar 4,6 per

mil dan 1,7 per mil. Pada tahun 2007 Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi DKI

Jakarta (20,3‰) dan terendah terdapat di Provinsi Maluku (0,9‰). Sedangkan

pada tahun 2013 prevalensi tertinggi di Provinsi DI Aceh, dan terendah di

Provinsi Kalimantan Barat.

Masih banyak penderita gangguan jiwa berat yang tidak mendapat

penanganan secara medis atau yang drop out dari penanganan medis dikarenakan

oleh faktor-faktor seperti kekurangan biaya, rendahnya pengetahuan keluarga dan

masyarakat sekitar terkait dengan gejala gangguan jiwa, dan sebagainya. Sehingga

3

Page 4: Laporan F.7

masih banyak penderita gangguan jiwa yang dipasung oleh anggota keluarganya,

agar tidak mencederai dirinya dan/atau menyakiti orang lain di sekitarnya.

Pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa masih banyak terjadi, di

mana sekitar 20. 000 hingga 30. 000 penderita gangguan jiwa di seluruh Indonesia

mendapat perlakuan tidak manusiawi dengan cara dipasung (Purwoko, 2010).

Pada tahun 2011 Menteri Kesehatan RI sudah mencanangkan program Indonesia

Bebas Pasung pada tahun 2014. Namun sampai dengan sekarang (tahun 2014)

belum terlihat penanganan yang signifikan dan komprehensif dalam penanganan

dini penderita gangguan jiwa. Program Indonesia Bebas Pasung 2014 saat ini

direvisi menjadi Program Indonesia Bebas Pasung 2019, sehingga Indonesia

dalam menentukan ketercapaian target masih ada 5 tahun lagi atau bahkan lebih

cepat karena proses ini masih berlangsung berkesinambungan dengan adanya

komitmen dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi dan

kota/kabupaten (Yud, 2014).

Data Riskesdas 2013 menunjukkan data persentase rumah tangga yang

memiliki anggota rumah tangga (ART) dengan gangguan jiwa berat yang pernah

dipasung di Indonesia sebesar 14,3 persen. Terdapat 1. 655 rumah tangga (RT)

yang memiliki keluarga yang menderita gangguan jiwa berat . Tindakan

pemasungan berdasar wawancara dari riwayat mengalami pemasungan yaitu

pengalaman pemasungan selama hidup. Metode pemasungan tidak terbatas pada

pemasungan secara tradisional dengan menggunakan kayu atau rantai pada kaki,

tetapi juga tindakan pengekangan yang membatasi gerak, pengisolasian, termasuk

mengurung dan penelantaran, yang menyertai salah satu metode pemasungan

(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Rikesda 2013 menyebutkan angka pemasungan di indonesia bervariasi

setiap provinsinya, tercatat papua memiliki persentasi tertinggi dengan angka

pasung 50%. Jogjakarta sendiri memiliki persentasi 7,7% angka pemasungan.

Keluarga adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan

dianggap paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap paling banyak

memberi pengaruh pada pasien. Sehingga keluarga sangat penting artinya dalam

perawatan dan penyembuhan pasien. Alasan utama pentingnya keluarga dalam

4

Page 5: Laporan F.7

perawatan jiwa adalah : 1. Keluarga merupakan lingkup yang paling banyak

berhubungan dengan17 pasien, 2. Keluarga (dianggap) paling mengetahui kondisi

pasien, 3. Gangguan jiwa yang timbul pada pasien mungkin disebabkan adanya

cara asuh yang kurang sesuai bagi pasien, 4. Pasien yang mengalami gangguan

jiwa nantinya akan kembali kedalam masyarakat; khususnya dalam lingkungan

keluarga, 5. Keluarga merupakan pemberi perawatan utama dalam mencapai

pemenuhan kebutuhan dasar dan mengoptimalkan ketenangan jiwa bagi pasien, 6.

Gangguan jiwa mungkin memerlukan terapi yang cukup lama, sehingga

pengertian dan kerjasama keluarga sangat penting artinya dalam pengobatan.

B. Permasalahan

Dari latar belakang diatas didapatkan permasalahan Bagaimana Peran

keluarga dalam melakukan penanganan penderita gangguan jiwa dan alasan

keluarga melakukan pemasungan terhadap penderita fangguan jiwa?

C. Tujuan

Tujuan dari mini project ini adalah

D. Manfaat

Manfaat dari mini project ini, antara lain:

1. Memberikan gambaran masalah depresi pada remaja di Panti

Asuhan Griya Kasih Victory Kalasan melalui deteksi dini.

2. Menjadi bahan masukan kepada Puskesmas Kalasan dalam

pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terkait masalah

depresi pada remaja.

3. Menjadi bahan masukan maupun sebagai data dasar dalam mini

project-mini project ataupun penelitian-penelitian selanjutnya dan

pengembangan ilmu pengetahuan.

5

Page 6: Laporan F.7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Depresi

1. Definisi

Menurut Kaplan dan Sadock’s (2003) depresi adalah suatu

keadaan jiwa dengan ciri sedih, kehilangan energi, merasa bersalah,

susah berkonsentrasi, kehilangan nafsu makan, dan keinginan untuk

bunuh diri. Tanda yang lain adalah perubahan aktivitas, kemampuan

kognitif, berbicara, dan fungsi vegetatif (tidur, aktivitas seksual, dan

ritme biologis), gangguan interpersonal, sosial, dan pekerjaan10.

Depresi atau melankolia adalah suatu kesedihan dan perasaan duka

yang berkepanjangan atau abnormal, yang dapat digunakan untuk

menunjukkan berbagai fenomena, seperti tanda, gejala, sindrom,

keadaan emosional, reaksi, penyakit, atau identitas klinis15.

Depresi merupakan suatu gangguan alam perasaan (suasana

hati atau mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang

berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga,

merasa hidupnya hampa dan tidak ada harapan, pemikirannya

berpusat pada kegagalan dan kesalahan diri atau menuduh diri, dan

sering disertai iri dan pikiran bunuh diri. Penderita depresi sering

tidak berminat pada penampilan diri dan aktivitas sehari-hari17.

Depresi sering juga disebut sebagai depresi berat (major

depression), gangguan depresi mayor (major depressive disorder)

atau depresi klinis (clinical depression). Depresi mempengaruhi

perilaku, pola pikir dan perasaan seseorang yang terserang. Depresi

sering mengganggu kegiatan sehari-hari dan dapat menyebabkan

seseorang merasa bahwa sudah tidak ada lagi guna bagi dirinya

untuk terus hidup17.

Hampir semua orang, baik anak maupun dewasa, terkadang

merasa sedih atau muram. Merasa sedih adalah reaksi normal

6

Page 7: Laporan F.7

terhadap pengalaman yang menimbulkan stres atau tidak

menyenangkan. Bila perasaan ini menetap, atau mendominasi dan

memengaruhi seluruh hidup, ini bisa menjadi penyakit. Penyakit ini

disebut depresi16.

2. Epidemiologi

Penelitian WHO pada tahun 2000 memperlihatkan bahwa

depresi merupakan kontributor ke empat dari beban penyakit global

(global burden of desease). Pada tahun 2020 diperkirakan depresi

akan menanjak menempati ranking ke dua dari beban penyakit

global yang menyerang semua umur, baik laki-laki mau pun

perempuan. Dan pada tahun 2030 diperkirakan depresi akan

menjadi penyebab utama bagi gangguan kesehatan6.

Menurut Hawari (2001) depresi menjadi penyebab utama

tindakan bunuh diri dan tindakan ini menduduki urutan ke enam dari

penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat,

1,3 juta remaja antara 15-19 tahun mengalami depresi setiap

tahunnya. Menurut Kessler et al. (2005) tingkat depresi pada remaja

umumnya sebanding dengan yang diamati antara orang dewasa.

Prvalensi depresi pada usia 15-18 tahun adalah 14% dan untuk

depresi ringan 11% dan umur 18-26 tahun prevalensi depresi adalah

16,6%8.

Dahulu adanya gangguan depresi pada anak diragukan oleh

karena anggapan bahwa superego anak yang imatur tidak

memungkinkan berkembangnya gangguan depresi. Namun hasil

pertemuan Union of European Pedopsychiatrists menyimpulkan

bahwa gangguan depresi pada anak memiliki proporsi yang

bermakna dari gangguan mental pada anak dan remaja8. Depresi

jarang diderita anak berusia di bawah 12 tahun, tetapi meningkat di

usia setelahnya, ditemukan pada 5 dari 100 remaja16.

7

Page 8: Laporan F.7

3. Etiologi

Ada lima faktor yang diketahui sebagai faktor penyebab

depresi, yaitu12:

a. Faktor Psikologis

Menurut teori Psikoanalitik dari Freud (1917) dan Psikodinamik

dari Abraham (1927) depresi disebabkan karena kehilangan obyek

cinta, kemudian individu mengadakan introyeksi yang ambivalen

dari obyek cinta tersebut atau rasa marah diarahkan pada diri

sendiri. Sementara Beck (1974) dengan model cognitive-

behavioral-nya menyatakan bahwa depresi terjadi karena

pandangan yang negatif terhadap diri sendiri, interpretasi yang

negative terhadap pengalaman hidup dan harapan yang negatif

terhadap diri sendiri dan masa depan. Ketiga pandangan ini

menyebabkan timbulnya depresi, rasa tidak berdaya dan putus

asa. Penyebab depresi apada anak usia remaja mirip dengan

orang dewasa, biasanya karena triad cognitive yaitu: perasaan

tidak berharga (worthlessness), tidak ada yang menolong dirinya

sendiri (helplessness), dan tidak ada harapan (hopelessness).

Sedangkan menurut teori belajar “merasa tidak berdaya” (learned

helplessness model) dari Seligman (1975) depresi terjadi bila

seorang individu mengalami suatu peristiwa yang tidak dapat

dikendalikannya, kemudian merasa tidak mampu pula menguasai

masa depan12.

b. Faktor Biologis

Faktor ini terdiri atas faktor neurokimia dan neuroendokrin. Faktor

neurokimia, yaitu mono-amine neurotransmitters, kekurangan zat

ini bisa menyebabkan timbulnya depresi. Faktor neuroendokrin

bisa berasal dari terjadinya disfungsi dalam sistem penyaluran

rangsang dari hipotalamus ke hipofisis dan target organ lain,

gangguan ritme biologis, meningkatnya kardar hormon

pertumbuhan secara berlebihan serta gangguan tiroid12.

8

Page 9: Laporan F.7

c. Faktor Neuroimunologis

Pada orang dewasa sering ditemukan gangguan dalam bidang

imunologis sehingga lebih mudah terjadi infeksi pada susunan

syaraf pusat. Kemungkinan lain adalah bahwa zat-zat imunologis

tersebut terlalu aktif sehingga menimbulkan kerusakan pada

susunan saraf pusat. Hal ini sangat jarang terjadi pada anak dan

remaja12.

d. Faktor Genetik

Depresi bisa disebabkan oleh faktor keturunan. Risiko untuk

terjadinya depresi meningkat antara 20 – 40 % untuk keluarga

keturunan pertama. Dapat dikatakan bahwa anak-anak dari

orangtua yang depresi psikotik dan depresi nonpsikotik terdapat

insiden yang tinggi dari gejala depresi ini. Memiliki satu orangtua

yang mengalami depresi, meningkatkan resiko dua kali pada

keturunannya. Resiko itu meningkat menjadi empat kali bila kedua

orang tuanya sama-sama mengalami depresi12.

e. Faktor Psikososial

Anak remaja dalam lingkungan keluarga yang broken home,

jumlah saudara banyak, status ekonomi orangtua rendah,

pemisahan orangtua dengan karena meningggal atau perceraian

serta buruknya fungsi keluarga, merupakan faktor psikososial

yang dapat menyebabkan anak remaja mengalami depresi12.

4. Faktor Risiko

Ada beberapa faktor yang diduga sebagai faktor resiko

terkena depresi, yaitu17:

a. Kesepian atau keterasingan (loneliness)

b. Pengalaman hidup yang menekan (stressful) akhir akhir ini

c. Kurangnya dukungan sosial

d. Riwayat penyakit depresi pada keluarga

e. Perbedaan biologis (neurotransmitter atau hormonal)

9

Page 10: Laporan F.7

f. Adanya masalah keluarga atau masalah perkawinan

g. Masalah keuangan

h. Adanya trauma atau pelecehan pada masa kanak kanak

i. Menganggur atau tidak punya pekerjaan

j. Penyalah gunaan obat atau narkotika

k. Pola pikir yang negatif.

5. Gambaran Klinis

Gambaran klinis depresi pada remaja, antara lain2:

a. Mood Disforik (Labil dan Mudah Tersinggung) dan Afek

Depresif

Gejolak mood pada remaja adalah normal, tapi pada kondisi

depresi menjadi lebih nyata, mood disforik dan sedih lebih sering

tampak. Kecenderungan untuk marah-marah dan perubahan

mood meningkat2.

b. Pubertas

Depresi kronis yang dialami sejak remaja awal, kemungkinan

akan mengalami kelambatan pubertas, terutama pada depresi

yang disertai dengan kehilangan berat badan dan anoreksia.

Remaja yang mengalami depresi lebih sulit menerima atau

memahami tanda-tanda pubertas yang muncul. Perubahan

hormonal yang disertai stres lingkungan, dapat memicu timbulnya

depresi yang dalam dan kemungkinan munculnya perilaku bunuh

diri. Mimpi basah dan mimpi yang berhubungan dengan incest

(hubungan seksual antar anggota keluarga), dapat menambah

beban rasa bersalah pada remaja yang depresi. Periode

menstruasi pada remaja wanita yang mengalami depresi,

mungkin terlambat, tidak teratur, atau disertai dengan timbulnya

rasa sakit yang hebat dan perasaan tidak nyaman. Mood yang

disforik sering nampak pada periode pramenstrual, Remaja

wanita yang mengalami depresi mungkin merasa murung (feeling

10

Page 11: Laporan F.7

blue), sedih (down in the dump), menangis tanpa sebab, menjadi

sebal hati (sulky and pouty), mengurung diri di kamar, dan lebih

banyak tidur2.

c. Perkembangan Kognitif

Disorganisasi fungsi kognitif pada remaja yang bersifat

sementara, menjadi lebih nyata pada kondisi depresi. Pada

remaja awal yang mengalami depresi, terdapat keterlambatan

perkembangan prosespikir abstrak yang biasanya muncul pada

usia sekitar 12 tahun. Pada remaja yang lebih tua, kemampuan

yang baru diperoleh ini akan menghilang atau menurun. Prestasi

sekolah sering terpengaruh bila seorang remaja biasanya

mendapat hasil baik di sekolah, tiba-tiba prestasinya menurun,

depresi harus dipertimbangkan sebagai salah satu faktor

penyebabnya. Membolos, menunda menyelesaikan tugas,

perilaku yang mudah tersinggung didalam kelas, tidak peduli

terhadap hasil yang dicapai dan masa depan, dapat merupakan

gejala awal dari depresi pada remaja2.

d. Harga diri

Pada remaja, kondisi depresi memperkuat perasaan rendah diri.

Rasa putus asa dan rasa tidak ada yang menolong dirinya makin

merendah kan harga diri. Pada satu saat remaja yang depresi

mencoba untuk melawan perasaan rendah dirinya dengan

penyangkalan, fantasi, atau menghindari kenyataan realitas

dengan menggunakan NAPZA2.

e. Perilaku Antisosial

Membolos, mencuri, berkelahi, sering mengalami kecelakaan,

yang terjadi terutama pada remaja yang sebelumnya mempunyai

perilaku yang baik, mungkin merupakan indikasi adanya depresi2.

f. Penyalahgunaan NAPZA

Kebanyakan remaja yang depresi cenderung menyalahgunakan

NAPZA, misalnya ganja, obat-obat yang meningkat mood

11

Page 12: Laporan F.7

(amfetamin), yang menurunkan mood (barbiturat, tranquilizer,

hipnotika) dan alkohol. Akhir-akhir ini banyak digunakan heroin,

kokain dan derivatnya serta halusinogen2.

g. Perilaku Seksual

Secara umum remaja yang mengalami depresi tidak

menunjukkan minat untuk kencan atau mengadakan interaksi

heteroseksual. Namun ada juga remaja yang mengalami depresi

menjadi berperilakuberlebihan dalam masalah seksual, atau

menjalani pergaulan bebas, sebagai tindakan defensif untuk

melawan depresinya, Beberapa remaja menginginkan kehamilan

sebagai kompensasi terhadap objek yang hilang atau rasa

rendah dirinya. Remaja yang mengalami depresi ada

kemungkinan kawin muda untuk menghindari konflik dalam

keluarga. Seringkali perkawinan ini malah memperkuat

depresinya2.

h. Kesehatan Fisik

Remaja yang mengalami depresi, tampak pucat, lelah dan tidak

memancarkan kegembiraan dan kebugaran, Seringkali mereka

mempunyai banyak keluhan fisik, seperti sakit kepala, sakit

lambung, kurang nafsu makan, dan kehilangan berat badan tanpa

adanya penyebab organik, Remaja yang mengalami depresi

biasanya tidak mengekspresikan perasaannya secara verbal,

namun lebih banyak keluhan fisik yang diutarakan , sehingga hal

ini biasanya merupakan satu-satunya kondisi yang membawanya

datang ke dokter. Sensitivitas dari sang dokter dalam

menemukan mood yang disforik ataupun depresi akan dapat

mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri pada remaja2.

i. Berat Badan

Penurunan berat badan yang cepat dapat merupakan indikasi

adanya depresi. Harga diri yang rendah dan kurangnya perhatian

12

Page 13: Laporan F.7

pada perawatan dirinya, atau makan yang berlebihan dapat

menyebabkan obesitas, merupakan tanda dari depresi2.

j. Perilaku Bunuh Diri

Remaja yang mengalami depresi mempunyai kerentanan tinggi

terhadap bunuh diri. Penelitian di Kentucky, Amerika Serikat,

menyebutkan sekitar 30% dari mahasiswa tingkat persiapan dan

pelajar sekolah menengah atas pernah berpikir serius tentang

percobaan bunuh diri dalam satu tahun terakhir saat diteliti, 19 %

mempunyai rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri, dan

11% telah mencoba melakukan bunuh diri (Jennings 1990,

seperti dikutip Shafii) 2.

6. Penatalaksanaan

Pendekatan biopsikososial digunakan dalam mengobati

remaja yang mengalami depresi. Pendekatan ini meliputi psikoterapi

(individual, keluarga, dan kelompok), farnakoterapi,

remedial/edukatif, dan pelatihan keterampilan sosial. Sebelum

memulai suatu bentuk terapi, sebaiknya dipertimbangkan dengan

hati-hati. Adanya obsesi untuk bunuh diri harus diobservasi dengan

cermat dan sebaiknya pasien di rawat inap. faktor lain seperti

kemampuan untuk berfungsi atau stabilitas keluarga merupakan

faktor yang harus dipertimbangkan untuk merawat inapkan remaja

ini. Untuk farmakoterapi, contoh obat yang ada di Indonesia, antara

lain2:

- Imipramine 25-125 mg/hari

- Clomipramine 25-200 mg/hari

- Fluoxetine 10-80 mg/hari

- Fluoxamine 100-300 mg/hari

- Sertraline 50-200 mg/hari

- Moclobemide 150-300 mg/hari

13

Page 14: Laporan F.7

B. Remaja

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa

kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun.

Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10–14 tahun), masa remaja

penengahan (14–17 tahun) dan masa remaja akhir (17–9 tahun), Pada

masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis psikologis

maupun sosial. Tetapi umumnya prosespematangan fisik terjadi lebih

cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial) 2.

Menurut Sarwono (2011), seiring dengan masa

perkembangannya maka remaja memiliki tugas perkembangan yaitu

dituntut untuk mempersiapkan diri dalam memasuki masa tersebut agar

remaja dapat memiliki keutuhan pribadi dalam arti yang seluas-luasnya.

Proses perubahan karena pengalaman dan usia merupakan hal yang

terjadi karena dalam proses pematangan kepribadiannya, remaja demi

sedikit memumculkan ke permukaan sifat-sifat yang sebenarnya, yang

harus berbenturan dengan rangsangan-rangsangan dari luar. Berbagai

bentuk benturan antara diri individu remaja dengan rangsangan dari

luar ini merupakan bagian dari tugas perkembangan yang harus dijalani

oleh remaja sebagai bagian dari lingkungannya13.

Adanya tugas-tugas perkembangan bagi remaja tersebut dapat

membuat remaja merasakan beban dalam kehidupannya13.

Sebagaimana dinyatakan oleh Sofia (2009) bahwa pertumbuhan fisik

masa remaja akan diikuti oleh adanya gejolak dan permasalahan baik

secara medis maupun psikososial. Gejolak dan permasalahan ini dapat

disebabkan oleh kondisi remaja yang sedang mencari jati diri terhadap

norma-norma baru yang berlaku di dalam lingkungannya. Remaja yang

tidak mampu menyesuaikan diri dengan peran barunya tersebut dapat

membuat dirinya labil dan emosional bahkan dapat membuat frustasi

dan depresi hingga berperilaku yang merugikan baik bagi diri sendiri

maupun orang lain13.

14

Page 15: Laporan F.7

Orang tua memerlukan dukungan dalam membekali remajanya.

Puskesmas dapat membantu orang tua, remaja, guru, dan pihak

lainnya untuk dapat mengatasi remaja bermasalah atau mencegah

terjadinya masalah. Dalam ketiga fungsinya yaitu pelayanan medis,

penggerakan masyarakat, dan pembinaan wilayah, puskesmas sangat

berperan2.

15

Page 16: Laporan F.7

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu

penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai fenomena

yang ditemukan, baik yang berupa faktor risiko maupun efek atau

hasil. Data hasil penelitian disajikan apa adanya, peneliti tidak

menganalisis mengapa fenomena itu terjadi. Rancangan penelitian

ini adalah potong lintang atau cross sectional study, peneliti

melakukan observasi atau pengukuran pada satu saat tertentu14.

B. Topik Penelitian

Topik penelitian ini adalah “Deteksi Dini Masalah Depresi

Pada Remaja Di Panti Asuhan Griya Kasih Victory Kalasan”.

.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Griya Kasih Victory

Kalasan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 4

Desember 2013.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah remaja yang tinggal di Panti

Asuhan Griya Kasih Victory Kalasan baik laki-laki atau perempuan

dengan kriteria sebagai berikut:

a. Berumur 10-17 tahun

b. Dapat berkomunikasi dengan baik dan memahami pertanyaan

dalam kuesioner yang dibagikan

c. Bersedia mengikuti penelitian ini dan menandatangi informed

consent

16

Page 17: Laporan F.7

E. Instrumen Penelitian

1. Alat-alat pencatat (pulpen, kertas, dan notebook).

2. Kuesioner, yang terdiri dari 3 bagian:

- Permohonan Kesediaan Menjadi Peserta Penelitian

- Surat Pernyataan Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

- Children Depression Inventory (CDI)1

CDI menurut Kovacs (1992) adalah salah satu instrument yang

paling sering digunakan untuk mengkaji gejala depresi pada

anak dan remaja. CDI digunakan untuk mengkaji dan

mendeteksi depresi pada anak berusia 7 hingga 17 tahun.

Pada anak yang didiagnosis depresi, CDI dapat digunakan

untuk mengukur perubahan dan mengevaluasi gejala depresi.

CDI terdiri dari skala yang menggambarkan gejala depresi

anak. CDI sudah tervalidasi. CDI dijawab dengan cara

mencocokkan dengan perasaan dan pikiran dalam 2 minggu

terakhir ini. Dalam instrument ini ada 27 pertanyaan yang dibagi

menjadi 5 dimensi sebagai berikut:

1. Negative mood, yaitu pertanyaan nomor 1, 10, 11, 16, 17,

18, 19, 20, dan 21.

2. Masalah interpersonal, yaitu pertanyaan nomor 12, 15, 22,

23, dan 27.

3. Ineffectiveness, yaitu pertanyaan nomor 2, 3, 9, 13, dan 26.

4. Harga diri negatif, yaitu pernyataan nomor 6, 8, 14, dan 25.

5. Anhedonia, yaitu pernyataan nomor 4, 5, 7, dan 24.

Penilaian untuk tiap pernyataan adalah:

1. nilai 0 berarti normal, tidak ada gejala

2. nilai 1 berarti gejala sedang

3. nilai 2 berarti gejala berat

Pernyataan favourable merupakan setiap jawaban dalam

kelompok pernyataan pikiran dan perasaan yang mempunyai

urutan nilai 0, 1, 2, yaitu pada pernyataan nomor 1, 3, 4, 6, 9,

17

Page 18: Laporan F.7

12, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 26, dan 27. Sedangkan pernyataan

unfavourable merupakan setiap jawaban dalam kelompok

pernyataan pikiran dan perasaan yang mepunyai urutan nilai 2,

1, 0, yaitu pada pernyataan nomor 2, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 15, 16,

18, 21, 24, dan 25. Rentang nilai adalah 0-541.

Seseorang dikatakan mempunyai kecenderungan depresi bila

memiliki nilai 13 atau lebih, sedangkan nilai 0-12 menunjukkan

tidak depresi1.

F. Definisi Operasional

1. Remaja dalam penelitian ini adalah orang yang berusia 10-17

tahun.

2. Masalah depresi adalah kumpulan dari gejala depresi yang dinilai

berdasarkan kuesioner CDI.

3. Children Depression Inventory (CDI) adalah suatu kuesioner

untuk mengevaluasi ada tidaknya masalah depresi pada anak

dan remaja. Seseorang dikatakan mempunyai kecenderungan

depresi bila memiliki nilai 13 atau lebih, sedangkan nilai 0-12

menunjukkan tidak depresi.

4. Umur adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam

satuan tahun.

5. Jenis kelamin terdiri atas laki-laki dan perempuan.

G.Jalannya Penelitian

Penelitian dilakukan dengan cara membagikan kuesioner

kepada para subjek penelitian. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu

kepada subjek penelitian mengenai penelitian ini. Kemudian subjek

penelitian diminta untuk mengisi identitas dan menandatangani

informed consent. Selanjutnya semua kuesioner dikumpulkan dan

data diolah.

18

Page 19: Laporan F.7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Komunitas Umum

Puskesmas Kalasan terletak di Kecamatan Kalasan Kabupaten

Sleman. Kecamatan Kalasan terdiri atas 4 desa dan 80 dusun dengan

jumlah penduduk pada tahun 2013 sebanyak 73.734 jiwa. Laju

pertumbuhan kecamatan Kalasan sebesar 1,41% dengan kepala

keluarga 3.9973.

Pada tahun 2011, penyakit sistem pernafasan menduduki

peringkat pertama pada 10 besar penyakit terbanyak di Puskesmas

Kalasan. Penyakit yang paling sedikit adalah penyakit mata. Diabetes

Mellitus tipe II termasuk dalam gangguan endokrin, nutrisi, dan

metabolik, menduduki peringkat ke 5. Pola penyakit pasien berusia

lebih dari 60 tahun pada tahun 2011 didominasi oleh penyakit tekanan

darah tinggi atau hipertensi. Gangguan endokrin, nutrisi, dan metabolik

menduduki peringkat ke 73.

B. Keadaan Geografis

Kecamatan Kalasan merupakan wilayah Kabupaten Sleman

bagian timur, dengan batas-batas4:

- Sebelah utara : Kecamatan Ngemplak

- Sebelah selatan : Kecamatan Berbah

- Sebelah barat : Kecamatan Depok

- Sebelah tenggara : Kecamatan Prambanan Sleman

- Sebelah timur laut : Kecamatan Prambanan Klaten

Luas wilayah Kecamatan Kalasan Seluas 3.480,00 ha, terdiri dari

4 desa dan 80 pedukuhan yaitu Purwomartani (1390), Tirtomartani

(753), Selomartani (896) dan Tamanmartani (730) 4.

19

Page 20: Laporan F.7

Peta Kecamatan Kalasan

C. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk 76237 jiwa dengan kepadatan 2127 jiwa/km24.

NO DESA

Bayaknya

Kepala

Keluarga

Banyaknya

Penduduk

Rata-rata jiwa

tiap Keluarga

1 Purwomartani 9.447 33.613 4

2 Tirtomartani 4.812 13.264 3

3 Tamanmartani 4.791 15.205 3

4 Selomartani 3.420 11.652 3

Jumlah 22.470 73.734 3

Tabel 1. Jumlah Penduduk per Desa4

NO DESA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Purwomartani 17.168 17.370 34.538

2 Tirtomartani 6.847 6.968 13.815

3 Tamanmartani 7.731 7.975 15.706

4 Selomartani 6.039 6.139 12.178

Jumlah 37.785 38.452 76.237

Tabel 2. Jumlah Penduduk per Desa menurut jenis kelamin4

20

Page 21: Laporan F.7

NO DESA JUMLAH

1 Purwomartani 10.667

2 Tirtomartani 5.235

3 Tamanmartani 4.988

4 Selomartani 3.707

Jumlah 24.597

Tabel 3. Jumlah KK per Desa4

NO DESA Islam Kristen Katolik Hindu Budha JUMLAH

1 Purwomartani 30.933 603 2.983 19 0 34.538

2 Tirtomartani 12.316 284 1.195 17 3 13.815

3 Tamanmartani 14.851 358 489 8 0 15.706

4 Selomartani 11.943 143 75 14 3 12.178

Jumlah 70.043 1.388 4.742 58 6 76.237

Tabel 4. Jumlah Penduduk menurut Agama per Desa4

1. Mobilitas Penduduk4

Mobilitas penduduk ditujukan oleh angka kelahiran, angka kematian

dan migrasi penduduk.

Jumlah Kelahiran = 855 jiwa

Jumlah Kematian = 304 jiwa

2. Indikator Derajat Kesehatan4

a. Usia harapan hidup. rata-rata tahun: 74.62

b. Jumlah Bayi lahir mati : 1 bayi

c. Kematian Neonatus: 4 bayi

d. Jumlah kematian ibu: 1 ibu

e. Jumlah kematian bayi: 4 bayi

21

Page 22: Laporan F.7

D. Sarana Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan yang Tersedia4

Sarana dan tenaga yang ada di Puskesmas Kalasan meliputi:

1. Sarana kesehatan milik pemerintah yaitu:

Puskesmas terdiri dari:

Puskesmas Induk : Luas tanah 1.648 m luas bangunan 910 m

Pustu Tirtomartani : Luas tanah 1.281 m luas bangunan 910 m

Pustu Tamanmartani : Luas tanah 800 m luas bangunan 196 m

Pustu Selomartani : Luas tanah 570 m luas bangunan 98 m

Poskesndes Tamanmartani : Luas tanah 90 m luas bangunan 54 m

Poskesndes Selomartani : Luas tanah 90 m luas bangunan 54 m

Rumah Dinas Dokter : Luas tanah 880 m luas bangunan 54 m

Mobil Puskesmas Keliling : 2 buah

Sepeda motor : 9 buah

2. Sarana Kesehatan swasta yaitu:

Rumah sakit : 3 RS

Dokter praktek : 31 dokter

Bidan praktek : 26 bidan

Klinik : 3 buah

Apotek/Toko Obat : 6 buah

3. Ketenagaan di Puskesmas Kalasan

Dokter Umum : 2 orang

Psikologi : 1 orang

Dokter Gigi : 2 orang

Rekam Medis : 2 orang

Bidan : 14 orang

Jaga Malam : 1 orang

Perawat :10 orang

Petugas Farmasi : 4 orang

Perawat gigi : 3 orang

Sanitarian : 2 orang

Petugas Gizi : 2 orang

22

Page 23: Laporan F.7

Analis : 2 orang

Pengemudi : 1 orang

Satpam : 1 orang

Cleaning Service : 4 orang

Epidemolog : 1 orang

Staf TU : 7 Orang

4. Fasilitas peran serta masyarakat

Posyandu : 102

Kader Aktif : 605 kader

Status Kemandirian Posyandu:

a. Pratama : 16

b. Madya : 39

c. Purnama : 38

d. Mandiri : 10

5. Fasilitas Pendidikan

TK : 47

SDN/swasta/MI/SLB : 36

SMPN/Swasta/Mts : 8

SLTAN/Sawasta/MA/SMK : 8

Perguruan Tinggi : 2

D. Keadaan Sosial – Ekonomi4

1. Mata Pencaharian Penduduk:

- Petani Sendiri : 9.628 orang

- Buruh Tani : 3.497 orang

- Pengusaha : 632 orang

- Buruh Industri : 1.298 orang

- Buruh bangunan : 1.458 orang

- Pedagang : 1.336 orang

- Pengangkutan : 2.215 orang

- PNS/TNI/Polri : 3.670 orang

23

Page 24: Laporan F.7

- Pensiunan : 1.351 orang

- Lain-lain : 7.779 orang

2. Tingkat Pendidikan:

Tidak/belum tamat SD: 8.123 Orang

- Tamat SD : 7.521 Orang

- SLTP : 9.096 Orang

- SLTA : 32.282 Orang

- Akademi/Perguruan tinggi: 5.585 Orang

3. Jumlah murid/mahasiswa:

- TK : 2.154 murid

- SD/MI : 6.994 murid

- SLTP : 2.644murid

- SLTA : 2.171 murid

- Akademi/PT : Tidak ada data Mahasiswa

- Lain-lain : 7.471 Orang

E. Hasil dan Pembahasan

Subjek penelitian berjumlah 27 orang remaja yang tinggal di di

Panti Asuhan Griya Kasih Victory Kalasan. Berdasarkan tabel 5,

tampak bahwa subjek penelitian terdiri atas 15 orang (55,56%) laki-laki

dan 12 orang (44,44%) perempuan.

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-Laki 15 55,56

Perempuan 12 44,44

Tabel 5. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Selanjutnya berdasarkan tabel 6, terlihat bahwa 8 orang subjek

penelitian (29,63%) mengalami kecenderungan depresi dan 19 orang

(70,37%) tidak mengalami kecenderungan depresi. Dan dari 8 orang

24

Page 25: Laporan F.7

yang memiliki kecenderungan depresi, terlihat bahwa 5 orang (63,5%)

adalah perempuan dan 3 orang (37,5%) adalah laki-laki (tabel 7).

Kecenderungan

DepresiJumlah (orang) Persentase (%)

Ya 8 29,63

Tidak 19 70,37

Tabel 6. Jumlah Remaja dengan Kecenderungan Depresi dan Tidak

Remaja dengan

Kecenderungan

Depresi

Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 3 37,5

Perempuan 5 63,5

Tabel 7. Jenis Kelamin Remaja dengan Kecenderungan Depresi

Menurut penelitian ini terdapat 29,63% subjek penelitian

mengalami kecenderungan depresi dan 63,5%-nya adalah perempuan.

Hasil ini hampir mendekati hasil yang dilaporkan oleh Husada (2012)

yang menyatakan bahwa terdapat 31,5% anak dan remaja memiliki di

sekolah favorit Kota Medan memiliki sindrom depresif. Husada (2012)

juga melaporkan bahwa sindrom depresif paling banyak terjadi pada

anak dan remaja di sekolah dengan jenis kelamin perempuan (95,1%)

daripada laki-laki. Terdapat perbedaan bermakna pada sindroma

depresif berdasarkan jenis kelamin (p=0,009). Hasil ini juga sejalan

dengan yang dilaporkan oleh Emsli et al. (1990) yang menilai gejala-

gejala depresi pada murid-murid sekolah menengah, menemukan

bahwa perempuan hispanik lebih depresi , sedangkan laki-laki kulit

putih lebih jarang mengalami depresi. Jenis kelamin wanita, berada di

kelas bagian belakang, dan etnis selain kulit putih ditemukan memiliki

simtom-simtom depresif yang lebih tinggi9.

25

Page 26: Laporan F.7

F. Intervensi

Mini project “Deteksi Dini Masalah Depresi Pada Remaja di Panti

Griya Kasih Victory Kalasan” ini merupakan suatu penelitian deskriptif

dengan rancangan cross sectional. Tujuan dari mini project ini adalah

melakukan deteksi dini masalah depresi pada remaja di Panti Asuhan

Griya Kasih Victory Kalasan. Selanjutnya akan dilakukan tata laksana

(intervensi) sesuai hasil temuan, berupa:

1. Pencegahan bagi remaja yang tidak memiliki kecenderungan

depresi.

2. Rujukan ke pelayanan kesehatan bagi remaja yang memiliki

kecenderungan depresi.

Terhadap hasil di atas, peneliti sudah melakukan intervensi, yaitu

melakukan pencegahan bagi remaja yang tidak memiliki

kecenderungan depresi dengan cara mengadakan penyuluhan dan

mengajarkan teknik relaksasi. Kegiatan ini sudah dilaksanakan pada

tanggal 14 Desember 2013 di Panti Asuhan Griya Kasih Victory

Kalasan. Selanjutnya bagi remaja yang memiliki kecenderungan

depresi, peneliti menyarankan kepada pimpinan panti asuhan tersebut

untuk membawa mereka ke fasilitas kesehatan, misalnya Puskesmas

Kalasan.

26

Page 27: Laporan F.7

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terdapat remaja di Panti Asuhan Griya Kasih Victory yang memiliki

kecenderungan depresi.

2. Jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki di

antara remaja di Panti Asuhan Griya Kasih Victory yang memiliki

kecenderungan depresi.

B. Saran

1. Puskesmas Kalasan disarankan untuk melakukan intervensi lebih

lanjut terhadap remaja di Panti Asuhan Griya Kasih Victory Kalasan

terkait kecenderungan depresinya.

2. Puskesmas Kalasan disarankan untuk melakukan kegiatan deteksi

dini terhadap depresi semacam ini kepada remaja di wilayah Kalasan

supaya bisa diketahui lebih dini dan bisa dilakukan intervensi dengan

segera.

3. Puskesmas Kalasan disarankan untuk selalu siap memberikan

informasi dan bantuan bagi remaja dan masyarakat yang

membutuhkannya terkait kasus depresi.

27

Page 28: Laporan F.7

DAFTAR PUSTAKA

1. Ardhyani, D.M., 2012. Kecenderungan Depresi pada Anak Usia Sekolah Pascabencana Erupsi Gunung Merapi di Kelurahan Glagaharjo Yogyakarta. FK UGM, Yogyakarta.

2. Departemen Kesehatan RI. Tanpa Tahun. Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja (Pegangan Bagi Dokter Puskesmas). Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

3. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011. Profil UPT Puskesmas Kalasan. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Sleman.

4. Dinkes Kabupaten Sleman, 2014. Laporan Tahunan Pelaksanaan Program Pelayanan Konsultasi Psikologi Puskesmas Kalasan Tahun 2013. Dinkes Kabupaten Sleman, Sleman.

5. Fatmawati, F. dan Wahyuningsih, H., 2008. Hubungan antara Konflik Orangtua (Ayah – Ibu) - Anak dengan Depresi pada Remaja. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

6. Fitri, S., 2011. Mengenali dan Menangani Depresi pada Siswa: Rambu-rambu bagi Konselor Sekolah di Sekolah. UNJ, Jakarta.

7. FK UGM, 2007. Panduan Akademik 2007-2008. FK UGM, Yogyakarta.8. Gustina, E., 2011. Korban Bullying dan Depresi pada Siswa Sekolah

Menengah Pertama di Kota Yogyakarta. FK UGM, Yogyakarta.9. Husada, M.S., 2012. Hubungan Usia dan Jenis Kelamin Terhadap

Sindrom Depresif di Sekolah Favorit Kota Medan. USU, Medan.10. Kaplan, H.I. dan Sadock’s, B.J., 2003. Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.

11. Lubis, A., 2008. Sindrom Depresif pada Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan. Departemen Psikiatri FK USU, Medan.

12. Mardiya. Tanpa Tahun. Persoalan Depresi pada Remaja. Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Kelembagaan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BPMPDP dan KB Kabupaten Kulon Progo, Wates.

13. Safitri, Y., dan Hidayati, E., 2013. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Depresi Remaja di SMK 10 November Semarang. Jurnal Keperawatan Jiwa 1(1):11-17.

14. Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi ke-3. Sagung Seto, Jakarta.

15. Stuart, G.W., 2007. Buku Saku Keperawatan JIwa, edisi 5. EGC, Jakarta.

16. Sulawesi Project, 2012. Information on Depression. Diunduh dari: www.sulawesiproject.nl / [email protected]

17. Tirto Jiwo, 2012. Depresi: Panduan Bagi Pasien, Keluarga dan Teman Dekat. Pusat Pemulihan dan Pelatihan Bagi Penderita Gangguan Jiwa, Purworejo.

28

Page 29: Laporan F.7

LAMPIRAN

1. Kuesioner yang Dibagikan kepada Subjek Penelitian

PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Kepada:

Para Remaja di Panti Griya Kasih Victory

di Kalasan

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : dr. Syafarudin Nur

Status : Dokter Internsip Puskesmas Kalasan Periode 1 September – 31 Desember 2013

Akan melakukan penelitian yang berjudul “Deteksi Dini Masalah Depresi Pada Remaja di Panti Griya Kasih Victory Kalasan”. Anda akan mengisi kuesioner yang disebut Children Depression Inventory (CDI) untuk mengetahui apakah Anda memiliki gejala-gejala depresi atau tidak, karena belakangan gangguan tersebut sering ditemukan pada anak dan remaja. Setelah data diperoleh dan dianalisis, akan dilakukan suatu intervensi sesuai dengan hasil analisis data tersebut.

Dengan ini saya mengharapkan kesediaan Anda untuk turut berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuan dan bersedia mengisi kuesioner. TIDAK ADA JAWABAN YANG BENAR ATAU SALAH sepanjang mencerminkan keadaan Anda yang sebenarnya. Jawaban yang Anda berikan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Demikian permohonan ini saya sampaikan. Atas partisipasi Anda diucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Peneliti

dr. Syafarudin Nur

29

Page 30: Laporan F.7

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan*

Umur :

Sekolah :

Kelas :

Telah menerima dan mengerti penjelasan tentang penelitian yang berjudul “Deteksi Dini Masalah Depresi Pada Remaja di Panti Griya Kasih Victory Kalasan”. Untuk itu saya bersedia menjadi peserta penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kalasan, 4 Desember 2013

Peserta Penelitian

(…………………………………..)

*coret yang tidak sesuai

30

Page 31: Laporan F.7

KUESIONER PENELITIAN

Children Depression Inventory (CDI)

Petunjuk: Pernyataan-pernyataan di bawah ini menggambarkan perasaan dan pikiran yang biasa dialami seseorang. Pilihlah satu jawaban yang paling sesuai dengan perasaan dan pikiran Anda dalam 2 (dua) minggu terakhir ini, dengan memberi tanda silang (X) di depan pernyataan yang Anda pilih.

Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Pilih saja kalimat yang paling sesuai dengan diri Anda akhir-akhir ini.

Contoh:

[ X ] Saya selalu membaca buku

[…..] Kadang-kadang saya membaca buku

[…..] Saya tidak pernah membaca buku

Ingatlah! Pilihlah satu jawaban yang paling sesuai dengan perasaan dan pikiran Anda dalam 2 (dua) minggu terakhir ini!

1. […..] Saya kadang-kadang merasa sedih[…..] Saya sering merasa sedih[…..] Saya selalu merasa sedih

2. […..] Saya tidak pernah berhasil[…..] Saya tidak yakin apakah saya akan berhasil[…..] Saya biasanya berhasil

3. […..] Saya hampir selalu melakukan segala-galanya secara benar[…..] Saya melakukan banyak hal secara salah[…..] Saya melakukan segalanya secara salah

4. [..…] Saya menyenangi banyak hal[…..] Saya menyenangi beberapa hal[…..] Saya tidak menyenangi apapun

31

Total Nilai:

Page 32: Laporan F.7

5. […..] Saya selalu tidak baik[…..] Saya sering tidak baik[…..] Kadang-kadang saya tidak baik

6. […..] Saya kadang-kadang memikirkan hal-hal yang buruk yang dapat menimpa diri saya[…..] Saya cemas mengenai hal-hal buruk yang akan menimpa diri saya[…..] Saya yakin bahwa hal yang buruk akan menimpa diri saya

7. […..] Saya membenci diri saya[…..] Saya tidak menyukai diri saya[…..] Saya menyukai diri saya

8. […..] Semua hal yang buruk adalah salah saya[…..] Banyak hal yang buruk adalah salah saya[…..] Hal-hal yang buruk biasanya bukan salah saya

9. […..] Saya tidak memikirkan untuk bunuh diri[…..] Saya memikirkan untuk bunuh diri tapi tidak akan melakukannya[…..] Saya ingin bunuh diri

10. […..] Setiap hari saya ingin menangis[…..] Pada banyak hari saya merasa ingin menangis[…..] Kadang-kadang saya merasa ingin menangis

11. […..] Saya selalu merasa disusahkan oleh banyak hal[…..] Saya sering kali merasa disusahkan oleh banyak hal[…..] Kadang-kadang saja saya merasa disusahkan oleh banyak hal

12. […..] Saya senang berada bersama-sama orang lain[…..] Saya sering merasa tidak senang berada bersama orang lain[…..] Saya sama sekali tidak senang berada bersama orang lain

13. […..] Saya tidak bisa mengambil keputusan[…..] Saya sukar memutuskan sesuatu[…..] Saya mudah memutuskan sesuatu

14. […..] Penampilan saya baik[…..] Ada hal-hal yang kurang baik pada penampilan saya[…..] Penampilan saya buruk

32

Page 33: Laporan F.7

15. […..] Saya selalu harus memaksa diri saya untuk membuat PR[…..] Saya sering kali harus memaksa diri saya untuk membuat PR[…..] Mengerjakan PR bagi saya bukan masalah besar

16. […..] Saya selalu susah tidur setiap malam[…..] Saya sering susah tidur pada malam hari[…..] Saya tidur cukup baik

17. […..] Saya kadang-kadang merasa lelah[…..] Saya pada banyak hari merasa lelah[…..] Saya setiap saat merasa lelah

18. […..] Hampir setiap hari saya merasa tidak ingin makan[…..] Pada banyak hari saya merasa tidak ingin makan[…..] Saya makan cukup banyak

19. […..] Saya tidak merasa pegal dan sakit di badan saya[…..] Saya sering merasa pegal dan sakit di badan saya[…..] Saya selalu merasa pegal dan sakit di badan saya

20. […..] Saya tidak merasa sendirian[…..] Saya sering merasa sendirian[…..] Saya selalu merasa sendirian

21. […..] Saya tidak pernah merasa senang di sekolah[…..] Saya kadang-kadang merasa senang di sekolah[…..] Saya sering merasa senang di sekolah

22. […..] Saya punya banyak teman[…..] Saya punya beberapa teman tapi ingin punya lebih banyak[…..] Saya tidak punya teman

23. […..] Hasil pekerjaan sekolah saya baik[…..] Hasil pekerjaan sekolah saya tidak sebaik dahulu[…..] Hasil pekerjaan sekolah saya buruk dalam mata pelajaran yang dahulu saya kuasai

24. […..] Saya tidak akan pernah sebaik anak lain[…..] Saya bisa sebaik anak lain bila saya mau[…..] Saya sama baiknya dengan anak lain

33

Page 34: Laporan F.7

25. […..] Tidak seorangpun benar-benar mencintai saya[…..] Saya tidak yakin apakah ada seseorang yang mencintai saya[…..] Saya yakin bahwa ada orang yang mencintai saya

26. […..] Saya biasanya melakukan apa yang disuruh[…..] Saya sering tidak melakukan apa yang disuruh[…..] Saya tidak pernah melakukan apa yang disuruh

27. […..] Saya dapat bergaul dengan anak lain[…..] Saya sering terlibat perkelahian[…..] Saya selalu terlibat perkelahian

Jawaban mohon diperiksa kembali!Terima kasih atas partisipasi Anda

34

Page 35: Laporan F.7

2. Dokumentasi Kegiatan

Suasana saat Para Remaja Panti Asuhan Mengisi Kuesioner

Suasana saat Para Remaja Panti Asuhan Mengisi Kuesioner

35

Page 36: Laporan F.7

Para Remaja Diajarkan Melakukan Teknik Relaksasi

Para Remaja Mendengarkan Penyuluhan Mengenai Depresi

36

Page 37: Laporan F.7

Suasana saat Narasumber (Saya) Memberikan Penyuluhan Depresi

Diskusi Berjalan Dua Arah, Remaja Panti Asuhan Aktif Bertanya dan

Menjawab

37

Page 38: Laporan F.7

Pemberian Kenang-Kenangan dari Tim Puskesmas Kalasan

kepada Panti Asuhan yang Diwakilkan oleh Pimpinan Panti

Tim Puskesmas Kalasan Berfoto Bersama para Penghuni Panti Asuhan

38